Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Sistem
Sistem dapat hadir di setiap kehidupan kita, disadari atau tidak, sistem
bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem bisa bervariasi dari sistem
yang paling besar seperti tata surya hingga sistem yang paling kecil seperti sistem
yang terdapat dalam sebuah partikel. Sistem bisa bersifat alamiah maupun sosial.
Dalam sebuah perusahaan, sistem berperan untuk menciptakan tujuan perusahaan,
baik secara masing-masing (tiap departemen) maupun perusahaan secara global.
Hasil dari sebuah sistem diharapkan akan membantu aktivitas operasional
perusahaan.
2.1.1
Pengertian Sistem
Banyak pengertian sistem yang dikemukakan oleh para pakar. Secara
umum sistem merupakan kerangka kerja terpadu untuk mencapai suatu tujuan
tertetentu. Pengertian sistem menurut Romney (2011 : 2) sebagai berikut:
“System is a series of two or more components are interconnected, which
interact to achieve a goal”.
Pengertian sistem menurut Bodnar (2010 : 1) adalah sebagai berikut:
“A set of interrelated resources to achieve a goal.”
14
15
Sedangkan pengertian sistem menurut Hall (2011: 6) adalah sebagai
berikut:
“Groups of two or more components or subsystems are interconnected to
function with the same goal.”
Dengan demikian, sistem bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dengan adanya suatu kerjasama diantara komponen-komponen pembentuk suatu
sistem diharapkan akan menghasilkan suatu output yang bernilai bagi pihak
perusahaan.
2.1.2
Karakteristik Sistem
Dalam mengenali dan memahami bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai
suatu sistem atau bukan, maka ada karakteristik atau ciri-ciri dalam
mengkategorikan suatu sistem. Menurut Susanto (2004: 19) suatu sistem memiliki
ciri-ciri:
“suatu sistem memiliki: (1) Tujuan sistem, (2) Batas sistem, (3) Subsistem,
(4) Hubungan sistem, (5) input-output, (6) Lingkungan sistem.”
Penjelasan atas ciri-ciri suatu sistem adalah sebagai berikut:
1. Tujuan sistem: merupakan target atau sasaran akhir yang ingin dicapai
oleh suatu sistem. Agar target tersebut bisa dicapai, maka target atau
sasaran tersebut harus diketahui terlebih dahulu ciri-ciri atau kriterianya.
Tanpa ada kriteria yang jelas maka akan sulit dilakukan pengendalian
karena sulit dilakukan pengukuran sehingga pada akhirnya sistem tidak
akan mencapai sasaran.
16
2. Batas sistem merupakan garis abstraksi yang memisahkan antara sistem
dan lingkungannya
3. Subsistem merupakan komponen atau bagian dari suatu sistem, subsistem
ini bisa fisik maupun non fisik.
4. Hubungan sistem adalah hubungan yang terjadi antara subsistem dengan
subsistem lainnya yang setingkat atau antara subsistem dengan sistem
yang lebih besar.
5. Input-proses-output. Sistem ini memiliki tiga fungsi dasar yaitu input,
proses, dan output. Fungsi ini juga menunjukan bahwa sistem sebagai
proses tidak bisa berdiri sendiri, harus ada input dan output. Input
merupakan segala sesuatu yang masuk kedalam sistem. Proses merupakan
perubahan dari input menjadi output. Proses ini mungkin diakukan mesin,
orang atau komputer. Output adalah hasil dari suatu proses yang
merupakan tujuan dari keberadaan sistem. Seperti dijelaskan sebelumnya
output suatu sistem bisa menjadi input untuk sistem yang lain yang setelah
diproses menjadi output yang lain.
6. Lingkungan sistem adalah faktor-faktor diluar sistem yang mempengaruhi
sistem. Lingkungan sistem ada dua macam, lingkungan eksternal (diluar
perusahaan), dan lingkungan internal (di dalam perusahaan). Kedua
lingkungan ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap sistem.
Karakteristik sistem menurut Krismiaji (2005: 1) suatu sistem memiliki
tiga karakteritsik sebagai berikut:
17
“ (1) Komponen, atau sesuatu yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan; (2)
Proses, yaitu kegiatan untuk mengkoordinasikan komponen yang terlibat
dalam sebuah sistem; dan (3) Tujuan, yaitu sasaran yang ingin dicapai dari
kegiatan koordinasi komponen tersebut”.
Sedangkan menurut Tata Sutarbi (2005: 12) sebuah sistem memiliki
karakteritsik yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan suatu sistem,
yaitu:
1. Komponen (components): komponen ini bisa sebagai subsistem dari
sebuah sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi
proses sistem secara keseluruhan.
2. Batasan sistem (Boundary): penggambaran dari elemen-elemen atau unsur
yang termasuk didalam sistem dan mana yang diluar sistem.
3. Lingkungan luar sistem (Environtment): segala sesuatu diluar ruang
lingkup sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
4. Penghubung (interface): tempat dimana komponen atau sistem dan
lingkungannya bertemu atau berinteraksi.
5. Masukan (input): sumber data (data, bahan baku, peralatan, energi) dari
lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
6. Keluaran (output): sumber daya atau produk (informasi, laporan,
dokumen, tampilan di layar komputer, barang jadi) yang disediakan untuk
lingkungan sistem oleh kegiatan dalam suatu sistem
7. Pengolah sistem (process): pengolahan data yang mengubah masukan
menjadi keluaran.
18
8. Sasaran sistem (objective): suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang
pasti dan bersifat deterministic, dan dikatakan berhasil bila mengenai
sasaran atau tujuan yang telah direncanakan.
2.2
Konsep Dasar Informasi
Dalam proses suatu sistem, data dibutuhkan sebagai suatu input yang
dikemudian akan diproses hingga menghasilkan output. Data ini berupa bahan
untuk diskusi, pengambilan keputusan, perhitungan atau pengukuran. Saat ini data
tidak harus selalu berbentuk kumpulan huruf, suara, ataupun gambar.
Menurut Whitten (2004: 27) data adalah:
“Raw facts about people, places, events, and things that are of importance
in an organization. Each facts in by it self, relatively meaningless.”
Sedangkan definisi Data menurut Raymond McLeod, Jr., George Schell (2001:
12) sebagai berikut:
“Consists of facts and figures that are relatively meaningless to the user.”
“Terdiri dari fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi
pengguna.”
Data merupakan bentuk yang masih mentah, belum dapat bercerita
banyak, sehingga perlu diolah lebih lanjut. Data diolah melalui model menjadi
informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu
keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan
yang lain, yang akan membuat sejumlah data kembali.
19
Dalam suatu perusahaan data bisa merupakan jumlah jam kerja bagi setiap
karyawan diperusahaan tersebut, jumlah penjualan dan lain-lain. Ketika data ini
diproses, data tersebut dirubah menjadi informasi. Akan tetapi tidak setiap hasil
dari data yang telah diolah dapat dikatakan sebagai informasi. Definisi informasi
menurut Susanto (2004: 46) adalah sebagai berikut:
“Informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan
manfaat.”
Definisi informasi menurut Jogiyanto H.M (2005: 8) adalah sebagai
berikut:
“Data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi
penerimannya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau
mendatang.”
Sedangkan definisi informasi menurut Raymond McLeod, Jr., George
Schell (2001: 12) sebagai berikut:
“Information is the data processing that give meaning and benefits”.
“Informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan
manfaat.”
Hasil pengolahan data yang tidak memberikan makna atau arti serta tidak
bermanfaat bagi seseorang bukanlah merupakan informasi bagi orang tersebut.
Dari uraian tentang informasi ada tiga hal penting yang harus diperhatikan disini
yaitu:
1. Informasi merupakan hasil pengolahan data
2. Memberikan makna atau arti.
20
3. Berguna dan bermanfaat.
Menurut Romney (2011: 12) agar suatu informasi dapat dikategorikan
memiliki makna serta bermanfaat dan berkualitas maka informasi tersebut harus
memiliki ciri-ciri:
1. Relevant. The information is relevant if it reduces uncertainly, improves
decision making ability to make predictions confirm or correct their
previous expectations.
2. Trade on. Information is reliable if it is free from errors or irregularities
and to accurately represent the events or activities in the organizations.
3. Complete. Information was incomplete if it does not eliminate the
important aspects of the event which is the basis of issues or activities
measured.
4.
It’s on time. Information was timely if given at the right time to allow
decision- making to use in making decisions.
5. Can be understood. Information can be understood if presented in a from
that can be worn and clearly.
6. Can be verified. Information can be verified if two people with knowledge
of the good, work independently and each will produce the same Opera.
Berbeda dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Romney, Susanto (2004:
47) mengusulkan ciri-ciri suatu informasi yang lebih detail. Ciri-ciri tersebut
adalah:
1. Efektivitas artinya informasi harus sesuai dengan kebutuhan pemakai
dalam mendukung suatu proses bisnis, termasuk didalamnya informasi
21
tersebut harus disajikan dalam waktu yang tepat, format yang tepat,
sehingga dapat dipahami, konsisten dengan format sebelumnya, isinya
sesuai dengan kebutuhan saat ini dan lengkap atau sesuai dengan
kebutuhan dan ketentuan.
2. Efisiensi artinya informasi yang dihasilkan melalui penggunaan sumber
daya yang optimal.
3. Confidensial artinya memperhatikan proteksi atau perlindungan terhadap
informasi sensitif dari pihak yang tidak berwenang.
4.
Integritas artinya informasi yang dihasilkan harus merupakan hasil
pengolahan data yang terpadu berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
5. Ketersediaan artinya informasi yang diperlukan harus selalu tersedia
kapanpun saat diperlukan, untuk itu diperlukan pengamanan terhadap
sumber daya informasi.
6. Kepatuahan artinya informasi yang dihasilkan harus patuh terhadap
undang-undang atau peraturan pemerintah serta memiliki tanggung jawab
baik terhadap pihak internal maupun pihak eksternal organisasi
perusahaan.
7. Kebenaran artinya informasi telah disajikan oleh sistem informasi dengan
benar dan dapat dipercaya sehingga dapat digunakan oleh manajemen
untuk mengoperasikan perusahaan.
Informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan karena informasi memiliki
kemampuan dalam menunjukan perkembangan operasi yang terjadi didalamnya.
Informasi-informasi yang dihasilkan perusahaan pada akhirnya akan digunakan
22
dalam proses pengambilan keputusan oleh para pengguna informasi baik itu oleh
pihak intern maupun pihak ekstern.
2.3
Sistem Informasi
Informasi menjadi bagian penting dalam aktivitas perusahaan. Informasi
yang diolah secara sitematis dapat menjamin suatu kontinuitas serta kehandalan
hasil dari informasi tersebut. Perusahaan yang telah menerapkan sistem informasi
akan sangat terbantu dalam melakukan fungsi bisnisnya. Sistem informasi yang
dimaksud terkait dengan penggunaan teknologi atau dalam hal lain melibatkan
komputer sebagai alat bantu pemrosesan. Sistem informasi memfasilitasi fungsifungsi operasional dan menyediakan informasi dalam pengambilan keputusan.
Suatu sistem informasi melibatkan banyak komponen didalamnya dan
saling bekerja sama untuk menghasilkan sesuatu yang bermaanfaat bagi pihak
manajemen perusahaan. Definisi sistem informasi menurut Bodnar (2010: 9)
sebagai berikut:
“Information system is a set of hardware and software designed to
transform data into useful information”.
Definisi sistem informasi menurut Jogiyanto (2005: 11) adalah sebagai
berikut:
“Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung
operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.”
23
Sedangkan definisi sistem informasi menurut Susanto (2004: 61) sebagai
berikut:
“Sistem informasi adalah kumpulan dari subsistem apapun baik fisik
ataupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja
sama secara harmonis untuk mencapai suatu tujuan yaitu mengolah data
menjadi informasi yang berarti dan berguna”.
Pada intinya definisi yang diungkapkan oleh para pakar mencoba untuk
memaparkan bahwa sistem informasi merupakan suatu hasil dari pekerjaan suatu
kelompok bukan pekerja individu, baik itu benda berwujud, makhluk hidup,
ataupun benda mati tak berwujud. Lebih spesifik lagi sistem informasi akuntansi
yang dimaksud berhubungan dengan pengguna teknologi sebagai alat bantu dalam
pemrosesan data-data menjadi informasi yaitu sistem informasi akuntansi berbasis
komputer.
2.3.1
Komponen Sistem Informasi
Sistem informasi terbentuk atas sekumpulan sub-sub sistem, dimana sub-
sub sistem merupakan pengelompokan dari beberapa komponen yang lebih kecil.
Suatu sistem informasi tidak akan berjalan apabila salah satu komponennya tidak
ada. Susanto (2004: 76) mengkelompokan komponen-komponen sistem informasi
sebagai berikut:
“(1). Perangkat keras (Hardware), (2). Perangkat Lunak (Software), (3).
Manusia (Brainware), (4). Prosedur (Prosedure), (5). Basis data (data
base), (6). Jaringan komunikasi (Communication network).”
Krismiaji (2005: 16) mengelompokan komponen-komponen sistem informasi
sebagai berikut:
24
“(1) Tujuan, (2) Input, (3) Output, (4) Penyimapanan
data, (5)
Pemrosesan, (6) Intruksi dan prosedur, (7) Pemakai, (8) Pengamanan dan
pengawasan”
Sedangkan Romney dan Steinbart 2011 komponen-komponen sistem informasi
dikelompokan menjadi, sebagai berikut:
“(1) Human resources, (2) Procedure, (3) Data, (4) Software,
(5) Information technology infrastructure
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu sistem informasi
memiliki beberapa komponen-komponen dasar, yaitu orang, alat untuk mengolah
data, prosedur-prosedur, data sebagai masukan, informasi sebagai output, tujuan
pengendalian dan pengawasan
2.3.2
Fungsi Sistem Informasi
Setiap organisasi yang menggunakan komputer untuk memproses data
transaksi memiliki fungsi sistem informasi. Fungsi informasi bertanggung jawab
atas pemrosesan data. Pemrosesan data merupakan aplikasi sistem informasi
akuntansi yang paling mendasar disetiap organisasi. Fungsi sistem informasi
dalam organisasi telah mengalami evolusi, dulu fungsi ini diawali dengan struktur
organisasi yang sederhana yang hanya melibatkan beberapa orang. Sekarang
fungsi tersebut telah berkembang menjadi struktur yang kompleks yang
melibatkan lebih banyak spesialis.
25
2.4 Pengertian Akuntansi
Pengertian
akuntansi
menurut
American
Accounting
Association
(Soemarso, 2002: 3) adalah sebagai berikut:
“Akuntansi adalah suatu proses mnegidentifikasikan, mengukur, dan
melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penelitian
dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut.”
Sedangkan menurut Warren (2005: 10) pengertian akuntansi adalah:
“Accounting can be generally defined as an information system that
produces reports to the parties concerned about the economic activities
and condition of the company”.
Definisi-definisi diatas mengandung beberapa pengertian, yakni:
1. Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi,
pengukuran,
dan
pelaporan
informasi
ekonomi.
(Bagian
ini
menjelaskan tentang kegiatan akuntansi).
2. Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan
berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai
kesatuan usaha yang bersangkutan (Segi kegunaan dari akuntansi).
2.5 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Terdapat beberapa definisi mengenai pengertian sistem informasi
akuntansi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain dikemukakan oleh:
1. Menurut Wilkinson (2007)
“Accounting information system is unfined structure within an
entity, such as business firm, that employs physical resources and
other components to transform economics data into accounting
26
information, with purpose of satisfying the information needs of
variety of users.”
2. Menurut Cushing yang dialihbahasakan oleh La Midjan dan Azhar
Susanto (2003: 112)
“Sistem informasi akuntansi merupakan seperangkat sumber
manusia dan modal dalam organisasi, yang berkewajiban untuk
menyajikan informasi keuangan dan juga informasi yang diperoleh
dari pengumpulan dan pemrosesan data.”
3. Menurut Krismiaji (2005: 4)
“Sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses
data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat
untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis.”
4. Menurut Romney dan Steinbart (2011: 28)
“An accounting information system is a system that collects,
record, stores, and processes data to produce information for
decion makers.”, such as people and equipment, designed to
transform financial and other data into information.”
5. Menurut Bodnar dan Hapwood (2010: 1)
“An accounting information system is a collection of resources.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem informasi akuntansi merupakan proses mengumpulkan,
menggolongkan, mengolah data transaksi, lalu menganalisis,
dan dikomunikasikan hasilnya dalam bentuk laporan keuangan
perusahaan.
2. Pemakai informasi keuangan yang dihasilkan oleh sistem
informasi akuntansi adalah pihak dalam perusahaan, terutama
27
manajemen dan pihak luar yang berkepentingan terhadap
perusahaan.
2.6
2.6.1
Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Menurut Hansen dan Mowen (2009) mengatakan sistem informasi
akuntansi manajemen yaitu:
“Produces an output that information by using the input to achieve the
specific objectivities of management, especially to provide information
that will be used in the calculation of the cost of services or products and
other objects of interest management, providing information used in
planning, controlling, and evaluating and providing useful information in
decision .”
Sementara menurut Atkinson et al (2001) sistem akuntansi manajemen
merupakan :
“A value adding continuous improvement process of planning, designing,
measuring and operating nonfinancial and financial information system
that guides management action, motivates behavior, and support and
creates the cultural values necessary to achieve an organizations strategic,
tactical and operating objectives.”
Definisi tersebut menjelaskan bahwa sistem informasi yang melakukan
nilai tambah dan perbaikan secara terus menerus dengan merencanakan,
merancang, mengukur dan mengoperasikan sistem informasi data nonfinansial
dan finansial, serta tindakan manajemen dengan memotivasi perilaku, dukungan
dan menciptakan nilai-nilai budaya yang diperlukan untuk mencapai suatu
organisasi strategis, taktis dan tujuan operasi.
28
Selanjutnya menurut Chia (1995) menjelaskan bahwa sistem akuntansi
manajemen adalah :
“Is an organizational control mechanism which facilitates control by
reporting and creating visibility in the action and performance of its
members. The informational role of the management accounting system
facilitates decision-making and control in the organization and should,
therefore, be tailored to the organizational contextual variables and other
control subsystems.”
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa suatu mekanisme kontrol
organisasi yang memberikan fasilitas kontrol melalui pelaporan dan penciptaan
yang tampak dalam tindakan dan kinerja, yang mana merupakan alat yang efektif
dalam penyediaan informasi yang berguna dalam memprediksi akibat yang
mungkin terjadi dari berbagai alternatif yang dapat dilakukan. Serta peran
informasi dari sistem akuntansi manajemen memfasilitasi pengambilan keputusan
dan kontrol dalam organisasi dan harus disesuaikan dengan variabel kontekstual
organisasi dan subsistem kontrol lainnya.
Menurut Horngren (2011) menjelaskan sistem akuntansi manajemen
adalah:
“Management accounting produces information for managers within an
organization. It is the process of identifying, measuring, accumulating,
analyzing, preparing, interpreting, and communicating information that
helps managers fulfill organizational objectives.”
Pernyataan di atas menjelaskan informasi akuntansi manajemen bagi para
manajer digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan. Informasi akuntansi manajemen merupakan proses yang meliputi
identifikasi, pengumpulan, analisis, penyediaan, interpretasi dan komunikasi
informasi bagi para manajer dalam mencapai tujuan.
29
Atkinson et al (2001) menjelaskan bentuk informasi akuntansi manajemen
adalah:
“Financial and operating data about an organization activities, process,
operating unit, product, services and customers. The calculated cost of a
product an activities of a department in a recent time period.”
Definisi di atas menjelaskan bahwa informasi akuntansi manajemen
berupa informasi keuangan dan operasional dari berbagai aktivitas organisasi,
proses, unit-unit operasi, produk-produk, jasa-jasa dan pelanggan. Di dalam
perkembangannya kategori informasi akuntansi manajemen menjadi lebih luas,
bukan saja tentang operasi yang dikuantifikasi dalam terminology keuangan saja
akan tetapi juga berupa informasi non keuangan, seperti kualitas waktu proses,
pengukuran yang bersifat lebih subjektif, kepuasan para pelanggan, kapabilitas
karyawan dan kinerja atas produk baru.
2.6.2 Fungsi Informasi Akuntansi Manajemen
Menurut Mulyadi (2001) Informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh
manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok manajemen : perencanaan dan
pengendalian aktivitas perusahaan. Informasi akuntansi manajemen ini dihasilkan
oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi manajemen.
Informasi akuntansi manajemen dibutuhkan oleh manajemen berbagai jenjang
organisasi, untuk menyusun rencana aktivitas perusahaan di masa yang akan
datang.
30
Hoque (2005) mengemukakan fungsi informasi akuntansi manajemen
yaitu:
“Management accounting information can contribute to the following
management areas : policy formulation, planning and controlling the
activities of the firm, decision taking on alternative courses of action and
so on.”
Definisi tersebut menjelaskan bahwa informasi akuntansi manajemen
dapat memberikan kontribusi pada bidang manajemen yaitu: perumusan
kebijakan, perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan, keputusan
mengambil tindakan alternatif dan sebagainya.
Selanjutnya
Simamora
(2012)
menjelaskan
informasi
akuntansi
manajemen sebagai:
“Produk dari sistem akuntansi manajemen yang mempunyai manfaat bagi
manajer dan organisasi.”
Sebagai mana yang tertera di atas juga menambahkan bahwa salah satu
peran utama sistem informasi akuntansi manajemen adalah memasok informasi
yang memfasilitasi pengambilan keputusan bagi para manajer.
Menurut Atkinson et al (2001) Terdapat empat fungsi informasi akuntansi
manajemen dalam membantu para manajer menjalankan fungsi fungsi
operasionalnya yaitu:
31
Tabel 2.1
Functions of Management Accounting Information
No
Functions
Analysis
Provide feedback information about the efficiency and qualiy of
1
Operational Control
tasks performed
Measure the costs of resources used to produce a product or
Product and
2
service and market and deliver the product or service to
Costumer Costing
customers.
Provide information about the performance of managers and
3
Management Control
operating units.
Provide information about the enterprise’s financial and long-
4
Strategic Unit
run competitive performance, market conditions, customer
preferences, and technological innovations.
Sumber: Atkinson et al (2001)
Tabel di atas menjelaskan bahwa fungsi informasi akuntansi manajemen
yaitu memberikan umpan balik megenai efisiensi dan kualitas tugas-tugas,
mengukur biaya sumber daya yang digunakan untuk memproduksi suatu barang
atau jasa dan harga pasar serta biaya penyerahan barang atau jasa kepada
konsumen, memberikan informasi tentang kinerja para manajer dan unit-unit
perusahaan dan menyediakan informasi tentang keuangan perusahaan dan kinerja
kompetitif jangka panjang, kondisi pasar, preferensi konsumen dan perkembangan
teknologi.
Hansen dan Mowen (2009) mengemukakan keberadaan informasi
akuntansi manajemen di perusahaan terdapat tiga tujuan yang meliputi:
1) To provide information for costing out services, products and other
objects interest to management
32
2) To provide information for planning,control dan evaluation :
3) To provide information for decision making
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen
memiliki tujuan untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perhitungan
biaya jasa, produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen, untuk
menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian,
pengevaluasian dan untuk menyediakan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan.
Sedangkan menurut Horngren (2011) informasi akuntansi manajemen bagi
para manajer disediakan untuk:
1) Routine internal reporting for decision of managers. Such information
provided for decision that occur with some regularity :
2) Non routine internal reporting for the decisions of managers. This
information affects decision that occur irregularly or without
precedent.
Penjelasan di atas menjelaskan dimana para manajer dalam penggunaan
suatu informasi akuntansi manajemen untuk perencanaan jangka pendek dan
pengendalian operasi yang rutin dijalankan, misalnya dalam mengkalkulasi biaya
yang bermanfaat untuk pengendalian biaya dan para manajer juga menggunakan
informasi akuntansi manajemen untuk membuat keputusan yang tidak rutin,
misalnya
dalam
pengambilan
keputusan
memformulasikan kebijakan dan perencanaan.
tentang
investasi
peralatan,
33
Menurut Atkinson et al (2001) informasi akuntansi manajemen dapat
memberikan bantuan sebagai berikut:
1. Helping engineers design products that can be produced efficiently
2. Signal where improvement in quality, efficiency and speed are needed
in manufacturing operations
3. Guides product mix decisions
4. Choose among alternative supplier
5. Negotiated about price, product feature, quality delivery and service
with customer
Definisi di atas menjelaskan bahwa para manajer menggunakan informasi
akuntansi manajemen untuk perencanaan jangka pendek dan pengendalian operasi
yang rutin dijalankan, seperti kalkulasi biaya yang bermanfaat dalam
pengendalian biaya dan membuat keputusan mengenai investasi peralatan,
menformulasikan kebijakan dan perencanaan.
2.6.3 Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Menurut Mulyadi (2001) secara konvensional rancangan sistem akuntansi
manajemen terbatas pada informasi keuangan internal yang berorientasi historis.
Tetapi, meningkatnya peran sistem akuntansi manajemen untuk membantu
manajer dalam pengarahan dan pemecahan masalah telah mengakibatkan
perubahan sistem akuntansi manajemen untuk memasukkan data eksternal dan
non keuangan kepada informasi yang berorientasi masa datang (Informasi
sistem akuntansi manajemen lingkup luas).
34
Informasi dikatakan berkualitas menurut (Bodnar, 2010) jika memenuhi
kriteria akurasi, yaitu memiliki derajat bebas kesalahan yang tinggi, dapat
dibuktikan, memenuhi standard kelengkapan, relevan dengan kondisi nyata, tepat
waktu, cepat, lengkap.
Karakteristik informasi akuntansi manajemen dimana informasi yang
paling bermanfaat menurut persepsi manajer adalah informasi yang memiliki
karakteristik berdasarkan penelitian Chenhall dan Morris (1986) yaitu broad
scope, timeliness, aggregation, dan integration.
Pada penelitian ini karakteristik informasi akuntansi manajemen yang
digunakan adalah karakteristik informasi berdasarkan penelitian Chenhall dan
Morris. Digunakannya karakteristik tersebut karena keempat karakteristik
tersebut diperoleh dari pembuktian empiris. Selain itu telah teruji pula dalam
penelitian-penelitian lanjutan oleh Gul 1991, Gul dan Chia 1994, Mia dan
Chenhall 1994, Chia 1995 dan Mardiyah dan Gudono 2001.
Berikut uraian masing masing karakteristik sistem informasi akuntansi
manajemen :
1. Informasi Broad Scope (lingkup)
Chia (1995) mengemukakan pengertian informasi lingkup (broad scope)
sebagai berikut:
“A management accounting system with an information characteristic of
broad scope provides information that is both internal and external to the
organization. The scope of the information covers a diverse range of areas
such as economic (total market sales,organization's share of that market,
GNP) and non-economic (e.g.,technological advances, sociological
changes, demographic developments) aspects of the environment.
Estimates of the likelihood of future events occurring are also covered in
the broad scope as well. To the sub-unit managers operating in a
35
decentralized organization, the broad scope of the management
accounting system caters for their diversity of informational needs in their
decision-making.”
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa karakteristik sistem akuntansi
manajemen memiliki lingkup informasi yang luas bersifat internal maupun
eksternal di dalam organisasi. Ruang lingkup informasi meliputi beragam bidang
seperti ekonomi (penjualan total pasar, pangsa organisasi pasar itu, GNP) dan
non-ekonomi
(misalnya,
kemajuan
teknologi,
perubahan
sosiologis,
perkembangan demografis) aspek lingkungan. Perkiraan kemungkinan peristiwa
di masa depan terjadi juga tercakup dalam lingkup yang luas juga. Untuk sub-unit
manajer beroperasi di sebuah organisasi desentralisasi, ruang lingkup yang luas
dari sistem akuntansi manajemen melayani keragaman mereka kebutuhan
informasi dalam pengambilan keputusan mereka
Selanjutnya menurut Gorry dan Morton (1971); Larker (1981) mengatakan
bahwa :
“The scope of an information system refers to the dimensions of focus,
quantification, and time horizon.”
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa karakteristik informasi broad scope
adalah informasi dari suatu sistem akuntansi manajemen yang mewakili dimensi
fokus, kuantifikasi dan time horizon
Gordon dan Narayanan (1984) menjelaskan informasi lingkup (broad scope)
yaitu:
“Wider scope information is defined as information that is related to the
external environment, is non-financial and future oriented.”
36
Definisi tersebut dapat menjelaskan Informasi lingkup yang lebih luas
didefinisikan sebagai informasi yang berkaitan dengan lingkungan eksternal,
adalah non-keuangan dan berorientasi ke masa depan
Sementara menurut Mia dan Chenhall (1994) perbedaan aktivitas manajer
akan mengakibatkan pula terjadinya perbedaan kebutuhan informasi yang broad
scope agar dapat membuat keputusan yang lebih efektif. Kesesuaian antara
karakteristik informasi yang broad scope dan aktivitas para manajer akan
mempertinggi kinerja manajerial.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas
bahwa karakteristik informasi lingkup (broad scope) yaitu lingkup informasi yang
bermanfaat bagi manajer yang bersifat internal dan eksternal agar dapat
membantu dalam membuat keputusan yang lebih efektif di dalam lingkup
manajemen.
2. Informasi Timeliness
Menurut Chenhall dan Morris (1986) mejelaskan informasi tepat waktu
(timeliness) yaitu :
“A manager’s ability to respond qualiky to events likely to be influenced
by the timeliness of the management accounting system. Timeliness is
usually specified in terms of the provision of information on request and
the frequency of reporting systematically collected information. Timely
information enhances the facility of management accounting system to
report upon the most recent events and to provide rapid feedback on
decisions.”
Definisi tersebut menjelaskan bahwa kemampuan para manajer untuk
merespon secara cepat atas suatu peristiwa kemungkinan dipengaruhi oleh
timeliness sistem akuntansi manajemen. Informasi yang timeliness meningkatkan
37
fasilitas sistem akuntansi manajemen untuk melaporkan peristiwa paling akhir
dan untuk memberikan umpan balik secara tepat terhadap keputusan yang
telah dibuat.
Selanjutnya Supriyono (2001) menjelaskan informasi tepat waktu
(timeliness) adalah:
“Informasi akuntansi manajemen yang harus memenuhi karakteristik
kualitatif tepat waktu, karena informasi tersebut akan dipakai oleh
manajemen sebagai dasar pembuatan keputusan dan untuk menghindari
keterlambatan atau tertundanya pembuatan keputusan tersebut.”
Supriyono (2001) juga menambahkan tepat waktu ini dipengaruhi oleh dua
komponen penyajian informasi, yaitu (1) interval waktu pelaporan informasi (2)
tepat atau lambatnya laporan informasi tersebut dapat disajikan sesuai interval
waktu yang sudah ditentukan. Meskipun tepat waktu adalah karakteristik kualitatif
dalam informasi akuntansi manajemen, tetapi juga perlu mempertimbangkan
biaya dan manfaat (cost and benefit) informasi serta kemungkinan timbulnya
konflik dengan criteria kualitatif yang lain misalnya dengan kriteria presisi dan
akurasi.
Selanjutnya menurut Bodnar (2010) informasi tepat waku (timeliness)
yaitu :
“Timelineless in obtaining information of an event. Timely information to
say if the information reflects the current conditions and in accordance
with the needs of the manager.”
Selain itu Romney dan Steinbert (2011) juga menjelaskan informasi tepat
waktu (timeliness) yaitu:
38
“Information is timely if it is provided in time for decision makers to make
decisions.”
Pernyataan di atas maka dapat menjelaskan bahwa informasi di nilai tepat
waktu apabila informasi tersebut dihasilkan tepat pada saat yang dibutuhkan.
Mc.Leod (2004) memberikan penjelasannya mengenai informasi tepat
waktu yaitu:
“Information should be available for problem solving before crisis
situations develop or opportunities are lost. The manager should be able
to obtain information that describes what is happening now in addition to
what happened in the past.”
Menurut definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Informasi harus
tersedia untuk pemecahan masalah sebelum terjadinya situasi krisis yang
berkembang atau kesempatan yang hilang. Manajer harus mampu memperoleh
informasi yang menggambarkan apa yang akan terjadi sekarang di samping apa
yang terjadi di masa lalu.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas
bahwa informasi tepat waktu (timeliness) yaitu kemampuan para manajer untuk
merespon secara cepat dan tepat terhadap setiap informasi yang di butuhkan pada
saat pengambilan keputusan.
3. Informasi Aggregation (agregasi)
Menurut Chenhall dan Morris (1986) memberikan penjelasan informasi
agregasi (aggregation) yaitu:
“Management accounting system provide information in various forms of
aggregation ranging from provision of basic raw, unprocessed data to a
variety of aggregations around periods of time or areas of interest such as
responsibility centers, or functional areas. An additional type of
aggregation refers to summation in formats consistent with formal
39
decision models such as discounted cash flow analysis for capital
budgeting, simulation and linear programming in budgetary applications,
cost-volume-profit analysis, and inventory control models. In the current
study, aggregated information is a composite of temporal and functional
summation (e.g., sales area, cost center, marketing and production
departments) and information produced specifically for formal decision
models”
Definisi tersebut menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen
memberikan informasi dalam berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari
pemberian bahan dasar, data yang tidak diproses hingga berbagai agregasi
berdasarkan
periode
waktu
atau
area
tertentu
misalnya
pusat
pertanggungjawaban atau fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu kepada
berbagai
format
yang konsisten dengan model keputusan formal seperti
analysis cash flow yang didiskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan
linear programming untuk penerapan anggaran, analisis biaya-volume-laba,
dan model pengendalian persediaan. Dalam perkembangan terakhir, agregasi
informasi merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal seperti
area penjualan, pusat biaya, departemen produksi dan pemasaran, dan
informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model keputusan formal.
Sementara menurut Chia (1995) mengatakan informasi agregasi
(aggregation) yaitu:
“The management accounting system information characteristic of
aggregation concerns the application of either formal decision models or
analytical models on summated information onto functioned areas or over
different time periods.”
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi aggregation
merupakan informasi yang memperhatikan penerapan bentuk kebijakan formal
(seperti discounted cash flow) atau model analitis informasi hasil akhir yang
40
didasarkan pada area fungsional (seperti pemasaran, produksi) atau didasarkan pada
satu waktu (seperti bulanan, kuartalan)
Menurut Supriyono (2001) menjelaskan informasi agregasi (agregation)
adalah:
“Menunjukan proses pengurangan volume data yang diperlukan agar
dapat mengurangi atau menghemat biaya dalam penyediaan informasi
akuntansi. Tetapi agregasi ini dapat menimbulkan kerugian karena
informasi yang penting mungkin tidak disajikan.”
Selanjunya Bodnar (2010) mengatakan informasi agregasi (aggregation)
yaitu:
“Information convenyed in a more compact form, but still cover the
important stuff so it does not reduce the value of the information itself.”
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas
bahwa informasi agregasi (aggregation) yaitu informasi yang merupakan
penggabungan informasi fungsional dan temporal yang di butuhkan di dalam
pengambilan keputusan.
4. Informasi Integration (integrasi)
Menurut Chenhall dan Morris (1986) menjelaskan informasi integrasi
(integration) yaitu:
“An important aspect of organizational control is coordination of the
various segments within a sub uni. Managemen accounting system
characteristic which may assist coordination would include the
specification of targets which account for the effects of interacting
segments and information on the impact that decisions in one area have on
operations throughout the sub-unit.”
Definisi tersebut menjelaskan informasi integrasi mencakup aspek tentang
ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi antar sub-unit
41
dalam organisasi. Informasi terintegrasi dari karakteristik sistem akuntansi
manajemen mencerminkan bahwa terdapat adanya koordinasi antar segmen subunit yang satu dengan sub-unit yang lainnya. Kompleksitas dan saling keterkaitan
ataupun ketergantungan antar sub unit satu dengan sub unit lainnya akan
tercerminkan dalam informasi integrasi.
Semakin banyaknya segmen dalam sub-unit atau jumlah sub-unit dalam
organisasi, maka informasi yang bersifat terintegrasi akan semakin dibutuhkan.
Begitu pula pendelegasian kebijakan serta permasalahan pengendalian yang akan
muncul pada organisasi desentralisasi, mungkin akan berkurang dengan adanya
informasi terintegrasi (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi terintegrasi akan
berperan dalam mengkoordinasikan kebijakan dalam organisasi agar terjadinya
keselarasan dalam mencapai tujuan utama perusahaan.
Sementara menurut Gorry dan Morton (1971); Larker (1981) memberikan
pendapat nya yaitu:
“The information is in integratet shows that there is coordination between
the segments of the company, this information will be useful for managers
when faced with making decisions that have an impact on some segments
of the company.”
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas
bahwa informasi integrasi (integration) yaitu informasi yang mencakup aspek
tentang ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi antar
sub unit dalam organisasi yang berperan dalam mengkoordinasikan kebijakan
suatu organisasi agar terjadinya keselarasan dalam mencapai tujuan utama
perusahaan.
42
2.7 Kinerja Manajer
2.7.1 Pengertian Kinerja
Arti performance atau kinerja menurut Prawirosentono (1999: 2) adalah
sebagai berikut:
“ Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika.
Kemudian kinerja (performance) diartikan pula oleh Simamora (2004: 327) yaitu:
“Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang
akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan.”
Supriyanto (2001: 7) menyebutkan istilah kinerja dan prestasi kerja yaitu:
“Kinerja
adalah
dibandingkan
hasil
dengan
kerja
berbagai
seseorang
selama
kemungkinan,
periode
tertentu
misalnya
standar,
target/sasaran.
Menurut Mangkunegara (2001: 67), istilah kinerja berasal dari kata Job
Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah sebagai
berikut:
“Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.”
43
Menurut Bernadin dan Russel yang dikutip Gomes Lardoso Faustino (2000: 135):
“Kinerja adalah outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan
tertentu atau kegiatan selama satu periode tertentu”.
Marihot Tua Efendy (2002: 194) mengatakan bahwa:
“Kinerja adalah unjuk kerja yang merupakan hasil kerja dihasilkan oleh
pegawai atau prilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya
dalam organisasi”.
Menurut
Dessler,
seperti
yang
dikutip
oleh
Anggono
(2003)
mendefinisikan kinerja adalah:
“ Sebagai perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan
standar kerja yang telah ditetapkan”.
Jadi dengan demikian kinerja (performance) adalah suatu hasil yang
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang pada periode tertentu berdasarkan
alat
ukur
yang
digunakan
baik
kualitas
mapupun
kuantitas
dengan
membandingkan antara target dan hasil yang dicapai.
2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Mathis dan John yang dialihbahasakan oleh Jimmy Sadeli Bayu
Prawira (2001: 82) faktor faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja
yaitu : 1) kemampuan mereka, 2) motivasi, 3) dukungan yang diterima, 4)
keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5) hubungan mereka dengan
organisasi.
44
Sedangkan menurut Mangkunegara (2001: 67) faktor yang mempengaruhi
kinerja antara lain:
a. Faktor kemampuan
Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai
perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
b. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap
mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk
berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.”
Dari kedua pernyataan dapat dijelaskan bahwa kinerja dipengaruhi oleh
faktor kemampuan yaitu IQ dan pendidikan, faktor motivasi sebagai alat
penggerak diri karyawan untuk mencapai tujuan kerja, adanya dukungan yang
diterima bisa berupa penghargaan, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan,
dan tidak lepas dari hubungan karyawan dengan organisasi dimana tempat ia
bekerja.
45
2.7.3 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Arep dan Tanjung (2003: 203):
“Tujuan penilaian kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat dan
otentik tentang prilaku dan kinerja karyawan sehingga semakin besar pula
potensi nilainya bagi perusahaan.”
Disamping itu tujuan di atas, menurut Mulyadi (2001: 46), penilaian
kinerja mempunyai manfaat bagi manajemen untuk:
1) Mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2) Membantu
pengambilan
keputusan
yang
bersangkutan
dengan
karyawan seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.
3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4) Mengadakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka, menilai kinerja mereka.
5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.”
Dari pernyataan tujuan manfaat penilaian kinerja dapat dijelaskan bahwa
perusahaan ingin memperoleh informasi yang akurat tentang prestasi kerja yang
dihasilkan oleh karyawannya sebagai dasar untuk memberikan penghargaan,
menentukan cara yang tepat mengembangkan potensi karyawan (pelatihan) dan
memberikan manfaat bagi manajemen sebagai bahan evaluasi atas kebijakan yang
diambil oleh perusahaan.
46
2.8 Pengertian Manajer
Stonner, Gilbert dan Freeman (1996: 7) yang dialihbahasakan oleh
Alexander Sindoro mendefinisikan manajer sebagai berikut ini:
“ Manajer adalah orang yang bertanggungjawab mengerahkan usaha yang
bertujuan mebantu organisasi dalam mencapai sasarannya.”
Menurut Robbins (2001: 1):
“Manager get things done through other people. They make decisions,
allocate resources, and direct the activities of other attain goals.
Managers do their work in an organization.”
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajer
adalah seseorang yang bekerja mengelola dan menata usahakan perusahaan
melalui sumber daya manusia yang ada pada perusahaan tersebut untuk mencapai
tujuan organisasi. Mereka mempunyai tanggung jawab dan wewenang sebagai
pengambil keputusan.
2.8.1 Tingkatan Manajer
Salah satu cara untuk memahami kompleksitas manajemen adalah
memandang bahwa manajer dapat berada di berbagai tingkatan dan cakupan
berbagai macam manajer. Griffin dan Ronald (2007: 169) mengemukakan
tingkatan manajer adalah sebagai berikut:
1) Manajer Puncak (Top Manager)
Menurut Grifin dan Ronald (2007: 169) yang dialihbahasakan oleh
Sita Wardhani, manajer puncak bertanggungjawab atas keseluruhan
47
kinerja dan efektivitas perusahaan. Jabatan manajer puncak meliputi
presiden, wakil presiden, treasurer, CEO (Chief Excecutive Officer),
CFO (Chief Financial Officer).
2) Manajer Menengah (Middle Manager)
Manajer menengah bertugas memecahkan masalah dan mencari
metode-metode baru untuk meningkatkan kinerja. Manajemen tingkat
menengah meliputi posisi-posisi seperti misalnya manajer regional dan
manajer pabrik (Madura, 2007: 386).
3) Manajer Lini Pertama (Lower Of First Of Supervisory Management)
Menurut Umar (2002: 28), manajer lini hanya membawahi pekerja
operasional, tidak membawahi manajer lain. Manajer lini pertama bisa
disebut supervisor.
2.8.2 Penilaian Kinerja Manajer
Menurut Mahoney, Jerdee dan Carroll (1963) yang dimaksud dengan
kinerja adalah kemampuan manajer dalam melaksanakan kegiatan manajerial,
antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pengaturan
staff (staffing), negoisasi dan representasi.
1) Perencanaaan, yaitu suatu tindakan yang dibuat berdasarkan
fakta dan asusmsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan
pada waktu yang akan datang guna mencapai tujuan yang
diinginkan.
48
2) Investigasi, yaitu upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan
dan mempersiapkan informasi dalam bentuk laporan-laporan,
catatan dan analisa pekerjaan untuk dapat mengukur hasil
pelaksanaannya.
3) Koordinasi, yaitu menyelaraskan tindakan yang meliputui
pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi
lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program
yang akan dijalankan.
4) Evaluasi, yaitu penilaian atas usulan dan atau kinerja yang
diamati dan dilaporkan.
5) Supervisi,
yaitu
mengembangkan
mengarahkan,
potensi
bawahan
memimpin,
serta
melatih
dan
dan
menjelaskan aturan-aturan kerja kepada bawahan.
6) Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan
dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerja baru, menempatkan
dan mempromosikan pekerja tersebut dalam unitnya atau unit
kerja lainnya.
7) Negoisasi, yaitu upaya untuk memperoleh kesepekatan, dalam
hal pembelian, penjualan, atau kontrak barang dan jasa.
8) Perwakilan, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi,
dan kegiatan-kegiatan organsasi dengan menghadiri kelompok
bisnis dan konsultasi dengan perusahaan-perusahaan lain.
49
2.9
Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.2
Review Penelitian Sebelumnya
No
1
2
Judul
Hubungan
Karakteristik
Informasi Yang
Dihasilkan Oleh
Sistem Informasi
Akuntansi
Manajemen
Terhadap Kinerja
Manajerial Pada
PerusahaanPerusahaan
Manufaktur Di
Jawa Timur
Peneliti
Juniarti
Dan
Evelyne
(2003)
Pengaruh Kualitas
Informasi
Manajemen
Terhadap Kinerja
Manajerial
Agus
Widarsono
(2007)
Variabel
X1: Broad Scope
X2: Timelineless
X3: Agregasi
X4: Integrasi
Y1: Kinerja
Manajerial
X1: Relevan,
X2: Keandalan,
X3: Lengkap dan
Ringkas,
X4: Tepat Waktu,
X5: Dapat
dipahami,
X6: Dapat
diverifikasi
Y1: Kinerja
Manajerial
Hasil Penelitian
Terdapat hubungan
antara karakteristik
informasi berupa
integrasi, dan
timelineless terhadap
kinerja manajerial yang
diukur dengan
kemampuan manajer
membuat perencanaan,
dan hubungan tersebut
signifikan secara
statistik. Sedangkan
karakteristik broadscope
dan agregasi tidak
terbukti berhubungan
dengan kinerja
manajerial berupa
kemampuan manajer
dalam membuat
perencanaan.
Kualitas Informasi
Manajemen dengan
karakteristik informasi
yang: Relevan,
Keandalan, Lengkap dan
Ringkas, Tepat Waktu,
Dapat dipahami, dan
dapat diverifikasi,
berpengaruh terhadap
kinerja manajerial pada
perusahaan go publik
aneka industri di Jawa
Barat.
50
2.10
Kerangka Pemikiran
Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis
mengalami perubahan yang sangat pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh
karena
itu
perusahaan-perusahaan
dituntut
untuk
melakukan
kegiatan
operasionalnya secara efektif dan efisien untuk mempertahankan eksistensinya,
sehingga pengetahuan merupakan kekuatan yang sangat penting untuk membantu
manajer dalam pengambilan keputusan. Sistem yang berkualitas yaitu sistem yang
akurat, relevan, dan tepat waktu sehingga keputusan bisnis yang tepat dapat dibuat
yang disesuaikan dengan sistem yang diterapkan di masing-masing perusahaan.
Dengan demikian, pengelolaan sistem merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan.
Menurut Atkison (1995) dalam Astuti (2007) menyatakan bahwa sistem
akuntansi manajemen (SAM) adalah sebagai berikut:
“Sistem informasi yang mengumpulkan data operasional dan finansial,
memprosesnya, menyimpannya dan melaporkan kepada pengguna.Produk
yang dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen adalah informasi
akuntansi manajemen.
Akuntansi manajemen didesain terutama untuk menghasilkan informasi
yang berguna bagi pengambil keputusan oleh manajemen. Biasanya informasi
yang digunakan oleh manajemen berkisar pada biaya, sehingga juga bisa disebut
dengan akuntansi biaya. Selain data biaya untuk harga pokok, akuntansi
manajemen juga membutuhkan data untuk pengawasan dan analisis biaya yang
dibuat dalam bentuk standar dan lain-lainnya.
Perusahaan mendesain sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM)
untuk membantu organisasi yang bersangkutan melalui para manajernya, yaitu
51
dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengambilan keputusan.
Untuk membantu aktivitasnya, para manajer membutuhkan dukungan informasi.
Sistem Infomasi Akuntansi Manajemen (SIAM) merupakan sistem formal yang
dirancang untuk menyediakan informasi bagi manajer. Perencanaan Sistem
Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) yang merupakan bagian dari sistem
pengendalian organisasi perlu mendapatkan perhatian, sehingga dapat diharapkan
akan memberikan kontribusi positif dalam mendukung keberhasilan sistem
pengendalian manajemen.
Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) dapat membantu manajer
dalam pengendalian aktivitas sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan
dalam pencapaian tujuan (Chenhall & Morris 1986) dalam Arsono Laksmana
(2002) Jurnal Akuntansi dan keuangan mengidentifikasi empat karakteristisk
Sistem Informasi Akuntansi Manejemen (SIAM) yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan, yaitu: broad scope (lingkup), timelineless (tepat waktu),
aggregation (agregasi), dan integration (integrasi).
Karakretistik sistem informasi akuntansi manajemen yang tersedia tersebut
akan menjadi efektif apabila sesuai dengan tingkat kebutuhan organisasi.
Informasi akuntansi manajemen merupakan produk dari sistem akuntansi
manajemen.
Dalam Junarti dan Evelyne Jurnal akuntansi dan keuangan (2003) yang
dikutip dari Chia (1995) dalam salah satu penelitiannya mengungkapkan bahwa
karakteristik informasi
akuntansi
manajemen
yang berupa
aggregation,
broadscope, integration dan timelineless mampu meningkatkan kinerja manajer.
52
Manajer yang memiliki informasi dengan karakteristik tersebut umumnya mampu
untuk membuat perencanaan yang lebih baik dan mencapai target yang telah
ditetapkan.
Bukti-bukti bahwa karakteristik akuntansi manajemen berhubungan
dengan kinerja manajemen juga diungkapkan AICPA (American Institue of
Certified Public Accountants). Hasil survey yang pernah dilakukan oleh AICPA
& Lawrence S. Maisel mengenai pengukuran kinerja menyatakan, sebanyak 77%
responden menyetujui bahwa karakteristik akuntansi manajemen yang berkualitas
penting dalam meningkatkan kinerja manajerial (Maisel and AICPA 2001: 28)
Selanjutnya, Nazaruddin (1998) yang menguji mengenai pengaruh karakteristik
sistem informasi terhadap kinerja manajerial menunjukan bahwa tingkat
keandalan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen (broadscope,
timelineless, agregasi, dan integrasi) mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja manajerial.
Jadi dengan ketersediaan sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM)
di perusahaan akan sangat membantu tugas yang dihadapi manajer, sehingga
memungkinkan penyediaan informasi dalam bentuk tertentu yang akan
memberikan manajer tambahan informasi yang akan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan. Kemungkinan solusi terhadap suatu masalah juga
semakin banyak, yang memungkinkan manajer produksi atau pemasaran untuk
meningkatkan kualitas keputusan yang akan diambil. Dengan demikian
tersedianya karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM),
53
memungkinkan manajer untuk mengambil keputusan secara tepat dan cepat yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja manajerial.
2.11
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori maka ditetapkan dua hipotesis penelitian yang akan
digunakan, yaitu:
H1:
Broadscope berpengaruh terhadap kinerja manajerial
H2:
Timelineless berpengaruh terhadap kinerja manajerial
H3:
Agregasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial
H4:
Integrasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial
H5:
Broadscope, Timelineless, Agregasi, dan Integrasi berpengaruh secara
simultan terhadap kinerja manajerial
54
Karakteristik SIAM
1. Broadscope
2. Timelineless
Kinerja Manajerial
3. Agregasi
4. Integrasi
Ket:
= Parsial
= Simultan
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Download