BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Sistem dapat hadir di setiap kehidupan kita, disadari atau tidak, sistem bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem bisa bervariasi dari sistem yang paling besar seperti tata surya hingga sistem yang paling kecil seperti sistem yang terdapat dalam sebuah partikel. Sistem bisa bersifat alamiah maupun sosial. Dalam sebuah perusahaan, sistem berperan untuk menciptakan tujuan perusahaan, baik secara masing-masing (tiap departemen) maupun perusahaan secara global. Hasil dari sebuah sistem diharapkan akan membantu aktivitas operasional perusahaan. 2.1.1 Pengertian Sistem Banyak pengertian sistem yang dikemukakan oleh para pakar. Secara umum sistem merupakan kerangka kerja terpadu untuk mencapai suatu tujuan tertetentu. Pengertian sistem menurut Romney (2011 : 2) sebagai berikut: “System is a series of two or more components are interconnected, which interact to achieve a goal”. Pengertian sistem menurut Bodnar (2010 : 1) adalah sebagai berikut: “A set of interrelated resources to achieve a goal.” 14 15 Sedangkan pengertian sistem menurut Hall (2011: 6) adalah sebagai berikut: “Groups of two or more components or subsystems are interconnected to function with the same goal.” Dengan demikian, sistem bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan adanya suatu kerjasama diantara komponen-komponen pembentuk suatu sistem diharapkan akan menghasilkan suatu output yang bernilai bagi pihak perusahaan. 2.1.2 Karakteristik Sistem Dalam mengenali dan memahami bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai suatu sistem atau bukan, maka ada karakteristik atau ciri-ciri dalam mengkategorikan suatu sistem. Menurut Susanto (2004: 19) suatu sistem memiliki ciri-ciri: “suatu sistem memiliki: (1) Tujuan sistem, (2) Batas sistem, (3) Subsistem, (4) Hubungan sistem, (5) input-output, (6) Lingkungan sistem.” Penjelasan atas ciri-ciri suatu sistem adalah sebagai berikut: 1. Tujuan sistem: merupakan target atau sasaran akhir yang ingin dicapai oleh suatu sistem. Agar target tersebut bisa dicapai, maka target atau sasaran tersebut harus diketahui terlebih dahulu ciri-ciri atau kriterianya. Tanpa ada kriteria yang jelas maka akan sulit dilakukan pengendalian karena sulit dilakukan pengukuran sehingga pada akhirnya sistem tidak akan mencapai sasaran. 16 2. Batas sistem merupakan garis abstraksi yang memisahkan antara sistem dan lingkungannya 3. Subsistem merupakan komponen atau bagian dari suatu sistem, subsistem ini bisa fisik maupun non fisik. 4. Hubungan sistem adalah hubungan yang terjadi antara subsistem dengan subsistem lainnya yang setingkat atau antara subsistem dengan sistem yang lebih besar. 5. Input-proses-output. Sistem ini memiliki tiga fungsi dasar yaitu input, proses, dan output. Fungsi ini juga menunjukan bahwa sistem sebagai proses tidak bisa berdiri sendiri, harus ada input dan output. Input merupakan segala sesuatu yang masuk kedalam sistem. Proses merupakan perubahan dari input menjadi output. Proses ini mungkin diakukan mesin, orang atau komputer. Output adalah hasil dari suatu proses yang merupakan tujuan dari keberadaan sistem. Seperti dijelaskan sebelumnya output suatu sistem bisa menjadi input untuk sistem yang lain yang setelah diproses menjadi output yang lain. 6. Lingkungan sistem adalah faktor-faktor diluar sistem yang mempengaruhi sistem. Lingkungan sistem ada dua macam, lingkungan eksternal (diluar perusahaan), dan lingkungan internal (di dalam perusahaan). Kedua lingkungan ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap sistem. Karakteristik sistem menurut Krismiaji (2005: 1) suatu sistem memiliki tiga karakteritsik sebagai berikut: 17 “ (1) Komponen, atau sesuatu yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan; (2) Proses, yaitu kegiatan untuk mengkoordinasikan komponen yang terlibat dalam sebuah sistem; dan (3) Tujuan, yaitu sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan koordinasi komponen tersebut”. Sedangkan menurut Tata Sutarbi (2005: 12) sebuah sistem memiliki karakteritsik yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan suatu sistem, yaitu: 1. Komponen (components): komponen ini bisa sebagai subsistem dari sebuah sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. 2. Batasan sistem (Boundary): penggambaran dari elemen-elemen atau unsur yang termasuk didalam sistem dan mana yang diluar sistem. 3. Lingkungan luar sistem (Environtment): segala sesuatu diluar ruang lingkup sistem yang mempengaruhi operasi sistem. 4. Penghubung (interface): tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi. 5. Masukan (input): sumber data (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem. 6. Keluaran (output): sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan di layar komputer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh kegiatan dalam suatu sistem 7. Pengolah sistem (process): pengolahan data yang mengubah masukan menjadi keluaran. 18 8. Sasaran sistem (objective): suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministic, dan dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan. 2.2 Konsep Dasar Informasi Dalam proses suatu sistem, data dibutuhkan sebagai suatu input yang dikemudian akan diproses hingga menghasilkan output. Data ini berupa bahan untuk diskusi, pengambilan keputusan, perhitungan atau pengukuran. Saat ini data tidak harus selalu berbentuk kumpulan huruf, suara, ataupun gambar. Menurut Whitten (2004: 27) data adalah: “Raw facts about people, places, events, and things that are of importance in an organization. Each facts in by it self, relatively meaningless.” Sedangkan definisi Data menurut Raymond McLeod, Jr., George Schell (2001: 12) sebagai berikut: “Consists of facts and figures that are relatively meaningless to the user.” “Terdiri dari fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pengguna.” Data merupakan bentuk yang masih mentah, belum dapat bercerita banyak, sehingga perlu diolah lebih lanjut. Data diolah melalui model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain, yang akan membuat sejumlah data kembali. 19 Dalam suatu perusahaan data bisa merupakan jumlah jam kerja bagi setiap karyawan diperusahaan tersebut, jumlah penjualan dan lain-lain. Ketika data ini diproses, data tersebut dirubah menjadi informasi. Akan tetapi tidak setiap hasil dari data yang telah diolah dapat dikatakan sebagai informasi. Definisi informasi menurut Susanto (2004: 46) adalah sebagai berikut: “Informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat.” Definisi informasi menurut Jogiyanto H.M (2005: 8) adalah sebagai berikut: “Data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimannya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang.” Sedangkan definisi informasi menurut Raymond McLeod, Jr., George Schell (2001: 12) sebagai berikut: “Information is the data processing that give meaning and benefits”. “Informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat.” Hasil pengolahan data yang tidak memberikan makna atau arti serta tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah merupakan informasi bagi orang tersebut. Dari uraian tentang informasi ada tiga hal penting yang harus diperhatikan disini yaitu: 1. Informasi merupakan hasil pengolahan data 2. Memberikan makna atau arti. 20 3. Berguna dan bermanfaat. Menurut Romney (2011: 12) agar suatu informasi dapat dikategorikan memiliki makna serta bermanfaat dan berkualitas maka informasi tersebut harus memiliki ciri-ciri: 1. Relevant. The information is relevant if it reduces uncertainly, improves decision making ability to make predictions confirm or correct their previous expectations. 2. Trade on. Information is reliable if it is free from errors or irregularities and to accurately represent the events or activities in the organizations. 3. Complete. Information was incomplete if it does not eliminate the important aspects of the event which is the basis of issues or activities measured. 4. It’s on time. Information was timely if given at the right time to allow decision- making to use in making decisions. 5. Can be understood. Information can be understood if presented in a from that can be worn and clearly. 6. Can be verified. Information can be verified if two people with knowledge of the good, work independently and each will produce the same Opera. Berbeda dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Romney, Susanto (2004: 47) mengusulkan ciri-ciri suatu informasi yang lebih detail. Ciri-ciri tersebut adalah: 1. Efektivitas artinya informasi harus sesuai dengan kebutuhan pemakai dalam mendukung suatu proses bisnis, termasuk didalamnya informasi 21 tersebut harus disajikan dalam waktu yang tepat, format yang tepat, sehingga dapat dipahami, konsisten dengan format sebelumnya, isinya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan lengkap atau sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan. 2. Efisiensi artinya informasi yang dihasilkan melalui penggunaan sumber daya yang optimal. 3. Confidensial artinya memperhatikan proteksi atau perlindungan terhadap informasi sensitif dari pihak yang tidak berwenang. 4. Integritas artinya informasi yang dihasilkan harus merupakan hasil pengolahan data yang terpadu berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. 5. Ketersediaan artinya informasi yang diperlukan harus selalu tersedia kapanpun saat diperlukan, untuk itu diperlukan pengamanan terhadap sumber daya informasi. 6. Kepatuahan artinya informasi yang dihasilkan harus patuh terhadap undang-undang atau peraturan pemerintah serta memiliki tanggung jawab baik terhadap pihak internal maupun pihak eksternal organisasi perusahaan. 7. Kebenaran artinya informasi telah disajikan oleh sistem informasi dengan benar dan dapat dipercaya sehingga dapat digunakan oleh manajemen untuk mengoperasikan perusahaan. Informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan karena informasi memiliki kemampuan dalam menunjukan perkembangan operasi yang terjadi didalamnya. Informasi-informasi yang dihasilkan perusahaan pada akhirnya akan digunakan 22 dalam proses pengambilan keputusan oleh para pengguna informasi baik itu oleh pihak intern maupun pihak ekstern. 2.3 Sistem Informasi Informasi menjadi bagian penting dalam aktivitas perusahaan. Informasi yang diolah secara sitematis dapat menjamin suatu kontinuitas serta kehandalan hasil dari informasi tersebut. Perusahaan yang telah menerapkan sistem informasi akan sangat terbantu dalam melakukan fungsi bisnisnya. Sistem informasi yang dimaksud terkait dengan penggunaan teknologi atau dalam hal lain melibatkan komputer sebagai alat bantu pemrosesan. Sistem informasi memfasilitasi fungsifungsi operasional dan menyediakan informasi dalam pengambilan keputusan. Suatu sistem informasi melibatkan banyak komponen didalamnya dan saling bekerja sama untuk menghasilkan sesuatu yang bermaanfaat bagi pihak manajemen perusahaan. Definisi sistem informasi menurut Bodnar (2010: 9) sebagai berikut: “Information system is a set of hardware and software designed to transform data into useful information”. Definisi sistem informasi menurut Jogiyanto (2005: 11) adalah sebagai berikut: “Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.” 23 Sedangkan definisi sistem informasi menurut Susanto (2004: 61) sebagai berikut: “Sistem informasi adalah kumpulan dari subsistem apapun baik fisik ataupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai suatu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berarti dan berguna”. Pada intinya definisi yang diungkapkan oleh para pakar mencoba untuk memaparkan bahwa sistem informasi merupakan suatu hasil dari pekerjaan suatu kelompok bukan pekerja individu, baik itu benda berwujud, makhluk hidup, ataupun benda mati tak berwujud. Lebih spesifik lagi sistem informasi akuntansi yang dimaksud berhubungan dengan pengguna teknologi sebagai alat bantu dalam pemrosesan data-data menjadi informasi yaitu sistem informasi akuntansi berbasis komputer. 2.3.1 Komponen Sistem Informasi Sistem informasi terbentuk atas sekumpulan sub-sub sistem, dimana sub- sub sistem merupakan pengelompokan dari beberapa komponen yang lebih kecil. Suatu sistem informasi tidak akan berjalan apabila salah satu komponennya tidak ada. Susanto (2004: 76) mengkelompokan komponen-komponen sistem informasi sebagai berikut: “(1). Perangkat keras (Hardware), (2). Perangkat Lunak (Software), (3). Manusia (Brainware), (4). Prosedur (Prosedure), (5). Basis data (data base), (6). Jaringan komunikasi (Communication network).” Krismiaji (2005: 16) mengelompokan komponen-komponen sistem informasi sebagai berikut: 24 “(1) Tujuan, (2) Input, (3) Output, (4) Penyimapanan data, (5) Pemrosesan, (6) Intruksi dan prosedur, (7) Pemakai, (8) Pengamanan dan pengawasan” Sedangkan Romney dan Steinbart 2011 komponen-komponen sistem informasi dikelompokan menjadi, sebagai berikut: “(1) Human resources, (2) Procedure, (3) Data, (4) Software, (5) Information technology infrastructure Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu sistem informasi memiliki beberapa komponen-komponen dasar, yaitu orang, alat untuk mengolah data, prosedur-prosedur, data sebagai masukan, informasi sebagai output, tujuan pengendalian dan pengawasan 2.3.2 Fungsi Sistem Informasi Setiap organisasi yang menggunakan komputer untuk memproses data transaksi memiliki fungsi sistem informasi. Fungsi informasi bertanggung jawab atas pemrosesan data. Pemrosesan data merupakan aplikasi sistem informasi akuntansi yang paling mendasar disetiap organisasi. Fungsi sistem informasi dalam organisasi telah mengalami evolusi, dulu fungsi ini diawali dengan struktur organisasi yang sederhana yang hanya melibatkan beberapa orang. Sekarang fungsi tersebut telah berkembang menjadi struktur yang kompleks yang melibatkan lebih banyak spesialis. 25 2.4 Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi menurut American Accounting Association (Soemarso, 2002: 3) adalah sebagai berikut: “Akuntansi adalah suatu proses mnegidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penelitian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.” Sedangkan menurut Warren (2005: 10) pengertian akuntansi adalah: “Accounting can be generally defined as an information system that produces reports to the parties concerned about the economic activities and condition of the company”. Definisi-definisi diatas mengandung beberapa pengertian, yakni: 1. Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi. (Bagian ini menjelaskan tentang kegiatan akuntansi). 2. Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan (Segi kegunaan dari akuntansi). 2.5 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Terdapat beberapa definisi mengenai pengertian sistem informasi akuntansi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain dikemukakan oleh: 1. Menurut Wilkinson (2007) “Accounting information system is unfined structure within an entity, such as business firm, that employs physical resources and other components to transform economics data into accounting 26 information, with purpose of satisfying the information needs of variety of users.” 2. Menurut Cushing yang dialihbahasakan oleh La Midjan dan Azhar Susanto (2003: 112) “Sistem informasi akuntansi merupakan seperangkat sumber manusia dan modal dalam organisasi, yang berkewajiban untuk menyajikan informasi keuangan dan juga informasi yang diperoleh dari pengumpulan dan pemrosesan data.” 3. Menurut Krismiaji (2005: 4) “Sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis.” 4. Menurut Romney dan Steinbart (2011: 28) “An accounting information system is a system that collects, record, stores, and processes data to produce information for decion makers.”, such as people and equipment, designed to transform financial and other data into information.” 5. Menurut Bodnar dan Hapwood (2010: 1) “An accounting information system is a collection of resources. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Sistem informasi akuntansi merupakan proses mengumpulkan, menggolongkan, mengolah data transaksi, lalu menganalisis, dan dikomunikasikan hasilnya dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. 2. Pemakai informasi keuangan yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi adalah pihak dalam perusahaan, terutama 27 manajemen dan pihak luar yang berkepentingan terhadap perusahaan. 2.6 2.6.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Menurut Hansen dan Mowen (2009) mengatakan sistem informasi akuntansi manajemen yaitu: “Produces an output that information by using the input to achieve the specific objectivities of management, especially to provide information that will be used in the calculation of the cost of services or products and other objects of interest management, providing information used in planning, controlling, and evaluating and providing useful information in decision .” Sementara menurut Atkinson et al (2001) sistem akuntansi manajemen merupakan : “A value adding continuous improvement process of planning, designing, measuring and operating nonfinancial and financial information system that guides management action, motivates behavior, and support and creates the cultural values necessary to achieve an organizations strategic, tactical and operating objectives.” Definisi tersebut menjelaskan bahwa sistem informasi yang melakukan nilai tambah dan perbaikan secara terus menerus dengan merencanakan, merancang, mengukur dan mengoperasikan sistem informasi data nonfinansial dan finansial, serta tindakan manajemen dengan memotivasi perilaku, dukungan dan menciptakan nilai-nilai budaya yang diperlukan untuk mencapai suatu organisasi strategis, taktis dan tujuan operasi. 28 Selanjutnya menurut Chia (1995) menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen adalah : “Is an organizational control mechanism which facilitates control by reporting and creating visibility in the action and performance of its members. The informational role of the management accounting system facilitates decision-making and control in the organization and should, therefore, be tailored to the organizational contextual variables and other control subsystems.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa suatu mekanisme kontrol organisasi yang memberikan fasilitas kontrol melalui pelaporan dan penciptaan yang tampak dalam tindakan dan kinerja, yang mana merupakan alat yang efektif dalam penyediaan informasi yang berguna dalam memprediksi akibat yang mungkin terjadi dari berbagai alternatif yang dapat dilakukan. Serta peran informasi dari sistem akuntansi manajemen memfasilitasi pengambilan keputusan dan kontrol dalam organisasi dan harus disesuaikan dengan variabel kontekstual organisasi dan subsistem kontrol lainnya. Menurut Horngren (2011) menjelaskan sistem akuntansi manajemen adalah: “Management accounting produces information for managers within an organization. It is the process of identifying, measuring, accumulating, analyzing, preparing, interpreting, and communicating information that helps managers fulfill organizational objectives.” Pernyataan di atas menjelaskan informasi akuntansi manajemen bagi para manajer digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Informasi akuntansi manajemen merupakan proses yang meliputi identifikasi, pengumpulan, analisis, penyediaan, interpretasi dan komunikasi informasi bagi para manajer dalam mencapai tujuan. 29 Atkinson et al (2001) menjelaskan bentuk informasi akuntansi manajemen adalah: “Financial and operating data about an organization activities, process, operating unit, product, services and customers. The calculated cost of a product an activities of a department in a recent time period.” Definisi di atas menjelaskan bahwa informasi akuntansi manajemen berupa informasi keuangan dan operasional dari berbagai aktivitas organisasi, proses, unit-unit operasi, produk-produk, jasa-jasa dan pelanggan. Di dalam perkembangannya kategori informasi akuntansi manajemen menjadi lebih luas, bukan saja tentang operasi yang dikuantifikasi dalam terminology keuangan saja akan tetapi juga berupa informasi non keuangan, seperti kualitas waktu proses, pengukuran yang bersifat lebih subjektif, kepuasan para pelanggan, kapabilitas karyawan dan kinerja atas produk baru. 2.6.2 Fungsi Informasi Akuntansi Manajemen Menurut Mulyadi (2001) Informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok manajemen : perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. Informasi akuntansi manajemen ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi manajemen. Informasi akuntansi manajemen dibutuhkan oleh manajemen berbagai jenjang organisasi, untuk menyusun rencana aktivitas perusahaan di masa yang akan datang. 30 Hoque (2005) mengemukakan fungsi informasi akuntansi manajemen yaitu: “Management accounting information can contribute to the following management areas : policy formulation, planning and controlling the activities of the firm, decision taking on alternative courses of action and so on.” Definisi tersebut menjelaskan bahwa informasi akuntansi manajemen dapat memberikan kontribusi pada bidang manajemen yaitu: perumusan kebijakan, perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan, keputusan mengambil tindakan alternatif dan sebagainya. Selanjutnya Simamora (2012) menjelaskan informasi akuntansi manajemen sebagai: “Produk dari sistem akuntansi manajemen yang mempunyai manfaat bagi manajer dan organisasi.” Sebagai mana yang tertera di atas juga menambahkan bahwa salah satu peran utama sistem informasi akuntansi manajemen adalah memasok informasi yang memfasilitasi pengambilan keputusan bagi para manajer. Menurut Atkinson et al (2001) Terdapat empat fungsi informasi akuntansi manajemen dalam membantu para manajer menjalankan fungsi fungsi operasionalnya yaitu: 31 Tabel 2.1 Functions of Management Accounting Information No Functions Analysis Provide feedback information about the efficiency and qualiy of 1 Operational Control tasks performed Measure the costs of resources used to produce a product or Product and 2 service and market and deliver the product or service to Costumer Costing customers. Provide information about the performance of managers and 3 Management Control operating units. Provide information about the enterprise’s financial and long- 4 Strategic Unit run competitive performance, market conditions, customer preferences, and technological innovations. Sumber: Atkinson et al (2001) Tabel di atas menjelaskan bahwa fungsi informasi akuntansi manajemen yaitu memberikan umpan balik megenai efisiensi dan kualitas tugas-tugas, mengukur biaya sumber daya yang digunakan untuk memproduksi suatu barang atau jasa dan harga pasar serta biaya penyerahan barang atau jasa kepada konsumen, memberikan informasi tentang kinerja para manajer dan unit-unit perusahaan dan menyediakan informasi tentang keuangan perusahaan dan kinerja kompetitif jangka panjang, kondisi pasar, preferensi konsumen dan perkembangan teknologi. Hansen dan Mowen (2009) mengemukakan keberadaan informasi akuntansi manajemen di perusahaan terdapat tiga tujuan yang meliputi: 1) To provide information for costing out services, products and other objects interest to management 32 2) To provide information for planning,control dan evaluation : 3) To provide information for decision making Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen memiliki tujuan untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perhitungan biaya jasa, produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen, untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian dan untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Horngren (2011) informasi akuntansi manajemen bagi para manajer disediakan untuk: 1) Routine internal reporting for decision of managers. Such information provided for decision that occur with some regularity : 2) Non routine internal reporting for the decisions of managers. This information affects decision that occur irregularly or without precedent. Penjelasan di atas menjelaskan dimana para manajer dalam penggunaan suatu informasi akuntansi manajemen untuk perencanaan jangka pendek dan pengendalian operasi yang rutin dijalankan, misalnya dalam mengkalkulasi biaya yang bermanfaat untuk pengendalian biaya dan para manajer juga menggunakan informasi akuntansi manajemen untuk membuat keputusan yang tidak rutin, misalnya dalam pengambilan keputusan memformulasikan kebijakan dan perencanaan. tentang investasi peralatan, 33 Menurut Atkinson et al (2001) informasi akuntansi manajemen dapat memberikan bantuan sebagai berikut: 1. Helping engineers design products that can be produced efficiently 2. Signal where improvement in quality, efficiency and speed are needed in manufacturing operations 3. Guides product mix decisions 4. Choose among alternative supplier 5. Negotiated about price, product feature, quality delivery and service with customer Definisi di atas menjelaskan bahwa para manajer menggunakan informasi akuntansi manajemen untuk perencanaan jangka pendek dan pengendalian operasi yang rutin dijalankan, seperti kalkulasi biaya yang bermanfaat dalam pengendalian biaya dan membuat keputusan mengenai investasi peralatan, menformulasikan kebijakan dan perencanaan. 2.6.3 Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Menurut Mulyadi (2001) secara konvensional rancangan sistem akuntansi manajemen terbatas pada informasi keuangan internal yang berorientasi historis. Tetapi, meningkatnya peran sistem akuntansi manajemen untuk membantu manajer dalam pengarahan dan pemecahan masalah telah mengakibatkan perubahan sistem akuntansi manajemen untuk memasukkan data eksternal dan non keuangan kepada informasi yang berorientasi masa datang (Informasi sistem akuntansi manajemen lingkup luas). 34 Informasi dikatakan berkualitas menurut (Bodnar, 2010) jika memenuhi kriteria akurasi, yaitu memiliki derajat bebas kesalahan yang tinggi, dapat dibuktikan, memenuhi standard kelengkapan, relevan dengan kondisi nyata, tepat waktu, cepat, lengkap. Karakteristik informasi akuntansi manajemen dimana informasi yang paling bermanfaat menurut persepsi manajer adalah informasi yang memiliki karakteristik berdasarkan penelitian Chenhall dan Morris (1986) yaitu broad scope, timeliness, aggregation, dan integration. Pada penelitian ini karakteristik informasi akuntansi manajemen yang digunakan adalah karakteristik informasi berdasarkan penelitian Chenhall dan Morris. Digunakannya karakteristik tersebut karena keempat karakteristik tersebut diperoleh dari pembuktian empiris. Selain itu telah teruji pula dalam penelitian-penelitian lanjutan oleh Gul 1991, Gul dan Chia 1994, Mia dan Chenhall 1994, Chia 1995 dan Mardiyah dan Gudono 2001. Berikut uraian masing masing karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen : 1. Informasi Broad Scope (lingkup) Chia (1995) mengemukakan pengertian informasi lingkup (broad scope) sebagai berikut: “A management accounting system with an information characteristic of broad scope provides information that is both internal and external to the organization. The scope of the information covers a diverse range of areas such as economic (total market sales,organization's share of that market, GNP) and non-economic (e.g.,technological advances, sociological changes, demographic developments) aspects of the environment. Estimates of the likelihood of future events occurring are also covered in the broad scope as well. To the sub-unit managers operating in a 35 decentralized organization, the broad scope of the management accounting system caters for their diversity of informational needs in their decision-making.” Pengertian tersebut menjelaskan bahwa karakteristik sistem akuntansi manajemen memiliki lingkup informasi yang luas bersifat internal maupun eksternal di dalam organisasi. Ruang lingkup informasi meliputi beragam bidang seperti ekonomi (penjualan total pasar, pangsa organisasi pasar itu, GNP) dan non-ekonomi (misalnya, kemajuan teknologi, perubahan sosiologis, perkembangan demografis) aspek lingkungan. Perkiraan kemungkinan peristiwa di masa depan terjadi juga tercakup dalam lingkup yang luas juga. Untuk sub-unit manajer beroperasi di sebuah organisasi desentralisasi, ruang lingkup yang luas dari sistem akuntansi manajemen melayani keragaman mereka kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan mereka Selanjutnya menurut Gorry dan Morton (1971); Larker (1981) mengatakan bahwa : “The scope of an information system refers to the dimensions of focus, quantification, and time horizon.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa karakteristik informasi broad scope adalah informasi dari suatu sistem akuntansi manajemen yang mewakili dimensi fokus, kuantifikasi dan time horizon Gordon dan Narayanan (1984) menjelaskan informasi lingkup (broad scope) yaitu: “Wider scope information is defined as information that is related to the external environment, is non-financial and future oriented.” 36 Definisi tersebut dapat menjelaskan Informasi lingkup yang lebih luas didefinisikan sebagai informasi yang berkaitan dengan lingkungan eksternal, adalah non-keuangan dan berorientasi ke masa depan Sementara menurut Mia dan Chenhall (1994) perbedaan aktivitas manajer akan mengakibatkan pula terjadinya perbedaan kebutuhan informasi yang broad scope agar dapat membuat keputusan yang lebih efektif. Kesesuaian antara karakteristik informasi yang broad scope dan aktivitas para manajer akan mempertinggi kinerja manajerial. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa karakteristik informasi lingkup (broad scope) yaitu lingkup informasi yang bermanfaat bagi manajer yang bersifat internal dan eksternal agar dapat membantu dalam membuat keputusan yang lebih efektif di dalam lingkup manajemen. 2. Informasi Timeliness Menurut Chenhall dan Morris (1986) mejelaskan informasi tepat waktu (timeliness) yaitu : “A manager’s ability to respond qualiky to events likely to be influenced by the timeliness of the management accounting system. Timeliness is usually specified in terms of the provision of information on request and the frequency of reporting systematically collected information. Timely information enhances the facility of management accounting system to report upon the most recent events and to provide rapid feedback on decisions.” Definisi tersebut menjelaskan bahwa kemampuan para manajer untuk merespon secara cepat atas suatu peristiwa kemungkinan dipengaruhi oleh timeliness sistem akuntansi manajemen. Informasi yang timeliness meningkatkan 37 fasilitas sistem akuntansi manajemen untuk melaporkan peristiwa paling akhir dan untuk memberikan umpan balik secara tepat terhadap keputusan yang telah dibuat. Selanjutnya Supriyono (2001) menjelaskan informasi tepat waktu (timeliness) adalah: “Informasi akuntansi manajemen yang harus memenuhi karakteristik kualitatif tepat waktu, karena informasi tersebut akan dipakai oleh manajemen sebagai dasar pembuatan keputusan dan untuk menghindari keterlambatan atau tertundanya pembuatan keputusan tersebut.” Supriyono (2001) juga menambahkan tepat waktu ini dipengaruhi oleh dua komponen penyajian informasi, yaitu (1) interval waktu pelaporan informasi (2) tepat atau lambatnya laporan informasi tersebut dapat disajikan sesuai interval waktu yang sudah ditentukan. Meskipun tepat waktu adalah karakteristik kualitatif dalam informasi akuntansi manajemen, tetapi juga perlu mempertimbangkan biaya dan manfaat (cost and benefit) informasi serta kemungkinan timbulnya konflik dengan criteria kualitatif yang lain misalnya dengan kriteria presisi dan akurasi. Selanjutnya menurut Bodnar (2010) informasi tepat waku (timeliness) yaitu : “Timelineless in obtaining information of an event. Timely information to say if the information reflects the current conditions and in accordance with the needs of the manager.” Selain itu Romney dan Steinbert (2011) juga menjelaskan informasi tepat waktu (timeliness) yaitu: 38 “Information is timely if it is provided in time for decision makers to make decisions.” Pernyataan di atas maka dapat menjelaskan bahwa informasi di nilai tepat waktu apabila informasi tersebut dihasilkan tepat pada saat yang dibutuhkan. Mc.Leod (2004) memberikan penjelasannya mengenai informasi tepat waktu yaitu: “Information should be available for problem solving before crisis situations develop or opportunities are lost. The manager should be able to obtain information that describes what is happening now in addition to what happened in the past.” Menurut definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Informasi harus tersedia untuk pemecahan masalah sebelum terjadinya situasi krisis yang berkembang atau kesempatan yang hilang. Manajer harus mampu memperoleh informasi yang menggambarkan apa yang akan terjadi sekarang di samping apa yang terjadi di masa lalu. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa informasi tepat waktu (timeliness) yaitu kemampuan para manajer untuk merespon secara cepat dan tepat terhadap setiap informasi yang di butuhkan pada saat pengambilan keputusan. 3. Informasi Aggregation (agregasi) Menurut Chenhall dan Morris (1986) memberikan penjelasan informasi agregasi (aggregation) yaitu: “Management accounting system provide information in various forms of aggregation ranging from provision of basic raw, unprocessed data to a variety of aggregations around periods of time or areas of interest such as responsibility centers, or functional areas. An additional type of aggregation refers to summation in formats consistent with formal 39 decision models such as discounted cash flow analysis for capital budgeting, simulation and linear programming in budgetary applications, cost-volume-profit analysis, and inventory control models. In the current study, aggregated information is a composite of temporal and functional summation (e.g., sales area, cost center, marketing and production departments) and information produced specifically for formal decision models” Definisi tersebut menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen memberikan informasi dalam berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari pemberian bahan dasar, data yang tidak diproses hingga berbagai agregasi berdasarkan periode waktu atau area tertentu misalnya pusat pertanggungjawaban atau fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu kepada berbagai format yang konsisten dengan model keputusan formal seperti analysis cash flow yang didiskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan linear programming untuk penerapan anggaran, analisis biaya-volume-laba, dan model pengendalian persediaan. Dalam perkembangan terakhir, agregasi informasi merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal seperti area penjualan, pusat biaya, departemen produksi dan pemasaran, dan informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model keputusan formal. Sementara menurut Chia (1995) mengatakan informasi agregasi (aggregation) yaitu: “The management accounting system information characteristic of aggregation concerns the application of either formal decision models or analytical models on summated information onto functioned areas or over different time periods.” Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi aggregation merupakan informasi yang memperhatikan penerapan bentuk kebijakan formal (seperti discounted cash flow) atau model analitis informasi hasil akhir yang 40 didasarkan pada area fungsional (seperti pemasaran, produksi) atau didasarkan pada satu waktu (seperti bulanan, kuartalan) Menurut Supriyono (2001) menjelaskan informasi agregasi (agregation) adalah: “Menunjukan proses pengurangan volume data yang diperlukan agar dapat mengurangi atau menghemat biaya dalam penyediaan informasi akuntansi. Tetapi agregasi ini dapat menimbulkan kerugian karena informasi yang penting mungkin tidak disajikan.” Selanjunya Bodnar (2010) mengatakan informasi agregasi (aggregation) yaitu: “Information convenyed in a more compact form, but still cover the important stuff so it does not reduce the value of the information itself.” Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa informasi agregasi (aggregation) yaitu informasi yang merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal yang di butuhkan di dalam pengambilan keputusan. 4. Informasi Integration (integrasi) Menurut Chenhall dan Morris (1986) menjelaskan informasi integrasi (integration) yaitu: “An important aspect of organizational control is coordination of the various segments within a sub uni. Managemen accounting system characteristic which may assist coordination would include the specification of targets which account for the effects of interacting segments and information on the impact that decisions in one area have on operations throughout the sub-unit.” Definisi tersebut menjelaskan informasi integrasi mencakup aspek tentang ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi antar sub-unit 41 dalam organisasi. Informasi terintegrasi dari karakteristik sistem akuntansi manajemen mencerminkan bahwa terdapat adanya koordinasi antar segmen subunit yang satu dengan sub-unit yang lainnya. Kompleksitas dan saling keterkaitan ataupun ketergantungan antar sub unit satu dengan sub unit lainnya akan tercerminkan dalam informasi integrasi. Semakin banyaknya segmen dalam sub-unit atau jumlah sub-unit dalam organisasi, maka informasi yang bersifat terintegrasi akan semakin dibutuhkan. Begitu pula pendelegasian kebijakan serta permasalahan pengendalian yang akan muncul pada organisasi desentralisasi, mungkin akan berkurang dengan adanya informasi terintegrasi (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi terintegrasi akan berperan dalam mengkoordinasikan kebijakan dalam organisasi agar terjadinya keselarasan dalam mencapai tujuan utama perusahaan. Sementara menurut Gorry dan Morton (1971); Larker (1981) memberikan pendapat nya yaitu: “The information is in integratet shows that there is coordination between the segments of the company, this information will be useful for managers when faced with making decisions that have an impact on some segments of the company.” Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa informasi integrasi (integration) yaitu informasi yang mencakup aspek tentang ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi antar sub unit dalam organisasi yang berperan dalam mengkoordinasikan kebijakan suatu organisasi agar terjadinya keselarasan dalam mencapai tujuan utama perusahaan. 42 2.7 Kinerja Manajer 2.7.1 Pengertian Kinerja Arti performance atau kinerja menurut Prawirosentono (1999: 2) adalah sebagai berikut: “ Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kemudian kinerja (performance) diartikan pula oleh Simamora (2004: 327) yaitu: “Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan.” Supriyanto (2001: 7) menyebutkan istilah kinerja dan prestasi kerja yaitu: “Kinerja adalah dibandingkan hasil dengan kerja berbagai seseorang selama kemungkinan, periode tertentu misalnya standar, target/sasaran. Menurut Mangkunegara (2001: 67), istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah sebagai berikut: “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” 43 Menurut Bernadin dan Russel yang dikutip Gomes Lardoso Faustino (2000: 135): “Kinerja adalah outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode tertentu”. Marihot Tua Efendy (2002: 194) mengatakan bahwa: “Kinerja adalah unjuk kerja yang merupakan hasil kerja dihasilkan oleh pegawai atau prilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi”. Menurut Dessler, seperti yang dikutip oleh Anggono (2003) mendefinisikan kinerja adalah: “ Sebagai perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan”. Jadi dengan demikian kinerja (performance) adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang pada periode tertentu berdasarkan alat ukur yang digunakan baik kualitas mapupun kuantitas dengan membandingkan antara target dan hasil yang dicapai. 2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Mathis dan John yang dialihbahasakan oleh Jimmy Sadeli Bayu Prawira (2001: 82) faktor faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja yaitu : 1) kemampuan mereka, 2) motivasi, 3) dukungan yang diterima, 4) keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5) hubungan mereka dengan organisasi. 44 Sedangkan menurut Mangkunegara (2001: 67) faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.” Dari kedua pernyataan dapat dijelaskan bahwa kinerja dipengaruhi oleh faktor kemampuan yaitu IQ dan pendidikan, faktor motivasi sebagai alat penggerak diri karyawan untuk mencapai tujuan kerja, adanya dukungan yang diterima bisa berupa penghargaan, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan tidak lepas dari hubungan karyawan dengan organisasi dimana tempat ia bekerja. 45 2.7.3 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Menurut Arep dan Tanjung (2003: 203): “Tujuan penilaian kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat dan otentik tentang prilaku dan kinerja karyawan sehingga semakin besar pula potensi nilainya bagi perusahaan.” Disamping itu tujuan di atas, menurut Mulyadi (2001: 46), penilaian kinerja mempunyai manfaat bagi manajemen untuk: 1) Mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer, dan pemberhentian. 3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4) Mengadakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka, menilai kinerja mereka. 5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.” Dari pernyataan tujuan manfaat penilaian kinerja dapat dijelaskan bahwa perusahaan ingin memperoleh informasi yang akurat tentang prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawannya sebagai dasar untuk memberikan penghargaan, menentukan cara yang tepat mengembangkan potensi karyawan (pelatihan) dan memberikan manfaat bagi manajemen sebagai bahan evaluasi atas kebijakan yang diambil oleh perusahaan. 46 2.8 Pengertian Manajer Stonner, Gilbert dan Freeman (1996: 7) yang dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro mendefinisikan manajer sebagai berikut ini: “ Manajer adalah orang yang bertanggungjawab mengerahkan usaha yang bertujuan mebantu organisasi dalam mencapai sasarannya.” Menurut Robbins (2001: 1): “Manager get things done through other people. They make decisions, allocate resources, and direct the activities of other attain goals. Managers do their work in an organization.” Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajer adalah seseorang yang bekerja mengelola dan menata usahakan perusahaan melalui sumber daya manusia yang ada pada perusahaan tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka mempunyai tanggung jawab dan wewenang sebagai pengambil keputusan. 2.8.1 Tingkatan Manajer Salah satu cara untuk memahami kompleksitas manajemen adalah memandang bahwa manajer dapat berada di berbagai tingkatan dan cakupan berbagai macam manajer. Griffin dan Ronald (2007: 169) mengemukakan tingkatan manajer adalah sebagai berikut: 1) Manajer Puncak (Top Manager) Menurut Grifin dan Ronald (2007: 169) yang dialihbahasakan oleh Sita Wardhani, manajer puncak bertanggungjawab atas keseluruhan 47 kinerja dan efektivitas perusahaan. Jabatan manajer puncak meliputi presiden, wakil presiden, treasurer, CEO (Chief Excecutive Officer), CFO (Chief Financial Officer). 2) Manajer Menengah (Middle Manager) Manajer menengah bertugas memecahkan masalah dan mencari metode-metode baru untuk meningkatkan kinerja. Manajemen tingkat menengah meliputi posisi-posisi seperti misalnya manajer regional dan manajer pabrik (Madura, 2007: 386). 3) Manajer Lini Pertama (Lower Of First Of Supervisory Management) Menurut Umar (2002: 28), manajer lini hanya membawahi pekerja operasional, tidak membawahi manajer lain. Manajer lini pertama bisa disebut supervisor. 2.8.2 Penilaian Kinerja Manajer Menurut Mahoney, Jerdee dan Carroll (1963) yang dimaksud dengan kinerja adalah kemampuan manajer dalam melaksanakan kegiatan manajerial, antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pengaturan staff (staffing), negoisasi dan representasi. 1) Perencanaaan, yaitu suatu tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asusmsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang guna mencapai tujuan yang diinginkan. 48 2) Investigasi, yaitu upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan dan mempersiapkan informasi dalam bentuk laporan-laporan, catatan dan analisa pekerjaan untuk dapat mengukur hasil pelaksanaannya. 3) Koordinasi, yaitu menyelaraskan tindakan yang meliputui pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan. 4) Evaluasi, yaitu penilaian atas usulan dan atau kinerja yang diamati dan dilaporkan. 5) Supervisi, yaitu mengembangkan mengarahkan, potensi bawahan memimpin, serta melatih dan dan menjelaskan aturan-aturan kerja kepada bawahan. 6) Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerja baru, menempatkan dan mempromosikan pekerja tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya. 7) Negoisasi, yaitu upaya untuk memperoleh kesepekatan, dalam hal pembelian, penjualan, atau kontrak barang dan jasa. 8) Perwakilan, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan kegiatan-kegiatan organsasi dengan menghadiri kelompok bisnis dan konsultasi dengan perusahaan-perusahaan lain. 49 2.9 Penelitian Sebelumnya Tabel 2.2 Review Penelitian Sebelumnya No 1 2 Judul Hubungan Karakteristik Informasi Yang Dihasilkan Oleh Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Pada PerusahaanPerusahaan Manufaktur Di Jawa Timur Peneliti Juniarti Dan Evelyne (2003) Pengaruh Kualitas Informasi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Agus Widarsono (2007) Variabel X1: Broad Scope X2: Timelineless X3: Agregasi X4: Integrasi Y1: Kinerja Manajerial X1: Relevan, X2: Keandalan, X3: Lengkap dan Ringkas, X4: Tepat Waktu, X5: Dapat dipahami, X6: Dapat diverifikasi Y1: Kinerja Manajerial Hasil Penelitian Terdapat hubungan antara karakteristik informasi berupa integrasi, dan timelineless terhadap kinerja manajerial yang diukur dengan kemampuan manajer membuat perencanaan, dan hubungan tersebut signifikan secara statistik. Sedangkan karakteristik broadscope dan agregasi tidak terbukti berhubungan dengan kinerja manajerial berupa kemampuan manajer dalam membuat perencanaan. Kualitas Informasi Manajemen dengan karakteristik informasi yang: Relevan, Keandalan, Lengkap dan Ringkas, Tepat Waktu, Dapat dipahami, dan dapat diverifikasi, berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada perusahaan go publik aneka industri di Jawa Barat. 50 2.10 Kerangka Pemikiran Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien untuk mempertahankan eksistensinya, sehingga pengetahuan merupakan kekuatan yang sangat penting untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan. Sistem yang berkualitas yaitu sistem yang akurat, relevan, dan tepat waktu sehingga keputusan bisnis yang tepat dapat dibuat yang disesuaikan dengan sistem yang diterapkan di masing-masing perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan sistem merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Menurut Atkison (1995) dalam Astuti (2007) menyatakan bahwa sistem akuntansi manajemen (SAM) adalah sebagai berikut: “Sistem informasi yang mengumpulkan data operasional dan finansial, memprosesnya, menyimpannya dan melaporkan kepada pengguna.Produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen adalah informasi akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen didesain terutama untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambil keputusan oleh manajemen. Biasanya informasi yang digunakan oleh manajemen berkisar pada biaya, sehingga juga bisa disebut dengan akuntansi biaya. Selain data biaya untuk harga pokok, akuntansi manajemen juga membutuhkan data untuk pengawasan dan analisis biaya yang dibuat dalam bentuk standar dan lain-lainnya. Perusahaan mendesain sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM) untuk membantu organisasi yang bersangkutan melalui para manajernya, yaitu 51 dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengambilan keputusan. Untuk membantu aktivitasnya, para manajer membutuhkan dukungan informasi. Sistem Infomasi Akuntansi Manajemen (SIAM) merupakan sistem formal yang dirancang untuk menyediakan informasi bagi manajer. Perencanaan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) yang merupakan bagian dari sistem pengendalian organisasi perlu mendapatkan perhatian, sehingga dapat diharapkan akan memberikan kontribusi positif dalam mendukung keberhasilan sistem pengendalian manajemen. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) dapat membantu manajer dalam pengendalian aktivitas sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan dalam pencapaian tujuan (Chenhall & Morris 1986) dalam Arsono Laksmana (2002) Jurnal Akuntansi dan keuangan mengidentifikasi empat karakteristisk Sistem Informasi Akuntansi Manejemen (SIAM) yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan, yaitu: broad scope (lingkup), timelineless (tepat waktu), aggregation (agregasi), dan integration (integrasi). Karakretistik sistem informasi akuntansi manajemen yang tersedia tersebut akan menjadi efektif apabila sesuai dengan tingkat kebutuhan organisasi. Informasi akuntansi manajemen merupakan produk dari sistem akuntansi manajemen. Dalam Junarti dan Evelyne Jurnal akuntansi dan keuangan (2003) yang dikutip dari Chia (1995) dalam salah satu penelitiannya mengungkapkan bahwa karakteristik informasi akuntansi manajemen yang berupa aggregation, broadscope, integration dan timelineless mampu meningkatkan kinerja manajer. 52 Manajer yang memiliki informasi dengan karakteristik tersebut umumnya mampu untuk membuat perencanaan yang lebih baik dan mencapai target yang telah ditetapkan. Bukti-bukti bahwa karakteristik akuntansi manajemen berhubungan dengan kinerja manajemen juga diungkapkan AICPA (American Institue of Certified Public Accountants). Hasil survey yang pernah dilakukan oleh AICPA & Lawrence S. Maisel mengenai pengukuran kinerja menyatakan, sebanyak 77% responden menyetujui bahwa karakteristik akuntansi manajemen yang berkualitas penting dalam meningkatkan kinerja manajerial (Maisel and AICPA 2001: 28) Selanjutnya, Nazaruddin (1998) yang menguji mengenai pengaruh karakteristik sistem informasi terhadap kinerja manajerial menunjukan bahwa tingkat keandalan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen (broadscope, timelineless, agregasi, dan integrasi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Jadi dengan ketersediaan sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM) di perusahaan akan sangat membantu tugas yang dihadapi manajer, sehingga memungkinkan penyediaan informasi dalam bentuk tertentu yang akan memberikan manajer tambahan informasi yang akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Kemungkinan solusi terhadap suatu masalah juga semakin banyak, yang memungkinkan manajer produksi atau pemasaran untuk meningkatkan kualitas keputusan yang akan diambil. Dengan demikian tersedianya karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM), 53 memungkinkan manajer untuk mengambil keputusan secara tepat dan cepat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja manajerial. 2.11 Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori maka ditetapkan dua hipotesis penelitian yang akan digunakan, yaitu: H1: Broadscope berpengaruh terhadap kinerja manajerial H2: Timelineless berpengaruh terhadap kinerja manajerial H3: Agregasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial H4: Integrasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial H5: Broadscope, Timelineless, Agregasi, dan Integrasi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial 54 Karakteristik SIAM 1. Broadscope 2. Timelineless Kinerja Manajerial 3. Agregasi 4. Integrasi Ket: = Parsial = Simultan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran