Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO YANG OPTIMAL PADA INDUSTRI METAL & ALLIED PRODUCT Diana Wati [email protected] Aniek Wahyuati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research investigates as much as 4 manufacturing companies in the field of metal and allied product which are listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX) from the year 2006 to 2010 i.e.: PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk, PT. Betonjaya Manunggal, Tbk, PT. Indal Aluminium Industry, Tbk, and PT. Jaya Pari Steel, Tbk. The data analysis by counting the return level and the risk level which are conducted on the existing of portfolio combination is the method which is carried out in this research. This research produced an indication that investors are happy with the combination of 50 % : 50 % in the two stock portofolios would choose two options available between PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk with PT. Indal Aluminium Industry, Tbk, or PT. Indal Aluminium Industry, Tbk with PT. Indal Aluminium Industry, Tbk. Meanwhile, portofolio investors preferred stock with a partion of the combined 60 % : 40 % will choose two options available between PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk with PT. Indal Aluminium Industry, Tbk, or PT. Indal Aluminium Industry, Tbk with PT. Jaya Pari Steel, Tbk. Key word : portofolio, stock return, the risk of stocks, optimal. ABSTRAK Penelitian ini meneliti sebanyak 4 perusahaan manufaktur untuk bidang metal & allied product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 hingga 2010 yaitu PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk, PT. Betonjaya Manunggal, Tbk, PT. Indal Aluminium Industry, Tbk, dan PT. Jaya Pari Steel, Tbk. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah dengan menghitung tingkat return dan tingkat risiko dari investasi yang dilakukan pada kombinasi portofolio yang ada. Penelitian ini menghasilkan indikasi bahwa para investor yang senang dengan kombinasi 50 % : 50 % pada portofolio dua saham akan lebih memilih dua pilihan yang tersedia antara PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk dengan PT. Indal Aluminium Industry, Tbk atau PT. Indal Aluminium Industry, Tbk dengan PT. Jaya Pari Steel, Tbk. Sementara itu portofolio yang disukai para investor dengan porsi saham gabungan 60 % : 40 % akan memilih 2 pilihan yang tersedia antara PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk dengan PT. Indal Aluminium Industry, Tbk, atau PT. Indal Aluminium Industry, Tbk dengan PT. Jaya pari Steel, Tbk. Kata Kunci : Portofolio, return saham, risiko saham, optimal. PENDAHULUAN Perusahaan merupakan salah satu pokok kegiatan perekonomian yang hidup dalam lingkungan dunia usaha yang berubah cepat dan dinamis. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi yang cukup pesat, menuntut perusahaan untuk melakukan 1 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 2 pengelolaan usaha yang lebih baik. Manajemen keuangan adalah sebagai salah satu bagian fungsional yang mendasar dari suatu perusahaan yang memiliki peranan yang sangat penting untuk mencapai tujuan perusahaan, diantaranya adalah memaksimalkan penjualan, memaksimalkan laba, mencapai tingkat laba yang maksimum dengan tingkat risiko seminimum mugkin, mencapai sasaran pangsa pasar, dan kelangsungan hidup perusahaan. Hal tersebut semuanya merupakan tujuan yang bersifat jangka pendek, sedangkan tujuan perusahaan yang sesungguhnya biasa disebut dengan tujuan normatif perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang sahamnya. Dengan perkembangan di sektor pasar modal di Indonesia di era globalisasi saat ini diharapkan dapat menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengerahan dana guna menunjang pembiayaan selain dari pinjaman luar negeri dan perbankan. Dimana masyarakat umum mempunyai kesempatan yang sama untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang untuk keluar dari krisis. Secara garis besar manajemen keuangan terdiri dari 3 macam keputusan yaitu keputusan investasi, keputusan pembelanjaan, dan keputusan deviden. Investasi merupakan suatu bentuk penanaman dana secara langsung maupun tidak langsung, baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan tujuan memperoleh hasil dari penanaman dana tersebut. Investasi dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan pembelian surat berharga di pasar modal melalui bursa efek Indonesia. Dalam berinvetasi terdapat beberapa instrumen asset keuangan seperti deposito, reksa dana, obligasi, dll yang memiliki berbagai tingkat risiko yang berbeda-beda. Karakteristik investasi dengan risiko yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi, demikian sebaliknya apabila investasi dengan risiko yang rendah akan menghasilkan pendapatan yang rendah pula. Saham merupakan salah satu alternatif media investasi pada pasar modal yang memiliki tingkat risiko paling tinggi dibandingkan dengan tabungan atau deposito yang saat ini dijamin pemerintah. Investor saham akan menanggung ketidakpastian yang cukup besar tentang pendapatan yang akan mereka terima baik berupa deviden ( laba yang dibagikan ) maupun capital gain ( keuntungan modal ). Risiko merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam setiap investasi, karena besar kecilnya risiko yang terkandung dalam suatu alternatif investasi akan mempengaruhi hasil yang diharapkan dari investasi tersebut. Oleh karena itu dalam mengantisipasi hal tersebut para investor biasanya dalam surat – surat berharga tidak menginvestasikan seluruh dana mereka pada satu saham, melainkan membaginya kedalam berbagai saham, dengan kata lain membentuk suatu portofolio. Teknik pembentukan portofolio adalah mengalokasikan dana investasi pada berbagai alternatif kombinasi saham, sehingga risiko investasi ( secara keseluruhan ) akan dapat diminimumkan. Dalam pembentukan portofolio investor menentukan saham – saham mana yang akan dipilih kemudian menetapkan berapa besar proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing – masing saham tersebut. Dalam pemilihan saham – saham yang akan dimasukkan dalam portofolio, dilakukan dengan suatu cara yang bersifat analisis dan mengutamakan faktor perhitungan, salah satunya dengan menggunakan analisis terhadap risiko dan expected return. Tujuan investor melakukan analisis terhadap saham – saham adalah untuk mendapatkan keuntungan ( rate of return ) yang maksimal dan untuk meminimalkan risiko ( risk ). Pasar modal adalah suatu alternatif bagi investor yang sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan investor dalam menganalisis serta memilih saham mana yang menjanjikan expected return yang tinggi dan relatif stabil dalam berbagai risiko. Jika seorang investor akan mengambil keputusan investasi saham perlu memperhatikan tingkat risiko yang akan dihadapi dari investasi tersebut, yang akan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 3 dilakukan apabila investor melakukan kesalahan dalam analisis dan tidak memperhatikan risiko yang akan dihadapi maka keuntungan yang akan diharapkan dari investasi tersebut akan mengalami kerugian sehingga para investor perlu membentuk suatu portofolio yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan portofolio yang optimal, sehingga dapat membantu mendapatkan tingkat keuntungan yang diharapkan secara optimal pada tingkat risiko yang minimal dengan kombinasi portofolio saham yang paling menguntungkan bagi investor. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk bahan pertimbangan tentang cara memilih dan menyeleksi saham yang akan dibentuk sebagai portofolio agar menghasilkan portofolio yang efisien dan optimal serta dapat bermanfaat dalam memperkirakan tingkat pendapatan yang diharapkan dan risiko yang ditanggung investor di masa yang akan datang. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pasar Modal Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 ( satu ) tahun ( Samsul, 2006 : 43 ). Menurut UU RI No. 8 Tahun 1995, pasal 1 tentang Pasar Modal ( dalam Samsul, 2006 : 43 ) mendefinisikan pasar modal sebagai “ Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek ”. Pasar modal dapat di definisikan sebagai pasar untuk sebagai instrumen keuangan ( atau sekuritas ) jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta ( Husnan, 2001 : 3 ). Di dalam pasar modal lembaga – lembaga penunjang sesuai dengan Undang – Undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal, sangat diperlukan agar kegiatan di pasar modal cepat berjalan dengan baik antara lain adalah ( Husnan, 2001 : 9 – 13 ) : a. BAPEPAM ( Badan Pengawas Pasar Modal ) b. Bursa Efek c. Lembaga Kliring dan Penjamin d. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian e. Perusahaan Efek f. Reksa Dana Penjualan saham dapat dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis – jenis pasar modal menurut Sunariyah ( 2004 : 12 – 14 ) yaitu : a. Pasar Perdana ( Primary Market ) b. Pasar Sekunder ( Secondary Market ) c. Pasar Ketiga ( Third Market ) d. Pasar Keempat ( Fourth Market ) Pasar modal banyak terdapat di tiap negara. Alasan – alasan bagi negara tersebut untuk mendirikan pasar modal antara lain karena mengandung dua fungsi, yaitu ( Husnan, 2001 : 4 ) : a. Fungsi Ekonomi b. Fungsi Keuangan Keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi supply dan demand. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut antara lain ( Husnan, 2001 : 8 - 9 ) : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 4 a. b. c. d. e. Supply Sekuritas Demand akan Sekuritas Kondisi Politik dan Ekonomi Masalah Hukum dan Peraturan Peran Lembaga – Lembaga Pendukung Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Menurut Sunariyah ( 2004 : 7 – 10 ) peranan pasar modal ditinjau dari sisi : 1. Peranan pasar modal ditinjau dari para pelaku pasar modal antara lain : a. Sebagai fasilitas untuk melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual – belikan. b. Memberikan kesempatan pada para pemodal untuk menentukan hasil ( return ) yang diharapkan. c. Memberikan kesempatan pada investor untuk menjual kembali saham atau surat berharga yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. d. Menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. e. Mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. 2. Peranan pasar modal bagi perekonomian negara, antara lain : a. Fungsi Tabungan ( Savings Function ) b. Fungsi Kekayaan ( Wealth Function ) c. Fungsi Likuiditas ( Liquidity Function ) d. Fungsi Pinjaman ( Credit Function ) Investasi Dalam Saham Investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang ( Halim, 2005 : 4 ). Menurut Tandelilin ( 2001 : 3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini untuk digunakan dalam produksi yang efisien sehingga menghasilkan keuntungan di masa mendatang. Setiap orang mempunyai motif yang berbeda – beda dalam melakukan keputusan investasi, secara umum tentu saja motif investasi adalah memperoleh keuntungan. Menurut Subagyo dkk ( 2002 : 199 ) ada empat sasaran yang ingin dicapai oleh pemodal, yaitu : a. Memperoleh Dividen b. Berdagang c. Berkepentingan dalam Kepemilikan Perusahaan d. Spekulasi Seorang pemodal biasanya tidak memiliki motif tunggal, namun intensitas motif – motif diatas berbeda dari investor yang satu dengan yang lain. Seorang investor yang memiliki motif untuk memperoleh dividen biasanya membeli saham perusahaan yang sudah stabil, sehingga investor memperoleh dividen yang relatif stabil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motif investasi berbeda – beda antara investor yang satu dengan yang lain dalam hal memprioritaskan sasaran yang ingin dicapai. Menurut Husnan ( 2001 : 47 – 49 ) proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melaukukan investasi dalam sekuritas; yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah – langkah sebagai berikut : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 5 1. 2. 3. 4. 5. Menentukan Kebijakan Investasi Analisis Sekuritas Pembentukan Portofolio Melakukan Revisi Portofolio Evaluasi kinerja Portofolio Menurut Sunariyah ( 2004 : 48 – 49 ) terdapat dua keuntungan yang diperoleh pamodal dengan membeli atau memiliki saham antara lain : 1. Dividen 2. Capital Gain Menurut Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti ( 2001 : 108 – 109 ) ada dua jenis analisis yang digunakan untuk melakukan penilaian investasi saham. Adapun analisis tersebut adalah : 1. Analisis Fundamental 2. Analisis Teknikal Analisis ini didasarkan atas asumsi – asumsi sebagai berikut : a. Terdapat ketergantungan sistematik ( systematic dependencies ) di dalam return yang dapat di eksploitasi ke return abnormal. b. Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalu diamati ketika memprediksi distribusi return sekuritas. c. Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran. Teori Portofolio Teori portofolio dipelopori oleh Markowitz pada tahun 1952 dalam artikelnya yang berjudul Portofolio Selection yang menyatakan bahwa seorang investor dapat membentuk portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan paling tinggi berdasarkan suatu tahap risiko, ataupun membentuk portofolio yang berisiko paling rendah pada sesuatu tahap tingkat keuntungan. Dengan kata lain jika risiko dianggap sebagai suatu masalah yang tidak disukai investor, maka pemilihan portofolio yang hanya berdasarkan sekuritas yang dinilai rendah ialah suatu metode pemilihan portofolio yang kurang baik. Pemilihan ini dilakukan tanpa mampertimbangkan diversirfikasi portofolio terhadap risikonya yaitu dengan cara pemilihan portofolio yang memaksimumkan utiliti diharapkan yang dapat dilakukan oleh investor, maka dari itu para investor memilih portofolio berdasarkan tingkat keuntungan portofolio diharapkan dan risiko portofolio. Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik berupa aset riil maupun aset finansial yang dimiliki oleh investor ( Halim, 2005 : 54 ). Portofolio merupakan sekumpulan investasi yang menyangkut identifikasi saham – saham mana yang akan dipilih, menentukan proporsi dana yang ditanamkan pada masing – masing saham tersebut ( Husnan, 2001 : 49 ). Menurut Jogiyanto ( 2000 : 128 – 130 ) diversifikasi risiko ini sangat penting untuk investor, karena dapat meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima. Investor dapat melakukan diversifikasi dengan beberapa cara, seperti : a. Diversifikasi dengan Banyak Aktiva b. Diversifikasi Secara Random c. Diversifikasi Secara Markowitz Dengan mengkombinasikan Markowitz, sekuritas – sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan menurunkan risiko portofolio. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke dalam portofolio, semakin kecil portofolio. Dengan menggunakan metode Markowitz, diversifikasi ini dapat dibuktikan secara matematis. Halim ( 2005 : 55 ) mengatakan bahwa investor dapat menentukan kombinasi dari efek – efek untuk membentuk portofolio, baik yang efisien maupun yang tidak efisien. Suatu portofolio Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 6 dikatakan efisien apabila portofolio tersebut bila dibandingkan dengan portofolio lain memenuhi kondisi berikut : 1. Memberikan expected return terbesar dengan risk yang sama, atau 2. Memberikan risk terkecil dengan expected return yang sama. Menurut Sasongko ( 2007 ), diversifikasi atau menanamkan dana ke lebih dari satu jenis surat berharga ( membentuk portofolio ) adalah sebagai cara untuk menurunkan risiko. Persoalannya adalah berapa besar proporsi dana yang harus diinvestasikan pada masing – masing surat berharga agar diperoleh imbalan hasil seperti yang dikehendaki dengan risiko yang paling minimum. Semua portofolio yang terletak pada efficient frontier merupakan portofolio yang efisien sehingga tidak dapat dikatakan portofolio mana yang optimal ( Halim, 2005 : 55 ). Pendekatan yang digunakan dalam pemilihan portofolio yang optimal sebagai berikut : 1. Indifference Curve 2. Karakteristik Fungsi Utilitas Menurut Tandelilin ( 2001 : 74 ) fungsi utilitas merupakan suatu fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari semua alternatif pilihan yang ada. Fungsi utilitas jika dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Sikap yang tidak menyukai risiko ( risk averter ) b. Sikap yang netral terhadap risiko ( neutral risk ) c. Sikap yang menyukai risiko ( risk seeker ) Surat Berharga Surat berharga atau efek merupakan setiap pengakuan utang. Surat Berharga Komersial, Saham, Obligasi, Sekuritas Kredit, Tanda Bukti Utang, Setiap Right, Warrant, Opsi, atau Setiap Derivatif dari Efek atau Instrumen yang ditetapkan oleh BAPEPAM sebagai efek ( Komaruddin, 2004 : 69 ). Menurut Sunariyah ( 2004 : 47 - 52 ) didalam perdagangan efek terdapat berbagai macam surat berharga yang ditawarkan antara lain : 1. Saham Biasa ( Common Stock ) Menurut Siamat ( 2005 : 508 ) saham biasa ( Commom Stock ) dapat dibedakan dalam berbagai jenis antara lain sebagai berikut : a. Saham Unggul ( Blue Chips ) b. Growth Stocks c. Emerging Growth Stocks d. Income Stocks e. Cyclical Stocks f. Defensive Stocks g. Speculative Stocks 2. Saham Preferen ( Preferred Stocks ) 3. Obligasi ( Bond ) 4. Obligasi Konversi ( Convertble Bond ) 5. Right 6. Warrant 7. Reksa Dana Risiko Disamping memperhitungkan keuntungan investasi, investor juga perlu memperhitungkan risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return yang Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 7 diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaan, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. ( Tandelilin, 2001 : 7 ) Menurut Tandelilin ( 2001 : 48 – 50 ) ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi antara lain : 1. Risiko Suku Bunga 2. Risiko Pasar 3. Risiko Inflasi 4. Risiko Bisnis 5. Risiko Finansial 6. Risiko Likuiditas 7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang 8. Risiko Negara ( Country Risk ) Adapun risiko – risiko yang berhubungan dengan portofolio atas saham serta apa yang dimaksud risiko dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : 1. Risiko Sistematis ( Systematic Risk ) 2. Risiko Tidak Sistematis ( Non SystematicRisk ) 3. Risiko Total ( Total Risk ) Menurut Husnan ( 2001 : 22 ), risiko merupakan banyak sedikitnya penyimpangan dari nilai rata – rata dalam hal ini nilai harapan. Dalam situasi ketidakpastian, investor hanya bisa mengharapkan keuntungan yang akan diperoleh tanpa bisa mengetahui dengan pasti tingkat keuntungan yang sebenarnya akan diterima. Semakin banyak jumlah saham dalam portofolio, maka semakin kecil risiko yang tidak sistematis. Karena risiko yang tidak sistematis dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi, maka risiko ini menjadi tidak relevan dalam portofolio, sehingga yang relevan bagi investor adalah risiko pasar atau risiko sistematis yang diukur dengan beta ( = β ). Menurut Siamat ( 2005 : 659 ) ada beberapa cara penanganan risiko dibedakan atas : 1. Menghilangkan Risiko ( Risk Avoidance ) 2. Mengurangi Risiko ( Risk Reduction ) 3. Retensi Risiko ( Risk Retention ) 4. Membagi Risiko ( Risk Sharing ) 5. Mentransfer Risiko ( Risk Transfer ) Mengukur return dan risiko untuk sekuritas tunggal memang penting, tetapi bagi Manajer Portofolio, return dan risiko seluruh sekuritas di dalam portofolio lebih diperlukan ( Jogiyanto, 2003 : 147 ). Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Jogiyanto ( 2003 : 109 ) membedakan menjadi dua, yaitu : a. Return Realisasi ( Realized Return ) b. Return Ekspektasi ( Expected Return ) Keuntungan dari portofolio, dibedakan menjadi dua ( Jogiyanto, 2000 : 147 ) yaitu : 1. Return Realisasi Portofolio ( Portofolio Realized Return ) 2. Return Ekspektasi Portofolio ( Portofolio Expexted Return ) Sedangkan risiko portofolio tidak harus sama dengan rata – rata tertimbang risiko – risiko dari seluruh sekuritas tunggal. Risiko portofolio mungkin dapat lebih kecil dari risiko rata – rata tertimbang masing – masing saham tunggal. Sejauh koefisien korelasi antara saham yang membentuk portofolio tersebut lebih kecil dari satu ( Husnan, 2001 : 65 ). Hubungan antara risiko dan return yang diharapkan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linier. Artinya, semakin besar risiko suatu aset, semakin besar pula return yang diharapkan atas return tersebut, demikian sebaliknya ( Tandelilin, 2001 : 7 ). Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 8 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang menggambarkan obyek yang diteliti, dimana data yang berupa laporan keuangan dikumpulkan, dipelajari, diolah kemudian dianalisis. Populasi penelitian ini adalah seluruh industri metal & allied product yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2006 hingga 2010. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Portofolio Portofolio merupakan kombinasi kepemilikan dari dua saham perusahaan yang berbeda agar investor bisa meraih return optimal sekaligus dapat memperkecil risiko melalui diversifikasi. Satuan pengukur portofolio ini dinyatakan dalam bentuk persentase ( % ). Variabel Dependen Expected Return dan Risiko Portofolio 1. Pendapatan yang diharapkan ( expected return ) dari Portofolio. Pendapatan yang diharapkan dari suatu portofolio adalah merupakan rata – rata tertimbang dari keuntungan yang diharapkan dari sekuritas – sekuritas ( saham - saham ) yang membentuknya dengan proporsi dana yang diinvestasikan pada sekuritas sebagai faktor penimbang. Satuan pengukuran dari expected return portofolio ini adalah persentase ( % ). a. Menghitung Expected Return dari Portofolio Dimana : E ( Rp ) : Expected Return dari portofolio XA, XB : Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham A dan B E ( RAB ) : Expected Return dari saham A dan saham B b. Menghitung Koefisien Korelasi Return dari Portofolio Dimana : ρxy : Koefisien korelasi antara return saham x dan y n : Jumlah Observasi x : Tingkat keuntungan saham i y : Tingkat keuntungan saham y Hasil perhitungan koefisien korelasi antar return saham akan menunjukkan keeratan hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Koefisien akan berkisar antara – 1 sampai + 1. Koefisien korelasi yang negatif berarti bahwa jika nilai suatu varian naik, maka nilai varian yang lain akan turun. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 9 2. Risiko Saham dari Portofolio Risiko saham dari portofolio didefinisikan sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan. Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar atau varian yang merupakan kuadrat deviasi standar. Satuan pengukuran dari risiko adalah persentase ( % ). a. Menghitung Standard Deviasi ( Risiko ) Saham Portofolio Dimana : σρ : Standard deviasi portofolio σA, σB : Standard deviasi saham A, B XA, XB : Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham A dan B ρAB : Koefisien korelasi saham A dan B Return Saham Individual dan Risiko Saham Individual 1. Return Saham Individual Return dalam penelitian ini adalah pandapatan suatu saham periode tertentu adalah jumlah dari perubahan harga ditambah deviden yang diterima kemudian dibagi dengan harga awal periode. Satuan dari pada return adalah persentase ( % ). a. Menghitung Return Saham Individual Rit = Dimana : Rit Pit Pi – t – 1 Dit Pi (t ) Pi (t 1) Pi (t 1) Di (t ) : Tingkat keuntungan saham ke i pada periode ke i : Harga saham i pada periode t : Harga saham periode sebelumnya : Dividen periode terakhir b. Menghitung Expected Return Saham Individual n Rij j 1 n E(Ri) = Dimana : E ( Ri ) : Expected Return dari investasi pada saham i Rij : Actual Return dari investasi pada saham i n : Banyaknya periode pengamatan 2. Saham risiko Individual Untuk mengukur risiko suatu investasi yang terdapat pada saham individu maka digunakan varian dan standar deviasi. Varian adalah kuadrat dari standar deviasi. a. Menghitung risiko ( Standard Deviasi ) Saham Individual Menghitung Varian dengan rumus : Dimana : σ2i Rit Ri : Varian saham i : Tingkat keuntungan saham i pada periode t : Tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham i Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 10 n : Periode Menghitung Standard Deviasi dengan rumus : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembagian Tingkat Keuntungan Masing – Masing Saham ( Ri ) Langkah pertama dalam menghasilkan portofolio yang baik adalah dengan menghitung tingkat keuntungan masing – masing saham. Tabel 1 Prosentase Tingkat Keuntungan Masing – Masing Saham Periode Tahun 2006 hingga 2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 ∑ Rij ALMI 197 % 16 % 3% - 34 % 54 % 236 % Nama BTON -8% 78 % - 167 % 24 % - 73 % Saham INAI 33 % 43 % - 56 % 72 % 67 % 159 % JPRS 99 % - 77 % - 53 % 60 % 119 % 148 % Dari tabel 1 dapat dilihat pada tahun 2006 tingkat keuntungan saham tertinggi pada saham PT. Alumindo Light Metal, Tbk ( ALMI ) sebesar 197 % sedangkan tingkat keuntungan terendah pada saham PT. Indal Aluminium Industry, Tbk ( INAI ) dengan kerugian sebesar 33 %. Pada tahun 2007 PT. Indal Aluminium, Tbk ( INAI ) menduduki peringkat tertinggi saham dengan tingkat keuntungan sebesar 43 % dan tingkat keuntungan saham terendah pada saham PT. Jaya Pari Steel, Tbk ( JPRS ) dengan keuntungan saham sebesar – 77 %. Pada tahun 2008 tingkat keuntungan saham tertinggi pada saham PT. Betonjaya Manunggal, Tbk ( BTON ) dengan tingkat keuntungan 78 % sedangkan tingkat terendah diperoleh saham PT. Indal Aluminium Industry, Tbk ( INAI ) sebesar 56 %. Pada tahun 2009 tingkat keuntungan saham tertinggi kembali diduduki oleh PT. Indal Aluminium Industry, Tbk ( INAI ) sebesar 72 % sedangkan tingkat terendah pada saham PT. Betonjaya Manunggal, Tbk ( BTON ) sebesar – 167 %. Dan pada tahun 2010 tingkat keuntungan saham tertinggi pada saham PT. Jaya Pari Steel, Tbk ( JPRS ) sebesar 119 % sedangkan tingkat keuntungan saham terendah pada saham PT. Betonjaya Manunggal, Tbk sebesar 24 %. Perhitungan Expected Return Saham Individul Expected Return adalah keuntungan yang diharapkan oleh investor di masa yang akan datang. Namun, pada situasi yang tak menentu, investor hanya bisa mengharapkan apa yang akan diperolehnya. Mereka tidak dapat mengetahui secara pasti tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Ketidakpastian tersebut diukur dengan penyebaran tingkat keuntungan di sekitar nilai tingkat keuntungan yang diharapkan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 11 Tabel 2 Prosentase Tingkat Keuntungan yang diharapkan pada Masing – Masing Saham pada Periode Tahun 2006 hingga 2010 Nama Saham ALMI BTON INAI JPRS Rij 227 - 73 159 148 E ( Rij ) 45,5 14,6 31,8 29,6 Perusahaan yang memiliki nilai keuntungan harapan yang paling baik adalah PT. Alumindo Light Metal, Tbk ( ALMI ) yaitu senilai 227 % sedangkan perusahaan yang memiliki nilai keuntungan harapan paling tidak baik adalah PT. Betonjaya Manunggal, Tbk yaitu senilai – 73 %. Perhitungan Risiko Saham Individual Sesuai dengan teori Tandelilin pada bab 2 yang mengartikan risiko adalah kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return yang diharapkan ( Tandelilin 2001 : 7 ). Semakin besar kemungkinan perbedaan, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Risiko mempunyai dua dimensi yaitu menyimpang lebih besar maupun lebih kecil dari yang diharapkan. Tabel 3 Prosentase Tingkat Risiko pada Masing – Masing Saham pada Periode Tahun 2006 hingga 2010 Nama Saham ALMI BTON INAI JPRS E ( Ri ) Saham 47,2 14,6 31,8 29,6 Risiko ( σ ) 80 86,7 46,2 64,5 Dari tabel 3 diketahui bahwa perusahaan dengan tingkat keuntungan relatif tinggi namun risiko rendah adalah pada PT. Alumindo Light Metal, Tbk ( ALMI ). Sedangkan perusahaan dengan tingkat keuntungan relatif rendah dan risiko tinggi berada pada PT. Betonjaya Manunggal, Tbk ( BTON ). Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan membentuk portofolio yang diasumsikan dibentuk dengan kombinasi dua perusahaan. Sehingga memperoleh banyaknya kemungkinan saham yang dibentuk adalah sebagai berikut : = 6 kombinasi Melalui perhitungan tersebut di atas serta jumlah sampel yang digunakan ( 4 saham ), maka dapat diperoleh 6 kombinasi. Adapun portofolio yang terbentuk dapat dilihat pada tabel 4. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 12 Tabel 4 Portofolio yang Terbentuk Portofolio 1 2 3 4 5 6 Kombinasi Saham ALMI – BTON ALMI – INAI ALMI – JPRS BTON – INAI BTON – JPRS INAI – JPRS Koefisien Korelasi Dalam perhitungan ini, dapat diajukan seberapa jauh peningkatan saham dalam portofolio yang terkait dalam nilai korelasi. Artinya seberapa jauh peningkata n terhadap return suatu saham dapat mempengaruhi atau diikuti dengan peningkatan secara proporsional dari return saham lain. Rumus koefisien korelasi dapat dinyatakan dengan rumus : Koefisien korelasi antar saham ditunjukkan dalam tabel 5 : Tabel 5 Daftar Koefisien Korelasi Antara Saham Portofolio 1 2 3 4 5 6 ∑X 236 236 236 - 73 - 73 159 ∑Y - 73 159 148 159 148 148 ∑ X2 43146 43146 43146 34613 34613 15747 ∑ Y2 34613 15747 36300 15747 36300 36300 ∑ XY 7080 8191 22498 - 15128 - 10682 15217 ρ 0,321 0,037 0,485 0,668 - 0,267 0,582 Koefisien korelasi yang menunjukkan besarnya hubungan antara dua variabel relatif terhadap masing – masing deviasinya. Portofolio akan lebih efisien jika mempunyai nilai koefisien korelasi yang bernilai negatif, karena semakin mendekati -1 korelasinya semakin rendah juga risiko yang dapat dieliminasi. Tingkat Keuntungan Portofolio Perhitungan dalam tingkat ini adalah untuk mengetahui seberapa besar keuntungan portofolio saham dari ke 6 kombinasi. Rumus untuk menentukan tingkat keuntungan portofolio : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 13 Tingkat keuntungan portofolio dengan proporsi sama dapat ditunjukkan dalam tabel 6 sedangkan tingkat keuntungan portofolio dengan proporsi berbeda dapat dilihat dalam tabel 7. Tabel 6 Tingkat Keuntungan Portofolio dengan Proporsi Sama ( 50 % : 50 % ) Portofolio 1 2 3 4 5 6 XA 50 % 50 % 50 % 50 % 50 % 50 % XB 50 % 50 % 50 % 50 % 50 % 50 % E ( RA ) 47,2 47,2 47,2 14,6 14,6 31,8 E ( RB ) 14,6 31,8 29,6 31,8 29,6 29,6 E ( Rp ) 30,9 39,5 38,4 23,2 22,1 30,7 Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa proporsi dana sama ( 50 % : 50 % ) tingkat keuntungan portofolio saham tertinggi adalah portofolio ke – 2 yaitu antara PT. Alumindo Light Metal, Tbk ( ALMI ) dan PT. Indal Aluminium Industry, Tbk ( INAI ) sebesar 39,5 % sedangkan tingkat keuntungan portofolio saham yang terendah adalah portofolio ke – 5 yaitu PT. Betonjaya Manunggal, Tbk ( BTON ) dan PT. Jaya Pari Steel, Tbk ( JPRS ) yaitu sebesar 22,1 %. Tabel 7 Tingkat Keuntungan Portofolio dengan Proporsi Berbeda ( 60 % : 40 % ) Portofolio 1 2 3 4 5 6 XA 60 % 60 % 60 % 60 % 60 % 60 % XB 40 % 40 % 40 % 40 % 40 % 40 % E ( RA ) 47,2 47,2 47,2 14,6 14,6 31,8 E ( RB ) 14,6 31,8 29,6 31,8 29,6 29,6 E ( Rp ) 34,2 41 40,2 21,5 20,6 30,9 Sedangkan tabel 7 menjelaskan bahwa dengan proporsi dana berbeda ( 60 % : 40 % ) tingkat keuntungan portofolio saham tertinggi adalah portofolio 2 yaitu antara PT. Alumindo Light Metal, Tbk ( ALMI ) dan PT. Indal Aluminium Industry, Tbk ( INAI ) sebesar 41 % sedangkan tingkat keuntungan portofolio saham yang terendah adalah portofolio 5 yaitu PT. Betonjaya Manunggal, Tbk ( BTON ) dan PT. Jaya Pari Steel, Tbk ( JPRS ) sebesar 20,6 %. Deviasi Standar Portofolio Langkah selanjutnya adalah menentukan deviasi standar portofolio yang dibentuk. Rumus untuk menentukan deviasi standar portofolio adalah sebagai berikut : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 14 Deviasi standar portofolio dengan proporsi dana sama yaitu 50 % : 50 % dapat ditunjukkan dalam tabel 8 sedangkan deviasi standar portofolio dengan proporsi dana berbeda ( 60 % : 40 % ) dapat dilihat dalam tabel 9 . Tabel 8 Prosentase Deviasi Standar Portofolio dengan Proporsi Sama ( 50 % : 50 % ) Portofolio 1 2 3 4 5 6 XA 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 XB 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 XA2 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 XB2 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 σA 80 80 80 86,7 86,7 46,2 σB 86,7 46,2 64,5 46,2 64,5 64,5 σA2 6400 6400 6400 7517 7517 2134 σB2 7517 2134 4160 2134 4160 4160 ρ 0,321 0,037 0,485 0,668 -0,267 0,582 Σρ 67,8 46,9 62,4 61,2 46,6 49,4 Dari data diatas diketahui bahwa yang mempunyai deviasi standar tertinggi adalah portofolio ke – 1 yaitu portofolio saham PT. Alumindo Light Metal, Tbk ( ALMI ) dengan PT. Betonjaya Manunggal , Tbk ( BTON ) sebesar 67,8 %. Standar deviasi portofolio saham yang terkecil ada pada portofolio ke – 5 yaitu PT. Betonjaya Manunggal, Tbk ( BTON ) dengan PT. Jaya Pari Steel, Tbk ( JPRS ) sebesar 46,6 %. Tabel 9 Prosentase Deviasi Standar Portofolio dengan Proporsi Berbeda ( 60 % : 40 % ) Portofolio 1 2 3 4 5 6 XA 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 XB 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 XA2 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 XB2 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 σA 80 80 80 86,7 86,7 46,2 σB 86,7 46,2 64,5 46,2 64,5 64,5 σA2 6400 6400 6400 7517 7517 2134 σB2 7517 2134 4160 2134 4160 4160 ρ 0,321 0,037 0,485 0,668 -0,267 0,582 Σρ 67,6 52,1 64,6 65,8 51,5 47,6 Dari tabel 9 diketahui bahwa portofolio saham dengan deviasi standar tertinggi berada pada portofolio ke – 1 sebesar 67,6 % yaitu kombinasi saham PT. Alumindo Light Metal, Tbk ( ALMI ) dengan PT. Betonjaya Manunggal, Tbk ( BTON ). Sementara itu dari tabel 9 diatas juga diketahui bahwa deviasi standar terkecil ada pada portofolio ke – 6 yaitu pasangan saham PT. Indal Aluminium Industry, Tbk ( INAI ) dengan PT. Jaya Pari Steel, Tbk ( JPRS ) sebesar 47,6 %. Portofolio Efisien Portofolio yang efisien adalah portofolio yang menawarkan tingkat keuntungan yang lebih besar atau tertinggi dengan risiko sama atau menawarkan risiko yang lebih kecil atau terendah dengan tingkat keuntungan yang sama. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 15 Tabel 10 Tingkat Keuntungan dan Deviasi Standar Portofolio dari 6 Portofolio dengan Menggunakan Proporsi Sama ( 50 % : 50 % ) Portofolio 1 2 3 4 5 6 E ( Rp ) 30,9 39,5 38,4 23,2 22,1 30,7 σρ 67,8 46,9 62,4 61,2 46,6 49,4 Dari tabel 10 terlihat jelas bahwa suatu tingkat keuntungan akan berhadapan dengan suatu deviasi standar tertentu. Dari pasangan keuntungan dan devsiasi standar tersebut akan dipilih suatu pasangan yang efisien namun belum jelas bilamana tidak digambar secara visual. E ( RP ) 45 40 2 3 35 30 1 6 25 20 4 5 15 10 5 0 σρ 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Gambar 1 Tingkat Keuntungan dan Deviasi Standar Portofolio dari 6 Portofolio Dengan Proporsi Sama ( 50 % : 50 % ) Dari gambar diatas, maka diketahui bahwa secara visual portofolio ke – 2 dan ke – 6 merupakan titik – titik yang membentuk garis efficient frontier karena memiliki tingkat return relatif tinggi dan deviasi standar relatif rendah. Dari tabel 10 dan gambar 1 tersebut maka pada proporsi portofolio berimbang 50 % : 50 % maka portofolio ke – 2 memiliki return sebesar 39,5 % dengan deviasi standar 46,9 %, sementara portofolio ke – 6 memiliki return sebesar 30,7 % deviasi standar 49,4 %. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 16 Tabel 11 Tingkat Keuntungan dan Deviasi Standar Portofolio dari 15 Portofolio Dengan Menggunakan Proporsi Berbeda ( 60 % : 40 % ) Portofolio 1 2 3 4 5 6 E ( Rp ) 34,2 41 40,2 21,5 20,6 30,9 σρ 67,6 52,1 64,6 65,8 51,5 47,6 Dari tabel 11 terlihat jelas bahwa suatu tingkat keuntungan akan berhadapan dengan suatu deviasi standar tertentu. Dari pasangan keuntungan dan deviasi standar tersebut akan dipilih suatu pasangan yang efisien namun belum jelas bilamana tidak dugambarkan secara visual. E45( RP ) 40 35 30 25 20 15 10 5 0 3 2 1 6 4 5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 σρ Gambar 2 Tingkat Keuntungan dan Deviasi Standar Portofolio dari 15 Portofolio Dengan Proporsi Berbeda ( 60 % : 40 % ) Dari gambar diatas, maka diketahui bahwa secara visual portofolio ke – 2 dan ke – 6 merupakan titik – titik yang membentuk efficient frontier karena memiliki tingkat return relatif tinggi dan deviasi standar relatif rendah. Dari tabel 11 dan gambar 2 tersebut maka pada proporsi portofolio 60 % : 40 % maka portofolio ke – 2 memiliki return sebesar 41 % dengan deviasi standar 52,1 %, sementara portofolio ke – 6 memiliki return sebesar 30,9 % dengan deviasi standar 47,6 %. Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, maka penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut. Dari sisi harga jual saham, maka dari keempat perusahaan yang diteliti harga saham dari PT. Alumindo Light Metal, Tbk adalah yang tertinggi di antara harga saham perusahaan lain. Sementara itu dari pengamatan dari harga saham terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Indal Aluminium Industry, Tbk. Dengan melihat hasil perhitungan ( tabel 2 ) maka diketahui bahwa tingkat keuntungan saham perusahaan – perusahaan yang diteliti bervariasi antara 236 % yang tertinggi yang dimiliki oleh PT. Alumindo Light Metal, Tbk Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 17 hingga – 73 % yang dimiliki oleh PT. Betonjaya Manunggal, Tbk yang mana hal ini juga sejalan dengan hasil perhitungan Expected Return yang memberikan hasil relatif sama. Dari temuan ini maka dapat disimpulkan bahwa harga saham yang tinggi belum tentu menunjukkan tingkat return yang tinggi pula. Dari sisi tingkat risiko, maka perusahaan dengan tingkat keuntungan relatif tinggi namun risiko terendah adalah PT. Alumindo Light Metal, Tbk. Sedangkan perusahaan dengan tingkat keuntungan relative rendah dan risiko tertinggi berada pada PT. Betonjaya Manunggal, Tbk ( lihat tabel 4 ). Tingkat keuntungan saham individu naik dan turun ( berfluktuasi ) tergantung pada naik turunnya harga saham dan besarnya pembagian dividen untuk tiap bulannya. Tingkat keuntungan saham bertanda positif berarti saham tersebut dapat memberikan keuntungan bagi pemilik saham, sedangkan yang bertanda negatif akan memberikan kerugian yang disebabkan oleh turunnya harga saham. Keuntungan dari saham – saham berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan - perubahan nilai pasar. Keuntungan yang tinggi belum tentu memberikan tingkat risiko yang kecil, demikian pula bahwa tingkat keuntungan yang lebih rendah belum tentu memberikan risiko yang rendah pula. Dari keempat perusahaan yang diteliti dapat dibentuk sebanyak 6 buah portofolio saham untuk masing – masing dua saham. Semua portofolio tetbentuk itu kemudian dihitung tingkat keuntungan dan deviasi standarnya masing – masing menggunakan dua buah proporsi yaitu 50 % : 50 % dan 60 % : 40 %. Semua proporsi perhitungan itu dilakukan kepada masing – masing hasil return dan deviasi standar sehingga didapatkan hasil baru unuk portofolio saham yang efisien. Diketahui dari hasil perhitungan bahwa pada proporsi portofolio berimbang 50 % : 50 % maka portofolio ke – 2 memiiki return sebesar 39,5 % dengan deviasi standar 46,9 %, sementara portofolio ke – 6 memiliki return sebesar 30,7 % dengan deviasi standar 49,4 %. Pada proporsi 60 % : 40 % maka portofolio ke – 2 memiliki return sebesar 41 % dengan deviasi standar 52,1 %, sementara portofolio ke – 6 memiliki return sebesar 30,9 % dengan deviasi standar 47,6 %. Temuan ini mengindikasikan bahwa para investor yang senang dengan kombinasi 50 % : 50 % pada portofolio dua saham akan lebih memilih dua pilihan yang tersedia antara PT. Alumindo Light Metal, Tbk dengan PT. Indal Aluminium Industry, Tbk, atau PT. Indal Aluminium Industry, Tbk dengan PT. Jaya Pari Steel, Tbk. Sementara itu portofolio yang disukai para investor dengan porsi saham gabungan 60 % : 40 % akan memilih dua pilihan yang tersedia antara PT. Alumindo Light Metal, Tbk dengan PT. Indal Aluminium Industry, Tbk, atau PT. Indal Aluminium Industry, Tbk dengan PT. Jaya pari Stell, Tbk. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penelitian ini mendapakan beberapa hal utama yaitu : 1. Portofolio efisien pada porsi kombinasi 50 % : 50 % portofolio dua saham ditentukan pada kombinasi PT. Alumindo Light Metal, Tbk dengan PT. Indal Aluminium Industry, Tbk, atau PT. Indal Aluminium Industry, Tbk dengan PT. Jaya pari Stell, Tbk. 2. Portofolio efisien pada porsi kombinasi 60 % : 40 %portofolio dua saham ditentukan pada kombinasi PT. Alumindo Light Metal, Tbk dengan PT. Indal Aluminium Industry, Tbk, atau PT. Indal Aluminium Industry, Tbk dengan PT. Jaya pari Steel, Tbk. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.1 No.7 (2012) 18 Saran Dengan melihat hasil yang didapat dari penelitian ini maka ada beberapa hal yang perlu direkomendasikan, yaitu : 1. Para investor hendaknya lebih berhati – hati menentukan portofolio dengan terlebih dahulu melakukan uji kombinasi portofolio yang efisien karena laba yang tinggi belum tentu memberikan return yang tinggi pula, demikian pula bahwa return yang tinggi harus pula disertai tingkat risiko yang rendah. 2. Pada peneliti yang hendak melakukan penelitian yang menyerupai penelitian ini, hendaknya melakukan pula telaah dengan menyertakan kombinasi lebih dari 2 buah saham dalam portofolio serta periode pengamatan yang ada ditambahkan lagi sehingga hasilnya akan dapat lebih digeneralisasikan pada alternatif portofolio di pasar modal. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Komaruddin. 2004. Dasar – Dasar Manajemen dan Portofolio. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta Husnan, Suad. 2001. Dasar – Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat. UPP APM YKPN. Yogyakarta. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta. . 2003. Teori Portofolio dan Analisis Invesasi. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga. Jakarta. Sasongko, Nur Prio. 2007.Implementasi Teori Portofolio Untuk Investasi Pada Reksadana Saham. Publikasi Artikel. http://puslit.mercubuana.ac.id/file/4Artikel%20Sasongko-DIGNA.pdf. LP2M. FEUniversitas Mercubuana. Jakarta. Diakses tanggal 27 Mei 2012. Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan. Edisi Kelima. Fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta. Subagyo dkk. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Kedua. STIE YKPN. Yogyakarta. Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Kesembilan. Alfabeta. Bandung. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. ●●●