BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Definisi

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
2.1.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit
neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases
(ICD).
2.1.2 Epidemiologi Kanker Payudara
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker
payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya
ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang
(Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita didiagnosis
menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang
wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke
rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999).
American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan
mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000 (Moningkey,
2000).
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker leher
rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan
tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara
tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70%
Universitas Sumatera Utara
penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000). Data
dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan
bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab
penyakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8
(Ambarsari, 1998)
2.1.3 Etiologi Kanker Payudara
Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti.
Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait
satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar
dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain
yang bersifat eksogen (Soetrisno, 1988).
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :
1.
Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel,
chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2.
Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.
3.
Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus,
adeno virus, herpes virus), EB virus.
4.
Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
5.
Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya
kanker.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Faktor Resiko Kanker Payudara
Beberapa faktor resiko untuk kanker payudara telah didokumentasikan.
Namun demikian, untuk mayoriti wanita yang menderita kanker payudara, faktor
resiko yang spesifik tidak dapat ditentukan (IARC, 2008; Lacey, et al., 2009).
Yang paling beresiko terserang kanker payudara ialah wanita yang berumur
diatas 30 tahun (sekarang, dibawah 20 tahun juga sudah ditemukan kanker payudara).
Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usai 40-45 tahun (Azamris, 2006). Di
samping itu, riwayat dalam keluarga ada yang menderita kanker payudara (ini juga
tidak mutlak karena tanpa ada riwayat keluarga juga bisa terkena) juga menjadi faktor
resiko. Mereka yang punya riwayat tumor juga mempunyai resiko tinggi menderita
kanker payudara.
Faktor resiko lain adalah seperti haid terlalu muda atau menopause diatas
umur 50 tahun, tidak menikah atau tidak menyusui dan melahirkan anak pertama
diatas usia 35 tahun. Mereka yang sering terkena radiasi (bisa dari sering melakukan
pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan alat x-ray) juga mempunyai
kemungkinan menderita kanker payudara.
Selain itu, pola makan dengan konsumsi lemak berlebihan, kegemukan dan
konsumsi alkohol berlebihan juga merupakan faktor resiko. Mereka yang sudah
mendapatkan terapi hormonal dalam jangka panjang harus lebih berwaspada karena
mereka mempunyai resiko mendapat kanker payudara. Stres dan faktor genetik
(BRCA1/BRCA2) juga dikatakan tergolong dalam faktor resiko kanker payudara.
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko kanker payudara sampai 85%.
2.1.5 Klasifikasi Kanker Payudara
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasi dalam tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 : Klasifikasi Histologi Kanker Payudara (Klasifikasi WHO)
1.
Non-invasif
a. Intraduktal
b. Lobular karsinoma in situ
2.
Invasif
a. Karsinoma invasif duktal
b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen
intraduktal yang predominant
c. Karsinoma invasif lobular
d. Karsinoma mucinous
e. Karsinoma medullary
f. Karsinoma papillary
g. Karsinoma tubular
h. Karsinoma adenoid cystic
i. Karsinoma sekretori (juvenile)
j. Karsinoma apocrine
k. Karsinoma dengan metaplasia
i. Tipe squamous
ii. Tipe spindle-cell
iii. Tipe cartilaginous dan osseous
iv. Mixed type
l. Lain-Lain
3.
Paget’s disease of
the nipple
Universitas Sumatera Utara
Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila
memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Banyak sekali cara untuk
menentukan stadium, namun yang paling banyak digunakan saat ini adalah stadium
kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC
(International Union Against Cancer dari World Helath Organization) / AJCC
(American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American Cancer
Society dan American College of Surgeons).
Sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor, “N”
yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum
dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a)
Ukuran Tumor (T) :
Tabel 2.2 : Klasifikasi Ukuran Tumor Berdasarkan Sistem TNM
Ukuran Tumor (T)
Interpretasi
T0
Tis
T1
Tidak ada bukti adanya suatu tumor
Lobular carninoma in situ (LCIS), ductus carninoma in
situ (DCIS), atau Paget’s disease
Diameter tumor ≤ 2cm
T1a
Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T1b
T2
Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
Diameter tumor 2-5 cm
T2a
Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T2b
T3
Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
Diameter tumor ≤ 5 cm
T3a
Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T3b
T4
Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
Bebepa pun diameternya, tumor telah melekat pada
dinding dada dan mengenai pectoral lymph node
T4a
Dengan fiksasi ke dinding toraks
T4b
Dengan edema, infiltrasi, atau ulserasi di kulit
Sumber : Djamaloeddin, 2005
Universitas Sumatera Utara
b)
Palpable Lymph Node (N):
Tabel 2.3 : Klasifikasi Palpable Lymph Node Berdasarkan Sistem
TNM
Palpable Lymph
Interpretasi
Node (N)
N0
Kanker belum menyebar ke lymph node
N1
Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral
dan dapat digerakkan
N2
Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral
dan melekat antara satu sama lain (konglumerasi) atau
melekat pada struktru lengan
N3
Kanker telah menyebar ke mammary lymph node atau
supraclavicular lymph node ipsilateral
Sumber : Djamaloeddin, 2005
c)
Metastase (M) :
Tabel 2.4 : Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM
Metastase
Interpretasi
M0
Tidak ada metastase ke organ yang jauh
M1
Metastase ke organ jauh
Sumber : Djamaloeddin, 2005
Universitas Sumatera Utara
Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian
digabungkan dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
Tabel 2.5 Stadium Numerik Kanker Payudara
Stadium
Ukuran Tumor
Metastase
Tis
T1
T1
Palpable Lymph
Node
N0
N0
N1
0
1
IIA
IIB
T2
T2
N0
N1
M0
M0
IIIA
T3
T1, T2
N0
N2
M0
M0
IIIB
IV
T3
T4
T
N1
N3
N
M0
M0
M1
M0
M0
M0
Sumber : Kosmmojaya Pandu Nusa, 2009
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan
jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut.
Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal,
pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat di cegah. Tjindarbumi (1982)
mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka
harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85-95%. Namun,
dikatakannya pula bahwa 70-90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit
parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Gejala Klinis Kanker Payudara
Wanita dengan kanker payudara, bisa jadi mengalami gejala-gejala berikut.
Kadang meskipun di tubuhnya telah tumbuh kanker dia tidak merasakan gejala
apapun. Atau boleh juga ditubuhnya menujukkan gejala tersebut tetapi bukan karena
kanker payudara, tetapi akibat kondisi medis lain. Adapun tanda-tanda atau gejalanya
antara lain :
•
Ada bejolan yang keras di payudara
o
Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan
itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada
kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
o
Puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus),
mengeluarkan cairan atau darah
o
Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah
muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit kelihatan
seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara. Borok itu
semakin lama akan semakin membesar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.
Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri
pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok,
atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul
pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan,
dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
•
Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit
jeruk.
•
Adanya benjolan-benjolan kecil
•
Ada luka di payudara yang sulit sembuh
•
Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak
Universitas Sumatera Utara
•
Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap
harus diwaspadai)
•
Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting
•
Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal
tidak terasa sakit
•
Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali degan mengetahui kriteria operabilitas
Heagensen sebagai berikut :
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
Adanya nodul satelit pada kulit payudara;
Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
Terdapat model parasternal dan nodel supraklavikula;
Adanya edema lengan dan metastase jauh;
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit,
edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila
berdiameter lebih 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain.
2.1.7 Patafisiologi Kanker Payudara
Patogenesis terjadinya kanker payudara juga disebut karsinogenesis ini terus
mengalami perubahan, seiring dengan diketemukannya peralatan untuk menguak
pengetahuan tentang sel. Pada tahun 1950, diketahui bahwa hormon steroid
memegang peranan penting untuk terjadinya kanker payudara. Tahun 1980 mulai
terbuka pengetahuan tentang adanya beberapa onkogen dan gen suprespor, keduanya
memegang peranan penting untuk progresi tumor, adesi antara sel dan faktor
pertumbuhan. Abad 20, mulailah diketahui tentang siklus sel serta perbaikan DNA
Universitas Sumatera Utara
dan kematian sel (apoptosis) serta regulasinya. Kemudian abad 21 ini mulai
berkembang pengetahuan yang menganalisa secara mendalam kegagalan terapi
kanker juga tentang mekanisme resistensi terhadap kemoterapi, antiestrogen, radiasi
dan pengetahuan tentang proses invasi, angiogenesis, dan metastase.
Pada tahun 1971, Folkam mengetengahkan bahwa pertumbuhan tumor
tergantung pada angiogenesis dimana tumor akan mengaktifkan endothelial sel dalam
kondisi dorman untuk berproliferasi dengan mengeluarkan isyarat kimia. Hypotesis
Folkam ini memperlihatkan bahwa tumor sangat memerlukan angiogenesis untuk
dapat tumbuh di atas ukuran 1-2 milimeter . 21 Angiogenesis ini diatur secara ketat,
melalui proses tahapan yang rumit dan hanya pada keadaan tertentu seperti proses
penyembuhan luka serta proliferasi sel kanker. Penghambatan angiogenesis menjadi
target terapi yang mempunyai harapan dimasa depan. Pembelahan sel tumor yang
dipacu oleh angiogenic stimulatory peptides akan menyebabkan tumor menjadi cepat
tumbuh serta akan mudah invasi ke jaringan sekitar dan metastase. Sebaliknya,
pembelahan sel tumor yang diberikan inhibitors angiogenesis akan menghambat
pertumbuhan tumor, invasi, dan mencegah metastase.
2.1.8 Diagnosa Kanker Payudara
Terdapat berbagai macam cara untuk mendiagnosa kanker payudara dan
untuk menentukan apakah suda ada metastasis ke organ lain. Beberapa tes juga
berguna untuk menentukan pengobatan yang paling efektif untuk pasien. Kebanyakan
pada tipe kanker, biopsi (mengambil sedikit jaringan untuk diteliti dibawah
mikroskop, dilakukan oleh ahli patologi) adalah jalan satu-satunya untuk menentukan
secara pasti diagnosis kanker. Apabila biopsy tidak mungkin dilakukan, dokter akan
mengusulkan tes lain untuk membantu diagnosa. Test Imaging bisa digunakan untuk
menemukan apakah telah terjadi metastasis. Dokter akan mempertimbangkan faktorfaktor di bawah ini, ketika memutuskan tes diagnostik:
Universitas Sumatera Utara
•
Usia dan kondisi medis pasien
•
Tipe kanker
•
Beratnya gejala
•
Hasil tes sebelumnya
Tes diagnosa kanker payudara biasanya dimulai apabila wanita atau dokter
menemukan suatu massa atau pengerasan yang tidak normal (suatu titik kecil dari
kalsium, biasanya dilihat pada saat X-ray), pada screening mammogram. Atau bisa
juga suatu yang tidak normal di payudara wanita ditemukan pada pemeriksaan klinis
atau pemeriksaan sendiri. Beberapa tes mungkin dilakukan untuk memastikan
diagnosa dari kanker payudara. Tidak pada semua orang akan dilakukan seluruh test
dibawah ini:
IMAGING TEST :
Diagnostic mammography
Sama dengan screening mammography hanya pada test ini lebih banyak
gambar yang bisa diambil. Biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-tanda,
diantaranya puting mengeluarkan cairan atau ada banjo;an baru. Diagnostic
mammography bisa juga digunakan apabila sesuatu yang mencurigakan ditemukan
pada saat screening mammogram.
Ultrasound (USG)
Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan
frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang
bunyi yang tinggi ini bisa membedakan suatu masa yang padat, yang kemungkinan
kanker, dan kista yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker.
Universitas Sumatera Utara
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi gambaran detail
dari tubuh. Apabila seorang wanita telah didiagnosa mempunyai kanker maka untuk
memeriksa payudara lainnya dapat digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena
dapat digunakan untuk screening saja. Menurut American Cancer Society (ACS),
wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti pada wanita
dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya terkena kanker payudara,
sebaliknya juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi. MRI biasanya
lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada payudara yang
mungkin tidak terlihbat pada saat USG atau mammogram. Khususnya pada wanita
yang mempunyai jaringan payudara yang padat.
Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan pada yang terlihat pada saat MRI
bukan kanker, atau bahkan MRI tidak dapat menunjukkan suatu jaringan yang padat
itu sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsi.
TES DENGAN BEDAH
Biopsi
Suatu tes bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker tapi hanya biopsi yang
bisa memberikan diagnosis secara pasti. Sampel yang diambil dari biopsy, dianalisa
oleh ahli patologi (dokter spesialis yang ahli dalam menterjemahkan tes-tes
laboratorium dan mengevaluasi sel, jaringan, dan organ untuk menentukan penyakit).
•
Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigkan
tidak teraba. Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB, menggunakan jarum kecil untuk mengambil sampel jaringan).
Stereotactic Core Biopsy (menggunakan X-ray untuk menentukan jaringan
yang akan diambil) atau Vacuum – Assisted Biopsy (menggunakan jarum yang
Universitas Sumatera Utara
tebal untuk mengambil beberapa macam jaringan inti yang luas). Dalam
melakukan prosedur ini, jarum biopsy untuk menuju area yang dimaksud,
dibantu oleh mammografi. USG atau MRI. Metal klip kecil dapat diletakkan
pada bagian dari payudara yang akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini
apabila jaringan itu membuktikan adanya kanker, maka segera diadakan
operasi tambahan. Keuntungan teknik ini adalah bahwa pasien hanya butuh
sekali operasi untuk menentukkan pengobatan dan menentukkan stadium.
•
Core Biopsy dapat menentukkan jaringan FNAB dapat menentukkan sel dari
suatu masa yang berada dan ini semua kemudian dapat dianalisa untuk
menentukkan adanya sel kanker.
•
Surgical Biopsy (biopsi dengan cara operasi) mengambil sejumlah besar
jaringan. Biopsy ini biasa incisional (mengambil sebagain dari benjolan) atau
excisional (mengambil seluruh benjolan)
Apabila didiagnosa kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan untuk mendapatkan
clear margin area (area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan sudah bersih dari
sel kanker) kemungkinan, sekalian mengambil jaringan kelenjar getah bening.
Jaringan yang didapat dari biopsy juga akan dites oleh dokter untuk menentukan
pengobatan. Tes itu untuk melihat :

Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu invasif (biasanya menyebar) atau in situ
(biasanya tidak menyebar). Ductal (dalam saluran susu) atau lobular (dalam
kelenjar susu) Grade (seberapa besar perbedaan kanker itu dari sel sehat) dan
apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau pembulu getah
bening. Margin dari tumor juga diamati.

Receptor Estrogen (ER) dan Receptor Progestron (PR) tes. Apabila diketahui
positif mengandung receptor ini [ER (+) dan PR (+)], kanker ini
Universitas Sumatera Utara
berkembangnya karena hormon-hormon tersebut. Biasanya diadakan terapi
hormon.

Tes HER2 neu. (C-erb2). Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata
pada 25% penderita kanker. Dengan mengetahui status HER2 (positif atau
negatif), maka dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan
menggunakan obat yang disebut trastuzumab (HERCEPTIN) atau tidak.

Genetic Desription of the Tumor. Tes dengan melihat unsur biologi dari
tumor, untuk memahami lebih dalam mengenai kanker payudara. Oncotype
DX adalah tes untuk mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya.
TES DARAH
Tes darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tes itu antara
lain :

Level Hemoglobin (HB) : untuk mengtahui jumlah oksigen yang ada di dalam
sel darah merah

Level Hematokrit : untuk mengetahui persentase dari darah merah didalam
seluruh badan

Jumlah dari sel dari putih : untuk membantu melawan infeksi

Jumlah trombosit : untuk membantu pembekuan darah

Differential : persentase dari beberapa sel darah putih.
JUMLAH ALKALINE PHOSPHATASE
Jumlah enzim yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke hati, saluran
empedu dan tulang.
Universitas Sumatera Utara
SGOT DAN SGPT
Tes ini untuk mengevaluasi fungsi hati. Angka yang tinggi dari salah satu tes ini
mengindikasikan adanya kerusakan pada hati, bisa jadi suatu sinyal adanya
penyebaran ke hati.
TUMOR MARKER TEST
Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, urin atau
jaringan tubuh. Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dari nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses yang tidak normal
di dalam tubuh akibat kanker. Pada kanker payudara tumor marker yang biasanya
dilakukan adalah CA 15.3 dengan mengambil sampel darah. Pada standar PRODIA
tumor marker tidak boleh melebihi angka 30.
TES-TES LAIN
Tes-tes lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah :

Photo Thorax untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru-paru

Bonescan untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang. Pasien
disuntikan radioactive tracer pada pembuluh vena yang akan berkumpul di
tulang yang menujukkan kelainan karena kanker. Jarang antara suntikan dan
pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4 jam. Selama itu pasien dianjurkan minum
sebanyak-banyak. Hasil yang terlihat adalah gambar penampang tulang
lengkap dari depan dan belakang. Tulang yang menunjukkan kelainan akan
melihat warnya lebih gelap dari tulang normal.

Computed Tomography (CT atau CAT) Scan. Untuk melihat secara detail
letak tumor. Pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena,
Universitas Sumatera Utara
tetapi volumenya lebih banyak sehingga sebenarnya sama benar dengan infus.
Setelah disuntik CT-Scan dapat segera dilakukan.CT-scan akan membuat
gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai sudut.
Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang bagian dari tubuh yang di
scan 3 dimensi.

Positron Emission Tomograpy (PET) Scan. Untuk melihat apakah kanker
sudah menyebar. Dalam PET scan, cairan glukosa yang mengandung
radioaktif disuntikan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat
cairan glukosa tersebut dibandingkan sel normal. Sehingga akan terlihat warna
kontras pada PET scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data
dari hasil CT –scan, MRI, dan pemeriksaan secara fisik.
2.1.9
Penatalaksanaan Kanker Payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkain pengobatan
meliputi pembedahaan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi
imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau
membatasi
perkembangan
penyakit
serta
menghilangkan
gejala-gejalanya.
Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
Pembedahaan
Tumor
primer
biasanya
dihilangkan
dengan
pembedahan.
Prosedur
pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan
penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah
dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagaian payudara yang
mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk
meningkatan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan
seperti radiasi, hormone, atau kemoterapi.
Universitas Sumatera Utara
Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka horman
dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium
akhir.
Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut
penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan
secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche,
obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga
hanya menyerang sel kanker saja.
Terapi Imunologi
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab,
antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat
pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani
tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang
mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan. Meskipun
demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang hidup pada pasien,
diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada
kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk
Universitas Sumatera Utara
memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon,
terapi radiasi, dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2 positif,
trastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu
oleh HER2.
2.1.10 Komplikasi Kanker
Sindroma Paraneoplastik
Sindroma Paraneoplastik adalah sekumpulan gejala yang bukan disebabkan
oleh tumornya sendiri, tetapi oleh zat-zat yang dihasilkan oleh kanker. Beberapa zat
yang dapat dihasilkan oleh tumor adalah hormone, sitokinese, dan berbagai protein
lainnya. Zat-zat tersebut mempengerahui organ atau jaringan melalui efek kimianya.
Bagaimana tepatnya kanker mengenai sisi yang jauh belum sepenuhnya dimengerti.
Beberapa kanker mengeluarkan zat ke dalam aliran darah yang merusak jaringan
yang jauh melalui suatu reaksi autoimun. Kanker lainnya mengeluarkan zat yang
secara langsung mempengaruhi fungsi dari organ yang berbeda atau merusak
jaringan. Bisa terjadi kadar gula darah yang rendah, diare, dan tekanan darah tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6 : Beberapa efek dari Sindroma Paraneoplastik
Organ Yang
Terkena
Otak, Saraf &
Otot
Darah &
jaringan
pembentuk
darah
Ginjal
Tulang
Kulit
Seluruh tubuh
Efek
Kanker Penyebab
Kelainan neurologis, nyeri
Kanker Paru-Paru
otot, kelemahan
Anemia, jumlah trombosit
Semua Kanker
yang tinggi, jumlah sel darah
putih yang tinggi, pembekuan
yang menyebar luas dalam
pembuluh darah, mudah
memar, jumlah trombosit
sedikit.
Glomerulonefritis
membranous akibat adanya
antibody dalam aliran darah
Ujung jari tangan
membengkak (clubbing)
Sejumlah lesi kulit, sering
berupa pewarnaan kulit (mis.
Akantosis nigrikans)
Demam
Kanker usus besar atau indung
telur,
limfoma,
penyakit
Hodgkin, leukemia
Kanker paru-paru atau kanker
metastase dari berbagai kanker
Kanker saluran pencernaan atau
hati, limfoma, melanoma
Leukemia, limfoma, penyakit
Hodgkin, kanker ginjal atau hati
Beberapa gejala dapat diobati secara langsung tetapi untuk mengobati
sindroma paraneoplastik biasanya harus dilakukan pengendalian terhadap kanker
penyebabnya.
Kedaruratan
Yang termasuk dalam kedaruratan kanker adalah :
o
Tamponade jantung
o
Efusi pleura
o
Sindroma vena kava superior
o
Sindroma penekanan tulang belakang
o
Sindroma hiperkalemik
Universitas Sumatera Utara
2.1.11 Prognosis Kanker Payudara
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal
seperti karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas,
keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara merupakan
indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan hidup pasien
kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year survivak rate
(Imaginis, 2009).
Tabel 2.7 Five-Year Survival Rate Pasien Kanker Payudara
Stadium
Five-Year Survival Rate
0
100%
I
100%
IIA
92%
IIB
81%
IIIA
67%
IIIB
54%
IV
20%
Universitas Sumatera Utara
2.2 Terapi Hormon
Estrogen adalah suatu hormon wanita yang dihasilkan oleh ovari-ovari
(indung telur-indung telur). Selama tahun-tahun reproduktif, tubuh wanita dihadapi
pada tingkat-tingkat yang tinggi dari estrogen. Setelah menopause, produksi dari
estrogen oleh ovari-ovari berkurang. Estrogen kadangkala diresepkan untuk merawat
beberapa persoalan yang seringkali dihubungkan dengan menopause, seperti
kepanasan (hot flashes), keringat-keringat waktu malam, ketidaktiduran, dan
kekeringan vagina. Estrogen mempunyai manfaat tambahan dari pencegahan
penipisan tulang (osteoporosis).
Bagaimanapun, hasil dari suatu percobaan klinis yang besar dari wanitawanita yang telah menopause yang menerima terapi hormon yang dipubilkasikan
pada tahun 2002 menunjukan bahwa risiko-risiko keseluruhannya dari terapi estrogen
dan progestin melebihi manfaat dari terapi hormon. Terapi kombinasi hormon dengan
estrogen dan progestin telah ditunjukan meningkatkan resiko penyakit jantung,
stroke, dan penggumpalan darah.
Menurut The Journal of American Medical Association (JAMA), tingkat yang
tinggi dari estrogen melalui periode-periode yang panjang juga meningkatkan risiko
kanker payudara. Estrogen menstimulasi sel-sel dari payudara dan lapisan kandungan
untuk tumbuh dan membelah. Sel-sel payudara yang membelah secara aktif
dipercayai mempunyai suatu kemungkinan kerusakan DNA yang lebih besar begitu
juga suatu jumlah yang lebih besar dari sel-sel yang telah mempunyai kerusakan
DNA. Suatu jumlah yang lebih besar dari sel-sel dengan kerusakan DNA
meningkatkan risiko perkembangan kanker.
Wanita yang mempunyai suatu permulaan timbulnya waktu haid yang dini
dan menopause yang terlambat lebih mungkin menghidap kanker payudara dibanding
dengan wanita dengan permulaan timbulnya waktu haid yang terlambat dan
menopause yang dini. Perbedaan ini dipercayai boleh diakibatkan oleh periode yang
lebih panjang dari paparan estrogen pada kelompok yang pertama.
Universitas Sumatera Utara
Download