BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Konstruksi realitas menjadi santapan utama masyarakat yang bermedia, terutama masyarakat pada masa sekarang dengan gempuran media yang semakin canggih. Realitas tentang satu isu dapat diperbanyak menjadi dua, tiga, bahkan lebih karena fakta yang diperoleh beragam dan media menceritakannya dengan cara yang berbeda-beda. Framing menjadi alat media untuk menunjukkan identitasnya kepada publik dan media lain dalam membungkus rangkaian fakta. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden sekaligus pemimpin Partai Demokrat menjadi tokoh yang pasti menjadi target berita media karena berbagai langkahnya untuk memajukan Indonesia dan partai. Tentu banyak pro dan kontra yang menilai setiap langkah SBY baik sebagai presiden atau pemimpin partai. Media sebagai perantara informasi untuk masyarakat, menyajikan pro dan kontra tersebut melalui framing. Ada media yang mencantumkan pro atau kontranya saja namun ada pula media yang cover both side dengan mencantumkan keduanya dalam satu frame. Sesuai dengan kode etik, pekerja media menyampaikan sudut pandangnya melalui penggunaan dan penyusunan kutipan opini narasumber informasi. Koran Tempo merupakan salah satu media yang mengutamakan keberimbangan atau cover both side dan menata opini narasumber serapi mungkin agar sejurus dengan opini medianya. Koran Tempo tidak pro, kontra, atau netral terhadap setiap langkah SBY tetapi memposisikan dirinya sebagai pengkritik. Kritikan tidak secara langsung berasal dari jurnalis, Koran Tempo dengan lihai memilih narasumber kompeten yang diperkirakan akan menyuarakan kritikan dan menyeleksi opininya sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan media kepada masyarakat. Bukan berarti Koran Tempo tidak memberi kesempatan kepada SBY, pihak lain yang berkaitan dengan isu, atau pihak yang pro dengan SBY untuk menjawab, justru jawaban mereka menjadi ‘gong’ dari setiap artikelnya. Jawaban dari berbagai opini pedas 139 seringkali diletakkan pada bagian akhir paragraf untuk memberikan keberimbangan berita dan menjawab rasa penasaran pembaca. Diletakkan pada akhir paragraf menyebabkan pembaca akan langsung membentuk opini tersendiri terhadap isu yang diberitakan karena Koran Tempo selalu memilih jawaban yang menimbulkan kesimpulan kritis dari isi artikelnya. Fungsi kepemimpinan SBY pada periode 4 Februari – 3 April 2013 yang berbarengan dengan kisruh Demokrat menjadi sorotan Koran Tempo sebagai media yang mengkiblatkan kepentingan publik dan Indonesia yang lebih baik dalam setiap pemberitaannya. Saat itu masyarakat mempertanyakan bagaimana fungsi kepemimpinan SBY berjalan di tengah kisruh partainya. Oleh karena itu timbul rumusan masalah, bagaimana konstruksi kepemimpinan SBY dalam Koran Tempo terutama dari artikel bertopik ‘kepemimpinan SBY’ periode 4 Februari – 3 April 2013? Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan analisis framing terhadap artikel Koran Tempo. Dari perangkat analisis framing Robert N. Entman yang dikaitkan dengan fungsi kepemimpinan, penelitian ini menemukan konstruksi Koran Tempo dalam membingkai kepemimpinan SBY. Koran Tempo menonjolkan fungsi kepemimpinan SBY sebagai pemimpin partai lebih dominan pada masa itu. Koran Tempo membingkai SBY sebagai penyebab dari segala isu dan peristiwa yang terjadi pada masa itu. Berbagai isu konflik dibingkai Koran Tempo dengan menganggap persepsi subjektif sebagai penyebab timbulnya konflik. Dengan kata lain, ada pihak yang menjadi provokator dan ada pihak yang mudah terpengaruh. SBY menjadi pihak yang mudah terprovokasi sehingga berbagai langkahnya dinilai berlebihan, terlalu terburu-buru, dan kurang strategik sehingga kepemimpinannya tidak efektif. Fungsi kepemimpinannya dibingkai pada fungsi penentu arah dan integrator yang tidak efektif. Fokus kepemimpinan SBY terpusat untuk memperbaiki partai sehingga kepentingan negara dikesampingkan meskipun roda pemerintahan tetap berjalan. Fungsi integrasi dengan berbagai pihak pun selalu dikaitkannya dengan dua posisi pentingnya sebagai Presiden dan pemimpin partai, seolah memohon pemakluman atas kekurang-fokusannya dalam memimpin negara. Penilaian moral Koran 140 Tempo menunjukkan SBY sebagai integrator yang tidak efektif, keputusan dan langkah-langkah integrasinya kurang menyeluruh. Masalah politik, terutama penyelamatan partai dan persiapan menghadapi Pemilu 2014 menjadi agenda utama SBY dalam mengambil keputusan. Melihat berbagai kejanggalan SBY dalam memimpin pada masa itu, Koran Tempo memberikan rekomendasi agar SBY berfokus pada tugasnya sebagai Presiden. Koran Tempo tidak bermaksud menumbuhkan kebencian masyarakat kepada pemimpinnya, namun Koran Tempo ingin membuka mata masyarakat terhadap kinerja presiden dan situasi politik pada masa itu. Koran Tempo berusaha menumbuhkan pemikiran logis dari masyarakat dengan menceritakan fakta-fakta kritisnya. Dengan begitu, masyarakat memiliki keyakinannya sendiri untuk menanggapi isu yang sedang terjadi karena memang kebebasan publik untuk berpikir dan berpendapat menjadi visi Tempo. Penelitian ini merupakan analisis yang dilakukan hanya terbatas pada konten berita media. Konten teks media disini hanya dibongkar framing-nya saja sehingga hasilnya tidak terlalu mendalam namun cukup mendasari pandangan pembaca terhadap media. Masih banyak unsur dalam teks yang dapat dibongkar dan digali menggunakan metode lain. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka hasilnya merupakan olahan subjektif dari peneliti sehingga kekurangtelitian menjadi kelemahannya dan akan memunculkan hasil yang berbeda untuk peneliti lain. Penelitian analisis framing lain dapat mengangkat konsep yang berbeda dari kepemimpinan, lebih makro atau mikro. Masih banyak teori lain yang dapat digunakan dan dikaitkan dengan komunikasi sehingga akan memperkaya kajian ilmu komunikasi. Penelitian kuantitatif juga dapat digunakan untuk menganalisis teks media seperti konten Koran Tempo tentang SBY namun dengan media atau topik lain, seperti analisis isi kuantitatif yang dapat lebih detail menjelaskan konten per kata dengan hasil yang objektif. Kepemimpinan SBY sebagai presiden dan pemimpin partai disandingkan dalam penelitian ini, penelitian selanjutnya dapat memfokuskan terhadap salah satu kepemimpinan SBY sehingga merumuskan hasil yang lebih spesifik. Sisi lain dari SBY masih dapat digali dan memunculkan permasalah-permasalahan baru. 141 Pemimpin negara memang mempunyai banyak sisi yang menarik untuk diteliti. Dapat dilakukan penelitian dengan melihat perilaku komunikasi SBY dihadapan publik, konten-konten pidatonya, langkah politiknya, pemberitaan di televisi atau media baru, dan lain sebagainya. B. Saran Belum banyak penelitian yang meneliti konsep kepemimpinan dalam pemberitaan media, kebanyakan penelitian dengan topik kepemimpinan dan komunikasi berkaitan dengan cara pemimpin berkomunikasi secara efektif. Namun penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak pertanyaan kepemimpinan atau teori lain yang dapat diteliti menggunakan metode yang beragam. Metode analisis framing yang digunakan pun tidak secara mendalam menggali kepemimpinan dalam teks. Selama ini, hasil penelitian analisis framing terbatas pada penilaian positif atau negatif tentang pemberitaan tokoh, dengan adanya teori lain yang dikaitkan dengan perangkat analisis maka hasilnya akan lebih beragam dan terarah, bukan sekedar positif atau negatif. Dari sisi komunikasi, banyak hal dari kepemimpinan yang bisa diangkat sebagai pertanyaan penelitian. Dalam hubungan media dengan pemimpin banyak unsur yang bisa diangkat terutama saat ada isu penting disana. Penelitian ini pun dilakukan pada ranah kualitatif, sehingga sangat terbuka kemungkinan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan metode kuantitatif. Lingkup kepemimpinan dan komunikasi yang begitu luas masih dapat menciptakan penelitian dengan hasil yang beragam dan lebih spesifik. Untuk penelitian analisis framing selanjutnya masih dapat mengangkat sisi lain kepemimpinan dari SBY namun dengan menganalisis pidato-pidatonya, atau mengangkat konsep lain di luar kepemimpinan. Hasil penelitian analisis framing akan lebih mendalam jika didukung dengan data tambahan seperti wawancara dengan redaksi. 142