Kenaikan BBM Dan Keadilan Dalam Bingkai Ekonomi Islam

advertisement
Kenaikan BBM Dan Keadilan Dalam Bingkai Ekonomi Islam
Oleh Nurul Huda
Selasa, 02 Juni 2009 17:38
Kenaikan BBM menjadi topik yang hangat diberbagai media khususnya selama Bulan Mei
2008, pemerintah melakukan sosialisasi kenaikan BBM yang diikuti penyaluran Bantuan lunak
Tunai (BLT). Tepat tanggal 24 Mei 2008 Harga BBM (Premium, Solar dan Minyak tanah) naik
secara rata-rata 33,3%. Reaksi muncul akibat kebijaksanaan tersebut, khususnya dari kalangan
Mahasiswa, suatu hal yang logis karena selama ini Mahasiswa memposisikan diri sebagai
pembela masyarakat khususnya masyarakat kelompok menengah ke bawah.
Kalangan ekonom menyikapi kenaikan BBM ini beragam secara umum ada yang mendukung
dan tentunya ada yang menolak. Ekonom yang medukung memberikan argumentasi untuk
menyelamatkan anggara pemerintah akibat kenaikan harga minyak mentah dunia tetapi mereka
menyayangkan pemerintah lamban dalam mengambil keputusan sehingga pasar semakin tidak
menentu (uncertainty) sehingga harga komoditi lain sudah naik terlebih dahulu sebelum
kenaikan haraga BBM. Ekonom yang menolak mempunyai argumentasi Indonesia adalah
negara Pengekspor minyak seharusnya meraih keuntungan dari kondisi kenaikan harga minyak
dunia ini.
Bagi pemerintah tentunya kebijakan ini termasuk kebijakan tak populis jika dikaitkan dengan
Pemilu 2009. Pemerintah mempunyai argumentasi anggaran negara harus diselamatkan
ditambah harga BBM negara kita masih yang paling rendah untuk kawasan Asean.
Terlepas dari pro dan kontra kenaikan harga BBM yang terjadi, artikel ini hanya sedikit
memberikan cara pandang ekonomi Islam terhadap persoalan kenaikan BBM.
Mekanisme Pasar dalam Ekonomi Islam
Konsep Ekonomi Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan
bebas ( perfect competition). Namun demikian bukan berarti kebebasan tersebut berlaku
mutlak, akan tetapi kebebasan yang dibungkus oleh
frame aturan
syariah. Pasar tidak mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun, tak terkecuali
negara dengan otoritas penentuan harga atau
private
sektor dengan kegiatan monopolistik ataupun lainnya. Dengan demikian, pemerintah tidak
memiliki wewenang untuk melakukan intervensi terhadap harga pasar dalam kondisi normal.
Ibn Taimiyah mengatakan jika masyarakat melakukan transaksi jual beli dalam kondisi normal
tanpa ada bentuk distorsi atau penganiayaan apa pun dan terjadi perubahan harga karena
sedikitnya penawaran atau banyaknya permintaan, maka ini merupakan kehendak Allah.
Harus diyakini nilai konsep Islam tidak memberikan ruang intervensi dari pihak manapun untuk
menentukan harga, kecuali dan hanya kecuali adanya kondisi darurat yang kemudian menuntut
pihak-pihak tertentu untuk ambil bagian menentukan harga.
Pengertian darurat di sini adalah pada dasarnya peranan pemerintah ditekan seminimal
mungkin. Namun intervensi pemerintah sebagai pelaku pasar dapat dibenarkan hanyalah jika
pasar tidak dalam keadaan sempurna, dalam arti ada kondisi-kondisi yang menghalangi
kompetisi yang fair terjadi (market failure). Sejumlah contoh klasik dari kondisi market failure
antara lain: informasi yang tidak simetris, biaya transaksi, kepastian institusional serta masalah
1/3
Kenaikan BBM Dan Keadilan Dalam Bingkai Ekonomi Islam
Oleh Nurul Huda
Selasa, 02 Juni 2009 17:38
dalam distribusi. Atau dalam bahasa lain yang lebih sederhana, intervensi pemerintah adalah
untuk menjamin
fairness
dan keadilan.
Ibnu Taimiyah membatasi keabsahan pemerintah dalam menetapkan kebijakan intervesi pada
empat situasi dan kondisi (1) kebutuhan masyarakan atau hajat orang banyak akan sebuah
komoditas (barang maupun jasa); para fuqaha sepakat bahwa sesuatu yang menjadi hajat
orang banyak tidak dapat diperjualbelikan kecuali dengan harga yang sesuai.(2) terjadi kasus
monopoli (penimbunan); para fuqaha sepakat untuk memberlakukan hak Hajar (ketetapan yang
membatasi hak guna dan hak pakai atas kepemilikan barang) oleh pemerintah. Hal ini untuk
mengantisipasi adanya tindakan negatif (berbahaya) yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak
yang melakukan kegiatan monopolistik ataupun penimbunan barang (3) terjadi keadaan
al hasr
(pemboikotan), di mana distribusi barang hanya terkonsentrasi pada satu penjual atau pihak
tertentu. Penetapan harga di sini untuk menghindari penjualan barang tersebut dengan harga
yang ditetapkan sepihak dan semena-mena oleh pihak penjual tersebut (4) terjadi
koalisi dan kolusi antar para penjual; di mana sejumlah pedagang sepakat untuk melakukan
transaksi di antara mereka sendiri, dengan harga penjualan yang tentunya dibawah harga
pasar. Ketetapan intervensi di sini untuk menghindari kemungkinan terjadi fluktuasi harga
barang yang ekstrim dan dramatis
Kembali pada persoalan kenaikan BBM, selama ini penetapan harga BBM selalu melalui
kebijakan pemerintah atau ada intervensi pemerintah dan tidak dilakukan secara mekasnisme
pasar, inilah yang pada akhirnya menimbulkan distorsi pasar. Andaikan harga BBM
menggunakan mekanisme pasar seperti yang terjadi pada pertamax ataupun pertamax plus
maka gejolak masyarakat pun tidak terlalu besar begitu pula untuk komiditi yang lainnya.
Kalaupun pemerintah mau mengintervensi pasar maka tidak melalui kebijakan penetapan harga
tetapi melalui penambahan jumlah permintaan ataupun penawaran dan ini yang lebih
disarankan dalam sistem ekonomi Islam.
BLT, BLK Dan Keadilan
Menarik untuk diungkap pernyataan Wapres JK yang kurang lebih menyatakan Mahasiswa
yang berdemo berarti memperjuangkan orang kaya (pengusaha), ini juga yang merupakan
salah satu pemicu semakin marak Demo yang dilakukan Mahasiswa selain substansi kenaikan
BBMnya itu sendiri. Pernyataan tersebut tentunya tidak dapat diterima sama sekali secara
konsep ekonomi sederhanapun . Saat ini jelas sangat dirasakan (seminggu setalah kenaikan
harga BBM) harga-haraga komoditas lain pun mengalami kenaikan walaupun komoditas itu
tidak terkait secara langsung dengan BBM tentunya ini menyebabkan real income masyarakat
(golongan kecil,menengah dan atas) akan mengalami penurunan dan tentunya yang paling
merasakan adalah golongan kecil dan menengah. Sehingga pemerintah pun mengantisipasinya
dengan program BLT yang juga menimbulkan pro dan kontra, dan terasa aneh memang ketika
pro dan kontra itu terjadi diantara Pemerintah pusat dan Daerah. Pemerintah Daerah khawatir
BLT akan menimbulkan persoalan bagi daerah seperti yang terjadi pada tahun 2005. 2/3
Kenaikan BBM Dan Keadilan Dalam Bingkai Ekonomi Islam
Oleh Nurul Huda
Selasa, 02 Juni 2009 17:38
Pada minggu ketiga Mei atau seminggu setelah kenaikan harga BBM Pemerintah
mengumumkan akan memberikan beasiswa kepada mahasiswa terkait dengan kenaikan harga
BBM yang disebut dengan konsep BLK. Sehingga tanggapan beragam ada yang memandang
positif dan tentunya tak ketinggalan mempunyai pandangan negatif yaitu sebagai upaya
pemerintah untuk meredam aksi mahasiswa.
Kalau saja pemerintah konsisten dengan apa yang menjadi tujuannya yaitu menyelematkan
anggaran negara tentu hal itu lebih dikedepankan sehingga tidak muncul anggapan kebijakan
yang ambivalen.
Katakanlah kita berfikir positif terhadap kebijakan pemerintah tersebut tentu kita menyatakan
kebijakan BLT dan BLK merupakan upaya pemerintah untuk berlaku adil, artinya sebagian
beban masyarakat kecil yang menerima dampak kenaikan harga BBM akan dapat direduksi
atau katakanlah secara ekstrim dengan kebijakan BLT dan BLK ingin melakukan transfer
kekayaan dari masyarakat kaya ke masyarakat miskin, apakah ini yang disebut dengan hakikat
adil yang tepat ?
Dengan logika sederhana dapat kita katakan ketidakadilan tersebut terjadi karena ada
kebijakan yang dilakukan pemerintah maka konsekwensi logisnya pemerintah harus
menanggung akibat kebijakan yang dilakukan.
Sedikit konsep adil dalam perspektif ekonomi islam, benar memang adil berarti meletakkan
sesuatu pada tempatnya atau menerima hak tanpa lebih dan memberi hak orang lain tanpa
kurang. Di dalam Islam keadilan adalah penting dan sangat diutamakan, seperti firman Allah
SWT dalam QS : An-Nahl : 90 yang artinya "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran" Sehingga adil dalam perspektif Islam tidak ada yang menzalimi dan tidak
ada yang terzalami, akhirnya kita berharap agar masalah yang sedang dihadapi bangsa ini bisa
terselesaikan dan sudah seharusnya baik pemerintah maupun masyarakat untuk bersangka
baik diantara sesamanya, semoga ridho Allah ada pada kita semua, amien.
3/3
Download