menuju sistem ketatalaksanaan pemerintahan yang baik

advertisement
MENUJU SISTEM KETATALAKSANAAN
PEMERINTAHAN YANG BAIK
Yeremias T. Keban
Disampaikan pada DIKLATPIM 1
Angkatan XXII –
XXII – LAN RI
LAN RI
30 September 2011 Jakarta
© Pusdiklat Spimnas 2011
Pendahuluan
• Makna Umum:
– Tatalaksana : serangkaian proses yang diberlakukan dalam
organisasi agar mencapai
agar mencapai tujuan organisasi secara efisien dan
efektif.
– Tatalaksana : dapat diartikan sebagai “manajemen” yang didasarkan p
pada p
prinsip
p tertentu;;
– Tatalaksana = POAC
• Makna Ideal:
– Tatalaksana = tata
tata kelola
– Tatalaksana yang baik = good governance
– Yang baik: tatakelola yang partisipatif, berdasarkan hukum, transparansi, responsif, musyawarah, keadilan
p
, p
,
y
,
dan p
perlakuan
yang adil, efektif dan ekonomis, serta dapat
dipertanggungjawabkan
– Wujud dari Social Responsibility Pemerintah kepada Masyarakat
© Pusdiklat Spimnas 2011
• Tujuan:
j
–
–
–
–
Menjamin tercapainya tujuan organisasi
Mencegah terjadinya KKN
M
Memperhatikan
h tik kaum
k
minoritas
i it
Melibatkan minoritas dalam pengambilan keputusan
• Posisi Dalam Pemerintahan
– Sebagai FUNGSI yang normati f: merencanakan, mengarahkan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan memotivasi mengendalikan
mengkoordinasikan, memotivasi, mengendalikan, memonitor dan mengevaluasi;
– Fungsi ini harus dituntun oleh prinsip yang ideal yaitu
“G d G
“Good Governance” sebagai
” b i wujud
j d Social S i l
Responsibility
© Pusdiklat Spimnas 2011
Sejarah Sistem Tatalaksana
• Dalam Paradigma OPA (Old Public Administration)
– Periode 1900 –
1900 – 1992/3
– Prinsip Birokrasi: Perubahan melalui bentuk organisasi
(p
g
“Ideal “ menurut kacamata Max Weber (pembagian
kerja, hirarki, aturan, loyal, hubungan impersonal, training kompetensi, urusan kedinasan); administrasi
h
harus
di i hk dari
dipisahkan
d i politik
li ik (dikotomi; netralitas)
(dik
i
li )
– Dalam kenyataan kurang ideal karena menegasi
dinamika lingkungan, dan
lingkungan dan culture‐bound, melahirkan
culture‐bound melahirkan
overregulasidan overbirokrasi (Weber ‘s fallacy);
– Dalam buku Reinventing Government, paradigma
g
,p
g
ini
dikritik tetapi sebagian besar prinsipnya masih tetap
digunakan sampai sekarang; © Pusdiklat Spimnas 2011
• Dalam Paradigma NPM (New Public Management) – Periode 1990 ‐ 2003
– Mempertimbangkan prinsip bisnis dalam pemerintahan
dipromosikan
p
oleh Hood (1991)
(
)
– Suntik Semangat Kewirausahaan dalam pemerintahan oleh
Gaebler dan Osborne (1992);
– Pasar, teknologi
Pasar teknologi dan user memegang
user memegang peran penting;
– Manajemen harus lebih fleksibel, berorientasi pasar dan
hasil; – peran pemerintah sebagai fasilitator
– Mengeritik model klasik karena terlalu kaku, hirarkis dan
birokratis, seolah‐olah paling benar;
– Hubungan pemerintah, swasta
pemerintah swasta dan masyarakat ditata lebih
baik dalam governance.
© Pusdiklat Spimnas 2011
• Dalam Paradigma NPS (New Public Service):
– Periode 2003 sampai sekarang
– Denhardt dan Denhardt (2003) mengingatkan gerakan
New Public Management agar tidak
g
g
melupakan
p
citizens yang harus dilayani melalui pelayanan yang lebih baik;
– Orientasi bisnis perlu ditinjau kembali;
– Mengutamakan suara dan aspirasi masyarakat
– Melibatkan masyarakat menuju kemandirian
– Mengendalikan pelayanan publik yang prima
– Kualitas
K lit Pelayanan
P l
publik
blik merepresentasikan
t ik “trust” pada
“t t” d
pemerintah.
– Respons dalam bentuk Pelayanan Prima.
© Pusdiklat Spimnas 2011
• Perkembangan
g Tatalaksana di Indonesia
– Kurang mengikuti periodisasi paradigma yang ada;
– Lebih dipengaruhi oleh latar belakang sosial Indonesia yang majemuk;
yang majemuk;
– Lebih dibatasi oleh hambatan‐hambatan fisik dan
geografis
– Lebih didikte oleh gerakan sosial politik dan
kepentingan tertentu;
– Lebih didominasi oleh p
partai p
politik p
pasca Orba;;
– Lebih ditata dalam keseimbangan kekuatan partai dan
kurang melihat kompetensi dan kinerja
– Intervensi dari negara donor dan
donor dan kerjasama regional regional
dan internasional
© Pusdiklat Spimnas 2011
Tatalaksana Pemerintahan
Era Orde Baru (1969 Era Orde
(1969 – 1998)
• Orientasi Pemerintahan
–
–
–
–
Integrasi Bangsa
Stabilitas
Pertumbuhan
Pemerataan
• Tatalaksana:
–
–
–
–
–
–
–
Sentralisasi yyang tinggi
g gg dan top down
p
Birokrasi Pusat yang Kuat
SDM birokrat dengan tingkat loyalitas tinggi
Kepemimpinan yang otoriter
yang otoriter
Kurang mengakomodasikan kepentingan daerah
Penyeragaman di berbagai bidang
Kontrol terhadap roda pemerintahan daerah minim
© Pusdiklat Spimnas 2011
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Pertumbuhan ekonomi meningkat
Kestabilan politik dan keamanan
Tumbuh rasa nasionalisme yang tinggi
Berhasilnya beberapa program yang cukup
monumental seperti
l
i transmigrasi, keluarga
i
i k l
berencana, swasembada pangan, dsb.
Kesenjangan
j g ekonomi dan sosial
Semarak KKN dan pelanggaran HAM
Terkekangnya kebebasan individu dan pers
Pengg naan kekerasan dan pemaksaan kehendak;
Penggunaan
kehendak
Anggaran sangat ditentukan secara top down
Fungsi
g p
perencanaan, implementasi, monitoring dan
, p
,
g
evaluasi sangat lemah (kamuflase).
© Pusdiklat Spimnas 2011
Tatalaksana Pemerintahan
Era Reformasi I (1998 Era Reformasi
I (1998 – 2004)
• Orientasi Pemerintahan
– Meninggalkan warisan Orba
– Upaya
p y p
pemulihan ekonomi
– Melonggarkan pengawasan terhadap media massa
– Kebebasan berekspresi
– Liberalisasi parpol
– Kerjasama internasional (IMF)
– Kepentingan daerah
© Pusdiklat Spimnas 2011
• Tatalaksana
ata a sa a
Sentralisasi mulai longgar
Birokrasi pusat mulai lemah
SDM birokrat mulai berkurang loyalitasnya
Kepemimpinan mengalami krisis
Kurang mengakomodasikan kepentingan daerah
Berkurangnya trust pada pemerintah di berbagai
bidang
– Kontrol terhadap roda pemerintahan masih lemah
– Kekuatan politik mulai menggerogoti roda
pemerintahan
–
–
–
–
–
–
© Pusdiklat Spimnas 2011
– Perhatian terhadap
p kinerja
j sangat
g rendah
– Anggaran masih diwarnai oleh konspirasi aparat
pusat dan daerah
– Fungsi perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi program masih lemah
– Orientasi
O i t i politik
litik mulai
l i kencang
k
d mulai
dan
l i merasukk
para birokrat (birokrat diisi oleh postur delegat)
– Rekrutmen dan penempatan pegawai masih kacau
– Roda pemerintahan tidak fokus karena pengaruh
kepemimpinan
p
p
nasional yyang goyah
gg y
© Pusdiklat Spimnas 2011
Tatalaksana Pemerintahan
Era Otonomi Daerah (2004 Era Otonomi
Daerah (2004 – 2009)
• Orentasi Pemerintahan
–
–
–
–
–
–
–
–
Pemberdayaan pemerintahan daerah (UU 32/2004)
Daerah mendapatkan bagian bagi hasil yang lebih
Daerah mendapatkan
yang lebih adil
Mendekatkan pelayanan ke masyarakat
Demokratisasi pemerintahan daerah
Partisipasi dan pemberdayaan yang lebih besar
Variasi kepentingan daerah diperhatikan
Pemekaran daerah dimungkinkan
Penguatan
g
aparat
p
lokal
© Pusdiklat Spimnas 2011
• Tatalaksana
Desentralisasi menjadi pusat perhatian
Birokrasi Pusat mulai berpaling ke daerah
SDM bi k t daerah
SDM birokrat
d
h masih
ih loyalitas
l lit tinggi
ti i
Kepemimpinan daerah bernada demokratis
Kepentingan
epe
ga masyarakat
asya a a dae
daerah
a jad
jadi tujuan
ujua
Penyeragaman sudah berkurang dan local wisdom diangkat ke permukaan
– Kontrol terhadap roda pemerintahan daerah minim
– Banyak Kepala Daerah dan DPRD terlibat KKN
– Kinerja pemerintah daerah menurun
–
–
–
–
–
–
© Pusdiklat Spimnas 2011
– Pemekaran masih bersifat p
politis bukan p
pertimbangan
g
kemampuan potensi dan manajerial
– Banyak daerah yang belum siap menjalankan roda
pemerintahan secara profesional
– Merebaknya KKN dalam tubuh birokrasi khususnya
dalam penerimaan pegawai, promosi, dan
penempatannya;
– Muncul tradisi konspirasi dalam mengatur anggaran di
daerah dan di pusat
– Perencanaan, implementasi, monitoring dan evalluasi
masih lemah
© Pusdiklat Spimnas 2011
Tatalaksana Pemerintahan
Era Reformasi II (2009 Era Reformasi
II (2009 – sekarang)
• Orientasi Pemerintahan
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Reformasi birokrasi dan tata kelola
Pendidikan
Kesehatan
Penanggulangan kemiskinan
Ketahanan Pangan
I f
Infrastruktur
k
Iklim Investasi dan usaha
Energi
Lingkungan hidup dan bencana,
Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik
Kebudayaan kreativitas dan inovasi teknologi
Kebudayaan, kreativitas, dan
Didukung politik, hukum, dan keamananan, perekonomian
serta KESRA;
© Pusdiklat Spimnas 2011
• Tatalaksana
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Reformasi birokrasi dibebankan ke Menpan & RB
P t j k desain
Petunjuk
d i dan
d road map oleh
d
l h Menpan
M
& RB
& RB Banyak daerah dan kementerian belum menjalankan RB
Reformasi
e o as masih
as sebatas ttrial and error (quick wins)
a a d e o (qu c
s)
Reformasi masihdiarahkan untuk mendapatkan
remunerasi
R f
Reformasi
i menggerogoti
ti anggaran tanpa
t
h il
hasil
Difokuskan untuk membuat dokumen / laporan
Kegiatan
g
RB masih difokuskan p
pada p
pekerjaan
j
kepegawaian dan hukum
Kinerja sebelum dan sesudah reformasi masih sama
Para pimpinan belum memiliki persepsi dan sikap yang Para pimpinan
yang
sama tentang reformasi
© Pusdiklat Spimnas 2011
– Reformasi belum menyentuh lembaga tinggi negara
sebagai contoh
– Belum ada gerakan yang nyata
yang nyata terhadap reformasi
birokrasi
– Kekuatan politik masih mendominasi;
– Birokrat masih diwarnai oleh kepentingan pribadi dan
politik;
– Belum memadai penghargaan terhadap merit system;
– Konspirasi masih bertumbuh subur dalam anggaran dan
perencanaan;
– Masih lemahnya fungsi kontrol;
– Fungsi
F
i perencanaan, implementasi, monitoring dan
i l
t i
it i d
evaluasi nampak masih lemah (manipulatif).
– Penilaian kewajaran pemanfaatan keuangan tidak diikuti
dengan penilaian tentang tercapainya hasil akhir/manfaat
© Pusdiklat Spimnas 2011
Refleksi
• Kegagalan Tatalaksana harus diakui:
– Banyakk anggaran kemiskinan
k
k
d
diperbesar
b
tetapi jumlah
l h
orang miskin bertambah;
– Upaya
p y meningkatkan
g
HDI dari tahun ke tahun sangat
g
besar, tetapi indeks HDI kita masih relatif lamban
meningkat;
– Prinsip good governance yang menjadi
good governance yang menjadi penuntun
tatalaksana pemerintahan masih belum
diimplementasikan secara sungguh‐sungguh
– Banyak kegiatan perencanaan dan anggaran, serta
anggaran serta
implementasi dan monitoring & evaluasi bersifat
manipulatif dan konspiratif;
– Reformasi birokrasi dijalankan dengan cara birokratis , dituntun dari atas, dan sekedar memenuhi
persyaratan formal administratif;
© Pusdiklat Spimnas 2011
– Banyak
y p
pejabat
j
dan dewan p
perwakilan rakyat
y masih
terlibat KKN;
– Belum ada keadilan dan keberpihakan kepada rakyat
kecil;
– Pelayanan publik masih memprihatinkan;
– Kewajaran penggunaan anggaran dan kinerja
organisasi masih memprihatinkan;
– Banyak pencurian sumberdaya oleh pihak luar dan
persekongkolan
k k l pihak
ih k luar
l
d dalam;
dan
d l
– Banyak daerah yang masih belum mendapatkan
perhatian secara memadai;
– Ketimpangan pendapatan semakin nyata
© Pusdiklat Spimnas 2011
• Sumber Kegagalan
– Mengapa terus terjadi kegagalan ini dari waktu ke
waktu? (Mungkin pengaruh dari LINGKUNGAN)
– Apakah kita tidak mampu mengatasi kegagalan
yang terjadi selama ini? Atau apakah kita kurang
cerdas dalam mengatasi kegagalan ini? (Mungkin
ini? (Mungkin
pengaruh kurang KOMPETENSI) – Atau mengapa kita membiarkan terus terjadinya
kegagalan ini? Apakah kita tidak perduli? (Mungkin
karena kurang TANGGUNG JAWAB SOSIAL ATAU MORAL) MORAL)
© Pusdiklat Spimnas 2011
– Pembangunan birokrasi selama ini diabaikan, kalau
toh ada, tidak integratif, terarah dan sistimatis serta
g
berkesinambungan
– Birokrasi berkembang tanpa visi yang jelas
– Postur Birokrat yang ada justru masih bermasalah:
• Lebih sebagai tuan dari pada sebagai pelayan (lihat pendapat
Niskanen, 1973);
p
y kegiatan
g
dari p
pada memikirkan
• Cenderungg memperbanyak
risiko (lihat Blau. 1956)
• Cenderung membuat organisasi berskala besar tanpa alasan
yang masuk akal (lihat Schumaker, 1973)
• Tidak berkomitmen memperjuangkan human dignity (lihat
Thayer, 1973);
Di era pembangunan, mereka menjadi penghambat
• Di era pembangunan, mereka
pembangunan ( dalam Turner dan Hulme, 1997)
© Pusdiklat Spimnas 2011
– Lebih banyak
y birokrat berkarakter (p
(postur) politico )p
(pejuang kepentingan ideologi dan posisi) dan
delegates (sebagai wakil partai atau kelompok), dari
pada trustee (yang paling ideal karena
trustee (yang paling ideal karena benar
benar‐benar
benar
mengutamakan kepentingan umum);
– Leadership development sebagai investasi besar
jangka
k panjang, kurang
k
db
dibenahi
h sehingga
h
muncull
krisis kepemimpinan;
– Kurang adanya trust terhadap
trust terhadap pemimpin
– Leadership development tidak diarahkan kepada
perubahan postur birokrat yang ideal
© Pusdiklat Spimnas 2011
Penutup: Tatalaksana Pemerintahan
Yang Baik
Yang Baik
• Orientasi Pemerintahan
– Apa yang ditangani harus didasarkan pada tuntutan
/masalah lingkungan;
– Menangani tuntutan /masalah lingkungan berarti
melaksanakan tanggung jawab sosial (Tanggung Jawab
Hasil/ Manfaat);
– Menangani tuntutan ini harus didasarkan pada prinsip
good governance (Tanggung jawab Aksi)
– Setelah menanganinya, harus dicek apakah tuntutan / masalah lingkungan sudah tercapai/terjawab (wujud
social responsibility)
© Pusdiklat Spimnas 2011
• Dua Pendekatan Reformasi Tatalaksana
– Pendekatan Aksi: Mendalami tujuan
j
lalu mendesain
aksi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut
dengan memperhitungkan lingkungan: – Pendekatan Hasil: Mengevaluasi
Hasil: Mengevaluasi hasil dan menelusuri
hambatan baik dari aksi maupun dari lingkungan, dan
mengatasinya.
– Unsur Lingkungan:
•
•
•
•
•
•
•
Kondisi ekonomi
Kondisi sosial & budaya
Dinamika politik
Hukum & regulasi
Administratif (struktural)
Fi ik (geografis)
Fisik
(
fi )
Globalisasi
© Pusdiklat Spimnas 2011
• Langkah Strategis:
– Setiap organisasi pemerintah wajib menerapkan Corporate Corporate
Social Responsibility (CSR) atau wajib memberikan manfaat
yang nyata kepada masyarakat, atau minimal tidak
merugikan masyarakat (selama ini hanya diutamakan pada
swasta atau dunia
d i bisnis);
bi i )
– Setiap instansi pemerintah wajib menerapkan prinsip Good Governance (GG) dalam tatalaksana sebagai jaminan dan
di i f
driving force terhadap
t h d terwujudnya
t
j d
S i lR
Social Responsibility;
ibilit
– Setiap instansi pemerintah wajib melakukan penilaian dan
melaporkan hasil pelaksanaan kedua kewajiban tersebut; Hal ini akan menumbuhkan trust di
Hal ini
trust di masyarakat terhadap
pemerintah yang pada gilirannya akan menumbuhkan
solidaritas dan keberhasilan organisasi.
– Moral dan
Moral dan kompetensi harus dibangun, lewat
dibangun lewat reformasi
tatalaksana, untuk menumbuhkan trust .
© Pusdiklat Spimnas 2011
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEMUA
SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEMUA
© Pusdiklat Spimnas 2011
Download