ada - Seni Rupa FSRD ITB

advertisement
Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
DIPANDANGI KETAKUTAN
Mutia Zachra
Dr. Nuning Yanti Damayanti, Dipl. Art
Program Studi Sarjana Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB
Email: [email protected]
Kata Kunci : drawing, fobia sosial, kecemasan, mata, psikologi
Abstrak
Social anxiety atau kecemasan sosial adalah salah satu jenis anxiety yang membuat penderita merasa tidak nyaman dan takut akan interaksi sosial.
Ketakutan itu dipicu dari kecemasan akan pandangan dan penilaian orang terhadapnya. Hal ini mengakibatkan penderita merasa tidak percaya diri
terhadap dirinya sendiri dan memilih untuk menghindari situasi-situasi sosial tertentu. Walaupun belum terdiagnosis sebagai social anxiety disorder
yang merupakan fobia sosial, penulis merasakan bahwa social anxiety yang dimiliki cukup mengganggu dan menahan penulis untuk mengungkapkan
emosi yang sesungguhnya pada orang. Ketakutan itu pun membuat penulis tidak pernah bisa mengungkapkan ketakutan itu sendiri pada orang lain
lewat kata-kata. Maka itu, penulis bermaksud untuk mencurahkan pengalaman dan ketakutan pribadi yang selalu disembunyikan penulis dalam bentuk
karya drawing. Pencurahan pengalaman dan ketakutan pribadi yang selalui disembunyikan juga merupakan media penyembuhan bagi penulis untuk
bisa lepas dari ketakutan tersebut.
Abstract
Social anxiety is a kind of anxiety that makes someone feel uncomfortable and afraid of social interactions. This leads them to feel insecure with
themselves and choose to avoid certain social situations. Even though it has not been diagnosed as social anxiety disorder which is social phobia, the
author feels that the social anxiety that she has is quite bothersome and holding her back from expressing her real emotion to others because of the
fear of being judged by other people. Thus, the author intends to show her personal experiences and hidden fears through a drawing. Showing
personal experiences and hidden fears is also a healing medium for the author to be free from said fears.
1. Pendahuluan
Ketakutan (fear) adalah suatu emosi yang ditimbulkan dari sebuah ancaman. Ancaman tersebut menyebabkan perubahan
pada otak yang secara otomatis membuat tubuh melakukan tindakan seperti kabur atau bersembunyi dari sumber
ketakutan itu. Rasa takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu
stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi telah menyebutkan bahwa takut
adalah salah satu dari emosi dasar selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.
Di lain hal, kegelisahan (anxiety) merupakan emosi yang serupa dengan ketakutan. Namun anxiety terjadi karena
ancaman yang tidak terkendali atau tidak bisa dihindari. Anxiety dikarakterisasikan sebagai kekacauan batin yang
membuat seseorang tidak nyaman dan sering disertai dengan perilaku gugup. Munculnya perasaan takut, gelisah,
khawatir, ketidakfokusan, dan reaksi berlebihan pada sesuatu yang diaggap mengancam adalah bentuk anxiety. Hal ini
disebabkan oleh kecemasan akan kejadian yang ditakuti akan mengancam kapan saja. Anxiety ringan yang terjadi ketika
kita merasa cemas bisa saja terjadi pada semua orang, namun ketika dialami secara terus-menerus, hal ini bisa
dikategorikan sebagai anxiety disorder.
Salah satu jenis anxiety yang umumnya terjadi pada masyarakat umum adalah Social Anxiety atau kecemasan sosial.
Kecemasan sosial adalah salah satu jenis anxiety yang membuat penderita merasa tidak nyaman dan takut akan interaksi
sosial. Ketakutan itu dipicu dari kecemasan akan pandangan dan penilaian orang terhadapnya. Pada situasi tertentu,
penderita kecemasan sosial berpikir bahwa orang di sekitar memandang rendah dirinya, dan ketika ia berbuat salah,
orang lain akan menertawakan atau mengkritik dirinya. Hal ini mengakibatkan penderita merasa tidak percaya diri
terhadap dirinya sendiri dan memilih untuk menghindari situasi-situasi sosial tertentu.
Kecemasan sosial seperti anxiety pada umumnya, bisa menjadi sebuah fobia ketika hal ini dialami secara terus-menerus
yang mengakibatkan gangguan pada kehidupan sehari-hari. Disebut sebagai Social Anxiety Disorder atau fobia sosial,
fobia ini menyebabkan penderita merasakan takut yang berlebihan pada situasi sosial. Ketakutan ini dipicu oleh
perasaan bahwa ia sedang diamati dan dinilai buruk oleh orang lain.
Mutia Zachra
Setiap orang tanpa terkecuali pernah merasakan emosi-emosi tersebut di dalam dirinya. Baik dalam jumlah besar
maupun kecil, ketakutan dan kegelisahan merupakan emosi yang sukar dihindari, selalu ada di alam bawah sadar
walaupun kita tidak sedang merasakannya. Penulis sendiri memiliki ketakutan dan kegelisahan pribadi yang
berhubungan dengan kecemasan sosial, dan penulis merasa bahwa kecemasan sosial yang dimiliki cukup mengganggu
di kehidupan penulis sehingga penulis ingin menyampaikan dan menggambarkan ketakutan yang dialami dalam bentuk
karya drawing agar orang-orang yang tidak mengetahui tentang kondisi psikologis ini semakin paham bahwa ada orangorang di sekitarnya yang memiliki kecemasan sosial walaupun tidak menunjukkannya. Sekaligus menjadi media
penyembuhan bagi penulis secara pribadi.
2. Proses Studi Kreatif
Proses penulis dalam berkarya juga selalu diawali dari ketertarikan penulis untuk menciptakan karya yang memiliki
muatan personal. Bagi penulis yang tidak mahir dalam mengungkapkan persaan dengan kata-kata, menggambar adalah
salah-satu wujud untuk menunjukkan ekspresi. Maka itu, tema-tema yang diangkat selalu berhubungan dengan sesuatu
yang tidak bisa penulis ungkapkan secara verbal. Dari situlah penulis terdorong untuk menciptakan karya yang bisa
menceritakan hal-hal tersebut secara visual dalam bentuk karya drawing. Proses berkarya penulis tidak lepas dari karyakarya penulis selama masa perkuliahan di studio drawing.
Gambar 2.2. Sketsa studio drawing 2014
Pada karya-karya di tingkat dua perkuliahan, penulis menggambarkan kecemasan-kecemasan seorang gadis yang takut
akan tatapan orang lain dalam enam karya drawing. Simbolisasi objek ketakutan, yaitu tatapan orang-orang, selalu
penulis gambarkan dengan bola mata. Sedangkan bentuk mata merupakan gambaran perasaan ketakutan akan tatapan.
Objek lain yang seringkali muncul adalah bunga matahari yang secara personal memiliki arti kenyamanan. Untuk karya
pra-TA di tingkat empat, penulis masih menggunakan tema yang serupa yaitu tentang ketakutan. Namun seiring dengan
perkembangan penulis dalam memahami ketakutan dirinya, tema ketakutan yang diangkat bukan hanya tentang
ketakutan akan tatapan, namun juga pandangan dan penilaian orang lain terhadap penulis. Tema yang diangkat
menceritakan bagaimana ketakutan menghalangi penulis untuk melakukan apa yang sebenarnya diinginkan. Nuansa
monokrom masih penulis gunakan di dalam karya di ini untuk memberikan kesan misterius alam bawah sadar di mana
ketakutan pribadi penulis disimpan.
Pada titik ini, penulis mulai memahami ketakutan apa yang mendorong penulis untuk mengangkat tema-tema ketakutan
akan tatapan mata orang lain. Yaitu kecemasan sosial, yang selama ini penulis miliki dan tidak sadari. Walaupun belum
terdiagnosis sebagai fobia sosial yang merupakan fobia sosial, penulis merasakan bahwa kecemasan sosial yang dimiliki
cukup mengganggu dan menahan penulis untuk mengungkapkan emosi yang sesungguhnya pada orang lain
dikarenakan rasa takut akan pandangan orang-orang terhadap penulis. Ketakutan itu pun membuat penulis tidak pernah
bisa mengungkapkan ketakutan itu sendiri pada orang lain lewat kata-kata. Dari sinilah penulis bermaksud untuk
mencurahkan pengalaman dan ketakutan pribadi yang selalu disembunyikan penulis dalam bentuk karya drawing.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No. 1| 2
Mutia Zachra
Proses eksekusi berkarya dimulai dengan eksplorasi konsep yang akan digarap. Setelah memutuskan untuk mengangkat
tema yang merupakan lanjutan dari karya-karya sebelumnya, penulis mulai membaca-baca tentang kondisi psikologis
yang serupa dengan yang penulis miliki hingga penulis menemukan istilah Kecemasan sosial dan Fobia sosial.
Walaupun belum didiagnosis oleh psikolog, penulis mulai memahami bahwa ketakutan dan kecemasan yang selama ini
dirasakan penulis adalah bentuk dari kecemasan sosial. Selanjutnya, proses berkarya dilanjutkan dengan pembuatan
sketsa digital. Penulis memilih menggunakan sketsa dengan metode digital terlebih dahulu karena penulis yang lebih
terbiasa menggambar digital membuat proses pengerjaan sketsa cepat dan praktis untuk menentukan komposisi objek
yang berulang (objek bola mata). Dalam proses pembuatan sketsa, penulis melalui tahapan seleksi dan eliminasi di
mana beberapa sketsa dirombak ulang, dibuang atau diganti dengan komposisi yang baru untuk enemukan hasil yang
pas dengan konsep karya. Selanjutnya, sketsa dipindahkan ke kertas berukuran 75 cm x 50 cm dan 50 cm x 35 cm.
Gambar 2.2. Sketsa digital yang tidak digunakan
3. Hasil Studi dan Pembahasan
Sejak kecil, penulis memiliki ketertarikan terhadap gambar figur. Bagi penulis yang sejak kecil dikelilingi oleh media
narasi (komik, buku cerita, kartun), gambar figur bukan hanya untuk menggambarkan sosok orang lain, namun juga
untuk menceritakannya. Dalam karya-karya penulis sebelumnya, penulis selalu menggambarkan sosok figur perempuan
yang secara tidak langsung merupakan representasi penulis. Pada karya tugas akhir ini, sosok figur perempuan pun
penulis masukkan untuk merepresentasikan diri penulis. Figur yang muncul berupa gadis kecil yang merupakan
representasi bagaimana penulis dipandang oleh beberapa orang. Sementara baju one piece hitam digambarkan karena
pakaian tersebut secara pribadi membuat penulis tidak nyaman. Sejak dahulu, pakaian berupa rok tanpa lengan
membuat penulis merasa tidak aman dan resah.
Penulis memiliki ketertarikan yang besar terhadap drawing dengan warna monokrom yang mengandung kesan misterius
dan unsettling. Terlihat dari jejak kekaryaan penulis sejak memasuki studio drawing di tingkat dua, di mana karya-karya
yang penulis ciptakan hampir semuanya berupa hitam putih. Pada karya ini pun, penulis menggunakan tiga warna
dominan. Yaitu hitam, merah, dan putih yang merupakan warna-warna primer. Warna hitam merupakan simbol
kematian secara universal. Kematian pada umumnya, memberikan perasaan takut, cemas, dan tidak nyaman pada
sebagian besar orang. Pada karya ini, penulis menggunakan warna hitam untuk memberikan kesan misterius, gelap, dan
ketidaknyamanan seperti representasi dunia alam bawah sadar yang dipenuhi pikiran-pikiran akan kecemasan dan rasa
takut. Sementara warna merah merupakan warna ambigu yang bisa berarti kehidupan atau agresi. Selain memberikan
kesan agresi, warna merah juga bisa memberikan intensitas, layaknya rasa takut yang menekan penulis. Warna merah
yang merupakan warna darah juga bisa berarti emosi, bahaya, amarah, dan kebencian, sebagaimana apa yang penulis
takutkan akan pandangan orang lain terhadap penulis.
Kesan unsettling atau menganggu ditonjolkan oleh tarikan garis yang berulang dan objek-objek (bola mata) yang
menonjol dan diletakkan berdempetan. Penulis memilih suasana yang unsettling daripada suasana yang
mencekam/intimidatif karena bagi penulis, kecemasan sosial yang dirasakan belum sampai ke tahap fobia di mana rasa
takut yang penulis rasakan terhadap pandangan orang lain lebih terasa membuat gelisah dibandingkan perasaan
mengancam seperti yang dimiliki penderita fobia sosial. Sementara penggunaan garis-garis yang berdempetan dan
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No. 1| 3
Mutia Zachra
berantakan digunakan untuk mempertegas detail dengan maksud memberikan kesan agresif, sebagaimana pikiran
penulis tentang rasa takut yang selalu menganggu.
Gambar 3.1. “Pengawasan (Tertekan)”, mix media di atas
kertas, 70 x 50 cm, 2016
Objek bola mata yang ada pada karya ini tidak melambangkan tatapan mata orang lain secara langsung, tetapi
merepresentasikan rasa takut akan keberadaan dan pandangan orang-orang sekitar terhadap penulis. Objek bola mata
yang ada pada seluruh karya juga memiliki arti yang ambigu, tidak merepresentasikan bola mata secara langsung,
namun membaur dengan unsur-unsur visual lainnya. Semua tatapan bola mata tertuju pada figur utama, yaitu seorang
gadis kecil yang merupakan representasi bagaimana penulis sering dipandang oleh orang lain. Bola mata-bola mata
tersebut seolah sedang mengamati dan menilai setiap gerak-gerik gadis itu. Figur utama yang memiliki ekspresi datar
dan tidak terlihat ketakutan atau terganggu sama sekali merepresentasikan bagaimana penulis tidak bisa menunjukkan
emosi yang sebenarnya di depan orang-orang dikarenakan ketakutan yang membayangi penulis.
Objek lainnya yang muncul di dalam karya ini adalah kupu-kupu. Kupu-kupu merupakan simbol dari Thanatos, yang
merupakan dewa kematian. Di lain sisi, bagi penulis secara personal, kupu-kupu merupakan salah satu objek ketakutan.
Keberadaan kupu-kupu selalu membuat penulis merasa tidak tenang dan takut sehingga penulis selalu berusaha untuk
menjauhinya. Serupa seperti perasaan takut penulis akan pandangan orang lain. Perbedaannya hanyalah wujud
ketakutan itu, di mana kupu-kupu merupakan makhluk hidup yang membentuk ketakutan yang nyata sementara
ketakutan dari kecemasan sosial berada di kepala penulis.Pada karya kelima digambarkan objek bak mandi dengan air
yang membendung. Di dalam mimpi, air merupakan simbol emosi atau perasaan. Air yang membendung
merepresentasikan emosi penulis yang tidak bisa ditumpahkan atau dialirkan yang disebabkan oleh rasa takut yang
membayangi, sehingga figur utama pun digambarkan berendam di dalam bak berisi air.
Selain beberapa objek di atas, muncul pula objek bunga matahari dan pagar tembok. Bunga matahari pada umumnya
selalu dikaitkan dengan perasaan bahagia dan kenyamanan. Pada karya-karya sebelumnya, penulis menggambarkan
juga objek bunga matahari yang selalu menutupi wajah figur utama, menutupi ekspresi wajah yang seharusnya
ditampilkan ketika dihadapkan pada situasi yang membuat takut. Sementara pada karya ini, penulis menyederhanakan
bentuk bunga matahari dan mengganti bagian tengah bunga dengan bola mata, memberikan kesan sureal. Ini
merepresentasikan bahwa orang-orang yang seharusnya membuat nyaman pun, bisa membuat penulis gelisah. Pagar
tembok yang digambarkan merupakan simbol dari batasan yang penulis ciptakan di antara penulis dan orang-orang
tersebut di mana penulis menutup dirinya dari dunia luar dikarenakan kecemasan sosial yang dimiliki.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No. 1| 4
Mutia Zachra
4. Penutup / Kesimpulan
Karya ini berangkat dari kecemasan pribadi penulis yang merupakan Kecemasan sosial, atau kecemasan sosial.
Kecemasan tersebut dipicu oleh ketakutan akan situasi dan interaksi sosial. Penderita akan merasa bahwa orang-orang
di sekitarnya sedang memandangi dan menatap rendah dirinya. Hal itu membuat penderita merasa tidak memiliki
kepercayaan diri, terutama untuk berpartisipasi dengan baik di situasi sosial.
Melalui karya drawing, penulis ingin mengungkapkan dan menceritakan bagaimana perasaan pribadinya sebagai
seseorang yang memiliki kecemasan sosial dalam bentuk visual. Penulis mensimbolisasikan bentuk ketakutan ke dalam
bentuk objek bola mata, yang awalnya berangkat dari ketakutan penulis untuk menatap dan ditatap orang lain. Objek
bola mata tersebut selalu digambarkan memandangi dan mengelilingi figur utama. Sebagaimana penulis merasakan
ketakutan akan keberadaan dan pandangan orang-orang di sekelilingnya.
Penulis telah menempuh proses yang panjang selama penggarapan karya ini. Mulai dari studi literatur tentang apa itu
kecemasan sosial sampai eksekusi karya. Selama mempelajari tentang kecemasan sosial dari berbagai sumber, penulis
mendapatkan pemahaman lebih terhadap masalah yang terjadi pada diri sendiri dan bagaimana cara mengatasinya
secara perlahan. Proses pembuatan karya pun membuat penulis lebih jujur pada diri sendiri untuk mengekspresikan apa
yang dirasakan dalam bentuk karya seni.
Di luar itu, dalam pengerjaan tugas akhir ini penulis menempuh proses sosial yang sedikit banyak mempengaruhi diri
penulis, yaitu ketika penulis harus menghadapi ketakutan pribadinya untuk bisa menyampaikan konsep yang akan
digarap pada orang lain. Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa selama proses pembuatan karya, penulis melalui
tahap penyembuhan dari ketakutan yang dialami. Secara tidak sadar penulis memasukkan visual-visual yang
menunjukkan bahwa penulis tidak lagi merasa takut akan kecemasan yang dimiliki.
Ucapan Terima Kasih
Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya dalam Mata Kuliah Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni
Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Mata Kuliah Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dr. Nuning Yanti
Damayanti, Dipl. Art.
.
Daftar Pustaka
DiBartolo PM, Hofmann SG (Eds.). 2010. Kecemasan sosial: Clinical, Developmental, and Social Perspectives. Ed ke2. Amsterdam (NL): Elsevier, Academic Press.
Lennox DM. 2015. Llewellyn's Complete Dictionary of Dreams: Over 1,000 Dream Symbols and Their Universal
Meanings (Llewellyn's Complete Book Series) . Woodbury (US): Llewellyn Publications.38
Schneier FR. 2003. Fobia sosial. BMJ. 327(7414):515-516. doi:10.1136/bmj.327.7414.515.
Fay, Brian. 2013. What is Drawing?. Irish Museum of Modern Art: Education and Community Programmes.
http://www.wwwcomcom.com
http://www.midoriyamada.net
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No. 1| 5
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA
Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel
yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat
wisuda mahasiswa yang bersangkutan.
diisi oleh mahasiswa
Nama Mahasiswa
NIM
Judul Artikel
diisi oleh pembimbing
Nama Pembimbing
1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD
Rekomendasi
Lingkari salah satu

2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi
3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi
4. Dikirim ke Seminar Nasional
5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus
6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus
7. Dikirim ke Seminar Internasional
8. Disimpan dalam bentuk Repositori
Bandung, ......./......./ 2013
Tanda Tangan Pembimbing : _______________________
Nama Jelas Pembimbing
: _______________________
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No. 1| 6
Download