DENGAN STROKE NON HEMORAGIC DI RUANG

advertisement
LAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. “R” DENGAN STROKE NON
HEMORAGIC DI RUANG ANGGREK 2 IRNA 1
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
Di susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan Diploma III Keperawatan
di STIKES Wira Husada
Yogyakarta
Disusun Oleh:
Siti Nur Hartini
D3.KP.13.00396
PRODI KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2015
LAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. “R” DENGAN STROKE NON
HEMORAGIC DI RUANG ANGGREK 2 IRNA 1
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
Siti Nur Hartini
D3.KP.13.00396
Laporan Studi Kasus ini telah memenuhi persyaratan untuk ujian lisan
Komprehensif program pendidikan Diploma III Keperawatan
di STIKES Wira Husada
Yogyakarta
Tanggal: 20 Juni 2016
Menyetujui
Pembimbing
Patria Asda S.Kep.,Ns M.P.H
ii
LAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. “R” DENGAN STROKE NON
HEMORAGIK DIRUANG ANGGREK 2 IRNA 1
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
Siti Nur Hartini
D3.KP.13.00396
Telah diujikan di depan Dewan Penguji ujian lisan komprehensif
Dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan Diploma III Keperawatan
STIKES Wira Husada
Yogyakarta
Pada tanggal: Juni 2016
Dewan penguji:
1. Patria Asda, S.Kep.,Ns M.P.H
2. Ario Bagus BS, S.Kep.,Ns
3. Novi Istanti, S.Kep., Ns
Mengetahui
Ka. Prodi Keperawatan STIKES Wira Husada
Yogyakarta
Nur Hidayat, S.Kep., Ns, M.Kes
iii
MOTTO
“Tidak ada orang yang hidupnya mudah. Yang ada adalah orang yang
Memampukan dirinya lebih kuat daripada kesulitan hidup”
(Mario Teguh)
“ Do the best, be good, then you will be the best ”
There is no limit of struggling
iv
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya serta
kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini
dengan tepat waktu.
2. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan doa, biaya dan dukungan
untuk menyekolahkan saya.
3. Bu Patria Asda, S.Kep.,Ns M.P.H, Terima kasih atas bimbingannya
selama ini bu, yang sudah membimbing saya dengan penuh kesabaran.
4. Bu Novi, Terima kasih bu atas bimbingannya
5. Pak Aryo Bagus BS S.Kep,. Ns
selaku kepala ruang dan Ibu Ninik
Asmiyati AMK selaku pembimbing pengayaan UAP di Ruang Anggrek 2
, IRNA I, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terima kasih bapak dan ibu
sudah membimbing kami dengan penuh kesabaran.
6. Seluruh staf dan karyawan Prodi D III Keperawatan (Pak Nur, Bu Atin, Bu
Agnes, Bu Maria, Pak feri, Bu Ika) Terima kasih atas ilmu dan
bimbingannya selama 3 tahun ini.
7. Untuk Grup UTTARAN Lena scnl dan Atull Dalam milyaran detik ,
Jutaan Menit, Ribuan Jam, Ratusan Hari, Dan Puluhan Minggu, Waktu ini
bukan milik kita dan tak kan kembali, Menjadi saksi kisah persahabatan
kita yang terukir bersama dan tak kan terganti. Terima kasih juga kalian
selalu ada disampingku selalu menyemangatiku disaat aku butuh maupun
tidak semoga persahabatan kita sampai tua nanti .
v
8. Untuk Atul, Lena Elmo, Mamas Trya, Piki terimakasih untuk
kebersamaanya, kekompakannya, kegilaannya kalian semua SITIMEWA
:D semoga setelah LULUS nanti kebersamaanya, kekompakannya,
kegilaannya masih seperti saat kita duduk dibangku kuliah. SUKSES
untuk kita
semua, semoga CITA-CITA apa yang kalian inginkan
tercapai. Aamiin.
9. Untuk Hernina terimakasih selalu membukakan pintu rumahnya, yang
selalu semangatin aku.
10. Hawa dan Yasinta yang tak pernah lelah untuk menyemangatiku,
terimakasih kalian selalu ada disampingku.
11. Teman-teman D3 keperawatan angkatan 2013 kelas A B. Terima kasih
sudah memberikan kenangan yang menyenangkan selama 3 tahun ini.
Perjuangan kita yang sebenarnya ada di depan mata kawan. Sukses buat
kita semua . Semoga setelah LULUS nanti impian kalian
tercapai.
Aamiin.
12. Untuk teman seperjuangan di ruang Anggrek 2 Marta, Ratih, Lina, Delsi
semangat.
13. Almamater-ku Stikes Wira Husada Yogyakarta.
vi
ABSTRAK
Nama
NIM
Judul
:
:
:
Siti Nur Hartini
D3.KP.13.00396
Asuhan Keperawatan pada Tn.”R” dengan Stroke Non
Hemoragik di Ruang Anggrek 2, IRNA I, RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta
Dosen pembimbing : Patria Asda, S.Kep., Ns., M.P.H
Jumlah halaman
: 134 halaman
Referensi
: 14 buku tahun 2005-tahun 2015, 2 jurnal
Laporan studi kasus ini berjudul asuhan Keperawatan pada Asuhan
Keperawatan pada Tn.”R” dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Anggrek 2 ,
IRNA I, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yang di laksanakan selama 3 hari atau
3x24 jam dari tanggal 06 Juni 2016 sampai 08 Juni 2016 di Ruang Anggrek 2 ,
IRNA I, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Tujuan dari laporan studi kasus adalah untuk mendapatkan pengalaman
nyata dalam memberikan asuhan keperawatan yang meliputi: pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan
dokumentasi keperawatan pada pasien Tn.”R”. Pengumpulan data dengan teknik
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
Selama melakukan asuhan keperawatan Tn. “R” terdapat 3 diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu: gangguan perfusi jaringan cerebral, nyeri akut,
dan defisiensi pengetahuan. Adapun antara pembahasan pelaksanaan dengan
kasus nyata tidak jauh berbeda dalam implementasi walaupun terdapat sedikit
kesenjangan. Evaluasi merupakan hasil yang diharapkan untuk pasien dan ke 3
diagnosa keperawatan tersebut didapatkan evaluasi hasil; 1 diagnosa keperawatan
tujuan tercapai, dan 2 diagnosa keperawatan tujuan tercapai sebagian. Dalam
melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan pada Tn.”R” penulis sudah
menerapkan teori perawatan dan telah menggunakan format yang ditentukan.
Kata Kunci: Stroke Non Hemoragik, Asuhan Keperawatan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Studi Kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Tn.”R” dengan
Stroke Non Hemoragik di Ruang Anggrek 2 , IRNA I, RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta”
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Dr. Mochammad Syafak Hanung, Sp.A selaku Direktur Rumah Sakit
Dr. Sardjito yang telah memberikan izin untuk melakukan Studi
Kasus.
2.
Prof. H. Sugeng Juwono Mardihusodo, dr DAP & E, M.sc (Tropmed)
selaku Ketua STIKES Wira Husada Yogyakarta.
3.
Nur Hidayat, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Prodi D3 keperawatan
4.
Patria Asda, S.Kep., Ns., M.P.H selaku Dosen Pembimbing dalam
pembuatan Laporan Studi Kasus.
5.
Ario Bagus BS, S.Kep, Ns selaku Penguji di Ruang Anggrek 2 ,
IRNA I, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
6.
Novi Istanti S.Kep.,Ns, selaku Penguji dalam pembuatan Laporan
Studi Kasus.
7.
Ninik Asmiyati AMK selaku pendamping selama 2 hari pengayaan di
Rumah sakit.
Penulis menyadari bahwa pada laporan ini terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan guna perbaikan pada penulisan-penulisan selanjutnya.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis sendiri.
Yogyakarta, Juni 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABLE .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C.
Ruang Lingkup.......................................................................................... 5
D.
Tujuan ....................................................................................................... 6
E.
Manfaat ..................................................................................................... 7
F.
Metode ...................................................................................................... 8
G.
Sistematika Penulisan ............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12
A.
Gambaran Umum Stroke ........................................................................ 12
1.
Pengertian Stroke ................................................................................ 12
2.
Anatomi Fisiologi Otak ...................................................................... 13
3.
Klasifikasi Stroke................................................................................ 16
4.
Etiologi Stroke .................................................................................... 18
5.
Patofisiologis ...................................................................................... 20
6.
Pathway............................................................................................... 22
7.
Manifestasi Klinis Stroke.................................................................... 23
8.
Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 24
9.
Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 26
10.
Penatalaksanaan .................................................................................. 29
ix
11.
Prognosis ............................................................................................. 32
B.
Gambaran Umum Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Stroke Non
Hemoragi. .......................................................................................................... 32
1.
Pengkajian ........................................................................................... 33
2.
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien stroke ................... 35
3.
Perencanaan atau Intervensi................................................................ 37
4.
Pelaksanaan ......................................................................................... 46
5.
Evaluasi ............................................................................................... 47
6.
Dokumentasi Keperawatan ................................................................. 47
BAB III KASUS .................................................................................................. 50
A.
Identitas Klien ........................................................................................ 50
B.
Riwayat Kesehatan.................................................................................. 51
C.
Pola Kebiasaan Pasien ............................................................................ 53
D.
Pemerikasan Fisik ................................................................................... 62
E.
Pemeriksaaaan Nervus ............................................................................ 68
F.
Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 70
G.
Terapi Medis Yang Didapat Klien .......................................................... 71
H.
Analisa Data ............................................................................................ 72
I.
Diagnosa Keperawatan (Sesuai Prioritas) ............................................... 74
J.
Rencana Keperawatan ............................................................................. 75
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 109
A.
Pembahasan Pengkajian ........................................................................ 109
B.
Pembahasan Diagnosa Keperawatan .................................................... 113
C.
Pembahasan Perencanaan ..................................................................... 118
D.
Pembahasan Pelaksanaan ...................................................................... 123
E.
Pembahasan Evaluasi ............................................................................ 125
F.
Pembahasan Pendokumentasian ........................................................... 128
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 130
A.
Kesimpulan ........................................................................................... 130
B.
Saran ..................................................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 134
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pemeriksaan nervus ...........................................................................68
Tabel 2. Pemeriksaan laboratorium ..................................................................70
Tabel 3. Terapi medis klien ..............................................................................71
Tabel 4. Perencanaan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.....119
Tabel 5. Perencanaan diagnosa nyeri akut.......................................................120
Tabel 6. Perencanaan diagnosa defisiensi pengetahuan .................................121
Tabel 7. Indikator Perfusi jaringan (serebral).................................................126
Tabel 8. Indikator kontrol nyeri ......................................................................126
Tabel 9. Indikator tingkat nyeri.......................................................................126
Tabel 10. Indikator pengetahuan : aktivitas yang disarankan.........................127
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi otak Pengertian ............................................................... 13
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. SAP dan leaflet Stroke Non Hemoragik
2. Lembar bimbingan
3. Format laporan Keperawatan Medikal Bedah
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola hidup yang tidak sehat seperti makan makanan instan, junk food,
merokok dan minum kopi yang berlebihan, tidak pernah melakukan olah
raga serta gaya hidup yang selalu identik dengan narkoba dan alkohol
maka segala penyakit akan datang menyerang. Bermula dari kelebihan
kolesterol, kelelahan karena kurang istirahat, tingkat stres yang tinggi dan
hipertensi maka timbullah berbagai penyakit seperti stroke (Tarwoto,
2007).
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa
terjadi pada siapa saja dan kapan saja ( Mutaqqin, 2008 ). Penyakit stroke
sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besarmasyarakat. Hal ini
diakibatkan oleh cukup tingginya insidensi (jumlah kasus baru) kasus
stroke yang terjadi di masyarakat. Insidensi stroke setiap tahun 15 juta
orang di seluruh dunia mengalami stroke. Sekitar lima juta menderita
kelumpuhan permanen. Dikawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta orang
mengalami stroke (WHO, 2010).
Prevalensi Stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala
sebesar 12,1 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tertinggi di
1
Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DIY (10,3%). Bangka belitung dan DKI
Jakarta masing-masing 9,7 per mil.
Prevalensi Stroke berdasarkan
terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan
(17,9%). DIY (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Prevalensi
penyakit Stroke pada kelompok yang didiagnosis nakers meningkat seiring
bertambahnya umur, tertinggi ≥ 75 tahun laki-laki (43,1%) dan perempuan
(67,0%) (Riskesdes, 2013). Sedang prevalensi stroke non hemoragik pada
tahun 2009 sebesar 0,09%, mengalami penurunan bila dibandingkan
prevalensi tahun 2008 sebesar 0,11%. Prevalensi tertinggi adalah di Kota
Surakarta sebesar 0,75%. Di Indonesia, setiap 1000 orang, delapan orang
diantaranya terkena stroke (Depkes, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik ruang Anggrek 2
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dari tanggal 1 Januari 2016 sampai tanggal
06
Juni 2016, terdapat 29 orang pasien yang menderita Stroke Non
Hemoragik, 15 orang adalah laki-laki dan 14 orang adalah perempuan.
Pasien yang meninggal ada 7 orang, pulang dengan izin dokter 22 orang
dan atas permintaan sendiri tidak ada. Pada bulan Januari jumlah pasien
stroke non hemoragik ada 5 orang, bulan Februari ada 8 orang, bulan
Maret ada 4 orang, bulan April ada7 orang, bulan Mei ada 4 orang, bulan
Juni 1 orang. Penderita Stroke Non Hemoragik paling banyak diderita
orang berumur <50 tahun dengan jumlah 4 orang.
Rata-rata lama hari
rawat 5 hari sampai 7 hari (Rekam Medik RS Dr. Sardjito Yogyakarta,
2016).
2
Berdasarkan penelitian belah lintang multi senter di 28 rumah sakit di
indonesia dengan subyek sebanyak 2065 orang pada tahun didapatkan gejala
dan tanda klinis stroke non hemoragik yaitu gangguan motorik (90,5%), nyeri
kepala, gangguan visual, disartria, tidak sadar, gangguan sensorik, muntah,
vertigo, tidak sadar, kejang, gangguan keseimbangan, disfasia, bruit dan
migren. Sesuai dengan data yang ada terlihat jika hampir seluruh penderita
penyakit stroke memiliki gangguan motorik. Walaupun terkadang terdapat
pasien stroke yang tidak ditemukan gejala gangguan motorik (Steven, 2008)..
Salah satu pemeriksaan motorik untuk pasien stroke yaitu motor
assessment scale for stroke (MAS). MAS di desain untuk memenuhi beberapa
tujuan seperti, memberikan hasil yang objektif tanpa penggunaan peralatan
yang mahal dan mengukur kemampuan terbaik dari pasien. MAS memiliki 8
poin pemeriksaan seperti terlentang lalu berbaring ke samping lalu ke sisi
yang intak, terlentang lalu duduk ke samping tempat tidur, duduk dengan
seimbang, duduk ke berdiri, berjalan, fungsi lengan atas, pergerakan tangan
dan aktivitas tangan lanjutan (Steven, 2008).
Penanganan medis perlu dilakukan sejak fase akut, yakni mulai
pertama kali terserang stroke hingga tujuh hari. Tujuannya adalah antara lain
mencegah terjadinya serangan ulang, meminimalkan cedera otak, dan
menghindari komplikasi. Jika individu menderita stroke berat pada bagian
otak yang mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler pasien dapat
meninggal (Darmawan, 2011).
Prognosis stroke dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan
defisit neurologis yang dihasilkan. usia pasien, penyebab stroke, gangguan
3
medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi prognosis. Secara
keseluruhan, kurang dari 80% pasien dengan stroke bertahan selama paling
sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10
tahun sekitar 35%. pasien yang selamat dari periode akut, sekitar satu
setengah samapai dua pertiga kembali fungsi independen, sementara
sekitar
15%
memerlukan
perawatan
institusional.
Di
Indonesia,
diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan
stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya
mengalami cacat ringan atau berat. Sebanyak 28,5% penderita stroke
meninggal dunia, sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total.
Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan
kecacatan (Yastroki, 2012).
Cara mengatasi masalah ini diperlukan strategi penanggulangan stroke
yang mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
menggunakan sistem asuhan keperawatan yang komprehensif dan
berkesinambungan.
Aspek
promotif
antara
lain
seperti
tindakan
penyuluhan tentang stroke, penyebab dan tanda gejala. Untuk tindakan
preventif yaitu bisa dilakukan dengan menyarankan kepada masyarakat
supaya merupakan pola hidup sehat dan rajin cek tekanan darah. Tindakan
kuratif yaitu penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat di rumah sakit
yang maksimal dan untuk tindakan rehabilitasi yaitu pemulihan aktivitas
pasca stroke yang bisa berkolaborasi dengan tim fisioterapi..
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah
dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien dengan stroke non hemoragik melalui pendekatan proses
keperawatan?”
C. Ruang Lingkup
1. Lingkup Mata Kuliah
Asuhan keperawatan pasien dengan Stroke Non Hemoragik ini
merupakan bagian dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
sistem persarafan.
2. Lingkup Kasus
Asuhan keperawatan diberikan pada satu pasien Tn.”R” dengan Stroke
Non Hemoragik.
3. Lingkup Waktu
Asuhan keperawatan dilaksanakan selama 3 x 24 jam mulai tanggal 06
Juni 2016 pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 07.30 WIB tanggal
09 Juni 2016.
4. Lingkup Tempat
Asuhan keperawatan Tn. ”R” dilaksanakan di Ruang Anggrek 2 IRNA
1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
5. Lingkup Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan Tn.”R” dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang
Anggrek 2 IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dilaksanakan
5
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan meliputi
pengkajian,
perumusan
diagnosa,
perencanaan
keperawatan,
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Memperoleh
pengalaman
nyata
dalam
menerapkan
Asuhan
Keperawatan Tn.”R” dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang
Anggrek 2 IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan
menggunakan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
Penulis mampu:
a. Melaksanakan pengkajian, merumuskan diagnosa, membuat
perencanaan,
melaksanakan,
mendokumentasikan
mengevaluasi
dan
tindakan keperawatan pada Tn”R”
dengan Stroke Non Hemoragik di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
b. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dengan
praktek di lapangan termasuk faktor pendukung dan
penghambat
serta
pemecahannya.
6
mampu
memberikan
alternatif
E. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan perawat tentang Stroke Non
Hemoragik.
2. Manfaat praktis
a. Profesi keperawatan
Pengembangan
dan
sebagai
masukan
guna
meningkatkan
profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien Stroke Non Hemoragik sehingga tercipta mutu pelayanan
keperawatan yang berkualitas.
b. Bagi instansi
1) STIKES Wira Husada Yogyakarta
a) Dosen prodi keperawatan
Bahan referensi dan bahan pertimbangan bagi tenaga
pendidik tentang asuhan keperawatan pada pasien Stroke
Non Hemoragik guna meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan di Prodi
DIII Keperawatan Stikes Wira
Husada.
b) Mahasiswa keperawatan
Bahan referensi bagi mahasiswa keperawatan, sehingga
mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang asuhan
keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik.
7
2) Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta
a) Direktur Rumah Sakit
Memberikan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan
rumah
sakit
dalam
pengambilan
kebijakan
dalam
pemberian pelayanan terhadap pasien dengan Stroke Non
Hemoragik.
b) Kepala Ruang Anggrek 2
Memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal yang
berosientasi
pada
masalah
pasien
guna
memenuhi
kebutuhan dasar.
c) Perawat Ruang Anggrek 2
Memberi informasi sebagai bahan pertimbangan dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan yang berorientasi
pada masalah kesehatan pasien guna memenuhi kebutuhan
dasar manusia dengan pendekatan proses keperawatan.
d) Mahasiswa praktikan
Menambah pengetahuan mahasiswa praktikan tentang
asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik.
F. Metode
1. Metode pembuatan studi kasus
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dalam bentuk
laporan studi kasus yaitu memaparkan suatu masalah serta pemecahan
masalah dalam waktu tiga hari yang dilakukan secara langsung.
8
2. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data menurut Nursalam (2006) dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Data primer dengan cara :
1) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Untuk mendapatkan data tentang pergerakan, perbedaan
bentuk dan panjang. inspeksi dapat dilakukan dengan cara:
melihat, mendengar dan sebagai penghidu agar dapat
mendeteksi karateristik normal atau tanda fisik terutama
bagian dan fungsi tubuh.
b) Palpasi
Untuk mendapatkan data keras dan lembeknya
otot.
Palpasi dapat di lakukan dengan cara menggunakan kedua
tangan untuk menyentuh bagian tubuh untuk membuat
suatu pengukuran sensitif terhadap tanda khusus fisik.
c) Perkusi
Dapat di lakukan dengan cara mengetuk permukaan tubuh
dengan jari untuk menghasilkan getaran yang menjalar
melalui jaringan tubuh.
9
d) Auskultasi
Dapat di lakukan dengan cara mendengarkan bunyi yang
berbentuk dalam organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan
dan normalnya
2) Wawancara
Merupakan tanya jawab kepada pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan yang dilakukan untuk memperoleh data subyektif
tentang masalah keperawatan yang dihadapi pasien.
3) Observasi
Mengamati secara langsung perilaku dan keadaan pasien untuk
memperoleh data tentang kesehatan dan perawatan. Observasi
dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indera
lainnya seperi sentuhan, pendengaran dan penciuman.
b. Metode pengumpulan data sekunder
Untuk mendapatkan data sekunder menggunakan sumber informasi
yang ada yaitu studi dokumentasi dari status pasien atau catatan
medik.
G. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Meliputi latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan,
manfaat, metode serta sistematika penulisan.
10
Bab II Tinjauan Teori
Meliputi gambaran umum Stroke Hemoragik yang terdiri dari
pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,pathway,
klasifikasi,
manifestasi
klinis,
komplikasi,
penatalaksanaan,
prognosis dan gambaran umum asuhan keperwatan yang terdiri
dari teori proses keperawatan dan penerapan asuhan keperawatan.
Bab III Tinjauan Kasus
Meliputi
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Bab IV Pembahasan
Menerangkan kesenjangan antara teori dengan kasus nyata disertai
faktor pendukung dan penghambat meliputi tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
dokumentasi keperawatan.
Bab V Penutup
Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran
11
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Gambaran Umum Stroke
1. Pengertian Stroke
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa
terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Sedangkan menurut Smuster (2009) stroke adalah kehilangan fungsi otak
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak, biasanya
merupakan kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun.
Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah otak,
timbul mendadak dan biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun,
umumnya laki-laki sedikit lebih sering terkena daripada perempuan
(Rasyrid, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di
otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab
stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi
arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun (Artiani, 2009).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat,
baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun
12
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder (Muttaqin, 2008).
2. Anatomi Fisiologi Otak
Anatomi fisiologi otak menurut Syaifudin (2006) yaitu :
a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat pengontrol semua alat tubuh yang terdiri atas: serebrum,
cerebellum, dan batang otak.
Gambar 1 : Anatomi otak
Sumber: Muttaqin (2008).
13
1) Serebrum
Merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk
telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Pada
otak besar ditemukan empat lobus: lobus frontal, parietal,
temporal, dan oksipital.
2) Cerebellum
Terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan
dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons
varoli dan diatas medulla oblongata.
3) Batang otak
a) Diensefalon, merupakan bagian batang otak paling atas terdapat
diantara serebelum dengan mesensefalon. Fungsi diensefalon
adalah untuk mengecilkan pembuluh darah, membantu proses
persarafan, mengontrol kegiatan reflek, dan membantu kerja
jantung.
b) Mesensefalon, atap dari mensensefalon terdiri dari empat bagian
yang menonjol keatas. Pons varoli, merupakan penghubung
mesensefalon, pons varoli dan serebelum.
c) Medulla oblongata merupakan bagian otak paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis.
Selain itu masih ada lagi beberapa bagian dalam menjalankan
fungsi otak antara lain :
14
1) Meningen
Adalah selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang
belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa
pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan serebrospinalis),
memperkecil benturan atau getaran yang terdiri dari tiga
lapisan.
a) Durameter: selaput keras pembungkus otak yang berasal
dari jaringan ikat tebal dan kuat.
b) Arakhroid: merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter membentuk sebuah kantong
atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan
saraf sentral.
c) Piameter: merupakan selaput tipis yang terdapat pada
permukaan jaringan otak.
2) Sistem ventrikel
Terdiri dari beberapa rongga dalam otak yang berhubungan
dengan satu sama lainnya ke dalam rongga itu, menghasilkan
cairan serebrospinal.
3) Cairan serebrospinal
Adalah hasil sekresi pleksus koroid. Cairan ini bersifat alkali
bening mirip plasma. Cairan ini salurkan oleh pleksus koroid
ke dalam ventrikel yang ada dalam otak, kemudian cairan
15
masuk ke dalam kanalis sumsum tulang belakang dan ke dalam
ruang subaraknoid melalui ventrikularis.
b. Medula spinalis
Merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam
kanalis vertebralis besama ganglion radiks posterior yang terdapat
pada setiap foramen intervertebralis terletak berpasangan kiri dan
kanan. Dalam medulla spinalis keluar 31 pasang saraf, terdiri dari:
servikal 8 pasang, torakal 12 pasang, lumbal 5 pasang, sakral 5
pasang dan koksigial 1 pasang.
c. Saraf Perifer
Saraf perifer terdiri dari saraf somatik dan saraf otonom. Saraf
somatik adalah susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik
untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang. Sedangkan
saraf otonom adalah saraf - saraf yang bekerjanya tidak dapat
disadari dan bekerja secara otomatis.
3. Klasifikasi Stroke
Gangguan peredaran darah otak atau stroke menurut Muttaqin
(2008) diklasifikasikan menjadi :
a. Stroke hemoragi
Merupakan
perdarahan
serebral
dan
mungkin
perdarahan
subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
area otak tertentu.Biasanya terjadi saat melakukan aktivitas atau
16
saat aktif, namun bisa terjadi saat istirahat. Kesadaran klien
biasanya menurun. Perdarahan otak dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Perdarahan intracranial
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak
membentuk masa yang menekan jaringan otak. Perdarahan
intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai
di daerah putamen, talamus, pons, dan serebelum.
2) Pendarahan subaraknoid.
Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah in berasal dari pembuluh arah
sirkulasi Willisi dan cabang - cabngnya yang terdapat diluar
parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub
struktur mengakibatkan nyeri, dan vasopasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemi sensorik, afasia, dan lain-lain). Pecahnya arteri dan
keluarnya darah ke ruang subaraknoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan TIK yang mendadak, merenggangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat.
17
4. Seringpula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan
selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga
mengakibatkan pendarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaraan. Pendarahan subaraknoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral.
5. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (sakit
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese,
gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain).
b. Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristiahat, baru bngun tidur atau di pagi
hari. Tidak terjadi pendarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.
4. Etiologi Stroke
Etiologi Stroke menurut Muttaqin (2008) adalah :
a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga
menyebabkan
iskemi
jaringan
otak
yang
dapat
menimbulkan odem dan kongesti di sekitarnya. Trombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.
18
Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk pada 48 jam
setelah trombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak :
1) Ateroklerosis
2) Hiperkoagulasi pada polisitemia
3) Arterisis ( radang pada arteri )
4) Emboli
b. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga infark otak, odema dan mungkin herniasi otak.
c. Hipoksis umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah :
1) Hipertensi yang parah
2) Henti jantung-paru
3) Curah jantung turun akibat aritmia
19
d. Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah
1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren
5. Patofisiologis
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap
area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah
ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap
otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan
dan edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
20
dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan
perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral
oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis.
Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah
maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada
pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika
aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral menyebabkan
kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan
tekanan intracranial menyebabkan herniasi otak. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan
oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung (Muttaqin, 2008).
21
6. Pathway
22
7. Manifestasi Klinis Stroke
Manifestasi klinis stroke menurut Mansjoer (2014) adalah :
b. Defisit Lapang Penglihatan
1) Homonimus hemianopsia ( kehilangan setengah lapang
penglihatan).
Tidak menyadari orang atau obyek ditempat
kehilangan, penglihatan, mengabaikan salah satu sisi tubuh,
kesulitan menilai jarak.
2) Kesulitan penglihatan perifer
Kesulitan penglihatan pada malam hari, tidak menyadari obyek
atau batas obyek.
3) Diplopia
Penglihatan ganda
c. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)
2) Ataksia
a) Berjalan tidak mantap, tegak.
b) Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang
luas.
3) Disartria
Kesulitan membentuk dalam kata.
4) Disfagia
23
Kesulitan dalam menelan.
d. Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang mampu dipahami,
mungkin mampu bicara dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu
bicara tetapi tidak masuk akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia ekspresif dan afasia reseptif
e. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi, alasan abstrae buruk, perubahan penilaian.
f. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan
stress, depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah,
perasaan isolasi.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita
stroke menurut Tarwoto (2007) adalah sebagai berikut:
a. Head CT Scan
24
Tanpa kontras dapat membedakan stroke iskemik, perdarahan
intraserebral dan perdarahan subarakhnoid. Pemeriksaan ini
sudah harus dilakukan sebelum terapi spesifik diberikan.
b. Elektro Kardografi (EKG)
Sangat perlu karena insiden penyakit jantung seperti: atrial
fibrilasi, MCI (myocard infark) cukup tinggi pada pasienpasien stroke.
c. Ultrasonografi Dopller
Dopller ekstra maupun intrakranial dapat menentukan adanya
stenosis atau oklusi, keadaan kolateral atau rekanalisasi. Juga
dapat
dimintakan
pemeriksaan
ultrasound
khususnya
(echocardiac) misalnya: transthoracic atau transoespagheal jika
untuk mencari sumber thrombus sebagai etiologi stroke.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin
a) Darah perifer lengkap dan hitung petelet
b) INR, APTT
c) Serum elektrolit
d) Gula darah
e) CRP dan LED
f) Fungsi hati dan fungsi ginjal
2) Pemeriksaan khusus atau indikasi:
a) Protein C, S, AT III
25
b) Cardioplin antibodies
c) Hemocystein
d) Vasculitis-screnning (ANA, Lupus AC)
e) CSF
9. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien stroke diperlukan pemeriksaan lain seperti tingkat
kesadaran, kekuatan otot, tonus otot, pemeriksaan radiologi, dan
laboratorium Rasyid (2008).
Pada pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan pemeriksaan yang
dikenal sebagai Glascow Coma Scale untuk mengamati pembukaan
kelopak mata, kemampuan bicara, dan tanggap motorik (gerakan).
Pemeriksaan tingkat kesadaran adalah dengan pemeriksaan yang
dikenal sebagai Glascow Coma Skale (GCS) menurut Tarwoto (2007)
yaitu sebagai berikut:
a. Membuka Mata
Membuka spontan
:4
Membuka dengan perintah
:3
Membuka mata dengan rangsang nyeri
:2
Tidak mampu membuka mata
:1
b. Kemampuan Bicara
Orientasi dan pengertian baik
:5
Pembicaraan yang kacau
:4
Pembicaraan yang tidak pantas dan kasar
:3
26
Dapat bersuara, merintih
:2
Tidak bersuara
:1
c. Tanggapan Motorik
Menanggapi perintah
:6
Reaksi gerakan lokal terhadap rangsang
:5
Reaksi menghindar terhadap rangsang nyeri
:4
Tanggapan fleksi abnormal
:3
Tanggapan ekstensi abnormal
:2
Tidak ada gerakan
:1
Sedangkan untuk pemeriksaan kekuatan otot adalah sebagai
berikut:
0 : Tidak ada kontraksi otot
1 : Terjadi kontraksi otot tanpa gerakan nyata
2 : Pasien hanya mampu menggeserkan tangan atau kaki
3 : Mampu angkat tangan, tidak mampu menahan gravitasi
4 : Tidak mampu menahan tangan pemeriksa
5 : Kekuatan penuh
Fungsi saraf kranial menurut Smeltzer (2006) adalah sebagai
berikut:
a.
Saraf Olfaktorius ( N I ) : Sensasi terhadap bau-bauan
b.
Saraf Optikus ( N II ) : Ketajaman penglihatan dan lapang
pandang
27
c.
Saraf Okulomotorius ( N III ) : Mengatur gerakan kelopak
mata, kontriksi otot pada pupil dan otot siliaris dengan
mengontrol akomodasi pupil.
d.
Saraf Toklear ( N IV ) : Gerakan ocular menyebabkan
ketidakmampuan melihat ke bawah dan ke samping.
e.
Saraf Trigeminus ( N V ): Sensasi wajah
f.
Saraf Abdusen ( N VI ) : Mengatur gerakan-gerakan mata
g.
Saraf Fasial ( N VII ) : Gerakan otot wajah, ekspresi wajah,
sekresi air mata dan ludah
h.
Saraf Vestibulokoklear ( N VIII ): Keseimbangan dan
pendengaran
i.
Saraf Glosofaringeus ( N IX ) : Reflek gangguan faringeal
atau menelan
j.
Saraf Vagus ( N X ) : Kontraksi faring, gerakan simetris dan
pita suara, gerakan simetris pallatum mole, gerakan dan
sekresi visem torakal dan abdominal
k.
Saraf Aksesorius Spinal ( N XI ) : Gerakan otot
stemokleidomastoid dan trapezius
l.
Saraf Hipoglosus ( N XII ): Gerakan lidah.
28
10. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan sebagai berikut (Muttaqin, 2008) :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien,
termasuk untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
f. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan,
g. Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2) Dapat
diberikan
histamin,
papaverin intra arterial.
29
aminophilin,
asetazolamid,
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
h. Pengobatan Pembedahan
yang
bertujuan
utama
adalah
memperbaiki aliran darah serebral :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis,
yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada
aneurisma
3. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Setyanegara (2008) :
a. Komplikasi Dini ( 0- 48 jam pertama)
1) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan
akhirnya akan menimbulkan kematian.
30
2) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke
stadium awal.
b. Komplikasi Jangka Pendek (1-14 hari/7-14 hari pertama)
1) Pneumonia: akibat immobilisasi lama.
2) Infark miokard
3) Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke,
seringkali pada saat penderita mulai mobilisasi.
4) Stroke rekuren: dapat terjadi pada setiap saat.
c. Komplikasi Jangka Panjang
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain: penyakit
vaskuler perifer.
Komplikasi yang terjadi pada pasien stroke, yaitu:
1) Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi.
2) Penurunan darah serebral
3) Embolisme serebral
Komplikasi stroke menurut ( Tarwoto, 2007) adalah :
1) Hipertensi
2) Kejang
3) Peningkatan Tekanan Intrakranial (Tik)
4) Kontraktur
5) Tonus Otot Abnormal
6) Malnutrisi
7) Aspirasi
31
11. Prognosis
Prognosis stoke menurut Harsono (2006) di pengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
a. Tingkat kesadaran: sadar 16% meninggal, somnolen 39%
meninggal, yang stupor 71% meninggal, dan bila koma 100%
meninggal.
b. Usia: pada usia 70 tahun atau lebih angka-angka kematian
meningkat tajam.
c. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak (16%) yang meninggal dari
pada perempuan (39%).
d. Tekanan darah: tekanan darah tinggi prognosis jelek.
e. Lain-lain: cepat dan tepatnya pertolongan.
B. Gambaran Umum Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Stroke
Non Hemoragi.
Proses Keperawatan merupakan cara yang sistematis yang
dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, manentukan diagnosa,
merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta
mengevaluasi hasil asuhankeperawatan yang telah diberikan dengan
berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling
terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Hidayat, 2007).
Proses Keperawatan terdiri atas:
32
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
melalui kegiatan mengumpulkan data atau perolehan data yang akurat
dari pasien guna mengetahui permasalahan yang ada (Reeder, 2011).
Pengkajian pada pasien stroke menurut Smelzer, ( 2006 ) meliputi:
a. Defisit Lapang Penglihatan
1) Homonimus
penglihatan).
hemianopsia
(kehilangan
setengah
lapang
Tidak menyadari orang atau obyek ditempat
kehilangan, penglihatan, mengabaikan salah satu sisi tubuh,
kesulitan menilai jarak.
2) Kesulitan penglihatan perifer
Kesulitan penglihatan pada malam hari, tidak menyadari obyek
atau batas obyek.
3) Diplopia
Penglihatan ganda
b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)
2) Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak. Tidak mampu menyatukan kaki,
perlu dasar berdiri yang luas.
33
3) Disatria
Kesulitan membentuk dalam kata.
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
c. Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang mampu dipahami,
mungkin mampu bicara dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara
tetapi tidak masuk akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia ekspresif dan afasia reseptif.
d. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan
untuk berkonsentrasi, perubahan penilaian.
e. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan
stress, depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah,
perasaan isolasi.
34
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien stroke
Diagnosa
keperawatan
adalah
sebuah
label
singkat
yang
menggambarkan kondisi pasien. Berisi tentang pernyataan yang jelas
mengenai status kesehatan, masalah aktual atau resiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien
yang ada pada tanggung jawabnya (Wilkinson, 2012).
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Mutaqqin (2008)
pada pasien stroke, yaitu :
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat.
b. Resiko
kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
immobilisasi fisik.
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi ke otak.
d. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
berhubungan kerusakan neuromuscular, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan control/koordinasi otot.
e. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat
pernapasan
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan neuromuskuler,
kelemahan, parestesia.
35
g. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan untuk menelan makanan.
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Mutaqqin (2008)
yang sudah disesuaikan dengan NANDA (2015) pada pasien stroke,
yaitu :
a.
Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penyumbatan aliran arteri dan vena.
Domain
4
:
aktivitas
istirahat
kelas
4
:
respons
kardiovaskular/pulmonal (00204)
b.
Risiko kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan
faktor mekanik (imobilitas fisik).
domain 11 : keamanan / perlindungan , kelas 2: cedera fisik
(00047)
c.
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
fisiologis (penurunan sirkulasi ke otak,sistem muskuloskeletal
lemah).
domain 5: presepsi/kognisi , kelas 5 : komunikasi (00051)
d.
Defisit perawatan diri : hygiene, mandi atau toileting yang
berhubungan dengan kelemahan fisik.
Domain 4: aktivitas istirahat, kelas 5: perawatan diri
e.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan faktor fisiologis
(disfungsi neuromuskular)
36
Domain 11 :kenyamanan/perlindungan , kelas 2 : cedera fisik
(00031)
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot. Domain 4: aktivitas istirahat, kelas: aktivitas
olahraga (00085)
g. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmapuan makan
Domain 2 : nutrisi , kelas 1 : makan (00002)
3. Perencanaan atau Intervensi
Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan
yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan keterampilan seperti
pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan pasien, nilai dan
kepercayaan pasien, batasan praktik keperawatan, peran-peran dari
tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah,
mengambil keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat
strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis
instruksi keperawatan dan bekerja sama dengan tingkat kesehatan lain
(Reeder, 2011). Rencana tindakan pada pasien stroke menurut Nursing
Outcome Classification (2015 ) dan Nursing Intervention Clasification
(2015) adalah :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penyumbatan aliran arteri dan vena.
37
NOC : perfusi jaringan (serebral)
No indicator
1
2 3
4
5
1. Tekanan intrakranial
1
2 3
4
5
2. Tekanan darah sistolik
1
2 3
4
5
3. Tekanan darah diastolik
1
2 3
4
5
4. Sakit kepala
1
2 3
4
5
5. Penurunan tingkat kesadaran
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Intervensi : manajemen edema serebral
1) Observasi keadaan umum dan tingkat kesadaran pasien
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Dorong keluarga/orang penting untuk bicara kepada pasien
4) Berikan obat diuretik osmotik
b. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan faktor
mekanik (imobilitas fisik).
Tujuan :
38
NOC
: intregitas jaringan: kulit& membrane mukosa
No indicator
1
2 3
4
5
1. Suhu kulit
1
2 3
4
5
2. Perfusi jaringan
1
2 3
4
5
3. Pertumbuhan rambut padakulit
1
2 3
4
5
4. Intregitas kulit
1
2 3
4
5
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Intervensi : Manajemen tekanan
1) Berikanpakaian yang tidakketat.
2) Letakkanbantalanbusapolyurethane dengancara yang tepat
3) Monitor mobilitas dan aktivitas pasien
4) Gunakanalatpengkajianrisiko yang adauntukmemonitor factor
risikopasien (misalya, skalabraden)
c. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
fisiologis (penurunan sirkulasi ke otak,sistem muskuloskeletal
lemah)
NOC : fungsi sensori
39
No
Indikator
1
2
3
4
5
1
presepsi stimulasi kulit
1
2
3
4
5
2
ketajaman pendengaran
1
2
3
4
5
3
presepsi posisi kepala
1
2
3
4
5
4
presepsi posisi tubuh
1
2
3
4
5
5
perbedaan bau
1
2
3
4
5
6
perbedaan rasa
1
2
3
4
5
7
ketajaman penglihatan
1
2
3
4
5
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Intervensi: peningkatan komunikasi: kurang bicara
1) Monitor
kecepatan
bicara,
tekanan,
kecepatan,kuantitas,
volume dan diksi
2) Monitor
proses
kognitif
dan
fisiologi
terkait
dengan
kemampuan bicara
3) Instrusikan pada pasien untuk bicara pelan
4) Kolaborasi bersama keluarga dan ahli terapis bahas patologis
untuk mengembangkan rencana agar bisa berkomunikasi secara
efektif
40
5) Ijinkan pasien untuk sering mendengar suara pembicaraan
dengan cara tepat
d. Defisit perawatan diri : hygiene, mandi atau toileting yang
berhubungan dengan kelemahan fisik
NOC : status perawatan diri
No indicator
1
2 3
4
5
1. mandi sendiri
1
2 3
4
5
2. berpakaian sendiri
1
2 3
4
5
3. menyiapkan makanan dan minuman 1
2 3
4
5
2 3
4
5
untuk makan
4. makan sendiri
1
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Intervensi : bantuan memodifikasi diri
1) Puji alasan klien untuk berubah
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi tujuan spesifik untuk
berubah
3) Bantu pasien dalam mengidentifikasi perilaku sasaran yang
perlu dirubah serta untuk mencapai tujuan yang diinginkan
41
4) Jelaskan pada pasien mengenai fungsi dari tanda dan pemicu
yang menyebabkan terjadinya perilaku
5) Dorong pasien untuk memasangkan perilaku yang diinginkan
dengan stimuli/ penanda yang ada
e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan faktor fisiologis
(disfungsi neuromuskular)
NOC : Status Pernafasan
no
Indikator
1
2
3
4 5
1
Frekuensi pernafasan
1
2
3
4 5
2
Irama pernafasan
1
2
3
4 5
3
Kedalaman insprirasi
1
2
3
4 5
4
Suara auskultasi nafas
1
2
3
4 5
5
Kepatenan jalan nafas
1
2
3
4 5
6
Volume tidal
1
2
3
4 5
7
Pencapaian
tingkat 1
2
3
4 5
insentif spirometri
8
Kapasitas vital
1
2
3
4 5
9
Saturasi oksigen
1
2
3
4 5
10
Tes faal paru
1
2
3
4 5
Keterangan :
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang normal
42
Intervensi :Monitor Pernafasan
1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas.
2) Catat pergerakkan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot
bantu pernafasan, dan retraksi otot supraclavicular.
3) Monitor suara nafas tambahan
4) Monitor pola nafas.
5) Monitor saturasi oksigen.
6) Monitor keluhan pasien tentang sesak nafas, termasuk
kegiatan yang meningkatkan keluhan.
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot.
NOC : Ambulasi
Indikator
1
2
3
4
5
Menopang berat badan
1
2
3
4
5
Berjalan dengan langkah efektif
1
2
3
4
5
Berjalan dengan pelan
1
2
3
4
5
Berjalan dengan kecepatan sedang
1
2
3
4
5
Berjalan menaiki tangga
1
2
3
4
5
Berjalan menuruni tangga
1
2
3
4
5
Berjalan menanjak
1
2
3
4
5
Berjalan menurun
1
2
3
4
5
Berjalan mengelilingi kamar
1
2
3
4
5
Keterangan :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
43
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
NOC : Pergerakan
Indikator
1
2
3
4
5
Keseimbangan
1
2
3
4
5
Koordinasi
1
2
3
4
5
Cara berjalan
1
2
3
4
5
Gerakan otot
1
2
3
4
5
Gerakan sendi
1
2
3
4
5
Kinerja pengaturan tubuh
1
2
3
4
5
Kinerja transfer
1
2
3
4
5
Berlari
1
2
3
4
5
Melompat
1
2
3
4
5
Merangkak
1
2
3
4
5
Berjalan
1
2
3
4
5
Bergerak dengan mudah
1
2
3
4
5
Keterangan :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
Intervensi :Pengaturan Posisi Neurologis
1) Berikan posisi yang terapeutik
2) Jangan berikan tekanan pada bagian tubuh yang terganggu.
44
3) Topang leher dengan tepat.
4) Pertahankan posisi yang tepat saat mengatur posisi pasien.
5) Berikan tempat tidur yang tepat(tidak terlalu keras dan empuk)
6) Monitor kemampuan pasien saat terpasang penopang.
7) Monitor keutuhan kulit di bawah korset.
8) Lakukan latihan ROM pasif pada ekstremitas yang terganggu.
9) Ajarkan anggota keluarga untuk mengatur posisi pasien dan
melakukan ROM dengan tepat.
g. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan ketidakmapuan makan
NOC
: status nutrisi
No Indikator
1. Asupan gizi
2. Asupan makanan
3. Asupan cairan
4. Energy
5. Resiko berat badan/tinggi badan
6. Hidrasi
Keterangan:
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menimpang dari rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang normal
45
1
2
3 4
5
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
Intervensi
: Manajemen nutrisi
a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
b. Identifikasi
(adanya)
alergiatauintoleransimakanan
yang
dimilikipasien.
c. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien.
Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi ( yaitu: membahas
pedoman diet dan piramida makanan)
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Nursalam, 2006). Jenis – jenis tindakan pada
tahap pelaksanaan adalah :
a. Secara mandiri (independent)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk
membantu pasien dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi
reaksi karena adanya stressor.
b. Saling ketergantungan (interdependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim
keperawatan dengan tim kesehatan lainnya, seperti
fisioterapi, dan lain- lain.
c. Rujukan/ketergantungan (dependent)
46
dokter,
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi
lainnya diantaranya dokter, psikiater, ahli gizi dan sebagainya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengukur respons pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan
(Reeder, 2011). Perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan dan terdapat 3 kemungkinan hasil, menurut
Hidayat, A.(2007) yaitu:
a. Tujuan tercapai
Apabila pasien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yg
sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu
dicari berbagai masalah atau penyebabnya.
c. Tujuan tidak tercapai
Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah kemajuan
sebagaimana dengan kriteria yang diharapkan.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan didefinisikan sebagai segala sesuatu
yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan
tentang bukti bagi individu yang berwenang. Tujuan sistem
dokumentasi adalah untuk memfasilitasi pemberian perawatan pasien
47
yang berkualitas, memastikan dokumentasi kemajuan yang berkenaan
dengan hasil yang berfokus pada pasien, memfasilitasi konsistensi
antar disiplin dan komunikasi tujuan dan kemajuan pengobatan.(
Potter& Perry, 2006)
Fungsi dokumentasi menurut Potter & Perry ( 2006) adalah:
a. Komunikasi
Dokumentasi adalah media komunikasi antar anggota tim yang
merawat pasien untuk menyampaikan kontribusi masing-masing
dalam perawatan pasien.
b. Tagihan Finansial
Dokumentasi berfungsi sebagai dokumen untuk menentukan
tagihan sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan perawat.
c. Edukasi
Dokumentasi mengandung berbagai informasi mengenai diagnosa
medis dan keperawatan yang dapat digunakan peserta didik
keperawatan untuk kepentingan pendidikan.
d. Pengkajian
Dokumentasi memberikan data yang digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mendukung diagnosa keperawatan.
e. Riset
Perawat dapat menggunakan catatan pasien selama studi riset
untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.
48
f. Dokumentasi legal
Dokumentasi berfungsi untuk pertanggungjawaban hukum jika
terjadi tuntutan hukum.
49
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Mahasiswa
: Siti Nur Hartini
NIM
: D3.KP.13.00396
Hari/Tanggal/Jam
: Senin, 06 Juni 2016
Jam
: 07.00 WIB
Sumber data
: Pasien, status pasien, dokter, perawat
Metode pengumpulan data
:Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik
Dan studi dokumentasi.
A. Identitas Klien
1. Klien
Nama
: Tn. “R”
Tempat/Tanggal Lahir
: Kebumen, 05 Mei 1965
Jenis Kelamin
: Laki- laki
Umur
: 51 tahun
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Duda
Pendidikan
: SMU
Pekerjaaan
: Wiraswasta
Suku/Bangsa
: Jawa/ Indonesia
Alamat
:Jobor, Bumen, Kebumen
50
No. CM
: 01. 77. 33.00
Tanggal Masuk RS
: 01 Juni 2015
Diagnosa Medis
: Stroke Non Hemoragik
2. Penanggung Jawab
Nama
: Tn “R”
Umur
: 51 tahun
Pendidikan
: SMU
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jobor, Bumen, Kebumen
Hubungan dengan klien
:-
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri/kaku pada daerah pundak, skala 3 (ringan),
nyeri datang saat tidur miring kanan kiri, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri
datang terkadang.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan pasien ingin periksa jantung di RSUP Dr Sardjito
(01 Juni 2016), karena ketika di rawat di RSUD Sudirman dianjurkan
periksa di RSUP Dr Sardjito, setelah sampai RSUP Dr Sardjito pasien
tiba tiba pusing dan pingsan lalu dibawa oleh satpam yang menolong ke
UGD RSUP Dr Sardjito, Setelah itu pasien diberikan penjelasan ia
51
mengalami penyumbatan darah pada otak, setelah itu pasien dibawa ke
ruang Anggrek 2 untuk dilakukan perawatan rawat inap.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelum masuk rawat INAP RSUP DR
SARDJITO 3 minggu yang lalu pernah di rawat di RSUD Sudirman
karena penyakit jantung, kurang lebih dirawat disana selama 5 hari.
Pasien memilikiriwayat penyakit hipertensi, diabetus melitus
2. Riwayat Keluarga
a. Genogram ( 3 generasi)
X
X
X
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal serumah
: pasien
52
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan didalam anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus (DM), Jantung,
Stroke dan gangguan jiwa. Serta tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti AIDS, HIV, TBC.
C. Pola Kebiasaan Pasien
1. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan pasien biasanya makan tiga kali sehari dengan porsi
satu piring sedang berupa nasi, sayur, lauk dan kadang-kadang buah.
Minum teh dan air putih 8-10 gelas per hari, ± 1600–2000cc per hari.
Tidak ada makanan pantangan.
Selama sakit
Pasien mengatakan pasien makan makanan utama tiga kali sehari sesuai
dengan diit dari rumah sakit yaitu nasi, lauk, sayur dan buah dan makan
tambahan 2 kali pagi dan sore hari. Minum air putih dan terkadang teh ± 810 gelas/ hari volume ± 2000 cc. Pasien tidak ada keluhan pada nafsu
makan.
2. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan pasien BAB satu hari sekali dengan konsistensi lunak,
warna kuning, bau khas feces, dan tidak ada lendir darah. BAK 7-9x per
53
hari, ± 1400-1800 cc per hari, warna kuning jernih dan bau khas urin.
Tidak ada keluhan BAB dan BAK.
Selama sakit
Pasien mengatakan pasien BAB satu kali sehari, dengan konsistensi lunak,
warna kuning, bau khas feses, dan tidak ada lendir darah. BAK 6-7 kali
sehari ± 1500 cc dengan mandiri.
3. Pola Aktivitas-Istirahat-Tidur
a. Sebelum sakit
1) Aktivitas sehari-hari
Pasien mengatakan aktifitas sehari- hari dengan bekerja dan
berkumpul dengan keluargannya.
2) Keadaan pernafasan
Pasien tidak mengalami sesak nafas ketika melakukan aktivitas.
Tidak ada batuk
3) Keadaan kardiovaskuler
Keluarga mengatakan pasien tidak ada keluhan nyeri dada, dada
berdebar-debar dan merasa cepat lelah ketika beraktivitas maupun
istirahat.
4) Kebutuhan tidur
Pasien mengatakan pasien biasa tidur malam ± 6-7 jam dari pukul
20.00 – 05.00 WIB, tidur siang kadang ± 2 jam, tidak ada gangguan
tidur, sebelum tidur biasanya pasien berdoa.
54
5) Kebutuhan istirahat
Pasien mengatakan meluangkan waktunya untuk beristirahat untuk
berkumpul dengan temannya.
b. Selama sakit
1) Penilaian kemampuan klien dalam beraktivitas selama sakit (beri
tanda √)
Kemampuan Perawatan Diri
0
1
Makan / minum
√
Toileting
√
Berpakaian
√
Mobilisasi tempat tidur
√
Berpindah
√
Ambulasi / ROM
√
2
3
4
Keterangan:
0 = mandiri
1 = dengan dibantu alat
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain danalat
4 = tergantung total
Kesimpulan:
Aktivitas pasien untuk makan minum, toileting, berpakaian,
mobilisasi, berpindah, ambulasi/ROM dilakukan secara mandiri.
55
2) Keadaan Pernapasan
Pasien tidak mengalami kesulitan dalam bernafas. Nafas spontan
tanpa bantuan O2. RR = 21 kali/ menit.
3) Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak berdebar- debar dan nyeri di dada.
4) Kebutuhan tidur
Kebutuhan tidur pasien tercukupi. Pasien mengatakan tidur malam
pukul 22.00 WIB sampai dengan pukul 05.00 WIB, kadang pasien
terbangun jika ada perawat yang memberikan terapi dimalam hari
dan pasien bisa tidur kembali sampai pukul 05.00 WIB. Pasien juga
tidur siang selama ±3 jam per hari.
5) Kebutuhan Istirahat
Pasien menggunakan waktu istirahatnya untuk berbaring di tempat
tidur.
4. Pola Kebersihan Diri
a. Kulit
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya mandi dua kali sehari pagi dan sore
menggunakan sabun mandi, mandi di kamar mandi, dilakukan dengan
mandiri. Keadaan kulit bersih dan wangi.
56
Selama sakit
Pasien mengatakan mandi secara mandiri 2 kali sehari dipagi dan sore
hari, pasien mandi di kamar mandi menggunaakan air hangat dan
sabun mandi secara mandiri. Kondisi kulit pasien bersih.
b. Rambut
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasa keramas
2 kali sehari, keramas
menggunakan shampo, dilakukan mandiri. Keadaan rambut bersih dan
tidak ada ketombe.
Selama sakit
Pasien mengatakan pasien kemarin sore keramas, keadaan rambut
bersih, wangi, tidak lengket .
c. Telinga
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya membersihkan telinga setiap terasa kotor
dan setelah mandi serta menggunakan cutton bud .
Selama sakit
Pasien mengatakan mandiri dalam membersihkan telinga. Telinga
dibersihkan setiap hari bersamaan saat mandi, keadaan telinga bersih.
d. Mata
Sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien biasanya membersihkan mata setiap mandi,
wudhu dan cuci muka menggunakan air bersih.
57
Selama sakit
Pasien mengatakan membersihkan mata bersamaan saat mandi
menggunakan air bersih, keadaan mata bersih.
e.
Mulut
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasa membersihkan mulut dengan menggosok gigi
dua kali sehari bersamaan dengan mandi dan dilakukan mandiri.
Selama sakit
Pasien mengatakan membersihkan gigi dan mulut dengan menggosok
gigi menggunakan pasta gigi dan sikat gigi secara mandiri. Tidak ada
gusi berdarah. Tidak terdapat bau mulut serta gigi bewarna putih
bersih.
f.Payudara
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya membersihkan payudara bersamaan
dengan mandi menggunakan air bersih dan sabun.
Selama sakit
Pasien mengatakan membersihkan payudara bersamaan dengan mandi.
Keadaan payudara bersih.
58
g. Genitalia
Sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien biasa membersihkan genitalia saat mandi
setelah BAK dan BAB menggunakan sabun dan air bersih secara
mandiri.
Selama sakit
Pasien mengatakan dalam membersihkan genitalia bersamaan dengan
mandi dan setelah BAK dan BAB. Kondisi genetalia bersih.
h. Kuku/kaki
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya memotong kuku tangan dan kaki setiap
satu minggu sekali secara mandiri.
Selama sakit
Pasien mengatakan belum memotong kuku, kuku tangan dan kaki
pendek dan bersih.
5.
Pola Reproduksi Seksual
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada sistem reproduksinnya
Selama sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada sistem reproduksinya
6.
Aspek Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual
a. Konsep Diri
1) Identitas Diri
59
Pasien mengatakan merupakan seorang laki laki dan berpenampilam
layaknya laki-laki yang berstatus duda mempunyai seorang anak.
2) Harga Diri
Pasien mengatakan tidak malu dengan keadaan dirinya sekaranag,
pasien optimis kalau dirinya akan sembuh.
3) Gambaran Diri
Pasien mengatakan menyukai seluruh anggota badannya karena
merupakan anugerah dari Tuhan
4) Peran Diri
Pasien mengatakan dirinya seorang wiraswasta yang selalu rajin
bekerja.
5) Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh supaya bisa cepat pulang
kerumah.
b. Intelektual
Pasien mengatakan sedikit mengetahui tentang penyakitnya saat dokter
memberikan penjelasan yaitu sumbatan pada daerah aliran darah yang
dikarenakan
hipertensi,
untuk
tanda
gejala,
komplikasi,
serta
pencegahan pasien belum tahu tentang penyakit yang dideritanya saat
ini. Pasien bertanya tentang penyakitnya.
60
c. Hubungan interpersonal
Sebelum sakit
Pasien mengatakan hubungan pasien dengan teman-teman, saudara dan
tetangga terjalin baik.
Selama sakit
Hubungan pasien dengan keluarga, perawat, dokter di rumah sakit
terjalin baik. Terbukti selama opname selalu ada yang menjenguk dan
selama di rumah sakit pasien kooperatif dengan tim medis.
d. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan dalam pengambilan keputusan selalu dibicarakan
kepada keluarganya. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang
ke rumah berkumpul dengan keluarga serta temannya.
e. Support Sistem
Pasien mendapatkan dukungan dari keluarga, perawat dan dokter untuk
segera sembuh dan pulang ke rumah.
f.Mental /Emosional
Pasien mampu mengontrol emosinnya, terbukti saat ditanya perawat dan
dokter mampu merespon dengan baik.
g. Intelegensi
Pasien lulusan SMA, pengetahuanya baik, pasien sedikit mengetahui
tentang sakitnya. Pasien mengatakan saat ini ada kesulitan dalam
menjawab perhitungan ( matematika ).
61
h. Sosial
Pasien mampu membina hubungan baik dengan orang lain. Pasien juga
aktif dalam kegiatan
i. Spritual
Pasien beragama islam dan menunaikan ibadah sesuai agama. Pasien
juga berdoa agar cepat sembuh.
D. Pemerikasan Fisik
1. Keadaan Umum: Baik.
2. Kesadaran
: composmentis, GCS = E4V5M6
3. Antropometri
: BB : 86 kg
TB : 172 cm
IMT :
4. Status gizi
=
= 29.07
: gemuk (normal: 18,5-25 menurut WHO)
5. Tanda – tanda vital
⁄
a. Tekanan darah
:
mmHg.
b. Frekuensi nadi
: 81 x per menit
c. Suhu
: 36, 1
d. Respirasi
: 21 x per menit
e. Nyeri
: skala ringan 3 (ringan : 1-3)
62
6. Pemeriksaan Cepalo Caudal
a. Kepala
1) Bentuk dan Kulit Kepala
Bentuk kepala mesocephalo, tidak ada nyeri tekan pada kepala, tidak
terlihat adanya bekas luka atau jahitan, tidak ada benjolan.
2) Rambut
Rambut pasien berwarna hitam, pertumbuhan merata, bersih, pendek
, tidak bau dan tidak mudah rontok.
3) Kesan Wajah
Pasien agak lemas dan menahan nyeri, pasien agak bingung saat
ditanya penyakitnya.
4) Mata
Bola mata simetris kanan dan kiri, pupil isokor, konjugtiva anemis,
sklera berwarna putih, bersih tidakk ada kotoran. Tidak terdapat
konjungtivitis, tidak mengalami kesulitan penglihatan pada malam
hari, tidak melihat obyek ganda. Fungsi penglihatan normal, pasien
teidak menggunakan kaca mata untuk melihat atau membaca.
5) Telinga
Simetris kanan dan kiri, tidak ada sekret yang keluar dari kedua
telinga,
tidak terdapat
massa, daun telinga bersih, fungsi
pendengaran normal.
63
6) Hidung
Hidung simetris, tidak ada sinusitis, tidak ada secret,pertumbuhan
rambut hidung merata, fungsi pembau normal.
7) Mulut dan Tenggorokan
Mukosa bibir terlihat lembab, bibir berwarna merah, tidak ada
stomatitis, tidak ada gangguan menelan dan mengunyah. fungsi
pengecap normal, tidak terdapat perdarahan dimulut.
b. Leher
Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada bekas luka, bentuk leher simetris, tidak
terdapat massa, tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe.
c. Tengkuk
Tidak ada kaku kuduk.
d. Sirkulasi
Arteri temporalis teraba lemah, arteri karotis teraba kuat. Arteri
femoralis teraba kuat, arteri radialis teraba kuat. Tidak terdapat sianosis
pada kuku. Nadi radialis teraba 81 x /menit.
e. Dada
1) Jantung
a) Inspeksi
Ictus cordis tidak tampak pada ICS IV-V mid clavicula sinistra
64
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordis pada ICS 5 garis mid
clavikula sinistra.
c) Perkusi
Terdengar suara pekak, intercosta 2 garis parasternal dektra,
intercosta 2 garis parasternal sinistra, sampai intercosta 4 garis
parasternal sinistra, dan intercosta 5 garis mid klavikula sinistra.
d) Auskultasi
Terdengar S1-S2 terpisah, regular.
2) Paru-paru
a) Inspeksi
Simetris kanan dan kiri, pada saat inspirasi dan ekspirasi tidak ada
retraksi dinding dada kanan dan kiri, tidak ada otot bantu nafas.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus teraba seimbang kanan dan
kiri, teraba gerak dada kanan dan kiri simetris.
c) Perkusi
Terdengar suara sonor.
d) Auskultasi
Suara nafas vesikuler, RR= 21x/ menit perbandingan inspirasi dan
ekspirasi 1:2.
65
f.Payudara
1. Inspeksi
Bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada bekas luka.
2. Palpasi
Tidak teraba massa secara patologis, tidak ada nyeri tekan.
g. Punggung
Tidak ada kelainan tulang belakang,tidak terdapat massa, tidak ada
luka.
h. Abdomen
1. Inspeksi
Terlihat simetris, tidak ada bekas luka, warna kulit konsisten
dengan yang lain, umbilikus bersih, perut buncit.
2. Auskultasi
Terdengar peristaltik usus ± 15x per menit di kuadran 3.
3. Perkusi
Terdengar redup pada kuadran pertama bagian limfe, pada kuadra
kedua terdengar timpani pada bagian lambung, pada kuadra ketiga
dan keempat pada ileus terdengar redup.
4. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati di kuadran 1
(kanan atas), dan tidak ada pembesaran limfa di kuadran 2 (kiri
atas) tidak terdapat asites.
66
i. Panggul
Bentuk panggul android, tidak ada keluhan nyeri panggul.
j. Anus dan Rectum
Tidak ada kemerahan/ iritasi, tidak ada pembesaran vena/hemoroid.
k. Genetalia
Pasien seorang laki-laki, tidak ada kelainan bentuk, genetalia lengkap,
tidak ada luka, scrotum lengkap, penis normal tidak ada kelainan
bentuk.
l. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas :
Anggota gerak atas lengkap, tidak ada kelainan jari, jumlah jari
lengkap 10, tidak ada oedem, terpasang infuse Nacl 0,9% pada
tangan kiri 20 tpm sejak tanggal 01/06/ 2016. Kekuatan otot tangan
kanan 5 dan tangan kiri 5
5
2) Ekstremitas bawah
Anggota gerak bawah lengkap, tidak ada kelainan jari dan bentuk,
tidak ada oedem, tidak ada bekas luka, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada varises, kapileri refill < 2 detik, reflek patela positif. kekuatan
otot kaki kanan 5 dan kaki kiri 5.
67
5
5
E. Pemeriksaaaan Nervus
Tabel 1. Pemeriksaan nervus ( 06 Juni 2016 )
No
Nervus
HasilPemeriksaan
Interpretasi
Nervus
Pasien dapat membedakan bau minyak kayu
Baik
Olfaktorius
putih dan parfum
1
Pasien mampu membedakan warna mampu
membaca, ketajaman mata kanan baik dan
2
Nervus Optikus
kiri baik, lapang pandang mata kanan baik
Baik
dan kiri tidak, pasien dapat mengikuti
gerakan tangan.
Pasien tidak mampu mengangkat kelopak
Nervus
mata atas, reaksi pupil kanan dan kiri
Okulomotoris
terhadap cahaya baik, ukuran pupil kanan
Baik
3
dan kiri ± 3mm.
Nervus
Gerakan bola mata menuju oblig superior
Baik
4
Tochlearis
baik, dapat membuka kemudian menutup
matanya kembali.
Nervus
Pasien bisa menggerakkan rahang ke kanan
Trigeminus
dan ke kiri baik.
Baik
5
Pasien mampu menggerakkan bola mata
6
Baik
Nervus Abdusen
rektus rateralis.
Pasien mampu untuk mengerutkan dahi,
7
Nervus Facial
menutup mata, menyengir, memoncongkan
bibir, memperlihatkan gigi.
68
Baik
No
Nervus
Hasil Pemeriksaan
Nervus
Tidak ada gangguan fungsi pendengaran,
Trigeminus
pasien membuka mata ketika dipanggil.
8
Interpretasi
Baik
Nervus
9
Pasien bisa mereflekkan rasa muntah
Baik
Nervus Vagus
Pasien tidak mengalami gangguan menelan.
Baik
Nervus
Pasien dapat memfleksikan kepala ke bahu.
Tidak
Aksesorius
Tetapi nyeri
normal
Nervus
Pasien bisa menjulurkan lidah keluar.
Vestibulokoklear
10
11
12
Hipoglosus
69
Baik
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 01 Juni 2016
Tabel 2. Pemeriksaan laboratorium
Hasil
No
Jenis Pemeriksaan
Nilai Normal
Interpretasi
7.8%
4.0-6.5%
Tinggi
145 mg/dl
70-99mg/dl
Tinggi
Pemeriksaan
1.
Kimia klinik
HbATc
2.
Diabetes
Glukosa puasa
3.
Lemak
Cholestrol total
175 mg/dl
mg/dl
Rendah
Trigeserid
180 mg/dl
mg/dl
Tinggi
HDL cholestrol
34 mg/dl
mg/dl
Rendah
LDL direct
121 mg/dl
mg/dl
Tinggi
2. Pemeriksaan Radiologi: ( tanggal 01-06-2016 )
Kesan = pulmo tak tampak kelainan, besar cor normal
3. EKG:
hasil EKG (01-06-2016) belum dibacakan hasil baru
dikonsultasikan.
70
4. Scanning: ( tanggal 01 – 06- 2016 )
CT-scan Tanggal 01 – 06- 2016
Hasil: Infark capsula interna dextra, anthropy cerebry, edema cerebry,
tidak terdapat perdarahan.
G. TERAPI MEDIS YANG DIDAPAT KLIEN
Tabel 3. Terapi medis klien (06/06/2016)
No.
Nama Obat
Dosis
Fungsi
Rute
1.
Infus Nacl 0,9%
20 tpm
Terapi cairan
IV
2.
Mecobalamin
500 mcg/12
Vitamin syaraf
IV
jam
3.
Citicolin
500mg/12 jam
Vitamin otak
IV
4
Flunarizin
2x 5 mg
Mencegah migrain
PO
5
Aspar K
2x1
Anti deuretik
PO
6
Simvastatin
1x 10 mg
Obat kolestrol
PO
(stop 07/06/2016 )
7
Manitol
125 ml/ 6 jam
71
Deuretik osmotik
IV
H. Analisa Data
No
1.
DATA
DS :
PENYEBAB
-
DO:
a.
Gangguan
TTV :
N
: 81 x/ menit
R
: 21 x/menit
aliran Ketidakefektifan
arteri dan vena
TD : 140/90 mmHg
S
MASALAH
perfusi jaringan
cerebri
: 36,1 C
Nyeri : skala 3 (ringan)
b.
Kesadaran: Composmentis
c.
GCS : E4V5M6
d.
HCTS : Infark capsula
interna dextra, anthropy
cerebry, edema cerebry,
tidak terdapat perdarahan.
2.
DS: Pasien mengatakan nyeri/kaku Agen
pada daerah pundak, skala 3 (ringan), biologis
nyeri datang saat tidur miring kanan
kiri, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri
datang terkadang
DO:
a. P : nyeri datang saat tidur miring
kanan kiri
b. Q : nyeri terasa cekot-cekot
72
injury Nyeri akut
c. R:nyeri/kaku pada daerah pundak
d. S : skala 3 (ringan)
e. T : nyeri datang terkadang
f.
3.
Pasien menahan nyaeri
DS :
Pasien mengatakan sedikit Kurangnya
Defisiensi
mengetahui tentang penyakitnya saat paparan informasi.
pengetahuan
dokter memberikan penjelasan yaitu
tentang penyakit
sumbatan pada daerah aliran darah
yang dikarenakan hipertensi, untuk
tanda
gejala,
komplikasi,
pencegahan
serta
pasien belum tahu
tentang penyakit yang dideritanya
saat ini.
DO :
a. Pasien agak bingung
b. Pasien
bertanya
tentang
penyakitnya
73
I. Diagnosa Keperawatan (Sesuai Prioritas)
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan
aliran arteri dan vena.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis.
3. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit yang berhubungan dengan kurang
paparan informasi.
74
J. Rencana Keperawatan
Nama
No RM
: Tn”R”
:01.77.33.00
DIAGNOSA
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN
1.
Ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral
berhubungan dengan
penyumbatan aliran arteri
dan vena.
TUJUAN
INTERVENSI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
NIC: Manajemen edema serebral
selam 3x24 jam diharapkan perfusi
jaringan dapat efektif yang ditandai dengan 1. Observasi keadaan umum dan tingkat
kriteria hasil:
NOC : Perfusi jaringan (serebral)
kesadaran pasien
No Indikator
A
T
1
Tekanan sistol dan
3
5
2. Monitor tanda-tanda vital
diastol dalam rentan
normal 90/60-120/80
3. Berikan edukasi jika adanya peningkatan
2
Tidak terjadi
peningkatan TIK
4
5
TIK (mual, muntah, pusing)
(mual, muntah, pusing)
3
Tidak terjadi
penurunan tingkat
kesadaran dan keadaan
umum
75
4. Berikan obat diuretik osmotik
4
5
Siti Nur
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
No RM
: Tn”R”
:01.77.33.00
DIAGNOSA
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN
1
TUJUAN
INTERVENSI
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
76
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
No RM
: Tn”R”
:01.77.33.00
DIAGNOSA
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN
2
Nyeri akut berhubungan
dengan agen injury
biologis
TUJUAN
INTERVENSI
Setelah
dilakukan
tindakan NIC : Manajemen nyeri
keperawatan selama 3x24 jam, nyeri
berkurang dengan kreteria hasil :
1. Kaji nyeri secara komperhensif meliputi,lokasi,
NOC : Kontrol nyeri
INDIKATOR
Mengenal kapan nyeri
terjadi
Menggunkan tindakan
tanpa analgetik
Melaporkan nyeri yang
terkonrol
karakteristik durasi, frekuensi,.
A
3
T
5
2. Observasi non verbaldari ketidaknyamanan.
3
5
4. Berikan neuro protection
4
5
KETERANGAN :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang kadangmenunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Secara konsisten menunjukan
77
3. Ajarkan teknik non farmakologi (nafas dalam)
Siti Nur
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
No RM
: Tn”R”
:01.77.33.00
DIAGNOSA
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN
2
TUJUAN
INTERVENSI
Tingkat Nyeri
Indikator
Panjang episode nyeri
Ekspresi wajah
A
3
3
Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5: Tidak ada
78
T
5
5
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
No RM
: Tn”R”
:01.77.33.00
DIAGNOSA
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN
3
Defisiensi pengetahuan
tentang penyakit yang
berhubungan dengan kurang
paparan informasi
TUJUAN
INTERVENSI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: pengajaran : proses penyakit
selama 3X tatap muka, pengetahuan
bertambah dengan kreteria hasil :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang
NOC : pengetahuan : aktivitas yang
disarankan
no Indikator
A
T
proses penyakit
2. Berikan kesempatan pasien untuk
bertanya
1
aktivitas yang
3
5
3. Edukasi ke pasien tentang stroke non
disarankan
2
tujuan aktivitas yang
3
5
disarankan
3
hemoragik
4. Evaluasi hasil tindakan pendidikan
tindakan pencegahan
3
5
kesehatan yang sudah dilakukan
yang disarankan
Siti Nur
79
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
No RM
: Tn”R”
:01.77.33.00
DIAGNOSA
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN
3
TUJUAN
INTERVENSI
Keterangan:
1: Tidak ada pengetahuan
2: Pengetahuan terbatas
3: pengetahuan sedang
4: Pengetahuan banyak
5: Pengetahuan sangat banyak
80
A. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
1
1
Proses
Hasil
Senin, 06
07.00 WIB
07.05 WIB
13.30 WIB
Juni 2016
1. Mengobservasi KU
Ds : -
S: -
pasien dan kesadaran
D0 :
O:
pasien
KU: baik
-
Kesadaran : composmentis
GCS : E4V5M6
07.05 WIB
07.10 WIB
2. Mengukur TTV
Ds : Do : TD : 140/90 mmhg
N : 81 x/menit
81
Keadaan umum: baik, Kesadaran
compos mentis,
-
GCS : E4V5M6
-
TD : 140/90 mmHg
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
1
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
Proses
Senin, 06
R : 21 x/menit
Juni 2016
S : 36,1 ºc
Hasil
A : Tujuan tercapai sebagian
No
Indikator
A
T
C
1
Tekanan sistol dan
diastol dalam rentan
normal 90/60-120/80
4
5
4
2
Tidak terjadi
peningkatan TIK
(mual, muntah,
pusing)
4
5
4
4
5
5
Nyeri : skala 3 (ringan)
08.15 WIB
08.20 WIB
3. Mengelola
Ds : pasien mengatakan tidak
pemberian manitol
sakit saat di suntik
125ml/12 jam melalui
Do : Memberikan manitol
iv
125ml/6 jam dan Citicolin500
3
mg/12 jam melalui iv
Siti nur
82
Tidak terjadi
penurunan tingkat
kesadaran dan keadaan
umum
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
1
Proses
Senin, 06
Hasil
P : Lanjutkan intervensi :
Juni 2016
1,2, 3, 4
Stop pemberian manitol
Siti Nur
83
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
2
1
Proses
Hasil
Senin, 06
15.00 WIB
15.05 WIB
20.00 WIB
Juni 2016
1. Mengobservasi
Ds : -
S: Pasien mengatakan tidak pusing,
KU pasien
D0 :
O:
KU: Baik
-
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Keadaan umum: Baik, Kesadaran
Compos mentis,
-
TD : 130/90 mmhg
N : 84 x/menit
15.05 WIB
15.10 WIB
R : 22 x/menit
2. Mengukur TTV
Ds : -
S :
C
Nyeri : skala 3 (ringan)
84
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
1
Proses
Senin, 06
Do : TD : 130/90 mmhg
Juni 2016
N : 84 x/menit
R : 22 x/menit
S :
C
Hasil
-
GCS : E4V5M6
A : Tujuan tercapai sebagian
No
Indikator
A
T
C
1
Tekanan sistol dan
diastol dalam rentan
normal 90/60-120/80
4
5
4
2
Tidak terjadi
peningkatan TIK
(mual, muntah,
pusing)
4
5
5
4
5
5
Nyeri : skala 3 (ringan)
15.15 WIB
15.20 WIB
3. Memonitor
Ds : Pasien mengatakan tidak
peningkatan TIK
pusing
85
3
Tidak terjadi
penurunan tingkat
kesadaran dan
keadaan umum
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
1
Proses
Hasil
Senin, 06
(mual, muntah,
Do : Pasien duduk ditempat
Juni 2016
pusing, nyeri
tidur
P : Lanjutkan intervensi :
1,2, 3, 4
kepala)
Siti nur
86
Siti nur
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
3
1
Senin, 06
Juni 2016
Proses
20.00 WIB
1. Mengobservasi
KU pasien
20.05 WIB
Ds : D0 :
KU: Baik
Kesadaran : Composmentis
20.05 WIB
2. Mengukur TTV
20.10 WIB
Ds : Do : TD : 140/90 mmhg
N : 78 x/menit
R : 19 x/menit
S :
,5 C
Nyeri : skala 3 (ringan)
20.25 WIB
Ds : pasien mengatakan tidak
sakit saat obat diberikan
Do : Citicolin 500 mg/12 jam
sudah diberikan melalui iv
20.20 WIB
3. Memberikan
terapi Citicolin 500
mg/12 jam melalui
iv
87
Hasil
07.30 WIB
S:
Pasien mengatakan tidak pusing atau
mual
O:
- Keadaan umum: Baik, Kesadaran
Compos mentis,
- TD : 140/90 mmhg
N : 78 x/menit
R : 19 x/menit
S : ,5 C
- GCS : E4V5M6
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
3
1
Proses
21.05 WIB
4. Memberikan
informasi kepada
Hasil
21.10 WIB
A : Tujuan tercapai sebagian
DS: pasien mengatakan paham N Indikator
A
tanda peningkatan TIK
o
Do : Keluarga kooperatif
1
Tekanan sistol dan
4
T
C
5
4
4
5
5
4
5
5
diastol dalam rentan
normal 90/60-120/80
pasien tentang tanda
Siti nur
2
peningkatan TIK
(mual, muntah,
pusing, nyeri kepala
3
)
Tidak terjadi
peningkatan TIK
(mual, muntah,
pusing)
Tidak terjadi
penurunan tingkat
kesadaran dan keadaan
umum
P : Lanjutkan intervensi :
1,2, 3,4
Siti nur
88
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
4
1
Selasa, 07
Juni 2016
Proses
Hasil
08.00 WIB
1. Mengobservasi
KU pasien
08.05 WIB
Ds : D0 :
KU: Baik
Kesadaran : Composmentis
13.30 WIB
S:
Pasien mengatakan tidak pusing, tidak
mual/ muntah
08.05 WIB
2. Mengukur TTV
08.10 WIB
Ds : Do : TD : 1300/90 mmhg
N : 79 x/menit
R : 18 x/menit
S : 36,5 1 C
Nyeri : skala 2 (ringan)
O:
- Keadaan umum: Baik, Kesadaran
Compos mentis,
- TD : 130/90 mmhg
N : 79 x/menit
R : 18 x/menit
S : 36,5 C
08.10 WIB
3. Memonitor
peningkatan TIK
(mual, muntah,
pusing, nyeri kepala
)
08.15 WIB
Ds : Pasien mengatakan tidak
pusing, tidak mual / muntah
Do :
Keadaan pasien baik
89
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
1
Proses
Hasil
Selasa, 07
Juni 2016
A : Tujuan tercapai sebagian
No Indikator
A
1
Tekanan sistol dan
diastol dalam rentan
normal 90/60-120/80
2
Tidak terjadi
peningkatan TIK
(mual, muntah,
pusing)
Siti nur
3
Tidak terjadi
penurunan tingkat
kesadaran dan
keadaan umum
T
C
4
5
4
4
5
5
4
5
5
P : Lanjutkan intervensi :
1,2, 3, 4
Siti nur
90
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
5
1
Selasa, 07
juni 2016
Proses
Hasil
14.00 WIB
1. Mengobservasi
KU pasien
15.05 WIB
Ds : D0 :
KU: Baik
Kesadaran : Composmentis
15.05 WIB
2. Mengukur TTV
15.10 WIB
Ds : Do : TD : 130/90 mmhg
N : 78 x/menit
R : 18 x/menit
S :
C
15.10 WIB
3. Memonitor
peningkatan
TIK(mual, muntah,
pusing, nyeri kepala
)
15.15 WIB
Ds : Pasien mengatakan tidak
ada keluhan nyeri kepala
Do : Pasien duduk di bed
O:
- Keadaan umum: Baik, Kesadaran
Compos mentis,
- TD : 130/90 mmhg
N : 78 x/menit
R : 18 x/menit
S :
C
Siti nur
91
17.30 WIB
S:
Pasien mengatakan tidak ada keluhan
nyeri kepala tidak ada mual/ muntah
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
1
Proses
Selasa, 07
juni 2016
Hasil
A : Tujuan tercapai sebagian
No Indikator
A
1
Tekanan sistol dan
diastol dalam rentan
normal 90/60-120/80
2
Tidak terjadi
peningkatan TIK
(mual, muntah,
pusing)
3
Tidak terjadi
penurunan tingkat
kesadaran dan
keadaan umum
T
C
4
5
4
4
5
5
4
5
5
P : pertahankan intervensi :
Pasien pulang
Siti nur
92
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
1
2
Senin, 06
Juni 2016
Proses
07.25 WIB
1. Mengkaji nyeri
secara komprehensif
07.30 WIB
DS : Pasien mengatakan nyeri
pada leher, skala ringan 3,
nyeri kadang, datang pada saat
tiduran miring
kanan/kiri,rasanye cekot-cekot
D0 : Pasien duduk di bed.
07.30 WIB
2. Mengobservasi
ketidaknyamanan
non verbal
07.35 WIB
Ds : Do : Pasien agak menahan
nyeri
08.30 WIB
3. Mengelola
pemberian terapi
mecobalamin
500mcg/12 jam
melalui iv
08.35 WIB
DS : pasien mengatakan tidak
nyeri saat obat di berikan
Do: terapi mecobalamin
500mcg/12 jam melalui iv
sudah diberikan
Siti nur
93
Hasil
13.30 WIB
S:
Pasien pada leher, skala ringan 3,
datang pada saat tiduran miring
kanan/kiri
O:
- Pasien duduk di bed
- Wajah menahan nyeri
A : Tujuan belum tercapai
NOC : Kontrol nyeri
INDIKATOR
Mengenal kapan nyeri
terjadi
Menggunkan tindakan
tanpa analgetik
Melaporkan nyeri yang
terkonrol
A
3
T
5
C
4
3
5
4
4
5
4
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
2
Proses
Senin, 06
Juni 2016
Hasil
Tingkat Nyeri
Indikator
Panjang episode nyeri
Ekspresi wajah
A
3
3
T
5
5
C
3
3
P : Lanjutkan intervensi :
1,2, 3, 4
Siti nur
94
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
2
2
Senin, 06
Juni 2016
Proses
Hasil
15.00 WIB
1. Mengkaji nyeri
secara komprehensif
15.05 WIB
Ds : Pasien mengatakan nyeri
pada leher, skala ringan 3,
nyeri kadang, datang pada saat
tiduran miring
kanan/kiri,rasanye cekot-cekot
D0 : pasien duduk di bed
15.05 WIB
2. Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
15.10 WIB
Ds : pasien mengatakan akan
tarik nafas dalam saat nyeri
datang
Do : pasien rileks setelah tarik
nafas dalam
16.15
Ds : Do : pasien rileks
16.00
3. Mengobservasi
ketidaknyamanan
non verbal
Siti nur
95
19.30 WIB
S:
Pasien pada leher, skala ringan 3,
datang pada saat tiduran miring
kanan/kiri
O:
- Pasien duduk di bed
- Pasien menahan nyeri
A : Tujuan tercapai sebagian
NOC : Kontrol nyeri
INDIKATOR
Mengenal kapan nyeri
terjadi
Menggunkan tindakan
tanpa analgetik
Melaporkan nyeri yang
terkonrol
A
3
T
5
C
4
3
5
4
4
5
4
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
2
Proses
Senin, 06
Juni 2016
Hasil
Tingkat Nyeri
Indikator
Panjang episode nyeri
Ekspresi wajah
A
3
3
T
5
5
C
3
3
P : Lanjutkan intervensi :
1,2, 3, 4
Siti nur
96
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
3
2
Senin, 06
Juni 2016
Proses
Hasil
20.30WIB
1. Mengelola
pemberian terapi
mecobalamin
500mg/12 jam
Melalui iv
20.35 WIB
DS:pasien mengatakan tidak
nyeri saat obat dimasukan
DO: pemberian terapi
mecobalamin 500mg/12 jam
21.00 WIB
2. Mengkaji nyeri
secara komprehensif
21.05 WIB
Ds : Pasien mengatakan nyeri
pada leher, skala ringan 3,
nyeri kadang, datang pada saat
tiduran miring
kanan/kiri,rasanye cekot-cekot
D0 : Pasien tiduran di tempat
tidur
Siti nur
97
07.30 WIB
S:
Pasien mengatakan nyeri berkurang
menjadi skala 2, nyeri datang saat
tiduran miring kanan kiri
O:
Pasien tiduran
Pasien menahan nyeri
A : Tujuan tercapai sebagian
NOC: kontrol nyeri
INDIKATOR
A
Mengenal kapan nyeri 3
terjadi
Menggunkan tindakan 3
tanpa analgetik
Melaporkan nyeri yang 4
terkonrol
T
5
C
4
5
4
5
4
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
2
Proses
Senin, 06
Juni 2016
Hasil
Tingkat Nyeri
Indikator
Panjang episode nyeri
Ekspresi wajah
A
3
3
T
5
5
C
3
3
P : Lanjutkan intervensi :
1,2,3,4
Siti nur
98
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
4
2
Selasa, 07
Juni 2016
Proses
07.25 WIB
1. Mengkaji nyeri
secara komprehensif
07.30 WIB
2. Mengobservasi
ketidaknyamanan
non verbal
08.30 WIB
3. Mengelola
pemberian terapi
mecobalamin
500mg/12 jam
melalui iv
07.30 WIB
DS : Pasien mengatakan nyeri
pada leher, skala ringan 2,
nyeri kadang, datang pada saat
tiduran miring
kanan/kiri,rasanye kliengan
D0 :
Pasien duduk di bed.
07.35 WIB
Ds : Do : Pasien agak relaks
Hasil
13.30 WIB
S: Pasien pada leher, skala ringan 2,
datang pada saat tiduran miring
kanan/kiri
O: Pasien duduk di bed
Pasien menahan nyeri
A : Tujuan tercapai sebagian
NOC: kontrol nyeri
INDIKATOR
A
Mengenal kapan nyeri 3
08.35 WIB
terjadi
DS : pasien mengatakan tidak
Menggunkan tindakan 3
nyeri saat obat di berikan
tanpa analgetik
Do: terapi mecobalamin
Melaporkan nyeri yang 4
500mg/12 jam melalui iv sudah terkonrol
diberikan
Siti nur
99
T
5
C
5
5
5
5
4
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
2
Proses
Selasa, 07
Juni 2016
Hasil
Tingkat Nyeri
Indikator
Panjang episode nyeri
Ekspresi wajah
A
3
3
T
5
5
C
3
4
P : Lanjutkan intervensi :
1,2, 3, 4
Siti nur
100
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
5
2
Selasa, 07
juni 2016
Proses
15.00 WIB
1. Mengkaji nyeri
secara komprehensif
15.05 WIB
Ds : Pasien mengatakan nyeri
pada leher, skala ringan 2,
nyeri kadang, datang pada saat
tiduran miring kanan/kiri,rasa
kliengan
Hasil
17.30 WIB
S: Pasien pada leher, skala ringan 2,
datang pada saat tiduran miring
kanan/kiri
O: Pasien duduk di bed
Pasien menahan nyeri
D0 : pasien duduk di bed
15.05 WIB
2. Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
15.10 WIB
Ds : pasien mengatakan nyeri
berkurang setelah tarik nafas
dalam
Do : pasien rileks setelah tarik
nafas dalam
101
A : Tujuan tercapai sebagian
NOC: kontrol nyeri
INDIKATOR
A
Mengenal kapan nyeri 3
terjadi
Menggunkan tindakan 3
tanpa analgetik
Melaporkan nyeri yang 4
terkonrol
T
5
C
5
5
5
5
4
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
Proses
16.00
3. Mengobservasi
ketidaknyamanan
non verbal
Hasil
16.15
Ds : -
Tingkat Nyeri
Indikator
Panjang episode nyeri
Ekspresi wajah
Do : pasien rileks
A
3
3
T
5
5
C
5
4
P : Stop intervensi :
Pasien pulang
Siti nur
Siti nur
102
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
1
3
Senin, 06
Juni 2016
09.00 WIB
1. Mengkaji tingkat
pengetahuan pasien
tentang sakitnya
Proses
Hasil
09.10 WIB
DS:
mengatakan
sedikit
mengetahui
tentang
penyakitnya
saat
dokter
memberikan penjelasan yaitu
sumbatan pada daerah aliran
darah
yang
dikarenakan
hipertensi, untuk tanda gejala,
komplikasi, serta pencegahan
pasien belum tahu tentang
penyakit yang dideritanya saat
ini
DO:
a. Pasien terlihat bingung saat
ditanya tentang penyakitnya.
b. Pasien bertanya kepada
dokter tentang sakitnya.
13.30 WIB
S: mengatakan sedikit mengetahui
tentang penyakitnya saat dokter
memberikan penjelasan yaitu sumbatan
pada daerah aliran darah yang
dikarenakan hipertensi, untuk tanda
gejala, komplikasi, serta pencegahan
pasien belum tahu tentang penyakit
yang dideritanya saat ini
Siti nur
103
O:
- Pasien bingung saat ditanya tentang
sakitnya
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
Proses
2
Hasil
A : Tujuan belum tercapai sebagian
no Indikator
A
T
C
1
3
5
3
3
5
3
3
5
3
aktivitas yang
disarankan
2
tujuan aktivitas
yang disarankan
3
tindakan
pencegahan yang
disarankan
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
Siti nur
104
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
2
3
Senin, 06
Juni 2016
17.00 WIB
1. Mengkaji tingkat
pengetahuan pasien
pasien tentang
sakitnya
Proses
Hasil
17.10 WIB
DS:
mengatakan
sedikit
mengetahui
tentang
penyakitnya
saat
dokter
memberikan
informasi
penyakit yang dideritanya saat
ini
DO:
a. Pasien terlihat bingung saat
ditanya tentang penyakitnya.
b. Pasien bertanya kepada
dokter tentang sakitnya.
20.00 WIB
S: mengatakan sedikit mengetahui
tentang penyakitnya saat dokter
memberikan informasi penyakit yang
dideritanya saat ini
O:
- Pasien bingung saat ditanya tentang
sakitnya
Siti nur
105
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
2
Proses
Senin, 06
Juni 2016
Hasil
A : Tujuan belum tercapai
no Indikator
A
T
C
1
3
5
3
3
5
3
3
5
3
aktivitas yang
disarankan
2
tujuan aktivitas
yang disarankan
3
tindakan
pencegahan yang
disarankan
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
Siti nur
106
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
3
3
Selasa, 07
Juni 2016
09.00 WIB
1. Mengkaji tingkat
pengetahuan pasien
pasien
10.00 WIB
2. Memberikan
pendidikan
kesehatan ke pasien
stroke non
hemoragik
Proses
Hasil
09.10 WIB
Ds : mengatakan sedikit
mengetahui tentang
penyakitnya saat dokter
memberikan penjelasan yaitu
sumbatan pada daerah aliran
darah yang dikarenakan
hipertensi, untuk tanda gejala,
komplikasi, serta pencegahan
pasien belum tahu tentang
penyakit yang dideritanya saat
ini
D0 :
Pasien bingung saat
ditanya mengenai sakitnya
10.05 WIB
Ds : Do : Pasien terlihat kooperatif
saat diberikan pendidikan
kesehatan
13.30 WIB
S: Pasien mengatakan sudah tau tentang
sakitnya,penyebab dan pencegahan
O:
- Pasien kooperatif saat diberikan
pendidikan kesehatan
- Pasien mampu menjawab saat
ditanya
107
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama
No RM
No dx
No
: Tn”R”
:01.77.33.00
Hari,
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Evaluasi
Implementasi
tanggal
3
Senin, 06
Juni 2016
Proses
Hasil
A : Tujuan tercapai
10.30 WIB
3. Memberikan
kesempatan pasien
untuk bertannya
10.35 WIB
Ds : Pasien mengatakan sedikit
memahami tentang stroke
Do : Pasien mampu
memnjawab saat ditanya
no Indikator
A
T
C
1
3
5
5
3
5
5
3
5
5
disarankan
2
11.00 WIB
4. Mengevaluasi
hasil tindakan
pendidikan
kesehatan yang
sudah dilakukan
11.10 WIB
Ds : Pasien mampu
menjelaskan pencegahan dan
komplikasi dari stroke
Do : Pasien mampu menjawab
dengan baik pertanyaan yang
diberikan
aktivitas yang
tujuan aktivitas
yang disarankan
3
tindakan
pencegahan yang
disarankan
P : Pertahankan intervensi
Siti nur
Siti nur
108
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam bab ini dimulai dari pengkajian sampai dengan
pendokumentasian. Sehingga dapat diketahui adanya kesenjangan antara
teori dengan pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan dalam kasus
nyata.Selain itu juga dapat diketahui adanya faktor penghambat dan
pendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Tn.”R” dengan stroke
non hemoragik.
A. Pembahasan Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian kepada pasien dengan menggunakan
pendekatan kepada klien, keluarga dan tenaga kesehatan. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 06 Juni 2016, dengan menggunakan metode
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi baik
perawatan maupun medis. Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan,
penulis menemukan adanya perbedaan antara data yang muncul menurut
teori dan pada kasus nyata.
Pengkajian pada Tn.”R” didapatkan data, pasien dapat berbicara
dengan kesadaran compos mentis. Hasil CT-scan infark capsula interna
dextra, anthropy cerebry, edema cerebry, tidak terdapat perdarahan..
Ketika dikaji pasien tidak merasakan nyeri dikepala ataupun pusing
dikepala. Keadaan umum pasien baik dengan hasil GCS normal yaitu total
15. Komunikasi verbal baik, tidak ada gangguan. Pasien tidak terpasang
109
Naso Gastric Tube (NGT) dan tidak terpasang Dower Cateter (DC). Pasien
terpasang infus Nacl 0,9 % 20 tpm ditangan kiri sejak tanggal 01 Juni
2016.
1. Dari hasil pengkajian TN.”R” data yang muncul sesuai teori Smeltzer,
(2006) adalah:
a. Defisit kognitif.
Defisit kognitif yaitu ketidakmampuan mengingat jangka pendek
dan jangka panjang, penurunan perhatian, kerusakan kemampuan
untuk berkonsentrasi dan perubahan penilaian (Smeltzer, 2006).
Gangguan kognitif pada pasien stroke terjadi jika perdarahan atau
penumpukan cairan di otak mengenai lobus frontal yang salah satu
fungsinya untuk kemampuan kognitif dan daya ingat (memori).
Data ini muncul di pasien, dibuktikan dengan saat pengkajian
pasien mengatakan saat ini kesulitan dalam perhitungan seperti 978, pasien menjawabnya lama, hasil Ct-Scan : scan infark capsula
interna dextra, anthropy cerebry, edema cerebry, tidak terdapat
perdarahan
2. Data yang muncul pada teori Smeltzer ( 2006 ) tetapi pada kasus
TN.”R“ tidak ditemukan yaitu :
a. Defisit lapang pandang
Defisit lapang pandang adalah kesulitan atau ketidakmampuan
dalam
menyadari
obyek,
penglihatan
dimalam
hari
dan
penglihatan ganda (Smeltzer, 2006). Pasien TN.”R” tidak
110
mengalami kehilangan lapang pandang, penglihatan ganda atau
kesulitan melihat di malam hari, hal ini disebabkan oedema yang
terjadi pada serebral tidak mengenai lobus oksipital yang
mempengaruhi syaraf optikus (penglihatan).
b. Defisit verbal
Defisit verbal yaitu ketidakmampuan dalam menyusun kata-kata
atau kalimat yang dapat dipahami oleh orang lain Smeltzer, (2006
) Pasien tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi. Saat
diajak ngobrol pasien dapat menjawab dengan baik. Pada pasien
TN.”R” tidak mengalami gangguan komunikasi verbal karena
tidak ada tumpukan cairan pada lobus temporal yang berfungsi
untuk mengatur respon bicara, karena area itu tidak tertutup maka
pasien tidak mengalami gangguan pada pembentukan kata-kata.
c. Defisit motorik
Defisit motorik yaitu ketidakmampuan dalam menggerakkan
ekstremitas bagian atas dan bawah diakibatkan kelemahan atau
kelumpuhan Smeltzer, (2006) Kelemahan atau kelumpuhan terjadi
karena ada pembuluh darah yang pecah sehingga terjadi
penumpukan cairan pada otak mengakibatkan sirkulasi darah ke
otak terganggu dan menyebabkan hipoksia otak.
Terjadinya
hipoksia di otak akan mempengaruhi fungsi lobus- lobus otak,
salah satunya adalah lobus parietal yang berfungsi untuk mengatur
gerakan. Saat dilakukan pengkajian pasien sudah tidak mengalami
111
kelemahan, dikarenakan saat pengkajian pasien sudah dirawat
selama 5 hari.
d. Defisit emosional
Defisit emosional yaitu kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan
stress, depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah,
perasaan isolasi.Smeltzer, (2006 ) Otak besar ( Cerebrum ) terdiri
dari beberapa lobus, salah satunya adalah lobus temporal yang
salah satu fungsnya yaitu mengontrol emosi. Pasien Tn.”R” tidak
mengalami gangguan emosional karena tidak terdapat perdarahan
perdarahan di lobus Temporalis, sehingga pasien mampu
mengontrol diri dan emosinya, terbukti ketika ditanya pasien
mendatakan tidak malu dengan keadaannya sekarang, pasien
optimis akan sembuh. Pasien juga kooperatif dengan tim medis.
Di buktikan dengan hasil CT- Scan : infark capsula interna dextra,
anthropy cerebry,odema serebri serta tidak terdapat perdarahan.
3. Data yang muncul pada Tn.”R” tetapi tidak ada dalam teori Smeltzer,
(2006) yaitu :
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
menyengankan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial sebagai potensial, awitan atau yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
112
diantisipasi atau diprediksi (NANDA, 2015). Diagnosa ini muncul
karena Pasien mengeluh nyeri pada leher, skala ringan 3, nyeri
kadang, datang pada saat tiduran miring kanan/kiri,rasanya cekotcekot .
Faktor pendukung yang penulis dapatkan selama pengkajian
pasien kooperatif dalam menyampaikan masalahnya dan mau
diajak bekerja sama. Faktor penghambat yaitu keterbatasan
pengetahuan dari penulis mengenai asuhan keperawatan stroke
non hemoragik. Untuk pemecahan masalah yaitu dengan
menambah pengetahuan dari berbagai literatur yang membahas
tentang stroke non hemoragik dan sistem persarafan.
B. Pembahasan Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan
teori
yang
ada menurut (Muttaqin, 2008) yang
sudah disesuaikan dean NANDA (2015) untuk kasus pasien stroke non
hemoragik terdapat delapan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul.
Setelah dilakukan pengumpulan data pada TN.”R” dan dilakukan analisa,
penulis menemukan ada tiga diagnosa keperawatan yang muncul, 1
diagnosa keperawatan
sesuai teori dan 2 diagnosa keperawatan tidak
sesuai teori.
1. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.”R “ dan sesuai
dengan teori Muttaqin (2008)
(2015) yaitu:
113
yang sesuai dengan
NANDA
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penyumbatan aliran arteri dan vena.
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah penurunan
oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman nutrisi ke
jaringan serebral pada tingkat kapiler (NANDA, 2015).
Diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral muncul
karena adanya infark pada capsula interna di bagian kanan,
sehingga perfusi jaringan yang disuplai oleh pembuluh darah
yang tersumbat menjadi terganggu. Ini dibuktikan dengan hasil
CT-scan : infark capsula interna dextra, athropy cerebry, odema
cerebri, tidak terdapat perdarahan.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada TN.”R” yang muncul
tetapi tidak sesuai teori Mutaqqin (2008) yang sudah disesuaikan
dengan NANDA (2015) adalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis.
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
menyengankan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial sebagai potensial, awitan atau yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi (NANDA, 2015). Diagnosa
ini muncul karena Pasien mengeluh nyeri pada leher, skala
ringan 3, nyeri kadang, datang pada saat tiduran miring
114
kanan/kiri,rasanya cekot-cekot . Data inilah yang mendukung
penulis mengangkat diagnose keperawatan nyeri akut.
b. Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
paparan informasi.
Defisiensi pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
(NANDA, 2015).
Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal informasi.
Diagnosa ini tetap muncul walaupun pasien berpendidikan
SMU. Penulis mengangkat diagnosa ini karena pasien sedikit
mengetahui tentang penyakitnya saat dokter memberikan
penjelasan yaitu sumbatan pada daerah aliran darah yang
dikarenakan hipertensi, untuk tanda gejala, komplikasi, serta
pencegahan
pasien belum tahu tentang penyakit yang
dideritanya saat ini.
3. Dignosa keperawatan yang ada pada teori Mutaqqin (2008) yang
sudah disesuaikan dengan NANDA (2015), tetapi tidak muncul
pada TN.”R” :
a. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
fisiologis (penurunan sirkulasi ke otak,sistem muskuloskeletal
lemah).
115
Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, perlambatan,
atau ketidaan kemampuan untuk menerima , memproses,
mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol (NANDA,
2015). Diagnosa keperawatan ini tidak muncul pada pasien
TN.”R” dikarenakan nervus optikus, nervus toklera dan nevus
abdusen tidak mengalami gangguan. Dimana fungsi dari ketiga
nervus itu adalah untuk ketajaman penglihatan, lapang pandang
kemampuan bola mata untuk bergerak ke bawah dan
kesamping, serta kemampuan bola mata untuk menggerakkan
mata. Pada pasien fungsi ketiga nervus ini baik karena pasien
dapat melihat dengan baik, dapat membaca dengan baik.
b. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan
faktor mekanik (imobilitas fisik).
Resiko integritas kulit adalah rentan mengalami kerusakan
epidermis dan/atau dermis yang dapat mengganggu kesehatan
(NANDA,
2015).
Biasanya
Bagian-bagian
tubuh
yang
menonjol seperti Pantat, tulang skapula, dan tumit beresiko
tinggi terjadi luka. Diagnosa ini tidak muncul pada pasien
karena saat dilakukan pengkajian pasien
bisa mobilisasi
dengan mandiri dan ditandai kulit pasien bersih tidak ada luka
terutama di tukang skapula dan pantat.
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan faktor
fisiologis (disfungsi neuromuskular).
116
Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
(NANDA, 2015). Pada pasien Stroke ketidakefektifan pola
nafas terjadi karena adannya defisit penurunan neurologi yaitu
penurunan kesadaran yang mengakibatkan pasien bedrest total,
terjadi penurunan kemampuan batuk, dan akhirnya akan terjadi
penumpukan sekret. Diagnosa ini tidak muncul pada pasin
Tn.”R” dikarenakan saat dilakukan pengkajian pasien tidak
mengalami penurunan kesadaran, dan bisa mobilisasi seperti
jalan, duduk. Selain itu dibuktikan RR= 21 kali/menit, keadaan
pernafasan baik. Pasien tidak menggunakan bantuan oksigen.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmapuan makan .
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik (NANDA, 2015).
Penurunan nutrisi pada pasien Stroke terjadi karena adannya
gangguan pada nervus vagus yang berfungsi untuk mengetahui
adakah gangguan di kontraksi laring dan gerakan simetris
pallatum mole. Diagnosa ini tidak muncul di pasien karena
pasien tidak ada gangguan nervus vagus ditandai status nutrisi
pasien baik. Hasil IMT 29,07 (gemuk) tidak ada gangguan
pada nafsu makan. Saat dilakukan pemeriksaan nervus, nervus
Vagus tidak ada kesulitan dalam menelan.
117
e. Defisit perawatan diri : hygiene, mandi atau toileting yang
berhubungan dengan kelemahan fisik
Defisit perawatan diri adalah hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas hygine, mandi dan
toileting secara mandiri (NANDA, 2015). Defisit perawatan
diri pada pasien Stroke terjadi karena adannya gangguan
mobilitas menurun. Diagnosa ini tidak muncul di pasien karena
pasien tidak ada gangguan pada mobilitas pasien yang ditandai
dengan pasien mampu makan,minum, toileting, berpakaian,
secara mandiri.
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot.
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan
fisik atau satu atau lebuh ekskremitas secara mandiri dan
terarah (NANDA, 2015). Hambatan mobilitas fisik terjadi
karena adanya penurunan kekuatan otot. Diagnosa ini tidak
muncul karena pasien dapat mobilisasi tempat tidur, berpindah,
ambulasi/ROM secara mandiri.
C. Pembahasan Perencanaan
Pada tahap perencanaan Asuhan Keperawatan Tn “R” dengan
Stroke Non Hemoragik di ruang Anggrek 2 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta,
penulis menggunakan hierarki maslow yaitu dengan melihat kebutuhan
dasar manusia. Pada penentuan penulis menggunakan batasan waktu yang
118
jelas, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan kapan evaluasi proses dan
hasil akan dilakukan. Pada kasus Tn “R” penulis menentukan semua
rencana tindakan, hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan tindakan
jelas tujuannya. Adapun prioritas masalah dalam studi kasus ini adalah
ketidakefektifan perfusi jarinagn serebral berhubungan dengan gangguan
aliran arteri dan vena, nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis,
defisiensi pengetahuan berhubungan dengan paparan informasi. Tujuan
ditulis terdiri atas subyek, predikat kriteria, dan kondisi kriteria yang
ditulis berupa kriteria waktu maupun kriteria hasil sehingga mudah dicapai
pada waktu evaluasi.Rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa
pada kasus ini disusun mengacu pada masalah atau respon utama pasien
dengan tidak mengesampingkan perkembangan keadaan pasien.
1. Perencanaan keperawatan yang muncul pada Tn.”R “ dan sesuai
dengan teori Muttaqin (2008) yang sesuai dengan
(NIC & NOC,
2015) terdapat 1 diagnosa yaitu:
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
gangguan aliran arteri dan vena.
119
Tabel 4. Perencanaan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
TUJUAN
INTERVENSI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
NIC: Manajemen edema serebral
selam 3x24 jam diharapkan perfusi
jaringan dapat efektif yang ditandai 1. Observasi keadaan umum dan
dengan kriteria hasil:
NOC : Perfusi jaringan (serebral)
No Indikator
A
1
Tekanan sistol dan
3
diastol dalam rentan
normal 90/60-120/80
2
Tidak terjadi
peningkatan TIK
(mual, muntah,
pusing)
4
tingkat kesadaran pasien
T
5
3. Berikan edukasi jika adanya
5
peningkatan TIK (mual, muntah,
pusing)
3
Tidak terjadi
4
penurunan tingkat
kesadaran dan keadaan
umum
2. Monitor tanda-tanda vital
5
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
120
4. Berikan obat diuretik osmotik
2. Perencanaan keperawatan yang muncul pada TN.”R” yang muncul
tetapi tidak sesuai teori Mutaqqin (2008) yang sudah disesuaikan
dengan (NIC & NOC 2015) terdapat 2 diagnosa yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Tabel 5. Perencanaan diagnosa nyeri akut
TUJUAN
INTERVENSI
Setelah
dilakukan
tindakan NIC : Manajemen nyeri
keperawatan selama 3x24 jam, nyeri
berkurang dengan kreteria hasil :
1. Kaji nyeri secara komperhensif
meliputi,lokasi,
NOC : Kontrolnyeri
karakteristik
durasi, frekuensi.
INDIKATOR
Mengenal kapan nyeri
terjadi
Menggunkan tindakan
tanpa analgetik
Melaporkan nyeri yang
terkonrol
A
3
T
5
3
5
4
5
2. Observasi
verbal
dari
ketidaknyamanan.
3. Ajarkan teknik non farmakologi
(nafas dalam)
4. Kolaborasi
protection
KETERANGAN :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang kadangmenunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Secara konsisten menunjukan
Tingkat Nyeri
Indikator
Panjang episode nyeri
Ekspresi wajah
non
A
3
3
T
5
5
Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5: Tidak ada
121
pemberian
neuro
b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan
informasi.
Tabel 6. Perencanaan diagnosa defisiensi pengetahuan
TUJUAN
INTERVENSI
Setelah
dilakukan
tindakan NIC: pengajaran : proses penyakit
keperawatan selama 3X tatap muka,
pengetahuan bertambah dengan
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
kreteria hasil :
tentang proses penyakit
NOC : pengetahuan : aktivitas yang
disarankan
2. Berikan kesempatan pasien untuk
no Indikator
A
T
1
3
5
aktivitas yang
bertanya
3. Edukasi ke pasien tentang stroke
disarankan
2
tujuan aktivitas
non hemoragik
3
5
4. Evaluasi hasil tindakan
yang disarankan
3
tindakan
3
pendidikan kesehatan yang sudah
5
pencegahan yang
dilakukan
disarankan
Keterangan:
1: Tidak ada pengetahuan
2: Pengetahuan terbatas
3: pengetahuan sedang
4: Pengetahuan banyak
5: Pengetahuan sangat banyak
122
D. Pembahasan Pelaksanaan
Asuhan keperawatan pada Tn.”R” dengan Stroke Non Hemoragik di
Ruang Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dilaksanakan selama 1
hari lebih 10 jam. Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan ini tidak sesuai
dengan criteria waktu atau target dalam perencanaan asuhan keperawatan
yang telah diprogramkan oleh penulis yaitu mulai dari tanggal 06 Juni
2016 sampai 09 Juni 2016. Pelaksanaan asuhan keperawatan ini tidak
sesuai dengan rencana dikarenakan pasien pulang atas izin dokter dalam
pada hari selasa tanggal 07 Juni 2016 pukul 17.30 WIB.
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari rencana
tindakan yang telah disusun sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan penulis menyesuaikan kondisi pasien, sarana dan prasarana
yang ada di bangsal, juga bekerjasama dengan pasien,dan perawat
ruangan dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini sehingga dapat
melaksanakan sesuai target yang direncanakan. Pasien kooperatif, alat
tersedia lengkap, keluarga pasien antusias mengikuti saran perawat,
bekerjasama dengan tim medis dalam perawatan.
1. Pelaksanaan yang muncul pada Tn.”R “ dan sesuai dengan teori
Muttaqin (2008) yang sesuai dengan (NIC & NOC, 2015) terdapat 1
diagnosa yaitu:
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
gangguan aliran arteri dan vena.
123
Pelaksanaan
rencana
tindakan
keperawatan
dari
diagnosa
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral semua tindakan dapat
dilaksanakan sesuai rencana yaitu selama 1 hari lebih 10 jam.
Semua rencana yang dapat dilaksanakan yaitu: Observasi keadaan
umum dan tingkat kesadaran pasien,Monitor tanda-tanda vital,
Berikan edukasi jika adanya peningkatan TIK (mual, muntah,
pusing), Berikan obat diuretik osmotik Manitol 125 ml/6 jam dan
Citicolin 500 mg/12 jam. Pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang telah disusun, dalam hal ini terdapat factor
pendukung yaitu pasien mampu memperbaiki tingkat kesadaran,
keadaan umum meningkat, dan tidak terjadi tanda peningkatan
TIK.
2. Pelaksanaan keperawatan yang muncul pada TN.”R” yang muncul
tetapi tidak sesuai teori Mutaqqin (2008) yang sudah disesuaikan
dengan (NIC & NOC 2015) terdapat 2 diagnosa yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dnegan agen injury biologis
Pelaksanaan rencana tindakan dari diagnose nyeri akut dapat
dilaksanakan dalam waktu 1 hari lebih 10 jam, karena pasien
kooperatif
dilaksanakan
dalam
pelaksanaan
yaitu
:
Kaji
tindakan.
nyeri
Rencana
secara
yang
komperhensif
meliputi,lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, Observasi non
verbal dari ketidaknyamanan, Ajarkan teknik non farmakologi
(nafas
dalam),
Kolaborasi
124
pemberian
neuro
protection
Mecobalamin 500 mcg/12 jam Pelaksanaan dapat berjalan sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan
informasi.
Pelaksanaan rencana tindakan dari diagnosa defisiensi pengetahuan
dapat dilaksanakan semua karena pasien kooperatif dalam
pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan. Rencana yang
dilakukan yaitu : Observasi tingkat pengetahuan pasien, Berikan
pendidikan kesehatan ke pasien tentang penyakitnya, Berikan
kesempatan pasien
untuk bertanya, Evaluasi pasien tentang
informasi yang sudah diberikan. Pelaksanaan dapat berjalan sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
E. Pembahasan Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien
Tn.”R” dengan Stroke Non Hemoragik hari ketiga digunakan evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dibuat untuk mengetahui
keberhasilan setiap tindakan yang dilaksanakan oleh perawat sedangkan
evaluasi hasil dibuat untuk mengetahui perkembangan pasien dari seluruh
tindakan yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menyusun
rencana lebih lanjut. Penulis melakukan evaluasi hasil setiap 7 - 8 jam
atau per shift.
125
Berdasarkan pada pelaksanaan yang telah dilakukan, dari 3
diagnosa, didapatkan evaluasi hasil yaitu 2 diagnosa yang tercapai
sebagian dan 1 diagnosa yang tercapai.
(cantumkan indikator) (ATC)
1. Diagnosa keperawatan yang tercapai sebagian terdapat 2 yaitu :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
gangguan aliran arteri dan vena.
Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan selama 5x8 jam
tidak sesuai pada perencanaan yaitu 3x24 jam di karenkan pasien
sudah di perbolehkan pulang pada saat dilakuan evaluasi hasil
tujuan tercapai sebagian yaitu :
Tabel 7. Indikator Perfusi jaringan (serebral)
No Indikator
A
T
C
1
4
5
4
4
5
5
4
5
5
2
3
Tekanan sistol dan
diastol dalam rentan
normal 90/60-120/80
Tidak terjadi
peningkatan TIK (mual,
muntah, pusing)
Tidak terjadi penurunan
tingkat kesadaran dan
keadaan umum
Kriteria hasil pada ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri dan vena pada
Tn “R” telah tercapai sebagian sesuai dengan indicator. Dibuktikan
dengan indicator pengkajian awal 4, target 5, pencapaian 4. Tujuan
126
yang belum tercapai ditandai dengan : Tanda- tanda vital pasien
belum dalam rentang normal saat pulang tekanan darah 130/90
mmHg.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis.
Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan selama 5x8 jam
tidak sesuai pada perencanaan yaitu 3x24 jam di karenkan pasien
sudah di perbolehkan pulang pada saat dilakuan evaluasi hasil
tujuan tercapai sebagian yaitu :
Tabel 8. Indikator kontrol nyeri
No
1
2
3
INDIKATOR
Mengenal kapan nyeri terjadi
Menggunkan tindakan tanpa analgetik
Melaporkan nyeri yang terkonrol
A
3
3
4
T
5
5
5
C
5
5
4
A
3
3
T
5
5
C
5
4
Tabel 9. Indikator tingkat nyeri
No
Indikator
1
Panjang episode nyeri
2
Ekspresi wajah
Kriteria hasil pada nyeri akut berhubungan dengan agen
injuri biologis pada Tn “R” telah tercapai sebagian sesuai dengan
indicator. Dibuktikan dengan indicator pengkajian awal 3, target 5,
pencapaian 4. Tujuan yang belum tercapai ditandai dengan : pasien
belum melaporkan nyeri berkurang karena pada saat pasien pulang
nyeri pasien masih skala 2 dan pasien masih menahan nyeri
2. Diagnosa keperawatan yang tercapai terdapat 1 yaitu :
127
a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan
informasi.
Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan selama 3x tatap
muka sesuai pada perencanaan pada saat dilakuan evaluasi hasil
tujuan tercapai yaitu :
NOC: pengetahuan : aktivitas yang disarankan
Tabel 10. Indikator pengetahuan : aktivitas yang disarankan
no Indikator
A
T
C
1
3
5
5
3
5
5
3
5
5
aktivitas yang
disarankan
2
tujuan aktivitas yang
disarankan
3
tindakan pencegahan
yang disarankan
Kriteria Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya paparan informasi pada Tn “R” telah tercapai sesuai
dengan indicator. Dibuktikan dengan indicator pengkajian awal 3,
target 5, pencapaian 5. Tujuan tercapai ditandai : pasien mampu
menjelaskan penyakit yang sedang dialami, pasien mampu
mempraktikan informasi yang sudah didapat.
F. Pembahasan Pendokumentasian
Setiap pelaksanaan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan,
perencanaan,
pelaksanaan
dan
evaluasi
harus
didokumentasikan dalam catatan keperawatan sesuai dengan tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat serta dicantumkan inisial dan
128
tanda tangan sesuai dengan pelaksanaan tindakan. Kegunaan dan
manfaat dari dokumentasi keperawatan pun telah terlaksana seperti
sebagai : alat komunikasi antar anggota perawat dan antar tim kesehatan
lainnya, dokumentasi resmi dalam system pelayanan kesehatan, dan alat
yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan. Dokumentasi dilakukan
selama 1 hari lebih 10 jam.
Faktor pendukung pada tindakan pendokumentasian keperawatan
adalah kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat serta tim
kesehatan di ruangan dalam pendokumentasian.
Faktor penghambat
yaitu keterbatasan kemampuan penulis serta kurangnya sumber refrensi
dalam penulisan laporan studi kasus klien Tn “R” di Ruang Anggrek 2
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
129
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selama melakukan asuhan keperawatan pada Tn.”R” dengan Stroke
Non Hemoragi di Ruang Anggrek 2 IRNA 1 RSUP DR. Sardjito dari
tanggal
06 Juni
mendapatkan
2016 sampai dengan 09
Juni
2016, penulis
pengalaman yang nyata dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Stroke Non Hemoragik, yang dimulai
dari
pengkajian,
perencanaan,
implementasi,
evaluasi
dan
pendokumentasian keperawatan.
Pengkajian pada Tn.”R” dengan Stroke Non Hemoragik difokuskan
pada pemeriksaan Neurologi, Glascow Coma Skale (GCS) dan kekuatan
otot. Tahap penegakan diagnosa keperawatan dapat penulis simpulkan
bahwa diagnosa keperawatan yang ada dalam teori tidak semuanya
muncul didalam kasus Tn.”R” hal ini sangat tergantung pada kondisi
pasien, penyebab kejadian, tanda dan gejala yang muncul, serta support
sistem yang berpengaruh pada pasien.Diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien ada 3 sesuai dengan pasien, 1 diagnosis sesuai teori yaitu
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral . 2 diagnosa yang tidak sesuai
dengan teori yaitu nyeri akut dan defisiensi pengetahuan.
Perencanaan ditetapkan dengan merumuskan subjek, predikat, kriteria
adalah SMART (spesific, measurable, achievable, realistic dan time
limited). Perencanaan untuk setiap diagnosa serta disesuaikan dengan
130
kebutuhan pasien, kondisi pasien, menyesuaikan dengan sarana dan
prasarana yang ada di rumah sakit. Perencanaan sesuai teori.
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dengan beberapa modifikasi sesuaidengan kondisi pasien dan kondisi
ruangan Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito. Di samping itu penulis juga
melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain yakni dokter, ahli gizi,
petugas laboratorium dan perawat dalam melaksanakan implementasinya.
Implementasi dilakukan seharusnya 3 x 24 jam tetapi dilakukan 1 hari
lebih 10 jam.
Evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi proses dan
evaluasi hasil yang waktunya disesuaikan dengan perencanaan tujuan.
Diagnosa keperawatan yang tercapai tujuannya yaitu defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi.
Diagnosa tercapai sebagian yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri dan vena dan nyeri
akut berhubungan dengan agen injury biologis. Pendokumentasian yang
dilakukan selama 1 hari lebih 10 jam, dengan menggunakan SOAP
(subyektif, obyektif, analisa, dan perencanaan) dan evaluasi dilakukan
setiap pergantian shift. Pendokumentasian yang dilakukan belum
optimal dan masih bersifat rutinitas saja.
Berdasarkan uraian diatas dapat diidentifikasi faktor pendukung dan
penghambat. Faktor pendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pada Tn.”R” dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Anggrek 2 RSUP
131
DR. Sardjito adalah adanya kerjasama yang baik antara keluarga pasien,
pasien, dan team kesehatan di Ruang Anggrek 2 RSUP DR. Sardjito,
dan tersedianya sarana prasarana yang memadai. Faktor penghambatnya
adalah terbatasnya kemampuan dan keterampilan penulis dalam
melaksanakan asuhan keperawatan ini. Serta literatur yang kurang
sehingga penulis mengalami kesulitan dalam melihat teori.
B. Saran
Setelah melakukan asuhan keperawatan Tn.”R” dengan Sroke Non
Hemoragik di Ruang Anggrek 2 RSUP DR. Sardjito ada beberapa saran
yang dapat penulis sampaikan, yaitu:
1. Profesi keperawatan
Meningkatkan profesionalitas dalam bekerja, dan memperbaharui
pengetahuan tentang Stroke Non Hemoragik agar tindakan yang
dilakukan tidak hanya rutinitas.
2. Institusi pendidikan Stikes Wira Husada Yogyakarta
a. Dosen Prodi keperawatan
Institusi
pendidikan
sebagai
penyelenggara
pendidikan,
hendaknya menambah literatur tentang Stroke Non Hemoragik
seperti buku Ilmu Penyakit Syaraf (pengarang Mutaqqin), yang
ada di perpustakaan, dengan literatur yang masih tergolong terbitan
baru, sehingga peserta didik tidak kesulitan saat mencari literatur.
b. Mahasiswa keperawatan
132
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilam mahasiswa
keperawatan yang disesuaikan dengan perkembangan illmu dan
teknologi terkini.
3. Institusi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
a. Direktur Rumah Sakit
Meningkatkan standar prosedur operasional dalam pemberian
pelayanan terhadap pasien dengan Stroke Non Hemoragik.
b. Kepala Ruang Anggrek 2
Meningkatkan pelayanan perawatan dan standar oprasional yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi terkini.
c. Perawat Ruang Anggrek 2
Meningkatkan pengetahuan perawatan yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi terkini.
d. Mahasiswa Praktikan
Mempertahankan kerja sama yang baik antara perawat dan
mahasiwa praktikan, agar dapat segera diketahui kebutuhan pasien
baik kebutuhan fisik dan maupun kebutuhan psikis.
133
DAFTAR PUSTAKA
Artiani, Ria. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC.
Hidayat A. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku Untuk Brunner dan
Sudarth. Jakarta: EGC)
Hidayat, A.A.A. 2007. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jogjakarta : Gadjah Mada University
Press.
Mutaqqin A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyrafan.Jakarta: Salemba Medika
Nursalam, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan, Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC)
Rasyid. 2007. Buku ajar Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :ECG
Yayasan Stroke Indonesia. Stroke Non Hemoragik. Jakarta. 2011.
Satyanegara. 2008. Ilmu Bedah Saraf Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC)
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi: Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta :EGC.
134
Tarwoto .2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.
Sagungseto. Jakarta.
World Health Organization, 2012. WHO STEPS Stroke Manual: The WHO STEP
wise Approach to Stroke Surveillance. World Health Organization.
Wilkinson. 2012. Nursing Diagnosis Handbook With NIC Intervention and NOC
Outcomes. Jakarta : EGC.
135
136
137
Download