BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi merupakan variabel independen yang pertama (X) dalam penelitian ini. Dalam sub-bab ini akan membahas tentang Pengertian Motivasi, Jenis-Jenis Motivasi, Teori Motivasi yang dikutip melalui buku Prof.Dr.Wibowo,SE.,M.Phil. (2013). Manajemen Kinerja,ada beberapa pendapat para ahli : Menurut (Afin Murti,2012 : 63) lebih spesifik mengatakan bahwa, “Motivasi adalah dorongan atau gejolak yang timbul dari dalam diri manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya sesuai dengan keinginan masing-masing. Menurut (Kadarisma,2012 : 278) lebih spesifik mengatakan bahwa, “Motivasi adalah penggerak atau pendorong dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan bekerja dengan giat dan baik sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepadanya. Menurut (Hasibuan,2012 : 141) lebih spesifik mengatakan bahwa, “Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Dalam bukunya Stephen P. Robbins (2008 : 222) lebih spesifik mengatakan bahwa, “Motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekuan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Menurut Jerald Greenberg dan Robert A. Baron (2003 : 190) lebih spesifik mengatakan bahwa, “Motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan, mengarahkan dan menjaga perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan. Dari uraian pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan cara mendorong proses perilaku manusia, bekerja secara optimal untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang telah ditentukan. 9 10 2.1.2 Teori-Teori Motivasi Pendapat beberapa ahli mengenai teori-teori motivasi yang dikutip melalui buku Prof.Dr.Wibowo,SE.,M.Phil. (2013). Manajemen Kinerja adalah sebagai berikut : Menurut Hasibuan (2012: 150), Mengatakan bahwa jenis-jenis motivasi adalah sebagai berikut: 1. Motivasi Positif Motivasi positif adalah manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja. 2. Motivasi Negatif Motivasi negatif adalah manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik. • Teori Hirearki Kebutuhan (Abraham Maslow) Maslow berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat hirarki dari lima kebutuhan, yaitu sebagai berikut: a) Kebutuhan fisiologis (physiological), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Seperti : makan, minum, pakaian, dan lain-lain. Upaya untuk bertahan hidup. b) Kebutuhan rasa aman (safety), yaitu kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Keamanan dan perlindungan/keselamatan dari bahaya fisik dan emosional. c) Kebutuhan hubungan sosial (affiliation), yaitu kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain. Seperti: kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan. d) Kebutuhan pengakuan (esteem), kebutuhan akan adanya penghargaan diri dan penghargaan prestise (posisi) diri dari lingkungannya. Kebutuhan pengakuan meliputi : faktor internal (otonomi, dan prestasi) dan faktor eksternal (pengakuan, dan perhatian) e) Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization), merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi, karena biasanya seseorang bertindak bukan 11 atas dorongan orang lain, tetapi karena atas kesadaran dan keinginan diri sendiri. Gambar 2.1 Teori Hierarki Maslow Sumber: Robbins dan Judge (2011: 239) • Frederick Hezberg dengan teori model dan faktor a. Factor pemeliharaan (maintenance factor), yang disebut juga hygiene factor, merupakan faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Faktor-faktor pemeliharaan ini meliputi: gaji, kondisi kerja fisik, kepastian kerja, supervisi yang menyenangkan, dan macam-macam tunjangan lainnya. b. Faktor motivasi (motivation factor), merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri orang yang bersangkutan, mencakup: kepuasan kerja, prestasi yang diraih, peluang untuk maju, pengakuan orang lain, kemungkinan pengembangan karier, dan tanggung jawab. • Douglas McGregor dengan teori X dan Y a. Teori X atau teori konvensional yang didasarkan pada pola pikir konvensional dan menyorot sosok negatif perilaku manusia, yang 12 menganggap manusia itu: malas dan tidak suka bekerja, kurang bisa bekerja keras, menghindar dari tanggung jawab, mementingkan diri sendiri, tidak mau peduli dengan orang lain, dan juga kurang suka menerima perubahan. b. Teori Y atau teori potensial , merupakan suatu revolusi pola pikir dalam memandang manusia secara optimis. Teori Y memandang manusia itu pada dasarnya: rajin, aktif, mau mencapai prestasi bila kondisi konduktif, dapat produktif bila diberi motivasi, selalu ingin perubahan, dan dapat berkembang bila diberi kesempatan yang lebih besar. • Clayton P. Alderfer dengan teori ERG a. Existence (keberadaan), merupakan kebutuhan seseorang untuk dapat dipenuhi dan terpeliharanya keberadaan yang bersangkutan sebagai seorang manusia di tengah-tengah masyarakat atau perusahaan, yang meliputi: kebutuhan psikologis (rasa lapar, rasa haus) dan kebutuhan rasa aman. b. Relatedness (kekerabatan), merupakan keterkaitan antara seseorang dengan lingkungan sosial sekitarnya. Teori ini mencakup semua kebutuhan yang melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain, seperti: kegiatan saling menerima, pemberian pengertian, dan sebagainya yang merupakan proses kekerabatan. c. Growth (pertumbuhan), merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan potensi diri seseorang, seperti: pertumbuhan kreativitas dan pribadi. • David McClelland dengan teori motivasi prestasi a. Need for achievement, yaitu kebutuhan untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. b. Need for affiliation, yaitu kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain. c. Need for power, yaitu kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan 13 orang yang bersangkutan tidak atau kurang memperdulikan perasaan orang lain. 2.2 Manajemen Kinerja 2.2.1 Pengertian Manajemen Kinerja Pengertian manajemen kinerja menururt Wibowo (2013: 9) lebih spesifik mengatakan bahwa, “Manajemen yang mengelola sumber daya yang berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi.” Sedangkan, menurut Kaswan dalam buku Wibowo (2013: 185) mendefinisikan manajemen kinerja dengan pengertian yang berbeda, “Manajemen kinerja lebih dari sekedar penilaian tahunan dan wawancara. Manajemen kinerja menuntut kesediaan dan komitmen dan kerjasama antara karyawan dan pimpinan untuk memfokuskan pada perbaikan kinerja pada tataran individu atau tim setiap hari. Manajemen kinerja memadukan penetapan sasaran organisasi, tim dan individu, umpan balik, pembinaan, penghargaan, dan perkembangan individu. Manajemen kinerja memfokuskan pada proses perbaikan kinerja secara terus menerus, dari pada sekedar menekankan penilaian kinerja tahunan. Manajemen kinerja bertujuan untuk mencapai peningkatan keefektivan organisasi, hasil kerja individu dan tim yang lebih baik, serta tingkat keterampilan, kompetensi, komitmen dan motivasi yang lebih baik. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen kinerja adalah proses untuk memperbaiki kinerja individu dan kelompok yang berkelanjutan dalam menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang efektik untuk mencapai visi dan tujuan bersama. 2.2.2 Model Organisasi Manajemen Kinerja Menurut Armstrong dan Baron dalam buku Wibowo (2013: 28-32) mengemukakan siklus manajemen kinerja sebagai sekuen atau urutan melalui penjelasan, sebagai berikut: 14 • Misi organisasi dan tujuan strategis, merupakan titik awal proses manajemen kinerja, yang dijadikan sebagai rujukan bagi manajemen. Perumusan misi dan tujuan organisasi ditujukan untuk memastikan bahwa setiap kegiatan selanjutnya harus sejalan dengan tujuan tersebut dan diharapkan dapat memberikan kontribusi pada kinerja. • Rencana dan tujuan bisnis dan departemen, merupakan penjabaran dari misi organisasi dan tujuan strategis dalam penjumlahan rencana dan tujuan departemen. • Kesepakatan kinerja dan pengembangan atau sering disebut kontrak kerja, merupakan kesepakatan yang dicapai antara individu dengan managernya tentang sasaran dan akuntabilitasnya. Kontrak kerja merupakan dasar untuk mempertimbangkan rencana yang harus dibuat untuk memperbaiki kinerja dan menjadi dasar dalam penilaian terhadap kinerja karyawan. • Rencana kinerja dan pengembangan, merupakan eksplorasi bersama tentang apa yang perlu dilakukan dan diketahui individu untuk memperbaiki kinerjanya dan mengembangkan keterampilannya. Dan bagi manajer dalam memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan. • Tindakan kerja dan pengembangan, merupakan tindakan manajemen kinerja dalam membantu individu untuk siap bertindak sehingga mereka dapat mencapai hasil seperti yang direncanakan. Apabila dibuthkan, dapat dilakukan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. • Pemantauan dan umpan balik berkelanjutan, merupakan proses mengelola dan mengembangkan standar kinerja yang mencerminkan praktik yang baik secara normal tentang menetapkan arah, monitoring (pemantauan) dan mengukur kinerja, mengusahakan umpan balik, dan mengambil tindakan. • Tinjauan resmi dan umpan balik, yaitu meninjau kembali segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, baik yang menyangkut kebijakan, strategi, perencanaan maupun pelaksanaan, kontribusi karyawan, pencapaian tujuan, aspirasi dan kendala dalam pekerjaan. Hasil dari tinjauan ini selanjutnya menjadi umpan balik bagi kontrak kinerja. 15 • Penilaian kinerja menyeluruh, yaitu hasil atau prestasi kerja yang dapat ditetapkan sebagai hasil kinerja organisasi, tim, maupun masing-masing karyawan. Penilaian kinerja dapat diketahui seberapa besar sasaran dan tujuan organisasi telah dicapai. Dari pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model organisasi manajemen kinerja merupakan setiap tahapan mengenai manajemen kinerja yang dilakukan secara berurutan agar dapat mencapai hasil yang maksimal. 2.3 Kinerja 2.2.3 Pengertian Kinerja Ada beberapa pengertian kinerja menurut pendapat beberapa ahli yang dikutip melalui Prof.Dr.Wibowo,SE.,M.Phil. (2013). Manajemen Kinerja adalah sebagai berikut : Menurut Hasibuan dalam buku Wibowo (2013 : 94) Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Menurut Mangkunegara dalam buku Wibowo (2013 : 67) Kinerja Karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, kinerja adalah prestasi atau hasil kerja dalam melaksanakan tugasnya dengan bertanggung jawab, berpengalaman, dan kesungguhan dimana memenuhi syarat pekerjaannya. 2.2.4 Faktor- Faktor yang mempengaruhi Kinerja Menurut (Keith Davis dalam Mangkunegara, 2007 : 67) dalam buku Wibowo 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor motivasi (motivation) dan faktor kemampuan (ability). 16 1. Faktor Motivasi (Motivation) Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan atau manager dan karyawan terhadapsituasi kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersifat positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi. Sebaliknya jika mereka yang bersifat negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud adalah hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepimpinan kerja dan kondisi kerja. 2. Faktor Kemampuan (Ability) Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya adalah karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Pendapat lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja,antara lain dikemukakan (Armstrong dan Baron 1998 : 16) dalam buku Wibowo (2013), yaitu sebagai berikut : 1) Faktor Individu (Personal Factors), ditujukan oleh tingkat keterampilan, kompetisi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu. 2) Faktor Kepimpinan (Leadership Factor), ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader. 3) Faktor kelompok (Team Factors), ditujukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja. 4) Faktor Sistem (System Factors), ditunjukan dengan adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi. 5) Faktor Situasi (Contextual / Situational Factors), ditujukan oleh tinggi tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. 6) 17 2.3 Hubungan antara Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Menurut Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2013 : 389-390) lebih spesifik mengatakan bahwa, “Motivasi dapat dipastikan mempengaruhi kinerja, walaupun bukan satu-satunya faktor yang membentuk kinerja.” Hal ini dapat dilihat dari model hubungan antara motivasi dengan kinerja, yang digambarkan pada gambar 2.2 berikut ini: Gambar 2.2 Model Hubungan Motivasi dengan Kinerja Sumber: Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2013: 390) Dari pengertian gambar 2.2 diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja dapat tergantung akan faktor internal individu, faktor lingkungan sekitarnya dan yang kemudian terjadi proses motivasi yang dimana perusahaan dapat mengenali masalah dan memperbaiki kinerja dan memberikan motivasi kepada karyawan agar dapat menghasilkan kinerja yang maksimal kepada karyawan dan perusahaan itu sendiri. Terdapat beberapa jurnal yang menjelaskan mengenai hubungan antara motivasi terhadap kinerja karyawan, yaitu : 18 1. Berdasarkan Deewar Mahesa dalam jurnal Manajemen SDM (2010 : 86) “Pengaruh Motivasi terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Karyawan” adalah motivasi memberi kontribusi terhadap peningkatan kinerja karyawan. 2. Berdasarkan M.Harlie dalam jurnal Aplikasi Manjemen (2013 : 866) “Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan Pengembangan Karier terhadap Kinerja Pegawai” adalah peran motivasi dalam meningkatkan kinerja sangat penting agar bisa mencapai kinerja yang diinginkan. 3. Berdasarkan Enny Rachmawati dan Zainal Hidayat dalam jurnal Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik (2009 : 92) “Pengaruh Motivasi, Gaya Kepemimpinan, dan Kemampuan terhadap Kinerja Karyawan” adalah hubungan antara motivasi dan kinerja merupakan hubungan yang cukup kuat. 4. Berdasarkan Green, Thad dalam jurnal HRMagazine Proquest Document Vol 45 Issue 11 (2010: 155-158) “Three Steps To Motivating Employees” adalah When high-performing employees have unresolved motivation issues, their performance either declines or they leave for another job. Yang artinya Ketika karyawan berkinerja tinggi memiliki masalah motivasi yang tidak terselesaikan, maka kinerja mereka baik salah satunya menurun atau mereka meninggalkan pekerjaan demi pekerjaan yang lain. 5. Berdasarkan Kamery, Rob H dalam Jurnal Proquest Document (2013: 139144) “Employee Motivation As It Relates To Effectiveness, Efficiency, Productivity, And Performance” adalah employee motivation and performance are tied directly to the style of management that is applied and to principles of positive or negative reinforcement. Yang artinya adalah motivasi dan kinerja karyawan terikat langsung dengan gaya manajemen yang diterapkan dan prinsip penguatan positif atau negatif. 2.4 Kerangka Pemikiran Menurut Sugiyono (2013 : 89) Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel independen atau variabel bebas (X) dan variabel dependen atau variabel terikat (Y). Variabel independen atau variabel 19 bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau tumbuhnya variabel dependen (variabel terikat). Sedangkan variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2013 : 59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah Motivasi (X), sedangkan yang menjadi variabel dependennya adalah Kinerja Karyawan (Y). Motivasi (X) Hasibuan (2012) Kinerja Karyawan (Y) Mangkunegara (2007) Dimensi: • Kebutuhan fisiologis • Kebutuhan rasa aman • Kebutuhan hubungan sosial • Kebutuhan pengakuan • Kebutuhan aktualisasi diri Dimensi: • Faktor individu • Faktor kepemimpinan • Faktor kelompok • Faktor sistem • Faktor situasi Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis, 2014 2.5 Hipotesis Menurut Sugiyono (2013 : 93), Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktafakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban yang empiris dengan data. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho : Tidak ada pengaruh signifikan antara Motivasi terhadap Kinerja karyawan Balai Sidang Jakarta Convention Center. Ha : Adanya pengaruh signifikan antara Motivasi terhadap Kinerja karyawan Balai Sidang Jakarta Convention Center. 20