OMA - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otitis Media Akut (OMA) merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masa
anak-anak (Vernacchio et al, 2004). Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3
juta anak-anak mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman,
1995). Insidens tertinggi kasus OMA yang dilaporkan di Amerika Serikat adalah pada
umur 6 sampai dengan 20 bulan (Kerschner, 2007). Menurut Teele (1991) dalam
Commisso et al. (2000), 33% anak akan mengalami sekurang-kurangnya satu episode
OMA pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70% anak usia kurang dari 15 tahun pernah
mengalami satu episode OMA (Bluestone, 1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis
media menjadi penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anakanak pada usia 4 sampai dengan 5 tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain
itu, sekitar sepertiga kunjungan ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75%
kunjungan balik ke dokter adalah untuk follow-up penyakit otitis media tersebut (Teele et
al., 1989). Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa 19%
hingga 62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA dalam tahun
pertama kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalami paling sedikit satu
episode OMA ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di Amerika Serikat, insidens OMA
tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan 2 tahun, diikuti dengan anak-anak pada usia
5 tahun.
OMA rekuren juga biasa dijumpai. Penelitian menunjukkan dari 165 orang anak
yang menderita OMA, sebanyak 50% mengalami OMA rekuren dalam satu tahun.
Sebanyak 60% anak-anak pada usia 0 sampai dengan 1 tahun akan diserang sekurangkurangnya satu episode rekuren. Anak laki-laki mengalami rekurensi yang lebih
signifikan dibanding dengan anak perempuan (Onion, 1977).
Universitas Sumatera Utara
Di Finlandia Utara, dalam satu penelitian, ditemukan faktor resiko menderita OMA
meliputi anak-anak usia kurang dari 6 tahun, jenis kelamin laki-laki, kurangnya asupan
air susu ibu (ASI), lingkungan merokok, anak yang dititipkan ke penitipan anakanak, abnormalitas pertumbuhan kraniofasialis, adanya infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) yang disebabkan virus, penyakit immunodefisiensi yang mendasari dan
predisposisi genetik (Alho et al., 1996). Faktor risiko yang sama juga ditemui dalam
penelitian yang dijalankan pada anak-anak yang berumur 3 sampai dengan 8 tahun di
Greenland (Homoe et al.,1999).
Di Amerika Serikat, antibakteri paling sering dianjurkan sebagai pengobatan OMA
(American Academy of Pediatrics and America Academy of Family Physicians, 2004).
Menurut Stool (1989) yang dikutip oleh Buchman et al. (2003), efek OMA terhadap
keadaan sosioekonomis juga besar, dengan miliaran dolar dihabiskan setiap tahunnya
untuk pengobatan otitis media baik secara obat-obatan maupun bedah. Menurut Gates
(1996) dalam Buchman et al. (2003), diestimasi bahwa OMA bertanggung jawab atas
anggaran sekitar 3,15 miliar dolar setiap tahun, dimana 1,4 miliar dolar dihabiskan untuk
pengobatan kesehatan, dan 1,75 miliar dolar dihabiskan sebagai anggaran keluarga yang
berhubungan dengan penyakit.
Otitis media pada anak-anak sering kali diakibatkan oleh ISPA (Revai, 2007).
Menurut Banz (1998) dalam Mora et al. (2002), kasus ISPA rekuren yang sering terjadi
adalah rinitis, bronkitis, dan sinusitis kronik. Pada penelitian terhadap 112 orang pasien
anak-anak yang berumur 6 sampai dengan 35 bulan, didapatkan 30% mengalami OMA
dan 8% sinusitis (Revai, 2007). Di Saudi, penelitian menunjukkan 62% anak-anak
dibawah 12 tahun yang menderita OMA mempunyai riwayat ISPA (Zakzouk et al., 2002).
Kecenderungan menderita OMA pada anak-anak berhubungan dengan belum matangnya
sistem imun. Pada anak-anak, makin tinggi frekuensi serangan ISPA, makin besar risiko
terjadinya OMA. Bayi dan anak-anak mudah terkena OMA, karena anatomi tuba
Eustachius yang masih relatif pendek, lebar dan letaknya lebih horizontal (Djaafar, 2007).
Di Indonesia, dari penelitian yang dilakukan di Poli THT sub-bagian Otologi THT
RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita pada Agustus 2004 sampai dengan Februari
2005, terhadap 43 orang pasien yang didiagnosis dengan OMA, sebanyak 30,2%
Universitas Sumatera Utara
dijumpai pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun. Anak-anak yang berumur 2
sampai dengan 5 tahun adalah sebanyak 23,3%. Golongan umur 5 sampai dengan 12
tahun adalah paling tinggi yaitu 32,6%. Anak-anak yang berumur 12 sampai dengan 18
tahun adalah 4,7% dan bagi yang berumur 18 tahun ke atas adalah 9,2% (Titisari, 2005).
Pada penelitian yang sama, antara 43 orang pasien, 30,2% pasien tidak ada riwayat
demam. 62,8% pasien mempunyai riwayat demam selama satu hingga tujuh hari.
Terdapat 7,0% pasien dengan riwayat demam lapan hari hingga dua minggu. Selain itu,
antara 43 orang pasien, 62,8% pasien adalah didahului dengan riwayat ISPA kurang dari
tujuh hari. Pasien dengan riwayat ISPA tujuh hari sampai dua minggu mencapai 27,9%.
Yang lebih dari dua minggu adalah 9,3%. Dari hasil kultur, jenis kuman telinga tengah
yang dijumpai adalah Staphylococcus aureus (78,3%), Haemophilus influenzae (8,7%),
dan Streptococcus pneumonia (13,0%) (Titisari, 2005). Selain tiga jenis mikroorganisme
tersebut, Streptococcus pyogenes dan Moraxella catarrhalis juga biasa dijumpai (Mora et
al., 2002).
Dari latar belakang tersebut, penulis berminat untuk mengkaji karakteristik
penderita otitis media akut pada anak yang berobat ke Instalasi Rawat Jalan SMF THT
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009.
1.2
Rumusan Masalah
Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk
merumuskan pertanyaan penelitian yaitu bagaimana karakteristik penderita OMA pada
anak yang berobat ke Instalasi Rawat Jalan SMF THT Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum :
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian ini dapat diketahui karakteristik penderita otitis media akut (OMA)
pada anak yang berobat ke Instalasi Rawat Jalan SMF THT Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009.
1.3.2. Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita OMA pada anak berdasarkan
umur.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita OMA pada anak berdasarkan
jenis kelamin.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita OMA pada anak berdasarkan
gejala klinis.
4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita OMA pada anak berdasarkan
stadium OMA.
5. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita OMA pada anak berdasarkan
sisi telinga yang terkena OMA.
6. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita OMA pada anak berdasarkan
riwayat ISPA.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi peneliti
1. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
2. Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan statistik
kedokteran ke dalam penelitian.
3. Menerapkan ilmu kedokteran yang dimiliki dan didapat selama pendidikan di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Mengembangkan minat dan kemampuan meneliti dalam bidang penelitian.
1.4.2. Bagi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
1. Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik
Medan untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita otitis media akut di
kalangan anak.
2. Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik
Medan,
dan
bidang
pelayanan
kesehatan
masyarakat
lain,
untuk
mengoptimalkan penanganan otitis media akut pada anak.
3. Sebagai masukan bagi orang tua anak-anak penderita OMA, untuk menjalankan
konsultansi dan pengobatan awal terhadap anak-anak, supaya tidak membawa
efek samping buruk.
4. Sebagai masukan bagi penelitian lain dan bahan referensi bagi perpustakaan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
Download