Vol. 14, No. 2a, Is. 9 November 2012 DAFTAR ISI Faktor

advertisement
Vol. 14, No. 2a, Is. 9
November 2012
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Kamaruddin Dan Dine Ranette..................................................
1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Haryo Suparmun Dan Yoes Sumbaji ..........................................
17
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada
Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Kristina Dan Nurhaiyani ...........................................................
29
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Non-Keuangan
R. Purwoko Dan Sigit Susilo Broto .............................................
45
Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Penawaran
Umum Perdana Perusahaan
Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto .................................
57
Pengaruh Firm Size, Growth, Tangibility Of Assets, Profitability Dan Risk
Terhadap Struktur Modal
Steven Yap ......................................................................
73
Pengaruh Variabel-Variabel Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Non Keuangan Indonesia
Suhajar Wiyoto Dan Maria Magdalena .........................................
87
Analisis Faktor-Faktor Relevansi Nilai Laporan Keuangan Terhadap Harga
Saham Padaperusahaan Manufaktur
Syahrian .............................................................................
97
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan
Nonkeuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Wenny Dan Elizabeth Linandi ...................................................
111
Effect Of Product, Price, Place And Promotion On Purchase
Decision
Wibisono Soediono ................................................................
123
Pengaruh Kepemilikan Asing, Kepemilikan Pemerintah, Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Keluarga, Size,
Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan
Yupiter Gullo ........................................................................
137
Vol. 14, No. 2a, Is. 9
November 2012
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
Kebijakan Editorial
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI
secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan
penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis
ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis
dan akuntansi.
JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah
dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA
dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku
untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan
profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi.
Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif
terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan
hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada
JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh
Editor.
Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan
(hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA :
Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440
Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480
E-mail : [email protected]
Pedoman Penulisan Artikel
Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika
penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang
digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan
dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN
Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab
(heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang
disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold)
dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai
berikut:
PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah)
Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri)
Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri)
B. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri
empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian,
motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan
pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai
landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda
Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang
menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang
berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian
selanjutnya, serta 7) Referensi.
C. ABSTRAK
Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan
yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia).
Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda
atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi
(apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca
sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti
dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks
artikel.
D. FORMAT
1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata.
2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x
11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga
setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented
style).
3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time
new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan
gambar.
4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks.
5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas
penulis.
6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor
urut halaman.
7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau
kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika
digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas
matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan
ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya
disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun.
9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis
gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol
%.
10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan
rata marjin kanan.
E. TABEL DAN GAMBAR
1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari
hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel.
2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas
kiri tabel.
3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di
bawah gambar.
4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di
akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan
teks untuk mencantumkan tabel dan gambar.
5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal
hanya pada judul kolom dan akhir tabel.
6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi
tabel, gambar dan sumber kutipan.
F. KUTIPAN DAN REFERENSI
1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup
yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor
halaman jika dipandang perlu.
Contoh:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan
nomor halaman (Jones 1987: 115)
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman
1986)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika
tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b)
f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994).
2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber
kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi
b. Susunan setiap referensi:
1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama
jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit:
nama penerbit.
3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel.
nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan,
halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul,
skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web
dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama
surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan
tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
Contoh:
Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of
Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol.53 (November).
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for
Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997).
Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara
Daftar
Belanja.
Detikcom,
(http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/,
24
Juni 2008).
Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York:
Irwin, Mc Graw Hill Companies.
Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation.
Lexington: University of Kentucky.
Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The
Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636.
. 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate
investment intentions, The Journal of the American Taxation
Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19.
Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian
Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi
Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial.
Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics
Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 1-16
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
HUTANG PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
KAMARUDDIN dan DINE RANETTE
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the
factors which influence debt policy. Independent variables used in this
research are managerial ownership, institutional ownership, dividend,
profitability, firm growth, asset structure and business risk to debt policy.
The population used in this study are non-financial companies listed on the
Indonesia Stock Exchange (IDX) that chooses for the period of 2008 to 2010 as
the sample. Sample selection procedure carried out by implementing
purposive sampling method. Data are analyzed using multiple regression
analysis. The results show that managerial ownership, institutional
ownership, asset structure and profitability have influence toward debt
policy. Dividend, firm growth and business risk have no influence toward debt
policy.
Keywords:
Managerial Ownership, Institutional Ownership, Dividend,
Profitability, Firm Growth, Asset Structure, Business Risk, Debt
Policy.
PENDAHULUAN
Pada saat ini masyarakat
ekonomi dunia usaha sedang
menyongsong era globalisasi yang
mengarah kepada perdagangan
bebas dan iklim investasi yang
terbuka. Pesatnya perkembangan di
bidang
ekonomi
menuntut
perusahaan untuk dapat terus
bertahan dalam persaingan global
yang semakin kompetitif, serta
mampu menghasilkan keuntungan
untuk
menjamin
kelangsungan
hidup
dan
perkembangan
perusahaan di masa yang akan
datang. Perusahaan dituntut untuk
dapat
menyusun
kebijakan-
kebijakan dan membuat keputusan
yang tepat dalam berbagai bidang
kegiatan perusahaan, baik yang
bersifat jangka pendek maupun
jangka panjang sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai (Irawan
2009).
Tujuan
utama
perusahaan
adalah
meningkatkan
nilai
perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran
pemilik
atau
pemegang saham (Brigham dan
Gapenski 1999). Untuk mencapai
tujuan tersebut, pemilik modal
menyerahkan
pengelolaan
perusahaan
kepada
manajer.
Namun, seringkali pihak manajer
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
perusahaan
atau
insider
mempunyai tujuan lain yang
bertentangan dengan tujuan utama
tersebut, sehingga timbul konflik
kepentingan antara manajer dan
pemegang saham.
Konflik kepentingan antara
manajer dan pemegang saham
dapat diminimumkan dengan suatu
mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan
kepentingankepentingan yang terkait tersebut.
Pihak pemilik dapat membatasi
divergensi kepentingannya dengan
memberikan tingkat insentif yang
layak kepada manajer dan harus
bersedia
mengeluarkan
biaya
pengawasan atau monitoring cost
untuk mencegah hazard dari
manajer. Akibat dari munculnya
mekanisme pengawasan tersebut
akan menimbulkan suatu kos yang
disebut agency cost (Wahidahwati
2002).
Ada beberapa pendekatan
yang
dapat
dilakukan
untuk
mengurangi agency cost. Pertama,
dengan meningkatkan kepemilikan
dari dalam (insider ownership) atau
kepemilikan manajerial. Kedua,
dengan menggunakan kebijakan
hutang.
Ketiga,
melalui
peningkatan dividend payout ratio
atau rasio dividen terhadap laba
bersih. Keempat, dengan cara
mangaktifkan monitoring melalui
investor-investor
institusional
(Wahidahwati 2002).
Mengacu pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Indahningrum
dan handayani
(2009), penulis termotivasi untuk
menguji
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kebijakan hutang
pada perusahaan yang terdaftar di
BEI. Pada penelitian sebelumnya
terdapat enam variabel independen
yaitu
kepemilikan
manajerial,
2
November 2012
kepemilikan institusional, kebijakan
dividen, pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas, dan free cash flow.
Penulis melakukan penambahan
variabel berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Yeniatie dan
Destriana (2010) yaitu struktur aset
dan risiko bisnis .
Penelitian ini disusun dengan
urutan sebagai berikut pertama,
pendahuluan menjelaskan tentang
latar belakang penelitian, masalah
penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian. Kedua, menguraikan
pandangan yang bersifat teoritis
dan hasil penelitian terdahulu.
Ketiga, mendeskripsikan tentang
bentuk
penelitian,
obyek
penelitian, definisi operasional
variabel
dan
pengukurannya,
Keempat,
membahas
prosedur
pemilihan
sampel,
serta
pembahasan
hasil
pengujian.
Terakhir, membahas mengenai
kesimpulan hasil analisis. Selain itu
juga
adanya
keterbatasan
penelitian serta rekomendasi dan
saran untuk penelitian selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Teori agensi menyatakan
adanya hubungan antara manajer
dan pemegang saham dalam
perusahaan. Manajer tidak selalu
bertindak
demi
kepentingan
pemegang saham sehingga terjadi
konflik antara manajer perusahaan
dengan pemegang saham. Manajer
perusahaan lebih mengutamakan
kesejahteraan
para
manajer.
Sedangkan
Pemegang
saham
menginginkan
bertambahnya
kekayaan dan kemakmuran. Untuk
mengurangi
konflik
tersebut,
diperlukan mekanisme pengawasan
yang
dapat
mensejajarkan
ISSN: 1410 -9875
kepentingan-kepentingan tersebut
yang dapat dilakukan dengan cara
seperti
pengikatan
agen,
pemeriksaan laporan keuangan, dan
pembatasan terhadap pengambilan
keputusan
oleh
manajemen.
Dengan melakukan pengawasan
tersebut maka diperlukan biaya
keagenan atau sering disebut
dengan agency cost (Wahidawati
2002). Masalah agensi yang terjadi
di
suatu
perusahaan
akan
menimbulkan biaya agensi. Biaya
agensi meliputi montoring cost,
bonding cost dan
residual cost
(Godfrey et al. 2010).
Menurut Jensen dan Meckling
(1976) dalam Indahningrum dan
Handayani (2009), menyatakan
bahwa agency problem akan terjadi
bila proporsi kepemilikan manajer
atas saham perusahaan kurang dari
100% sehingga manajer cenderung
bertindak
untuk
mengejar
kepetingan dirinya dan sudah tidak
berdasarkan maksimalisasi nilai
dalam pengambilan keputusan dan
pendanaan.
Kondisi
tersebut
merupakan
konsekuensi
dari
pemisahaan
fungsi
pengelola
dengan
fungsi
kepemilikan,
manajemen
tidak
menanggung
resiko
atas
kesalahan
dalam
mengambil
keputusan,
resiko
tersebut sepenuhnya ditanggung
pemegang saham. Oleh karena itu
manajemen cenderung melakukan
pengeluaran
yang
bersifat
konsumtif dan tidak produktif untuk
kepentingan pribadinya, seperti
peningkatan gaji dan status.
Pecking Order Theory
Teori ini pertama kali
dikenalkan oleh Donaldson pada
tahun 1961. Pecking order theory
mengatakan bahwa perusahaan
lebih
cenderung
memilih
Kamaruddin Dan Dine Ranette
pendanaan yang berasal dari
internal
perusahaan
(internal
financing) yang bersumber dari
aliran kas, laba ditahan, dan
depresiasi daripada yang berasal
dari
eksternal
perusahaan
(eksternal financing). Penggunaan
dana internal lebih didahulukan
dibandingkan dengan penggunaan
dana
yang
bersumber
dari
eksternal.
Penggunaan
sumber
pendanaan
eksternal
oleh
perusahaan
dilakukan
apabila
pendanaan sumber internal tidak
mencukupi. Dalam pecking order
theory manajer konsisten dengan
tujuan utama perusahaan yaitu
memakmurkan kekayaan pemegang
saham
(Indahningrum
dan
Handayani 2009).
Kebijakan Hutang
Hutang adalah instrumen
yang sangat sensitif terhadap
perubahaan
nilai
perusahaan.
Semakin tinggi proporsi hutang
maka akan semakin tinggi harga
saham, namun pada titik tertentu
peningkatan
hutang
akan
menurunkan
nilai
perusahaan
karena rnanfaat yang diperoleh dari
penggunaan hutang lebih kecil
daripada biaya yang ditimbulkannya
(Diana dan Irianto 2008).
Kebijakan hutang adalah
kebijakan
yang
diambil
oleh
perusahaan
dalam
rangka
memperoleh dana yang berasal dari
pihak eksternal. Kebijakan hutang
dapat mengurangi agency cost.
Hutang dapat digunakan untuk
mengawasi dan mengendalikan
perilaku manajemen yang dapat
merugikan pemegang saham.
Penggunaan pendanaan yang
berasal
dari
hutang
juga
mempunyai
kelebihan
dan
kekurangan.
Beberapa
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
keuntunganya adalah: (1) Biaya
bunga mengurangi beban pajak; (2)
Bondholder hanya mendapat bunga
yang
relatif
tetap,
sehingga
kelebihan keuntungan merupakan
klaim bagi pemilik perusahaan (3)
Bondholder tidak mempunyai hak
suara sehingga pemilik dapat
mengendalikan perusahaan dengan
dana yang lebih kecil. sedangkan
beberapa kekuranganya adalah (1)
Hutang
yang
semakin
tinggi
meningkatkan
resiko
technical
insolvency dan (2) bila bisnis
perusahaan
tidak
bagus,
pendapatan operasi menjadi rendah
dan tidak cukup untuk menutup
biaya bunga sehingga kekayaan
pemilik
menjadi
berkurang
(Wihananto 2009)
Kepemilikan
Manajerial
dan
Kebijakan Hutang
Kepemilikan
Manajerial adalah pemegang saham
yang berasal dari pihak manajemen
yang secara aktif ikut dalam
pengambilan
keputusan
perusahaan.
Kepemilikan
manajerial dapat mempengaruhi
keputusan pencarian dana apakah
melalui hutang atau right issue.
Jika pendanaan diperoleh melalui
hutang
berarti
rasio
hutang
terhadap equity akan meningkat
sehingga
akhirnya
akan
meningkatkan rasio (Wahidahwati
2002).
Kepemilikan
manajerial
(insider) atas sekuritas perusahaan
dapat menyamakan kepetingan
insider dengan pihak ekstern dan
akan mengurangi peranan hutang
sebagai
mekanisme
untuk
meminimumkan
agency
cost.
Semakin meningkatnya kepemilikan
oleh insider, akan menyebabkan
insider semakin berhati-hati dalam
4
November 2012
menggunakan
hutang
dan
menghindari perilaku opportunistik
karena
mereka
cenderung
menggunakan hutang yang rendah
(Faisal 2000 dalam Indahningrum
dan Handayani 2009).
Dari penjelasan diatas maka
hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Kepemilikan
manajerial
Ha1
berpengaruh
positif
terhadap
kebijakan hutang.
Kepemilikan
Institusional
dan
Kebijakan Hutang
Kepemilikan
institusional
menunjukkan persentase saham
yang
dimiliki
oleh
pihak
institusional pada akhir tahun.
Semakin
tinggi
kepemilikan
institusional perusahaan maka akan
semakin
kecil
hutang
yang
digunakan
untuk
mendanai
perusahaan. Hal ini disebabkan
karena
timbulnya
suatu
pengawasan oleh institusi lain
seperti bank dan asuransi terhadap
kinerja
perusahaan.
Apabila
perusahaan menggunakan hutang
dalam jumlah yang besar untuk
mendanai proyek yang berisiko
tinggi mempunyai kemungkinan
kegagalan, maka pemegang saham
institusional
tersebut
dapat
langsung menjual saham yang
dimilikinya (Yeniatie dan Destriana
2010).
Dari penjelasan diatas maka
hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Kepemilikan
institusional
Ha2
berpengaruh
negatif
terhadap
kebijakan hutang.
Dividen dan Kebijakan Hutang
Dividen dapat berbentuk
dividen kas ataupun dividen saham,
merupakan laba bersih perusahaan
ISSN: 1410 -9875
yang
didistribusikan
kepada
pemegang saham atas persetujuan
Rapat Umum Pemegang Saham
(Darmaji dan Fakhruddin 2001
dalam Amirya dan Atmini 2008).
Bagi investor atau pemegang
saham, dividen merupakan salah
satu
keuntungan
yang
akan
diperolehnya selain keuntungan lain
yang berupa capital gain. Secara
umum dividen dapat diartikan
sebagai bagian yang dibagikan oleh
emiten
kepada
masing-masing
pemegang
saham.
Kebijakan
dividen ini akan memiliki pengaruh
terhadap
tingkat
penggunaan
hutang
suatu
perusahaan.
Kebijakan dividen yang stabil
menyebabkan adanya keharusan
bagi
perusahaan
untuk
menyediakan sejumlah dana guna
membayar jumlah dividen yang
tetap tersebut (Murni dan Andriana
2007). Dari penjelasan diatas maka
hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha3 Kebijakan dividen berpengaruh
positif terhadap kebijakan hutang.
Pertumbuhan Perusahaan dan
Kebijakan Hutang
Tingkat pertumbuhan yang
semakin cepat mengidentifikasikan
bahwa
perusahaan
sedang
mengalami
ekspansi.
Hal
ini
menyebabkan timbulnya kebutuhan
dana yang besar. Untuk itu,
perusahaan menggunakan berbagai
cara untuk memenuhi kebutuhan
dana
tersebut
(Yeniatie
dan
Destriana 2010). Dari penjelasan
diatas maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan
perusahaan
Ha4
berpengaruh
positif
terhadap
kebijakan hutang
Kamaruddin Dan Dine Ranette
Profitabilitas
dan
Kebijakan
Hutang
Profitabilitas adalah ukuran
keefektifan
manajemen
dalam
menghasilkan laba dengan aset
yang
tersedia.
Profitabilitas
merupakan
hubungan
antara
pendapatan
dan
biaya
yang
dihasilkan dari penggunaan aset
dalam aktivitas produksi. Semakin
tinggi
profit
yang
diperoleh
perusahaan maka semakin kecil
penggunaan hutang yang digunakan
dalam
pendanaan
perusahaan
(Gitman 2012). Selain itu sesuai
dengan pecking order theory,
perusahaan pertama kali akan
menggunakan
pendanaan
dari
sumber internal seperti laba
ditahan.
Setelah
itu
baru
menggunakan pendanaan eksternal
seperti hutang. Dari penjelasan
diatas maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Profitabilitas
berpengaruh
Ha5
negatif terhadap kebijakan hutang.
Struktur Aset dan Kebijakan
Hutang
Struktur aset berhubungan
dengan kekayaan perusahaan yang
dapat dijadikan jaminan yang lebih
fleksibel
akan
cenderung
menggunakan hutang lebih besar
daripada perusahaan yang struktur
aktivanya tidak fleksibel (Yeniatie
dan Destriana 2010). Perusahaan
yang memiliki aktiva yang bisa
diserahkan
sebagai
jaminan
pinjaman, cenderung menggunakan
hutang dalam jumlah yang besar
(Weston et al. 1986). Dari
penjelasan diatas maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha6 Struktur aset berpengaruh
positif terhadap kebijakan hutang.
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Risiko Bisnis dan Kebijakan
Hutang
Risiko merupakan ukuran
ketidakpastian pengembalian yang
akan diperoleh dari suatu investasi.
Tingkat risiko bisnis harus menjadi
perhatian badan usaha dalam
membentuk struktur modalnya.
Perusahaan yang memiliki risiko
bisnis yang tinggi tentunya akan
menghindari penggunaan hutang
November 2012
dalam mendanai perusahaan karena
dengan menggunakan hutang risiko
likuiditas perusahaan akan semakin
meningkat (Gitman 2012). Dari
penjelasan diatas maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha7 Risiko bisnis berpengaruh
negatif terhadap kebijakan hutang.
Berikut model penelitian:
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Dividen
Kebijakan Hutang
Pertumbuhan Perusahaan
Profitabilitas
Struktur aset
Risiko Bisnis
Gambar 1 Model Penelitian
6
ISSN: 1410 -9875
Kamaruddin Dan Dine Ranette
METODA PENELITIAN
Metoda pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling. Di bawah ini merupakan hasil dari proses pemilihan sampel:
Tabel 1 Pemilihan Sampel Penelitian
Jumlah
Kriteria Sampel
Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI periode 2008 326
– 2010
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir 31 (5)
Desember
Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan dalam (21)
mata uang rupiah
Perusahaan yang memiliki operating income negatif selama (86)
periode penelitian
Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan institusional (2)
secara konsisten selama periode penelitian
Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten (128)
selama periode penelitian
Perusahaan yang tidak memiliki hutang jangka panjang
(32)
Perusahaan yang menjadi sampel
52
Total data penelitian
156
Sumber: data yang dikumpulkan
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Kebijakan hutang (DEBT)
menggambarkan
total
hutang
jangka panjang yang dimiliki
perusahaan
untuk
membiayai
kegiatan operasionalnya. Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio (Yeniatie dan Destriana
2010):
Hutang Jangka Panjang
DEBT =
Hutang Jangka Panjang + Ekuitas
Kepemilikan
manajerial
(INSD)
merupakan
besarnya
kepemilikan
manajemen
yang
secara
aktif
ikut
dalam
pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris). Dalam
penelitian
ini
kepemilikan
manajerial merupakan variabel
dummy yang diwakili dengan angka
0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan
perusahaan yang tidak memiliki
kepemilikan manajerial dan nilai 1
menunjukkan
perusahaan
yang
memiliki kepemilikan manajerial.
Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala nominal (Yeniatie dan
Destriana 2010).
Kepemilikan
institusional
(INST) menunjukkan persentase
saham yang dimiliki oleh pihak
institusional pada akhir tahun.
Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala rasio (Yeniatie dan
Destriana 2010):
Jumlah Saham yang dimiliki Institusional
INST =
Jumlah Saham yang Beredar
Dividen (DIVD) Secara umum
dividen dapat diartikan sebagai
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
bagian yang dibagikan oleh emiten
kepada masing-masing pemegang
saham. Variabel ini merupakan
rasio pembayaran dividen terhadap
earnings after tax (Dividen payout
ratio).
Pembayaran
dividen
dirumuskan dengan skala rasio
sebagai berikut (Indahningrum dan
Handayani 2009) :
Dividen
DIVD =
Laba bersih setelah pajak
Pertumbuhan perusahaan
(GROWTH)
adalah
tingkat
perubahan total aset dari tahun ke
tahun. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio
(Yeniatie dan Destriana 2010):
Total Aktiva Akhir Tahun
GROWTH =
Total Aktiva Awal Tahun
Profitabilitas
(PROF)
Profitabilitas (PROF) merupakan
kemampuan perusahaan
untuk
menghasilkan laba pada masa yang
akan
datang.
Profitabilitas
dirumuskan dengan skala rasio
sebagai berikut (Indahningrum dan
Handayani 2009) :
Operating Income
PROF =
Total Asset
Struktur
aset
(AST)
merupakan komposisi jumlah aktiva
tetap
yang
dimiliki
oleh
perusahaan. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio
(Yeniatie dan Destriana 2010):
Aktiva Tetap
AST =
Total Aktiva
8
November 2012
Risiko
bisnis
(RISK)
merupakan
indikator
ketidakstabilan harga saham dan
return yang diterima pemegang
saham. Risiko bisnis dihitung
sebagai standar deviasi return
saham secara bulanan selama satu
tahun. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio
(Yeniatie dan Destriana 2010):
Riskit = STD Returnit
Pi,i – Pi,t-1
Returnit =
Pi,t-1
Keterangan
Pi,i: Closing Price Bulanan
Pi,t-1:
Closing
Price
Sebelumnya
Bulan
Metoda Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan uji
regresi
berganda
(multiple
regression). Persamaan regresi dari
hipotesis tersebut sebagai berikut:
DEBT = a + b1(INSD) + b2(INST) +
b3(DIVD) +
b4(GROW) +
b5(PROF) +
b6(AST) +
b7(RISK) + e
Keterangan
DEBT : Kebijakan hutang
a
: Konstanta
: Koefisien regresi
b1-8
INSD
: Kepemilikan manajerial
INST
: Kepemilikan institusional
DIVD
: Kebijakan dividen
GROW : Pertumbuhan perusahaan
PROF : Profitabilitas
AST
: Struktur aset
RISK
: Risiko bisnis
e
: error term
ISSN: 1410 -9875
Kamaruddin Dan Dine Ranette
HASIL PENELITIAN
untuk
gambaran data penelitian dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Hasil dari statistik deskriptif
menjelaskan
mengenai
Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif
INSD
INST
DIV
GROW
PROF
AST
RISK
DEBT
N
156
156
156
156
156
156
156
156
Minimum
0
0,0512
0,0027
0,4941
0,0016
0,0092
0,0317
0,0001
Maximum
1
0,9818
1,3131
3,6481
0,6474
0,8711
0,7243
0,7154
Mean
0,49
0,656223
0,351525
1,185545
0,146733
0,316719
0,149344
0,199599
Std.
Deviation
0,502
0,2183192
0,2164955
0,2996670
0,0962807
0,2091616
0,0919953
0,1651971
Sumber: Pengolahan data SPSS 15
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Manajerial (INSD)
Frequency Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Tidak Ada
79
50,6
50,6
50,6
Ada
77
49,4
49,4
100,0
Total
156
100,0
100,0
Sumber: Pengolahan data SPSS 15
Hasil dari pengujian normalitas residual dengan uji kolmogorov smirnov
dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Residual
Keterangan
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,193
Data berdistribusi normal
Sumber: pengolahan data SPSS 15
Hasil pengujian normalitas
residual menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov yang dapat
dilihat pada tabel 4 menunjukkan
nilai asymp. sig. (2-tailed) lebih
besar dari 0,05 sehingga data
berdistribusi normal
Hasil Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji asumsi
dilakukan
dengan
multikolinearitas,
heteroskedastisitas
dan
autokorelasi berikut ini:
klasik
uji
uji
uji
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Variabel
INSD
INST
DIV
GROW
PROF
AST
RISK
November 2012
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas
Tolerance
VIF
Keterangan
Tidak terjadi
0, 882
1,133
multikolinearitas
Tidak terjadi
0,923
1,084
multikolinearitas
Tidak terjadi
0,843
1,187
multikolinearitas
Tidak terjadi
0,933
1,072
multikolinearitas
Tidak terjadi
0,835
1,198
multikolinearitas
Tidak terjadi
0,889
1,124
multikolinearitas
Tidak terjadi
0,805
1,243
multikolinearitas
Sumber: pengolahan data SPSS 15
Tabel 5 menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan manajerial
(INSD), kepemilikan institusional
(INST), dividen (DIV), pertumbuhan
perusahaan (GROW), profitabilitas
(PROF), struktur aset (AST) dan
risiko bisnis (RISK) memiliki nilai
tolerance lebih besar dari 0,1 dan
nilai variance inflation factor (VIF)
dibawah 10. Hal ini berarti tidak
terjadi korelasi antar variabel
independen atau tidak terjadi
multikolinearitas.
Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel
Sig
Keterangan
INSD
0,808
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
INST
0,638
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
DIV
0,535
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
GROW
0,738
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
PROF
0,283
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
AST
0,536
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
RISK
0,356
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Sumber: pengolahan data SPSS 15
Pada tabel 6 bisa dilihat
bahwa
variabel
kepemilikan
manajerial (INSD), kepemilikan
institusional (INST), dividen (DIV),
10
pertumbuhan perusahaan (GROW),
profitabilitas (PROF), struktur aset
(AST) dan risiko bisnis (RISK)
memiliki sig lebih besar dari 0,05
ISSN: 1410 -9875
Kamaruddin Dan Dine Ranette
yang
berarti
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
Hal
ini
menjelaskan
bahwa
adanya
kesamaan varians pada variabelvariabel tersebut.
Model
Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi
Sig
Keterangan
1 RES_2
0,832
Tidak
autokorelasi
terjadi
Sumber: pengolahan data SPSS 15
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa
nilai sig res_2 adalah sebesar 0,832
lebih besar dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat autokorelasi dalam model
regresi pada penelitian ini.
Hasil Uji Hipotesis
Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R)
R
Model
1
0,487
Sumber: pengolahan data SPSS 15
Pada tabel 8 dapat dilihat nilai
koefisien korelasi (R) sebesar
0,487. Nilai R kurang dari 0,5
menunjukkan hubungan yang lemah
antara variabel kebijakan hutang
(DEBT) sebagai variabel dependen
dengan variabel independen yang
terdiri dari kepemilikan manajerial
(INSD), kepemilikan institusional
(INST), dividen (DIV), pertumbuhan
perusahaan (GROW), profitabilitas
(PROF), struktur aset (AST) dan
risiko bisnis (RISK)
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-square)
Adjusted R-square
Model
1
0,201
Sumber: pengolahan data SPSS 15
Tabel 9 menunjukkan nilai
adjusted R-square sebesar 0,201
yang
berarti
variasi
variabel
dependen
yaitu
kebijakan
kebijakan hutang (DEBT) dapat
dijelaskan
oleh
variabel
independen kepemilikan manajerial
(INSD), kepemilikan institusional
(INST), dividen (DIV), pertumbuhan
Tabel 10 Hasil Uji F
Model
1
F
6,584
perusahaan (GROW), profitabilitas
(PROF), struktur aset (AST) dan
risiko bisnis (RISK) sebesar 20,1%,
sedangkan sisanya sebesar 79,9%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain
yang dianggap tetap dan tidak
dimasukkan ke dalam model
penelitian ini.
Sig
0,000
Sumber: pengolahan data SPSS 15
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Tabel 10 menunjukkan nilai
sig 0,000. Nilai sig lebih kecil dari
0,05 yang berarti model fit. Hal ini
Variabel
INSD
INST
DIV
GROW
PROF
AST
RISK
November 2012
menunjukkan bahwa data layak
untuk digunakan dalam penelitian.
Tabel 11 Hasil
B
Sig
0.059
0.021
-0.158
0.006
-0.015
0.803
0.068
0.100
-0.498
0.000
0.224
0.000
0.056
0.695
Uji t
Keterangan
Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak berpengaruh
Sumber: pengolahan data SPSS 15
Persamaan regresi untuk variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
DEBT = 0,193 + 0.059INSD – 0,158INST – 0,015DIV + 0,068GROW –0,498PROF
+ 0,224AST + 0,056RISK + e
Berdasarkan tabel 11 dapat
disimpulkan
bahwa
Variabel
kepemilikan
manajerial
(INSD)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,021. Nilai signifikansi yang lebih
kecil dari 0,05 menunjukkan adanya
pengaruh dari variabel kepemilikan
manajerial terhadap kebijakan
hutang, yang berarti Ha1 diterima.
Semakin
tinggi
kepemilikan
manajerial maka akan semakin
tinggi hutang, hal ini dikarenakan
adanya kontrol yang baik dari
manajerial
sebagai
pemegang
saham untuk dapat melakukan
investasi dengan lebih baik.
Variabel
kepemilikan
institusional (INST) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,006. Nilai
signifikansi yang lebih kecil dari
0,05 menunjukkan adanya pengaruh
dari
variabel
kepemilikan
institusional terhadap kebijakan
hutang, yang berarti Ha2 diterima.
Semakin
tinggi
kepemilikan
institusional
maka
akan
menurunkan menurunkan hutang.
Hal ini menunjukkan dengan adanya
12
kepemilikan institusional dapat
meningkatkan pengawasan yang
yang optimal sehingga pihak
manajemen
dapat
berhati-hati
dalam
pengambilan
keputusan
pendanaan melalui hutang.
Variabel
dividen
(DIV)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,803. Nilai signifikansi yang lebih
besar dari 0,05 menunjukkan tidak
adanya pengaruh dari variabel
kebijakan
dividen
terhadap
kebijakan hutang, yang berarti Ha3
tidak dapat diterima. Kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap
kebijakan
hutang
karena
perusahaan melakukan pembayaran
dividen tidak dipengaruhi oleh
besar kecilnya hutang perusahaan,
kenaikan
hutang
dapat
meningkatkan
kemampuan
perusahaan
membayar
dividen
selama penggunaan hutang harus
selalu diiringi dengan peningkatan
laba perusahaan.
Variabel
pertumbuhan
perusahaan (GROW) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,100. Nilai
ISSN: 1410 -9875
signifikansi yang lebih besar dari
0,05 menunjukkan tidak adanya
pengaruh
dari
variabel
pertumbuhan perusahaan terhadap
kebijakan hutang sehingga Ha4
tidak dapat diterima. tidak semua
Perusahaan yang pertumbuhannya
tinggi menggunakan hutang, karena
perusahaan
lebih
memilih
menggunakan dana internal untuk
menjalankan kegiatan usahanya.
Variabel profitabilitas (PROF)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000. Nilai signifikansi yang lebih
kecil dari 0,05 menunjukkan adanya
pengaruh
dari
variable
profitabilitas terhadap kebijakan
hutang sehingga Ha5 diterima.
Perusahaan
yang
memiliki
profitabilias
tinggi
akan
menghasilkan dana yang yang
banyak bagi perusahaan sehingga
dapat menutup kewajiban ataupun
pendanaan.
sehingga
dapat
berkuranganya tingkat hutang pada
perusahaan. Hal ini juga sesuai
dengan pecking order theory yang
menyatakan
pertama
kali
perusahaan
akan
memilih
pendanaan internal seperti laba
ditahan, selanjutnya baru mencari
pendanaan dari ekternal seperti
hutang dan penerbitan saham.
Variabel struktur aset (AST)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000. Nilai signifikansi yang lebih
kecil dari 0,05 menunjukkan adanya
pengaruh dari variable struktur aset
terhadap kebijakan hutang, yang
berarti Ha6 diterima. Perusahaan
yang mimiliki aset dalam jumlah
yang banyak dapat mempermudah
perusahaan
dalam mendapatkan
hutang, hal ini dikarenakan aset
tersebut harus dijadikan sebagai
jaminan untuk memperoleh hutang
dari kreditur.
Kamaruddin Dan Dine Ranette
Variabel risiko bisnis (RISK)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,695. Nilai signifikansi yang lebih
besar dari 0,05 menunjukkan tidak
adanya pengaruh dari variabel
risiko bisnis terhadap kebijakan
hutang sehingga Ha7 tidak dapat
diterima. Hal ini disebabkan risiko
bisnis perusahaan merupakan suatu
keadaan yang sulit untuk diukur
atau ditentukan secara pasti.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian,
maka diperoleh kesimpulan bahwa
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif
terhadap
kebijakan hutang. Kepemilikan
institusional berpengaruh negatif
terhadap kebijakan hutang. Dividen
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan hutang. Pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hutang.
Profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap
kebijakan
hutang.
Struktur aset berpengaruh positif
terhadap kebijakan hutang. Risiko
bisnis tidak berpengaruh terhadap
kebijakan
hutang.
Ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Keterbatasan
dalam
penelitian ini adalah periode
penelitian hanya tiga periode,
sehingga dirasakan terlalu singkat.
Penelitian ini hanya menggunakan
delapan
variabel
independen,
padahal masih banyak variabel yang
terkait terhadap kebijakan hutang.
Rekomendasi
untuk
penelitian
selanjutnya
adalah
menambah periode penelitian,
sehingga dapat memberikan hasil
yang lebih berpengaruh antara
variabel
independen
terhadap
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
kebijakan
hutang.
Penelitian
selanjutnya dapat menambahkan
November 2012
variabel lainnya seperti ukuran
perusahaan dan nilai perusahaan..
REFERENSI
Amirya, Mirna dan Sari Atmini. 2008. Determinan Tingkat hutang sert
Hubungan
Tingkat Hutang terhadap Nilai perusahaan: Persepektif Pecking
Order Theory. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5, No.2.
Brigham, E. F., Louis C. Gapenski,. dan Michael C. Ehrhardt., 1999, Financial
Management, Ninth Edition, New York: The Dryden Press
Diana, Devi Nurvida Avri dan Gugus Irianto. 2008. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Sebaran Kepemilikan
terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Ditinjau dari Teori Keagenan.
Emisi Vol. 1, No. 1, April, Hlm. 1 – 16.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence. 2010. Principle of Managerial Finance, (Thirteenth
Edition). Boston: Pearson Education. Inc.
Godfrey, at al. 2010. Accounting Theory 7th Edition. Australia: John Willey.
Gujarati, Damonar N. 2003. Basic Econometrics, (fourth edition). USA:
McGraw-Hill.
Harjito, D. Agus dan Nurfauziah. 2006. Hubungan Kebijakan Hutang, Insider
Ownership dan Kebijakan Dividen dalam Mekanisme Pengawasan
Masalah Agensi di Indonesia. JAAI Vol. 10, No. 2, Desember, Hlm. 121 –
136.
Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Dividen,
Pertumbuhan
Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 3,
Desember, Hlm. 189 – 207.
Indrawati, Titik dan Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure pada
Perisahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000 – 2004.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 3, No. 1, Januari – Juni,
Hlm. 77 – 105.
Irawan, Arry. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan
hutang dan Dampaknya pada Economic Value Added Perusahaan. Jurnal
14
ISSN: 1410 -9875
Kamaruddin Dan Dine Ranette
Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 1, No. 2, November,
Hlm. 233 – 248.
Kahar, Soleman H. Abdul. 2008. Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan
Pendanaan dan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 12, No. 3,
September, Hlm. 399 – 410.
Larasari, Eva. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, kepemilikan
Institusional dan kebijakan dividen terhadap kebijakan Hutang
Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis, TH. 16, No. 2, Juli.
Michael dan Liliana Inggrit Wijaya. 2010. Pengaruh Risiko, Profitabilitas,
Pertumbuhan Aset, dan Aset Tetap Terhadap Kebijakan Dividen dan
Kebijakan Utang. Manajemen & Bisnis, September, Vol. 9, No. 2, Hlm.
202 – 214.
Moh’d et al. 1998. The Impact of Ownership Structure On Corporate Debt
Policy: a Time-Series Cross-Sectional Analysis. The Financial Review,
August, Page: 85 – 98.
Murni, Sri dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institutional
Investor, Dividend Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 7, No. 1, Pebruari,
Hlm. 15 – 24.
Puryandani, Siti. 2011. Perbedaan kebijakan Hutang dari Sudut Pandang
Managerial Ownership dan Free Agent. Dinamika Sosial Ekonomi Vol. 7,
No. 2, Edisi November.
Soesetio, Yuli. 2008. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan
Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas
Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan,
September, Vol. 12, No. 3, Hlm. 384 – 398.
Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Desember, Vol.
13, No.3, Hlm. 163 – 181.
Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen,
Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistematik, Set Peluang Investasi dan
Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 3,
Desember, Hlm. 195 – 210.
Susilawati, R. Anastasia Endang. 2010. Analisis Free Cash Flow dan
Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan
Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi Modernisasi Vol. 6, No. 2, Juni.
Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1,
Januari, Hlm. 1 – 16.
Weston, J. Fred dan Brigham Eugene F.. 1986. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Jilid 2 Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Wihananto. 2009. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan Manufaktur Publik. Kajian Akuntansi Volume 4, No. 1, Juni,
Hlm. 40 – 52.
Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No. 1, April,
Hlm. 1 – 16.
16
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
ISSN: 1410 - 9875
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 17-28
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
HARYO SUPARMUN dan YOES SUMBAJI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to analyzed the factors that
influencing the capital structure of the manufacturing companies.The
variables tested are profitability, company’s size, liquidity rate, bussines
risk, managerial ownership, growth opportunity, asset structure, times
interest earned, asset growth. The sample of this research are listed
manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange for the period 2008
until 2010. 179 sample selected from purposive sampling method. The
analysis of data method in this research is using multiple regressions. The
result of this research indicates that companies company’s size, liquidity
rate, managerial ownership, asset structure and times interest earned have
significant influence to capital structure. Meanwhile significant to
profitability, bussines risk, growth opportunity and asset growth have no
influence capital structure.
Keywords :Capital Structure, Profitability, Company’s Size, Liquidity Rate,
Bussines Risk, Manajerial Ownership, Growth Opportunity, Asset
Structure, Times Interes Earned and Asset Growth.
PENDAHULUAN
Di era globalisasi persaingan
antar perusahan semakin ketat.
Untuk menghadapi persaingan ini,
setiap perusahaan dituntut untuk
lebih meningkatkan efisiensi dan
efektivitas
dalam
melakukan
kegiatan usahanya agar dapat tetap
eksis dan berkembang di masa
mendatang. Selain itu, manajemen
perusahaan
juga
harus
meningkatkan nilai perusahaan
dengan
memaksimalkan
kesejahteraan
pemilik
atau
pemegang saham. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka seorang
manager
dalam
mengambil
keputusan, terutama keputusan
pendanaan haruslah tepat.
Keputusan
pendanaan
keuangan perusahaan akan sangat
menentukan
kemampuan
perusahaan
dalam
melakukan
aktivitas operasinya dan juga akan
berpengaruh
terhadap
risiko
perusahaan itu sendiri. Pada saat
itu seorang manager keuangan
dalam membuat keputusan perlu
mempertimbangkan
komposisi
modal
yang
optimal
dimana
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
pertimbangan
tersebut
akan
menghasilkan sebuah keputusan
struktur modal atau keputusan
pendanaan.
Penentuan proporsi hutang
dan modal dalam penggunaanya
sebagai sumber dana perusahaan
berkaitan erat dengan istilah
struktur modal. Struktur modal
yang optimal adalah suatu kondisi
dimana sebuah perusahaan dapat
menggunakan kombinasi hutang dan
ekuitas
secara
ideal
yaitu
menyeimbangkan nilai perusahaan
dan biaya atas struktur modalnya.
Dimana dana yang tersedia dalam
struktur modal tersebut akan
digunakan
untuk
mendanai
investasi
perusahaan
dalam
meningkatkan nilai perusahaan.
Tingkat profitabilitas dapat
menunjukan
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar
hutang
jangka
panjang
dan
bunganya. Besar kecil perusahaan
dapat
dilihat
dari
ukuran
perusahaan.
Penentuan
besar
kecilnya skala perusahaan dapat
ditentukan
berdasarkan
total
penjualan, total aktiva, rata-rata
tingkat penjualan, dan rata-rata
total aktiva (Seftianne, 2011).
Menurut Pecking Order Theory
dalam Seftianne (2011) perusahaan
yang mempunyai tingkat likuiditas
yang tinggi akan cenderung tidak
menggunakan pembiayaan dari
hutang.
Hal
ini
disebabkan
perusahaan
dengan
tingkat
likuiditas tinggi mempunyai dana
internal yang besar, sehingga
perusahaan tersebut akan lebih
menggunakan dana internalnya
terlebih dahulu untuk membiayai
investasinya sebelum menggunakan
pembiayaan
eksternal
melalui
hutang.
18
November 2012
Kemampuan
perusahaan
dalam
membayar
bunga
pinjamannya dapat mempengaruhi
kepercayaan kreditur terhadap
perusahaan
sedangkan
pertumbuhan aktiva perusahaan
menjadi salah satu indikator dalam
penilaian
perusahaan
dalam
membayar hutang-hutangnya dan
kemudahan
perusahan
untuk
memperoleh pendanaan internal.
Dari uraian di atas, tampak bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal masih merupakan
hal yang menarik untuk diuji lebih
lanjut. Hal inilah yang kemudian
menjadi motivasi peneliti untuk
melakukan penelitian ini kembali.
Tujuan
penelitian
ini
untuk
memperoleh
bukti
empiris
mengenai pengaruh profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
tingkat
likuiditas,
risiko
bisnis,
kepemilikian managerial, growth
opportunity, struktur aktiva, times
interest
earned,
pertumbuhan
aktiva terhadap struktur modal.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Struktur Modal
Struktur modal merupakan
kombinasi antara modal sendiri dan
hutang perusahaan. Modal sendiri
berasal dari common stock, paid in
capital, retained earning, dan
dikurangi treasury stock. Modal
sendiri juga dapat berupa external
equity yaitu apabila perusahaan
menjual sebagian saham kepada
investor.
Hutang
perusahaan
berasal dari hutang kepada kreditur
maupun
penerbitan
obligasi
perusahaan.
Beragam macam sumber
pendanaan perusahaan menuntut
manager keuangan agar dapat
memenuhi
keputusan
sumber
ISSN: 1410 -9875
pendanaan
tersebut.
Sumber
pendanaan mempunyai konsekuensi
dan karakteristik keuangan yang
berbeda
terhadap
perusahan.
Menurut Riyanto (2001:22) dalam
Supeno (2009) mengatakan bahwa
struktur modal merupakan bagian
dari struktur keuangan karena
didalam
struktur
keuangan
tercermin
keseluruhan
pasiva
dalam neraca yaitu keseluruhan
modal asing (baik jangka pendek
maupun jangka panjang) dan
jumlah modal sendiri.
Menurut Mahmud et al.
(2009)
struktur modal dapat
diklasifikasikan ke dalam hutang
jangka panjang dan ekuitas.
Dimana pembayaran hutang bunga
dapat mengurangi pajak sedangkan
pembagian dividen tidak dapat
mengurangi
pajak,
keadaan
tersebut menyebabkan perusahan
dapat menggunakan hutangnya
secara
maksimum.
Sedangkan
menurut Subramanayam dan Wild
(2009,
263)
struktur
modal
merupakan pendanaan ekuitas dan
hutang pada suatu perusahaan yang
sering dihitung berdasarkan besaran
relative
berbagai
sumber
pendanaan.
Pecking Order Theory
Menurut Myers (1984) dalam
Seftianne (2011), pecking order
theory
menyatakan
bahwa
perusahaan dengan profitabiltas
yang tinggi justru hutangnya rendah
dikarenakan
perusahaan
yang
profitabilitasnya tinggi memiliki
sumber
dana
internal
yang
melimpah. Hal ini sejalan dengan
pernyataan
Seftianne
(2011)
menyatakan bahwa dana internal
lebih disukai dari dana eksternal
karena
dana
internal
memungkinkan perusahaan untuk
Haryo Suparmun dan Yoes Sumbaji
tidak membuka diri lagi dari
sorotan
luar.
Kalau
bisa
memperoleh sumber dana yang
diperlukan
tampa
memperoleh
sorotan dan publisitas publik
sebagai akibat penerbitan saham
baru.
Dikarenakan
ketika
perusahaan
mengeluarkan
penawaran
saham
perdana
tentunya akan diimbangi biaya–
biaya yang tidak murah, dalam hal
ini perusahaan harus membayar
biaya emisi yang cukup besar. Hal
tersebut menyebabkan perusahaan
akan
cenderung
menggunakan
sumber pendanaan internal yaitu
dari laba ditahan terlebih dahulu
dari pada eksternal dalam aktivitas
pendanaan.
Asymmetric Information Theory
Menurut Brealey dan Myers
(2003:511) dalam Firnanti (2011)
mengemukakan bahwa manager
mempunyai pengetahuan yang lebih
luas daripada investor. Dimana
manager perusahaan mempunyai
informasi lebih banyak mengenai
prospek dan risiko yang dihadapi
perusahaan.
Keadaan
tersebut
memungkinkan
manager
menggunakan
informasi
yang
diketahuinya untuk mengambil
keputusan, khususnya keputusan
pendanaan perusahaan (Firnanti,
2011).
Dalam
Asymmetric
Information
Theory
dijelaskan
bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
lebih
tertutup
atau
terbukanya
perusahaan
untuk
membagi
informasi
kepada
pihak
luar
(Firnanti, 2011). Bagi perusahaan
kecil menganggap bahwa membagi
informasi kepada pihak pemberi
pinjaman atau modal membutuhkan
biaya
yang
besar.
Hal
ini
menyebabkan perusahaan kecil
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
cenderung menggunakan
ekuitas atau dana internal.
modal
Agency Theory
Teori agensi adalah suatu
teori yang menjelaskan adanya
pertentangan
posisi
antar
manajemen (sebagai agen) dengan
pemegang saham (sebagai pemilik).
Salah satu hal penting bahwa
tujuan
perusahaan
adalah
memaksimumkan harga saham.
Tetapi dalam kenyataanya tidak
jarang manager memiliki tujuan
lain yang mungkin bertentangan
dengan tujuan utama tersebut.
Karena manager diangkat oleh
pemegang saham maka idealnya
mereka
akan
bertindak
atas
keinginan pemegang saham, tetapi
pada praktiknya sering terjadi
konflik atau agency problem.
Menurut Sartono (1996,13) agency
problem adalah konflik yang timbul
antara pemilik, karyawan dan
manager perusahaan di mana ada
kecenderungan manager
lebih
mementingkan
tujuan
individu
daripada tujuan perusahaan. Untuk
November 2012
mengatasi/ meminimumkan agency
problem tersebut dan agar para
manager
dapat
melakukan
fungsinya
dengan
baik
maka
manajemen harus diberikan insentif
yang memadai dan juga sekaligus
pengawasan yang baik. Pengawasan
dapat dilakukan melalui cara-cara
seperti
pengikatan
agen,
pemeriksaan laporan keuangan dan
pembatasan terhadap keputusan
yang dapat diambil manajemen.
Kegiatan pengawasan tentu saja
membutuhkan biaya. Biaya agensi
yang timbul menurut Mayangsari
(2001) dalam Joni dan Lina (2010)
adalah
biaya–biaya
yang
berhubungan dengan pengawasan
manajemen
untuk
meyakinkan
bahwa
manajemen
bertindak
konsisten sesuai dengan perjanjian
kontraktual perusahaan dengan
kreditur dan pemegang saham.
Selain itu pengawasan manajemen
dapat dilakukan dengan memangil
jasa audit untuk melakukan audit
atas
laporan
keuangan
dan
pembatasan pembuatan keputusan
manajemen.
Model Penelitian
Berikut ini disajikan model penelitian:
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
Tingkat Likuiditas
Risiko Bisnis
Kepemilikan
Managerial
Struktur Modal
Growth Opportunity
Struktur Aktiva
Pertumbuhan Aktiva
Times Interest Earned
20
Gambar 1 Model Penelitian
ISSN: 1410 -9875
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini dikembangkan
sebagai berikut:
berpengaruh
Ha1 Profitabilitas
terhadap struktur modal.
Ha2 Ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
struktur modal.
Likuiditas
Ha3 Tingkat
berpengaruh
terhadap
struktur modal.
Ha4 Risiko Bisnis berpengaruh
terhadap struktur modal.
Ha5 Kepemilikan
Managerial
berpengaruh
terhadap
struktur modal.
Opportunity
Ha6 Growth
berpengaruh
terhadap
struktur modal.
Ha7 Struktur Aktiva berpengaruh
terhadap struktur modal.
Interest
Earned
Ha8 Times
berpengaruh
terhadap
struktur modal.
Aktiva
Ha9 Pertumbuhan
berpengaruh
terhadap
struktur modal.
METODA PENELITIAN
Obyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua jenis perusahaan
yang terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia. Sampel yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan
pada
industri
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2008
sampai 2010. Adapun kriteria dalam
pemilihan sampel adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan
manufaktur
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia dan mempublikasikan
laporan
keuangan
tahunan
Haryo Suparmun dan Yoes Sumbaji
2.
3.
4.
5.
6.
secara konsisten pada periode
2008 sampai 2010.
Perusahaan yang memperoleh
laba.
Perusahaan yang menerbitkan
laporan keuangan dalam mata
uang Rupiah.
Perusahaan yang mempunyai
akhir tahun buku per 31
Desember.
Perusahaan yang mempunyai
non current liability.
Perusahaan yang mempunyai
net interest expense.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Variabel
Bebas
(Independent
Variables)
Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas (ROA) adalah
suatu
ukuran
kemampuan
perusahan dalam menghasilkan laba
dalam
suatu
periode
tertentu.Variabel ini menggunakan
skala rasio dan diukur dengan
rumus (Seftianne 2011):
Earning Before Interest
and Tax (EBIT)
Profitabilitas (ROA) =
Total Aktiva
Ukuran perusahaan
Ukuran
perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya
aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Dalam penelitian ini, pengukuran
terhadap
ukuran
perusahaan
mengacu pada penelitian Seftianne
(2011), dimana ukuran perusahaaan
diproksi dengan nilai logaritma
natural dari total asset (natural
logarithm of asset). Variabel ini
menggunakan skala rasio dan diukur
dengan rumus:
Ukuran Perusahaan = ln
(Total Aktiva)
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Tingkat Likuiditas
Tingkat likuditas merupakan
ukuran kemampuan perusahaan
dalam memenuhi hutang jangka
pendek dengan menggunakan aset
lancar yang dimilikinya. Variabel ini
menggunakan skala rasio dan diukur
dengan rumus (Seftianne 2011):
Aktiva Lancar
CR =
Hutang Lancar
Risiko Bisnis
Merupakan
risiko
yang
dialami setiap perusahaan dalam
menjalankan usahanya, dimana
besarnya risiko bervariasi. Risiko
bisnis dihitung sebagai standar
deviasi
return
saham
secara
bulanan selama satu tahun. Standar
deviasi adalah suatu ukuran yang
menunjukan deviasi standar data
observasi terhadap rata-ratanya
(Algifari 2010, 91). Variabel ini
menggunakan skala rasio dan diukur
dengan rumus (Seftianne 2011):
RISK = STD Return Saham
Return Saham dapat dihitung
dengan cara :
Pi,t – Pi,t-1
Return =
Pi,t-1
Keterangan:
Pi,t = Closing Price bulanan
pada bulan t
Pi,t-1 = Closing Price bulanan
pada bulan t-1
STD = Standart Deviasi
Growth Opportunity
Kesempatan yang dimiliki
perusahaan dalam mengembangkan
dirinya dalam pasar. Growth
opportunity didefinisikan sebagai
rasio harga pasar per lembar saham
dibagi nilai buku per lembar saham.
Variabel ini menggunakan skala
22
November 2012
rasio
dan
diukur
dengan
rumus(Seftianne 2011) :
Harga pasar per
lembar saham
GROWTH =
Nilai buku per
lembar saham
Kepemilikan Managerial
Jumlah pemegang saham
dari pihak managemen yang secara
aktif ikut dalam pengambilan
keputusan
perusahaan.
Karena
terdapat kecenderungan data di
indonesia bersifat binomial (ada
atau tidak ada) maka dalam
pengukuran digunakannya Dummy
variabel. Nilai 1 untuk perusahaan
yang
terdapat
kepemilikan
managerial dan nilai 0 untuk
perusahaan
yang
tidak
ada
kepemilikan
managerial
dan
menggunakan
skala
nominal.
(Seftianne 2011).
Struktur Aktiva
Besarnya jaminan (collateral
value of assets) yang dapat
diperoleh perusahaan ditentukan
dari besarnya jumlah aset yang
dapat dijaminkan oleh perusahaan.
Variabel ini menggunakan skala
rasio dan diukur dengan rumus
(Seftianne 2011):
Aktiva Tetap
Struktur Aktiva =
Total Aktiva
Time Interest Earned
Time
interest
earned
menunjukan
kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga
pinjamannya
kepada
kreditor
dengan menggunakan pendapatan
operasionalnya.
Variabel
ini
menggunakan skala rasio dan diukur
dengan rumus (Seftianne 2011):
ISSN: 1410 -9875
Haryo Suparmun dan Yoes Sumbaji
Earning Before
Interest and Tax(EBIT)
Time Interest Earned =
Net Interest Expenses
Pertumbuhan Aktiva
Pertumbuhan
perusahaan
menjadi tolak ukur dalam menilai
perusahaan
dalam
membayar
hutang-hutangnya serta kemudahan
dalam memperoleh pendanaan
eksternal.
Pertumbuhan
perusahaan
dapat
mengurangi
keraguan
kreditur
terhadap
perusahaan dan kesediaan pemodal
untuk
memberikan
pendanaan
melalui hutang jangka panjang
(Firnanti 2011). Dalam penelitian
ini, Pertumbuhan aktiva diukur
dengan menghitung
proporsi
peningkatan total aktiva dari tahun
sebelumnya dibandingkan dengan
tahun berjalan. Skala pengukuran
yang dipakai dalam penelitian ini
menggunakan skala rasio.
TAt – TAt-1
Pertumbuhan Aktiva =
TAt-1
Variabel Tidak Bebas (Dependent
Variables)
Struktur Modal
Struktur modal merupakan
proporsi hutang yang digunakan
perusahaan
untuk
membiayai
asetnya. Dalam penelitian ini
struktur modal dihitung dengan
membandingkan
Non
current
liabilities dengan aset perusahaan.
Proksi tersebut dimaksudkan untuk
menunjukkan perilaku manajemen
dalam penentuan struktur modal
jangka
panjang
perusahaan.
Struktur modal menggunakan skala
rasio dan diukur dengan rumus:
Non Current Liability
Struktur Modal =
Total Asset
Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda.
Model hubungan variabel akan
dianalisis sesuai dengan persamaan
regresi:
SM = α + β1ROAit + β2 SIZEit+ β3CRit
+ β4RISKit + β5 DMOWNit + β6 GOit+ β7
FARit + β8 TIEit + β9 PAit + e
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Sampel Penelitian
No
Kriteria
1
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI dan mempublikasikan laporan keuangan
tahunan secara konsisten selama periode
2008-2010
Perusahaan yang tidak memperoleh laba
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak
disajikan dalam mata uang Rupiah
Perusahaan yang tidak memiliki akhir tahun
buku 31 Desember
2
3
4
5
Perusahaan yang tidak memiliki Non
Current Liabilities
Jumlah
Jumlah
Perusahaan Data
375
125
(37)
(7)
(111)
(21)
(3)
(9)
(1)
(3)
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
6
Perusahaan yang tidak memiliki Net
(10)
Interest Expense
Outlier
7
8
Total perusahaan dan data yang dijadikan 67
sampel
Sumber: Hasil olahan data penelitian
Hasil pengujian statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
(30)
(22)
179
Tabel 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N
Minimum
SM
179 .0014
ROA
179 .0078
SIZE
179 25.0114
CR
179 .4818
RISK
179 .0000
DMOWN
179 0
GO
179 .2283
FAR
179 .0052
TIE
179 .8218
PA
179 -.3235
Valid N
179
(listwise)
Sumber: Pengolahan data SPSS versi
Maximum
.5490
.4153
32.3571
5.6858
.5690
1
6.0170
.7637
265.1460
.7075
Std.
Deviation
.1183136
.0741816
1.4684304
.8464649
.1064827
.497
1.3361625
.1786267
36.4982255
.1715347
Mean
.130072
.121106
27.897530
1.798145
.159376
.44
1.594674
.372890
16.367118
.112141
11.5
Tabel 3
Hasil Uji T
Hasil uji hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Unstandardized
Coefficients
Model
B
(Constant
)
ROA
Std. Error
-.809
.164
t
Sig.
Beta
-4.938
.000
.077
.134
.048
.575
.566
SIZE
.029
.006
.355
4.910
.000
CR
.035
.010
.247
3.343
.001
RISK
DMOWN
24
Standardized
Coefficients
.031
.067
.028
.465
.642
-.038
.015
-.161
-2.641
.009
GO
.011
.008
.129
1.463
.145
FAR
.252
.041
.380
6.089
.000
TIE
-.002
.000
-.566
-7.157
.000
PA
-.008
.044
-.012
-.192
.848
ISSN: 1410 -9875
Profitabilitas (ROA) memiliki
nilai signifikan 0,566 lebih besar
dari alpha (α=0,05) berarti Ha1
tidak diterima. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh secara individual
terhadap struktur modal.
Ukuran perusahaan (SIZE)
memiliki nilai signifikan 0,000 lebih
kecil dari alpha (α=0,05) artinya
Ha2 diterima. Hasil ini menunjukkan
bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh
secara
individual
terhadap struktur modal.
Tingkat
Likuiditas
(CR)
memiliki nilai signifikan 0,001 lebih
kecil dari alpha (α=0,05) artinya
diterima,
maka
dapat
Ha3
disimpulkan
bahwa
tingkat
likuiditas memiliki pengaruh secara
individual terhadap struktur modal.
Risiko bisnis (RISK) memiliki
nilai signifikan 0,642 lebih besar
dari alpha (α=0,05) berarti Ha4
tidak
diterima,
maka
dapat
disimpulkan bahwa risiko bisnis
tidak memiliki pengaruh secara
individual terhadap struktur modal.
Kepemilikan
manajerial
(DMOWN) memiliki nilai signifikan
0,009 lebih kecil dari alpha
(α=0,05) berarti Ha5 diterima, maka
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemilikan manajerial memiliki
pengaruh
secara
individual
terhadap struktur modal.
Growth opportunities (GO)
memiliki nilai signifikan 0,145 lebih
besar dari alpha (α=0,05) berarti
Ha6 tidak diterima, maka dapat
disimpulkan
bahwa
growth
opportunities
tidak
memiliki
pengaruh
secara
individual
terhadap struktur modal.
Struktur
aktiva
(FAR)
memiliki nilai signifikan 0,000 lebih
kecil dari alpha (α=0,05) berarti
diterima.
Hasil
tersebut
Ha7
Haryo Suparmun dan Yoes Sumbaji
menunjukkan bahwa struktur aktiva
berpengaruh sercara individual
terhadap struktur modal.
Times interest earned (TIE)
memiliki nilai signifikan 0,000 lebih
kecil dari alpha (α=0,05) berarti
diterima,
maka
dapat
Ha8
disimpulkan bahwa times interest
earned memiliki pengaruh secara
individual terhadap struktur modal.
Pertumbuhan aktiva (PA)
memiliki nilai signifikan 0,848 lebih
besar dari alpha (α=0,05) berarti
Ha9 tidak diterima. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pertumbuhan
aktiva tidak berpengaruh secara
individual terhadap struktur modal.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisa dan
pembahasan yang dilakukan pada
67 perusahaan selama tahun 2008
sampai dengan tahun 2010, maka
diperoleh
kesimpulan
variabel
ukuran
perusahaan,
tingkat
likuiditas, kepemilikan manajerial
struktur aktiva dan times interest
earned
berpengaruh
terhadap
struktur
modal
sedangkan
profitabilitas, risiko bisnis, growth
opportunities dan pertumbuhan
aktiva tidak mempengaruhi struktur
modal.
Berdasarkan penelitian yang
telah
dilakukan,
terdapat
keterbatasan dalam penelitian ini,
antara lain:
1. Populasi yang digunakan dalam
sampel penelitian ini terbatas
pada perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Variabel
independen
yang
digunakan dalam penelitian
hanya sebanyak 9 (sembilan)
variabel
sedangkan
masih
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
banyak variabel lain yang
diperkirakan
dapat
mempengaruhi struktur modal.
3. Jangka waktu yang digunakan
dalam penelitian relatif pendek
yaitu 2008-2010.
4. Penelitian ini terdapat masalah
heteroskedastisitas
untuk
variabel ukuran perusahaan,
risiko bisnis dan times interest
earned
Rekomendasi
yang
dapat
digunakan
untuk
melakukan
penelitian selanjutnya antara lain:
1. Menambah sampel penelitian,
misalnya seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek
5. kuadrat
November 2012
Indonesia (BEI), tidak hanya
perusahaan manufaktur saja.
2. Menambah variabel independen
di luar model penelitian ini
seperti
kepemilikan
institusional.
3. Untuk
mendapatkan
hasil
penelitian yang lebih akurat
jangka waktu data sampel yang
digunakan harus lebih panjang
misalnya dari tahun 2008-2012
4. Untuk
mengatasi
masalah
heteroskedatisitas
dapat
melakukan
transformasi
variabel, misal dengan model
double log, semi log atau akar
REFERENSI
Algifari 2010. Statiska Deskriptif Plus untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta :
STIM YKPN
Elim dan Yusfarita. 2010. Pengaruh Struktur Aktiva, Tingkat Pertumbuhan
Penjualan, dan Return on Assets terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi.
Vol. 1, No.1, Juni 2010, 88-103.
Firnanti, Friska 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Akutansi, Vol.13,No. 2, Agustus 2011, Hlm. 119-128.
Furi, Vina Ratna dan Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2009-2010). Juraksi. Vol. 1 No.2, Februari
2012,Issn : 2301-9328
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Hasan, H. Mudrika A. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal. Jurnal Tepak Managerial Magister Manajemen Unri. Vol. 6, No. 6
November 2006, Hlm. 1-21 .
Indrajaya, Glen, Herlina dan Rini Setiadi 2011. Pengaruh Struktur Aktiva,
Ukuran Perusahaan,Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Risiko Bisnis
26
ISSN: 1410 -9875
Haryo Suparmun dan Yoes Sumbaji
Terhadap Struktur Modal : Studi Empiris pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007.
Akurat Jurnal Ilmiah, No. 6 September-Desember 2011
Joni dan Lina ,2010 . Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal
Bisnis dan Akutansi. Vol. 12, No. 2. Agustus 2010, Hlm. 81-96.
Mahmud, Muhammad, Gobind M. Herani, A. W. Rajar dan Wahid Farooqi.
2009. Economic Factors Influencing Corporate Capital Structure in Three
Asian Countries : Evidence from Japan, Malaysia and Pakistan. Indus
Journal of Management & Social Sciences, 3(1) :9-17 (Spring 2009).
Margaretha, Farah dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akutansi. Vol.12,No. 2 Agustus 2010, Hlm.
119-130.
Mozez, Tomasila. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi. Volume III, Nomor 1, Maret 2009.
Nurrohim, Hasa KP. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol
Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Kajian Bisnis dan Manajemen. Vol.
10. No. 1, Januari 2008, Hal. 11-18.
Rodoni, Ahmad dan Maratush Sholihah. 2006. Pengujian Empiris Balance
Theory, Pecking Order Theory dan Signaling Theory pada Struktur Modal
Perusahaan di Indonesia. Etikonomi, Vol. 5, No. 1, April 2006, 17-30.
Ruslim, Herman. 2009. Pengujian Struktur Modal (Teori Pecking Order) :
Analisis Empiris terhadap saham di LQ-45. Jurnal Bisnis dan Akutansi.
Vol. 11, No3, Desember 2009, Hlm. 2009-221.
Seftianne, 2011. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akutansi,
Vol.13,No. 1,April 2011, Hlm. 39-56.
Subramanyam, K.R dan John J. Wild. 2009. Analisis Laporan keuangan.
Salemba. Edisi 10
Sudarno, 2006. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi pada Bursa
Efek Jakarta.Jurnal Tepak Managerial Magister Manajemen UNRI. Vol. 6,
No. 6 November 2006, Hlm. 40-60.
Sartono, R. Agus. 1996. Manajemen Keuangan, 3th edisi. Jogjakarta:BPFE
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Supeno, Bambang. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur
Modal Perusahaan sektor Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Jakarta
(BEJ). Jurnal Tepak Manajemen Bisnis. Vol. 1, No.1 Januari 2009.
Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1986. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta, 7th edisi; Jilid 2. Diterjemahkan oleh : A.Q. Khalid,
Erlangga.
Yuhasril, 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Farmasi yang telah GO Publik di Bursa Efek Jakarta. Bulletin
Penelitian. No. 9, Tahun 2006
28
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 29-44
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
HUTANG PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
KRISTINA dan NURHAIYANI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study was to investigate the insider ownership,
institutional ownership, dividend policy, firm growth, profitability, free cash
flow, firm size, asset structure to corporate debt policy. This research focus
on non financial companies listed in Indonesia Stock Exchange for the period
of 2008 until 2010. The data collection used purposive sampling method by
using 53 companies meet the criteria and take as sample. The statistical
method used in this research is multiple regressions to see the contribution
of each variable influence debt policy. The results of this study shows that
insider ownership, dividend policy, free cash flow, and firm size variable
does not have influence towards debt policy. In the other hand, institutional
ownership, firm growth, profitability, and asset structure have influence
toward debt policy.
Keywords: Debt Ratio, Insider Ownership, Institutional Ownership, Dividend
Policy, Firm Growth, Profitability, Free Cash Flow, Firm Size,
Asset Structure.
PENDAHULUAN
periodik terhadap bunga dan
pinjaman
pokoknya.
Adanya
kewajiban-kewajiban
tersebut
akan dapat mengurangi kontrol
manajer terhadap aliran kas
perusahaan.
Penelitian ini merupakan
pengembangan dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Indahningrum
dan
Handayani
(2009) yang berjudul “Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Dividen,
Pertumbuhan Perusahaan, Free
Cash Flow dan Profitabilitas
Kebijakan hutang merupakan
salah satu kebijakan pendanaan
dalam perusahaan yang digunakan
untuk
membiayai
kegiatan
operasionalnya. Menurut Jansen
(1986) dalam Nurfauziah et al.
(2007),
hutang
merupakan
mekanisme
penting dalam
mengontrol tindakan manajer dan
mengurangi masalah agensi dalam
perusahaan karena dengan adanya
hutang maka perusahaan harus
melakukan pembayaran secara
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
terhadap
Kebijakan
Hutang
Perusahaan”.
Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya antara lain, sebagai
berikut (1) penelitian sebelumnya
periode penelitian sebelumnya
yaitu dari tahun 2005 sampai
dengan 2007, sedangkan periode
sekarang yaitu dari tahun 2008
sampai dengan 2010; (2) penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan dividen, pertumbuhan
perusahaan, free cash flow, dan
profitabilitas,
sedangkan
penelitian ini menambahkan dua
variabel independen yaitu ukuran
perusahaan dan struktur aset.
Ukuran perusahaan berdasarkan
jurnal
Soesetio
(2008),
dan
struktur aset berdasarkan jurnal
Yeniatie dan Destriana (2010).
Penambahan dua variabel tersebut
bertujuan untuk menguji apakah
variabel
tersebut
memiliki
pengaruh
terhadap
kebijakan
hutang.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut,
pertama pendahuluan menjelaskan
mengenai
latar
belakang
penelitian, tujuan penelitian dan
sistematika
penulisan.
Kedua,
menjelaskan
mengenai
agency
theory, the pecking order theory,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan institusional, kebijakan
dividen, pertumbuhan perusahaan,
free cash flow, profitabilitas,
ukuran perusahaan, dan struktur
aset terhadap kebijakan hutang.
Ketiga, metoda pemilihan sampel
dan pengumpulan data, definisi
operasional
variabel
dan
pengukuran
variabel
dalam
penelitian.
Keempat,
berisi
gambaran umum sampel (obyek
30
November 2012
penelitian), statistik deskriptif,
hasil uji kualitas data, hasil uji
asumsi klasik dan hasil uji hipotesis
dan terakhir terkait pada simpulan,
keterbatasan
dan
rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Agency Theory merupakan
suatu kontrak antara prinsipal
dengan agen. Prinsipal adalah
pemegang saham sedangkan agen
adalah manajemen yang mengelola
perusahaan. Dalam teori keagenan,
prinsipal dan agen mempunyai
kepentingan yang berbeda sehingga
terjadilah konfik kepentingan.
Menurut Jensen dan Meckling
(1976) dalam Indahningrum dan
Handayani (2009), agency problem
akan
terjadi
bila
proporsi
kepemilikan manajer atas saham
perusahaan kurang dari 100%
sehingga
manajer
cenderung
bertindak
untuk
mengejar
kepentingan dirinya dan sudah
tidak berdasarkan maksimalisasi
nilai dalam pengambilan keputusan
pendanaan.
Kondisi
tersebut
merupakan
konsekuensi
dari
pemisahan fungsi pengelola dengan
fungsi kepemilikan, manajemen
tidak menanggung resiko atas
kesalahan
dalam
mengambil
keputusan,
resiko
tersebut
sepenuhnya ditanggung pemegang
saham (Prinsipal). Oleh karena itu,
manajemen cenderung melakukan
pengeluaran
yang
bersifat
konsumtif dan tidak produktif untuk
kepentingan pribadinya, seperti
peningkatan gaji dan status.
ISSN: 1410 -9875
The Pecking Order Theory
Berdasarkan teori ini struktur
pendanaan
suatu
perusahaan
mengikuti suatu hirarki dimulai dari
sumber dana termurah, dana
internal hingga saham sebagai
sumber terakhir. Jika strukur modal
perusahaan dapat mempengaruhi
biaya modalnya maka manajemen
struktur modal merupakan hal
penting
dalam
manajemen
keuangan (Halomoan dan Djakman
2004 dalam Indahningrum dan
Handayani 2009).
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
manajerial
merupakan kepemilikan saham
perusahaan oleh manajer. Dengan
meningkatkan kepemilikan saham
oleh manajer, maka manajer akan
merasakan secara langsung akibat
dari pengambilan keputusan yang
diambil sehingga manajer tidak
mungkin
bertindak
secara
oportunistik lagi (Masdupi 2005
dalam Yeniatie dan Destriana
2010). Keputusan dan aktivitas di
perusahaan dengan kepemilikan
manajerial tentu akan berbeda
dengan
perusahaan
tanpa
kepemilikan manajerial. Dalam
perusahaan dengan kepemilikan
manajerial, manajer yang sekaligus
pemegang saham tentunya akan
menselaraskan
kepentingannya
dengan kepentingannya sebagai
pemegang saham. Sementara dalam
perusahaan
tanpa
kepemilikan
manajerial, manajer yang bukan
pemegang saham kemungkinan
hanya
mementingkan
kepentingannya
sendiri
(Christiawan dan Tarigan 2007).
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan
institusional
merupakan kepemilikan saham oleh
Kristina Dan Nurhaiyani
pihak-pihak
yang
berbentuk
institusi seperti bank, perusahaan
asuransi, perusahaan investasi,
dana pensiun dan institusi lainnya.
Institusi bisa menguasai mayoritas
saham karena memiliki sumber
daya yang lebih besar dibandingkan
dengan pemegang saham lainnya
(Wahidahwati 2001 dalam Djabid
2009).
Kebijakan Dividen
Kebijakan
dividen
merupakan
kebijakan
yang
dikaitkan dengan penentuan apakah
laba yang diperoleh akan dibagikan
kepada para pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan. Rasio
keuangan yang dapat digunakan
untuk menilai besarnya dividen
yang dibagikan kepada pemegang
saham adalah rasio pembayaran
dividen (DPR), yaitu rasio yang
menunjukkan perbandingan antara
dividen per lembar saham dengan
laba per lembar saham (Michael
dan
Wijaya
2010).
Alokasi
penentuan laba sebagai laba
ditahan dan pembayaran dividen
merupakan aspek utama dalam
kebijakan dividen (Brigham 1999
dalam Larasasti 2011).
Pertumbuhan Perusahaan
Kemampuan
perusahaan
untuk
mempertahankan
posisi
usahanya dalam perkembangan
ekonomi dan industri dimana
perusahaan tersebut beroperasi
ditunjukkan
oleh
rasio
pertumbuhan. Dalam mengukur
tingkat
pertumbuhan
suatu
perusahaan dapat dilihat misalnya
dari
tingkat
pertumbuhan
penjualan, laba bersih sesudah
pajak, pendapatan per lembar
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
saham, dan sebagainya (Steve 1997
dalam Michael dan Wijaya 2010).
Profitabilitas
Profitabilitas
merupakan
hubungan antara pendapatan dan
biaya
yang
dihasilkan
dari
penggunaan aset total badan usaha
dalam aktivitas produksi (Gitman
2002 dalam Michael dan Wijaya
2010). Semakin tinggi profit yang
diperoleh perusahaan maka akan
semakin kecil penggunaan hutang
yang digunakan dalam pendanaan
perusahaan karena perusahaan
dapat menggunakan internal equity
yang diperoleh dari laba ditahan
terlebih dahulu. Apabila keputusan
dana belum tercukupi, perusahaan
dapat
menggunakan
hutang
(Yeniatie dan Destriana 2010).
Free Cash Flow
Menurut Ross et al. (2000)
dalam Tarjo dan Jogiyanto (2003),
free cash flow merupakan kas
perusahaan
yang
dapat
didistribusikan kepada kreditor
atau pemegang saham yang tidak
diperlukan untuk modal kerja atau
investasi pada saat aset tetap.
Menurut Damodaran (1996) dalam
Indahningrum
dan
Handayani
(2009), free cash flow berbeda
dengan laba bersih yakni pertama,
semua biaya non kas ditambahkan
kembali ke laba bersih untuk
mendapatkan aliran kas dari
operasi, sehingga memungkinkan
pelaporan besar laba akan lebih
rendah dari aliran kas. Kedua, free
cash
flow
terhadap
ekuitas
merupakan arus kas residual
setelah memenuhi pengeluaran
modal dan modal kerja yang
dibutuhkan, sedangkan laba bersih
tidak mencakup keduanya.
32
November 2012
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan sangat
berpengaruh terhadap struktur
modal, terutama berkaitan dengan
kemampuan memperoleh pinjaman.
Perusahaan besar yang telah
terdiversifikasi, lebih mudah untuk
memasuki pasar modal, menerima
penilaian kredit yang lebih tinggi
dari bank komersial untuk hutanghutang yang diterbitkan dan
membayar tingkat bunga yang lebih
rendah pada hutangnya. Salah satu
alasannya perusahaan lebih mudah
menerima pinjaman adalah karena
nilai aktiva yang dijadikan jaminan
lebih
besar
dan
tingkat
kepercayaan bank juga lebih tinggi.
Aktiva yang dijaminkan dapat
berupa aktiva tetap berwujud serta
aktiva lainnya seperti piutang
dagang dan persediaan (Wiliandri
2011).
Struktur Aset
Struktur aset berhubungan
dengan kekayaan perusahaan yang
dapat dijadikan jaminan yang lebih
fleksibel
akan
cenderung
menggunakan hutang lebih besar
daripada perusahaan yang struktur
asetnya tidak fleksibel (Brigham
dan Houston 2001 dalam Yeniatie
dan Destriana 2010). Aset tetap
adalah aset berwujud yang dimiliki
untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak
lain,
atau
untuk
tujuan
administratif, dan diharapkan untuk
digunakan lebih dari satu periode
(Ikatan Akuntan Indonesia 2009).
Salah satu persyaratan dalam
mengajukan
pinjaman
adalah
adanya aktiva tetap berwujud yang
dapat dijaminkan sehingga semakin
besar nilai aktiva tetap berwujud
yang dimiliki cenderung semakin
ISSN: 1410 -9875
Kristina Dan Nurhaiyani
besar juga pinjaman yang dapat
diperoleh (Soesetio 2008).
Model
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah:
Gambar 1 Model Penelitian
Hipotesis
Ha1 Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ha2 Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ha3 Kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ha4 Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ha5 Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ha6 Free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ha7 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Ha8 Struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Kebijakan Dividen
Kebijakan Hutang
Pertumbuhan Perusahaan
Profitabilitas
Free Cash Flow
Ukuran Perusahaan
Struktur Aset
Gambar 1 Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Obyek Penelitian
Populasi
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan non
keuangan yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode
waktu 3 tahun berturut-turut yaitu
dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2010. Pemilihan sampel
dilakukan dengan metode purposive
sampling
dengan
prosedur
pemilihan sampel terlampir:
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Kebijakan hutang (DEBT)
merupakan segala jenis hutang
yang dibuat atau diciptakan oleh
perusahaan baik hutang lancar
maupun hutang jangka panjang
(Indahningrum
dan
Handayani,
2009). Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio dan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
DEBT =
Kepemilikan
manajerial
(INSD)
merupakan
besarnya
kepemilikan
manajemen
yang
secara
aktif
ikut
dalam
pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris). Dalam
penelitian
ini
kepemilikan
manajerial
(INSD)
merupakan
variabel dummy yang diwakili
dengan angka 0 dan 1. Nilai 0
menunjukkan bahwa perusahaan
tidak
memiliki
kepemilikan
manajerial, sedangkan nilai 1
menunjukkan
perusahaan
yang
memiliki kepemilikan manajerial
(Yeniatie dan Destriana 2010).
Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala nominal.
Kepemilikan institusional
(INST) menunjukkan persentase
saham yang dimiliki oleh pihak
institusional pada akhir tahun
(Yeniatie dan Destriana 2010).
Kepemilikan oleh institusi lain
berarti kepemilikan saham oleh
pihak
institusi
lain
yaitu
kepemilikan oleh perusahaa atau
lembaga lain. Ismayanti dan Hanafi
(2003)
menyatakan
bahwa
blockholder juga termasuk dalam
kepemilikan oleh institusi lain.
Blockholder adalah kepemilikan
oleh perseorangan dengan nilai di
atas 5% dan perseorangan tersebut
tidak termasuk dalam jajaran
manajemen. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio dan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
INST=
Kebijakan dividen (DPR)
dapat diartikan sebagai bagian yang
dibagikan oleh emiten kepada
masing-masing pemegang saham
34
November 2012
(Indahningrum
dan
Handayani
2009). Skala yang digunakan adalah
skala rasio dan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
DPR =
Pertumbuhan perusahaan
(GROWTH)
merupakan
tingkat
perubahan total aset dari tahun ke
tahun (Yeniatie dan Destriana
2010). Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio dan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
GROWTH
=
Profitabilitas
(PROF)
merupakan kemampuan perusahaan
memanfaatkan aset yang ada untuk
menghasilkan pendapatan (Yeniatie
dan
Destriana
2010).
Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio dan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
PROF =
Free
cash
flow
merupakan
kelebihan
yang
diperlukan untuk mendanai semua
proyek yang memiliki net present
value positif (Indahningrum dan
Handayani 2009). Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio.
Free cash flow dihitung dengan
menggunakan rumus Ross et al.
(2000) dalam Indahningrum dan
Handayani (2009) yang dirumuskan
sebagai berikut:
FCFit = (Aliran kas operasi
perusahaan i pada tahun t) –
(Pengeluaran modal perusahaan i
pada tahun t) – (Modal kerja bersih
perusahaan i pada tahun t)
Ukuran perusahaan dapat
diartikan sebagai besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya
nilai ekuitas, nilai perusahaan
ataupun hasil nilai total aktiva dari
suatu perusahaan. Dalam penelitian
ISSN: 1410 -9875
ini ukuran perusahaan disimbolkan
dengan
size
dan
dengan
menggunakan proxy natural log
total asset (Masdupi 2005). Skala
pengukuran yang digunakan adalah
skala rasio dan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
SIZE = ln (Total Aktiva)
Struktur aset merupakan
variabel
yang
pengukurannya
Kristina Dan Nurhaiyani
menggunakan hasil bagi antara
fixed asset terhadap total asset
(Djabid 2009). Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio
dan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
`
ASSET
=
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel
NO
KETERANGAN
PERUSAHAAN
1 Perusahaan non keuangan yang
347
terdaftar di BEI tahun 2008-2010
2 Perusahaan yang laporan keuangan
(4)
tidak berakhir tanggal 31 Desember
3 Perusahaan yang tidak menerbitkan
(23)
laporan keuangan menggunakan mata
uang rupiah
4 Perusahaan yang tidak memiliki long
(133)
term debt
5 Perusahaan yang tidak membagikan
(130)
dividen kas
DATA
1041
(12)
(69)
(399)
(390)
6
Perusahaan yang tidak memiliki
operating income
(4)
(12)
7
Total perusahaan
53
159
8
Data yang dioutlier
(13)
9
Total data setelah outlier
146
Sumber: Diolah Penulis
Metoda Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model empiris untuk menguji hipotesis
yang diilustrasikan sebagai berikut:
DEBT = a + b1INSDR + b2INST + b3DPR + b4GROWTH + b5PROF + Ɛ
Keterangan:
DEBT
: Kebijakan hutang
a
: Konstanta
INSDR
: Kepemilikan manajerial
INST
: Kepemilikan institusional
DPR
: Kebijakan dividen
GROWTH
: Pertumbuhan perusahaan
PROF
: Profitabilitas
FCF
: Free cash flow
SIZE
: Ukuran perusahaan
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
ASSET
Ɛ
November 2012
: Struktur aset
: Error term
HASIL PENELITIAN
Hasil statistik deskriptif dan distribusi frekuensi kepemilikan manajerial
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
DEBT
INSDR
INST
DPR
GROWTH
PROF
FCF
SIZE
ASSET
N
Minimum
Maximum
Mean
159
159
159
159
159
159
159
159
159
0,00006
0
0,01975
0,01517
0,49415
0,00015
-1,494E+13
25,01141
0,01096
2,51383
1,00000
1,00000
3,30724
3,64733
0,64101
3,525E+13
32,66486
0,87110
0,2850854
0,5157233
0,6673989
0,3936781
1,1765871
0,1608622
-4,401E+10
28,7029164
0,3363667
Std.
Deviation
0,35369106
0,50133172
0,25036807
0,43631456
0,28070562
0,11970429
5,308E+12
1,61350005
0,19736691
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Keterangan
Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan
manajerial
Perusahaan yang memiliki kepemilikan
manajerial
Total
Frekuensi
77
Persentase
48,4
82
51,6
159
100
Sumber: Hasil Pengolahan Data Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Manajerial
Hasil dari pengujian normalitas residual dengan uji Kolmogorov-Smirnov
dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Unstandardized Residual
Kesimpulan
0,000
Tidak Berdistribusi
Normal
Asymp. Sig. (2tailed)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
36
ISSN: 1410 -9875
Kristina Dan Nurhaiyani
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data dan Uji Outlier
Berdasarkan hasil pada tabel
3, besarnya nilai asymp. Sig. (2tailed) senilai 0,000 lebih kecil dari
Asymp. Sig. (2tailed)
0,05 sehingga data tersebut tidak
berdistribusi normal maka perlu
dilakukan uji outlier.
Unstandardized
Residual
0,01
Kesimpulan
Tidak Berdistribusi
Normal
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier
Dari hasil uji normalitas
setelah uji outlier di atas, diketahui
besarnya
asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,01 lebih kecil dari 0,05
sehingga data tersebut tidak
berdistribusi normal. Maka untuk
uji selanjutnya menggunakan data
sebelum outlier.
Variabel
INSDR
INST
DPR
GROWTH
PROF
FCF
SIZE
ASSET
Tolerance
0,848
0,765
0,935
0,920
0,629
0,548
0,889
0,788
VIF
1,179
1,307
1,070
1,087
1,590
1,824
1,124
1,269
Uji Multikolinearitas
Hasil uji asumsi klasik yang
dimulai
dengan
uji
multikolinearitas dapat dilihat pada
tabel 5 berikut ini:
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Kesimpulan
Terjadi Multikolinearitas
Terjadi Multikolinearitas
Terjadi Multikolinearitas
Terjadi Multikolinearitas
Terjadi Multikolinearitas
Terjadi Multikolinearitas
Terjadi Multikolinearitas
Terjadi Multikolinearitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas
Berdasarkan tabel 5 variabel
kepemilikan manajerial (INSDR),
kepemilikan institusional (INST),
kebijakan
dividen
(DPR),
petumbuhan
perusahaan
(GROWTH), profitabilitas (PROF),
free cash flow (FCF), ukuran
perusahaan (SIZE), struktur aset
(ASSET) mempunyai nilai tolerance
lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF
(Variance Inflation Factor) lebih
kecil dari 10, maka model regresi
tersebut
tidak
terjadi
multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi klasik yang
terakhir terkait dengan pengujian
heteroskedastisitas
dengan
uji
Glejser, yang dapat dijelaskan pada
tabel 6 berikut ini:
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Variabel
INSDR
INST
DPR
GROWTH
PROF
FCF
SIZE
ASSET
Sig
0,032
0,752
0,963
0,037
0,169
0,023
0,951
0,335
November 2012
Kesimpulan
Terjadi Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Terjadi Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Terjadi Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 6 Hasil Uji
Heteroskedastisitas
Berdasarkan tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa model
regresi
dalam
penelitian
ini
terindikasi
masalah
heteroskedastisitas,
kesimpulan
bahwa
variabel
kepemilikan
manajerial (INSDR), pertumbuhan
perusahaan (GROWTH), free cash
Model
1
flow
(FCF)
memiliki
nilai
signifikannya lebih kecil dari 0,05
sehingga
terjadi
heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Pengujian
asumsi
klasik
selanjutnya yaitu uji autokorelasi
dengan alat uji Bruesch Godfrey
memperoleh hasil sebagai berikut:
Sig
0,324
Variabel
RES_2
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi
Dari
tabel
tersebut
menunjukkan nilai sig dari variabel
lag residual yaitu sebesar 0,324
dimana nilainya lebih besar dari
0,05 sehingga dalam model regresi
tidak terjadi autokorelasi.
Hasil Uji Hipotesis
Model
1
R
0,478
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R)
Berdasarkan tabel 8 di atas, nilai R
adalah sebesar 0,478 yang berarti
hubungan
antara
variabel
independen
yaitu
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, kebijakan dividen,
petumbuhan
perusahaan,
38
profitabilitas, free cash flow,
ukuran perusahaan, struktur aset
dengan variabel dependen yaitu
kebijakan hutang adalah lemah
karena nilai korelasinya lebih kecil
dari 0,5.
ISSN: 1410 -9875
Kristina Dan Nurhaiyani
Model
1
Adjusted R Square
0,187
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Berdasarkan hasil uji koefisien
determinasi pada tabel 9 di atas,
nilai dari adjusted R2 adalah
sebesar 18,7% yang berarti bahwa
variabel dependen yaitu kebijakan
hutang dapat dijelaskan oleh variasi
variabel independen antara lain
kepemilikan
manajerial,
Model
1
kepemilikan institusional, kebijakan
dividen, petumbuhan perusahaan,
profitabilitas, free cash flow,
ukuran perusahaan, struktur aset
sebesar 18,7% sedangkan sisanya
sebesar 81,3% dapat dijelaskan oleh
variasi variabel lain yang tidak
termasuk dalam model regresi ini.
Sig
0,0000
F
5,545
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 10 Hasil Uji F
Berdasarkan
hasil
yang
ditunjukkan pada tabel 10 nilai sig.
sebesar 0,000 yang berarti lebih
kecil
dari
0,05.
Hal
ini
menunjukkan bahwa model fit atau
layak untuk digunakan dalam
melakukan penelitian terhadap
kebijakan hutang.
No
Variabel
B
T
Sig
Kesimpulan
1
2
3
4
5
6
7
8
INSDR
INST
DPR
GROWTH
PROF
FCF
SIZE
ASSET
-0,018
-0,238
0,015
0,238
-1,070
1,219E-14
0,017
0,523
-0,334
-2,056
0,242
2,525
-4,004
1,889
1,014
3,613
0,739
0,042
0,809
0,013
0,000
0,061
0,312
0,000
Ha tidak diterima
Ha diterima
Ha tidak diterima
Ha diterima
Ha diterima
Ha tidak diterima
Ha tidak diterima
Ha diterima
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 11 Hasil Uji t
Berdasarkan hasil uji t pada tabel
11 di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa
variabel
kepemilikan
manajerial (INSDR) memiliki nilai
signifikan sebesar 0,739 lebih besar
dari
0,05.
Hal
ini
berarti
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang perusahaan sehingga Ha1
tidak diterima.
Variabel
kepemilikan
institusional (INST) memiliki nilai
signifikan sebesar 0,042 lebih kecil
dari
0,05.
Hal
ini
berarti
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
kepemilikan
institusional
berpengaruh
negatif
terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan
sehingga Ha2 diterima. Artinya
semakin
tinggi
kepemilikan
institusional maka investor akan
semakin efektif dalam memonitori
perilaku
manajemen.
Adanya
monitoring
yang
efektif
menyebabkan penggunaan hutang
menurun, karena peranan hutang
sebagai salah satu alat monitoring
sudah
diambil
alih
oleh
institusional ownership yang akan
mengurangi agency cost of debt.
Variabel kebijakan dividen
(DPR) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,809 lebih besar dari 0,05.
Hal ini berarti kebijakan dividen
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan
sehingga Ha3 tidak diterima.
Variabel
pertumbuhan
perusahaan (GROWTH) memiliki
nilai signifikan sebesar 0,013 lebih
kecil dari 0,05. Hal ini berarti
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
positif
terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan
sehingga Ha4 diterima. Artinya
perusahaan yang sedang tumbuh
akan membutuhkan banyak dana
yang
akan
berakibat
pada
peningkatan hutang.
Variabel profitabilitas (PROF)
memiliki nilai signifikan sebesar
0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti profitabilitas berpengaruh
negatif terhadap kebijakan hutang
perusahaan sehingga Ha5 diterima.
Karena perusahaan yang tingkat
profitabilitasnya
tinggi
berarti
mampu untuk menghasilkan dana
yang lebih banyak dari bagi
perusahaan sehingga perusahaan
akan mengalokasikan keuntungan
pada
laba
ditahan,
maka
perusahaan
akan
lebih
40
November 2012
menggunakan sumber dana internal
daripada sumber dana eksternal
(hutang) untuk menbiayai kegiatan
operasional perusahaan.
Variabel free cash flow (FCF)
memiliki nilai signifikan sebesar
0,061 lebih besar dari 0,05. Hal ini
berarti free cash flow tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang perusahaan sehingga Ha6
tidak diterima.
Variabel ukuran perusahaan
(SIZE) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,312 lebih besar dari 0,05.
Hal ini berarti ukuran perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan
sehingga Ha7 tidak diterima.
Variabel
struktur
aset
(ASSET) memiliki nilai signifikan
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05.
Hal ini berarti
struktur aset
berpengaruh
positif
terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan
sehingga Ha8 diterima. Artinya
semakin tinggi jumlah fixed asset
dalam total aset perusahaan maka
akan
semakin
mempermudah
perusahaan untuk mendapatkan
hutang karena fixed asset tersebut
dapat dijadikan sebagai jaminan
bagi kreditur.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis
dan
pembahasan
yang
telah
diuraikan
dapat
diperoleh
kesimpulan bahwa Kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan hutang. Hasil
ini
konsisten
dengan
hasil
penelitian
Indahningrum
dan
Handayani (2009), Murni dan
Andriana (2007), Djabid (2009),
Larasasti (2011), Yeniatie dan
Destriana (2010). Namun hasil
penelitian tersebut tidak konsisten
ISSN: 1410 -9875
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nurfauziah et al. (2007),
Christiawan dan Tarigan (2007),
Susilawati (2010), dan Michael dan
Wijaya
(2010).
Kepemilikan
institusional berpengaruh negatif
terhadap kebijakan hutang. Hasil
ini
konsisten
dengan
hasil
penelitian Nurfauziah et al. (2007)
dan Yeniatie dan Destriana (2010).
Namun hasil penelitian tersebut
tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Murni dan
Andriana (2007), Indahningrum dan
Handayani (2009), Larasasti (2011),
Djabid (2009) dan Wuryaningsih
(2004). Kebijakan dividen tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang. Hasil ini konsisten dengan
hasil penelitian Indahningrum dan
Handayani (2009), Djabid (2009)
dan Yeniatie dan Destriana (2010).
Namun hasil penelitian tersebut
tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Murni dan
Andriana (2007) dan Larasasti
(2011). Pertumbuhan perusahaan
berpengaruh
positif
terhadap
kebijakan
hutang.
Hasil
ini
konsisten dengan hasil penelitian
Yeniatie dan Destriana (2010).
Namun hasil penelitian tersebut
tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Murni dan
Andriana (2007), Indahningrum dan
Handayani (2009).
Profitabilitas
berpengaruh
negatif terhadap kebijakan hutang.
Hasil ini konsisten dengan hasil
penelitian
Indahningrum
dan
Handayani (2009), Michael dan
Liliana
(2010),
Sugiarto
dan
Fongnawati (2007), Yeniatie dan
Destriana (2010). Namun hasil
penelitian tersebut tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Masdupi (2005). Free cash flow
tidak
berpengaruh
terhadap
Kristina Dan Nurhaiyani
kebijakan hutang. Hasil ini tidak
konsisten dengan hasil penelitian
Indahningrum
dan
Handayani
(2009), serta Tarjo dan Jogiyanto
(2005). Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang. Hasil ini konsisten dengan
hasil penelitian Soesetio (2008).
Namun hasil penelitian tersebut
tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Susanto (2011),
Susilawati (2010) dan Wiliandri
(2011). Struktur aset berpengaruh
positif terhadap kebijakan hutang.
Hasil ini konsisten dengan hasil
penelitian Yeniatie dan Destriana
(2010). Namun hasil penelitian
tersebut tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Margaretha dan Asmariani (2009).
Dari penelitian yang telah
dilakukan,
masih
terdapat
beberapa
keterbatasan
yaitu
periode penelitian yang dilakukan
yaitu hanya tiga tahun, karena
keterbatasan waktu, data tidak
berdistribusi normal, data ini masih
terdapat
masalah
heteroskedastisitas, penelitan ini
hanya
menggunakan
delapan
variabel independen sehingga masih
terdapat variabel-variabel lain yang
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang yang tidak termasuk ke
dalam penelitian ini.
Berdasarkan
keterbatasan
yang
ada,
maka
peneliti
mengajukan beberapa rekomendasi
kepada
peneliti-peneliti
selanjutnya. Rekomendasi tersebut
antara lain yaitu memperpanjang
periode penelitian sehingga dapat
menambah jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian, untuk
mengatasi sampel yang tidak
berdistribusi secara normal maka
dapat
dilakukan
penambahan
sampel penelitian, memperbanyak
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
sampel untuk mengatasi masalah
heteroskedastisitas, menambahkan
variabel independen yang dapat
November 2012
mempengaruhi kebijakan hutang
seperti kebijakan investasi, risiko
perusahaan.
REFERENSI
Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial:
Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Mei, Vol. 9, No. 1, Hlm. 1-8.
Djabid, Abdullah W. 2009. Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan
terhadap Kebijakan Utang: Sebuah Perspektif Agency Theory. Jurnal
Keuangan dan Perbankan. Mei, Vol. 13, No. 2, Hlm. 249-259.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babindan Rolph E. Anderson. 2010.
Multivariate data analysis: a global perspective. Seventh Edition. New
Jersey: Prentice Hall International, Inc.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Dividen,
Pertumbuhan
Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Desember, Vol. 11,
No. 3, Hlm. 189-207.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis: untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Ismiyanti, Fitri dan Mamduh M. Hanafi. 2003. Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan
Dividen: Analisis Persamaan Simultan. Simposium Nasional Akuntansi
VI. Oktober, Hlm. 260-227.
Joher Huson, Mohd Ali, Nazrul. 2006. The Impact of Ownership Structure on
Corporate Debt Policy: Two Stage Least Square Simultaneous Model
Approach for Post Crisis Period: Evidence from Kuala Lumpur Stock
Exchange. International Business and Economics Research Journal.
May, Vol 5, No. 5, 51-64.
Larasasti, Eva. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang
perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis. Juli, Th. 16, No. 2, Hlm. 103-107.
Margaretha, Farah dan Andhini Asmariani 2009. Faktor-faktor Agency Theory
yang mempengaruhi Kebijakan Hutang. Media Riset Bisnis dan
Manajemen. Vol 9, No. 1, Hlm 1-20.
Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan
Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Vol. 20, No. 1, Hlm. 57-69.
42
ISSN: 1410 -9875
Kristina Dan Nurhaiyani
Michael dan Liliana Inggrit Wijaya. 2010. Pengaruh Risiko, Profitabilitas,
Pertumbuhan Aset, dan Aset Tetap terhadap Kebijakan Dividen dan
Kebijakan Utang. Manajemen dan Bisnis. September, Vol.9, No.2 , Hlm.
202-214.
Murni, Sri dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institutional
Investor, Dividend Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Februari,
Vol. 7, No. 1, Hlm. 15-24.
Nurfauziah, D. Agus Harjito, Hertya Dwi Ameliawati. 2007. Hubungan
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusi dan Kebijakan Hutang
dalam Perspektif Masalah Agensi di Indonesia. Ventura. April, Vol. 10,
No. 1, Hlm. 47-61.
Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
Soesetio, Yuli. 2008. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan
Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas terhadap
Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan. September, Vol.
12, No. 3, Hlm. 384-398.
Sugiarto dan Fongnawati Budhijono. 2007. Telaahan Indikasi Keagenan pada
Kebijakan Leverage Perusahaan Keluarga di BEJ. Akuntabilitas. Maret,
Vol. 6, No. 2, Hlm. 165-178.
Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen,
Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistimatik, Set Peluang Investasi dan
Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Desember, Vol. 13, No.
3, Hlm. 195-210.
Susilawati, R. Anastasia Endang. 2010. Analisis Free Cash Flow dan
Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan
Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi Modernisasi. Juni, Vol. 6, No. 2,
Hlm. 109-129.
Tarjo dan DR. Jogiyanto HM, MBA, AK. 2003. Analisa Free Cash Flow dan
Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan
Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VI. Oktober, Hlm.
278-295.
Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif
Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Januari, Vol. 5, No.
1, Hlm. 1-16.
Wiliandri, Ruly. 2011. Pengaruh Blockholder Ownership dan Firm Size
terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis. Juli,
Th. 16, No. 2, Hlm. 95-102.
Wuryaningsih D.L. 2004. Pengujian Pengaruh Capital Structure pada Debt
Policy (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia).
Benefit. Desember, Vol. 8, No. 2, Hlm. 139-150.
Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. April, Vol. 12, No. 1,
Hlm. 1-16.
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
44
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 45-56
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PERUSAHAAN
NON-KEUANGAN
R. PURWOKO dan SIGIT SUSILO BROTO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to examine the factors that influence
firm’s performance of non-financial companies. The variables are managerial
ownership, institutional ownership, dividend, leverage, firm size, sales
growth, and net profit margin. The populations used in this study are nonfinancial companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2008 to
2010. Sample selection procedure carried out by using purposive sampling
method and number of sample used are 99 companies. The analysis technique
used is multiple regression analysis. The results of this study indicate that
dividend, leverage, sales growth, and net profit margin have influence
toward firm’s performance. However, managerial ownership, institutional
ownership, and firm size have no influence toward firm’s performance.
Keywords: Firm’s Performance, Managerial Ownership, Institutional
Ownership, Dividend, Leverage, Firm Size, Sales Growth, and Net
Profit Margin.
PENDAHULUAN
sedang hangat didiskusikan. Isu tata
kelola
perusahaan
(corporate
governance)
muncul
karena
globalisasi pasar, yang telah
membuat pasar dunia dapat dengan
mudah diakses oleh tata kelola
perusahaan di beberapa negara
(Shahab dan Attiya, 2012).
Praktik
Corporate
Governance mendorong perusahaan
untuk menghasilkan nilai dalam hal
inovasi, pengembangan, eksplorasi,
dan mempertanggung jawabkan
akuntabilitas pada sistem kontrol
yang sesuai dengan risiko yang
terlibat (Shahab dan Attiya 2012,
63).
Tujuan utama suatu bisnis
adalah
untuk
memperoleh
keuntungan yang maksimal. Namun,
bisnis dapat berkembang dengan
cepat apabila pemilik perusahaan
mengoperasikan bisnisnya sesuai
dengan
prinsip
tata
kelola
perusahaan. Perusahaan memiliki
tujuan yang lebih luas yaitu
memaksimalkan
laba,
meningkatkan kinerja perusahaan,
mensejahterakan pemegang saham,
dan bertanggung jawab kepada
masyarakat yang berlaku sebagai
konsumen. Sekarang ini, muncul
praktik tata kelola perusahaan yang
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Penelitian
ini
dilakukan
untuk mengembangkan penelitian
sebelumya yang terkait dengan
kinerja perusahaan. Penelitian ini
mengacu
pada
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Shahab
dan
Attiya
(2012).
Penelitian Shahab dan Attiya (2012)
dilakukan terhadap 29 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
Karachi Stock Exchange dari tahun
2004
sampai
dengan
2009.
Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Shahab dan Attiya (2012)
adalah penelitian ini dilakukan
terhadap perusahaan non keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari tahun 2008
sampai dengan 2010. Penelitian ini
juga
menambahkan
variabel
kepemilikan
institusional
dan
melakukan
modifikasi
dengan
mengganti kepemilikan keluarga
dengan kepemilikan manajerial
sebagai variabel independen.
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan bukti
empiris
mengenai
pengaruh
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan institusional, deviden,
leverage,
ukuran
perusahaan,
pertumbuhan penjualan, dan net
profit margin terhadap kinerja
perusahaan.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
mengenai
latar
belakang
penelitian, masalah penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian
serta sistematika penulisan. Kedua,
kerangka
teoritis
dan
pengembangan
hipotesis
menjelaskan
tentang
kerangka
teoritis,
penelitian
terdahulu,
model
penelitian
dan
pengembangan hipotesis. Ketiga,
metode penelitian menjelaskan
46
November 2012
tentang bentuk penelitian, obyek
penelitian, definisi operasional
variabel dan pengukurannya, teknik
pengumpulan data serta metode
analisis data. Keempat, analisis dan
pembahasan menjelaskan gambaran
umum sampel (obyek penelitian),
statistik deskriptif variabel, hasil
uji kualitas data, dan pengujian
hipotesis. Terakhir, penutup berisi
kesimpulan,
keterbatasan
dan
rekomendasi yang diharapkan dapat
berguna
untuk
penelitian
selanjutnya.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Teori keagenan berspekulasi
bahwa pembiayaan utang lebih
efektif daripada ekuitas. Menurut
teori ini, perusahaan adalah
kumpulan beberapa kontrak yang
terjadi antara pemilik perusahaan
yang
mempunyai
hak
atas
perusahaan dengan sumber daya
yang ada pada perusahaan. Struktur
kepemilikan yang dimiliki oleh
perusahaan adalah bagian dari
fungsi
produksi
perusahaan
bersama dengan sumber daya
teknologi dan produksi (Jensen dan
Meckling, 1976).
Jensen dan Meckling (1976)
menyimpulkan bahwa biaya agensi
dan
kepemilikan
manajerial
memiliki
keterkaitan
dengan
kinerja
perusahaan.
Sebagai
konsekuensinya, manajer pemegang
saham cenderung bekerja keras
untuk
menciptakan
keputusan
investasi yang lebih baik dan
perusahaan
yang
kepemilikan
manajerialnya tinggi harus memiliki
kinerja yang lebih baik.
ISSN: 1410 -9875
Teori Asimetri Informasi
Adanya asimetri informasi
antara pihak pemegang saham
dengan
manajer
perusahaan
menyebabkan
manajer
selaku
pengelola perusahaan akan mampu
mengendalikan perusahaan karena
memiliki informasi lebih mengenai
perusahaan tersebut dibandingkan
dengan pemegang saham.
Kinerja Perusahaan
Menurut Zarkasyi (2008),
kinerja merupakan hasil kerja yang
dicapai dari suatu usaha organisasi
dalam periode tertentu dengan
mengacu pada standar yang telah
ditetapkan. Kinerja perusahaan
merupakan
indikator
bagi
perusahaan
untuk
menentukan
nilainya dan dapat dibandingkan
dengan perusahaan lain, serta
menentukan posisi dan kondisinya
dalam kegiatan perekonomian.
Kinerja perusahaan merupakan
suatu hasil yang didapat oleh
perusahaan
melalui
kegiatan
operasionalnya, hal tersebut dapat
tercermin
dalam
laporan
keuangannya.
Kepemilikan
Manajerial
dan
Kinerja Perusahaan
Manajer
diharapkan
bertindak sesuai dengan yang
diharapkan oleh para pemegang
saham
(principals).
Menurut
Siallagan dan Machfoedz (2006),
pada
kepemilikan
saham
manajerial, seharusnya manajer
termotivasi untuk meningkatkan
kinerja perusahaan, sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaaan.
Hasil penelitian Herawaty (2008)
menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
R. Purwoko dan Sigit Susilo Broto
manajerial
Ha1: Kepemilikan
memiliki pengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
Kepemilikan
Institusional
dan
Kinerja Perusahaan
Berdasarkan
penelitian
Sabrina
(2010),
kepemilikan
institusional
tidak
terbukti
berpengaruh
terhadap
ROA.
Kepemilikan
institusional
berpengaruh positif terhadap ROA
sebagai alat ukur untuk menguji
kinerja perusahaan.
Ha2:
Kepemilikan
memiliki
terhadap
perusahaan.
institusional
pengaruh
kinerja
Deviden dan Kinerja Perusahaan
Deviden adalah bagian dari
laba yang diberikan kepada para
pemegang
saham. Besar kecilnya deviden yang
dibayarkan oleh perusahaan kepada
pemegang saham tergantung pada
kebijakan deviden masing-masing
perusahaan. Tidak ada hubungan
antara pembayaran deviden dengan
kinerja perusahaan (Shahab dan
Attiya, 2012).
Pembayaran
deviden
merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kinerja perusahaan.
Berdasarkan penelitian Murekefu
dan Ouma (2012), kebijakan
deviden yang dirancang oleh
manajer sehingga relevan akan
meningkatkan kinerja perusahaan
dan juga nilai pemegang saham.
Ha3: Deviden memiliki pengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan.
Leverage dan Kinerja Perusahaan
Thaddeus dan Chigbu (2012)
menganalisis pengaruh pembiayaan
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
maksimal
terhadap
kinerja
perusahaan.
Hasil
di
bank
mempelajari acara hasil campuran
dan pembiayaan leverage yang
didirikan sebagai strategi penting
untuk
memaksimalkan
pengembalian pemegang saham.
Oleh karena itu kesimpulannya
adalah bahwa dalam rangka untuk
memastikan bahwa pembiayaan
maksimal mengarah ke bisnis hasil
yang di inginkan, organisasi harus
menetapkan
tingkat
optimal
mereka
serta
keseimbangan
strategis dengan risiko pembiayaan
yang terkait dan kembali ke pemilik
perusahaan.
Ojo (2012) menguji pengaruh
leverage keuangan terhadap kinerja
perusahaan
di
Nigeria.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
guncangan leverage mengerahkan
substansial
pada
kinerja
perusahaan
di
Nigeria.
Ada
hubungan negatif antara leverage
keuangan dan kinerja perusahaan.
Ha4: Leverage memiliki pengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
Ukuran Perusahaan dan Kinerja
Perusahaan
Penelitian
ini
juga
mengamati hubungan positif dan
signifikan
antara
variabel
kepemilikan keluarga dan ukuran
perusahaan
yang
menunjukkan
bahwa perusahaan kontrol keluarga
lebih memilih untuk berinvestasi
dalam proyek-proyek lebih untuk
mendistribusikan
pendapatan
antara pemegang saham. Ukuran
perusahaan (size) yang besar
berkorelasi
positif
dengan
pembayaran deviden (Fama dan
French, 2001).
Ukuran
dari
suatu
perusahaan dianggap faktor penting
48
November 2012
dalam profitabilitas perusahaan,
maka ukuran perusahaan, yang
diukur dengan logaritma natural
dari
total
aset,
dapat
mempengaruhi
kinerja
keuangannya.
Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa
ukuran
perusahaan
dapat
mempengaruhi
kinerjanya,
perusahaan besar memiliki berbagai
yang lebih besar kemampuan dan
dapat menikmati skala ekonomi,
yang dapat mempengaruhi hasil dan
kesimpulan,
sehingga
ukuran
perusahaan
dianggap
sebagai
variabel kontrol dalam model
penelitian
(Ramaswamy,
2001;
Frank dan Goyal, 2003; Jermias,
2008, Onaolapo dan Kajola, 2010).
Ha5: Ukuran perusahaan memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan.
Pertumbuhan
Penjualan
dan
Kinerja Perusahaan
Banz (1981) dalam Alzharani
et al. (2012), melaporkan bahwa
pertumbuhan penjualan menjadi
lebih sulit bagi mereka untuk
mempertahankan
kinerja
yang
mengesankan. Oleh karena itu,
perusahaan-perusahaan kecil lebih
kreatif, inovatif dan mengubah
lebih mudah untuk meningkatkan
nilai penjualan mereka (Hannan &
Freeman, 1989) dalam Alzharani et
al. (2012).
Pertumbuhan
dalam
penelitian ini telah digunakan
sebagai proxy untuk peluang
investasi dan memperoleh dengan
buku ekuitas nilai pasar. Nilai pasar
ekuitas banyak digunakan oleh para
peneliti keuangan. Variabel yang
sama yang digunakan oleh Amitabh
(1999) dalam Shahab dan Attiya
(2012), menemukan dampak insider
ISSN: 1410 -9875
R. Purwoko dan Sigit Susilo Broto
berpegang
pada
kebijakan
keuangan
industri
perbankan
maka terdapat
Amerika Serikat,
pengaruh
pertumbuhan
penjualan
terhadap kinerja perusahaan.
Ha6: Pertumbuhan
penjualan
memiliki pengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
Net Profit Margin dan Kinerja
Perusahaan
Laba adalah kemampuan
perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatan bisnis
yang
dilakukannya.
Laba
merupakan keuntungan setelah
bunga dan pajak yang merupakan
laba yang akan dibagikan kepada
pemegang saham.
METODE PENELITIAN
Obyek Penelitian
Populasi dari penelitian ini
adalah perusahaan-perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2010. Data
yang diambil dalam penelitian ini
ialah
data
sekunder
dan
pengambilan sampel penelitian
menggunakan metode purposive
sampling.
ROA =
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba yang merupakan
hasil
bersih
dari
kebijakankebijakan dan keputusan-keputusan
manajemen baik dalam mengelola
likuiditas, aset, maupun kewajiban
perusahaan (Besley dan Brigham,
2008). Terdapat hubungan antara
laba bersih terhadap kinerja
perusahaan
pada
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Shahab dan Attiya (2012).
Net profit margin
Ha7 :
memiliki pengaruh terhadap
kinerja perusahaan.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kinerja
perusahaan yang diukur dengan
Return on Assets (ROA). Kinerja
perusahaan
menggambarkan
pendapatan
yang
diterima
perusahaan
sebelum
dikurangi
penyusutan dan pajak, serta
penambahan bunga. Skala rasio
dirumuskan sebagai berikut (Shahab
dan Attiya, 2012):
Profit Before Depreciation, Interest and Tax
(PBDIT)
Total Asset
Kepemilikan
manajerial
(MO)
adalah besarnya jumlah saham yang
dimiliki manajemen dari total
saham
yang
beredar.
Dalam
penelitian
ini,
kepemilikan
manajerial merupakan variabel
dummy yang menggunakan skala
nominal dengan nilai 1 jika ada
kepemilikan manajerial dan 0 jika
sebaliknya (Herawaty, 2008).
Kepemilikan institusional (IO)
adalah kepemilikan saham yang
dimiliki organisasi lain di luar
perusahaan. Skala rasio dirumuskan
sebagai berikut:
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Jumlah saham pihak institusional
Total saham beredar
Deviden (DIV) yang dibayarkan
diwakili oleh pemegang saham luar
kepada pemegang saham luar,
(Crutchy and Hansen, 1984) dalam
sehingga saling ketergantungan
Shahab dan Attiya (2012). Skala
antara deviden dan leverage yang
rasio dirumuskan sebagai berikut:
erat
mempengaruhi
principal
IO =
Dividend per share
Earnings per share
DIV =
Leverage (LEV) adalah kemampuan
perusahaan dalam menggunakan
aktiva atau dana yang mempunyai
beban tetap (utang dan saham
istimewa)
dalam
rangka
mewujudkan tujuan perusahaan
untuk memaksimalkan kekayaan
pemilik perusahaan (Oktiyatun,
2012). Skala rasio dirumuskan
sebagai berikut (Alzharani et al.
2012):
Total Debt
LEV =
Total Asset
Ukuran perusahaan (SIZE) adalah
suatu skala perusahaan yang
mengklasifikasikan besar kecilnya
suatu perusahan dengan cara
melihat total asetnya. Skala rasio
dirumuskan sebagai berikut (Shahab
dan Attiya, 2012):
SIZE
= Ln(total aset perusahaan)
Pertumbuhan penjualan (G)
adalah kemampuan perusahaan
untuk
meningkatkan
jumlah
penjualan (Widarjo dan Setiawan,
2009). Skala rasio dirumuskan
sebagai berikut:
Sales t − Sales tG=
1
Sales t-1
Laba bersih (NPM) yang digunakan
sebagai variabel penjelas dapat
diperoleh dengan membagi laba
bersih komprehensif dari penjualan
bersih. Variabel yang sama yang
NPM =
50
digunakan oleh Amitabh (1999)
dalam Shahab dan Attiya (2012).
Skala rasio dirumuskan sebagai
berikut:
Net income
Net sales
ISSN: 1410 -9875
R. Purwoko dan Sigit Susilo Broto
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah
Jumlah
Perusahaan
Data
Kriteria
Perusahaan non keuangan yang terdaftar secara
konsisten di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2008-2010
Perusahaan non keuangan yang tidak menggunakan
satuan mata uang Rupiah
Perusahaan non keuangan tidak menerbitkan laporan
keuangan yang berakhir tanggal 31 Desember
Perusahaan non keuangan yang tidak memperoleh
laba bersih selama periode penelitian
Perusahaan non keuangan yang tidak membagikan
deviden
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian
Jumlah data outlier
Jumlah data yang diolah dalam penelitian
343
1029
(60)
(180)
(6)
(18)
(74)
(222)
(104)
(312)
99
297
(25)
272
Sumber: Data yang diolah.
Tabel 2
Tabel Statistik Deskriptif
ROA
MO
IO
DIV
LEV
SIZE
G
NPM
N
272
272
272
272
272
272
272
272
Minimum
0,0177312
0
0,1121278
0,0134228
0,0024392
25,3084285
-0,3369400
0,0034439
Maximum
0,5042325
1
0,9896530
1,6021362
0,8499863
32,9969691
0,7517017
0,5067433
Std.
Mean
Deviation
0,179961623 0,0910593764
0,52
0,501
0,675081843 0,1857316718
0,372593213 0,2384124752
0,427897073 0,1911252226
28,902014300 1,5173949492
0,158965140 0,1530651796
0,134914371 0,1043341647
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS IBM 19
Informasi
Tidak memiliki
kepemilikan manajerial
Memiliki kepemilikan
manajerial
Tabel 3
Kepemilikan Manajerial
Frekuensi
131
Persentase
48,2 %
141
51,8 %
272
100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
Tabel 4
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi
Adjusted R
Model
R
Square
1
0,621
0,369
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
Tabel 4 menunjukan nilai R
sebesar 0,621 artinya pengaruh
antara
variabel
independen
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan institusional, deviden,
leverage,
ukuran
perusahaan,
pertumbuhan penjualan, dan net
profit margin dengan variabel
dependen kinerja perusahaan yang
diukur dengan Return on Assets
adalah kuat.
Table 4 diatas menunjukan
nilai adjusted R2 sebesar 0,369 atau
36,9%. Secara statisik besarnya
Variabel
(Constant)
MO
IO
DIV
LEV
SIZE
G
NPM
variasi dari variabel dependen yaitu
kinerja perusahaan yang dapat
dijelaskan
oleh
variabel
independen
yaitu
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, deviden, leverage,
ukuran perusahaan, pertumbuhan
penjualan, dan net profit margin
adalah sebesar 36,9%. Sisanya
sebesar 63,1% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak
terdapat dalam model regresi
penelitian ini.
Tabel 5
Hasil Uji Statistik t
B
Sig.
Kesimpulan
0,201
0,027
Tidak
0,008
0,386 berpengaruh
Tidak
0,041
0,107 berpengaruh
0,127
0,000 Berpengaruh
-0,191 0,000 Berpengaruh
Tidak
-0,002 0,608 berpengaruh
0,072
0,019 Berpengaruh
0,113
0,019 Berpengaruh
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 19
Hasil uji t menunjukan
variabel kepemilikan manajerial
(MO) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,386 di atas nilai alpha
(α=0,05). Dari hasil ini maka Ha1
tidak dapat diterima, artinya
kepemilikan manajerial (MO) tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan yang diukur dengan
Return on Assets dalam penelitian
ini. Hal ini mungkin disebabkan
52
karena
rendahnya
kepemilikan
saham yang dimiliki oleh dewan
komisaris
dan
direksi
pada
perusahaan yang diteliti.
Hasil uji t menunjukan
variabel kepemilikan institusional
(IO) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,107 di atas nilai alpha
(α=0,05). Dari hasil ini maka Ha2
tidak dapat diterima, artinya
kepemilikan institusional (IO) tidak
ISSN: 1410 -9875
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan yang diukur dengan
Return on Assets dalam penelitian
ini. Hal ini mungkin disebabkan
karena mayoritas pemilik saham
institusi
ikut
serta
dalam
pengendalian perusahaan, sehingga
cenderung
bertindak
untuk
kepentingan
mereka
sendiri
meskipun dengan mengorbankan
kepentingan
pemilik
minoritas
(kepemilikan publik).
Hasil uji t menunjukan
variabel deviden (DIV) memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,000 di
bawah nilai alpha (α=0,05). Dari
hasil ini maka Ha3 diterima, artinya
deviden
(DIV)
berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan yang
diukur dengan Return on Assets
dalam penelitian ini. Hal ini
mungkin
disebabkan
karena
semakin
tinggi
kemampuan
perusahaan untuk membagikan
deviden
tunai
kepada
para
pemegang saham, maka kinerja
perusahaan akan dinilai baik oleh
para pemegang saham. Pembayaran
deviden yang rutin dibagikan oleh
perusahaan setiap tahunnya akan
mempengaruhi tingkat penanaman
saham oleh para investor di
perusahaan tersebut.
Hasil uji t menunjukan
variabel leverage (LEV) memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,000 di
bawah nilai alpha (α=0,05). Dari
hasil ini maka Ha4 diterima, artinya
leverage (LEV) berpengaruh negatif
terhadap kinerja perusahaan yang
diukur dengan Return on Assets
dalam penelitian ini. Hal ini
mungkin terjadi karena ketika
leverage
perusahaan
semakin
tinggi, maka akan menimbulkan
financial
distress
(kesulitan
keuangan)
sehingga
nilai
perusahaan menurun. Apabila dana
R. Purwoko dan Sigit Susilo Broto
perusahaan
mencukupi,
maka
manajer akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
Hasil uji t menunjukan
variabel ukuran perusahaan (SIZE)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,608 di atas nilai alpha (α=0,05).
Dari hasil ini maka Ha5 tidak dapat
diterima,
artinya
ukuran
perusahaan
(SIZE)
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan yang diukur dengan
Return on Assets dalam penelitian
ini. Hal ini mungkin saja terjadi
karena ukuran perusahaan bukan
merupakan jaminan bahwa kinerja
perusahaan akan lebih baik dengan
dana lebih yang bisa dimanfaatkan.
Hasil uji t menunjukan
variabel pertumbuhan penjualan
(G) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,019 di bawah nilai alpha
(α=0,05). Dari hasil ini maka Ha6
diterima, artinya pertumbuhan
penjualan
(G)
berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan yang
diukur dengan Return on Assets
dalam penelitian ini. Hal ini
mungkin disebabkan karena jika
pertumbuhan penjualan mengalami
kenaikan, maka laba yang diperoleh
perusahaan juga ikut meningkat
sehingga kinerja perusahaan akan
lebih
baik
dengan
adanya
pembagian deviden kepada para
pemegang saham dan memiliki
cukup dana cadangan yang ditahan.
Hasil uji t menunjukan
variabel net profit margin (NPM)
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,019 di bawah nilai alpha
(α=0,05). Dari hasil ini maka Ha7
diterima, artinya net profit margin
(NPM)
berpengaruh
terhadap
kinerja perusahaan yang diukur
dengan Return on Assets dalam
penelitian ini. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
memperoleh laba, maka semakin
rendah kesempatan perusahaan
tersebut mendapatkan pendanaan
berupa pinjaman, dan begitu pula
sebaliknya. Hal ini dikarenakan
perusahaan akan menggunakan
dana dari dalam perusahaan
terlebih
dahulu
dan
tingkat
pengembalian
yang
tinggi
memungkinkan untuk membiayai
sebagian
besar
kebutuhan
pendanaan dengan dana yang
dihasilkan secara internal.
PENUTUP
Hasil pengujian menyatakan
bahwa variabel independen deviden
(DIV), leverage (LEV), pertumbuhan
penjualan (G), dan net profit
margin
(NPM)
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan,
sedangkan kepemilikan manajerial
(MO), kepemilikan institusional
(IO), dan ukuran perusahaan (SIZE)
tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
Dalam
melakukan
penelitian ini, penulis menyadari
adanya keterbatasan yang mungkin
berpengaruh
terhadap
hasil
penelitian, diantaranya adalah:
1. Periode penelitian yang terbatas
dengan jangka waktu 3 tahun,
yaitu dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010 yang tidak
dapat mewakili secara spesifik
keadaan yang terjadi.
2. Penelitian
ini
hanya
menggunakan
7
variabel
independen, yaitu kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, deviden, leverage,
ukuran
perusahaan,
pertumbuhan penjualan, dan
net profit margin yang dari
pengujian koefisien korelasi
menunjukkan angka adjusted R2
54
November 2012
sebesar 36,5%. Hal ini berarti
besarnya presentase variasi dari
variabel dependen yaitu kinerja
perusahaan
yang
dapat
dijelaskan oleh 7 variabel
independen tersebut sebesar
36,5%. Sisanya sebesar 63,5%
dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak terdapat dalam
model regresi dalam penelitian
ini.
3. Hasil
pengolahan
data
menunjukkan data berdistribusi
normal setelah dilakukan uji
outlier, sehingga data yang
digunakan hanya 274 data dalam
pengolahan data.
4. Terdapat 3 variabel yang
terdapat
heterokedastisitas,
yaitu kepemilikan institusional,
deviden, dan net profit margin,
serta terjadi autokorelasi pada
model penelitian.
Berdasarkan
keterbatasan
yang ada dalam penelitian ini,
rekomendasi bagi para peneliti
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian
selanjutnya
diharapkan menggunakan jangka
waktu penelitian yang lebih
panjang sehingga diharapkan
bisa
menangkap
fenomena
secara utuh.
2. Penambahan
variabel
independen lainnya yang tidak
digunakan dalam model regresi
penelitian ini, seperti kualitas
audit
dan
struktur
aset
perusahaan.
Semakin
baik
kualitas audit yang dihasilkan
maka akan semakin tepat
evaluasi dan perbaikan bagi
kinerja perusahaan. Struktur
kepemilikan aset perusahaan
yang baik, bisa digunakan
sebagai jaminan perusahaan
untuk mendapatkan pinjamanan
ISSN: 1410 -9875
agar kinerja perusahaan semakin
baik.
3. Jika terdapat variabel yang
terjadi heterokedastisitas, maka
dapat
dihilangkan
dengan
melakukan transformasi data.
R. Purwoko dan Sigit Susilo Broto
4. Menggunakan
rumus
atau
variabel lain agar tidak terjadi
autokorelasi, misalnya variabel
pertumbuhan aset perusahaan.
REFERENSI
Alzharani, Abdullah Mohammed, Ayoib Che-Ahmad, dan Khaled Salmen
Aljaaidi. 2012. Factors Associated With Firm Performance: Empirical
Evidence from The Kingdom of Saudi Arabia. Accounting & Taxation,
Vol. 4, No. 2.
Amouzesh, Nasrollah, Zahra Moeinfar, dan Zahra Mousavi. 2011. Sustainable
Growth Rate and Firm Performance: Evidence from Iran Stock
Exchange. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2,
No. 23.
Chairiri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance 13th edition. Pearson.
Godfrey, Jayne., Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes.
2010. Accounting Theory 7th edition. New York: John Wiley & Sons.
Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 2007.
Jakarta: Salemba Empat.
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics, Vol. 3, No. 4, pp. 305-360.
Khatab, Humera, Maryam Masood, Khalid Zaman, Sundas Saleem, dan Bilal
Saeed. 2011. Corporate Governance and Firm Performance: A Case
study of Karachi Stock Market. International Journal of Trade,
Economics and Finance, Vol. 2, No. 1.
Moradi, Nassim Shah, Mahmood Moein Aldin, Forough Heyrani, dan Mohsen
Iranmahd. 2012. The Effect of Corporate Governance, Corporate
Financing Decision and Ownership Structure on Firm Performance: A
Panel Data Approach from Tehran Stock Exchange. International
Journal of Economics and Finance, Vol. 4, No. 6.
Murekefu, Timothy Mahalang’ang’a dan Ochuodho Peter Ouma. 2012. The
Relationship between Dividend Payout and Firm Performance: A Study
of Listed Companies in Kenya. European Scientific Journal, Vol. 8, No.
9.
Ojo, Akinmulegun Sunday. 2012. The Effect of Financial Leverage on
Corporate Performance of Some Selected Companies in Nigeria.
Canadian Social Science, Vol. 8, No. 1, pp. 85-91.
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Shahab-u-Din dan Attiya Y. Javid. 2012. Impact of Family Ownership
Concentration on the Firm’s Performance (Evidence from Pakistani
Capital Market). Journal of Asian Business Strategy, Vol. 2, No. 3, hlm.
63-70.
Shyu, Jonchi. 2011. Family Ownership and Firm Performance: Evidence from
Taiwanese Firms. International Journal of Managerial Finance, Vol. 7,
No. 4, pp. 397-411.
Stice, Eral K, James D. Stice, dan K. Fred Skousen, terjemahan. 2005.
Intermediate Accounting edisi 15. Jakarta: Salemba Empat.
Widarjo, Wahyu dan Doddy Setiawan. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi. Vol. 11, No. 2.
56
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 57-72
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT UNDERPRICING PENAWARAN
UMUM PERDANA PERUSAHAAN
RUDI SETIADI TJAHJONO dan SUHAJAR WIYOTO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: This study aims to determine the factors that influence the degree
of underpricing. Factors which are potentially affect underpricing degree that
used in this study are firm age, firm size, earnings per share, return on assets,
financial leverage, industrial type, return on equity, reputation of
underwriter and reputation of auditor. This research use 47 selected samples
from all kind of companies listed in Indonesia Stock Exchange except finance
and investment companies during the period of 2008 until 2010 and meet the
criterias of this research. The samples are selected by using purposive
sampling method. The statistical method used in this research is multiple
regressions. The research concluded that firm size, earnings per share and
return on assets have influence toward underpricing. On the other hand, the
remaining variables that consist of firm age, financial leverage, industrial
type, return on equity, reputation of underwriter and reputation of auditor
have no influence toward underpricing.
Keywords: Underpricing, Initial Public Offering (IPO), Firm Size, Earnings per
Share, Return on Assets and Industrial Type
PENDAHULUAN
underpricing ini tidak diharapkan
oleh
perusahaan,
sehingga
perusahaan
sangat
ingin
meminimalisirnya.
Hal
ini
dikarenakan, underpricing akan
menyebabkan transfer kemakmuran
dari
pemilik
kepada
para
investor (Beatty 1989). Apabila
dalam kasus perusahaan go public
yang dimaksud merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), maka
Negara dapat turut dirugikan dalam
hal ini.
Salah
satu
fenomena
underpricing pada BUMN yang
pernah menjadi gunjingan publik
Terdapat satu hal yang
lumrah terjadi pada perusahaan go
public saat melakukan initial public
offerings (IPO) atau penawaran
saham pertama kali. Umumnya
saham perusahaan-perusahaan itu
akan mengalami underpricing, yaitu
dimana
harga
saham
suatu
perusahaan yang ditawarkan lebih
rendah daripada semestinya.
Bukan tanpa sebab selama ini
terdapat
banyak
penelitian
mengenai penyebab terjadinya
underpricing.
Terjadinya
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
yaitu IPO PT. Krakatau Steel tahun
2010. Pada saat IPO, tanggal 10
November 2010, PT. Krakatau Steel
mengalami underpricing dimana
harga IPO Rp850,00 sementara
harga penutupannya Rp1.270,00.
Terlihat sangat jelas bahwa saham
PT. Krakatau Steel mengalami
underpricing. PT. Krakatau Steel
melepaskan 3,155 miliar saham baru
ke publik dan berhasil memperoleh
pesanan hingga 30 miliar saham
(Bagus 2010).
Meski telah banyak penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui
penyebab terjadinya underpricing,
akan
tetapi
dari
penelitian-penelitian yang telah ada,
terdapat ketidakkonsistenan dalam
hasil
penelitian.
Perbedaan
penelitian
ini
dari
penelitian-penelitian
yang
ada
sebelumnya yaitu penelitian ini
mencakup periode waktu dari tahun
2010 sampai dengan 2012.
Penelitian ini disusun dengan
sistematika
penulisan
sebagai
berikut,
pertama
pendahuluan
menjelaskan
mengenai
latar
belakang dan sistematika penulisan.
Kedua, menjelaskan mengenai teori
dan hasil penelitian sebelumnya
sebagai dasar dalam pengambilan
hipotesis penelitian. Ketiga, metoda
pemilihan sampel dan definisi
operasional
variabel
dalam
penelitian.
Keempat,
hasil
pengujian hipotesis, dan terakhir
terkait
pada
kesimpulan,
keterbatasan
dan
rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Initial Public Offering
Menurut Tandelilin (2010),
saham untuk pertama kalinya
ditawarkan di pasar perdana kepada
58
November 2012
investor publik atau masyarakat
luas. Apabila perusahaan tersebut
menjual saham untuk pertama
kalinya, maka proses penjualan
saham pertama kali ini disebut
sebagai penawaran umum perdana
(initial public offering). Emiten
sendiri adalah perusahaan yang
melakukan initial public offering
(IPO). Setelah melakukan IPO,
perusahaan yang melakukannya
selanjutnya
disebut
sebagai
perusahaan terbuka (Tbk) atau
perusahaan publik.
Pada
awalnya,
menurut
Sjahruddin dan Yusralaini (2009),
studi
tentang
IPO
memang
semata-mata
ditujukan
untuk
menyelidiki potensi keuntungan
yang bisa didapat oleh investor bila
membeli saham saat penawaran
perdana.
Akan
tetapi,
hasil
penelitian
secara
konsisten
menunjukkan bahwa IPO, secara
rata-rata, memberikan return yang
positif dalam jangka pendek.
Underpricing
Pengertian
harafiah
underpricing menurut Gumanti
(2002, 137) dalam Saputra dan
Wardoyo (2008) adalah suatu
kondisi
dimana
harga
pasar
perusahaan yang baru go public
dalam hitungan hari atau minggu,
dapat lebih tinggi dibandingkan
harga
penawaran
pertamanya
secara rata-rata.
Penelitian
mengenai
fenomena
underpricing
pada
peristiwa IPO telah dilakukan oleh
Loughran et al. (1994) di banyak
negara, serta Sulistiawan dan Arni
(2003) di Indonesia (Sulistiawan
2010). Berdasarkan hasil penelitian
mereka diketahui adanya positif
return yang besar di hari pertama
perdagangan saham setelah IPO,
ISSN: 1410 -9875
sebagai contoh rata-rata return IPO
di Malaysia sekitar 100% sedangkan
di Indonesia sekitar 20%.
Underpricing
merupakan
anomali dalam kajian mengenai IPO.
Kondisi underpricing merugikan
perusahaan
karena
harapan
perusahaan akan dana maksimum
yang diperoleh dari masyarakat
menjadi tidak terpenuhi. Akan
tetapi bila terjadi overpricing,
harapan para investor untuk
menerima initial return akan hilang,
begitu juga dengan minat mereka
terhadap saham tersebut.
Teori Asimetri Informasi
Terdapat dua pendapat
berbeda mengenai kondisi asimetri
informasi yang ada. Model Baron
(1982)
menjelaskan
perbedaan
informasi yang dimiliki oleh emiten,
penjamin emisi, dan masyarakat
pemodal. Penjamin emisi memiliki
informasi tentang pasar yang lebih
lengkap daripada emiten, penjamin
emisi juga memiliki informasi yang
lebih lengkap tentang kondisi
emiten daripada calon investor.
Semakin besar asimetri informasi
yang terjadi maka semakin besar
risiko yang dihadapi oleh investor.
Begitu juga dengan harapan investor
yang semakin tinggi terhadap initial
return yang diharapkan dari saham
tersebut.
Model
Rock
(1986)
menyatakan
bahwa
asimetri
informasi terjadi pada kelompok
informed
investor
dengan
uninformed investor. Informed
investor memiliki informasi lebih
banyak mengenai emiten, sehingga
akan membeli saham-saham IPO jika
harga pasar yang diharapkan
melebihi harga perdana. Sementara
Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto
kelompok
uninformed
investor
kurang memiliki informasi mengenai
perusahaan
emiten,
sehingga
cenderung melakukan penawaran
secara sembarangan baik pada
saham-saham IPO yang underpricing
maupun
overpricing.
Tindakan
uninformed
investor
tersebut
menyebabkan harga penutupan
menjadi lebih tinggi dari pada harga
pembukaannya.
Asimetri informasi ini juga
menyebabkan
adanya
ketidakpastian. Ketidakpastian akan
nilai
emiten
menyebabkan
fenomena underpricing terjadi.
Semakin tinggi ketidakkepastian
yang ada, semakin besar pula
underpricing yang terjadi (Alli et al.
1994 dalam Hartono 2005).
Teori Signaling
Saat melakukan penawaran
umum perdana, calon investor tidak
semuanya dapat membedakan mana
perusahaan yang berkualitas baik
dan buruk. Oleh karena itu, emiten
dan penjamin emisi dengan sengaja
memberikan sinyal kepada pasar,
sehingga jika perusahaan mampu
menunjukkan kualitas perusahaan
yang
baik,
maka
diharapkan
ketidakpastian
akan
berkurang
(Hartono 2005).
Menurut Allen dan Faulhaber
(1989), perusahaan yang berkualitas
buruk
tidak
mudah
meniru
perusahaan yang berkualitas baik
yang melakukan underpricing. Pada
cash flow periode berikutnya akan
menunjukkan perusahaan tersebut
baik atau buruk. Pada perusahaan
yang
buruk,
pada
periode
berikutnya cash flow yang tinggi
jarang terjadi, akibatnya revisi
harga saham juga jarang terjadi.
Maka secara garis besar, perusahaan
yang
berkualitas
buruk
akan
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
mempunyai potensi kerugian lebih
besar dalam underpricing dibanding
perusahaan kualitas baik.
Umur Perusahaan
Umumnya perusahaan yang
telah lama berdiri mempunyai
publikasi perusahaan lebih banyak
dibandingkan dengan perusahaan
yang
masih
baru.
Untuk
memperoleh
informasi
dari
perusahaan yang lebih berumur
yang melakukan IPO terasa lebih
mudah dibanding perusahaan yang
masih muda.
Semakin
panjang
umur
perusahaan maka semakin banyak
informasi
yang
bisa
diserap
masyarakat (Daljono 2000 dalam
Putra dan Budiarti 2012). Hal ini
akan mengurangi asimetri informasi
dan memperkecil ketidakpastian.
Maka perusahaan yang lama berdiri
mempunyai tingkat underpricing
yang
lebih
rendah
daripada
perusahaan yang masih baru
(Rosyati dan Sebeni 2002). Hal ini
dikarenakan risiko yang lebih kecil
menghasilkan return yang kecil
pula. Hal ini tidak begitu menarik
bagi investor.
Ha1: Umur perusahaan berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Ukuran Perusahaan
Hayati (2007) dalam Zirman
dan Darlis (2011) mengatakan
perusahaan yang lebih besar
mempunyai kepastian yang lebih
besar dari perusahaan kecil. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang besar
umumnya lebih dikenal masyarakat,
sehingga
informasi
mengenai
prospek perusahaan besar lebih
mudah diperoleh investor dari pada
perusahaan
kecil.
Umumnya
perusahaan besar juga mempunyai
aktiva yang besar pula nilainya.
60
November 2012
Menurut Yolana dan Martani
(2005), semakin banyak informasi
yang diterima oleh investor, sedikit
banyak akan memberi kepastian
bahwa abnormal return tidak begitu
tinggi. Initial return yang akan
didapat investor akan bersifat
normal akibat minimalnya risiko
yang ada dari perusahan berskala
besar. Hal ini membuat investor
yang memang mengharapkan initial
return yang tinggi menjadi tidak
berminat untuk membeli saham
tersebut.
Ukuran
perusahaan
Ha2:
berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
Earnings per Share
Earnings
per
share
merupakan salah satu rasio yang
memberikan gambaran kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan. Earnings per share
mengambarkan jumlah rupiah yang
diperoleh untuk setiap lembar
saham biasa atau laba bersih per
lembar saham biasa.
Apabila earnings per share
perusahaan tinggi berarti laba
setiap saham ikut tinggi, maka
memicu semakin banyak investor
yang membeli saham tersebut
sehingga menyebabkan harga saham
menjadi tinggi. Harga saham yang
meninggi
akan
menyebabkan
terjadinya underpricing.
Earnings
per
share
Ha3:
berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
Return on Assets
Return on assets merupakan
rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aset yang
dimilikinya (Saputra dan Wardoyo
ISSN: 1410 -9875
2008). Hal ini dapat dilihat bahwa
return on assets digunakan dalam
mengetahui
kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan
laba dengan investasi yang telah
ditanamkan (Ghozali dan Mansur
2002).
Semakin tinggi return on
assets perusahaan akan semakin
rendah underpricing karena investor
akan menilai kinerja perusahaan
lebih baik dan bersedia membeli
saham perdananya dengan harga
yang lebih tinggi. Calon investor
akan
mempertimbangkan
persentase
profitabilitas
perusahaan sebelum menentukan
keputusan investasinya sehingga
nilai ketidakpastiannya semakin
rendah yang juga akan menurunkan
nilai
underpricing
perusahaan
tersebut (Yasa 2008).
Ha4: Return on assets berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Financial Leverage
Saputra dan Wardoyo (2008)
menyatakan financial leverage
menunjukan
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar
hutangnya dengan aset yang
dimilikinya. Menurut Daljono (2000)
dalam Zirman dan Darlis (2011),
semakin tinggi tingkat leverage
maka semakin tinggi juga resiko
perusahaan, yang mengakibatkan
tingkat
kepastian
perusahaan
meningkat karena besarnya hutang
yang ditanggung. Para investor
mempertimbangkan
informasi
financial
leverage
ini
dalam
berinvestasi.
Menurut Witjaksono (2012),
financial leverage yang tinggi
membuat penetapan harga saham
yang
cenderung
underpriced,
karena hal ini akan berpengaruh
pada
tingginya
ketidakpastian
Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto
return yang akan diterima investor
atas investasinya. Oleh karena itu,
semakin tinggi financial leverage
perusahaan maka semakin besar
pula tingkat underpricing.
Financial
leverage
Ha5:
berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
Jenis Industri
Analisis
industri
penting
untuk dilakukan oleh investor
karena dapat membantu investor
untuk mengidentifikasi peluang
investasi suatu industri yang
mempunyai karakteristik risiko dan
return tertentu bagi investor
(Tandelin 2001 dalam Sulistio 2005).
Jenis industri yang berisiko
tinggi biasanya akan memberi
kompensasi yang lebih besar atas
keberanian
investor
untuk
berinvestasi. Dimasukkannya faktor
jenis industri untuk menunjukkan
apakah tingkat underpricing industri
manufaktur
berbeda
dengan
perusahaan
industri
non
manufaktur.
Islam
et
al.
(2010)
mendapatkan fakta bahwa tidak ada
satu
pun
perusahaan
sektor
manufaktur
yang
mengalami
overpricing saat IPO. Juga terdapat
fakta bahwa tingkat rata-rata
underpricing
perusahaan
manufaktur tertinggi dibanding
sektor lainnya. Jenis industri
manufaktur lebih diminati investor,
yang membuat permintaan saham
perusahaan industri itu lebih tinggi,
yang
memicu
terjadinya
underpricing.
Ha6: Jenis industri berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Return on Equity
Return on equity merupakan
rasio yang memberikan informasi
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
mengenai tingkat pengembalian
modal dari perusahaan yang berasal
dari
kinerja
perusahaan
memperoleh laba (Yolana dan
Martani
2005).
Tingkat
pengembalian
modal
tersebut
menjadi milik investor. Maka
perusahaan
yang
mempunyai
tingkat return on equity yang tinggi,
lebih diminati oleh investor.
Investor melihat besarnya
nilai return on equity sebagai
cerminan bahwa
perusahaan
tersebut menguntungkan. Hal ini
dapat mengurangi ketidakpastian
IPO dalam menentukan harga saham
yang
wajar
sehingga
dapat
menurunkan tingkat underpricing
(Trisnaningsih 2005).
Ha7: Return on equity berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Reputasi Penjamin Emisi
Perusahaan yang go public
biasanya belum mengetahui pangsa
pasar saham di pasar bursa. Hal
itulah yang membuat perusahaan
memerlukan jasa penjamin emisi
sebagai penjamin sahamnya di bursa
efek. Penjamin emisi yang berfungsi
menawarkan saham di pasar
sekunder kepada investor. Status
peringkat
penjamin
emisi
memberikan pengaruh dalam tinggi
rendahnya harga saham perusahaan
(Zirman dan Darlis 2011).
Menurut
Saputra
dan
Wardoyo (2008), dalam suatu
kontrak,
penjamin
emisi
mempunyai bentuk tanggung jawab
terhadap emiten, jenis tanggung
jawabnya yaitu: (1) best effort
underwriting dimana penjamin
emisi hanya menjual sebatas yang
laku dan sisa dari penjualan itu akan
dikembalikan kepada pihak emiten,
(2) full commitment underwriting,
dimana penjamin emisi menjamin
62
November 2012
penjualan seluruh saham yang
ditawarkan, sehingga jika ada yang
tidak terjual maka penjamin emisi
yang akan membeli sisanya, (3)
standby commitment underwriting,
penjamin emisi selain bertanggung
jawab untuk menjual surat berharga,
juga memberikan kesanggupan jika
ada sekuritas yang tidak terjual
akan dibeli dengan harga yang telah
dijanjikan.
Penjamin emisi menetapkan
harga yang cenderung rendah untuk
menghindari pembelian saham sisa
sementara investor menginginkan
initial return dari harga saham yang
cenderung rendah pada penawaran
perdana saham. Hal inilah yang
menyebabkan
terjadinya
underpricing.
Reputasi penjamin emisi bisa
menjadi penting di Indonesia,
dimana investor umumnya masih
minim informasi, dengan demikian
para investor umumnya akan lebih
memilih saham yang dijamin oleh
penjamin emisi yang bereputasi
baik. Apalagi hampir sebagian besar
jasa penjamin emisi yang digunakan
di Indonesia berdasarkan komitmen
penuh (full-commitment), sehingga
penjamin emisi harus bertanggung
jawab atas seluruh penjualan
saham.
Ha8: Reputasi penjamin emisi
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing.
Reputasi Auditor
Peran
auditor
mutlak
diperlukan oleh perusahaan yang
ingin go public. Tugas auditor yaitu
melakukan pemeriksaan terhadap
laporan keuangan perusahaan yang
akan melakukan go public. Hasil
pemeriksaan auditor ini sangat
dibutuhkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan untuk pengambilan
ISSN: 1410 -9875
Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto
keputusan.
Menurut Dye (1993) dalam
Djamil (2003), KAP besar memiliki
kekayaan yang lebih besar. KAP yang
mempunyai kekayaan yang lebih
besar mempunyai dorongan untuk
menghasilkan laporan audit yang
lebih akurat dibandingkan dengan
auditor dengan kekayaan yang lebih
sedikit. Maka itu reputasi auditor
diukur
berdasarkan
peringkat
auditor dilihat dari banyaknya
pendapatan suatu KAP.
Auditor
yang
bereputasi
tinggi,
akan
mengurangi
ketidakpastian pada masa yang akan
datang (Yasa 2008). Keberadaan
auditor yang profesional akan
mengurangi kekhawatiran publik
akan
perilaku
emiten
yang
memberikan informasi yang tidak
akurat ke pasar. Ketidakpastian
yang berkurang dapat membuat
tingkat
underpricing
semakin
rendah.
Ha9: Reputasi auditor berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
METODE PENELITIAN
Pemilihan Sampel
Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua
perusahaan non keuangan yaitu
perusahaan
selain
bank
dan
lembaga keuangan lainnya, yang
melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2010-2012.
Pengambilan sampel menggunakan
metode
purposive
sampling.
Prosedur yang digunakan dalam
pengambilan sampel bisa dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 1: Prosedur Pemilihan Sampel
Perusahaa
n
Keterangan
Total perusahaan yang melakukan IPO selama periode
penelitian
Perusahaan yang relisting di BEI
Bank dan lembaga keuangan lainnya
Perusahaan yang tidak mengalami underpricing
Perusahaan tidak bertutup buku 31 Desember serta tidak
berperiode fiskal annually
Perusahaan tidak melaporkan data dalam mata uang Rupiah
Data yang dibutuhkan dalam penelitian tidak terpublikasi
Sampel yang digunakan dalam penelitian
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukuran
Underpricing
Tingkat
underpricing
merupakan variabel dependen yang
dipakai dalam penelitian ini.
71
(3)
(6)
(11)
(1)
(3)
(0)
47
Underpricing dapat diukur dengan
menggunakan rumus initial return.
Menurut Martani et al. (2012),
initial return dihitung dengan
membandingkan harga saham pada
saat penawaran perdana dengan
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
selisih antara harga saham saat
penutupan
dan
harga
saat
penawarannya.
Underpricing
menggunakan skala rasio yang
dihitung
dengan
menggunakan
rumus sebagai berikut:
Umur Perusahaan
Umur perusahaan diukur dari
tahun sejak perusahaan berdiri
sampai melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia atau dengan kata lain
umur perusahaan merupakan selisih
antara tahun pendirian perusahaan
dengan tahun IPO (Martani et al.
2012). Umur perusahaan (age) ini
menggunakan skala rasio dan
dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Ukuran Perusahaan
Menurut Martani et al. 2012
dalam mengukur besarnya skala
atau ukuran dari perusahaan adalah
dengan diproksi dengan logaritma
dari total aset laporan keuangan
perusahaan tahun terakhir sebelum
perusahaan tersebut melakukan IPO
di Bursa Efek Indonesia. Ukuran
perusahaan (size) menggunakan
skala rasio, diukur dengan rumus
sebagai berikut:
Earnings per Share
Menurut Gitman dan Zutter.
(2012), earnings per share diukur
dengan membandingkan net income
atau laba bersih dengan jumlah
lembar saham perusahaan yang
beredar. Earnings per share (EPS)
diukur
dengan
skala
rasio
menggunakan
rumus
sebagai
berikut:
64
November 2012
Return on Assets
Return on assets diukur
dengan membandingkan laba bersih
dengan total aset perusahaan.
Return on assets (ROA) diukur
dengan skala rasio menggunakan
rumus sebagai berikut:
Financial Leverage
Menurut
Yoga
(2008),
financial leverage diukur dengan
membandingkan
total
hutang
dengan total aset perusahaan.
Financial leverage (FL) diukur
dengan skala rasio menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jenis Industri
Jenis industri diukur dengan
variabel dummy dimana nilai 1
diberikan untuk perusahaan industri
manufaktur, sedangkan nilai 0 untuk
perusahaan industri non manufaktur.
Jenis industri menggunakan skala
nominal dalam pengukurannya.
Return on Equity
Return on equity dihitung
dengan membandingkan laba bersih
setelah bunga dan pajak dengan
total
ekuitas
yang
dimiliki
perusahaan. Return on equity (ROE)
menggunakan skala rasio dan
dihitung
dengan
menggunakan
rumus sebagai berikut:
Reputasi Penjamin Emisi
Reputasi penjamin emisi
diukur dengan variabel dummy,
ISSN: 1410 -9875
Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto
dimana nilai 1 untuk penjamin emisi
bereputasi baik dalam the big ten,
sedangkan nilai 0 untuk penjamin
emisi di luar the big ten. Reputasi
penjamin emisi menggunakan skala
nominal dalam pengukurannya.
Reputasi penjamin emisi
ditentukan dengan total nilai
transaksi penjamin emisi secara
tahunan (annual) yang dikeluarkan
oleh Bursa Efek Indonesia, yang
mencerminkan
besarnya
pendapatan penjamin emisi.
Nama perusahaan penjamin
emisi yang masuk dalam kategori
the big ten di Indonesia selama
kurun waktu 2010 sampai dengan
2012 berganti-ganti. Maka itu
reputasi penjamin emisi yang
digunakan jasanya saat IPO akan
dilihat
per
tahun
dimana
perusahaan tersebut melakukan
IPO.
Reputasi Auditor
Reputasi
auditor
diukur
berdasarkan
peringkat
auditor.
Reputasi auditor diukur dengan
variabel dummy, dimana nilai 1
untuk auditor bereputasi baik the
big four, sedangkan nilai 0 untuk
auditor di luar the big four. Reputasi
auditor menggunakan skala nominal
dalam pengukurannya. Selanjutnya
pemakaian kata auditor akan
diganti dengan kata KAP untuk
mewakilinya.
Reputasi
KAP
diukur
berdasarkan banyaknya pendapatan
suatu
KAP.
Secara
global,
pendapatan KAP the big four
memang
selalu
lebih
besar
dibanding KAP non big four, begitu
juga di Indonesia. KAP yang
termasuk dalam kategori the big
four adalah: (1) Tanudiredja,
Wibisana dan Rekan, yang berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers
Global Network, (2) Purwantono,
Suherman
dan
Surja,
yang
berafiliasi dengan Ernst and Young
Global Limited, 3) Osman Bing
Satrio dan Eny, yang berafiliasi
dengan Deloitte Touche Tohmatsu
Limited, 4) Siddharta dan Widjaja,
yang berafiliasi dengan KPMG
International.
Metoda Analisis Data
Penelitian ini menggunakan
multiple regression analysis untuk
menguji hipotesis yang
diilustrasikan sebagai berikut:
UND = a + b1AGE + b2SIZE + b3EPS +
b4ROA + b5FL+ b6IND+ b7ROE
+ b8UDW + b9AUD + e
Keterangan:
UND = Underpricing, a = Konstanta,
b1 – b9 = Koefisien regresi, AGE =
Umur perusahaan, SIZE = Ukuran
perusahaan, EPS = Earnings per
share, ROA = Return on assets, FL =
Financial leverage, IND = Jenis
industry, ROE = Return on equity,
UDW = Reputasi penjamin emisi,
AUD = Reputasi auditor, e = Tingkat
kesalahan
HASIL PENELITIAN
Hasil dari statistik deskriptif
untuk
menjelaskan
mengenai
gambaran data penelitian dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2: Statistik Deskriptif
UND
AGE
SIZE
N
47
47
47
Minimum
0,0132
2
10,3461
Maximum
0,7000
57
13,3235
Mean
0,253436
14,28
12,079595
Std. Deviation
0,2220244
12,108
0,6564677
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
EPS
47 -80,0000 247336,0000 11435,943802 47532,5591013
ROA
47
-0,0230
0,4026
0,073174
0,0885932
FL
47
0,0316
1,0142
0,578080
0,2286567
ROE
47
-1,9665
1,0116
0,153768
0,3806560
Valid N (listwise) 47
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Tiga tabel di bawah ini
menjelaskan distribusi frekuensi
tiga variabel dummy yaitu jenis
industri, reputasi penjamin emisi,
dan reputasi auditor.
Tabel 3: Statistik Frekuensi Variabel Jenis Industri
Frequency Percent Valid Percent
39
Valid Non Manufaktur
Manufaktur
8
Total
47
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
83,0
17,0
100,0
83,0
17,0
100,0
Cumulative
Percent
83,0
100,0
Tabel 4: Statistik Frekuensi Variabel Reputasi Penjamin Emisi
Frequency
Valid Non Big Ten
37
Big Ten
10
Total
47
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Percent
Valid Percent
78,7
21,3
100,0
78,7
21,3
100,0
Cumulative
Percent
78,7
100,0
Tabel 5: Statistik Frekuensi Variabel Reputasi Auditor
Frequency
Valid Non Big Four
31
Big Four
16
Total
47
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Percent
Valid Percent
66,0
34,0
100,0
66,0
34,0
100,0
Cumulative
Percent
66,0
100,0
Hasil dari pengujian normalitas data residual dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6: Hasil Uji Normalitas Data Residual
N
Asymp. Sig. (2-tailed)
66
Unstandardized Residual
47
0,876
ISSN: 1410 -9875
Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto
Unstandardized Residual
N
47
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,876
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Dari
hasil
pengujian
normalitas residual diperoleh nilai
asymp.sig (2-tailed) sebesar 0.876
yang lebih besar dari 0.05. Hasil ini
menunjukkan bahwa data residual
dalam
model
regresi
ini
berdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Hasil uji multikolinearitas
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7: Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Variable
Kesimpulan
Tolerance
VIF
AGE
0,894
1,118 Tidak terdapat multikolinieritas
SIZE
0,630
1,587 Tidak terdapat multikolinieritas
EPS
0,845
1,184 Tidak terdapat multikolinieritas
ROA
0,596
1,677 Tidak terdapat multikolinieritas
FL
0,667
1,498 Tidak terdapat multikolinieritas
IND
0,868
1,152 Tidak terdapat multikolinieritas
ROE
0,602
1,660 Tidak terdapat multikolinieritas
UDW
0,697
1,435 Tidak terdapat multikolinieritas
AUD
0,787
1,270 Tidak terdapat multikolinieritas
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Hasil
perhitungan
nilai
tolerance dan VIF menunjukkan
masing-masing variabel independen
memiliki nilai tolerance lebih dari
0.1 dan nilai VIF lebih dari 10. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinieritas pada semua
variabel independen dalam model
regresi.
Uji Heteroskedastisitas
Uji
heteroskedastisitas
dengan uji Glejser, dapat dijelaskan
pada tabel berikut ini:
Tabel 8: Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variable
AGE
SIZE
EPS
ROA
FL
IND
ROE
UDW
AUD
Sig.
0,251
0,642
0,738
0,128
0,987
0,435
0,348
0,296
0,400
Sumber:
Kesimpulan
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Tidak terdapat heteroskedastisitas
Hasil Pengolahan SPSS 19
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Pada
tabel
di
atas,
masing-masing variabel independen
memiliki nilai sig lebih besar dari
0.05, maka dapat disimpulkan pada
model regresi ini tidak terjadi
masalah
heteroskedastisitas
sehingga layak digunakan dalam
penelitian.
Uji Autokorelasi
Pengujian
asumsi
klasik
terakhir yaitu uji autokorelasi
dengan alat uji Uji Lagrange
Multiplier
memperoleh
hasil
sebagai berikut:
Tabel 9: Hasil Uji Autokorelasi
Variable
Sig.
LAG_RES
0,132
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Hasil uji ini didapatkan nilai
signifikansi
variabel
LAG_RES
sebesar 0,132. Nilai signifikansi
tersebut lebih besar dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa dalam
data pengamatan tidak tejadi
autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
Tabel 10: Hasil Analisis Koefisien
Korelasi
Model
R
1
0,599a
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Pada tabel di atas terlihat
bahwa nilai R sebesar 0,599
menunjukkan bahwa korelasi antara
underpricing
dengan
variabel-variabel
independen
adalah kuat karena nilai R lebih
besar dari 0,5.
68
November 2012
Tabel 11: Hasil Analisis Koefisien
Determinasi
Model Adjusted R Square
1
0,203
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Berdasarkan pada tabel di
atas
didapat
nilai
koefisien
2
determinasi adjusted R sebesar
0,203. Hal ini menunjukkan bahwa
variasi variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini
mampu menjelaskan variasi variabel
dependen sebesar 20,3%, sedangkan
sisanya 79,7% merupakan pengaruh
dari
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi tingkat underpricing
yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
Tabel 12: Hasil Uji F
Sig.
0,036
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
Pada
hasil
pengujian
diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,036. Variabel-variabel independen
dalam penelitian ini berpengaruh
terhadap variabel dependen yaitu
underpricing.
Maka
dapat
disimpulkan bahwa model fit
digunakan dalam penelitian.
Tabel 13: Hasil Uji t
B
Sig.
(Constant) 1,861
0,007
AGE
-0,002
0,500
SIZE
-0,116
0,046
EPS
1,547E-6
0,026
ROA
-0,929
0,036
FL
-0,173
0,277
IND
-0,097
0,249
ROE
0,085
0,397
UDW
-0,006
0,944
AUD
-0,081
0,246
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
ISSN: 1410 -9875
Analisis
hasil
pengujian
terhadap variabel umur perusahaan
(AGE)
yaitu
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,500 yang lebih
besar dari tingkat signifikansi 5%,
maka hipotesis alternatif pertama
(Ha1) tidak dapat diterima. Artinya
variabel umur perusahaan (AGE)
tidak berpengaruh terhadap tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Martani
et al. (2012) tetapi tidak konsisten
dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Islam et al. (2010)
dan Rosyati dan Sebeni (2002).
Hasil
pengujian
variabel
ukuran perusahaan (SIZE) yaitu
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,046. Nilai tersebut lebih kecil dari
tingkat signifikansi 5%., maka
hipotesis alternatif kedua (Ha2)
dapat diterima, ukuran perusahaan
(SIZE) berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
Koefisien
regresi
sebesar
-0,116
menunjukkan
hubungan antara keduanya adalah
negatif. Semakin besar ukuran
perusahaan maka nilai underpricing
saham juga cenderung menurun,.
Hasil penelitian ini konssiten dengan
dan Islam et al. (2010), tetapi tidak
konsisten dengan Martani et al.
(2012) dan Witjaksono (2012).
Hal
ini
dikarenakan
perusahaan besar lebih dikenal
masyarakat, sehingga informasi
perusahaan lebih mudah diperoleh
dari
pada
perusahaan
kecil.
Semakin banyak informasi yang ada,
risiko ketidakpastian lebih rendah
sehingga abnormal return tidak
begitu tinggi, sehingga tingkat
underpricing juga rendah.
Pengujian variabel earnings
per share (EPS) didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,026, dimana
nilai tersebut lebih kecil dari
tingkat signifikansi 5%. Maka
Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto
hipotesis alternatif ketiga (Ha3)
dapat diterima, artinya variabel
earnings
per
share
(EPS)
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing. Bentuk pengaruh
variabel earnings per share (EPS)
terhadap
underpricing
saham
perdana adalah positif, hal ini dapat
dilihat dari nilai koefisien regresi
sebesar
0,000001547.
Semakin
tinggi nilai earnings per share maka
nilai underpricing juga cenderung
meningkat. Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan hasil penelitian
Khomsiyah (2005).
Earnings
per
share
menggambarkan
besarnya
laba
untuk setiap lembar saham. Apabila
earnings per share perusahaan
tinggi
maka
semakin
banyak
investor yang ingin membeli saham
tersebut yang menyebabkan harga
saham menjadi tinggi sehingga
terjadinya underpricing tidak dapat
dicegah
Hasil
pada
tabel
menunjukkan return on assets (ROA)
mempengaruhi underpricing. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai signifikansi
sebesar 0,036 yang lebih kecil dari
tingkat signifikansi 5%., maka
hipotesis alternatif keempat (Ha4)
dapat diterima. Koefisien regresi
sebesar
-0,929
menunjukkan
hubungan antara keduanya adalah
negatif. Semakin besar nilai return
on assets maka nilai underpricing
saham cenderung menurun, begitu
juga sebaliknya. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Yasa
(2008) dan Saputra dan Wardoyo
(2008).
Calon
investor
akan
mempertimbangkan
persentase
profitabilitas perusahaan, dalam hal
ini return on assets, sebelum
menentukan keputusan investasinya.
Maka dengan nilai ketidakpastian
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
yang semakin rendah, juga akan
menurunkan
nilai
underpricing
perusahaan tersebut.
Hasil
pengujian
variabel
financial leverage (FL) didapatkan
nilai signifikansi sebesar 0,277 yang
lebih besar dari tingkat signifikansi
5%, maka itu hipotesis alternatif
kelima (Ha5) tidak dapat diterima.
sehingga variabel financial leverage
(FL) tidak berpengaruh terhadap
tingkat
underpricing.
Hasil
penelitian ini konssiten dengan
penelitian Yasa (2008), tetapi tidak
konsisten dengan hasil penelitian
Yoga (2008) dan Sulistio (2005).
Hasil pengujian variabel jenis
industri (IND) yaitu memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,249 yang lebih
besar dari tingkat signifikansi 5%.
Hal ini berarti bahwa hipotesis
alternatif keenam (Ha6) tidak dapat
diterima serta menunjukkan bahwa
variabel jenis industri (IND) tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
konsisten dengan Islam et al. (2010),
tetapi tidak konsisten dengan hasil
penelitian Yolana dan Martani
(2005).
Analisis
hasil
pengujian
terhadap variabel return on equity
(ROE) didapatkan nilai signifikansi
sebesar 0,397, dimana lebih besar
dari tingkat signifikansi 5%, maka itu
hipotesis alternatif ketujuh (Ha7)
tidak dapat diterima sehingga
variabel return on equity (ROE)
tidak berpengaruh terhadap tingkat
underpricing. Hasil penelitian ini
konssiten dengan penelitian Martani
et al. (2012) tetapi tidak konsisten
dengan Witjaksono (2012) dan
Yolana dan Martani (2005).
Pengujian variabel reputasi
penjamin emisi (UDW) didapatkan
nilai signifikansi sebesar 0,944 yang
lebih besar dari tingkat signifikansi
70
November 2012
5%. Maka hipotesis alternatif
tidak
dapat
kedelapan
(Ha8)
diterima,
variabel
reputasi
penjamin
emisi
(UDW)
tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing. Hasil ini konssiten
dengan penelitian Saputra dan
Wardoyo (2008) dan Yoga (2008).
Hasil menunjukkan reputasi
auditor (AUD) tidak mempengaruhi
underpricing,
dengan
nilai
signifikansi sebesar 0,246 yang lebih
besar dari tingkat signifikansi 5%,
sehingga
hipotesis
alternatif
kesembilan (Ha9) tidak dapat
diterima. Hasil penelitian ini
konssiten dengan Martani et al.
(2012) dan Saputra dan Wardoyo
(2008), tetapi tidak konsisten
dengan hasil penelitian Khomsiyah
(2005).
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah diuraikan
dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hanya ukuran perusahaan, earnings
per share, dan return on assets yang
berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing.
Sedangkan
umur
perusahaan, financial leverage,
jenis industri, return on equity,
reputasi penjamin emisi dan
reputasi auditor tidak berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
Terdapat
keterbatasan-keterbatasan dalam
penelitian
ini.
Beberapa
keterbatasan
itu
antara
lain
keterbatasan dalam periode sampel
penelitian selama tiga tahun dan
penelitian ini hanya menggunakan
sembilan variabel yang dalam
menguji pengaruh terhadap tingkat
underpricing.
ISSN: 1410 -9875
Berdasarkan
keterbatasan
penelitian yang telah disebutkan di
atas, beberapa rekomendasi kepada
peneliti selanjutnya antara lain,
yaitu menambah periode penelitian
sehingga hasilnya akan lebih
Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto
representatif, serta menambah
variabel
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi
underpricing,
seperti persentase kepemilikan
saham ataupun rasio keuangan
lainnya, seperti current ratio.
REFERENSI:
Bagus, Indro. 2010. Saham Perdana KS Kelebihan Permintaan 9 Kali. Detik
Finance,
26
Oktober,
http://finance.detik.com/read/,,,saham-perdana-ks-kelebihan-permint
aan-9-kali (diakses 18 September, 2011).
Djamil, Nasrullah. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada
Sektor Publik dan Beberapa Karakteristik Untuk Meningkatkannya. STIE
Nasional Banjarmasin, Hlm. 1-12.
Ghozali, Imam dan MA. Mansur. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Vol. 4, No. 1, April 2002, Hlm. 74-88.
Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. Thirteenth Edition. United States: Prentice Hall.
Hartono. 2005. Hubungan Teori Signalling dengan Underpricing Saham Perdana
di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 5, No. 1, Hlm.
35-50.
Islam, A., R. Ali dan Z. Ahmad. 2010. An Empirical Investigation of the
Underpricing of Initial Public Offerings in the Chittagong Stock Exchange.
International Journal of Economics and Finance, Vol. 2, No. 4, November
2010, Hlm. 36-46.
Khomsiyah. 2005. Reputasi Penjamin Emisi Saham, Reputasi Auditor dan
Tingkat Undepricing Pada Penawaran Perdana di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 7, No. 2, Agustus 2005, Hlm. 168-189.
Martani, D., IL. Sinaga, dan A. Syahroza. 2012. Analysis on Factors Affecting IPO
Underpricing and Their Effects on Earnings Persistence. World Review of
Business Research, Vol. 2, No. 2, Maret 2012, Hlm. 1-15.
Nurhidayati, S. dan N.I. 1998. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Tingkat Underpriced pada Penawaran Perdana di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 13, No. 1, Hlm. 21-30.
Putra, NSA. dan Y. Budiarti. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 1, No. 5, Hlm. 78-92.
Rosyati dan Arifin Sebeni. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing Saham pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta.
Simposium Nasional Akuntansi V, September 2002, Hlm. 286-297.
Saputra, RI. dan P. Wardoyo. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan IPO (Initial Public
Offering) Periode 2003-2007 di Bursa Efek Indonesia. Solusi, Vol. 7, No.
3, Juli 2008, Hlm. 23-38.
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Sjahruddin dan Yusralaini. 2009. Underpricing dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi. Jurnal Ekonomi, Vol. 17, No. 1, Hlm. 1-11,
Sulistiawan, Dedhy. 2010. Pengujian Fenomena Underpricing dengan Studi
Eksperimen. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. Vol. 3. No. 1, April
2010, Hlm. 103-112.
Sulistio, Helen. 2005. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi
Terhadap Initial Return: Studi Pada Perusahaan yang Melakukan Initial
Public Offering di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII,
September 2008, Hlm. 87-99.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi 1.
Yogyakarta: Percetakan Kanisius.
Trisnaningsih, Sri. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 2, September 2005, Hlm.
195-210.
Witjaksono, LS. 2012. Analisis Faktor-Faktor Keuangan yang Mempengaruhi
Fenomena Underpricing pada Perusahaan Sektor Keuangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2002-2010. Berkala Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi, Vol. 1, No. 1, Januari 2012, Hlm. 33-37.
Yasa, GW. 2008. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 3, No. 2, Juli
2008, Hlm. 145-157.
Yoga. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham
pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 8, No. 16,
Juli 2008, Hlm. 55-70.
Yolana, Chastina dan Dwi Martani. 2005. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun
1994-2001. Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2005, Hlm.
538-553.
Zirman dan E. Darlis. 2011. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi
Terhadap Kecendrungan Underpricing: Studi pada Perusahaan yang
Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ekonomi, Vol. 19, No. 1, Hlm. 1-11.
72
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 73-86
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH, TANGIBILITY OF
ASSETS, PROFITABILITY DAN RISK TERHADAP
STRUKTUR MODAL
STEVEN YAP
Abstract: The purpose of this research is to examine the influence of firm
size, growth, tangibility of assets, profitability, and risk toward capital
structure. The sample selection was done by using purposive sampling
method. The sample in this research is real estate and property companies
which are listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) between the years of
2002-2013. There are twenty one companies that are met the criteria and
were analyzed using descriptive statistics and multiple regressions for panel
data with fixed effect model were performed to test the hypotheses. Data
used in this research was obtained from audited annual financial statement
that publicized in IDX official website. The result of this research indicates
that firm size and tangibility of assets have influence toward capital
structure. However growth, profitability, and risk have no influence toward
capital structure.
Keywords: Capital Structure, Firm Size, Growth, Tangibility of Assets,
Profitability, Risk.
PENDAHULUAN
tetapi juga berusaha meningkatkan
nilai perusahaan dan kemakmuran
pemiliknya.
Untuk
mencapai
hal
tersebut, perusahaan diharuskan
mengambil
kebijakan
yang
strategis. Kebijakan yang diambil
termasuk penganggaran pendanaan
perusahaan
dan
sumbernya.
Perusahaan melakukan aktivitas
pendanaan
untuk
memenuhi
kebutuhan aktivitas operasi dan
investasinya. Pendanaan jangka
pendek biasanya terkait dengan
kegiatan operasi dan pendanaan
jangka panjang terkait dengan
kegiatan investasi.
Permasalahan
pendanaan
menjadi sangat penting mengingat
perusahaan akan dapat berjalan
dan berkembang dengan baik
Perkembangan dunia bisnis
di era globalisasi yang sangat
pesat mendorong persaingan bisnis
yang semakin ketat. Perusahaan
dituntut
untuk
meningkatkan
kinerjanya
agar
memiliki
keunggulan
daya
saing
dari
perusahaan lain. Perusahaan dapat
melakukan berbagai upaya untuk
memaksimalkan fungsi-fungsi dalam
perusahaan
guna
mencapai
keunggulan dan menempati posisi
persaingan yang baik di industrinya.
Salah satu tanda unggulnya suatu
perusahaan dari perusahaan lain
dapat
dilihat
dari
aspek
keuangannya. Perusahaan saat ini
umumnya tidak hanya berorientasi
pada pencapaian laba maksimal,
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
apabila didukung dengan dana yang
cukup sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan. Manajer keuangan
perlu memutuskan berapa dana
yang dibutuhkan dan darimana dana
tersebut diperoleh. Perusahaan
harus mampu menghimpun dana
baik yang bersumber dari dalam
perusahaan maupun dari luar
perusahaan dan mengalokasikannya
dengan tepat untuk mencapai
tujuan perusahaan. Diantaranya
perihal pendanaan tersebut harus
diputuskan dengan baik sehingga
menghasilkan dana yang tersedia
cukup untuk membiayai kegiatan
perusahaan dan dengan biaya
minimum.
Martono dan Agus Harjito
(2010,17) menyebutkan dua sumber
pendanaan
perusahaan
yaitu
sumber pendanaan yang dapat
diperoleh dari dalam perusahaan
(internal financing) dan luar
perusahaan (external financing).
Internal financing dapat diperoleh
dari hasil operasional perusahaan,
meliputi arus kas, laba ditahan
serta
akumulasi
depresiasi.
Sedangkan
external
financing
diperoleh dari utang, baik utang
jangka panjang maupun utang
jangka pendek, dan penjualan
saham. Sumber pendanaan tersebut
akan dialokasikan untuk aktivitas
jangka pendek maupun jangka
panjang.
Bedasarkan pecking order
theory yang dikemukan oleh Myers
dalam Gitman dan Zutter (2012,
534) menyatakan bahwa perusahaan
lebih cenderung memilih sumber
pendanaan
internal
daripada
sumber pendanaan eksternal. Hal
ini dikarenakan sumber pendanaan
internal menimbulkan modal yang
lebih sedikit. Kemudian apabila
pendanaan eksternal diperlukan,
74
November 2012
maka perusahaan akan menerbitkan
sekuritas yang paling aman terlebih
dahulu yaitu dimulai dengan
penerbitan
obligasi,
kemudian
diikuti oleh obligasi konversi, baru
kemudian apabila masih belum
mencukupi,
saham
baru
diterbitkan.
Perusahaan
harus
dapat
menciptakan kombinasi yang paling
menguntungkan antara penggunaan
sumber dana internal dan eksternal
dalam membiayai kegiatan operasi
dan investasi. Keputusan mengenai
kombinasi pendanaan perusahaan
ini disebut struktur modal. Menurut
Horne dan Wachowicz (2012)
struktur modal adalah bauran
(proporsi) pendanaan permanen
jangka panjang perusahaan yang
dituangkan dalam utang, saham
preferen dan saham biasa. Tujuan
keputusan struktur modal adalah
untuk menciptakan struktur modal
yang optimal, yaitu tingkat bauran
utang dan ekuitas yang dapat
memaksimalkan nilai perusahaan
dan kemakmuran pemegang saham.
Keputusan struktur modal
menjadi penting karena berkaitan
dengan
kepentingan
pemegang
saham serta mempunyai efek
langsung terhadap posisi finansial
perusahaan.
Pengambilan
keputusan struktur modal yang
tidak teliti dan tidak cermat akan
menimbulkan biaya tetap dalam
bentuk biaya modal yang tinggi,
yang selanjutnya dapat berakibat
pada
rendahnya
profitabilitas
perusahaan
(Prabansari
dan
Kusuma, 2005). Oleh karena itu
manajer harus mengetahui hal-hal
penting yang berkaitan dengan
struktur modal, agar keputusan
yang diambil menjadi tepat.
Dalam mengambil keputusan
manajemen yang berkaitan dengan
ISSN: 1410 -9875
pendanaan,
perusahaan
harus
dapat
mengidentifikasi
faktorfaktor yang mempengaruhi struktur
modal. Struktur modal di dalam
suatu
perusahaan,
diprediksi
dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan internal perusahaan itu sendiri
(Sujoko, 2007). Faktor eksternal
merupakan faktor yang berada
diluar dan tidak dapat dikendalikan
oleh
manajemen
perusahaan.
Beberapa variabel yang termasuk
dalam faktor eksternal di antaranya
yaitu tingkat suku bunga, inflasi
,dan
pertumbuhan
pasar.
Sedangkan
faktor
internal
merupakan faktor yang dapat
dikendalikan
oleh
manajemen
perusahaan.
Faktor
internal
diantaranya adalah profitability,
growth, firm size dan struktur
aktiva. Dalam penelitian ini,
Penulis akan fokus pada faktorfaktor internal yang mempengaruhi
struktur modal suatu perusahaan.
Dengan mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi struktur
modal, kemudian dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan keputusan pendanaan
agar menghasilkan struktur modal
yang
optimal.
Penelitian
ini
merujuk
pada
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Alzomaia
(2014)
yang
mengungkapkan faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal yaitu
firm size, growth, tangibility of
assets, profitability dan risk.
Penelitian
Alzomaia
(2014)
dilakukan pada perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Arab
Saudi selama periode 2000-2010,
sedangkan penelitian ini dilakukan
pada perusahaan Real Estate and
Property yang terdaftar di BEI
selama periode 2002-2013 dengan
kriteria tertentu.
Steven Yap
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
mengenai latar belakang masalah,
tujuan penelitian dan organisasi
penelitian. Kedua, menguraikan
teori
dan
hasil
penelitian
sebelumnya
sebagai
dasar
pengembangan hipotesis. Ketiga,
metoda penelitian terdiri pemilihan
sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran
variable. Keempat, hasil penelitian
yang berisi hasil dan interpretasi
pengujian
hipotesis.
Terakhir,
penutup yang berisi simpulan,
keterbatasan penelitian dan saran
untuk penelitian selanjutnya.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGUJIAN HIPOTESIS
Agency Theory
Salah satu masalah dalam
perusahaan
adalah
masalah
keagenan
(agency
problem).
Masalah keagenan pada dasarnya
ditimbulkan sebagai akibat dari
adanya pemisahan fungsi, antara
fungsi kepemilikan dengan fungsi
pengelolaan perusahaan (Jensen
dan
Meckling,
1976,
dalam
Wiliandri, 2011, 95). Akibatnya
seringkali terjadi conflict of
interest antara pemegang saham
selaku
pemilik
perusahaan
(principal) dengan manajer sebagai
pengelola
perusahaan
(agent).
Gitman dan Zutter (2012, 22)
menyatakan
bahwa,
“Agency
problems arise when managers
deviate
from
the
goal
of
maximization
of
shareholder
wealth by placing their personal
goals ahead of the goal of
shareholders.”
Masalah
agensi
muncul antara pemegang saham
dengan
manajer
perusahaan
dimana
manajer
perusahaan
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
kemungkinan dapat melakukan
tindakan atau keputusan yang
dapat
meningkatkan
kesejahteraannya
dengan
mengorbankan
kepentingan
pemegang saham.
Dalam kaitannya dengan
kebijakan struktur modal, salah
satu penyebab terjadinya conflict
of interest antara principal dan
agent
adalah
dalam
hal
pengambilan kebijakan pendanaan
perusahaan. Manajer lebih senang
untuk
menggunakan
retained
earnings yang diinvestasikan pada
proyek-proyek
investasi
menguntungkan yang akan mampu
meningkatkan
insentif
dan
kompensasi bagi manajer, daripada
membagikan
laba
bersih
perusahaan
kepada
pemegang
saham dalam bentuk dividend.
Sedangkan utang (debt) menjadi
lebih disenangi pemegang saham
sebagai
sumber
pendanaan
eksternal
perusahaan
karena
adanya
manfaat
penghematan
pajak (tax saving) dari biaya modal
yang
ditimbulkan
(interest
expense). Namun proporsi utang
yang terlalu besar dalam struktur
modal perusahaan dikhawatirkan
akan
meningkatkan
risiko
kebangkrutan dan besarnya biaya
keagenan (agency cost) yang harus
ditanggung
oleh
pemilik
perusahaan.
Selain
itu,
dengan
pendanaan eksternal, diharapkan
biaya
yang
dikeluarkan
oleh
pemegang
saham
sehubungan
dengan pengawasan manajemen
dapat berkurang karena pihak
kreditor
yang
memberikan
pinjaman kepada perusahaan dalam
hal
ini
manajemen
sebagai
eksekutif
organisasi
akan
melakukan
pengawasan
yang
76
November 2012
berguna
untuk
mendapatkan
keyakinan tentang kemampuan
perusahaan
untuk
melunasi
kewajibannya. Dengan kata lain,
utang mampu memperkecil biaya
agensi (Joni dan Lina, 2010).
Pecking Order Theory
Teori pecking order ini
pertama kali dikemukakan oleh
Myers dan Majluf (1984) dalam
Brealey and Myers (2006). Teori
pecking order menjelaskan hierarki
sumber dana yang paling disukai
perusahaan. Secara ringkas teori
tersebut menyatakan bahwa dalam
hal struktur modal: (1) Perusahaan
menyukai
internal
financing
(pendanaan dari hasil operasi
perusahaan),
(2)
Apabila
pendanaan dari luar (external
financing)
diperlukan,
maka
perusahaan
akan
menerbitkan
sekuritas yang paling “aman”
terlebih dahulu yaitu dimulai
dengan
penerbitan
obligasi,
kemudian diikuti oleh sekuritas
yang berkarakteristik opsi (seperti
obligasi konversi), baru akhirnya
apabila masih belum mencukupi,
saham baru diterbitkan.
Teori
pecking
order
menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai
urutan
preferensi
dalam memilih sumber pendanaan.
Brigham dan Houston (2011, 40)
mengatakan bahwa perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang
tinggi atas investasi menggunakan
utang yang relatif kecil. Tingkat
pengembalian
yang
tinggi
memungkinkan untuk membiayai
sebagian
besar
kebutuhan
pendanaan dengan dana yang
dihasilkan secara internal. Dalam
pendanaan eksternal, utang lebih
disukai daripada modal sendiri
karena pertimbangan biaya emisi
ISSN: 1410 -9875
obligasi akan lebih murah dibanding
dengan biaya emisi saham.
2.1.4. Trade Off theory
Menurut
Brigham
dan
Houston (2011, 183), Trade off
theory adalah teori struktur modal
yang
menyatakan
bahwa
perusahaan menukar manfaat pajak
dari pendanaan utang dengan
masalah yang ditimbulkan oleh
potensi kebangkrutan. Adanya fakta
bahwa bunga yang dibayarkan
sebagai beban pengurang pajak
membuat utang menjadi lebih
murah dibandingkan saham biasa
atau preferen atau dengan kata lain
utang
memberi
manfaat
perlindungan
pajak.
Sebagai
akibatnya,
penggunaan
utang
dalam jumlah yang lebih besar akan
mengurangi
pajak
dan
menyebabkan semakin banyak laba
bersih (EAT) perusahaan yang
mengalir kepada para investor.
Namun
di
sisi
lain
penggunaan utang yang besar juga
dapat menimbulkan biaya berupa
financial distress cost yang dapat
menyebabkan perusahaan menuju
kebangkrutan. Untuk menurut teori
ini perusahaan dalam hal ini
manajer
keuangan
perlu
mempertimbangkan dengan baik
manfaat
dan
biaya
yang
ditimbulkan dari penggunaan utang.
Pada level di mana tax saving yang
lebih besar daripada biaya utang
menunjukkan bahwa penggunaan
utang adalah optimal. Namun
apabila penambahan jumlah utang
yang nantinya menyebabkan nilai
tax saving sama dengan biaya
utang, perusahaan harus sudah
berhati-hati karena pada kondisi ini
penggunaan utang sudah tidak lagi
optimal dan dapat memperbesar
kemungkinan
perusahaan
Steven Yap
mengalami financial distress yang
berakibat kebangkrutan (Weston
and Copeland).
Firm Size dan Struktur Modal
Ukuran
perusahaan
mempengaruhi jumlah dana yang
dibutuhkan
perusahaan
dalam
menjalankan kegiatan operasional
dan investasinya serta bagaimana
cara perusahaan memperoleh dana
tersebut (Firnanti, 2011). Chen dan
Strange (2006) dalam Indrajaya et
al. (2011) menyatakan bahwa
perusahaan besar cenderung lebih
banyak
menggunakan
utang
daripada perusahaan kecil. Hal ini
dikarenakan
perusahaan
besar
memiliki arus kas yang lebih stabil,
yang dapat mengurangi risiko dari
penggunaan
utang,
sehingga
perusahaan besar akan lebih
dipercaya oleh kreditur daripada
perusahaan kecil. Oleh karena itu
semakin besar perusahaan maka
perusahaan dapat memakai utang
lebih banyak. Selain itu rendahnya
risiko
perusahaan
juga
akan
menyebabkan
biaya
utang
perusahaan besar lebih rendah
dibandingkan perusahaan kecil,
sehingga
akan
mendorong
perusahaan untuk menggunakan
utang lebih banyak lagi (Song, 2005
dalam Indrajaya et al., 2011).
Ha1 : Terdapat pengaruh
Firm size terhadap struktur
modal.
Growth dan Struktur Modal
Pertumbuhan
perusahaan
menjadi salah satu tanda dalam
menilai kemampuan perusahaan
untuk membayar utang-utangnya
dan kemudahan perusahaan untuk
memperoleh pendanaan eksternal.
Pertumbuhan perusahaan dapat
mempengaruhi
kepercayaan
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
kreditor terhadap perusahaan dan
kesediaan
pemodal
untuk
memberikan pendanaan melalui
utang jangka panjang (Firnanti,
2011). Perusahaan dengan growth
yang tinggi merupakan daya tarik
bagi investor untuk menanamkan
modalnya
serta
dapat
mempermudah manajemen dalam
mendapatkan utang karena adanya
kepercayaan kreditur akan kinerja
perusahaan
tersebut
(Winahyuningsih et al., 2010).
Perusahaan dengan tingkat
growth yang tinggi dapat memiliki
lebih
banyak
pilihan
untuk
melakukan investasi di masa
mendatang,
sehingga
akan
membutuhkan lebih banyak dana
daripada
perusahaan
dengan
tingkat growth rendah (Hola et al.,
2008). Bedasarkan pecking order
theory apabila perusahaan akan
memenuhi
kebutuhan
dana
tersebut dari sumber pendanaan
eksternal,
maka
perusahaan
cenderung menggunakan utang.
Sehingga
perusahaan
dengan
tingkat growth tinggi diyakini akan
lebih banyak menggunakan utang
daripada
perusahaan
dengan
tingkat growth rendah.
Ha2 : Terdapat pengaruh
Growth terhadap struktur
modal.
Tangibility of Assets dan Struktur
Modal
Joni
dan
Lina
(2010)
mengungkapkan bahwa perusahaan
dengan rasio aktiva tetap lebih
tinggi dianggap memiliki tingkat
risiko kebangkrutan yang relatif
lebih rendah daripada perusahaan
dengan rasio aktiva tetap yang
rendah. Sehingga besarnya jumlah
tangibility of assets yang dimiliki
perusahaan menentukan kebijakan
78
November 2012
struktur modal yang dilakukan
perusahaan.
Semakin
besar
tangibility of assets yang dimiliki
perusahaan
menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam
memberikan jaminan lebih tinggi,
sehingga
akan
lebih
mudah
mendapatkan utang (Adrianto dan
Wibowo, 2007 dalam Indrajaya et
al., 2011). Oleh karena itu
perusahaan dengan tangibility of
assets
lebih
besar
akan
menggunakan utang lebih banyak
sebagai
sumber
pendanaan
eksternalnya daripada penerbitan
saham
demi
mendapatkan
keuntungan dari penggunaan utang.
Ha3 : Terdapat pengaruh
Tangibility of assets terhadap
struktur modal.
Profitability dan Struktur Modal
Tingkat profitabilitas dapat
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
mendanai
kegiatan operasionalnya sendiri
(Firnanti, 2011). Wimelda dan
Marlinah (2013) menyatakan bahwa
perusahaan
dengan
kondisi
keuangan yang baik akan lebih
sedikit meminjam uang walaupun
memiliki
kesempatan
untuk
meminjam uang lebih banyak. Hal
ini sejalan dengan pecking order
theory yang menyatakan bahwa
perusahaan akan menggunakan
pendanaan internal terlebih dahulu
dibanding
dengan
pendanaan
eksternal karena perusahaan yang
memiliki tingkat profitability yang
tinggi akan menghasilkan tambahan
laba ditahan lebih banyak bagi
perusahaan. Sehingga akan semakin
kecil
kemungkinan
perusahaan
tersebut
dalam
menggunakan
utang.
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
Ha4 : Terdapat pengaruh
Profitability
terhadap
struktur modal.
Risk dan Struktur Modal
Level
risiko
suatu
perusahaan
dipengaruhi
oleh
stabilitas pendapatan dan struktur
biaya
operasionalnya.
Suatu
perusahaan dinilai menghadapi
risiko jika ia menghasilkan laba
yang berfluktuasi antara satu
periode dengan periode yang lain
(Joni dan Lina, 2010). Risiko juga
dapat terjadi apabila perusahan
menggunakan utang dalam jumlah
besar. Risiko bisnis perusahaan
berpengaruh
terhadap
kelangsungan hidup perusahaan dan
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar utangnya. Oleh karena
itu risiko bisnis seringkali dijadikan
pertimbangan bagi kreditur untuk
memberikan pinjaman. Tingkat
risiko bisnis perusahaan juga
mempengaruhi
minat
investor
untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan dan mempengaruhi
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh dana dalam kegiatan
operasionalnya (Firnanti, 2011).
Semakin
tinggi
risiko
suatu
perusahaan
mengindikasikan
semakin
besar
kemungkinan
ketidakmampuan
perusahaan
mengembalikan utang. Hal ini
mengakibatkan perusahaan dengan
risiko tinggi akan sulit mendapatkan
utang, sehingga mengakibatkan
penggunaan utang yang lebih
sedikit.
Ha5 : Terdapat pengaruh
Risk
terhadap
struktur
modal.
Model Penelitian
Firm size
Growth
Tangibility of assets
Struktur Modal
Profitability
Risk
METODE PENELITIAN
Pemilihan Sampel dan
Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan pada
perusahaan real estate and property
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2002-2013.
Pemilihan
sampel
penelitian
dilakukan dengan non-probability
sampling, yakni teknik purposive
sampling.
Purposive
sampling
merupakan pengambilan sampel non-
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
probabilitas
pertimbangan
atau
bedasarkan
pemilihan
November 2012
anggota sampel dengan mendasarkan
pada
kriteria
tertentu.
Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Pemilihan Sampel
Perusahaan real estate and property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20022013
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan tahunan setiap akhir tahun selama
periode 2002-2013
Perusahaan yang tidak memiliki data keuangan
yang berkaitan dengan variabel penelitian
secara lengkap
Jumlah
Total perusahaan real estate and property yang
dijadikan sampel dalam penelitian
Total data yang dijadikan sampel
21
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini dikelompokkan
menjadi
dua
variabel,
yaitu
variabel independen dan variabel
dependen. Variabel dependen pada
penelitian ini adalah struktur
modal,
sedangkan
variabel
independen adalah firm size,
growth, tangibility of assets,
profitability, dan risk.
Struktur modal
Struktur
modal
adalah
struktur modal adalah bauran
(proporsi) pendanaan permanen
jangka panjang perusahaan yang
dituangkan dalam utang, ekuitas
saham preferen dan saham biasa.
yang dimiliki perusahaan. Dalam
penelitian ini struktur modal di
proksikan
dengan
leverage
(Alzomaia, 2014).
80
44
(21)
(2)
252
Firm Size
Firm size menunjukkan besar
atau kecilnya perusahaan yang
dapat
diukur
melalui
sales
perusahaan
selama
periode
tertentu. Menurut Alzomaia (2014)
firm
size
diukur
dengan
menggunakan rumus:
Growth
Growth pada penelitian ini
mengacu pada growth sales, yang
mana merupakan kenaikan atau
penurunan
jumlah
penjualan
perusahaan
selama
periode
tertentu. Formula untuk mengukur
growth menurut Alzomaia (2014)
adalah:
ISSN: 1410 -9875
Keterangan:
Salest
= Nilai sales pada tahun
bersangkutan
Salest-1 = Nilai sales satu tahun
sebelum tahun yang bersangkutan
Tangibility of assets
Tangibility
of
assets
menggambarkan
besarnya
aset
tetap perusahaan yang dapat
digunakan
sebagai
jaminan
(collateral) kepada kreditur. Sesuai
dengan Alzomaia (2014) tangibility
of
assets
diukur
dengan
menggunakan skala rasio dengan
rumus:
Profitability
Profitability
atau
profitabilitas
menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Profitabilitas
diukur dengan menggunakan skala
rasio net profit terhadap total
assets (Alzomaia, 2014). Maka
formula
untuk
menghitung
profitability adalah:
Risk
Risk atau risiko merupakan
ketidakpastian aliran pendapatan
yang disebabkan oleh sifat alami
bisnis yang dijalankan perusahaan.
Risiko dapat dihitung dengan
standar deviasi return on assets
(ROA) (Alzomaia, 2014), yang mana
Steven Yap
standar deviasi diukur selama 3
tahun terakhir mulai periode (t-2)
hingga periode (t) (Indrajaya et al.,
2011). Formula untuk menghitung
risiko perusahaan adalah:
Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi. Adapun alat
analisis yang digunakan adalah
multiple
regression
dengan
software yang digunakan untuk
analisis adalah Eviews 7. Persamaan
regresi
berganda
yang
diintepretasikan dalam penelitian
ini adalah:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2+ β3X3+
β4X4+ β5X 5 + e
Keterangan:
Y
= Leverage, diukur dengan
total liabilities dibagi
total assets
= Konstanta
β0
β1‐ β5 = Koefisien regresi
X1
= Firm size, diukur dengan
ln(sales)
= Growth, diukur dengan
X2
sales tahun ini dikurangi
sales tahun sebelumnya
dibagi
sales
tahun
sebelumnya
= Tangibility of assets,
X3
diukur dengan fixed assets
dibagi total assets
=
Profitability, diukur
X4
dengan net profit dibagi
total assets
=
Risk,
diukur
dengan
X5
standar deviasi ROA
e
= Error term
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
HASIL PENELITIAN
Hasil Pengujian Hipotesis
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
SIZE
0.04581
0.01742
2.6307
0.0091
GROWTH
-0.0029
0.0127
-0.2289
0.8191
TANG
0.28931
0.10883
2.6585
0.0084
PROF
-0.2933
0.24907
-1.1775
0.2403
RISK
0.61286
Bedasarkan tabel di atas,
diketahui bahwa nilai t statistik
lebih besar dari t tabel atau t kritis
(2.631 > 1.960), sehingga, dapat
disimpulkan bahwa H01 ditolak. Hal
ini sejalan dengan nilai dari
probabilitas yang lebih kecil dari
nilai α (0.0091 < 0.05). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh firm size terhadap
struktur modal. Hal ini sejalan
dengan
trade
off
theory
bahwasannya perusahaan besar
menggunakan lebih banyak utang
untuk
mendapat
keuntungan
berupa tax saving sehingga dapat
memperbesar laba bersih (EAT)
yang
akan
dibagikan
kepada
pemegang saham.
Nilai t statistik growth lebih
kecil dari t tabel atau t kritis (0.229 < 1.960), sehingga, nilai
dapat disimpulkan bahwa H02 tidak
dapat ditolak. Hal ini sejalan
dengan nilai dari probabilitas yang
lebih besar dari nilai α (0.8191 >
0.05). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh
growth terhadap struktur modal.
Hasil ini dikarenakan sifat bisnis
pada perusahaan real estate and
property
yang
mana
untuk
memproduksi unit-unit produknya,
misalnya
rumah,
perusahaan
mendapat dana berupa uang muka
atau angsuran yang dibayar oleh
para
pembelinya,
sehingga
82
0.29705
2.0632
0.0403
perusahaan pada industri ini tidak
memerluka utang untuk melakukan
kegiatannya. Oleh karena itu
growth sales tidak mempengaruhi
struktur modal perusahaan.
Tangibility
of
assets
memiliki nilai t statistik lebih besar
dari t tabel atau t kritis (2.659 >
1.960), sehingga dapat disimpulkan
bahwa H03 tidak dapat ditolak. Hal
ini sejalan dengan nilai dari
probabilitas yang lebih kecil dari
nilai α (0.0084 < 0.05). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh tangibility of assets
terhadap struktur modal. Tangible
assets atau aset berwujud yang
dimiliki perusahaan memudahkan
perusahaan untuk memperoleh
utang
karena
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menjamin
pembayaran
utang
kepada kreditor sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Selain
itu, adanya aset berwujud juga
dapat mengurangi agency cost
sehingga menyebabkan biaya utang
menjadi lebih murah.
Nilai t statistik profitability
menunjukkan nilai yang lebih kecil
dari t tabel atau t kritis (-1.177 <
1.960), sehingga, nilai t statistik
dapat disimpulkan bahwa H04 tidak
dapat ditolak. Hal ini sejalan
dengan nilai dari probabilitas yang
lebih besar dari nilai α (0.2403 >
0.05). Sehingga dapat disimpulkan
ISSN: 1410 -9875
bahwa tidak terdapat pengaruh
profitability
terhadap
struktur
modal. Profit yang dihasilkan
perusahaan saat ini tidak menjamin
profit di masa yang akan datang
akan sama nilainya. Profit yang
akan datang bisa jadi akan naik
atau turun, sehingga bersifat tidak
pasti. Sehingga perusahaan, dalam
hal ini manajer keuangan, tidak
mempertimbangkan profit atau
kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (profitabilitas)
dalam membuat keputusan struktur
modal.
Sedangkan nilai t statistik
risk lebih besar dari t tabel atau t
kritis (2.063 > 1.960), sehingga
dapat disimpulkan bahwa H05
ditolak. Hal ini sejalan dengan nilai
dari probabilitas yang lebih kecil
dari nilai α (0.0403 < 0.05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh risk terhadap
struktur modal. Risiko besar yang
dimiliki perusahaan menyebabkan
kemungkinan financial distress
yang akan dialami perusahaan juga
semakin
besar,
sehingga
bedasarkan trade off theory kondisi
ini menunjukkan penggunaan utang
yang
tidak
optimal
bagi
perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan dengan risiko tinggi
sebaiknya menggunakan sedikit
utang. Selain itu, agency cost yang
timbul atas penggunaan utang oleh
perusahaan denga risiko tinggi juga
lebih besar, sehingga penggunaan
utang menjadi lebih mahal.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hasil analisis hipotesis pertama
diperoleh
bahwa
size
berpengaruh terhadap struktur
modal. Hasil penelitian ini
Steven Yap
sesuai
dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Alzomaia (2014), Umer (2014),
Seftianne dan Handayani (2011),
Indrajaya et al. (2011), Khan
(2010), dan Yuniati (2010).
Tetapi hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian
Joni dan Lina (2010).
2. Hasil analisis hipotesis kedua
diperoleh bahwa growth tidak
berpengaruh terhadap struktur
modal. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Indrajaya et al. (2011) dan
Umer (2014). Tetapi hasil
penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Alzomaia
(2014), Yuniati (2010), Joni dan
Lina (2010), Khan (2010), dan
Seftianne dan Handayani (2011).
3. Hasil analisis hipotesis ketiga
diperoleh bahwa tangibility of
assets berpengaruh terhadap
struktur modal. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Alzomaia (2014), Indrajaya et
al. (2011), Joni dan Lina (2010),
Khan (2010), Umer (2014), dan
Yuniati (2010). Tetapi hasil
penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Seftianne dan
Handayani (2011).
4. Hasil analisis hipotesis keempat
diperoleh bahwa profitability
tidak berpengaruh terhadap
struktur modal. Hasil penelitian
ini
sesuai
dengan
hasil
penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Seftianne dan
Handayani (2011) dan Yuniati
(2010). Tetapi hasil penelitian
ini
tidak
sejalan
dengan
penelitian Alzomaia (2014),
Indrajaya et al. (2011), Joni dan
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Lina (2010), Khan (2010), Umer
(2014),
5. Hasil analisis hipotesis kelima
diperoleh
bahwa
risk
berpengaruh terhadap struktur
modal. Hasil penelitian ini
sesuai
dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Alzomaia (2014) dan Khan
(2010). Tetapi penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian
Joni dan Lina (2010), Indrajaya
et al. (2011), dan Seftianne dan
Handayani (2011).
6. Hasil analisis hipotesis keenam
diperoleh bahwa firm size,
growth, tangibility of assets,
profitability,
dan
risk
berpengaruh secara bersamasama terhadap struktur modal.
Keterbatasan Penelitian
1. Periode penelitian ini terbatas
hanya dalam jangka waktu dua
belas tahun, yaitu tahun 20022013. Hasilnya diharapkan akan
lebih akurat jika penelitian
berikutnya
menggunakan
periode waktu yang lebih lama.
2. Penelitian
ini
hanya
menggunakan
lima
variabel
independen yaitu size, growth,
tangibility
of
assets,
profitability,dan
risk.
November 2012
Sedangkan masih ada faktorfaktor
lain
yang
dapat
mempengaruhi struktur modal
perusahaan.
3. Terbatasnya perusahaan yang
dijadikan sampel, di mana
penelitian ini hanya difokuskan
pada perusahaan real estate
and property.
Rekomendasi
1. Menambah periode penelitian,
yakni tidak hanya dilakukan
selama 12 tahun.
2. Agar hasil yang didapat lebih
akurat,
maka
penelitian
selanjutnya disarankan untuk
menggunakan objek penelitian
yang lebih luas yang mencakup
beberapa sektor yang terdapat
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
sehingga
dapat
diperoleh
perbandingan antara hasil dari
masing-masing industri besar
dalam industri manufaktur, atau
dapat pula memperluas objek
ke sektor jasa.
3. Menambah variabel penelitian
untuk
memperoleh
hasil
penelitian
yang
maksimal
seperti non-debt tax shield,
managerial
ownership
dan
liquidity.
DAFTAR PUSTAKA
Alzomaia, Turki SF. 2014. Capital Structure Determinants Of Publicly Listed
Companies In Saudi Arabia. The International Journal of Business and
Finance Research, Vol. 8, No. 2: 1-16.
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011.
Statistics for Business and Economics 11th Edition. South-Western:
Cengage Learning.
Baker, H. Kent, and Grald S. Martin. 2011. Capital Structure and Corporate
Finance Decision 10 th Edition. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
84
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
Brealey, Richard A. and Myers, Stewart C. 2006. Principles of corporate
finance (International Edition). New York: Mc. Graw-Hill Companies,
Inc.
Brigham, Eugene F, Dan Joel F. Houston. 2011. Financial Management: Theory
and Practice 13 th Edition. USA: Cengage Learning.
Firnanti, Friska. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 13 No. 2, hlm 119-129.
Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance 13th Edition. New York: Pierson Prentice Hall.
Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Potter. 2009. Basic Economerics 5th
Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Hair, Joseph F., and William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A
Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education.
Hola, Dianae, Sutrisno, dan Prihat Asih. 2008. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Horne, James C. Van dan John M Wachowicz, Jr. 2012. Prinsip – Prinsip
Manajemen Keuangan Edisi 13. Jakarta : Salemba Empat.
Indrajaya, Glenn, Herlina, dan Rini Setiadi. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva,
Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko
Bisnis Terhadap Struktur Modal. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, No.6.
Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.2: 81-96.
Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, and David F Scott. 2005.
Financial Management 10th Edition. United States of America: Pearson
Prentice Hall.
Khan, Zeba Shariff. 2010. Determinants of capital structure: case of listed
paint manufacturing companies. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business. Vol. 2 No. 6 Hlm. 253-271.
Lin, Shuang dan Xiadong Shu. 2007. Prvivate Enterprises and China’s
Economics Development. New York: Routledge.
Margaretha, Farah dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12 No.2: 119-130.
Martono dan Agus Harjito. 2010. Manajemen Keuangan (Edisi 3). Yogyakarta:
Ekonisia.
Moyer, Charles R., James R. McGurgan, and William J. Kretlow. 2009.
Contempary Financial Management. USA: South-Western Cengage
Learning.
Paramu, H. (2007). Determinan Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan
Publik di Indonesia. Manajemen Usahawan Indonesia, XXXV, volume 11,
hal. 47-54.
Prabansari, Yuke dan Kusuma, Hadri. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta.
Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen, Edisi Khusus on Finance, Hlm. 115.
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investment and
Management Portfolios. 11th International Edition. Canada: SouthWestern Cengage Learning.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Cetakan
Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, and Bradford D. Jordan., 2008.
Corporate Finance Fundamentals 8th Edition. New York: The McGraw
Hill Companies, Inc.
Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE.
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Vol.13 No.1: 39-56.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business a Skill
Building Approach Fifth Edition. United Kingdom: John and Wiley Sons,
Inc.
Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan, Edisi 2. Mitra Wacana
Media, Jakarta.
Sujoko dan Soebiantoro, U. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi empirik Pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di
Bursa Efek Jakarta). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, No.
1,Volume. 9, hal. 41-48.
Tambunan, Andy P. 2007. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation).
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Umer, Muhammed Usman. 2014. Determinants of Capital Structure: Empirical
Evidence From Large Taxpayer Share Companies in Ethiopia.
International Journal of Economics and Finance; Vol. 6, No.1.
Weygandt, Jerry J., Kimmel, Paul D., dan Kieso, Donald E. 2011. Financial
Accounting. IFRS Edition. USA: John Wiley and Sons, Inc.
White, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2010. Accounting
Principles, 10th edition. New Jersey : John Wiley & Sons Inc.
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai
Panduan Eviews. Edisi keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wimelda, Linda dan Aan Marlinah. Variabel Variabel yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Non Keuangan. Media
Bisnis.
Winahyuningsih, Panca, Kertati Sumekar, dan Hanar Prasetyo. 2010. Analisis
Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan
Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. ISSN:1979 -6889
Yuniati, F. Rosana. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2004-2009.
86
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 87-96
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP HARGA
SAHAM PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN INDONESIA
SUHAJAR WIYOTO dan MARIA MAGDALENA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to obtain the empirical evidence
about the influence of accounting variables toward stock price. The
independent variabels used in this research are dividend per share, earnings
per share, book value per share, current ratio, net profit margin, debt to
equity ratio, and total asset turnover toward stock price. Population in this
research are nin financial companies listed in Indonesia Stock Exchange from
2008-2010. The selection od samples used purposive sampling method and
there are 84 companies meet those criteria for sample for samples. This
research is analyxed using multiple regression analysis. The result of this
research shows that dividend per share, net profit margin, and total asset
turnover toward stock price. Earnings per share, book value per share,
current ratio, and debt to equity ratio have no influence toward stock price.
Keywords: Dividend per Share, Earnings per Share, Book Value per Share,
Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Total
Asset Turnover, Stock Price.
PENDAHULUAN
dapat meningkatkan pendanaan
perusahaan.
Pendanaan
merupakan
bagian yang sangat penting bagi
dunia usaha karena berkaitan
langsung dengan berbagai pihak
seperti kreditur, pemegang saham,
dan pihak manajemen (Joni dan
Lina 2010). Sumber pendanaan
dapat berasal dari internal dan
eksternal perusahaan. Pendanaan
yang berasal dari internal berupa
laba ditahan dan depresiasi (Joni
dan Lina 2010). Sedangkan dua
sumber utama dalam pendanaan
eksternal adalah investor ekuitas
(disebut
juga
pemilik
dan
Perkembangan perekonomian
di Indonesia saat ini sedang
berkembang. Salah satunya adalah
surat berharga yang berbentuk
saham
sangat
populer
di
perdagangkan
di
Bursa
Efek
Indonesia. Semenjak diangkatnya
presiden dan wakil presiden yang
baru harga saham di Bursa Efek
Indonesia menjadi lebih stabil.
Sehingga banyak investor beramairamai melakukan investasi di
Indonesia
untuk
mendapatkan
keuntungan dari perusahaan yang
telah ia investasikan. Untuk itu
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
pemegang saham) dan kreditur
(pemberi pinjaman).
Berdasarkan uraian di atas,
dapat diketahui bahwa harga saham
berpengaruh
penting
bagi
manajemen
perusahaan
dan
investor maka peneliti tertarik
untuk
melakukan
penelitian
tentang pengaruh variabel-variabel
akuntansi terhadap harga saham
dalam suatu perusahaan. Motivasi
peneliti
dalam
melakukan
penelitian ini adalah untuk melihat
apakah hasil penelitian sekarang
konsisten
dengan
penelitianpenelitian terdahulu. Penelitian ini
merupakan pengembangan dari
penelitian Menike dan Prabath
(2014) di Sri Lanka. Adapun
variabel
independen
yang
digunakan oleh Menike dan Prabath
yaitu: Dividend per Share, Earnings
per Share dan Book Value per
Share. Variabel-variabel tersebut
merupakan acuan dalam hal-hal
yang mempengaruhi harga saham.
Perbedaan dari penelitian ini
dengan penelitian terdahulu karena
peneliti menambahkan variabel
independen baru yaitu: Net Profit
Margin, Debt to Equity Ratio,
Current
Ratio,
Total
Asset
Turnover.
KERANGKA
TEORITIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Signalling Theory menurut
Ilat dan Kalalo (2011), Teori sinyal
menjelaskan mengapa perusahaan
memiliki
dorongan
untuk
memberikan
informasi
dalam
bentuk laporan keuangan kepada
pihak eksternal. Informasi yang
lengkap dan akurat merupakan
sebuah unsur yang penting bagi
investor dan para pelaku bisnis
karena
informasi
merupakan
gambaran
terhadap
keadaan
88
November 2012
keuangan perusahaan dan prospek
yang akan datang kepada pihak
luar.
Informasi
yang
biasa
digunakan oleh investor dalam
mengambil
keputusan
adalah
laporan
keuangan
(financial
statement).
Menurut Hutami (2012) harga
saham adalah harga selembar
saham yang berlaku dalam pasar
saat ini di bursa efek. Menurut
Priatinah dan Kusuma (2012) harga
saham merupakan nilai sekarang
dari penghasilan yang akan diterima
oleh pemodal dan diterima oleh
pemodal dimasa yang akan datang.
Menurut Hutami (2012) harga
saham dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu harga nominal adalah
harga yang tercantum dalam
sertifikat saham yang ditetapkan
oleh emiten, harga perdana adalah
harga yang tercatat di bursa efek,
dan harga pasar adalah harga jual
dari satu investor ke investor yang
lain. Menurut Priatinah dan Kusuma
(2012) harga saham dipengaruhi
oleh beberapa faktor utama yaitu
faktor internal dan faktor eksternal
perusahaan.
Dividend per share adalah
jumlah dana yang berasal dari kas
yang dibagikan selama periode atas
nama masing-masing saham yang
beredar dari saham biasa (Gitman
dan Zutter 2012, 61). Salah satu
alasan investor membeli saham
adalah untuk mendapatkan dividen
(Hutami 2012).
Menurut
Damayanti
(2014),
informasi
mengenai dividend per share
sangat diperlukan oleh pemegang
saham untuk mengetahui seberapa
besar keuntungan yang didapatkan.
Dividend per share dihitung dengan
menggunakan skala rasio dividen
tunai dibagi jumlah saham biasa
yang beredar (Hutami 2012).
ISSN: 1410 -9875
Earnings per share sangat
diminati
oleh
manajemen
perusahaan, pemegang saham biasa
dan calon pemegang saham karena
earnings per share menggambarkan
nilai rupiah yang diperoleh untuk
setiap
lembar
saham
biasa.
Earnings per share bisa digunakan
untuk menganalisi profitabilitas
suatu saham oleh para analisis surat
berharga,
misalnya
untuk
menentukan harga yang wajar
untuk suatu saham (Kristiana dan
Sriwidodo 2012). Earnings per share
dapat dihitung dengan membagi
laba bersih setelah bunga dan pajak
dengan jumlah saham biasa yang
beredar.
Book
value
per
share
menunjukan aktiva bersih yang
dimiliki oleh pemegang saham
dengan memiliki satu lembar
saham. Book value per share adalah
jumlah per saham yang dihasilkan
dari likuidasi perusahaan dengan
jumlah yang dilaporkan pada
neraca (Subramanyam dan Wild
2010, 189). Book value per share
dapat
dihitung
dengan
menggunakan skala rasio atas total
ekuitas dibagi jumlah saham biasa
yang beredar.
Current ratio menunjukan
kemampuan
perusahaan
untuk
melunasi
kewajiban
jangka
pendeknya
dengan
aktiva
lancarnya. Hal yang paling penting
dalam mengukur rasio likuiditas
adalah bukan melihat dari besar
kecilnya perbedaan aktiva lancar
dengan hutang jangka pendek,
melainkan melihat perbandingan
yang mencerminkan kemampuan
mengembalikan hutang (Susilawati
2012). Current ratio dapat dihitung
dengan menggunakan skala rasio
atasaktiva lancar dibagi hutang
lancar.
Steven Yap
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 80), net profit margin
mengukur
persentase
setiap
penjualan yang tersisa setelah
dipotong semua biaya pengeluaran
perusahaan
termasuk
dividen
saham preferen. Bagi para investor
apabila perusahaan yang memiliki
tingkat net profit margin yang
tinggi membuktikan bahwa risiko
pada perusahaan adalah rendah.
Net profit margin dapat dihitung
degan menggunakan skala rasio
atas laba bersih dibagi penjualan
bersih.
Debt
to
equity
ratio
merupakan
sumber
pendanaan
perusahaan yang berasal dari dana
pihak luar dan dari pemegang
saham. Bagi investor, semakin
besar rasio debt to equity ratio
akan semakin tidak menguntungkan
karena semakin besar risiko yang
ditanggung atas kegagalan yang
mungkin terjadi diperusahaan. Debt
to equity ratio dapat dihitung
dengan menggunakan skala rasio
atas total kewajiban dibagi total
ekuitas.
Menurut
Suwahyono dan
Oetomo 2006, total asset turnover
mengukur seberapa efisien aktivitas
aset perusahaan dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dari penjualan dengan
menggunakan aset-aset tersebut.
Penggunaan aset yang efektif dalam
menghasilkan
keuntungan
dari
penjualan akan menghasilkan laba
yang tinggi dan memperlihatkan
kinerja perusahaan yang baik.
Apabila perputaran aset semakin
cepat, maka akan semakin baik dan
efektif dalam penggunaan aset
tersebut dan semakin tinggi rasio
ini,
maka
semakin
cepat
pengembalian
piutang
dalam
bentuk kas. Total asset turnover
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
dapat
dihitung
dengan
menggunakan skala atas rasio
penjualan terhadap total aktiva.
Berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham, maka
hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini:
Dividend
Per
Share
Ha1
berpengaruh terhadap harga
saham.
Earnings
Per
Share
Ha2
berpengaruh terhadap harga
saham.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilakukan
dengan bentuk penelitian kausalitas
yang merupakan tipe penelitian
dengan bentuk masalah berupa
hubungan sebab akibat antara dua
variabel atau lebih. Penelitian ini
akan mengukur hubungan antara
variabel independen (dividend per
share, earnings per share, book
value per share, current ratio, net
profit margin, debt to equity ratio,
total asset turnover) terhadap
variabel dependen (harga saham)
pada perusahaan non keuangan di
Bursa Efek Indonesia.
Ha3
Ha4
Ha5
Ha6
Ha7
November 2012
Book
Value
per
Share
berpengaruh terhadap harga
saham.
Current Ratio berpengaruh
terhadap harga saham.
Net
Profit
Margin
berpengaruh terhadap harga
saham.
Debt
to
Equity
Ratio
berpengaruh terhadap harga
saham.
Total
Asset
Turnover
berpengaruh terhadap harga
saham.
Penelitian ini menggunakan
jenis data sekunder dimana sampel
yang digunakan adalah perusahaan
non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Periode
penelitian dimulai dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2010. Metode
pengambilan
sampel
yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
HASIL PENELITIAN
Sampel
yang
digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 84
perusahaan berdasarkan kriteria
pemilihan sampel berikut ini:
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
Jumlah
Sampel
Perusahaan non keuangan yang secara konsisten terdaftar di
355
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan 2010
Perusahaan non keuangan yang laporan keuangannya tidak
(5)
berakhir pada 31 desember
Perusahaan non keuangan yang tidak menyajikan laporan
(72)
keuangan dalam mata uang Rupiah
Perusahaan non keuangan yang tidak konsisten menghasilkan
(73)
laba
Perusahaan non keuangan yang tidak konsisten membagikan (121)
Kriteria Sampel
90
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
dividen
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel
Jumlah data yang diolah
Data yang dioutlier
Jumlah data setelah outlier
Sumber: data yang dikumpulkan
Uji
Statistik
deskriptif
digunakan
untuk
memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data
84
252
(3)
249
yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, maksimum
dan minimum.
Tabel 2
Hasil Statistik Deskriptif
SP
DPS
EPS
BVS
CR
NPM
DER
TATO
Sumber:
N
Mean
Std. Deviation
249
0,1220680
0,44668891
249
521,5233045 1797,58867799
249
777,6661566 2269,40131509
249 3089,9179068 6575,34135494
249
2,5214463
1,90924660
249
0,1274634
0,11653094
249
0,9614296
0,86365647
249
1,2271875
0,68879147
Pengolahan data SPSS IBM 21
Model regresi dapat terjadi
multikolinearitas apabila memiliki
nilai tolerance ≤ 0,1 dan nilai
Variance Inflation Factors (VIF) ≥
10, namun sebaliknya jika model
regresi memiliki nilai tolerance >
Minimum
-0,98233
0,77771
2,08600
94,34408
0,36239
0,00279
0,10824
0,04892
Maximum
1,44262
12500,00000
16515,00000
42250,06843
11,74282
0,93367
5,27781
3,45975
0,1 dan nilai Variance Inflation
Factors (VIF) < 10 maka tidak
terjadi multikolinearitas. Hasil uji
multikolinearitas dapat dilihat pada
tabel 3berikut ini:
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Keterangan
Variabel Tolerance
VIF
DPS
0,119
8,425
Tidak terjadi multikolinearitas
EPS
0,073
13,707
Terjadi multikolinearitas
BVS
0,136
7,327
Tidak terjadi multikolinearitas
CR
0,711
1,407
Tidak terjadi multikolinearitas
NPM
0,575
1,740
Tidak terjadi multikolinearitas
DER
0,660
1,514
Tidak terjadi multikolinearitas
TATO
0,723
1,383
Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21
Uji heteroskedastisitas dalam
penelitian ini apabila nilai sig dari
variabel independen < 0,05 maka
terjadi
heteroskedastisitas,
sebaliknya jika nilai sig dari
variabel independen ≥ 0,05 maka
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil uji heteroskedastisitas dapat
November 2012
dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel
Sig
Keterangan
DPS
0,082
Tidak
terjadi
heteroskedastisitas
EPS
0,247
Tidak
terjadi
heteroskedastisitas
Tidak
terjadi
BVS
0,568
heteroskedastisitas
CR
0,747
Tidak
terjadi
heteroskedastisitas
Tidak
terjadi
NPM
0,066
heteroskedastisitas
DER
0,709
Tidak
terjadi
heteroskedastisitas
Terjadi heteroskedastisitas
TATO
0,023
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21
Uji autokorelasi dalam penelitian menggunakan uji Bruech-Godfrey.
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5
Hasil uji Autokorelasi
Keterangan
Tidak
Autokorelasi
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21
Model
Res_3
Sig
0,193
Hasil uji autokorelasi tabel 5
menunjukkan bahwa sig res_3
adalah 0,193, dimana nilai 0,193
lebih besar dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak terjadi autokorelasi
yang berarti model regresi baik
digunakan dalam penelitian. Uji
analisis korelasi menunjukkan kuat
lemahnya hubungan antara variabel
dependen
dengan
variabel
independen.
Tabel 6
Hasil Uji Analisis Korelasi
R
Model
1
0,320
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21
92
terjadi
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
Nilai R sebesar 0,320 berada
debt to equity ratio, dan total
dibawah 0,5 sehingga secara
asset turnover adalah lemah dan
statistik hubungan antara variabel
arah hubungan tersebut adalah
dependen yaitu stock price dengan
positif.
Hasil
uji
koefisien
variabel independen lainnya yaitu
determinasi (Adjusted R-square)
dividend per share, earnings per
dapat dilihat pada tabel 7 berikut
share, book value per share,
ini:
current ratio, net profit margin,
Tabel 7
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-square)
Adjusted R-Square
Model
1
0,076
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21
Nilai
adjusted
R-square
dan total asset turnover adalah
adalah sebesar 0,076 yang artinya
sebesar 7,6%. Sedangkan sisanya
secara statistik besarnya variabel
92,4% dijelaskan oleh variabel lain
dependen yaitu stock price yang
yang tidak dimasukkan ke dalam
dapat dijelaskan oleh variabel
model regresi. Uji F digunakan
independen yaitu dividend per
untuk melihat apakah model regresi
share, earnings per share, book
dalam penelitian fit atau tidak fit.
value per share, current ratio, net
Dapat dilihat pada tabel 8berikut
profit margin, debt to equity ratio,
ini:
Tabel 8
Hasil Uji Model Fit (Uji F)
Sig
Model
F
1
3,919
0,000
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21
Uji
koefisien
(uji
t)
digunakan
untuk
mengetahui
apakah variabel independen dalam
penelitian
memiliki
pengaruh
secara individual terhadap variabel
dependen. Hasil uji t dapat dilihat
pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9
Hasil Uji Koefisien (Uji t)
Keterangan
Variabel
B
Sig
(constant)
-0,236
0,035
DPS
0,000
0,010 Ha diterima
EPS
8,511E-005
0,057 Ha tidak diterima
BVS
3,885E-006
0,730 Ha tidak diterima
CR
-0,011
0,518 Ha tidak diterima
NPM
0,927
0,003 Ha diterima
DER
0,028
0,464 Ha tidak diterima
TATO
0,181
0,000 Ha diterima
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Hasil uji t menunjukkan bahwa
variabel dividend per share, net
profit margin dan total asset
turnover berpengaruh terhadap
harga saham. dividend per share
memiliki nilai sig sebesar 0,010
yakni kurang dari 0,05, sehingga Ha
diterima dan berpengaruh secara
positif terhadap harga saham. Net
profit margin memiliki nilai sig
sebesar 0,003 yakni kurang dari
0,05, sehingga Ha diterima dan
berpengaruh
secara
positif
terhadap harga saham. Total asset
turnover memiliki nilai sig 0,000,
dimana nilai tersebut kurang dari
0,05, sehingga Ha diterima serta
memiliki pengaruh secara positif
terhadap harga saham.
Earnings per share memiliki
nilai sig 0,057 yang berarti Ha tidak
diterima, sehingga tidak terdapat
pengaruh earnings per share
terhadap harga saham. Book value
per share memiliki nilai sig 0,730
yang berarti Ha tidak diterima
sehingga tidak terdapat pengaruh
book value per share terhadap
harga
saham.
Current
ratio
memiliki nilai sig 0,518 yang berarti
Ha tidak diterima sehingga tidak
terdapat pengaruh current ratio
terhadap harga saham. Debt to
equity ratio memiliki nilai sig 0,464
yang berarti Ha tidak diterima
sehingga tidak terdapat pengaruh
debt to equity ratio terhadap harga
saham.
94
November 2012
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis dapat disimpulkan bahwa
per share, net profit margin dan
total asset turnover berpengaruh
terhadap harga saham. sedangkan
variabel lainnya seperti earnings
per share, book value per share,
current ratio, debt to equity ratio
tidak berpengaruh terhadap harga
saham.
Keterbatasan
dalam
penelitian
ini
yakni
periode
penelitian yang digunakan cukup
singkat yaitu selama 3 tahun. Model
regresi dalam penelitian ini masih
terjadi
multikolinearitas
dan
terjadi heteroskedastisitas sehingga
masih belum memenuhi syarat
model regresi yang baik digunakan
dalam penelitian. Penelitian ini
hanya
terdapat
3
variabel
independen
yang
berpengaruh
terhadap harga saham. berdasarkan
keterbatasan
penelitian,
maka
rekomendasi untuk penelitian di
masa akan datang adalah data yang
terjadi
multikolinearitas
dan
terjadi heteroskedastisitas dapat di
atasi dengan menambah jangka
waktu penelitian seperti 4 atau 5
tahun agar model regresi penelitian
ini dapat memenuhi syarat model
regresi yang baik digunakan dalam
penelitian. Menambahkan variabel
independen lain yang diharapkan
berpengaruh terhadap harga saham
seperti return on equity, interest
coverage ratio, firm size, dan cash
flow operating, dan sebagainya.
ISSN: 1410 -9875
Steven Yap
REFERENSI
Ginting, Suriani. 2012. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Arus Kas dan
Profitabilitas terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ 45 di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, Vol. 2, No. 1, April,
hlm 39-48.
Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance 13th Edition. New York : Pierson Prentice Hall.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes.
2010. Accounting Theory 7th Edition. New York : Wiley International
Edition.
Hermawan, Dedi Aji. 2012. Pengaruh Debt to Equity, Earning per Share dan
Net Profit Margin terhadap Return Saham. Management Analysis
Journal, Vol. 1, No. 5, hlm 1-7.
Hermi, dan Ary Kurniawan. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return
Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2010. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi
dan Keuangan Publik, Vol. 6, No. 2, Juli, hlm 83-95.
Husaini, Achmad. 2012. Pengaruh Variabel Return on Assets, Return on Equity,
Net Profit Margin dan Earning per Share Terhadap Harga Saham
Perusahaan. Jurnal Profit, Vol. 6, No. 1, Juni, hlm 45-49.
Hutami, Rescyana Putri. 2012. Pengaruh Dividend Per Share, Return on Equity
dan Net Profit Margin terhadap Harga Saham Perusahaan Industri
Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010.
Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 1, hlm 104-123.
Ilat, Ventje dan Meily Kalalo. 2011. Analisis Pengaruh Tingkat Pengembalian
Ekuitas terhadap Harga Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia
(Studi pada Saham Perusahaan LQ-45 Periode 2004 s/d 2008). Jurnal
Riset Akuntansi dan Auditing, Vol. 2, No. 2, Desember, hlm 51-67.
Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2, Agustus, hlm 81-96.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2011.
Intermediate Accounting. IFRS Edition Vol. 1. USA : Wiley
International Edition.
Kristiana, Vera Anis dan Untung Sriwidodo. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Return Saham Investor Pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 12, No.
1, April, hlm 1-11.
Menike, M. G. P. D. dan U. S. Prabath. 2014. The Impact of Accounting on
Stock Price: Evidence from the Colombo Stock Exchange, Sri Lanka.
International Journal of Business and Management, Vol. 9, No. 5, hlm
125-137.
Meythi, Tan Kwang En, dan Linda Rusli. 2011. Pengaruh Likuiditas dan
Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Manajemen dan
Ekonomi, Vol. 10, No. 2, Mei, hlm 2671-2684.
Morasa, Jenny dan Lidia Mawikere. 2011. Analsis Pengaruh Laba per Saham
terhadap Harga Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia (Studi Pada
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Perusahaan LQ-45 periode 2004 s/d 2008). Jurnal Riset Akuntansi dan
Auditing, Vol. 2, No. 2, Desember, hlm 68-85.
Octavia, Evi. 2010. Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham
Sektor Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia 2003-2007.
Jurnal Akuntansi, Vol. 10, No. 2, Mei, hlm 181-212.
Pandansari, Fillya A.. 2012. Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga
Saham. Accounting Analysis Journal, Vol. 1, No. 1, Agustus, hlm 2734.
Priatinah, Denies dan Prabandaru Adhe Kusuma. 2012. Pengaruh Return on
Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) dan Dividen Per Share (DPS)
terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2010. Jurnal Nominal, Vol. 1,
No. 1, hlm 50-64.
Sondakh, Jullie J. Dan Steven Tangkuman. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan
dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Earning Per Share pada
Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan
Auditing, Vol. 2, No. 2, Desember, hlm 86-99.
Stella. 2009. Pengaruh Price to Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on
Asset dan Price to Book Value terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 2, Agustus, hlm 97-106.
Subramanyam, K.R., dan John J. Wild. 2010. Financial Statement Analysis 10th
Edition. New York : McGraw Hill.
Susilawati, Christine D. K.. 2012. Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas,
Solvabilitas, dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan
LQ 45. Jurnal akuntansi, Vol. 4, No. 2, November, hlm 1-10.
Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan
Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika
Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 1, Mei, hlm 17-37.
Suwahyono, Rajio dan Hening Widi Oetomo. 2006. Analisis Pengaruh Beberapa
Variabel Fundamental Keuangan Perusahaan terhadap Harga Saham
Perusahaan Telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Ekuitas, Vol. 10, No. 3, September, hlm 307-334.
Tarore, Winston dan Winston Pontoh. 2010. Analisis Pengaruh Dividend per
Share dan Earning per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan
Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Going
Concern, Vol. 5, No. 2, Juni, hlm 1-14.
Wijaya, David. 2008. Pengaruh Rasio Modal Saham Terhadap Return Saham
Perusahaan-Perusahaan Telekomunikasi Go Public di Indonesia periode
2007. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 10, No. 2,
September, hlm 136-152.
96
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 97-110
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RELEVANSI NILAI LAPORAN
KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADAPERUSAHAAN
MANUFAKTUR
SYAHRIAN
Trisakti School of Management
[email protected]
Abstract: The purposed of this research are to test and analyze empirically
the influence offactors of value relevance of financial reports toward stock
price. This study was also to compare the result of previous research with
this research. Sample used in this research is manufacturing companies listed
in Indonesia Stock Exchange for period 2006-2012. The purposive sampling is
used as sampling technique to obtain 12 companies met the criteria and were
analyzed using descriptive statistics and panel data regression with fixed
effect model to test hypotheses. The result of this research shows that
earnings per share influence stock price, while ratio of inventories to sales,
debt ratio, ratio net working capital to total assets, return on total assets,
net profit margin, and total asset turnover do not influence stock price. In
addition, overall the independent variable influence stock price
simultaneously.
Keywords:
Value Relevance, EPS, Ratio of Inventory to Sales, Debt Ratio,
Ratio of Net Working Capital to Total Asset, Total Asset
Turnover, NPM, ROA, and Stock Price.
PENDAHULUAN
kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara
memperjualnelikan sekuritas.
Dengan
istilah,
nilai
relevansi “value relevance”, berarti
bahwa bagaimana suatu laporan
keuangan dapat meringkas infomasi
penting
yang
mempengaruhi
investor dalam menilai kinerja
perusahaan tersebut. Masalah nilai
relevansi dalam laporan keuangan
menjadi perhatian antara pihak
manajer dan pihak investor dalam
kinerja perusahaan tesebut, hal ini
menyebabkan sering terjadi indikasi
Pasar
modal
merupakan
media untuk berinvestasi dan
sebagai
perantara
untuk
menyalurkan dana pihak yang
memiliki dana kepada pihak yang
membutuhkan dana. Oleh karena
itu,
beragam
informasi
yang
berkaitan dengan pasar modal yang
dibutuhkan oleh pihak para investor
dalam
pengambilan
keputusan
investasi. Menurut Tandeilin (2001,
13), pasar modal adalah pertemuan
antara
pihak
yang
memiliki
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
dalam manipulasi data laporan
keuangan yang dilakukan oleh
manajer
dalam
perusahaan
tersebut.
Dengan
adanya
data
manipulasi laporan keuangan yang
dilakukan oleh manajer, membuat
pihak investor kebingungan apakah
data laporan keuangan tersebut
adalah asli atau palsu laporan
keuangan di perusahaannya.
Perusahaan
manufaktur
adalah suatu jenis perusahaan yang
dalam
kegiatannya
berusaha
mengelola bahan baku hingga
menjadi barang jadi.Perusahaan
manufaktur menyerap tenaga kerja
relatif banyak dibandingkan dengan
jenis
perusahaan
jasa
dan
perusahaan
dagang
umumnya.
Perusahaan manufaktur merupakan
jumlah emiten yang terbesar
dibanding jumlah emiten lainyang
terdapatdi Bursa Efek Indonesia
(BEI). Dalam sektor manufaktur
banyak terdapat perusahaan yang
kiprahnya terus berkembang. Tidak
bisa dipungkiri sektor ini telah
melahirkan perusahaan unggulan
yang produknya menjadi konsumsi
sebagian masyarakat Indonesia.
Sebagian
besar
investor
Indonesiapun ikut terlibat di dalam
perusahaan manufaktur.
Kinerja perusahaan yang baik
dapat dilihat dari tingkat kinerja
nilai sekuritas yang dimiliki yaitu
kinerja saham seperti harga saham
(stock price). Dengan harga saham,
perusahaan akan mendapatkan
dana eksternal dari investor untuk
meningkatkan kinerja perusahaan
dengan pembelian aset secara
efisien
dan
efektif
dalam
operasional perusahaan tersebut.
Harga Saham (stock price)
adalah harga penutupan pada hari
publikasi
laporan
keuangan
98
November 2012
tercepat di bursa atau surat kabar.
Harga saham diukur dengan harga
pasar per saham. Penentuan harga
saham dapat dilakukan melalui
analisis teknikal dan analisis
fundamental. Pada analisis teknikal
harga
saham
ditentukan
berdasarkan catatan harga saham
di waktu yang lalu, sedangkan
dalam analisis fundamental harga
saham ditentukan atas dasar faktorfaktor
fundamental
yang
mempengaruhinya, seperti laba dan
dividen.
Untuk
mengetahui
tingkat
relevansi nilai laporan keuangan
terhadap harga saham dalam
mengetahui
sebagai
indikator
terjadinya manipulasi data laporan
keuangan,
dapat
mengetahui
dengan rasio-rasio keuangan dalam
laporan keuangan. Permasalahan
pada penelitian ini adalah apakah
earninng per share (EPS), ratio of
inventories to sales (INV/SALES),
ratio of total liabilities to total
assets (TL/TA), ratio of net
working
capital
to
assets
(NWC/TA), ratio of net income to
assets (NI/TA), ratio of net income
to sales (NI/SALES), dan ratio of
sales to assets (SALES/TA) terhadap
harga saham (Stock Price).
II. RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Relevansi
Menurut Margani (2004, 738),
relevansi nilai adalah kemampuan
menjelaskan informasi akuntansi
terhadap harga saham atau return
saham. Relevansi nilai merupakan
pelaporan angka-angka akuntansi
(misal
informasi
laba)
yang
memiliki suatu model prediksi
berkaitan dengan nilai-nilai pasar
ISSN: 1410 -9875
sekuritas. Konsep relevansi nilai ini
tidak lepas dari kriteria relevan,
jika jumlah yang disajikan dapat
merefleksikan informasi-informasi
yang relevan dengan penilaian
suatu perusahaan.
Laporan keuangan
Menurut Harahap (2011, 1),
laporan keuangan adalah media
informasi yang merangkum semua
aktivitas perusahaan. Jika informasi
laporan keuangan disajikan dengan
benar, maka informasi tersebut
sangat berguna bagi siapa saja
untuk
mengambil
keputusan
tentang
perusahaan
yang
dilaporkan tersebut.
Saham
Menurut
Darmadji
dan
Fakhruddin (2006, 6), saham (stock)
didefinisikan
sebagai
tanda
penyertaan
atau
kepemilikan
seseorang atau badan hukum dalam
suatu perusahaan atau perseroan
terbatas.
Saham
berwujud
selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas adalah
pemilik
perusahaan
yang
menerbitkan
surat
berharga
tersebut.
Porsi
kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar
penyertaan dana yang ditanamkan
di perusahaan tersebut.
Stock Price
Menurut Domonic (2008, 19),
harga saham adalah pembagian
antara modal perusahaan dan
jumlah saham yang diterbitkan.
Harga saham hasil pembagian
modal perusahaan dan jumlah
saham adalah harga nominal. Pada
saat
perusaahan
menerbitkan
saham, perusahaan tidak harus
menjual sesuai dengan harga
nominal. Penentuan harga suatu
Syahrian
saham
tergantung
jumlah
permintaan dan penawaran di pasar
modal.
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Djarwanto (2004,
143), rasio laporan keuangan
adalah
suatu
angka
yang
menunjukkan
hubungan
antara
unsur satu dengan unsur lainnya
dalam laporan keuangan.
Rasio Aktivitas (Activity
Ratios)
Menurut
Harahap
(2011,
308), rasio aktivitas adalah rasio
yang mengambarkan aktivitas yang
dilakukan
perusahaan
dalam
menjalankan operasinya baik dalam
kegiatan penjualan, pembelian, dan
kegiatan lainnya.
Rasio
Profitabilitas
(ProfitabilityRatios)
Menurut
Harahap
(2011,
304),
rasio
profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
mendapatkan
laba
melalui semua kemampuan dan
sumber daya yang ada seperti
penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang, dan
sebagainya.
Rasio Solvabilitas
Menurut
Harahap
(2011,
303),
rasio
solvabilitas
menggambrakan
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar
kewajiban jangka panjangnya atau
kewajiban-kewajibannya
apabila
perusahaan dilikuidasi.
Rasio Likuiditas
Menurut
Harahap
(2011,
301),
Rasio
likuiditas
mengambarkan
kemampuan
perusahaaan untuk menyelesaikan
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
kewajiban jangka pendeknya rasio
ini dapat dihitung melalui sumber
informasi tentang modal kerja
(working capital).
Teori Pasar Modal Efisien
Menurut Harjito (2012, 17),
istilah pasar modal efisien mulai
diketahui sejak tahun 1970 yang
diperkenalkan oleh Eugene Fama
yang lebih dikenal dengan konsep
perubahan random (random walk)
atau hipotesis perubahan random
(random
walk
hypothesis).
Pengertian perubahan random yaitu
perubahan (misal harga saham)
akan berubah-ubah secara random
yang berarti perubahan harga
saham yang terjadi saat ini tidak
tergantung perubahan harga saham
sebelumnya.
Bentuk-Bentuk
Efisiensi
Pasar Modal
Menurut
Fama
(1970)
bentuk-bentuk
efisiensi
pasar
modal, yaitu :
1. Efisiensi Pasar Modal Bentuk
lemah (weak-form efficiency),
menunjukkan bahwa pergerakan
harga saham waktu yang akan
datang untuk jangka pendek
terjadi secara random, yaitu
bebas dari informasi pergerakan
saham di masa lalu. Sehingga
pergerakan saham masa lalu
tidak
di
pengaruhi
oleh
pergerakan saham datang yang
menyebabkan
tidak
dapat
memprediksikan harga saham di
masa datang. Investor akan
mendapatkan return yang sama
denga investor lainnya..
2. Efisiensi Pasar Modal Bentuk
setengah kuat (semi strong-form
efficiency), menunjukkan bahwa
harga saham saat ini tidak
menyerap informasi harga masa
100
November 2012
lalu tetapi dapat mencerminkan
informasi yang dipublikasikan
secara umum tentang keadaan
saham
tersebut.
Sehingga
perubahan harga saham hanya
akan terjadi apabila terdapat
informasi baru yang tidak dapat
diprediksikan
sebelumnya.
Investor
akan
memperoleh
return abnormal yang dimana
return yang diharapkan lenih
besar dari return pasar bahakan
sebaliknya.
3. Efisiensi Pasar Modal Bentuk
kuat (strong-form efficiency),
menunjukkan
bahwa
semua
informasi yang relevan baik
informasi
yang
telah
dipublikasikan maupun informasi
internal dari perusahaan yang
belum dipublikasikan (insider
information) telah diserap di
dalam harga saham tersebut.
Investor yang mencari insider
information,
maka
usaha
Investor
untuk
memperoleh
return yang lebih besar dari
return pasar adalah sia sia.
Signalling Theory
Menurut Thiono (2006, 4),
Teori sinyal menjelaskan mengapa
perusahaan mempunyai dorongan
untuk
memberikan
informasi
laporan keuangan pada pihak
eksternal. Dorongan perusahaan
untuk memberikan informasi karena
terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar. Menurut
Gitman (2009, 571), asymmetric
information adalah perusahaan
mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan
datang
daripada
pihak
luar
(investor, kreditor). Kurangnya
informasi pihak luar mengenai
perusahaan menyebabkan mereka
melindungi diri dengan memberikan
ISSN: 1410 -9875
harga
yang
perusahaan.
Syahrian
rendah
untuk
Earnings Per Share terhadap stock
price.
Menurut
Darmadji
dan
Fakhruddin (2006, 195), earnings
per share adalah rasio yang
menunjukkan bagian laba untuk
setiap saham. EPS menggambarkan
profitabilitas
perusahaan
yang
tergambar pada setiap lembar
saham. Semakin tinggi nilai EPS,
maka semakin besar laba dan
dividen dalam kinerja di suatu
perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Widyatmini (2008),
Rachman (2011), Windarini (2012),
dan Amalia (2008) bahwa EPS
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap harga saham. Sementara
penelitian yang dilakukan oleh
Sasono (2012) bahwa EPS tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham.
Ha1 : EPS berpengaruh terhadap
harga saham.
Ratio of Inventories to Sales
terhadap stock price.
Menurut Mohanty (2010), ratio
of inventories to sales adalah rasio
yang mengindikasikan seberapa
perputararan
waktu
dalam
persediaan selama periode dari
hasil penjualan. Rasio ini mengukur
tingkat
efisiensi
pengggunaan
persediaan suatu perusahaan untuk
melakukan
penjualan
yang
dihasilkan.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Dimitropoulus and
Asteriou
(2009),
menunjukkan
bahwa ratio of inventories to sales
tidak memiliki pengaruh terhadap
stock price.
Ha2 : Ratio of inventories to
sales berpengaruh terhadap harga
saham.
Debt Ratio terhadap stock price.
Menurut Soemarso (2005, 390),
debt
ratio
adalah
mengukur
persentase dana yang disediakan
kreditur. Semakin rendah rasio ini,
maka semakin besar kerugian yang
ditimbulkan.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Amalia (2008), Alam
(2007), Raharjo (2009), Oetomo
(2005), dan Widyatmini (2008)
bahwa
debt
ratio
tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham.
Ha3 : Debt ratio berpengaruh
terhadap harga saham.
Ratio of Net Working Capital to
Total Assets terhadap stock
price.
Menurut penelitian Salim
(2009), rasio tersebut merupakan
rasio yang gunakan untuk melihat
posisi likuiditas perusahaan. Rasio
ini
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban yang segera harus
dipenuhi dengan kas yang tersedia
di dalam perusahaan dan efek yang
dapat segera diuangkan.
Berdasarkan
penenelitian
yang dilakukan oleh Respatia (2004)
dan menunjukkan bahwa net
working capital to total assets
memiliki pengaruh positif terhadap
stock price. Sementara penelitian
lain yang dilakukan oleh Salim
(2009) bahwa ratio of net working
capital to total assets tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham.
Ha4 : Net working capital to
total assets berpengaruh terhadap
harga saham.
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Return on Total Assets (ROA)
terhadap stock price.
Menurut
Darmadji
dan
Fakhruddin (2006, 200), return on
total assets adalah mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba atas asset yang
dimilikinya.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Rachman (2011),
Rinati (2009), Raharjo (2009), dan
Abadi
(2010)
bahwa
ROA
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap harga saham. Sementara
penelitian yang dilakukan oleh
Amalia (2008), Stella (2009),
Windarini (2012), dan Widyatmini
(2008)
bahwa
ROA
tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham.
Ha5 : Return on total assets
berpengaruh
terhadap
harga
saham.
Net Profit Margin (NPM) terhadap
stock price.
Menurut Harahap (2011, 304),
net profit margin adalah seberapa
besar presentase pendapatan bersih
yang
diperoleh
dari
setiap
penjualan. Semakin besar rasio,
semakin baik kinerja perusahaan
dalam mendapatkan laba yang
cukup tinggi.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Widyatmini (2008),
Alam (2007), dan bahwa, net Profit
III. METODA PENELITIAN
Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah 12
perusahaan
manufaktur
yang
konsisten
mengeluarkan
cash
dividend di Bursa Efek Indonesia
(BEI)
dari
tahun
2006-2012.
Penelitian
sampel
dilakukan
102
November 2012
margin
berpengaruh
positif
terhadap harga saham. Sementara
penelitian yang dilakukan oleh
Rachman (2011), Rinati (2009),
Abadi (2010), Oetomo (2005), dan
Sasono (2012) bahwa net profit
margin tidak berpengaruh terhadap
harga saham.
Net
Profit
margin
Ha6 :
berpengaruh
terhadap
harga
saham.
Total Assets Turnover terhadap
stock price.
Menurut
Harahap
(2011,
309), total assets turnover adalah
rasio yang menunjukkan perputaran
total aktiva yang diukur dari
penjualan atau seberapa besar
kemampuan semua aset perusahaan
menciptakan penjualan. Semakin
tinggi rasio, maka semakin baik
kinerja perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Oetomo (2005)
bahwa total assets turn over
memiliki pengaruh positif terhadap
harga saham. Sementara penelitian
yang dilakukan oleh Widyatmini
(2008), Alam (2007), Windarini
(2012), Rachman (2011), dan Salim
(2009) bahwa total assets turn over
tidak berpengaruh terhadap harga
saham.
Ha7 : Total assets turn over
berpengaruh terhadap harga saham
menggunakan metode purposive
sampling, yaitu teknik penentu
sampel
dengan
pertimbangan
tertentu.
Definisi Operasional Variabel
Variabel Dependen
Stock Prices
Menurut Jogiyanto (2008,
143) harga saham adalah harga
ISSN: 1410 -9875
Syahrian
yang terjadi di pasar bursa pada
saat tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar dan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham
yang bersangkutan di pasar modal.
Variabel Independen
Earnings Per share (EPS)
Menurut
Harahap
(2011,
305), earnings per share adalah
rasio yang menunjukkan seberapa
besar kemampuan per lembar
saham menghasilkan laba Dimana ,
Earnings per share (EPS) yaitu :
Ratio
of
Inventories
to
Sales
Menurut Mohanty (2010),
ratio of inventories to sales adalah
rasio
yang
mengindikasikan
seberapa
perputararan
waktu
dalam persediaan selama periode
dari hasil penjualan,
dimana:
Ratio of Total Liabilities to
Total Assets / Debt Ratio
Menurut Gitman (2009, 64),
debt ratio adalah menghitung
proporsi dari total asset keuangan
oleh perusahaan kreditor. Besarnya
rasio, maka besarnya perusahaan
melakukan kewajibannya kepada
kreditor dari hasil laba perusahaan.
Debt ratio, dimana :
Ratio of Net Working
Capital to Total Assets
Menurut penelitian Salim
(2009), rasio tersebut merupakan
rasio yang gunakan untuk melihat
posisi likuiditas perusahaan. Rasio
ini
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban yang segera harus
dipenuhi dengan kas yang tersedia
di dalam perusahaan dan efek yang
dapat segera diuangkan, dimana:
Ratio of Net Income to
Total Assets/Return on Total
Assets
Menurut
Harahap
(2011,
304), return on total assets adalah
rasio yang menunjukkan seberapa
besar
laba
bersih
diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai
aktiva.
Besarnya
ROA,
maka
semakin bagus kinerja perusahaan.
Dimana:
Ratio of Net Income to
Sales /Net Profit Margin
Menurut Soemarso (2005,
397), net profit margin adalah
mengukur
berapa
laba
yang
diperoleh untuk setiap penjualan
yang dihasilkan. Besarnya rasio,
maka
semakin
baik
kinerja
perusahaan. Dimana:
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Ratio of Sales to Total
Assets atau Total Asset Turn
Over
Menurut Gitman (2009, 62),
Total Assets Turnover adalah rasio
yang
menunjukkan
perputaran
efisiensi total aktiva diukur dari
volume penjualan dengan kata lain
seberapa jauh kemampuan semua
November 2012
aktiva menciptakan penjualan.
Semakin tinggi rasio ini semakin
baik, karena penggunaan aktiva
yang efektif dalam menghasilkan
penjualan.
Rasio
ini
dapat
dirumuskan sebagai berikut :
IV. HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tabel 4.1
Hasil Analisis Korelasi Variabel Independen
terhadap Variabel Dependen STOCK PRICE
Variabel
EPS
INV/SALES TL/TA NWC/TA NI/TA NI/SALES SALES/TA
0,55924
0,569462 0,551066
R
0,930787 0,555165 0,553709 0,550828
2
0,48474
R-squared 0,919089 0,479982 0,478279 0,474912
0,496695 0,475190
8
Sangat
Kuat –
KuatKuat – Kuat Kuat Kuat Hubungan kuat –
Positif
Positif Positif Positif Positif
Positif
Positif
Tabel 4.2
Uji t-Statistik Hipotesis ke-1
t-Statistic
Variabel
Coefficient
C
-212,5552
-0,621651
EPS
17,71449
19,79306
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews
Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa
nilai t-statistik variabel EPS sebesar
= 1,96 dan p-value
19,79306 >
sebesar 0.0000 < = 0.05 berada di
daerah
H0 ditolak. Dengan
Prob.
0,5362
0,0000
7.2
demikian, dapat disimpulkan bahwa
H0 ditolak dan EPS mempunyai
pengaruh positif terhadap stock
price.
Tabel 4.3
Uji t-Statistik Hipotesis ke-2
Prob.
Variabel
Coefficient t-Statistic
C
8.740,387
2,436469
0,0173
INV/SALES
-26.981,33
-1,001280
0,3201
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2
104
ISSN: 1410 -9875
Syahrian
Berdasarkan Tabel 4.3 bahwa
nilai t-statistik variabel INV/SALES
= -1,96
sebesar -1,001280 <
dan p-value sebesar 0,3201 >
=
0.05 berada di daerah H0 ditolak.
Dengan
demikian,
dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan
INV/SALES
tidak
mempunyai
pengaruh terhadap stock price.
Tabel 4.4
Uji t-Statistik Hipotesis ke-3
Prob.
Variabel
Coefficient t-Statistic
C
2.931,535
1,115977
0,2682
TL/TA
6.260,754
0,876104
0,3839
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2
Berdasarkan Tabel 4.4 bahwa
nilai t-statistik variabel TL/TA
= 1,96
sebesar 0,876104 <
dan p-value sebesar 0,3839 >
=
0.05 berada di daerah H0 tidak
ditolak. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak ditolak
dan TL/TA tidak mempunyai
pengaruh terhadap stock price.
Tabel 4.5
Uji t-Statistik Hipotesis ke-4
Prob.
Variabel
Coefficient t-Statistic
C
4.090,959
2,000244
0,0493
NWC/TA
3.514,788
0,554389
0,5811
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2
Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa
nilai t-statistik variabel NWC/TA
= 1,96
sebesar 0,554389 <
dan p-value sebesar 0,5811 >
=
0.05 berada di daerah H0 tidak
ditolak. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak ditolak
dan NWC/TA tidak mempunyai
pengaruh terhadap stock price.
Tabel 4.6
Uji t-Statistik Hipotesis ke-5
Prob.
Variabel
Coefficient t-Statistic
C
2.348,842
1,040352
0,3017
NI/TA
21.663,13
1,291747
0,2006
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2
Berdasarkan Tabel 4.6 bahwa
nilai t-statistik variabel NI/TA
= 1,96
sebesar 1,291747 <
dan p-value sebesar 0,2006 >
=
0.05 berada di daerah H0 tidak
ditolak. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak ditolak
dan
NI/TA
tidak
mempunyai
pengaruh terhadap stock price.
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Tabel 4.7
Uji t-Statistik Hipotesis ke-6
Prob.
Variabel
Coefficient t-Statistic
C
1.811,510
0,951905
0,3444
NI/SALES
33.712,37
1,842135
0,0696
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2
Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa
nilai t-statistik variabel NI/SALES
= 1,96
sebesar 1,842135 <
dan p-value sebesar 0,0696 >
=
0.05 berada di daerah H0 tidak
ditolak. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak ditolak
dan NI/SALES tidak mempunyai
pengaruh terhadap stock price.
Tabel 4.8
Uji t-Statistik Hipotesis ke-7
Prob.
Variabel
Coefficient t-Statistic
C
8.512,300
1,497299
0,1387
SALES/TA
-2.465,127
-0,587461
0,5588
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2
Berdasarkan Tabel 4.8 bahwa
nilai t-statistik variabel SALES/TA
= 1,96
sebesar -0,587461 <
dan p-value sebesar 0,5588 >
=
0.05 berada di daerah H0 tidak
ditolak. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak ditolak
dan SALES/TA tidak mempunyai
pengaruh terhadap stock price.
Tabel 4.9
Hasil Analisis Korelasi Hipotesis ke-8
0.9745
R
R-squared
0,949663
Adjusted R-squares 0,935724
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2
Pada Tabel 4.9 menunjukkan
koefisien korelasi (R) sebesar
0.9745 yang artinya hubungan
antara EPS, INV/SALES, TL/TA,
NWC/TA, NI/TA, NI/SALES, dan
SALES/TA terhadap stock price
adalah positif dan sangat kuat
karena nilainya berada di antara
0,75-0.99. Sementara itu, nilai
106
Adjusted
R-squares
sebesar
0,935724 mempunyai arti bahwa
93,57% variasi variable stock price
dapat dijelaskan oleh variabel EPS,
INV/SALES, TL/TA, NWC/TA, NI/TA,
NI/SALES, dan SALES/TA, sisanya
sebesar
6,43% dijelaskan
oleh
variabel lain yang tidak termasuk
dalam model regresi.
ISSN: 1410 -9875
Syahrian
Tabel 4.9
Hasil Uji F-Statistik HIpotesis ke-8
Effect Specifications
F-statistic
68,12761
Prob. (F-Statistic)
0,000000
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2
Berdasarkan tabel 4.9 dapat
diperoleh nilai F-Statistik sebesar
= 2,17 dengan p68,12761 >
value 0.000000 < = 0,05 berada di
daerah
H0
ditolak.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa
ditolak,
sehingga
EPS,
H0
INV/SALES, TL/TA, NWC/TA, NI/TA,
NI/SALES, dan SALES/TA secara
bersama-sama
mempunyai
pengaruh terhadap stock price.
V. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan
pembahasan peneliti menyimpulkan
hasil
penelitian
bahwa
EPS
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap terhadap stock price.
Sementara ratio of inventories to
sales, ratio of total liabilities to to
total assets, ratio of net working
capital to total assets, ratio of net
income to total assets, ratio of net
income to sales, dan ratio of sales
to total assets tidak mempunyai
pengaruh terhadap terhadap stock
price.
Hasil
pengujian
secara
simultan earnings per share (EPS),
ratio of inventories to sales
(INV/SALES),
ratio
of
total
liabilities to total assets (TL/TA),
ratio of net working capital to
assets (NWC/TA), ratio of net
income to assets (NI/TA), ratio of
net income to sales (NI/SALES), dan
ratio of sales to assets (SALES/TA)
mempunyai pengaruh yang negatif
terhadap terhadap stock price.
Keterbatasan
Keterbatasan
dalam
penelitian ini adalah variabel
independen yang digunakan hanya
terbatas pada 7 variabel, penelitian
ini hanya terbatas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI,
dan penelitian ini hanya terbatas
pada perusahaan yang konsisten
mengeluarkan Cash Dividend pada
periode 2006-2012.
Rekomendasi
Berdasarkan
keterbatasan
penelitian, maka saran bagi peneliti
selanjutnya
adalah
menambah
variabel independen lainnya yang
dianggap
memiliki
pegaruh
terhadap
stock
price
pada
perusahaan manufaktur seperti
tingkat bunga, jumlah peredaran
uang, nilai tukar, dan inflasi.
Kemudian,
menggunakan
perusahaan
manufaktur
yang
tertutup sehingga hasil peneliti
dapat lebih digeneralisasi pada
seluruh sektor non-keuangan di
Indonesia.
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
DAFTAR REFERENSI
Abadi, H. R. D. 2011. Analyze The Impact Of Financial Variables On Stock
Prices Of Tehran Stock Exchange Companies. Journal of Contemporary
Research In Business. VOL 3, NO 11.
Alam, Dipo. S, 2004. Pengaruh Rasio Keuagan Terhadap Harga Saham Industri
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen.
Amalia, Henny. S. 2008. Pengaruh EPS, ROA, dan DER terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia.
Darmadji, Tjiptono., Hendi M.Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia.
Salemba Empat.
Dimitropoulus, P.E., Asteriou, Dimitrios. 2007. The Value Relevance of
Financial Statement and Their Impact on Stock Price. Managerial
Auditing Journal.Vol. 24. No. 3. pp 248-265.
Dominic, H. T. 2008. Berinvestasi di Bursa Saham. Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo.
Djarwanto. 2004. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi kedua.
Yogyakarta: BPFE.
Fama, E.F., 1976. Foundation of Finance. Basic Books. New York.
Gitman, L.J. 2009. Principles of Managerial Finance. San Diego: San Diego
State University.
Harahap, Sofyan, Syafri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Harjito, D. Agus. 2012. Dasar-Dasar Teori Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.
Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga.
Margani, Pinasti. 2004. Faktor-faktor Yang Menjelaskan Variasi Relevansi –
Nilai Informasi Akuntansi: Pengujian Hipotesis Informasi Alternatif.
Simposium Nasional akuntansi VII. 2- 3 Desember 2004: 738 - 753.
Mohanty, R.K. 2010. Rasio Analysis. Faculty Member, Sir Spbt College. Central
Bank Of India, Mumbai.
Oetomo, Heninng. W. 2005. Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Fundamental
Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi
Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta. Stiesia Surabaya
Raharjo, Sugeng. 2009. Analisis Pengaruh Variabel Ekonom Makro Dan Rasio
Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia. Surakarta. STIE “AUB” Surakarta.
Rinati, Ina. 2009. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA)
Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Yang Tercantum Dalam Indeks Lq45. Universitas Gunadarma.
Respatia, Wimba. 2004. Pengaruh Analisis Return On Equity, Economic Value
Added, Net Working Capital Ratio Terhadap Harga Saham Industri
Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia.
Salim, Muh. 2009. Kemampuan Prediksi Rasio Keuangan terhadap harga
Saham. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Sasono, Hadi. 2012. Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan. Universitas Gunadarma.
108
ISSN: 1410 -9875
Syahrian
Soemarso S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima. Jakarta:
Salemba Empat.
Spathis, Ch. 2002. Detecting False Financial Statements Using Published Data:
Some Evidence From Greece. Managerial Auditing Journal. Vol. 17 No. 4.
pp. 179-91.
Stella. 2009. Pengaruh PER, DER, ROA, dan Price to Book Value. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi. Vol. 11. No.2. Halaman 97-106.
Subramanyam, K.R., dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi
Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Tandeilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi
Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Thiono, Handri. 2006. Perbandingan Keakuratan Model Arus Kas Metoda
Langsung Dan Tidak Langsung Dalam Memprediksi Arus Kas Dan Deviden
Masa Depan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang
Widyatmini. 2008. Pengaruh Economic Value Added (eva) dan Analisis
Fundamental Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi. Universitas
Gunadarma.
Windarini, N. L. P. 2012. Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Keuangan
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Go Public
Di Pt. Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen.
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
110
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 111-122
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN NONKEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
WENNY dan ELIZABETH LINANDI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to obtain empirical evidence about
the factors which influence capital structure. Independent variables used in
this research are profitability, liquidity, firm size, business risk, growth
opportunity, managerial ownership, assets structure, and times interest
earned to firm capital structure. The population used in this study are nonfinancial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that chooses
for the period of 2008 to 2010 as the sample. Sample selection procedure
carried out by implementing purposive sampling method. Data are analyzed
using multiple regression analysis. The result of data analysis shows that
profitability, assets structure, and time interest earned have influence
toward firm capital structure. Whereas the other variable such as liquidity,
firm size, business risk, growth opportunity, managerial ownership, have no
influence toward firm capital structure.
Keywords: Capital Structure, Profitability, Liquidity, Firm Size, Business Risk,
Growth Opportunity, Managerial Ownership, Assets Structure, And
Time Interest Earned.
PENDAHULUAN
internal dan pihak eksternal.
Manajer yang lebih memilih sumber
dana yang berasal dari pihak
internal akan akan menimbukaln
oppourtunity
cost,
sedangkan
manajer yang lebih memilh sumber
dana eksternal akan menimbulkan
biaya bunga yang di bebankan
kreditur atas pinjamannya.
Perusahaan
yang
tidak
mampu
mengambil
keputusan
secara cermat dalam mengambil
keputusan akan mengalami risiko
keuangan
yang
meliputi
kemungkinan
ketidakmampuan
perusahaan
dalam
membayar
kewajibannya dan kemungkinan
Pada eraglobalisasi masalah
pendanaan merupakan hal penting
bagi perusahaan. Perusahaan akan
membutuhkan modal yang cukup
besar dalam mendanai kegiatan
perusahaan
dan
juga
untuk
mengembangkan
perusahaan
menjadi lebih besar. Oleh karena
itu perusahaan harus mampu
mengambil
keputusan
dalam
menentukan
sumber
dana
perusahaan
untuk
kegiatan
bisnisnya.
Sumber dana di bagi menjadi
dua, yaitu sumber dana dari pihak
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
ketidakmampuan
tercapainya
tingkat laba yang di targetkan
perusahaan (Daulay 2009). Manajer
yang tidak mampu mengambil
keputusan secara cermat akan
menimbulkan biaya tetap dalam
bentuk biaya modal yang bisa
berakibat pada penurunan nilai
perusahaan. Keputusan
struktur
modal merupakan kondisi sangat
penting bagi kelangsungan hidup
perusahaan, karena baik buruknya
perusahaan akan mempengaruhi
profitabilitas.
Struktur
modal
merupakan
kondisi
dari
perimbangan antara hutang dan
ekuitas.
Dimana
perusahaan
mengaharapkan struktur modal
yang optimal.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Asymmetric Information Theory
Asymmetric
Information
Theory
merupakan
pandangan
dimana pihak-pihak yang berkaitan
dengan
perusahaan
tidak
mempunyai informasi yang sama
mengenai risiko dan prospek ke
depan karena pihak tertentu
memiliki informasi yang lebih dari
pihak lainnya. Dengan adanya
Asymmetric Information Theory
membuat manajer perusahaan lebih
leluasa
bertindak
di
dalam
menentukan strategi struktur modal
karena lebih menguasai informasi
yang terjadi didalam perusahaan
(Seftianne dan Handayani 2011).
Teori Keagenan
Agency Theory merupakan
penjelasan adanya pertentangan
posisi antara manajemen dengan
pemegang saham. Para pemegang
saham berharap agar agen akan
bertindak atas kepentingan mereka
112
November 2012
sehingga
perusahaan
dapat
meningkatkan nilainya, sekaligus
memberikan
keuntungan
bagi
pemegang saham (Horne 1995
dalam Nurrohim 2008).
Masalah
keagenan
akan
menimbulkan biaya keagenan. Pada
umumnya biaya keagenan akan
menurunkan tingkat kesejahteraan
yang dialami para pemegang saham
karena adanya perbedaan biaya
pokok dan bunga. Oleh karena itu
Jensen dan Meckling membagi
biaya agensi menjadi; 1. Konflik
pemegang saham dan dewan
direksi; 2. Konflik antara pemegang
obligasi dan dewan direksi dan
pemilik perusahaan; 3. Konflik
antara produsen dan konsumen
(Godfrey et al 2010).
Profitabilitas dan Struktur Modal
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba perusahaan pada
tingkat penjualan, aktiva dan
modal.
Perusahaan
yang
menghasilkan laba atau keuntungan
yang baik, maka perusahaan akan
mengungkapkan
informasi
keuangannya yang lebih rinci
(Seftianne dan Handayani 2011).
Dengan kondisi keuangan yang
cukup baik maka perusahaan akan
lebih mudah untuk memperoleh
investor dalam melalukan investasi.
Ha1 : Profitabilitas berpengaruh
terhadap struktur modal.
Tingkat Likuiditas dan Struktur
Modal
Tingkat likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban atau hutang
yang harus segera dibayarkan
dengan harta lancarnya (Seftianne
dan Handayani 2011). Ketersediaan
kas dan aktiva lancar selain
ISSN: 1410 -9875
persediaan mampu untuk menutupi
hutang jangka pendek perusahaan
yang mendominasi struktur hutang
secara keseluruhan dalam struktur
modal perusahaan.
Tingkat
likuiditas
Ha2 :
berpengaruh terhadap struktur
modal.
Ukuran Perusahaan dan Struktur
Modal
Ukuran perusahaan (size)
merupakan gambaran kemampuan
finansial perusahaan dalam suatu
periode tertentu. Perusahaan besar
dapat dengan mudah mengakses ke
pasar
modal,
yang
berarti
perusahaan memiliki fleksibilitas
dan
kemampuan
untuk
mendapatkan
dana
(Tomasila
2009).
Ukuran
perusahaan
Ha3 :
berpengaruh terhadap struktur
modal.
Risiko Bisnis dan Struktur Modal
Risiko
bisnis
merupakan
ketidakpastian perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan operasional
perusahaannya. Menurut Gitman
(2009)
dalam
Seftianne
dan
Handayani (2011), risiko bisnis
merupakan risiko dari perusahaan
saat tidak mampu menutupi biaya
operasionalnya dan dipengaruhi
oleh stabilitas pendapatan dan
biaya. Dengan kondisi seperti ini
kreditur
dapat
mengandalkan
aktiva tetap perusahaan sebagai
jaminan dari pendanaan atau
pinjaman yang di berikan, sehingga
tingkat risiko bisnis perusahaan
tidak menunjukan secara pasti
sumber pendanaan yang akan
dipilih oleh perusahaan.
Ha4 : Risiko bisnis berpengaruh
terhadap struktur modal.
Wenny dan Elizabeth Linandi
Growth Oppourtunity dan Struktur
Modal
Growth oppourtunity adalah
kemampuan perusahaan dalam
mengembangkan dirinya dalam
pasar (Seftianne dan Handayani
2011). Perusahaan yang memiliki
growth oppourtunity yang tinggi
akan
menghadapi
kesenjangan
informasi
yang
tinggi
antara
manajer dan investor luar tentang
kualitas
proyek
investasi
perusahaan.
Growth
oppourtunity
Ha5 :
berpengaruh terhadap strukltur
modal.
Kepemilikan
Manajerial
dan
Struktur Modal
Kepemilikan
manajerial
adalah situasi dimana pemegang
saham dari pihak manajemen yang
secara
aktif
ikut
dalam
pengambilan keputusan perusahaan
(Seftianne dan Handayani (2011).
Dengan
adanya
kepemilikan
manajerial,
perusahaan
akan
melakukan pengawasan yang lebih
besar oleh investor sehingga akan
mengontrol manajer agar tidak
melakukan kesalahan yang tidak
sesuai
dengan
kepentingan
pemegang saham (Widjaja dan
Kasenda 2008).
Ha6 : Kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap struktur
modal.
Struktur Aktiva dan Struktur
Modal
Struktur
aktiva
menggambarkan besarnya aktiva
yang di jaminkan oleh perusahaan
sebagai kolateral ketika perusahaan
melakukan pinjaman kepada pihak
kreditur (Joni dan Lina 2010).
Aktiva yang di sajikan untuk
jaminan atas hutang merupakan
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
cara untuk mengurangi risiko
kreditur dan memberi jaminan
kepada
kreditur
pada
saat
perusahaan mengalami kesulitan
keuangan (Dwinarno 2010).
Struktur
aktiva
Ha7 :
berpengaruh terhadap struktur
modal.
Time Interest Earned dan Struktur
Modal
Time
Interest
Earned
menunjukan
kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga
pinjamanya kepada kreditur dengan
November 2012
menggunakan
pendapatan
operasionalnya. Tingkat bunga yang
berlaku saat perencanaan pemenuh
kebutuhan
modal
akan
mempengaruhi
pemilihan
jenis
modal apa yang akan di ambil
perusahaan,
dan
apakah
perusahaan akan mengeluarkan
saham atau obligasi Utami (2009).
Ha8 : Time interset earned
berpengaruh terhadap struktur
modal.
Model
yang
diajukan
dalam
penelitian sebagai berikut:
Profitabilitas
Tingkat Likuiditas
Ukuran Perusahaan
Struktur Modal
Risiko Bisnis
Growth Opportunity
Kepemilikan Manajerial
Struktur Aktiva
Time Interest Earned
Gambar 1
Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Obyek Penelitian
Perusahaan non keuangan yang
Populasi penelitian adalah
terdaftar di BEI secara konsisten
perusahaan non keuangan yang
dari tahun 2008 sampai 2010; (2).
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Perusahaan
yang
menerbitkan
dengan periode penelitian tahun
laporan keuangan per 31 Desember;
2008 sampai 2010. Penelitian ini
(3). Perusahaan membukukan EBIT
menggunakan metode purposive
positif; (4). Perusahaan memiliki
sampling,
yaitu
metode
hutang jangka panjang yang berasal
pengambilan
sampel
dengan
dari pinjaman atau pihak ketiga
menggunakan kriteria, yaitu (1).
(kreditur);
(5).
Perusahaan
114
ISSN: 1410 -9875
Wenny dan Elizabeth Linandi
membayar beban bunga pinjaman
per 31 Desember (6). Perusahaan
menerbitkan laporan keuangan
dalam mata uang rupiah; (7).
Perusahaan yang tidak memiliki
harga penutupan saham yang sama
secara berturut-turut selama 1
tahun.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukuran Struktur Modal
Struktur
modal
adalah
proporsi
dalam
menentukan
pemenuh
kebutuhan
biaya
perusahaan dengan menggunakan
sumber dana jangka panjang, baik
yang berasal dari internal maupun
dari
eksternal
perusahaan
(Seftianne dan Handayani 2011).
Kategori utama dari struktur modal
adalah hutang atau ekuitas yang
digunakan
perusahaan
untuk
mendanai investasi asetnya dengan
menggunakan rumus:
Struktur Modal =
Profitabilitas
Profitabilitas
(ROA)
merupakan
suatu
ukuran
perusahaan mengenai kegiatan
operasional perusahaan dengan
menghasilkan
laba
perusahaan
dalam suatu periode tertentu
(Seftianne dan Handayani 2011)
dapat diukur dengan rumus sebagai
berikut:
ROA =
Tingkat Likuiditas
Tingkat
likuiditas
(CR)
merupakan tingkat kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancar yang dimilikinya
(Seftianne dan Handayani 2011)
dapat diukur dengan rumus sebagai
berikut:
CR =
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat
diukur
dengan
total
aktiva
perusahaan, asumsi yang mendasar
adalah
bahwa
investor
akan
membaca
atau
menggunakan
Size =
laporan keuangan perusahaan untuk
mempertimbangkan
keputusan
investasi saham perusahaam (Yusuf
dan Soraya 2004 dalam Utami
2009).
Ln (Total Aktiva)
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Risiko Bisnis
Risiko bisnis (RISK) adalah
ketidakpastian
yang
dihadapi
perusahaan dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya, dengan kata
lain risiko yang timbul akibat
perusahaan tidak menggunakan
hutang (Utami 2009). Risiko bisnis
RISK
=
November 2012
dapat diukur dengan standard
deviasi
return
saham
secara
bulanan
selama
satu
tahun
(Seftianne dan Handayani 2011).
Resiko Bisnis dapat diukur dengan
menggunakan
rumus
sebagai
berikut:
STD Return Saham
Return saham dapat dihitung dengan cara:
Return =
Pi,t
Closing Price bulanan pada bulan t
Pi,t-1 closing price bulanan pada bulan t-1
STD standard deviasi
Growth Opportunity
Growth Opportunity adalah
kesempatan yang dimiliki oleh
perusahaan dalam mengembangkan
dirinya dalam pasar (Seftianne dan
Handayani 2011). Rumus dari
variabel ini adalah:
Growth =
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
Manajerial
(DMOWN) adalah jumlah pemegang
saham dari pihak manajemen yang
secara
aktif
ikut
dalam
pengambilan
keputusan
perusahaan.
Karena
dapat
kecenderungan data di Indonesia
bersifat binominal, maka variabel
kepemilikan
manajerial
dalam
pengukurannya
menggunakan
variabel dummy. D 1 untuk
perusahaan
yang
terdapat
kepemilikan manajerial dan D 0
untung perusahaan yang tidak ada
116
kepemilikan manajerial (Seftianne
dan Handayani 2011)
Struktur Aktiva
Struktur
aktiva
menggambarkan besarnya aktiva
yang dapat dijaminkan perusahaan
sebagai kolateral ketika perusahaan
melakukan pinjaman kepada pihak
kreditur (Joni dan Lina 2010).
Pengukuran variabel struktur aktiva
dapat diukur dengan perimbangan
atau perbandingan antara aktiva
tetap
dengan
total
aktiva
(Seftianne dan Handayani 2011).
Variabel
ini
diukur
dengan
menggunakan rumus:
ISSN: 1410 -9875
Wenny dan Elizabeth Linandi
SA =
Time Interest Earned
Time
interest
earned
menunjukan
kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga
pinjamannya
kepada
kreditur
dengan menggunakan pendapatan
operasionalnya (Baral 2004 dalam
Firnanti 2011). Variabel ini diukur
dengan menggunakan rumus:
Interest =
Metoda Analisi Data
Penelitian ini menggunakan
Multiple
Regression
Analysis.
Pengujian yang dilakukan dalam
penelitian ini antara lain statistik
deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji
hipotesis.
HASIL PENELITIAN
Statistik Deskriptif
Hasil pengolahan statistik deskriptif
dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 1
Hasil Uji Deskriptif Statistik
Variabel
N
Minimum
SM
207
0,000024
0,000167
ROA
207
0,244674
CR
207
25,011406
SIZE
207
0,004119
RISK
207
0.00
GROWTH
207
0
DMWON
207
0,000206
SA
207
1,054932
INTEREST
207
Sumber: Output Data SPSS 19
Model
1
(Constant)
Profitabilitas
Tingkat Likuiditas
Ukuran Perusahaan
Risiko Bisnis
Growth Opportunity
Kepemilikan
Manajerial
Maximum
Mean
2,118075
1,575846
12,676380
32,664860
0,972724
34,00
1
3,105143
410,625920
0,151284
0,129395
1,799386
28,341595
0,176177
2,1063
0,46
0,398775
14,105141
Tabel 2
Hasil Uji T
T
Sig.
B
- 0,138
0,237 1,490
0,578 6,973 0,000
0,006 0,912 0,363
0,006 1,122 0,263
0,066 0,946 0,345
0,001 0,199 0,843
0,019 1,092 0,276
Standard
Deviation
0,178403
0,178403
1,355925
1,587476
0,123359
2,73262
0,500
0,274057
41,154384
Keterangan
Ha1 diterima
Ha2 tidak diterima
Ha3 tidak diterima
Ha4 tidak diterima
Ha5 tidak diterima
Ha6 tidak diterima
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Struktur Aktiva
0,288
Time Interest Earned
0,001
Sumber: Output Data SPSS 19
Berdasarkan tabel 2
persamaan regresi yang dihasilkan
penelitian ini adalah sebagai
berikut:
SM= -0,237 + 0,578ROA + 0,006CR +
0,006SIZE + 0,066RISK +
0,001GROWTH
+
0,019DMWON + 0,288 SA 0,001INTEREST + e
Hasil uji dari tabel 2
menunjukan
bahwa
variabel
profitabilitas
memiliki
nilai
koefisien positif sebesar 0,578,
dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang lebih kecil dari 0,05,
sehingga hipotesis pertama (Ha1)
dapat
diterima
yang
berarti
variabel profitabilitas memiliki
pengaruh positif terhadap variabel
struktur modal. Hal ini menunjukan
bahwa semakin besar profitabilitas
yang diperoleh perusahaan maka
semakin besar struktur modal,
karena
perusahaan
yang
mempunyai kondisi keuangan yang
cukup baik akan lebih mudah untuk
memperoleh
investor
dalam
menanamkan modalnya.
Variabel tingkat likuiditas
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,363 yang lebih besar dari 0,05,
sehingga hipotesis kedua (Ha2) tidak
dapat
diterima
yang
berarti
variabel tingkat likuiditas tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
variabel struktur modal. Hal ini
menunjukan
bahwa
tingginya
likuiditas tidak menjadi tolak ukur
dalam menentukan tingkat leverage
dalam struktur modal.
Variabel ukuran perusahaan
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,263 yang lebih besar dari 0,05,
118
November 2012
7,428 0,000 Ha7 diterima
- 0,009 Ha8 diterima
2,627
sehingga hipotesis ketiga (Ha3) tidak
dapat
diterima
yang
berarti
variabel ukuran perusahaan tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
variabel struktur modal. Hal ini
menunjukan bahwa besar atau
kecilnya
ukuran
perusahaan
bukanlah
penentu
sumber
pendanaan perusahaan,
karena
setiap perusahaan memiliki tingkat
leverage dan jumlahnya tidak
selalu dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan.
Variabel
risiko
bisnis
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,345 yang lebih besar dari 0,05
sehingga hipotesis keempat (Ha4)
tidak dapat diterima yang berarti
variabel risiko binis tidak memiliki
pengaruh
terhadap
variabel
struktur modal. Hal ini menunjukan
bahwa besarnya risiko bisnis tidak
menjadi penentu dalam pendanaan
perusahaan,
karena
ketidakpastiaannya
perusahaan
untuk
menutupi
kebutuhan
operasionalnya yang dipengaruhi
oleh stabilitas pendapatan dan
biaya.
Variabel growth opportunity
memiliki nilai signifikansi sebesar
0,843 yang lebih besar dari 0,05,
sehingga hipotesis kelima (Ha5)
tidak dapat diterima yang berarti
variabel growth opportunity tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
variabel struktur modal. Hal ini
menunjukan bahwa kemampuan
perusahaan
dalam
mengembangakan dirinya didalam
pasar tidak mendapatkan respon
yang baik dari investor dikarenakan
adanya
masalah
kesenjangan
ISSN: 1410 -9875
informasi
yang
tinggi
antara
manajer
dan
investor
luar
mengenai kualitas proyek investasi.
Variabel
kepemilikan
manajerial
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,276 yang
lebih besar dari 0,05, sehingga
hipotesis keenam (Ha6) tidak dapat
diterima yang berarti variabel
kepemilikan
manajerial
tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
variabel struktur modal. Hal ini
menunjukan bahwa kepemilikan
manajerial tidak menjadi tolak ukur
dalam
pendanaan
perusahaan,
karena
dalam
pengambilan
keputusan pendanaan perusahaan
tidak
hanya
atas
dasar
pertimbangan dari kepemilikan
manajerial.
Variabel
struktur
aktiva
memiliki nilai koefisien positif
sebesar
0,288,
dengan
nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang
lebih kecil dari 0,05, sehingga
hipotesis ketujuh (Ha7) dapat
diterima yang berarti variabel
struktur aktiva memiliki pengaruh
positif terhadap variabel struktur
modal. Hal ini menunjukan bahwa
semakin tinggi aset tetap dari total
aset, semakin besar perusahaan
memperoleh
pinjaman
jangka
panjang,
karena
aset
tetap
disajikan untuk jaminan kepada
kreditur pada saat perusahaan
mengalami kesulitan keuangan.
Variabel
time
interest
earned memiliki nilai koefisien
negatif sebesar -0,001, dengan nilai
signifikansi sebesar 0,009 yang
lebih kecil dari 0,05, sehingga
hipotesis kedelepan (Ha8) dapat
diterima yang berarti variabel time
interest earned memiliki pengaruh
negatif terhadap variabel struktur
modal. Hal ini menunjukan bahwa
semakin
besar
kemampuan
Wenny dan Elizabeth Linandi
perusahaan untuk membayar bunga
pinjaman maka semakin kecil
struktur modal, karena tingkat
bunga
yang
berlaku
saat
perencanaan pemenuh kebutuhan
modal
akan
mempengaruhi
pemilihan jenis modal apa yang
akan di ambil oleh investor.
PENUTUP
Penelitian
ini
bertujuan
untuk menguji dan memperoleh
bukti empiris mengenai pengaruh
profitabilitas, tingkat likuiditas,
ukuran perusahaan, risiko bisnis,
growth opportunity, kepemilikan
manajerial, struktur aktiva, dan
time interest earned terhadap
struktur modal pada periode
penelitian dari tahun 2008 sampai
2010.
Keterbatasan
dalam
penelitian ini adalah 1. Periode
penelitian relatif pendek karena
data penelitian yang digunakan
dimulai dari tahun 2008 sampai
2010; 2. Sampel perusahaan yang
digunakan dalam penelitian ini
hanya terbatas pada perusahaan
nonkeuangan yang terdaftar di BEI
sehingga hasil penelitian kurang
dapat di generalisasi; 3. Terdapat 1
variabel yang memiliki masalah
heteroskedastisitas; 4. Penelitian
ini hanya menggunakan tujuh
variabel independen yang diduga
memiliki
pengaruh
terhadap
struktur modal.
Berdasarkan rekomendasi di
atas, maka penulis menyarankan
beberapa hal untuk penelitian
selanjutnya,
sebaiknya
memperpanjang tahun penelitian
observasi menjadi lebih lama;
Melakukan
perluasan
objek
penelitian
sehingga
dapat
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
mencakup seluruh perusahaan yang
terdaftar
di
BEI;
Penelitian
selanjutnya
diharapkan
bisa
mengatasi
masalah
heteroskedastisitas yang terjadi;
November 2012
Menambahkan variabel lain yang
diharapkan
dapat
memiliki
pengaruh struktur modal seperti
dividen, free cash flow dan
tangibility.
REFERENSI
Darmawan, Priyo. 2008. Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap struktur
modal; Analisis komparatif pada industri pakan ternak dan industri
semen di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi
Daulay M. Toyib. 2009. “Pengaruh Size, Profitablity, dan Growth Of Assets
Terhadap Struktur Modal Pada Industri Makanan dan Minuman Yang GoPublic Di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 2 No. 2,
November, Hlm. 190-208.
Dwiwinarno, Titop. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
(Studi Kasus Pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia)” Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 1 No.1,
Juni, Hlm. 54-66.
Firnanti, Friska. 2011. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 13 No. 2, Agustus, Hlm. 119-128.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivatiate Dengan Program IBM SPSS
19. Edisi 5.Universitas Diponogoro Semarang.
Godfrey, Hodgson, Tarca, Holmes dan Hamilton. 2010. Accounting Theory.
Edition 7th. John Wiley & Sons New York, United States of America.
Hadianto, Bram dan M. Sienly Veronica Wijaya. 2008. Pengaruh Struktur
Aktiva, Ukuran, Likuiditas, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal
Emiten Sektor Ritel di Bursa Efek Indonesia: Sebuah pengujian Hipotesis
Pecking Order. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol.7 No.1
Hair, Black, Babin Anderson dan Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis.
Edition 6th. Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.
Husein, M. Fakhri. 2008. Penerapan pendekatang kointegrasi dan model
koreksi kesalahan dalam uji pengaruh likuiditas dan laba terhadap
struktu modal perusahaan. MODUS, Vol. 20 (2), hlm. 114-125.
Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Manajemen. Edisi ke 1. BPFE Yogyakarta.
120
ISSN: 1410 -9875
Wenny dan Elizabeth Linandi
Joni dan Lina. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal”
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 2, Agustus, Hlm. 81-96.
Nurrohim, Hasan. 2008. “Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol
Kepemilikan dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur Di Indonesia” Sinergi Kajian Bisnis dan
Manajemen, Vol. 10 No. 1, Januari, Hlm. 11-18.
Margaretha dan Ramadhan. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Industri Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Vol. 12 No. 2, Agustus, Hlm. 119-130.
Mishra, Chandra Sekhar. 2011. “Determinants of Capital Stricture – A Study of
Manufacturing Sector PSUs in India” Intenational Conference on
Financial Management and Economics, IPEDR Vol. 11. Page 247-252.
Nanok, Yanuar. 2008. “Capital Structure
Akuntanbilitas, Maret, hlm, 122-127.
Determinan
di
Indonesia.
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur” Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No. 1, April 2011, Hlm. 39-56.
Santoso, Singgih. 2002. SPSS Statistik Multivariate. PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Subramanyam dan Wild. 2010. Financial Statement Analysis. Mc GRAW-HILL
International Edition.
Tomasila, Mozes. 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Peluang,
Vol. III No 1, Maret. Hlm. 1-18.
Utami. 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur” Fenomena Vol. 7 No. 1, Maret, Hlm. 39-47
Widjaja dan Kasenda. 2008. “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Aktiva
Berwujud, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Struktur
Modal Pada Perusahaan Dalam Industri Barang Konsumsi di BEI” Jurnal
Managemen/Tahun XII No. 2, Hlm. 139-150.
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
122
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 123-136
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
EFFECT OF PRODUCT, PRICE, PLACE AND PROMOTION ON PURCHASE
DECISION
WIBISONO SOEDIONO
Trisakti School of Management
Jl. Kyai Tapa No. 20, Grogol, Jakarta Barat, 11440
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to know how the influence of product,
price, place and promotion on purchase decision in Bolt Super 4G LTE mobile
WiFi at Jakarta. The research design used in descriptive research and
causality research. The sampling in the study was purposive sampling and
uses 100 respondents. Data is used the primary data, and the methods for the
analysis is regression Y= a + bX + e and multiple regression Y= a + b1X1 + b2X2
+ b3X3 + ... + bnXn + e, analysis. The result this research is of product, price,
and promotion have positive influence to purchase decision individually.
Beside that, place have negative influence to purchase decision individualy.
Product, price, place, amd promotion have significant influence to purchase
decision simultaneously.
Keywords: Product, Price, place, Promotion and Purchase Decision
PENDAHULUAN
untuk mengakses berbagai macam
informasi dan peristiwa yang
terjadi di berbagai belahan dunia,
dalam kurun waktu yang relatif
singkat dan tanpa ada batasan
lokasi dan waktu.
Di Indonesia perkembangan
internet
semakin
mengalami
kemajuan pesat. Dari teknologi
wireless generasi 1 (1G) sampai
saat ini yaitu teknologi wireless
generasi 4 (4G): Wireless pertama
kali ditemukan oleh Guglielmo
Marconi Pada tahun 1895.
Menurut laporan dari Asosiasi
Penyelenggara Internet Indonesia
(APJII, 2014) mengatakan jumlah
pengguna
internet
Indonesia
mencapai 71.190.000 pada tahun
2013, naik sekitar 13 persen dari 63
juta pengguna di tahun 2012.
Perkembangan
dunia
teknologi semakin berkembang
pesat di era globalisasi ini terutama
di Indonesia. Revolusi teknologi
informasi dan jaringan turut
berperan
dalam
menciptakan
kebutuhan baru, terutama bagi
masyarakat
yang
tinggal
di
perkotaan. Masyarakat perkotaan
sangat memiliki kebutuhan untuk
memperoleh akses data yang cepat.
Salah
satunya
perkembangan
terjadi di teknologi informasi dan
jaringan yaitu internet. Internet
merupakan sistem global dari
seluruh jaringan komputer yang
saling terhubung. Internet berfungsi
sebagai
layanan
online
yang
disediakan diseluruh penjuru dunia
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Sementara
penetrasi
internet
Indonesia sekitar 28% dari jumlah
penduduk Indonesia yang berjumlah
248 juta orang. Namun Berdasarkan
laporan dari Akamai State of the
Internet 2013 jumlah rata-rata
angka kecepatan koneksi internet
dunia telah meningkat sebesar 10
persen dibanding kuartal lalu
menjadi 3,6 Mbps pada kuartal III
2013 dan mengalami peningkatan
pada kuartal IV 2013 sebesar 5,5
persen dari 3,6 Mbps pada kuartal
sebelumnya menjadi 3,8 Mbps.
Kecepatan Indonesia menempati
urutan 118 dari 123 negara yaitu
sebesar 1,6 Mbps, masih dibawah
kecepatan koneksi rata-rata global
sebesar 3,8 Mbps. Begitu juga
apabila dibandingkan beberapa
negara lain seperti Singapura
dengan kecepatan koneksi 7,9
Mbps, Thailand 4,8 Mbps, Malaysia
3,0 Mbps dan Vietnam 1,8 Mbps.
PT Internux yang bekerja
sama dengan Mitsui & Co. PT
Internux didirikan pada Oktober
2000 sebagai salah satu Operator
Telekomunikasi
Jaringan.
Perusahaan ini terutama bergerak
dalam penyediaan akses internet
(internet service provider). Pada
tahun 2009, ia dianugerahi BWA
(broadband wireless access) melalui
tender yang diselenggarakan oleh
Menteri Komunikasi dan Informatika
dan tahun 2013 tepatnya 14
november meluncurkan layanan 4G
Long Term Evolution yang diberi
nama BOLT! Super 4G LTE Mobile
WiFi dengan menyasar segmen
upper, medium, dan low. Berbasis
pada layanan data, pada kuartal
pertama
2013
Internux
meluncurkan
produk
unggulan
Mobile Wifi tipe ZTE MF90 yang
merupakan mobile wifi pertama
dengan teknologi 4G LTE TDD dan
124
November 2012
pada 22 Mei 2014 internux telah
meluncurkan Mobile Wifi SLIM dan
MAX.
Berdasarkan
pada
latar
belakang serta fenomena yang ada,
maka
penelitian ini untuk
mengetahui
seberapa
besar
pengaruh product, price, place dan
promotion
terhadap
purchase
decision
dengan
melakukan
penelitian
yang
diberi
judul
“PENGARUH PRODUCT, PRICE,
PLACE
DAN
PROMOTION
TERHADAP PURCHASE DECISION
PADA
BOLT! SUPER 4G LTE
MOBILE WIFI DI JAKARTA.”
Masalah Penelitian
Berdasarkan
pada
latar
belakang yang telah dijabarkan di
atas, maka dapat ditetapkan
rumusan masalah sebagai berikut:
(1) Apakah terdapat pengaruh
product terhadap purchase decision
pada BOLT! Super 4G LTE Mobile
WiFi di Jakarta?, (2) Apakah
terdapat pengaruh price terhadap
purchase decision pada BOLT!
Super 4G LTE Mobile WiFi di
Jakarta?, (3) Apakah terdapat
pengaruh place terhadap purchase
decision pada BOLT! Super 4G LTE
Mobile WiFi di Jakarta?, (4) Apakah
terdapat
pengaruh
promotion
terhadap purchase decision pada
BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di
Jakarta?, (5) Apakah terdapat
pengaruh product, price, place dan
promotion secara bersama-sama
terhadap purchase decision pada
BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di
Jakarta?
Tujuan Penelitian
Dari
beberapa
masalah
penelitian yang ada, maka tujuan
penelitian yang ditetapkan adalah
sebagai
berikut:
(1)
Untuk
ISSN: 1410 -9875
mengetahui
pengaruh
product
terhadap purchase decision pada
BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di
Jakarta, (2) Untuk mengetahui
pengaruh price terhadap purchase
decision pada BOLT! Super 4G LTE
Mobile WiFi di Jakarta, (3) Untuk
mengetahui
pengaruh
place
terhadap purchase decision pada
BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di
Jakarta, (4) Untuk mengetahui
pengaruh
promotion
terhadap
purchase decision pada BOLT!
Super 4G LTE Mobile WiFi di
Jakarta, (5) Untuk mengetahui
pengaruh product, price, place,
dan promotion secara bersamasama terhadap purchase decision
pada BOLT! Super 4G LTE Mobile
WiFi di Jakarta.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Wibisono Soediono
Product
Definisi menurut Kotler dan
Keller (2012, 347) bahwa Product is
anything that can be offered to a
market to satisfy a want or need,
including physical goods, services,
experiences,
events,
persons,
places, properties, organizations,
information, and ideas.
Price
Definisi menurut Kotler dan
Keller (2012, 405) bahwa Price is
the one element of the marketing
mix that produce revenue; the
others elements produce cost.
Price are perhaps the easier
elements of the marketing program
to adjust; product features,
channels, and even communication
take more time.
Place
Pemasaran
menurut
American
Marketing
Association (AMA) dalam Kotler
(2012, 27) pemasaran adalah satu
fungsi organisasi dan seperangkat
proses
untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan,
dan
menyerahkan
nilai
kepada
pelanggan dan mengelola hubungan
pelanggan
dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan para
pemilik sahamnya.
Purchase Decision
Kotler dan Keller (2012, 192)
menyatakan
bahwa
“Purchase
Decisions is in the evaluation stage,
the consumer forms preferences
among the brands in the choice set
and may also form an intention to
buy the most preferred brand.”
Tahap-tahap
proses
Purchase
decision
Berdasarkan
Kotler
dan
Keller (2012, 437) bahwa “Are sets
of interdependent organizations
participating in the process of
making a product or service
available for use or consumption.”
Promotion
Kotler dan Keller (2012, 498)
menyatakan bahwa “Promotion are
the means by which firms attempt
to inform, persuade, and remind
consumers-directly or indirectlyabout the products and brands they
sell.”
Model Penelitian
Berdasarkan tinjauan
landasan teori, maka dapat
disusun
suatu
kerangka
pemikiran dalam penelitian
ini seperti:
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Product
Purchase Decision
Price
Place
Promotion
METODE PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dan
kausal.
Penelitian
deskriptif
menurut
Sekaran dan Bougie (2013, 97)
“Describe the characteristics of the
variables
of
interest
in
a
situation.” Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah menggambarkan
atau
memberikan
keteranganketerangan
mengenai
suatu
keadaan atau fenomena. Sedangkan
penelitian kausal menurut Sekaran
dan Bougie (2013, 98) “A study in
which the researcher wants to
delineate the cause of one or more
problems.” Jadi dalam penelitian
ini
terdapat
variabel
yang
mempengaruhi dan dipengaruhi.
Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang akan
diteliti dalam penelitian adalah
orang
yang
membeli
dan
menggunakan BOLT! Super 4G LTE
Mobile WiFi untuk area Jakarta.
Definisi Opersasional
Variabel
1.
Purchase
Decision
Indikator
1.
2.
3.
2.
126
Product
4.
1.
Membeli karena produknya
berkualitas
Memilih menggunakan karena
sesuai dengan kebutuhan
Menggunakan karena
memperoleh kepuasan
Sering membeli
Kebutuhan akan produk
Skala
Pengukuran
Skala Likert
Skala Likert
ISSN: 1410 -9875
Wibisono Soediono
2. Menggunakan produk
3. Produk mencerminkan
pola
hidup pribadi
4. Produk meningkatkan image
pribadi
5. Mengetahui produk dari teman
6. Mengetahui produk dari
keluarga
7. Merek produk
8. Mutu produk
3.
Price
4.
Place
5.
Promotion
1. Harga kompetitif di pasar
2. Harga sesuai kualitasnya
3. Harga terjangkau dibanding
lainnya
4. Harga sesuai dengan kepuasan
yang diperoleh konsumen
1. Mudah diperoleh karena dijual
di berbagai tempat di daerah
pelosok hingga kota besar
2. Ketersediaan produk dapat
memenuhi kebutuhan
konsumen
3. Jalur distribusi memudahkan
konsumen
4. Distributor
proaktif
dalam
menginformasikan segala hal
menyangkut perubahan harga,
kemasan, dll.
Skala Likert
1. Promosi menjangkau berbagai
kalangan masyarakat
2. Sering melakukan promosi,
sehingga konsumen mengenal
dengan baik produk yang
ditawarkan
3. Mensponsori kegiatan-kegiatan
4. Iklan mudah dipahami
Skala Likert
Skala Likert
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas
Variabel
Purchase
Decision
Item
Pertanyaan
r hitung
r tabel
Hasil
PD_1
0,573
0,1966
Valid
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
PD_2
0,780
0,1966
Valid
PD_3
0,496
0,1966
Valid
PD_4
0,653
0,1966
Valid
Variabel
Item
Pertanyaan
r hitung
r tabel
Hasil
Product
PR_1
0,821
0,1966
Valid
PR_2
0,869
0,1966
Valid
PR_3
0,730
0,1966
Valid
PR_4
0,835
0,1966
Valid
PR_5
0,447
0,1966
Valid
PR_6
0,695
0,1966
Valid
PR_7
0,869
0,1966
Valid
PR_8
0,730
0,1966
Valid
Variabel
Price
Variabel
Place
128
November 2012
Item
Pertanyaan
r hitung
r tabel
Hasil
PC_1
0,818
0,1966
Valid
PC_2
0,395
0,1966
Valid
PC_3
0,699
0,1966
Valid
PC_4
0,862
0,1966
Valid
Item
Pertanyaan
r hitung
r tabel
Hasil
PL_1
0,620
0,1966
Valid
PL_2
0,771
0,1966
Valid
PL_3
0,649
0,1966
Valid
PL_4
0,624
0,1966
Valid
ISSN: 1410 -9875
Wibisono Soediono
Variabel
Item
Pertanyaan
r hitung
r tabel
Hasil
PM_1
0,620
0,1966
Valid
PM_2
0,739
0,1966
Valid
PM_3
0,775
0,1966
Valid
PM_4
0,757
0,1966
Valid
Promotion
Uji Reliabilitas
Variabel
Jumlah
Pertanyaan
Cronbach
Alpha
Hasil
Product (X1)
8
0,923
Reliabel
Price (X2)
4
0,838
Reliabel
4
0,831
Reliabel
4
0,857
Reliabel
4
0,802
Reliabel
Place (X3)
Promotion(X4)
Purchase Decision (Y)
Uji Normalitas
Variabel
Product (X1)
Price (X2)
Zskewness(Zhitung)
Z tabel
Zkurtosis(Zhitung)
Z tabel
-1,2533
1,96
0,0408
1,96
1,4860
1,96
-1,6227
1,96
0,8083
0,0653
1,96
1,96
0,1511
-1,5554
1,96
1,96
1,96
-0,6858
1,96
Place (X3)
Promotion(X4)
Purchase
Decision (Y)
0,8124
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Pengujian Hipotesis
Uji Regresi Sederhana ( uji t)
Unstandardized
Coefficients
Model
2.177
Std.
Error
.685
Product
.412
.022
(Constant)
.597
.482
.941
.032
B
(Constant)
1
2 Price
(Constant)
16.731
3 Place
-.147
(Constant)
4.692
4 Promotion
.667
Standardized
Coefficients
Dari
hasi
uji
regresi
sederhana yaitu uji t diatas dapat
dilihat bahwa product, price dan
promotion saja yang mempengaruhi
Sig.
Beta
3.189
.880
.948
1.331
.089
.994
.066
t
-.165
.714
18.354
.002
.000
.218
1.239
29.393
.000
12.569
.000
-1.660
4.723
10.089
.100
.000
.000
purchase decision, sedangkan place
tidak mempunyai pengaruh dalam
purchase decision karena nilai
signifikannya diatas 0,05.
Hasil Uji Regresi Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
B
(Constant)
pr_sum
pc_sum
1 pl_sum
pm_sum
.126
.081
.809
.020
-.021
Std.
Error
.714
.034
.074
.029
.046
Persamaan regresi berdasarkan
table diatas adalah:
Y = 0,126, + 0,081X1 + 0,809 X2 +
0,020 X3 - 0,21X4 + e
Persamaan regresi tersebut
dapat terlihat bahwa variable
product, price berpengaruh positif
dan signifikan terhadap purchase
130
Standardized
Coefficients
T
Sig.
Beta
.173
.815
.023
-.023
0.177
2.375
10.893
.696
-.458
.860
.020
.000
.488
.648
decision, sedangkan place dan
promotion
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
purchase
decision.
ISSN: 1410 -9875
Wibisono Soediono
Uji F
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat bahwa product, price,
place,dan
promotion
memiliki
tingkat signifikan sebesar 0,000 <
0,05 maka product,price, place,
dan promotion secara bersama –
sama memiliki pengaruh signifikan
terhadap purchase decision.
Sum of
Squares
Regression 550.800
1 Residual
57.840
Total
608.640
Model
Mobile WiFi di Jakarta, (5)
Terdapat pengaruh product, price,
place, dan promotion, secara
bersama-sama terhadap purchase
decision pada BOLT! Super 4G LTE
Mobile WiFi di Jakarta.
Mean
F
Square
4 8.606 226.166
95
.609
99
Df
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian dilakukan dengan
mengembangkan sebuah model
untuk
menganalisa
pengaruh
product,
price,
place,
dan
promotion
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
purchase
decision pada BOLT! Super 4G LTE
Mobile WiFi di Jakarta.
Kesimpulan
Setelah pengumpulan data
dilakukan dan dari hasil data
tersebut dilakukan pengolahan data
dan analisadata, sehingga dapat
diperoleh kesimpulan yaitu sebagai
berikut: (1) Terdapat pengaruh
product terhadap purchase decision
pada BOLT! Super 4G LTE Mobile
WiFi di Jakarta, (2) Terdapat
pengaruh price terhadap purchase
decision pada BOLT! Super 4G LTE
Mobile WiFi di Jakarta, (3) Tidak
terdapat pengaruh place terhadap
purchase decision pada BOLT!
Super 4G LTE Mobile WiFi di
Jakarta, (4) Terdapat pengaruh
promotion
terhadap
purchase
decision pada BOLT! Super 4G LTE
Sig.
.000b
Keterbatasan
Dalam penelitian ini terdapat
beberapa keterbatasan antara lain:
(1) Responden yang digunakan
dalam penelitian ini hanya 100
orang, (2) Penelitian ini hanya
dilakukan pada responden yang
membeli produk BOLT! Super 4G
LTE Mobile WiFi dan untuk
digunakan sendiri, (3) Mengingat
keterbatasan waktu, biaya dan
tenaga maka penelitian ini hanya
terbatas pada ruang lingkup BOLT!
Super 4G LTE Mobile WiFi di
Jakarta.
Saran
Sesuai dengan analisa yang
telah dilakukan sebelumnya dan
kesimpulan berdasarkan analisa
tersebut, maka ada beberapa hal
yang mungkin saja dapat digunakan
sebagai das
dari acuan bagi peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
(1) Disarankan untuk menggunakan
objek penelitian dengan metode
penelitianyang berbeda, (2) Untuk
penelitian selanjutnya disarankan
menambah jumlah responden, (3)
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Mencari dan menggunakan faktor –
faktor lain yang mempengaruhi
keputusan
pembeliandan
dimasukkan
dalam
penelitian
November 2012
selanjutnya, (4) Lokasi penelitian
yang lebih luas agar mendapatkan
hasil bervariasi dari responden.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia 2013 (APJII)
Badan Pusat Statistik “ Statistik Telekomunikasi Indonesia 2012”
Belch, George E, and Michael A Belch. 2012. Advertising and Promotion : An
Integrated Marketing Communication Perspective Nineth Edition. New
York : McGraw – Hill
Clow, Kenneth E, and Donald Baack.2014. Integrated Advertising,Promotion,
and Marketing Communications Fifth Edition. USA : Pearson Education.
Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. New
York : McGraw-Hill.
Hair. Joseph F, William, Barry, and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate
Data Analysis : A Global Perspective. New Jersey : Pearson.
Hawkins and Mothersbaugh. 2013. Consumer Behavior: Building Marketing
Strategy. New York : McGraw – Hill.
Keegan, Warren J, and Mark C. Green. 2011. Global Marketing Sixth Edition.
USA : Pearson Education
Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management : Building, Measuring,
and Managing Brand Equity Fourth Edition. USA : Pearson Education.
Kotler, Philip, and Gary Armstrong. 2012. Principles of Marketing Fourteenth
Edition. USA: Pearson Education Limites 2012.
Kotler, Philip, and Kevin L.Keller. 2012. Marketing Management. USA :
Pearson.
Schiffman, Leon G and Leslie. Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behavior Tenth
Edition. USA : Pearson Education.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2013. Research Method for Business : A
Skill-Building Approach Sixth Edition. Chichester : John Wiley & Sons
Ltd.
132
ISSN: 1410 -9875
Wibisono Soediono
Solomon, Michael R. 2013. “Consumer behavior: Buying, Having, and Being
Tenth Edition ”. USA : Pearson.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
http://jaringankomputer.org/sejarah-wireless-perkembangan-teknologinirkabel-1g-4g. Sabtu 27 Desember 2014
http://mix.co.id/headline/targetkan-500-ribu-pelanggan-bolt-luncurkanmobile wifi-slim/.
KUISIONER PENELITIAN
Indentitas Responden:
1. Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempuan
2. Usia saudara sekarang : 20-24 tahun
25-29 tahun
30-34 tahun
≥35 tahun
3. Status : Menikah
Belum Menikah
4. Pekerjaan :
Pelajar / Mahasiswa
Karyawan Swasta / negeri
Wiraswasta
Kuliah dan bekerja
Lain-lain, sebutkan…….
5. Pendidikan terakhir : Tamatan Sekolah Dasar
Tamatan Sekolah Menengah Pertama
Tamatan Sekolah Menengah Atas / STM / Kejuruan
Diploma (D1, D2, D3)
Sarjana (S1)
S2 dan S3
6. Apakah anda pernah mengunjungi BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi
zone:
Ya
Tidak
7. Dimana anda membeli BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi:
Mall
Lain-lain, sebutkan…..
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
8. Berapa lama Anda telah berlangganan BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi
?
≤ 2 ‐6 bulan
7-12 bulan
≥12 bulan
9. Penggunaan BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi untuk kebutuhan internet
di :
Notebook
Ipad
Smartphone
Lainnya……………..(sebutkan)
10.Berapa biaya berlangganan BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi dalam 1
Bulan ?
Rp.25.000
Rp.50.000
Rp.100.000
Rp.150.000
Rp.200.000
No.
Purchase Decision
1.
Saya membeli BOLT! Super 4G LTE Mobile
WiFi karena produknya berkualitas.
2.
Saya menggunakan BOLT! Super 4G LTE
Mobile WiFi karena sesuai dengan
kebutuhan.
Saya menggunakan BOLT! Super 4G LTE
Mobile WiFi karena memperoleh kepuasan
3.
4.
No.
Product
Menurut saya BOLT! Super 4G LTE Mobile
WiFi merupakan kebutuhan saya
6.
Saya ingin menggunakan produk BOLT!
Super 4G LTE Mobile WiFi
Menurut saya produk BOLT! Super 4G LTE
Mobile WiFi meningkatkan image pribadi
saya.
Menurut saya BOLT! Super 4G LTE Mobile
WiFi mencerminkan pola hidup pribadi saya
8.
134
TS
CS
S
SS
STS
TS
CS
S
SS
Saya sering membeli voucher isi ulang
BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi
5.
7.
STS
ISSN: 1410 -9875
Wibisono Soediono
9.
Saya mengetahui produk BOLT! Super 4G
LTE Mobile WiFi dari teman
10.
Saya mengetahui BOLT! Super 4G LTE
Mobile WiFi dari keluarga
11.
Menurut saya merek produk BOLT! Super
4G LTE Mobile WiFi terkenal
12.
Menurut saya mutu produk BOLT! Super 4G
LTE Mobile WiFi baik
No.
Price
13.
14.
Harga BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi
terjangkau dibandingkan merek lain (
seperti contohnya First media, Speedy dll).
16.
Harga BOlT! Super 4G LTE Mobile WiFi
sesuai dengan kepuasan yang diperoleh
konsumen
Place
17.
BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi cukup
mudah diperoleh karena dijual di berbagai
tempat.
18.
Ketersediaan BOLT! Super 4G LTE Mobile
WiFi dapat memenuhi kebutuhan
konsumen.
Outlet BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi
memudahkan konsumen untuk memperoleh
produk BOLT.
BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi dengan
galeri BOLT! (Zone) proaktif dalam
menginformasikan segala hal yang
menyangkut adanya produk baru, harga, dll
Promotion
19.
20.
No.
21.
TS
CS
S
SS
STS
TS
CS
S
SS
STS
TS
CS
S
SS
Harga BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi
kompetitif di pasar.
Harga BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi
sesuai dengan kualitasnya.
15.
No.
STS
Promosi BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi
mudah diterima di berbagai kalangan
masyarakat (seperti informasi mengenai
program promosi).
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
22.
23.
24.
November 2012
BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi sering
melakukan promosi, sehingga konsumen
cukup mengenal produk yang ditawarkan.
BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi
mensponsori kegiatan-kegiatan misalnya
acara peluncuran (launching) apartemen
khusus tower Heliconia, di Kemang Selatan,
Jakarta Selatan berhadiah BOLT! Super 4G
LTE Mobile WiFi
Iklan BOLT! Super 4G LTE Mobile Wifi
mudah dipahami
Tandailah setiap angka pada jawaban di dalam tabel sesuai dengan
Pendapat Anda:
Ket: STS
TS
CS
S
SS
136
: Sangat tidak setuju
: Tidak setuju
: Cukup setuju
: Setuju
: Sangat setuju
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 137-156
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KEPEMILIKAN ASING, KEPEMILIKAN PEMERINTAH,
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL,
KEPEMILIKAN KELUARGA, SIZE, LEVERAGE TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN
YUPITER GULLO
Anissa Thia Chandra
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the
influence of foreign ownership, government ownership, institutional
ownership, managerial ownership, family ownership, size, leverage toward
firm performance.
The object of this research is basic industry and chemicals sector companies
that listed in Indonesia Stock Exchange period 2007-2013. The purposive
sampling is used as sampling technique, where 19 companies met the criteria
and were analyzed using Eviews7 panel data regressions with random effect
model to test the hypothesis.The result of this research shows that
managerial ownership, family ownership have a positive influence to firm
performance. Leverage has a negative influence to firm performance.
However, foreign ownership, government ownership, institutional ownership,
and firm size have no influence to firm performance.
Keywords: Foreign Ownership, Government Ownership, Institutional
Ownership, Managerial Ownership, Family Ownership, Size,
Leverage, Firm Performance.
PENDAHULUAN
Di
dalam
menghadapi
persaingan usaha yang kompetitif
perusahaan
akan
berusaha
memperbaiki kinerja dan usaha
untuk mengembangkan perusahaan.
Tujuan utama perusahaan menurut
Brigham dan Houston (2009) adalah
untuk memaksimalkan kekayaan
bagi para pemegang sahamnya atau
kepada
pemilik
perusahaan
(stakeholder). Struktur kepemilikan
perusahaan
memiliki
pengaruh
terhadap perusahaan. Pemilik akan
berusaha
membuat
berbagai
strategi untuk mencapai tujuan
perusahaan,
setelah
strategi
ditentukan
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mengimplementasikan strategi dan
mengalokasikan sumber daya yang
dimiliki perusahaan untuk mencapai
tujuan
perusahaan.
Kesemua
tahapan tersebut tidak terlepas
dari peran pemilik sehingga dapat
dikatakan bahwa peran pemilik
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
sangat penting dalam menentukan
keberlangsungan perusahaan.
Fungsi
pemegang
saham
sebagai pemilik perusahaan dalam
memengaruhi
keputusan
manajemen
yaitu
untuk
menentukan arah perusahaan dan
tergantung
seberapa
besar
proposisi kepemilikan perusahaan
dan seberapa jauh pemegang
saham
terlibat
dalam
setiap
kebijakan
perusahaan,
namun
seberapa besar pengaruh pemegang
saham
bervariasi
pada
tiap
perusahaan,
sehingga
kinerja
perusahaan sangat dipengaruhi oleh
kepemilikan
pemegang
saham
perusahaan tersebut.
Penelitian
sebelumnya
tentang
struktur
kepemilikan
terhadap
kinerja
perusahaan
pernah dilakukan sebelumnya oleh
Patibandla (2002), Douma et al
(2003),
Setiawan
(2006),
Kusumawati (2007), Kartikawati
(2007), Sudarma (2004), Hermalin
dan Weisbach (1991), Christiawan
dan Tarigan (2007), Giovannini
(2010), dan Anderson and Reeb
(2004). Penelitian ini merupakan
replikasi dari penelitian Yulius Ardy
Wiranata
dan
Yeterina
Widi
Nugrahanti pada tahun 2013.
Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian
sebelumnya
yaitu
perbedaan objek dan periode
penelitian.
Peneliti
melakukan
perubahan pada objek penelitian,
dimana pada penelitian Yulius Ardy
Wiranata
dan
Yeterina
Widi
Nugrahanti (2013) menggunakan
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode
2010
sampai
2011,
sedangkan
peneliti
dalam
penelitian ini memfokuskan objek
penelitian pada perusahaan sektor
industri dasar dan kimia yang
138
November 2012
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2007-2013.
Menurut
Wahyudi
dan
Pawesti (2006) struktur kepemilikan
oleh beberapa peneliti dipercaya
mampu mempengaruhi jalannya
perusahaan yang pada akhirnya
berpengaruh
pada
kinerja
perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu memaksimalkan
nilai perusahaan.
Permasalahan yang ingin
diteliti dalam penelitian ini adalah
apakah
terdapat
pengaruh
kepemilikan asing, kepemilikan
pemerintah,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, kepemilikan keluarga,
size, leverage terhadap kinerja
perusahaan baik secara individual
maupun bersama-sama. Tujuan dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui pengaruh kepemilikan
asing, kepemilikan pemerintah,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
keluarga,
size,
leverage
terhadap
kinerja
perusahaan baik secara individual
maupun bersama-sama.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Hubungan keagenan terjadi
ketika satu atau lebih individu yang
disebut sebagai prinsipal menyewa
individu atau organisasi lain, yang
disebut
sebagai
agen,
untuk
melakukan sejumlah jasa dan
mendelegasikan kewenangan untuk
membuat keputusan pada agen
tersebut (Brigham dan Houston,
2006: 26).
Agency problems adalah masalah
yang muncul ketika manajer
menempatkan tujuan pribadi di
ISSN: 1410 -9875
depan tujuan pemegang saham
(Gitman dan Zutter 2012, 22).
Dalam
konteks
perusahaan,
masalah keagenan yang dihadapi
investor mengacu pada kesulitan
investor untuk memastikan bahwa
dananya tidak disalahgunakan oleh
manajemen
perusahaan
untuk
mendanai kegiatan yang tidak
menguntungkan.
Menurut Jensen dan Meckling
(1976), penyebab konflik antara
manajer dan pemegang saham
diantaranya adalah pembuatan
keputusan yang berkaitan dengan
aktivitas pencarian dana dan
bagaimana dana yang diperoleh
tersebut diinvestasikan. Dengan
teori
keagenan
maka
dapat
menjelaskan fenomena masalah
keagenan di Indonesia khususnya di
dalam
struktur
kepemilikan.
Shleifer
dan
Vishny
(1997)
menjelaskan
bahwa
manajer
mengendalikan perusahaan dan
masalah keagenan yang terjadi
antara pemegang saham dan
manajer.
Inti dari hubungan keagenan
adalah adanya pemisahan antara
kepemilikan (di pihak principal
atau investor) dan pengendalian (di
pihak agent atau manajer). Investor
memiliki harapan bahwa manajer
akan menghasilkan pengembalian
dari
uang
yang
mereka
investasikan. Oleh karena itu,
kontrak yang baik antara investor
dan manajer adalah kontrak yang
mampu menjelaskan spesifikasispesifikasi apa sajakah yang harus
dilakukan
manajer
dalam
mengelola dana para investor, dan
spesifikasi
tentang
pembagian
return antara manajer dengan
investor.
Yupiter Gullo
Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah
penentuan ukuran-ukuran tertentu
yang dapat mengukur keberhasilan
suatu
perusahaan
dalam
menghasilkan laba (Dessy, 2008).
Kepemilikan Asing
Kepemilikan
asing
merupakan proporsi saham biasa
perusahaan yang dimiliki oleh
perorangan,
badan
hukum,
pemerintah, serta bagian-bagiannya
yang berstatus luar negeri. Atau
perorangan,
badan
hukum,
pemerintah yang bukan berasal dari
Indonesia (Simerly & Li, 2001 dan
Fauzi, 2006). Kepemilikan asing
mempengaruhi
kinerja
suatu
perusahaan,
dengan
semakin
banyaknya
pihak
asing
yang
menanamkan
sahamnya
di
perusahaan
maka
akan
meningkatkan
kinerja
dari
perusahaan yang di investasikan
sahamnya, hal ini terjadi karena
pihak asing yang menanamkan
modal sahamnya memiliki sistem
manajemen, teknologi dan inovasi,
keahlian dan pemasaran yang cukup
baik yang bisa membawa pengaruh
positif bagi perusahaan.
Patibandla
(2002),
dan
Douma et al (2003) menemukan
bahwa
kepemilikan
asing
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
perusahaan.
Berbeda
dengan Setiawan (2006) yang
menyatakan bahwa kepemilikan
asing berpengaruh negatif terhadap
kinerja perusahaan.
Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan
pemerintah
adalah jumlah kepemilikan saham
oleh
pihak
pemerintah
(government) dari seluruh modal
saham yang dikelola (Farooque et
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
al, 2007). Kepemilikan pemerintah
tidak
mempengaruhi
kinerja
perusahaan,
kemungkinan
disebabkan
perusahaan
milik
pemerintah memiliki tujuan lain
seperti sosial dan politik daripada
memaksimalkan profit.
Kusumawati
(2007)
menyatakan bahwa kepemilikan
pemerintah berpengaruh negatif
terhadap kinerja perusahaan.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan
institusional
adalah
kepemilikan
saham
perusahaan yang dimiliki oleh
investor
institusional,
seperti
perusahaan
investasi,
bank,
perusahaan asuransi, institusi luar
negeri, serta institusi lainnya
(Juniarti dan Sentosa, 2009).
Kepemilikan
institusional
mempengaruhi kinerja perusahaan,
keberadaan investor institusional
dianggap mampu mengoptimalkan
pengawasan kinerja manajemen
dengan
memonitoring
setiap
keputusan yang diambil oleh pihak
manajemen
selaku
pengelola
perusahaan.
Kartikawati
(2007)
menemukan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif
terhadap
kinerja
keuangan.
Sebaliknya,
Sudarma
(2004)
menemukan bahwa kepemilikan
institusional
justru
berdampak
negatif terhadap struktur modal
dan nilai perusahaan.
Kepemilikan Manajerial
Christiawan dan Josua (2007)
menyatakan bahwa “Kepemilikan
manajerial adalah situasi dimana
manajer
memiliki
saham
perusahaan atau dengan kata lain
manajer tersebut sekaligus sebagai
pemegang saham”.
Kepemilikan
140
November 2012
saham manajerial juga memiliki
hubungan
terhadap
kinerja
perusahaan karena, kepemilikan
saham manajerial akan mendorong
manajer untuk berhati-hati dalam
mengambil
keputusan
karena
mereka ikut merasakan secara
langsung manfaat dari keputusan
yang diambil dan ikut menanggung
kerugian sebagai konsekuensi dari
pengambilan keputusan yang salah
(Listyani, 2003).
Penelitian Hermalin dan
Weisbach (1991) meneliti pengaruh
kepemilikan
manajerial.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.
Sedangkan Christiawan dan Tarigan
(2007) menemukan tidak terdapat
pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap
kinerja
perusahaan
manufaktur.
Kepemilikan Keluarga
Morck dan Yeung (2004)
mendefinisikan
perusahaan
keluarga sebagai perusahaan yang
dijalankan oleh penerus dari orang
yang
sebelumnya
bertanggung
jawab terhadap perusahaan atau
oleh keluarga yang secara jelas
berada
dalam
proses
untuk
menyerahkan kendali perusahaan
kepada penerusnya. Cucculelli and
Micucci
(2008)
menemukan
kepemilikan saham keluarga yang
besar mempunyai pengaruh negatif
bagi kinerja perusahaan. Hal ini
terjadi karena keluarga cenderung
mengambil manfaat pribadi dari
perusahaan dengan semakin banyak
nilai saham yang di investasikan
maka
semakin
mudah
untuk
mengendalikan perusahaan. Ketika
timbul suatu resiko yang sangat
tinggi
yang
dialami
oleh
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gullo
perusahaan, maka pemilik akan
cenderung lebih menyelamatkan
uang yang mereka investasikan
daripada
memperbaiki
kinerja
perusahaan.
Giovannini
(2010)
menunjukkan
bahwa
terdapat
pengaruh
negatif
kepemilikan
keluarga
terhadap
kinerja
perusahaan di Asia, termasuk
Indonesia. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Anderson and
Reeb (2004) di Amerika Serikat
menunjukkan hasil yang berbeda
yakni
kepemilikan
keluarga
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja perusahaan.
kinerja perusahaan menjadi lebih
baik.
Leverage
Menurut Gitman and Zutter
(2012, 508) bahwa “Leverage refers
to the effects that fixed costs have
on the returns that shareholders
earn.”
Leverage
berpengaruh
terhadap kinerja suatu perusahaan,
ketika
perusahaan
mengalami
kekurangan dana untuk pembiayaan
kegiatan operasional perusahaan
maka perusahaaan akan mencari
pinjaman dari luar perusahaan.
Dengan dana yang cukup, maka
manajer termotivasi untuk bisa
memanfaatkan dana tersebut untuk
Size
meningkatkan kinerja perusahaan
Ukuran perusahaan adalah
melalui laba yang nanti bisa
besar kecilnya perusahaan dilihat
didapatkan.
Untuk
menutupi
dari besarnya nilai ekuitas, nilai
pinjaman yang berasal dari luar
penjualan atau nilai total aktiva
maka
manajer
akan
(Riyanto, 2002).
memaksimalkan laba sehingga laba
Sari (2010) menyatakan bahwa suatu
perusahaan
besarsebagian
dapat memperoleh
kemudahan
yang
didapat
akan
peluang pertumbuhan sehingga
digunakan untuk melunasi hutang
dan sebagian untuk perusahaan.
MODEL PENELITIAN
Kepemilikan Asing
Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan Institusional
Kinerja Perusahaan
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Keluarga
Size
Leverage
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
METODE PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Metode
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kausalitas. Metode
kausalitas adalah sebuah studi
dimana
peneliti
ingin
menggambarkan penyebab dari satu
atau lebih masalah (Sekaran 2010,
110).
Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
yaitu perusahaan sektor industri
dasar dan kimia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari
tahun 2007-2013. Jadi penelitian ini
akan dilakukan dengan horizon
waktu selama 7 tahun, yaitu dari
tahun
2007-2013.
Teknik
pengumpulan
sampel
yang
digunakan adalah metode purposive
sampling.
Purposive
sampling
adalah pemilihan sampel secara
tidak
acak
yang
informasiinformasinya berdasarkan kriteria
tertentu sesuai dengan tujuan dan
masalah penelitian. Kriteria yang
digunakan
dalam
pengambilan
sampel adalah sebagai berikut: (1)
Perusahaan yang mengungkapkan
informasi
mengenai
struktur
kepemilikan
dalam
laporan
keuangannya selama periode 2007
sampai dengan tahun 2013, (2)
Perusahaan yang tidak mengalami
kerugian selama periode 2007
sampai dengan tahun 2013, (3)
Perusahaan yang menggunakan
satuan mata uang rupiah dalam
142
November 2012
laporan
keuangannya
selama
periode 2007 sampai dengan tahun
2013.
DEFINISI
OPERASIONAL
DAN
PENGUKURAN VARIABEL
Variabel Dependen
Dalam penelitian ini, kinerja
perusahaan diproksikan dengan
ROA. Return on Asset (ROA) adalah
rasio pendapatan setelah bunga dan
pajak (EAT) atau net pendapatan
dibagi dengan nilai buku aset di
awal tahun fiskal (Brigham &
Ehrhadrt, 2005). Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio.
Berikut ini adalah perhitungan rasio
ROA:
Variabel Independen
1. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan
porsi outstanding share yang
dimiliki oleh investor atau
pemodal
asing
(foreign
investors) yakni perusahaan
yang dimiliki oleh perorangan,
badan hukum, pemerintah serta
bagian-bagiannya yang berstatus
luar negeri terhadap jumlah
seluruh modal saham yang
beredar (Farooque et al., 2007).
Skala
pengukuran
yang
digunakan adalah skala rasio.
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gullo
2. Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan pemerintah adalah
jumlah kepemilikan saham oleh
pihak pemerintah (government)
dari seluruh modal saham yang
dikelola (Farooque et al., 2007).
Skala
pengukuran
yang
digunakan adalah skala rasio.
3. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan
institusional
merupakan kepemilikan saham
perusahaan oleh institusi seperti
perusahaan
asuransi,
bank,
perusahaan investasi, dan dana
pensiun.
Kepemilikan
institusional
diukur
dengan
menggunakan
rasio
antara
jumlah lembar saham yang
dimiliki oleh institusi terhadap
jumlah
lembar
saham
perusahaan yang beredar secara
keseluruhan (Ujiyantho dan
Pramuka,
2007).
Skala
pengukuran yang digunakan
adalah skala rasio.
4. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah
seorang manajer yang sekaligus
sebagai
pemegang
saham
perusahaan dan secara aktif ikut
dalam pengambilan keputusan.
Kepemilikan manajerial diukur
dengan
menggunakan
rasio
antara jumlah saham yang
dimiliki manajer atau direksi
dan dewan komisaris terhadap
total saham yang beredar
(Rustendi dan Jimmi, 2008).
Skala
pengukuran
yang
digunakan adalah skala rasio.
5. Kepemilikan Keluarga
Kepemilikan keluarga adalah
perusahaan yang dijalankan oleh
penerus
dari
orang
yang
sebelumnya bertanggung jawab
terhadap perusahaan. Menurut
Harijono (2013), penelusuran
kepemilikan keluarga dilakukan
dengan melihat nama dewan
direksi dan dewan komisaris.
Jika nama dewan direksi dan
dewan komisaris cenderung
sama dalam beberapa tahun dan
mempunyai
saham
dalam
kepemilikan perusahaan maka
bisa saja perusahaan tersebut
termasuk dalam kepemilikan
oleh keluarga. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala
rasio.
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
6. Size
Ukuran perusahaan merupakan
gambaran
mengenai
besar
kecilnya suatu perusahaan yang
dilihat dari besarnya total
aktiva, nilai ekuitas, dan nilai
penjualan. Dalam penelitian ini,
ukuran
perusahaan
(size)
diproksikan
dengan
natural
logaritma
of
total
asset
(Sudarmadji dan Sularto, 2007).
Skala
pengukuran
yang
digunakan adalah skala rasio.
7. Leverage
Leverage menunjukkan seberapa
besar aset perusahaan diperoleh
atau didanai oleh hutang. Skala
pengukurannya rasio yang diukur
dengan rumus menurut Sudana
dan Intan (2008, 136):
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk data
sekunder.
Data
sekunder
merupakan data yang sumbernya
diperoleh secara tidak langsung dan
yang sudah ada seperti yang
dinyatakan dalam Sekaran (2010:
180).
Data
sekunder
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah laporan keuangan dari
perusahaan sektor industri dasar
dan kimia, yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2007
sampai 2013. Data ini diperoleh
dari www.idx.co.id, serta literatur
lain seperti jurnal-jurnal, bukubuku
dan
internet
sebagai
referensi.
Metode Analisis Data
Analisis
regresi
linier
berganda adalah analisis model
regresi yang terdiri dari lebih dari
satu variabel independen (Sugiyono
2009, 277). Persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut:
144
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +
b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
Y
= Return On Asset
a
= Intersept atau Konstanta
b1-b7 = Koefisien regresi dari tiaptiap variabel independen
= Kepemilikan asing (FOR)
X1
X2
= Kepemilikan pemerintah
(GOV)
= Kepemilikan institusional
X3
(INST)
ISSN: 1410 -9875
X4
=
(MAN)
=
X5
(FAM)
Yupiter Gullo
Kepemilikan
Kepemilikan
manajerial
X6
X7
e
keluarga
= Size (SIZE)
= Leverage (LEV)
= Random error
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
N
Mean
Maximum
Minimum
Std.Deviasi
ROA
133
0.120948
1.490161
0.002211
0.191588
FOR
133
0.384008
0.959600
0.000000
0.310901
GOV
133
0.026891
0.515900
0.000000
0.114521
INST
133
0.293940
0.996080
0.000000
0.307348
MAN
133
0.022130
0.256100
0.000000
0.060715
FAM
133
0.003492
0.077300
0.000000
0.016025
SIZE
133
27.74812
31.06872
24.56206
1.620848
LEV
133
0.424951
0.948193
0.022369
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
0.193616
Uji Hausman
Correlated Random Effects – Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random
10.583864
7
0.1578
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan Uji Hausman, mempunyai probabilitas 0.1578 > alpha
(0.05), hasil dari hipotesis (Ho) diterima. Maka model tersebut adalah model
Random Effect.
Uji Normalitas
Skewness
0.190959
Kurtosis
2.950783
Jarque-Bera
0.821740
Probability
0.663073
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Dari tabel di atas dapat
dilihat nilai skewness 0.190959 dan
nilai kurtosis 2.950783. Nilai
koefisien Jarque-Bera 0.821740
lebih kecil dari nilai df chi squares
November 2012
= 2 (5.99) dan probability 0.663073
lebih besar dari alpha 5% (0.05)
maka dari hasil diatas maka dapat
disimpulkan
data
berdistribusi
normal.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
FOR
GOV
INST
MAN
FAM
SIZE
LEV
FOR 1.000000 -0.210534-0.757075 0.034076 0.087538-0.059740-0.038411
0.390250 -0.217585
0.051562
INST -0.757075-0.226271 1.000000 -0.243441
-0.068954 0.198727
0.199832
MAN 0.034076 -0.086235 -0.243441 1.000000
-0.498713-0.159805
0.078604
GOV -0.210534 1.000000 -0.226271 -0.086235
FAM 0.087538 -0.051562-0.199832-0.0786041.000000-0.069380 0.070204
SIZE -0.059740 0.390250 -0.068954 -0.498713
1.000000 0.011250
0.069380
LEV -0.038411-0.217585 0.198727 -0.159805 0.070204 0.011250 1.000000
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Secara keseluruhan, nilai
korelasi antar variabel independen
< 0.85, sehingga disimpulkan tidak
terjadi multikolinieritas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Glejser
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob
C
FOR
GOV
INST
MAN
FAM
SIZE
LEV
0.090935
-0.142534
-0.148150
-0.112290
0.829268
4.365091
0.003876
-0.006388
0.129640
0.060369
0.088231
0.057403
0.490869
1.852228
0.010103
0.045030
0.701446
-2.361054
-1.679123
-1.956183
1.689388
2.356671
0.383677
-0.141868
0.4843
0.0198
0.0956
0.0527
0.0936
0.0200
0.7019
0.8874
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
146
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gullo
Secara keseluruhan, nilai
probabilitas variabel independen
kepemilikan asing dan kepemilikan
keluarga < 0.05, sehingga dapat
disimpulkan
terjadi
heteroskedastisitas,
maka
dilakukan
uji
white
heteroskedastisitas
untuk
melakukan peyembuhan dari uji
heteroskedastisitas.
Uji White
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained
SS
3.990085
24.29056
Prob. F(7,125)
Prob. Chi-Square(7)
0.0006
0.1000
352.9753
Prob. Chi-Square(7)
0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan hasil uji white heterokedastisitas dapat disimpulkan bahwa
nilai probabilitas 0.1000 > alpha 0.05 maka tidak terdapat heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji Durbin Watson
Weighted Statistics
Durbin Watson
2.256076
stat.
Positive
Auto
Correlation
0
Inconclusive
No evidence of
Inconclusive
Autocorrelation
1.582
1.826
2.174
Negative
Auto
Correlation
2.472
4
2.256076
Hasil
2.256076
nilai Durbin-Watson
terdapat
pada
inconclusive , maka tidak dapat
disimpulkan,
sehingga
perlu
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
dilakukan penyembuhan dari uji
autokorelasi
menggunakan
uji
November 2012
breusch-godfrey.
Uji Breusch-Godfrey
F-statistic
Obs*R-squared
1.278378
Prob. F(2,123)
Prob. Chi2.708325 Square(2)
0.2822
0.2582
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan
hasil
uji
breusch-godfrey
dapat
dilihat
bahwa probabilitas 0.2582 > alpha
(0.05) maka dapat disimpulkan
tidak terjadi autokorelasi.
Hipotesis 1
Variable
C
FOR
R
0.005385
R-squared
Coefficient
t-Statistic
Prob.
0.000029
0.122399
-0.003779
4.003105
-0.061162
0.0001
0.9513
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai t-stat ≤ tα/2 (-0.061162
≤
1.960)
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak dapat
ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai
probabilitas dari kepemilikan asing
(FOR) sebesar 0.9513 yang lebih
besar dari nilai α (0.9513 > 0.05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak
terdapat
pengaruh
kepemilikan asing (FOR) terhadap
kinerja perusahaan (ROA).
Hipotesis 2
Variable
C
GOV
R
R-squared
Coefficient
t-Statistic
Prob.
0.073198
0.005358
0.117218
0.138706
6.034890
0.837060
0.0000
0.4041
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai t-stat ≤ tα/2 (0.837060 ≤
1.960) sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 tidak dapat ditolak. Hasil
ini didukung oleh nilai probabilitas
dari kepemilikan pemerintah (GOV)
sebesar 0.4041 yang lebih besar
148
dari nilai α (0.4041 > 0.05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak
terdapat
pengaruh
kepemilikan pemerintah (GOV)
terhadap kinerja perusahaan (ROA).
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gullo
Hipotesis 3
Variable
C
INST
R
0.159946
R-squared
0.025538
Coefficient
t-Statistic
0.151881 6.348169
-0.105233 -1.867725
Prob.
0.0000
0.0640
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai t-stat ≤ tα/2 (-1.867725
≤
1.960)
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak dapat
ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai
probabilitas
dari
kepemilikan
instutusional (INST) sebesar 0.0640
yang lebih besar dari nilai α (0.0640
>
0.05).
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh kepemilikan institusional
(INST) terhadap kinerja perusahaan
(ROA).
Hipotesis 4
Variable
C
MAN
R
0.229767
R-squared
0.052793
Coefficient
t-Statistic
Prob.
0.104903
0.725045
6.036664
2.687249
0.0000
0.0081
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai t-stat ≥ tα/2 (2.687249 ≥
1.960) sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak. Hasil ini didukung
oleh
nilai
probabilitas
dari
kepemilikan
manajerial
(MAN)
sebesar 0.0081 yang lebih kecil dari
nilai α (0.0081 < 0.05). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh
positif
kepemilikan
manajerial (MAN) terhadap kinerja
perusahaan (ROA).
Hipotesis 5
Variable
C
FAM
R
0.181956
R-squared
0.033108
Coefficient
t-Statistic
Prob.
0.112828
2.325141
6.185809
2.112459
0.0000
0.0365
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai t-stat ≥ tα/2 (2.112459 ≥
1.960) sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak. Hasil ini didukung
oleh
nilai
probabilitas
dari
kepemilikan keluarga (FAM) sebesar
0.0365 yang lebih kecil dari nilai α
(0.0365 < 0.05). Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
pengaruh
positif
kepemilikan
keluarga (FAM) terhadap kinerja
perusahaan (ROA).
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Hipotesis 6
Variable
R
C
SIZE
0.057965
R-squared
Coefficient
t-Statistic
Prob.
0.003360
0.336935
-0.007786
1.033525
-0.663677
0.3033
0.5081
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai t-stat ≤ tα/2 (-0.663677
≤
1.960)
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak dapat
ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai
probabilitas dari size (SIZE) sebesar
0.5081 yang lebih besar dari nilai α
(0.5081 > 0.05). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh size (SIZE) terhadap
kinerja perusahaan (ROA).
Hipotesis 7
Variable
R
C
LEV
0.246381
R-squared
Coefficient
t-Statistic
Prob.
0.060704
0.228069
-0.252079
5.611613
-2.901818
0.0000
0.0044
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai t-stat ≥ tα/2 (-2.901818
≥
1.960)
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil
ini didukung oleh nilai probabilitas
dari leverage (LEV) sebesar 0.0044
yang lebih kecil dari nilai α (0.0044
<
0.05).
Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
pengaruh negatif leverage (LEV)
terhadap kinerja perusahaan (ROA).
Hipotesis 8
Variable
C
FOR
GOV
INST
MAN
FAM
SIZE
LEV
Coefficient Std. Error
t-Statistic
0.119463
-0.104862
-0.047565
-0.107644
0.613741
2.430149
0.005147
-0.212239
0.302703
-0.908372
-0.234489
-0.842531
1.629629
2.197437
0.396872
-2.455219
0.394652
0.115440
0.202844
0.127763
0.376614
1.105901
0.029864
0.086444
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
150
Prob.
0.7626
0.3654
0.8150
0.4011
0.1057
0.0298
0.6921
0.0155
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gullo
Hasil persamaan regresi sebagai berikut:
ROA = 0.119463 - 0.104862FOR - 0.047565GOV - 0.107644INST +
0.613741MAN + 2.430149FAM + 0.005147SIZE - 0.212239LEV + e
Hasil Koefisien Korelasi (R) dan Adjusted R-squared H8
R
0.403519
Adjusted R-squared
0.115946
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Sedangkan
ditinjau
dari
keeratan hubungan diperoleh nilai
koefisien korelasi sebesar 0.403519
yang memberi arti sedang dan
positif yang menunjukkan jika
variabel kepemilikan asing (FOR),
kepemilikan pemerintah (GOV),
kepemilikan institusional (INST),
kepemilikan manajerial (MAN),
kepemilikan keluarga (FAM), size
(SIZE), dan leverage (LEV) naik
maka akan menghasilkan kenaikan
terhadap
variabel
kinerja
perusahaan (ROA).
Jika melihat nilai adjusted Rsquared dapat dijelaskan bahwa
11.5946% variasi variabel kinerja
perusahaan (ROA) dapat dijelaskan
oleh variasi variabel kepemilikan
asing
(FOR),
kepemilikan
pemerintah (GOV), kepemilikan
institusional (INST), kepemilikan
manajerial (MAN), kepemilikan
keluarga (FAM), size (SIZE), dan
leverage
(LEV)
dan
sisanya
88.4054% dijelaskan oleh variasi
variabel-variabel lain yang tidak
termasuk dalam model regresi. Hal
ini menunjukkan variasi variabel
kinerja
perusahaan
(ROA)
dijelaskan oleh variasi variabel
kepemilikan
asing
(FOR),
kepemilikan pemerintah (GOV),
kepemilikan institusional (INST),
kepemilikan manajerial (MAN),
kepemilikan keluarga (FAM), size
(SIZE), dan leverage (LEV).
Hasil Analisis F-Statistik
F-statistic
3.473171
Prob(F-statistic)
0.001960
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Nilai F-statistik > F-tabel
(3.473171 > 1.960) yang berarti Ho
ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai
probabilitas
F-statistik
sebesar
0.001960 yang lebih kecil dari alpha
0.05 (0.001960 < 0.05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh kepemilikan asing (FOR),
kepemilikan pemerintah (GOV),
kepemilikan institusional (INST),
kepemilikan manajerial (MAN),
kepemilikan keluarga (FAM), size
(SIZE), dan leverage (LEV) terhadap
kinerja perusahaan (ROA).
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian,
variabel kepemilikan manajerial,
kepemilikan keluarga berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan
dan leverage berpengaruh negatif
terhadap
kinerja
perusahaan,
sedangkan variabel kepemilikan
asing, kepemilikan pemerintah,
kepemilikan institusional, size tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan. Penelitian ini juga
menunjukkan
bahwa
seluruh
variabel
independen
secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan .
Penelitian ini mempunyai
beberapa
keterbatasan,
yaitu
penelitian
ini
terbatas
pada
perusahaan sektor industri dasar
dan kimia saja, penelitian ini hanya
dilakukan
pada
sampel
yang
termasuk
di
dalam
kriteria
pengujian
yang
digunakan,
mengingat keterbatasan waktu,
biaya, dan tenaga kerja maka
penelitian ini hanya terbatas pada
ruang lingkup IDX, dan variabel
independen dalam penelitian ini
yaitu
kepemilikan
asing,
kepemilikan
pemerintah,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan keluarga, size dan
leverage
yang
mempengaruhi
variabel dependen yaitu kinerja
perusahaan.
Adapun beberapa saran yang
dapat peneliti berikan berkaitan
dengan penelitian yang telah
dilakukan,
untuk
penelitian
selanjutnya agar jumlah sampel
dapat lebih diperbanyak, sehingga
tidak
hanya
terbatas
pada
perusahaan sektor industri dasar
dan
kimia
saja.
Penelitian
selanjutnya
disarankan
untuk
152
November 2012
memperluas periode penelitian dan
penelitian selanjutnya disarankan
untuk menambahkan variabel lain
diluar
penelitian
ini
yang
mempengaruhi kinerja perusahaan.
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gullo
DAFTAR PUSTAKA
Analisa, Yangs. 2011. "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas
dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan". Skripsi Sarjana.
Fakultas Ekonomi UNDIP: Semarang.
Anderson, Ronald C, and Reeb, David M. 2003. “Founding-Family Ownership
and Form Performance: Evidence From The S&P 500”. Journal of
Finace, Vol. LVIII, No.3.
Aprina, Desi. 2012. "Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional , dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan
yang Diukur Menggunakan Economic Value Added". Jurnal.
Bambang, Riyanto. 2002. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE :
Yogyakarta.
Diyanty, Vera. 2010. "Analisis Pengaruh Kepemilikan Pemerintah dan
Keputusan Keuangan terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Terhadap
Perusahaan Pemerintah yang Listed di BEI".Jurnal Akuntansi, Vol. 10,
No.2: 155-180.
Fachruddin, K.A. 2011. "Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan,
dan Agency Cost terhadap Kinerja Perusahaan". Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 13, No. 1: 37-46.
Gitman, Lawrence J. 2009. Principal of Managerial Finance, 12th Edition.
United States : Pearson International.
Gitman, Lawrence J, and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance, 13th Edition. United States : Pearson Education.
Gujarati, Damodar. N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometris, 5th
Edition. Singapore: Mc Graw Hill.
Hamidah, Purwati, Erwinda Sari, dan Mardiyati Umi. 2013. “Pengaruh
Corporate Governance dan Leverage terhadap Profitabilitas Bank Yang
Go Public di Indonesia Periode 2009-2012”. Jurnal Riset Manajemen
Sains Indonesia, Vo.4, No. 2.
Hartini, Jatu. S. 2011. "Pengaruh Penurunan Konsentrasi Kepemilikan Saham
Keluarga terhadap Kinerja Perusahaan". Skripsi Sarjana. Fakultas
Ekonomi UNDIP: Semarang.
Hidayanti, Alfiyani Nur. 2013. “Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga dan
Corporate Governance terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Skipsi
Sarjana. Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP: Semarang.
153
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
November 2012
Ks, A. Mahatma Pian. 2010. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Regulasi
Pemerintah terhadap Pengungkapan Corporate Social Responbility (CSR)
Pada Laporan Tahunan di Indonesia”. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi
UNDIP: Semarang.
Lucyanda, Jurica. dan Lilyana. 2012. "Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur
Kepemilikan terhadap Dividend Payout Ratio". Jurnal Dinamika
Akuntansi, Vol. 4, No. 2: 129-138.
Mirawati. 2014. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan
terhadap Probabilitas Pada Perusahaan Property dan Realestate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi, Universitas
Maritim Raja Ali Haji: Tanjungpinang.
Noor, J. 2014. Analisis Data Penelitian Ekonomi & Manajemen. Jakarta: PT
Grasindo.
Nur'aeni, Dini. 2010. "Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di
Bursa Efek Indonesia)". Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro.
Puspito. 2011. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Pada Kinerja Perusahaan
Dengan Struktur Modal Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan
Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEI)”. Riset Manajemen &
Akuntansi, Vol. 2, No.3.
Sanders, Donald H., and Robert K. Smidth. 2000. Statistics : A First Course.
USA : McGraq-Hill.
Setiawan, Maman. et. al. 2005. "Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik
Perusahaan, dan Karakteristik Tata Kelola Korporasi terhadap Kinerja
Perusahaan". Laporan Penelitian. Fakultas Ekonomi UNPAD: Bandung.
Silaen, Sofar. dan Herianto Yayak. 2013. Pengantar Statistika Sosial. In Media.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
R&D. Bandung : Alfabeta cv.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
R&D. Bandung : Alfabeta cv.
Syadeli, Moh. 2013. “Struktur Kepemilikan, Profitability dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Pemanufakturan di
Bursa Efek Inonesia”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2.
Widarjono, Agus. 2009. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
154
ISSN: 1410 -9875
Yupiter Gullo
Widarjono, Agus 2013, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasimya, Penerbit UPP
STIM, YKPN,Yogyakarta.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Wiranata, Yulius Ardy. dan Nugrahanti, Y.W. 2013. "Pengaruh Struktur
Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di
Indonesia." Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 15, No. 1: 15-26.
Yuliani, Nurbaity. 2014. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan
Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responbility Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI
Tahun 2011-2013”. Jurnal Akuntansi, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
155
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
156
November 2012
Download