Vol. 14, No. 2a, Is. 9 November 2012 DAFTAR ISI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Kamaruddin Dan Dine Ranette.................................................. 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Haryo Suparmun Dan Yoes Sumbaji .......................................... 17 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Kristina Dan Nurhaiyani ........................................................... 29 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Non-Keuangan R. Purwoko Dan Sigit Susilo Broto ............................................. 45 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Penawaran Umum Perdana Perusahaan Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto ................................. 57 Pengaruh Firm Size, Growth, Tangibility Of Assets, Profitability Dan Risk Terhadap Struktur Modal Steven Yap ...................................................................... 73 Pengaruh Variabel-Variabel Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Non Keuangan Indonesia Suhajar Wiyoto Dan Maria Magdalena ......................................... 87 Analisis Faktor-Faktor Relevansi Nilai Laporan Keuangan Terhadap Harga Saham Padaperusahaan Manufaktur Syahrian ............................................................................. 97 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Nonkeuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Wenny Dan Elizabeth Linandi ................................................... 111 Effect Of Product, Price, Place And Promotion On Purchase Decision Wibisono Soediono ................................................................ 123 Pengaruh Kepemilikan Asing, Kepemilikan Pemerintah, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Keluarga, Size, Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Yupiter Gullo ........................................................................ 137 Vol. 14, No. 2a, Is. 9 November 2012 KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail : [email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA. A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner. 8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 1-16 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA KAMARUDDIN dan DINE RANETTE STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the factors which influence debt policy. Independent variables used in this research are managerial ownership, institutional ownership, dividend, profitability, firm growth, asset structure and business risk to debt policy. The population used in this study are non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that chooses for the period of 2008 to 2010 as the sample. Sample selection procedure carried out by implementing purposive sampling method. Data are analyzed using multiple regression analysis. The results show that managerial ownership, institutional ownership, asset structure and profitability have influence toward debt policy. Dividend, firm growth and business risk have no influence toward debt policy. Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Dividend, Profitability, Firm Growth, Asset Structure, Business Risk, Debt Policy. PENDAHULUAN Pada saat ini masyarakat ekonomi dunia usaha sedang menyongsong era globalisasi yang mengarah kepada perdagangan bebas dan iklim investasi yang terbuka. Pesatnya perkembangan di bidang ekonomi menuntut perusahaan untuk dapat terus bertahan dalam persaingan global yang semakin kompetitif, serta mampu menghasilkan keuntungan untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan dituntut untuk dapat menyusun kebijakan- kebijakan dan membuat keputusan yang tepat dalam berbagai bidang kegiatan perusahaan, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai (Irawan 2009). Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham (Brigham dan Gapenski 1999). Untuk mencapai tujuan tersebut, pemilik modal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada manajer. Namun, seringkali pihak manajer 1 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 perusahaan atau insider mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama tersebut, sehingga timbul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingankepentingan yang terkait tersebut. Pihak pemilik dapat membatasi divergensi kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada manajer dan harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk mencegah hazard dari manajer. Akibat dari munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan suatu kos yang disebut agency cost (Wahidahwati 2002). Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi agency cost. Pertama, dengan meningkatkan kepemilikan dari dalam (insider ownership) atau kepemilikan manajerial. Kedua, dengan menggunakan kebijakan hutang. Ketiga, melalui peningkatan dividend payout ratio atau rasio dividen terhadap laba bersih. Keempat, dengan cara mangaktifkan monitoring melalui investor-investor institusional (Wahidahwati 2002). Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indahningrum dan handayani (2009), penulis termotivasi untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada penelitian sebelumnya terdapat enam variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, 2 November 2012 kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, dan free cash flow. Penulis melakukan penambahan variabel berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana (2010) yaitu struktur aset dan risiko bisnis . Penelitian ini disusun dengan urutan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian. Kedua, menguraikan pandangan yang bersifat teoritis dan hasil penelitian terdahulu. Ketiga, mendeskripsikan tentang bentuk penelitian, obyek penelitian, definisi operasional variabel dan pengukurannya, Keempat, membahas prosedur pemilihan sampel, serta pembahasan hasil pengujian. Terakhir, membahas mengenai kesimpulan hasil analisis. Selain itu juga adanya keterbatasan penelitian serta rekomendasi dan saran untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Teori agensi menyatakan adanya hubungan antara manajer dan pemegang saham dalam perusahaan. Manajer tidak selalu bertindak demi kepentingan pemegang saham sehingga terjadi konflik antara manajer perusahaan dengan pemegang saham. Manajer perusahaan lebih mengutamakan kesejahteraan para manajer. Sedangkan Pemegang saham menginginkan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran. Untuk mengurangi konflik tersebut, diperlukan mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan ISSN: 1410 -9875 kepentingan-kepentingan tersebut yang dapat dilakukan dengan cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap pengambilan keputusan oleh manajemen. Dengan melakukan pengawasan tersebut maka diperlukan biaya keagenan atau sering disebut dengan agency cost (Wahidawati 2002). Masalah agensi yang terjadi di suatu perusahaan akan menimbulkan biaya agensi. Biaya agensi meliputi montoring cost, bonding cost dan residual cost (Godfrey et al. 2010). Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Indahningrum dan Handayani (2009), menyatakan bahwa agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepetingan dirinya dan sudah tidak berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan dan pendanaan. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari pemisahaan fungsi pengelola dengan fungsi kepemilikan, manajemen tidak menanggung resiko atas kesalahan dalam mengambil keputusan, resiko tersebut sepenuhnya ditanggung pemegang saham. Oleh karena itu manajemen cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, seperti peningkatan gaji dan status. Pecking Order Theory Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961. Pecking order theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih Kamaruddin Dan Dine Ranette pendanaan yang berasal dari internal perusahaan (internal financing) yang bersumber dari aliran kas, laba ditahan, dan depresiasi daripada yang berasal dari eksternal perusahaan (eksternal financing). Penggunaan dana internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari eksternal. Penggunaan sumber pendanaan eksternal oleh perusahaan dilakukan apabila pendanaan sumber internal tidak mencukupi. Dalam pecking order theory manajer konsisten dengan tujuan utama perusahaan yaitu memakmurkan kekayaan pemegang saham (Indahningrum dan Handayani 2009). Kebijakan Hutang Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahaan nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka akan semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena rnanfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya (Diana dan Irianto 2008). Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh perusahaan dalam rangka memperoleh dana yang berasal dari pihak eksternal. Kebijakan hutang dapat mengurangi agency cost. Hutang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku manajemen yang dapat merugikan pemegang saham. Penggunaan pendanaan yang berasal dari hutang juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa 3 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 keuntunganya adalah: (1) Biaya bunga mengurangi beban pajak; (2) Bondholder hanya mendapat bunga yang relatif tetap, sehingga kelebihan keuntungan merupakan klaim bagi pemilik perusahaan (3) Bondholder tidak mempunyai hak suara sehingga pemilik dapat mengendalikan perusahaan dengan dana yang lebih kecil. sedangkan beberapa kekuranganya adalah (1) Hutang yang semakin tinggi meningkatkan resiko technical insolvency dan (2) bila bisnis perusahaan tidak bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup untuk menutup biaya bunga sehingga kekayaan pemilik menjadi berkurang (Wihananto 2009) Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Hutang Kepemilikan Manajerial adalah pemegang saham yang berasal dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana apakah melalui hutang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui hutang berarti rasio hutang terhadap equity akan meningkat sehingga akhirnya akan meningkatkan rasio (Wahidahwati 2002). Kepemilikan manajerial (insider) atas sekuritas perusahaan dapat menyamakan kepetingan insider dengan pihak ekstern dan akan mengurangi peranan hutang sebagai mekanisme untuk meminimumkan agency cost. Semakin meningkatnya kepemilikan oleh insider, akan menyebabkan insider semakin berhati-hati dalam 4 November 2012 menggunakan hutang dan menghindari perilaku opportunistik karena mereka cenderung menggunakan hutang yang rendah (Faisal 2000 dalam Indahningrum dan Handayani 2009). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Kepemilikan manajerial Ha1 berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Hutang Kepemilikan institusional menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional pada akhir tahun. Semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka akan semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini disebabkan karena timbulnya suatu pengawasan oleh institusi lain seperti bank dan asuransi terhadap kinerja perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah yang besar untuk mendanai proyek yang berisiko tinggi mempunyai kemungkinan kegagalan, maka pemegang saham institusional tersebut dapat langsung menjual saham yang dimilikinya (Yeniatie dan Destriana 2010). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Kepemilikan institusional Ha2 berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Dividen dan Kebijakan Hutang Dividen dapat berbentuk dividen kas ataupun dividen saham, merupakan laba bersih perusahaan ISSN: 1410 -9875 yang didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (Darmaji dan Fakhruddin 2001 dalam Amirya dan Atmini 2008). Bagi investor atau pemegang saham, dividen merupakan salah satu keuntungan yang akan diperolehnya selain keuntungan lain yang berupa capital gain. Secara umum dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Kebijakan dividen ini akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah dividen yang tetap tersebut (Murni dan Andriana 2007). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha3 Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan Perusahaan dan Kebijakan Hutang Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat mengidentifikasikan bahwa perusahaan sedang mengalami ekspansi. Hal ini menyebabkan timbulnya kebutuhan dana yang besar. Untuk itu, perusahaan menggunakan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut (Yeniatie dan Destriana 2010). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Pertumbuhan perusahaan Ha4 berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang Kamaruddin Dan Dine Ranette Profitabilitas dan Kebijakan Hutang Profitabilitas adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia. Profitabilitas merupakan hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dari penggunaan aset dalam aktivitas produksi. Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan (Gitman 2012). Selain itu sesuai dengan pecking order theory, perusahaan pertama kali akan menggunakan pendanaan dari sumber internal seperti laba ditahan. Setelah itu baru menggunakan pendanaan eksternal seperti hutang. Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Profitabilitas berpengaruh Ha5 negatif terhadap kebijakan hutang. Struktur Aset dan Kebijakan Hutang Struktur aset berhubungan dengan kekayaan perusahaan yang dapat dijadikan jaminan yang lebih fleksibel akan cenderung menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel (Yeniatie dan Destriana 2010). Perusahaan yang memiliki aktiva yang bisa diserahkan sebagai jaminan pinjaman, cenderung menggunakan hutang dalam jumlah yang besar (Weston et al. 1986). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha6 Struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. 5 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Risiko Bisnis dan Kebijakan Hutang Risiko merupakan ukuran ketidakpastian pengembalian yang akan diperoleh dari suatu investasi. Tingkat risiko bisnis harus menjadi perhatian badan usaha dalam membentuk struktur modalnya. Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi tentunya akan menghindari penggunaan hutang November 2012 dalam mendanai perusahaan karena dengan menggunakan hutang risiko likuiditas perusahaan akan semakin meningkat (Gitman 2012). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha7 Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Berikut model penelitian: Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Dividen Kebijakan Hutang Pertumbuhan Perusahaan Profitabilitas Struktur aset Risiko Bisnis Gambar 1 Model Penelitian 6 ISSN: 1410 -9875 Kamaruddin Dan Dine Ranette METODA PENELITIAN Metoda pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Di bawah ini merupakan hasil dari proses pemilihan sampel: Tabel 1 Pemilihan Sampel Penelitian Jumlah Kriteria Sampel Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI periode 2008 326 – 2010 Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir 31 (5) Desember Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan dalam (21) mata uang rupiah Perusahaan yang memiliki operating income negatif selama (86) periode penelitian Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan institusional (2) secara konsisten selama periode penelitian Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten (128) selama periode penelitian Perusahaan yang tidak memiliki hutang jangka panjang (32) Perusahaan yang menjadi sampel 52 Total data penelitian 156 Sumber: data yang dikumpulkan Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Kebijakan hutang (DEBT) menggambarkan total hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio (Yeniatie dan Destriana 2010): Hutang Jangka Panjang DEBT = Hutang Jangka Panjang + Ekuitas Kepemilikan manajerial (INSD) merupakan besarnya kepemilikan manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial merupakan variabel dummy yang diwakili dengan angka 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial dan nilai 1 menunjukkan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal (Yeniatie dan Destriana 2010). Kepemilikan institusional (INST) menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional pada akhir tahun. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio (Yeniatie dan Destriana 2010): Jumlah Saham yang dimiliki Institusional INST = Jumlah Saham yang Beredar Dividen (DIVD) Secara umum dividen dapat diartikan sebagai 7 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Variabel ini merupakan rasio pembayaran dividen terhadap earnings after tax (Dividen payout ratio). Pembayaran dividen dirumuskan dengan skala rasio sebagai berikut (Indahningrum dan Handayani 2009) : Dividen DIVD = Laba bersih setelah pajak Pertumbuhan perusahaan (GROWTH) adalah tingkat perubahan total aset dari tahun ke tahun. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio (Yeniatie dan Destriana 2010): Total Aktiva Akhir Tahun GROWTH = Total Aktiva Awal Tahun Profitabilitas (PROF) Profitabilitas (PROF) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa yang akan datang. Profitabilitas dirumuskan dengan skala rasio sebagai berikut (Indahningrum dan Handayani 2009) : Operating Income PROF = Total Asset Struktur aset (AST) merupakan komposisi jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio (Yeniatie dan Destriana 2010): Aktiva Tetap AST = Total Aktiva 8 November 2012 Risiko bisnis (RISK) merupakan indikator ketidakstabilan harga saham dan return yang diterima pemegang saham. Risiko bisnis dihitung sebagai standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio (Yeniatie dan Destriana 2010): Riskit = STD Returnit Pi,i – Pi,t-1 Returnit = Pi,t-1 Keterangan Pi,i: Closing Price Bulanan Pi,t-1: Closing Price Sebelumnya Bulan Metoda Analisis Data Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda (multiple regression). Persamaan regresi dari hipotesis tersebut sebagai berikut: DEBT = a + b1(INSD) + b2(INST) + b3(DIVD) + b4(GROW) + b5(PROF) + b6(AST) + b7(RISK) + e Keterangan DEBT : Kebijakan hutang a : Konstanta : Koefisien regresi b1-8 INSD : Kepemilikan manajerial INST : Kepemilikan institusional DIVD : Kebijakan dividen GROW : Pertumbuhan perusahaan PROF : Profitabilitas AST : Struktur aset RISK : Risiko bisnis e : error term ISSN: 1410 -9875 Kamaruddin Dan Dine Ranette HASIL PENELITIAN untuk gambaran data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: Hasil dari statistik deskriptif menjelaskan mengenai Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif INSD INST DIV GROW PROF AST RISK DEBT N 156 156 156 156 156 156 156 156 Minimum 0 0,0512 0,0027 0,4941 0,0016 0,0092 0,0317 0,0001 Maximum 1 0,9818 1,3131 3,6481 0,6474 0,8711 0,7243 0,7154 Mean 0,49 0,656223 0,351525 1,185545 0,146733 0,316719 0,149344 0,199599 Std. Deviation 0,502 0,2183192 0,2164955 0,2996670 0,0962807 0,2091616 0,0919953 0,1651971 Sumber: Pengolahan data SPSS 15 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Manajerial (INSD) Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent Tidak Ada 79 50,6 50,6 50,6 Ada 77 49,4 49,4 100,0 Total 156 100,0 100,0 Sumber: Pengolahan data SPSS 15 Hasil dari pengujian normalitas residual dengan uji kolmogorov smirnov dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Residual Keterangan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,193 Data berdistribusi normal Sumber: pengolahan data SPSS 15 Hasil pengujian normalitas residual menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat pada tabel 4 menunjukkan nilai asymp. sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 sehingga data berdistribusi normal Hasil Uji Asumsi Klasik Hasil Uji asumsi dilakukan dengan multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi berikut ini: klasik uji uji uji 9 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Variabel INSD INST DIV GROW PROF AST RISK November 2012 Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Tolerance VIF Keterangan Tidak terjadi 0, 882 1,133 multikolinearitas Tidak terjadi 0,923 1,084 multikolinearitas Tidak terjadi 0,843 1,187 multikolinearitas Tidak terjadi 0,933 1,072 multikolinearitas Tidak terjadi 0,835 1,198 multikolinearitas Tidak terjadi 0,889 1,124 multikolinearitas Tidak terjadi 0,805 1,243 multikolinearitas Sumber: pengolahan data SPSS 15 Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan institusional (INST), dividen (DIV), pertumbuhan perusahaan (GROW), profitabilitas (PROF), struktur aset (AST) dan risiko bisnis (RISK) memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF) dibawah 10. Hal ini berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen atau tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig Keterangan INSD 0,808 Tidak terjadi heteroskedastisitas INST 0,638 Tidak terjadi heteroskedastisitas DIV 0,535 Tidak terjadi heteroskedastisitas GROW 0,738 Tidak terjadi heteroskedastisitas PROF 0,283 Tidak terjadi heteroskedastisitas AST 0,536 Tidak terjadi heteroskedastisitas RISK 0,356 Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber: pengolahan data SPSS 15 Pada tabel 6 bisa dilihat bahwa variabel kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan institusional (INST), dividen (DIV), 10 pertumbuhan perusahaan (GROW), profitabilitas (PROF), struktur aset (AST) dan risiko bisnis (RISK) memiliki sig lebih besar dari 0,05 ISSN: 1410 -9875 Kamaruddin Dan Dine Ranette yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini menjelaskan bahwa adanya kesamaan varians pada variabelvariabel tersebut. Model Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Sig Keterangan 1 RES_2 0,832 Tidak autokorelasi terjadi Sumber: pengolahan data SPSS 15 Pada tabel 7 menunjukkan bahwa nilai sig res_2 adalah sebesar 0,832 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi pada penelitian ini. Hasil Uji Hipotesis Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) R Model 1 0,487 Sumber: pengolahan data SPSS 15 Pada tabel 8 dapat dilihat nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,487. Nilai R kurang dari 0,5 menunjukkan hubungan yang lemah antara variabel kebijakan hutang (DEBT) sebagai variabel dependen dengan variabel independen yang terdiri dari kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan institusional (INST), dividen (DIV), pertumbuhan perusahaan (GROW), profitabilitas (PROF), struktur aset (AST) dan risiko bisnis (RISK) Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-square) Adjusted R-square Model 1 0,201 Sumber: pengolahan data SPSS 15 Tabel 9 menunjukkan nilai adjusted R-square sebesar 0,201 yang berarti variasi variabel dependen yaitu kebijakan kebijakan hutang (DEBT) dapat dijelaskan oleh variabel independen kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan institusional (INST), dividen (DIV), pertumbuhan Tabel 10 Hasil Uji F Model 1 F 6,584 perusahaan (GROW), profitabilitas (PROF), struktur aset (AST) dan risiko bisnis (RISK) sebesar 20,1%, sedangkan sisanya sebesar 79,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini. Sig 0,000 Sumber: pengolahan data SPSS 15 11 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Tabel 10 menunjukkan nilai sig 0,000. Nilai sig lebih kecil dari 0,05 yang berarti model fit. Hal ini Variabel INSD INST DIV GROW PROF AST RISK November 2012 menunjukkan bahwa data layak untuk digunakan dalam penelitian. Tabel 11 Hasil B Sig 0.059 0.021 -0.158 0.006 -0.015 0.803 0.068 0.100 -0.498 0.000 0.224 0.000 0.056 0.695 Uji t Keterangan Berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh Sumber: pengolahan data SPSS 15 Persamaan regresi untuk variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: DEBT = 0,193 + 0.059INSD – 0,158INST – 0,015DIV + 0,068GROW –0,498PROF + 0,224AST + 0,056RISK + e Berdasarkan tabel 11 dapat disimpulkan bahwa Variabel kepemilikan manajerial (INSD) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,021. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variabel kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang, yang berarti Ha1 diterima. Semakin tinggi kepemilikan manajerial maka akan semakin tinggi hutang, hal ini dikarenakan adanya kontrol yang baik dari manajerial sebagai pemegang saham untuk dapat melakukan investasi dengan lebih baik. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,006. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variabel kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang, yang berarti Ha2 diterima. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan menurunkan menurunkan hutang. Hal ini menunjukkan dengan adanya 12 kepemilikan institusional dapat meningkatkan pengawasan yang yang optimal sehingga pihak manajemen dapat berhati-hati dalam pengambilan keputusan pendanaan melalui hutang. Variabel dividen (DIV) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,803. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang, yang berarti Ha3 tidak dapat diterima. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang karena perusahaan melakukan pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, kenaikan hutang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan membayar dividen selama penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Variabel pertumbuhan perusahaan (GROW) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,100. Nilai ISSN: 1410 -9875 signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang sehingga Ha4 tidak dapat diterima. tidak semua Perusahaan yang pertumbuhannya tinggi menggunakan hutang, karena perusahaan lebih memilih menggunakan dana internal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Variabel profitabilitas (PROF) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variable profitabilitas terhadap kebijakan hutang sehingga Ha5 diterima. Perusahaan yang memiliki profitabilias tinggi akan menghasilkan dana yang yang banyak bagi perusahaan sehingga dapat menutup kewajiban ataupun pendanaan. sehingga dapat berkuranganya tingkat hutang pada perusahaan. Hal ini juga sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan pertama kali perusahaan akan memilih pendanaan internal seperti laba ditahan, selanjutnya baru mencari pendanaan dari ekternal seperti hutang dan penerbitan saham. Variabel struktur aset (AST) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variable struktur aset terhadap kebijakan hutang, yang berarti Ha6 diterima. Perusahaan yang mimiliki aset dalam jumlah yang banyak dapat mempermudah perusahaan dalam mendapatkan hutang, hal ini dikarenakan aset tersebut harus dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh hutang dari kreditur. Kamaruddin Dan Dine Ranette Variabel risiko bisnis (RISK) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,695. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel risiko bisnis terhadap kebijakan hutang sehingga Ha7 tidak dapat diterima. Hal ini disebabkan risiko bisnis perusahaan merupakan suatu keadaan yang sulit untuk diukur atau ditentukan secara pasti. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah periode penelitian hanya tiga periode, sehingga dirasakan terlalu singkat. Penelitian ini hanya menggunakan delapan variabel independen, padahal masih banyak variabel yang terkait terhadap kebijakan hutang. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah menambah periode penelitian, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih berpengaruh antara variabel independen terhadap 13 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 kebijakan hutang. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan November 2012 variabel lainnya seperti ukuran perusahaan dan nilai perusahaan.. REFERENSI Amirya, Mirna dan Sari Atmini. 2008. Determinan Tingkat hutang sert Hubungan Tingkat Hutang terhadap Nilai perusahaan: Persepektif Pecking Order Theory. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5, No.2. Brigham, E. F., Louis C. Gapenski,. dan Michael C. Ehrhardt., 1999, Financial Management, Ninth Edition, New York: The Dryden Press Diana, Devi Nurvida Avri dan Gugus Irianto. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Sebaran Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Ditinjau dari Teori Keagenan. Emisi Vol. 1, No. 1, April, Hlm. 1 – 16. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence. 2010. Principle of Managerial Finance, (Thirteenth Edition). Boston: Pearson Education. Inc. Godfrey, at al. 2010. Accounting Theory 7th Edition. Australia: John Willey. Gujarati, Damonar N. 2003. Basic Econometrics, (fourth edition). USA: McGraw-Hill. Harjito, D. Agus dan Nurfauziah. 2006. Hubungan Kebijakan Hutang, Insider Ownership dan Kebijakan Dividen dalam Mekanisme Pengawasan Masalah Agensi di Indonesia. JAAI Vol. 10, No. 2, Desember, Hlm. 121 – 136. Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 3, Desember, Hlm. 189 – 207. Indrawati, Titik dan Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure pada Perisahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000 – 2004. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 3, No. 1, Januari – Juni, Hlm. 77 – 105. Irawan, Arry. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan hutang dan Dampaknya pada Economic Value Added Perusahaan. Jurnal 14 ISSN: 1410 -9875 Kamaruddin Dan Dine Ranette Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 1, No. 2, November, Hlm. 233 – 248. Kahar, Soleman H. Abdul. 2008. Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 12, No. 3, September, Hlm. 399 – 410. Larasari, Eva. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, kepemilikan Institusional dan kebijakan dividen terhadap kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis, TH. 16, No. 2, Juli. Michael dan Liliana Inggrit Wijaya. 2010. Pengaruh Risiko, Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, dan Aset Tetap Terhadap Kebijakan Dividen dan Kebijakan Utang. Manajemen & Bisnis, September, Vol. 9, No. 2, Hlm. 202 – 214. Moh’d et al. 1998. The Impact of Ownership Structure On Corporate Debt Policy: a Time-Series Cross-Sectional Analysis. The Financial Review, August, Page: 85 – 98. Murni, Sri dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institutional Investor, Dividend Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 7, No. 1, Pebruari, Hlm. 15 – 24. Puryandani, Siti. 2011. Perbedaan kebijakan Hutang dari Sudut Pandang Managerial Ownership dan Free Agent. Dinamika Sosial Ekonomi Vol. 7, No. 2, Edisi November. Soesetio, Yuli. 2008. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan, September, Vol. 12, No. 3, Hlm. 384 – 398. Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Desember, Vol. 13, No.3, Hlm. 163 – 181. Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistematik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 3, Desember, Hlm. 195 – 210. Susilawati, R. Anastasia Endang. 2010. Analisis Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi Modernisasi Vol. 6, No. 2, Juni. Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif 15 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, Januari, Hlm. 1 – 16. Weston, J. Fred dan Brigham Eugene F.. 1986. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid 2 Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga. Wihananto. 2009. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur Publik. Kajian Akuntansi Volume 4, No. 1, Juni, Hlm. 40 – 52. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No. 1, April, Hlm. 1 – 16. 16 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410 - 9875 Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 17-28 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA HARYO SUPARMUN dan YOES SUMBAJI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to analyzed the factors that influencing the capital structure of the manufacturing companies.The variables tested are profitability, company’s size, liquidity rate, bussines risk, managerial ownership, growth opportunity, asset structure, times interest earned, asset growth. The sample of this research are listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange for the period 2008 until 2010. 179 sample selected from purposive sampling method. The analysis of data method in this research is using multiple regressions. The result of this research indicates that companies company’s size, liquidity rate, managerial ownership, asset structure and times interest earned have significant influence to capital structure. Meanwhile significant to profitability, bussines risk, growth opportunity and asset growth have no influence capital structure. Keywords :Capital Structure, Profitability, Company’s Size, Liquidity Rate, Bussines Risk, Manajerial Ownership, Growth Opportunity, Asset Structure, Times Interes Earned and Asset Growth. PENDAHULUAN Di era globalisasi persaingan antar perusahan semakin ketat. Untuk menghadapi persaingan ini, setiap perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melakukan kegiatan usahanya agar dapat tetap eksis dan berkembang di masa mendatang. Selain itu, manajemen perusahaan juga harus meningkatkan nilai perusahaan dengan memaksimalkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka seorang manager dalam mengambil keputusan, terutama keputusan pendanaan haruslah tepat. Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Pada saat itu seorang manager keuangan dalam membuat keputusan perlu mempertimbangkan komposisi modal yang optimal dimana 17 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 pertimbangan tersebut akan menghasilkan sebuah keputusan struktur modal atau keputusan pendanaan. Penentuan proporsi hutang dan modal dalam penggunaanya sebagai sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan istilah struktur modal. Struktur modal yang optimal adalah suatu kondisi dimana sebuah perusahaan dapat menggunakan kombinasi hutang dan ekuitas secara ideal yaitu menyeimbangkan nilai perusahaan dan biaya atas struktur modalnya. Dimana dana yang tersedia dalam struktur modal tersebut akan digunakan untuk mendanai investasi perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Tingkat profitabilitas dapat menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang dan bunganya. Besar kecil perusahaan dapat dilihat dari ukuran perusahaan. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva (Seftianne, 2011). Menurut Pecking Order Theory dalam Seftianne (2011) perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. 18 November 2012 Kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pinjamannya dapat mempengaruhi kepercayaan kreditur terhadap perusahaan sedangkan pertumbuhan aktiva perusahaan menjadi salah satu indikator dalam penilaian perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya dan kemudahan perusahan untuk memperoleh pendanaan internal. Dari uraian di atas, tampak bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal masih merupakan hal yang menarik untuk diuji lebih lanjut. Hal inilah yang kemudian menjadi motivasi peneliti untuk melakukan penelitian ini kembali. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, tingkat likuiditas, risiko bisnis, kepemilikian managerial, growth opportunity, struktur aktiva, times interest earned, pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Struktur Modal Struktur modal merupakan kombinasi antara modal sendiri dan hutang perusahaan. Modal sendiri berasal dari common stock, paid in capital, retained earning, dan dikurangi treasury stock. Modal sendiri juga dapat berupa external equity yaitu apabila perusahaan menjual sebagian saham kepada investor. Hutang perusahaan berasal dari hutang kepada kreditur maupun penerbitan obligasi perusahaan. Beragam macam sumber pendanaan perusahaan menuntut manager keuangan agar dapat memenuhi keputusan sumber ISSN: 1410 -9875 pendanaan tersebut. Sumber pendanaan mempunyai konsekuensi dan karakteristik keuangan yang berbeda terhadap perusahan. Menurut Riyanto (2001:22) dalam Supeno (2009) mengatakan bahwa struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan karena didalam struktur keuangan tercermin keseluruhan pasiva dalam neraca yaitu keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dan jumlah modal sendiri. Menurut Mahmud et al. (2009) struktur modal dapat diklasifikasikan ke dalam hutang jangka panjang dan ekuitas. Dimana pembayaran hutang bunga dapat mengurangi pajak sedangkan pembagian dividen tidak dapat mengurangi pajak, keadaan tersebut menyebabkan perusahan dapat menggunakan hutangnya secara maksimum. Sedangkan menurut Subramanayam dan Wild (2009, 263) struktur modal merupakan pendanaan ekuitas dan hutang pada suatu perusahaan yang sering dihitung berdasarkan besaran relative berbagai sumber pendanaan. Pecking Order Theory Menurut Myers (1984) dalam Seftianne (2011), pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan dengan profitabiltas yang tinggi justru hutangnya rendah dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang melimpah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Seftianne (2011) menyatakan bahwa dana internal lebih disukai dari dana eksternal karena dana internal memungkinkan perusahaan untuk Haryo Suparmun dan Yoes Sumbaji tidak membuka diri lagi dari sorotan luar. Kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tampa memperoleh sorotan dan publisitas publik sebagai akibat penerbitan saham baru. Dikarenakan ketika perusahaan mengeluarkan penawaran saham perdana tentunya akan diimbangi biaya– biaya yang tidak murah, dalam hal ini perusahaan harus membayar biaya emisi yang cukup besar. Hal tersebut menyebabkan perusahaan akan cenderung menggunakan sumber pendanaan internal yaitu dari laba ditahan terlebih dahulu dari pada eksternal dalam aktivitas pendanaan. Asymmetric Information Theory Menurut Brealey dan Myers (2003:511) dalam Firnanti (2011) mengemukakan bahwa manager mempunyai pengetahuan yang lebih luas daripada investor. Dimana manager perusahaan mempunyai informasi lebih banyak mengenai prospek dan risiko yang dihadapi perusahaan. Keadaan tersebut memungkinkan manager menggunakan informasi yang diketahuinya untuk mengambil keputusan, khususnya keputusan pendanaan perusahaan (Firnanti, 2011). Dalam Asymmetric Information Theory dijelaskan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap lebih tertutup atau terbukanya perusahaan untuk membagi informasi kepada pihak luar (Firnanti, 2011). Bagi perusahaan kecil menganggap bahwa membagi informasi kepada pihak pemberi pinjaman atau modal membutuhkan biaya yang besar. Hal ini menyebabkan perusahaan kecil 19 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 cenderung menggunakan ekuitas atau dana internal. modal Agency Theory Teori agensi adalah suatu teori yang menjelaskan adanya pertentangan posisi antar manajemen (sebagai agen) dengan pemegang saham (sebagai pemilik). Salah satu hal penting bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan harga saham. Tetapi dalam kenyataanya tidak jarang manager memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut. Karena manager diangkat oleh pemegang saham maka idealnya mereka akan bertindak atas keinginan pemegang saham, tetapi pada praktiknya sering terjadi konflik atau agency problem. Menurut Sartono (1996,13) agency problem adalah konflik yang timbul antara pemilik, karyawan dan manager perusahaan di mana ada kecenderungan manager lebih mementingkan tujuan individu daripada tujuan perusahaan. Untuk November 2012 mengatasi/ meminimumkan agency problem tersebut dan agar para manager dapat melakukan fungsinya dengan baik maka manajemen harus diberikan insentif yang memadai dan juga sekaligus pengawasan yang baik. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya. Biaya agensi yang timbul menurut Mayangsari (2001) dalam Joni dan Lina (2010) adalah biaya–biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham. Selain itu pengawasan manajemen dapat dilakukan dengan memangil jasa audit untuk melakukan audit atas laporan keuangan dan pembatasan pembuatan keputusan manajemen. Model Penelitian Berikut ini disajikan model penelitian: Profitabilitas Ukuran Perusahaan Tingkat Likuiditas Risiko Bisnis Kepemilikan Managerial Struktur Modal Growth Opportunity Struktur Aktiva Pertumbuhan Aktiva Times Interest Earned 20 Gambar 1 Model Penelitian ISSN: 1410 -9875 Pengembangan Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan sebagai berikut: berpengaruh Ha1 Profitabilitas terhadap struktur modal. Ha2 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Likuiditas Ha3 Tingkat berpengaruh terhadap struktur modal. Ha4 Risiko Bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Ha5 Kepemilikan Managerial berpengaruh terhadap struktur modal. Opportunity Ha6 Growth berpengaruh terhadap struktur modal. Ha7 Struktur Aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. Interest Earned Ha8 Times berpengaruh terhadap struktur modal. Aktiva Ha9 Pertumbuhan berpengaruh terhadap struktur modal. METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai 2010. Adapun kriteria dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan Haryo Suparmun dan Yoes Sumbaji 2. 3. 4. 5. 6. secara konsisten pada periode 2008 sampai 2010. Perusahaan yang memperoleh laba. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah. Perusahaan yang mempunyai akhir tahun buku per 31 Desember. Perusahaan yang mempunyai non current liability. Perusahaan yang mempunyai net interest expense. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel Bebas (Independent Variables) Profitabilitas (ROA) Profitabilitas (ROA) adalah suatu ukuran kemampuan perusahan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu.Variabel ini menggunakan skala rasio dan diukur dengan rumus (Seftianne 2011): Earning Before Interest and Tax (EBIT) Profitabilitas (ROA) = Total Aktiva Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu pada penelitian Seftianne (2011), dimana ukuran perusahaaan diproksi dengan nilai logaritma natural dari total asset (natural logarithm of asset). Variabel ini menggunakan skala rasio dan diukur dengan rumus: Ukuran Perusahaan = ln (Total Aktiva) 21 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Tingkat Likuiditas Tingkat likuditas merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek dengan menggunakan aset lancar yang dimilikinya. Variabel ini menggunakan skala rasio dan diukur dengan rumus (Seftianne 2011): Aktiva Lancar CR = Hutang Lancar Risiko Bisnis Merupakan risiko yang dialami setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya, dimana besarnya risiko bervariasi. Risiko bisnis dihitung sebagai standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun. Standar deviasi adalah suatu ukuran yang menunjukan deviasi standar data observasi terhadap rata-ratanya (Algifari 2010, 91). Variabel ini menggunakan skala rasio dan diukur dengan rumus (Seftianne 2011): RISK = STD Return Saham Return Saham dapat dihitung dengan cara : Pi,t – Pi,t-1 Return = Pi,t-1 Keterangan: Pi,t = Closing Price bulanan pada bulan t Pi,t-1 = Closing Price bulanan pada bulan t-1 STD = Standart Deviasi Growth Opportunity Kesempatan yang dimiliki perusahaan dalam mengembangkan dirinya dalam pasar. Growth opportunity didefinisikan sebagai rasio harga pasar per lembar saham dibagi nilai buku per lembar saham. Variabel ini menggunakan skala 22 November 2012 rasio dan diukur dengan rumus(Seftianne 2011) : Harga pasar per lembar saham GROWTH = Nilai buku per lembar saham Kepemilikan Managerial Jumlah pemegang saham dari pihak managemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Karena terdapat kecenderungan data di indonesia bersifat binomial (ada atau tidak ada) maka dalam pengukuran digunakannya Dummy variabel. Nilai 1 untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan managerial dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak ada kepemilikan managerial dan menggunakan skala nominal. (Seftianne 2011). Struktur Aktiva Besarnya jaminan (collateral value of assets) yang dapat diperoleh perusahaan ditentukan dari besarnya jumlah aset yang dapat dijaminkan oleh perusahaan. Variabel ini menggunakan skala rasio dan diukur dengan rumus (Seftianne 2011): Aktiva Tetap Struktur Aktiva = Total Aktiva Time Interest Earned Time interest earned menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjamannya kepada kreditor dengan menggunakan pendapatan operasionalnya. Variabel ini menggunakan skala rasio dan diukur dengan rumus (Seftianne 2011): ISSN: 1410 -9875 Haryo Suparmun dan Yoes Sumbaji Earning Before Interest and Tax(EBIT) Time Interest Earned = Net Interest Expenses Pertumbuhan Aktiva Pertumbuhan perusahaan menjadi tolak ukur dalam menilai perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya serta kemudahan dalam memperoleh pendanaan eksternal. Pertumbuhan perusahaan dapat mengurangi keraguan kreditur terhadap perusahaan dan kesediaan pemodal untuk memberikan pendanaan melalui hutang jangka panjang (Firnanti 2011). Dalam penelitian ini, Pertumbuhan aktiva diukur dengan menghitung proporsi peningkatan total aktiva dari tahun sebelumnya dibandingkan dengan tahun berjalan. Skala pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan skala rasio. TAt – TAt-1 Pertumbuhan Aktiva = TAt-1 Variabel Tidak Bebas (Dependent Variables) Struktur Modal Struktur modal merupakan proporsi hutang yang digunakan perusahaan untuk membiayai asetnya. Dalam penelitian ini struktur modal dihitung dengan membandingkan Non current liabilities dengan aset perusahaan. Proksi tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan perilaku manajemen dalam penentuan struktur modal jangka panjang perusahaan. Struktur modal menggunakan skala rasio dan diukur dengan rumus: Non Current Liability Struktur Modal = Total Asset Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Model hubungan variabel akan dianalisis sesuai dengan persamaan regresi: SM = α + β1ROAit + β2 SIZEit+ β3CRit + β4RISKit + β5 DMOWNit + β6 GOit+ β7 FARit + β8 TIEit + β9 PAit + e HASIL PENELITIAN Tabel 1 Sampel Penelitian No Kriteria 1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara konsisten selama periode 2008-2010 Perusahaan yang tidak memperoleh laba Perusahaan yang laporan keuangannya tidak disajikan dalam mata uang Rupiah Perusahaan yang tidak memiliki akhir tahun buku 31 Desember 2 3 4 5 Perusahaan yang tidak memiliki Non Current Liabilities Jumlah Jumlah Perusahaan Data 375 125 (37) (7) (111) (21) (3) (9) (1) (3) 23 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 6 Perusahaan yang tidak memiliki Net (10) Interest Expense Outlier 7 8 Total perusahaan dan data yang dijadikan 67 sampel Sumber: Hasil olahan data penelitian Hasil pengujian statistik deskriptif adalah sebagai berikut: (30) (22) 179 Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif N Minimum SM 179 .0014 ROA 179 .0078 SIZE 179 25.0114 CR 179 .4818 RISK 179 .0000 DMOWN 179 0 GO 179 .2283 FAR 179 .0052 TIE 179 .8218 PA 179 -.3235 Valid N 179 (listwise) Sumber: Pengolahan data SPSS versi Maximum .5490 .4153 32.3571 5.6858 .5690 1 6.0170 .7637 265.1460 .7075 Std. Deviation .1183136 .0741816 1.4684304 .8464649 .1064827 .497 1.3361625 .1786267 36.4982255 .1715347 Mean .130072 .121106 27.897530 1.798145 .159376 .44 1.594674 .372890 16.367118 .112141 11.5 Tabel 3 Hasil Uji T Hasil uji hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Unstandardized Coefficients Model B (Constant ) ROA Std. Error -.809 .164 t Sig. Beta -4.938 .000 .077 .134 .048 .575 .566 SIZE .029 .006 .355 4.910 .000 CR .035 .010 .247 3.343 .001 RISK DMOWN 24 Standardized Coefficients .031 .067 .028 .465 .642 -.038 .015 -.161 -2.641 .009 GO .011 .008 .129 1.463 .145 FAR .252 .041 .380 6.089 .000 TIE -.002 .000 -.566 -7.157 .000 PA -.008 .044 -.012 -.192 .848 ISSN: 1410 -9875 Profitabilitas (ROA) memiliki nilai signifikan 0,566 lebih besar dari alpha (α=0,05) berarti Ha1 tidak diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara individual terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari alpha (α=0,05) artinya Ha2 diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara individual terhadap struktur modal. Tingkat Likuiditas (CR) memiliki nilai signifikan 0,001 lebih kecil dari alpha (α=0,05) artinya diterima, maka dapat Ha3 disimpulkan bahwa tingkat likuiditas memiliki pengaruh secara individual terhadap struktur modal. Risiko bisnis (RISK) memiliki nilai signifikan 0,642 lebih besar dari alpha (α=0,05) berarti Ha4 tidak diterima, maka dapat disimpulkan bahwa risiko bisnis tidak memiliki pengaruh secara individual terhadap struktur modal. Kepemilikan manajerial (DMOWN) memiliki nilai signifikan 0,009 lebih kecil dari alpha (α=0,05) berarti Ha5 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh secara individual terhadap struktur modal. Growth opportunities (GO) memiliki nilai signifikan 0,145 lebih besar dari alpha (α=0,05) berarti Ha6 tidak diterima, maka dapat disimpulkan bahwa growth opportunities tidak memiliki pengaruh secara individual terhadap struktur modal. Struktur aktiva (FAR) memiliki nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari alpha (α=0,05) berarti diterima. Hasil tersebut Ha7 Haryo Suparmun dan Yoes Sumbaji menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh sercara individual terhadap struktur modal. Times interest earned (TIE) memiliki nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari alpha (α=0,05) berarti diterima, maka dapat Ha8 disimpulkan bahwa times interest earned memiliki pengaruh secara individual terhadap struktur modal. Pertumbuhan aktiva (PA) memiliki nilai signifikan 0,848 lebih besar dari alpha (α=0,05) berarti Ha9 tidak diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh secara individual terhadap struktur modal. PENUTUP Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan pada 67 perusahaan selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, maka diperoleh kesimpulan variabel ukuran perusahaan, tingkat likuiditas, kepemilikan manajerial struktur aktiva dan times interest earned berpengaruh terhadap struktur modal sedangkan profitabilitas, risiko bisnis, growth opportunities dan pertumbuhan aktiva tidak mempengaruhi struktur modal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Populasi yang digunakan dalam sampel penelitian ini terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian hanya sebanyak 9 (sembilan) variabel sedangkan masih 25 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 banyak variabel lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi struktur modal. 3. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian relatif pendek yaitu 2008-2010. 4. Penelitian ini terdapat masalah heteroskedastisitas untuk variabel ukuran perusahaan, risiko bisnis dan times interest earned Rekomendasi yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian selanjutnya antara lain: 1. Menambah sampel penelitian, misalnya seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek 5. kuadrat November 2012 Indonesia (BEI), tidak hanya perusahaan manufaktur saja. 2. Menambah variabel independen di luar model penelitian ini seperti kepemilikan institusional. 3. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat jangka waktu data sampel yang digunakan harus lebih panjang misalnya dari tahun 2008-2012 4. Untuk mengatasi masalah heteroskedatisitas dapat melakukan transformasi variabel, misal dengan model double log, semi log atau akar REFERENSI Algifari 2010. Statiska Deskriptif Plus untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : STIM YKPN Elim dan Yusfarita. 2010. Pengaruh Struktur Aktiva, Tingkat Pertumbuhan Penjualan, dan Return on Assets terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 1, No.1, Juni 2010, 88-103. Firnanti, Friska 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akutansi, Vol.13,No. 2, Agustus 2011, Hlm. 119-128. Furi, Vina Ratna dan Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010). Juraksi. Vol. 1 No.2, Februari 2012,Issn : 2301-9328 Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Semarang: Universitas Diponegoro. Hasan, H. Mudrika A. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Tepak Managerial Magister Manajemen Unri. Vol. 6, No. 6 November 2006, Hlm. 1-21 . Indrajaya, Glen, Herlina dan Rini Setiadi 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan,Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Risiko Bisnis 26 ISSN: 1410 -9875 Haryo Suparmun dan Yoes Sumbaji Terhadap Struktur Modal : Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Akurat Jurnal Ilmiah, No. 6 September-Desember 2011 Joni dan Lina ,2010 . Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akutansi. Vol. 12, No. 2. Agustus 2010, Hlm. 81-96. Mahmud, Muhammad, Gobind M. Herani, A. W. Rajar dan Wahid Farooqi. 2009. Economic Factors Influencing Corporate Capital Structure in Three Asian Countries : Evidence from Japan, Malaysia and Pakistan. Indus Journal of Management & Social Sciences, 3(1) :9-17 (Spring 2009). Margaretha, Farah dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akutansi. Vol.12,No. 2 Agustus 2010, Hlm. 119-130. Mozez, Tomasila. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Volume III, Nomor 1, Maret 2009. Nurrohim, Hasa KP. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Kajian Bisnis dan Manajemen. Vol. 10. No. 1, Januari 2008, Hal. 11-18. Rodoni, Ahmad dan Maratush Sholihah. 2006. Pengujian Empiris Balance Theory, Pecking Order Theory dan Signaling Theory pada Struktur Modal Perusahaan di Indonesia. Etikonomi, Vol. 5, No. 1, April 2006, 17-30. Ruslim, Herman. 2009. Pengujian Struktur Modal (Teori Pecking Order) : Analisis Empiris terhadap saham di LQ-45. Jurnal Bisnis dan Akutansi. Vol. 11, No3, Desember 2009, Hlm. 2009-221. Seftianne, 2011. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akutansi, Vol.13,No. 1,April 2011, Hlm. 39-56. Subramanyam, K.R dan John J. Wild. 2009. Analisis Laporan keuangan. Salemba. Edisi 10 Sudarno, 2006. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi pada Bursa Efek Jakarta.Jurnal Tepak Managerial Magister Manajemen UNRI. Vol. 6, No. 6 November 2006, Hlm. 40-60. Sartono, R. Agus. 1996. Manajemen Keuangan, 3th edisi. Jogjakarta:BPFE 27 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Supeno, Bambang. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan sektor Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Tepak Manajemen Bisnis. Vol. 1, No.1 Januari 2009. Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1986. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta, 7th edisi; Jilid 2. Diterjemahkan oleh : A.Q. Khalid, Erlangga. Yuhasril, 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Farmasi yang telah GO Publik di Bursa Efek Jakarta. Bulletin Penelitian. No. 9, Tahun 2006 28 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 29-44 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA KRISTINA dan NURHAIYANI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study was to investigate the insider ownership, institutional ownership, dividend policy, firm growth, profitability, free cash flow, firm size, asset structure to corporate debt policy. This research focus on non financial companies listed in Indonesia Stock Exchange for the period of 2008 until 2010. The data collection used purposive sampling method by using 53 companies meet the criteria and take as sample. The statistical method used in this research is multiple regressions to see the contribution of each variable influence debt policy. The results of this study shows that insider ownership, dividend policy, free cash flow, and firm size variable does not have influence towards debt policy. In the other hand, institutional ownership, firm growth, profitability, and asset structure have influence toward debt policy. Keywords: Debt Ratio, Insider Ownership, Institutional Ownership, Dividend Policy, Firm Growth, Profitability, Free Cash Flow, Firm Size, Asset Structure. PENDAHULUAN periodik terhadap bunga dan pinjaman pokoknya. Adanya kewajiban-kewajiban tersebut akan dapat mengurangi kontrol manajer terhadap aliran kas perusahaan. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indahningrum dan Handayani (2009) yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas Kebijakan hutang merupakan salah satu kebijakan pendanaan dalam perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Menurut Jansen (1986) dalam Nurfauziah et al. (2007), hutang merupakan mekanisme penting dalam mengontrol tindakan manajer dan mengurangi masalah agensi dalam perusahaan karena dengan adanya hutang maka perusahaan harus melakukan pembayaran secara 29 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain, sebagai berikut (1) penelitian sebelumnya periode penelitian sebelumnya yaitu dari tahun 2005 sampai dengan 2007, sedangkan periode sekarang yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2010; (2) penelitian sebelumnya menggunakan variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, free cash flow, dan profitabilitas, sedangkan penelitian ini menambahkan dua variabel independen yaitu ukuran perusahaan dan struktur aset. Ukuran perusahaan berdasarkan jurnal Soesetio (2008), dan struktur aset berdasarkan jurnal Yeniatie dan Destriana (2010). Penambahan dua variabel tersebut bertujuan untuk menguji apakah variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut, pertama pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. Kedua, menjelaskan mengenai agency theory, the pecking order theory, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, free cash flow, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan struktur aset terhadap kebijakan hutang. Ketiga, metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional variabel dan pengukuran variabel dalam penelitian. Keempat, berisi gambaran umum sampel (obyek 30 November 2012 penelitian), statistik deskriptif, hasil uji kualitas data, hasil uji asumsi klasik dan hasil uji hipotesis dan terakhir terkait pada simpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Agency Theory merupakan suatu kontrak antara prinsipal dengan agen. Prinsipal adalah pemegang saham sedangkan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Dalam teori keagenan, prinsipal dan agen mempunyai kepentingan yang berbeda sehingga terjadilah konfik kepentingan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Indahningrum dan Handayani (2009), agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi pengelola dengan fungsi kepemilikan, manajemen tidak menanggung resiko atas kesalahan dalam mengambil keputusan, resiko tersebut sepenuhnya ditanggung pemegang saham (Prinsipal). Oleh karena itu, manajemen cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, seperti peningkatan gaji dan status. ISSN: 1410 -9875 The Pecking Order Theory Berdasarkan teori ini struktur pendanaan suatu perusahaan mengikuti suatu hirarki dimulai dari sumber dana termurah, dana internal hingga saham sebagai sumber terakhir. Jika strukur modal perusahaan dapat mempengaruhi biaya modalnya maka manajemen struktur modal merupakan hal penting dalam manajemen keuangan (Halomoan dan Djakman 2004 dalam Indahningrum dan Handayani 2009). Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, maka manajer akan merasakan secara langsung akibat dari pengambilan keputusan yang diambil sehingga manajer tidak mungkin bertindak secara oportunistik lagi (Masdupi 2005 dalam Yeniatie dan Destriana 2010). Keputusan dan aktivitas di perusahaan dengan kepemilikan manajerial tentu akan berbeda dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan kepentingannya dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manajer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri (Christiawan dan Tarigan 2007). Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh Kristina Dan Nurhaiyani pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun dan institusi lainnya. Institusi bisa menguasai mayoritas saham karena memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya (Wahidahwati 2001 dalam Djabid 2009). Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan. Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham adalah rasio pembayaran dividen (DPR), yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara dividen per lembar saham dengan laba per lembar saham (Michael dan Wijaya 2010). Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Brigham 1999 dalam Larasasti 2011). Pertumbuhan Perusahaan Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi usahanya dalam perkembangan ekonomi dan industri dimana perusahaan tersebut beroperasi ditunjukkan oleh rasio pertumbuhan. Dalam mengukur tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat misalnya dari tingkat pertumbuhan penjualan, laba bersih sesudah pajak, pendapatan per lembar 31 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 saham, dan sebagainya (Steve 1997 dalam Michael dan Wijaya 2010). Profitabilitas Profitabilitas merupakan hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dari penggunaan aset total badan usaha dalam aktivitas produksi (Gitman 2002 dalam Michael dan Wijaya 2010). Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena perusahaan dapat menggunakan internal equity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih dahulu. Apabila keputusan dana belum tercukupi, perusahaan dapat menggunakan hutang (Yeniatie dan Destriana 2010). Free Cash Flow Menurut Ross et al. (2000) dalam Tarjo dan Jogiyanto (2003), free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada saat aset tetap. Menurut Damodaran (1996) dalam Indahningrum dan Handayani (2009), free cash flow berbeda dengan laba bersih yakni pertama, semua biaya non kas ditambahkan kembali ke laba bersih untuk mendapatkan aliran kas dari operasi, sehingga memungkinkan pelaporan besar laba akan lebih rendah dari aliran kas. Kedua, free cash flow terhadap ekuitas merupakan arus kas residual setelah memenuhi pengeluaran modal dan modal kerja yang dibutuhkan, sedangkan laba bersih tidak mencakup keduanya. 32 November 2012 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan sangat berpengaruh terhadap struktur modal, terutama berkaitan dengan kemampuan memperoleh pinjaman. Perusahaan besar yang telah terdiversifikasi, lebih mudah untuk memasuki pasar modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank komersial untuk hutanghutang yang diterbitkan dan membayar tingkat bunga yang lebih rendah pada hutangnya. Salah satu alasannya perusahaan lebih mudah menerima pinjaman adalah karena nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga lebih tinggi. Aktiva yang dijaminkan dapat berupa aktiva tetap berwujud serta aktiva lainnya seperti piutang dagang dan persediaan (Wiliandri 2011). Struktur Aset Struktur aset berhubungan dengan kekayaan perusahaan yang dapat dijadikan jaminan yang lebih fleksibel akan cenderung menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel (Brigham dan Houston 2001 dalam Yeniatie dan Destriana 2010). Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan lebih dari satu periode (Ikatan Akuntan Indonesia 2009). Salah satu persyaratan dalam mengajukan pinjaman adalah adanya aktiva tetap berwujud yang dapat dijaminkan sehingga semakin besar nilai aktiva tetap berwujud yang dimiliki cenderung semakin ISSN: 1410 -9875 Kristina Dan Nurhaiyani besar juga pinjaman yang dapat diperoleh (Soesetio 2008). Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Gambar 1 Model Penelitian Hipotesis Ha1 Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ha2 Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ha3 Kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ha4 Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ha5 Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ha6 Free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ha7 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ha8 Struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Kebijakan Dividen Kebijakan Hutang Pertumbuhan Perusahaan Profitabilitas Free Cash Flow Ukuran Perusahaan Struktur Aset Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode waktu 3 tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan prosedur pemilihan sampel terlampir: Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Kebijakan hutang (DEBT) merupakan segala jenis hutang yang dibuat atau diciptakan oleh perusahaan baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang (Indahningrum dan Handayani, 2009). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan dapat dirumuskan sebagai berikut: 33 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 DEBT = Kepemilikan manajerial (INSD) merupakan besarnya kepemilikan manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial (INSD) merupakan variabel dummy yang diwakili dengan angka 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki kepemilikan manajerial, sedangkan nilai 1 menunjukkan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial (Yeniatie dan Destriana 2010). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Kepemilikan institusional (INST) menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional pada akhir tahun (Yeniatie dan Destriana 2010). Kepemilikan oleh institusi lain berarti kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaa atau lembaga lain. Ismayanti dan Hanafi (2003) menyatakan bahwa blockholder juga termasuk dalam kepemilikan oleh institusi lain. Blockholder adalah kepemilikan oleh perseorangan dengan nilai di atas 5% dan perseorangan tersebut tidak termasuk dalam jajaran manajemen. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan dapat dirumuskan sebagai berikut: INST= Kebijakan dividen (DPR) dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham 34 November 2012 (Indahningrum dan Handayani 2009). Skala yang digunakan adalah skala rasio dan dapat dirumuskan sebagai berikut: DPR = Pertumbuhan perusahaan (GROWTH) merupakan tingkat perubahan total aset dari tahun ke tahun (Yeniatie dan Destriana 2010). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan dapat dirumuskan sebagai berikut: GROWTH = Profitabilitas (PROF) merupakan kemampuan perusahaan memanfaatkan aset yang ada untuk menghasilkan pendapatan (Yeniatie dan Destriana 2010). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan dapat dirumuskan sebagai berikut: PROF = Free cash flow merupakan kelebihan yang diperlukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif (Indahningrum dan Handayani 2009). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus Ross et al. (2000) dalam Indahningrum dan Handayani (2009) yang dirumuskan sebagai berikut: FCFit = (Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t) – (Pengeluaran modal perusahaan i pada tahun t) – (Modal kerja bersih perusahaan i pada tahun t) Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai perusahaan ataupun hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan. Dalam penelitian ISSN: 1410 -9875 ini ukuran perusahaan disimbolkan dengan size dan dengan menggunakan proxy natural log total asset (Masdupi 2005). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan dapat dirumuskan sebagai berikut: SIZE = ln (Total Aktiva) Struktur aset merupakan variabel yang pengukurannya Kristina Dan Nurhaiyani menggunakan hasil bagi antara fixed asset terhadap total asset (Djabid 2009). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan dapat dirumuskan sebagai berikut: ` ASSET = Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel NO KETERANGAN PERUSAHAAN 1 Perusahaan non keuangan yang 347 terdaftar di BEI tahun 2008-2010 2 Perusahaan yang laporan keuangan (4) tidak berakhir tanggal 31 Desember 3 Perusahaan yang tidak menerbitkan (23) laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah 4 Perusahaan yang tidak memiliki long (133) term debt 5 Perusahaan yang tidak membagikan (130) dividen kas DATA 1041 (12) (69) (399) (390) 6 Perusahaan yang tidak memiliki operating income (4) (12) 7 Total perusahaan 53 159 8 Data yang dioutlier (13) 9 Total data setelah outlier 146 Sumber: Diolah Penulis Metoda Analisis Data Penelitian ini menggunakan model empiris untuk menguji hipotesis yang diilustrasikan sebagai berikut: DEBT = a + b1INSDR + b2INST + b3DPR + b4GROWTH + b5PROF + Ɛ Keterangan: DEBT : Kebijakan hutang a : Konstanta INSDR : Kepemilikan manajerial INST : Kepemilikan institusional DPR : Kebijakan dividen GROWTH : Pertumbuhan perusahaan PROF : Profitabilitas FCF : Free cash flow SIZE : Ukuran perusahaan 35 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 ASSET Ɛ November 2012 : Struktur aset : Error term HASIL PENELITIAN Hasil statistik deskriptif dan distribusi frekuensi kepemilikan manajerial dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif DEBT INSDR INST DPR GROWTH PROF FCF SIZE ASSET N Minimum Maximum Mean 159 159 159 159 159 159 159 159 159 0,00006 0 0,01975 0,01517 0,49415 0,00015 -1,494E+13 25,01141 0,01096 2,51383 1,00000 1,00000 3,30724 3,64733 0,64101 3,525E+13 32,66486 0,87110 0,2850854 0,5157233 0,6673989 0,3936781 1,1765871 0,1608622 -4,401E+10 28,7029164 0,3363667 Std. Deviation 0,35369106 0,50133172 0,25036807 0,43631456 0,28070562 0,11970429 5,308E+12 1,61350005 0,19736691 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Keterangan Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial Perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial Total Frekuensi 77 Persentase 48,4 82 51,6 159 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Manajerial Hasil dari pengujian normalitas residual dengan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Unstandardized Residual Kesimpulan 0,000 Tidak Berdistribusi Normal Asymp. Sig. (2tailed) Sumber: Hasil Pengolahan Data 36 ISSN: 1410 -9875 Kristina Dan Nurhaiyani Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data dan Uji Outlier Berdasarkan hasil pada tabel 3, besarnya nilai asymp. Sig. (2tailed) senilai 0,000 lebih kecil dari Asymp. Sig. (2tailed) 0,05 sehingga data tersebut tidak berdistribusi normal maka perlu dilakukan uji outlier. Unstandardized Residual 0,01 Kesimpulan Tidak Berdistribusi Normal Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Dari hasil uji normalitas setelah uji outlier di atas, diketahui besarnya asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,01 lebih kecil dari 0,05 sehingga data tersebut tidak berdistribusi normal. Maka untuk uji selanjutnya menggunakan data sebelum outlier. Variabel INSDR INST DPR GROWTH PROF FCF SIZE ASSET Tolerance 0,848 0,765 0,935 0,920 0,629 0,548 0,889 0,788 VIF 1,179 1,307 1,070 1,087 1,590 1,824 1,124 1,269 Uji Multikolinearitas Hasil uji asumsi klasik yang dimulai dengan uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kesimpulan Terjadi Multikolinearitas Terjadi Multikolinearitas Terjadi Multikolinearitas Terjadi Multikolinearitas Terjadi Multikolinearitas Terjadi Multikolinearitas Terjadi Multikolinearitas Terjadi Multikolinearitas Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Berdasarkan tabel 5 variabel kepemilikan manajerial (INSDR), kepemilikan institusional (INST), kebijakan dividen (DPR), petumbuhan perusahaan (GROWTH), profitabilitas (PROF), free cash flow (FCF), ukuran perusahaan (SIZE), struktur aset (ASSET) mempunyai nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) lebih kecil dari 10, maka model regresi tersebut tidak terjadi multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Uji asumsi klasik yang terakhir terkait dengan pengujian heteroskedastisitas dengan uji Glejser, yang dapat dijelaskan pada tabel 6 berikut ini: 37 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Variabel INSDR INST DPR GROWTH PROF FCF SIZE ASSET Sig 0,032 0,752 0,963 0,037 0,169 0,023 0,951 0,335 November 2012 Kesimpulan Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini terindikasi masalah heteroskedastisitas, kesimpulan bahwa variabel kepemilikan manajerial (INSDR), pertumbuhan perusahaan (GROWTH), free cash Model 1 flow (FCF) memiliki nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 sehingga terjadi heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Pengujian asumsi klasik selanjutnya yaitu uji autokorelasi dengan alat uji Bruesch Godfrey memperoleh hasil sebagai berikut: Sig 0,324 Variabel RES_2 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Dari tabel tersebut menunjukkan nilai sig dari variabel lag residual yaitu sebesar 0,324 dimana nilainya lebih besar dari 0,05 sehingga dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi. Hasil Uji Hipotesis Model 1 R 0,478 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) Berdasarkan tabel 8 di atas, nilai R adalah sebesar 0,478 yang berarti hubungan antara variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, petumbuhan perusahaan, 38 profitabilitas, free cash flow, ukuran perusahaan, struktur aset dengan variabel dependen yaitu kebijakan hutang adalah lemah karena nilai korelasinya lebih kecil dari 0,5. ISSN: 1410 -9875 Kristina Dan Nurhaiyani Model 1 Adjusted R Square 0,187 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 9 di atas, nilai dari adjusted R2 adalah sebesar 18,7% yang berarti bahwa variabel dependen yaitu kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen antara lain kepemilikan manajerial, Model 1 kepemilikan institusional, kebijakan dividen, petumbuhan perusahaan, profitabilitas, free cash flow, ukuran perusahaan, struktur aset sebesar 18,7% sedangkan sisanya sebesar 81,3% dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini. Sig 0,0000 F 5,545 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 10 Hasil Uji F Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel 10 nilai sig. sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model fit atau layak untuk digunakan dalam melakukan penelitian terhadap kebijakan hutang. No Variabel B T Sig Kesimpulan 1 2 3 4 5 6 7 8 INSDR INST DPR GROWTH PROF FCF SIZE ASSET -0,018 -0,238 0,015 0,238 -1,070 1,219E-14 0,017 0,523 -0,334 -2,056 0,242 2,525 -4,004 1,889 1,014 3,613 0,739 0,042 0,809 0,013 0,000 0,061 0,312 0,000 Ha tidak diterima Ha diterima Ha tidak diterima Ha diterima Ha diterima Ha tidak diterima Ha tidak diterima Ha diterima Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 11 Hasil Uji t Berdasarkan hasil uji t pada tabel 11 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial (INSDR) memiliki nilai signifikan sebesar 0,739 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan sehingga Ha1 tidak diterima. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai signifikan sebesar 0,042 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti 39 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan sehingga Ha2 diterima. Artinya semakin tinggi kepemilikan institusional maka investor akan semakin efektif dalam memonitori perilaku manajemen. Adanya monitoring yang efektif menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring sudah diambil alih oleh institusional ownership yang akan mengurangi agency cost of debt. Variabel kebijakan dividen (DPR) memiliki nilai signifikan sebesar 0,809 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan sehingga Ha3 tidak diterima. Variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH) memiliki nilai signifikan sebesar 0,013 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan sehingga Ha4 diterima. Artinya perusahaan yang sedang tumbuh akan membutuhkan banyak dana yang akan berakibat pada peningkatan hutang. Variabel profitabilitas (PROF) memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan sehingga Ha5 diterima. Karena perusahaan yang tingkat profitabilitasnya tinggi berarti mampu untuk menghasilkan dana yang lebih banyak dari bagi perusahaan sehingga perusahaan akan mengalokasikan keuntungan pada laba ditahan, maka perusahaan akan lebih 40 November 2012 menggunakan sumber dana internal daripada sumber dana eksternal (hutang) untuk menbiayai kegiatan operasional perusahaan. Variabel free cash flow (FCF) memiliki nilai signifikan sebesar 0,061 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan sehingga Ha6 tidak diterima. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai signifikan sebesar 0,312 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan sehingga Ha7 tidak diterima. Variabel struktur aset (ASSET) memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan sehingga Ha8 diterima. Artinya semakin tinggi jumlah fixed asset dalam total aset perusahaan maka akan semakin mempermudah perusahaan untuk mendapatkan hutang karena fixed asset tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan bagi kreditur. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan dapat diperoleh kesimpulan bahwa Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Indahningrum dan Handayani (2009), Murni dan Andriana (2007), Djabid (2009), Larasasti (2011), Yeniatie dan Destriana (2010). Namun hasil penelitian tersebut tidak konsisten ISSN: 1410 -9875 dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfauziah et al. (2007), Christiawan dan Tarigan (2007), Susilawati (2010), dan Michael dan Wijaya (2010). Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Nurfauziah et al. (2007) dan Yeniatie dan Destriana (2010). Namun hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Murni dan Andriana (2007), Indahningrum dan Handayani (2009), Larasasti (2011), Djabid (2009) dan Wuryaningsih (2004). Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Indahningrum dan Handayani (2009), Djabid (2009) dan Yeniatie dan Destriana (2010). Namun hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Murni dan Andriana (2007) dan Larasasti (2011). Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Yeniatie dan Destriana (2010). Namun hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Murni dan Andriana (2007), Indahningrum dan Handayani (2009). Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Indahningrum dan Handayani (2009), Michael dan Liliana (2010), Sugiarto dan Fongnawati (2007), Yeniatie dan Destriana (2010). Namun hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Masdupi (2005). Free cash flow tidak berpengaruh terhadap Kristina Dan Nurhaiyani kebijakan hutang. Hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Indahningrum dan Handayani (2009), serta Tarjo dan Jogiyanto (2005). Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Soesetio (2008). Namun hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2011), Susilawati (2010) dan Wiliandri (2011). Struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Yeniatie dan Destriana (2010). Namun hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Asmariani (2009). Dari penelitian yang telah dilakukan, masih terdapat beberapa keterbatasan yaitu periode penelitian yang dilakukan yaitu hanya tiga tahun, karena keterbatasan waktu, data tidak berdistribusi normal, data ini masih terdapat masalah heteroskedastisitas, penelitan ini hanya menggunakan delapan variabel independen sehingga masih terdapat variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap kebijakan hutang yang tidak termasuk ke dalam penelitian ini. Berdasarkan keterbatasan yang ada, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi kepada peneliti-peneliti selanjutnya. Rekomendasi tersebut antara lain yaitu memperpanjang periode penelitian sehingga dapat menambah jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian, untuk mengatasi sampel yang tidak berdistribusi secara normal maka dapat dilakukan penambahan sampel penelitian, memperbanyak 41 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 sampel untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas, menambahkan variabel independen yang dapat November 2012 mempengaruhi kebijakan hutang seperti kebijakan investasi, risiko perusahaan. REFERENSI Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Mei, Vol. 9, No. 1, Hlm. 1-8. Djabid, Abdullah W. 2009. Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Utang: Sebuah Perspektif Agency Theory. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Mei, Vol. 13, No. 2, Hlm. 249-259. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babindan Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate data analysis: a global perspective. Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Desember, Vol. 11, No. 3, Hlm. 189-207. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Ismiyanti, Fitri dan Mamduh M. Hanafi. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen: Analisis Persamaan Simultan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Oktober, Hlm. 260-227. Joher Huson, Mohd Ali, Nazrul. 2006. The Impact of Ownership Structure on Corporate Debt Policy: Two Stage Least Square Simultaneous Model Approach for Post Crisis Period: Evidence from Kuala Lumpur Stock Exchange. International Business and Economics Research Journal. May, Vol 5, No. 5, 51-64. Larasasti, Eva. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis. Juli, Th. 16, No. 2, Hlm. 103-107. Margaretha, Farah dan Andhini Asmariani 2009. Faktor-faktor Agency Theory yang mempengaruhi Kebijakan Hutang. Media Riset Bisnis dan Manajemen. Vol 9, No. 1, Hlm 1-20. Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 20, No. 1, Hlm. 57-69. 42 ISSN: 1410 -9875 Kristina Dan Nurhaiyani Michael dan Liliana Inggrit Wijaya. 2010. Pengaruh Risiko, Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, dan Aset Tetap terhadap Kebijakan Dividen dan Kebijakan Utang. Manajemen dan Bisnis. September, Vol.9, No.2 , Hlm. 202-214. Murni, Sri dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institutional Investor, Dividend Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Februari, Vol. 7, No. 1, Hlm. 15-24. Nurfauziah, D. Agus Harjito, Hertya Dwi Ameliawati. 2007. Hubungan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusi dan Kebijakan Hutang dalam Perspektif Masalah Agensi di Indonesia. Ventura. April, Vol. 10, No. 1, Hlm. 47-61. Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Soesetio, Yuli. 2008. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan. September, Vol. 12, No. 3, Hlm. 384-398. Sugiarto dan Fongnawati Budhijono. 2007. Telaahan Indikasi Keagenan pada Kebijakan Leverage Perusahaan Keluarga di BEJ. Akuntabilitas. Maret, Vol. 6, No. 2, Hlm. 165-178. Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistimatik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Desember, Vol. 13, No. 3, Hlm. 195-210. Susilawati, R. Anastasia Endang. 2010. Analisis Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi Modernisasi. Juni, Vol. 6, No. 2, Hlm. 109-129. Tarjo dan DR. Jogiyanto HM, MBA, AK. 2003. Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VI. Oktober, Hlm. 278-295. Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Januari, Vol. 5, No. 1, Hlm. 1-16. Wiliandri, Ruly. 2011. Pengaruh Blockholder Ownership dan Firm Size terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis. Juli, Th. 16, No. 2, Hlm. 95-102. Wuryaningsih D.L. 2004. Pengujian Pengaruh Capital Structure pada Debt Policy (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia). Benefit. Desember, Vol. 8, No. 2, Hlm. 139-150. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. April, Vol. 12, No. 1, Hlm. 1-16. 43 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 44 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 45-56 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN R. PURWOKO dan SIGIT SUSILO BROTO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study is to examine the factors that influence firm’s performance of non-financial companies. The variables are managerial ownership, institutional ownership, dividend, leverage, firm size, sales growth, and net profit margin. The populations used in this study are nonfinancial companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2008 to 2010. Sample selection procedure carried out by using purposive sampling method and number of sample used are 99 companies. The analysis technique used is multiple regression analysis. The results of this study indicate that dividend, leverage, sales growth, and net profit margin have influence toward firm’s performance. However, managerial ownership, institutional ownership, and firm size have no influence toward firm’s performance. Keywords: Firm’s Performance, Managerial Ownership, Institutional Ownership, Dividend, Leverage, Firm Size, Sales Growth, and Net Profit Margin. PENDAHULUAN sedang hangat didiskusikan. Isu tata kelola perusahaan (corporate governance) muncul karena globalisasi pasar, yang telah membuat pasar dunia dapat dengan mudah diakses oleh tata kelola perusahaan di beberapa negara (Shahab dan Attiya, 2012). Praktik Corporate Governance mendorong perusahaan untuk menghasilkan nilai dalam hal inovasi, pengembangan, eksplorasi, dan mempertanggung jawabkan akuntabilitas pada sistem kontrol yang sesuai dengan risiko yang terlibat (Shahab dan Attiya 2012, 63). Tujuan utama suatu bisnis adalah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Namun, bisnis dapat berkembang dengan cepat apabila pemilik perusahaan mengoperasikan bisnisnya sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan. Perusahaan memiliki tujuan yang lebih luas yaitu memaksimalkan laba, meningkatkan kinerja perusahaan, mensejahterakan pemegang saham, dan bertanggung jawab kepada masyarakat yang berlaku sebagai konsumen. Sekarang ini, muncul praktik tata kelola perusahaan yang 45 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian sebelumya yang terkait dengan kinerja perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shahab dan Attiya (2012). Penelitian Shahab dan Attiya (2012) dilakukan terhadap 29 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Karachi Stock Exchange dari tahun 2004 sampai dengan 2009. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Shahab dan Attiya (2012) adalah penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan 2010. Penelitian ini juga menambahkan variabel kepemilikan institusional dan melakukan modifikasi dengan mengganti kepemilikan keluarga dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel independen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, deviden, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan net profit margin terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis menjelaskan tentang kerangka teoritis, penelitian terdahulu, model penelitian dan pengembangan hipotesis. Ketiga, metode penelitian menjelaskan 46 November 2012 tentang bentuk penelitian, obyek penelitian, definisi operasional variabel dan pengukurannya, teknik pengumpulan data serta metode analisis data. Keempat, analisis dan pembahasan menjelaskan gambaran umum sampel (obyek penelitian), statistik deskriptif variabel, hasil uji kualitas data, dan pengujian hipotesis. Terakhir, penutup berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi yang diharapkan dapat berguna untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Teori keagenan berspekulasi bahwa pembiayaan utang lebih efektif daripada ekuitas. Menurut teori ini, perusahaan adalah kumpulan beberapa kontrak yang terjadi antara pemilik perusahaan yang mempunyai hak atas perusahaan dengan sumber daya yang ada pada perusahaan. Struktur kepemilikan yang dimiliki oleh perusahaan adalah bagian dari fungsi produksi perusahaan bersama dengan sumber daya teknologi dan produksi (Jensen dan Meckling, 1976). Jensen dan Meckling (1976) menyimpulkan bahwa biaya agensi dan kepemilikan manajerial memiliki keterkaitan dengan kinerja perusahaan. Sebagai konsekuensinya, manajer pemegang saham cenderung bekerja keras untuk menciptakan keputusan investasi yang lebih baik dan perusahaan yang kepemilikan manajerialnya tinggi harus memiliki kinerja yang lebih baik. ISSN: 1410 -9875 Teori Asimetri Informasi Adanya asimetri informasi antara pihak pemegang saham dengan manajer perusahaan menyebabkan manajer selaku pengelola perusahaan akan mampu mengendalikan perusahaan karena memiliki informasi lebih mengenai perusahaan tersebut dibandingkan dengan pemegang saham. Kinerja Perusahaan Menurut Zarkasyi (2008), kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai dari suatu usaha organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Kinerja perusahaan merupakan indikator bagi perusahaan untuk menentukan nilainya dan dapat dibandingkan dengan perusahaan lain, serta menentukan posisi dan kondisinya dalam kegiatan perekonomian. Kinerja perusahaan merupakan suatu hasil yang didapat oleh perusahaan melalui kegiatan operasionalnya, hal tersebut dapat tercermin dalam laporan keuangannya. Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Perusahaan Manajer diharapkan bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh para pemegang saham (principals). Menurut Siallagan dan Machfoedz (2006), pada kepemilikan saham manajerial, seharusnya manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaaan. Hasil penelitian Herawaty (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. R. Purwoko dan Sigit Susilo Broto manajerial Ha1: Kepemilikan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kepemilikan Institusional dan Kinerja Perusahaan Berdasarkan penelitian Sabrina (2010), kepemilikan institusional tidak terbukti berpengaruh terhadap ROA. Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap ROA sebagai alat ukur untuk menguji kinerja perusahaan. Ha2: Kepemilikan memiliki terhadap perusahaan. institusional pengaruh kinerja Deviden dan Kinerja Perusahaan Deviden adalah bagian dari laba yang diberikan kepada para pemegang saham. Besar kecilnya deviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan deviden masing-masing perusahaan. Tidak ada hubungan antara pembayaran deviden dengan kinerja perusahaan (Shahab dan Attiya, 2012). Pembayaran deviden merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Berdasarkan penelitian Murekefu dan Ouma (2012), kebijakan deviden yang dirancang oleh manajer sehingga relevan akan meningkatkan kinerja perusahaan dan juga nilai pemegang saham. Ha3: Deviden memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Leverage dan Kinerja Perusahaan Thaddeus dan Chigbu (2012) menganalisis pengaruh pembiayaan 47 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 maksimal terhadap kinerja perusahaan. Hasil di bank mempelajari acara hasil campuran dan pembiayaan leverage yang didirikan sebagai strategi penting untuk memaksimalkan pengembalian pemegang saham. Oleh karena itu kesimpulannya adalah bahwa dalam rangka untuk memastikan bahwa pembiayaan maksimal mengarah ke bisnis hasil yang di inginkan, organisasi harus menetapkan tingkat optimal mereka serta keseimbangan strategis dengan risiko pembiayaan yang terkait dan kembali ke pemilik perusahaan. Ojo (2012) menguji pengaruh leverage keuangan terhadap kinerja perusahaan di Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guncangan leverage mengerahkan substansial pada kinerja perusahaan di Nigeria. Ada hubungan negatif antara leverage keuangan dan kinerja perusahaan. Ha4: Leverage memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Ukuran Perusahaan dan Kinerja Perusahaan Penelitian ini juga mengamati hubungan positif dan signifikan antara variabel kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan kontrol keluarga lebih memilih untuk berinvestasi dalam proyek-proyek lebih untuk mendistribusikan pendapatan antara pemegang saham. Ukuran perusahaan (size) yang besar berkorelasi positif dengan pembayaran deviden (Fama dan French, 2001). Ukuran dari suatu perusahaan dianggap faktor penting 48 November 2012 dalam profitabilitas perusahaan, maka ukuran perusahaan, yang diukur dengan logaritma natural dari total aset, dapat mempengaruhi kinerja keuangannya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kinerjanya, perusahaan besar memiliki berbagai yang lebih besar kemampuan dan dapat menikmati skala ekonomi, yang dapat mempengaruhi hasil dan kesimpulan, sehingga ukuran perusahaan dianggap sebagai variabel kontrol dalam model penelitian (Ramaswamy, 2001; Frank dan Goyal, 2003; Jermias, 2008, Onaolapo dan Kajola, 2010). Ha5: Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Pertumbuhan Penjualan dan Kinerja Perusahaan Banz (1981) dalam Alzharani et al. (2012), melaporkan bahwa pertumbuhan penjualan menjadi lebih sulit bagi mereka untuk mempertahankan kinerja yang mengesankan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan kecil lebih kreatif, inovatif dan mengubah lebih mudah untuk meningkatkan nilai penjualan mereka (Hannan & Freeman, 1989) dalam Alzharani et al. (2012). Pertumbuhan dalam penelitian ini telah digunakan sebagai proxy untuk peluang investasi dan memperoleh dengan buku ekuitas nilai pasar. Nilai pasar ekuitas banyak digunakan oleh para peneliti keuangan. Variabel yang sama yang digunakan oleh Amitabh (1999) dalam Shahab dan Attiya (2012), menemukan dampak insider ISSN: 1410 -9875 R. Purwoko dan Sigit Susilo Broto berpegang pada kebijakan keuangan industri perbankan maka terdapat Amerika Serikat, pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap kinerja perusahaan. Ha6: Pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Net Profit Margin dan Kinerja Perusahaan Laba adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukannya. Laba merupakan keuntungan setelah bunga dan pajak yang merupakan laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham. METODE PENELITIAN Obyek Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Data yang diambil dalam penelitian ini ialah data sekunder dan pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling. ROA = Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang merupakan hasil bersih dari kebijakankebijakan dan keputusan-keputusan manajemen baik dalam mengelola likuiditas, aset, maupun kewajiban perusahaan (Besley dan Brigham, 2008). Terdapat hubungan antara laba bersih terhadap kinerja perusahaan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shahab dan Attiya (2012). Net profit margin Ha7 : memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Assets (ROA). Kinerja perusahaan menggambarkan pendapatan yang diterima perusahaan sebelum dikurangi penyusutan dan pajak, serta penambahan bunga. Skala rasio dirumuskan sebagai berikut (Shahab dan Attiya, 2012): Profit Before Depreciation, Interest and Tax (PBDIT) Total Asset Kepemilikan manajerial (MO) adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham yang beredar. Dalam penelitian ini, kepemilikan manajerial merupakan variabel dummy yang menggunakan skala nominal dengan nilai 1 jika ada kepemilikan manajerial dan 0 jika sebaliknya (Herawaty, 2008). Kepemilikan institusional (IO) adalah kepemilikan saham yang dimiliki organisasi lain di luar perusahaan. Skala rasio dirumuskan sebagai berikut: 49 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Jumlah saham pihak institusional Total saham beredar Deviden (DIV) yang dibayarkan diwakili oleh pemegang saham luar kepada pemegang saham luar, (Crutchy and Hansen, 1984) dalam sehingga saling ketergantungan Shahab dan Attiya (2012). Skala antara deviden dan leverage yang rasio dirumuskan sebagai berikut: erat mempengaruhi principal IO = Dividend per share Earnings per share DIV = Leverage (LEV) adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (utang dan saham istimewa) dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan (Oktiyatun, 2012). Skala rasio dirumuskan sebagai berikut (Alzharani et al. 2012): Total Debt LEV = Total Asset Ukuran perusahaan (SIZE) adalah suatu skala perusahaan yang mengklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahan dengan cara melihat total asetnya. Skala rasio dirumuskan sebagai berikut (Shahab dan Attiya, 2012): SIZE = Ln(total aset perusahaan) Pertumbuhan penjualan (G) adalah kemampuan perusahaan untuk meningkatkan jumlah penjualan (Widarjo dan Setiawan, 2009). Skala rasio dirumuskan sebagai berikut: Sales t − Sales tG= 1 Sales t-1 Laba bersih (NPM) yang digunakan sebagai variabel penjelas dapat diperoleh dengan membagi laba bersih komprehensif dari penjualan bersih. Variabel yang sama yang NPM = 50 digunakan oleh Amitabh (1999) dalam Shahab dan Attiya (2012). Skala rasio dirumuskan sebagai berikut: Net income Net sales ISSN: 1410 -9875 R. Purwoko dan Sigit Susilo Broto HASIL PENELITIAN Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel No. 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah Jumlah Perusahaan Data Kriteria Perusahaan non keuangan yang terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010 Perusahaan non keuangan yang tidak menggunakan satuan mata uang Rupiah Perusahaan non keuangan tidak menerbitkan laporan keuangan yang berakhir tanggal 31 Desember Perusahaan non keuangan yang tidak memperoleh laba bersih selama periode penelitian Perusahaan non keuangan yang tidak membagikan deviden Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian Jumlah data outlier Jumlah data yang diolah dalam penelitian 343 1029 (60) (180) (6) (18) (74) (222) (104) (312) 99 297 (25) 272 Sumber: Data yang diolah. Tabel 2 Tabel Statistik Deskriptif ROA MO IO DIV LEV SIZE G NPM N 272 272 272 272 272 272 272 272 Minimum 0,0177312 0 0,1121278 0,0134228 0,0024392 25,3084285 -0,3369400 0,0034439 Maximum 0,5042325 1 0,9896530 1,6021362 0,8499863 32,9969691 0,7517017 0,5067433 Std. Mean Deviation 0,179961623 0,0910593764 0,52 0,501 0,675081843 0,1857316718 0,372593213 0,2384124752 0,427897073 0,1911252226 28,902014300 1,5173949492 0,158965140 0,1530651796 0,134914371 0,1043341647 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS IBM 19 Informasi Tidak memiliki kepemilikan manajerial Memiliki kepemilikan manajerial Tabel 3 Kepemilikan Manajerial Frekuensi 131 Persentase 48,2 % 141 51,8 % 272 100% Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19 Tabel 4 51 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi Adjusted R Model R Square 1 0,621 0,369 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19 Tabel 4 menunjukan nilai R sebesar 0,621 artinya pengaruh antara variabel independen kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, deviden, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan net profit margin dengan variabel dependen kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Assets adalah kuat. Table 4 diatas menunjukan nilai adjusted R2 sebesar 0,369 atau 36,9%. Secara statisik besarnya Variabel (Constant) MO IO DIV LEV SIZE G NPM variasi dari variabel dependen yaitu kinerja perusahaan yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, deviden, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan net profit margin adalah sebesar 36,9%. Sisanya sebesar 63,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model regresi penelitian ini. Tabel 5 Hasil Uji Statistik t B Sig. Kesimpulan 0,201 0,027 Tidak 0,008 0,386 berpengaruh Tidak 0,041 0,107 berpengaruh 0,127 0,000 Berpengaruh -0,191 0,000 Berpengaruh Tidak -0,002 0,608 berpengaruh 0,072 0,019 Berpengaruh 0,113 0,019 Berpengaruh Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 19 Hasil uji t menunjukan variabel kepemilikan manajerial (MO) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,386 di atas nilai alpha (α=0,05). Dari hasil ini maka Ha1 tidak dapat diterima, artinya kepemilikan manajerial (MO) tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Assets dalam penelitian ini. Hal ini mungkin disebabkan 52 karena rendahnya kepemilikan saham yang dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi pada perusahaan yang diteliti. Hasil uji t menunjukan variabel kepemilikan institusional (IO) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,107 di atas nilai alpha (α=0,05). Dari hasil ini maka Ha2 tidak dapat diterima, artinya kepemilikan institusional (IO) tidak ISSN: 1410 -9875 berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Assets dalam penelitian ini. Hal ini mungkin disebabkan karena mayoritas pemilik saham institusi ikut serta dalam pengendalian perusahaan, sehingga cenderung bertindak untuk kepentingan mereka sendiri meskipun dengan mengorbankan kepentingan pemilik minoritas (kepemilikan publik). Hasil uji t menunjukan variabel deviden (DIV) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 di bawah nilai alpha (α=0,05). Dari hasil ini maka Ha3 diterima, artinya deviden (DIV) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Assets dalam penelitian ini. Hal ini mungkin disebabkan karena semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membagikan deviden tunai kepada para pemegang saham, maka kinerja perusahaan akan dinilai baik oleh para pemegang saham. Pembayaran deviden yang rutin dibagikan oleh perusahaan setiap tahunnya akan mempengaruhi tingkat penanaman saham oleh para investor di perusahaan tersebut. Hasil uji t menunjukan variabel leverage (LEV) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 di bawah nilai alpha (α=0,05). Dari hasil ini maka Ha4 diterima, artinya leverage (LEV) berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Assets dalam penelitian ini. Hal ini mungkin terjadi karena ketika leverage perusahaan semakin tinggi, maka akan menimbulkan financial distress (kesulitan keuangan) sehingga nilai perusahaan menurun. Apabila dana R. Purwoko dan Sigit Susilo Broto perusahaan mencukupi, maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil uji t menunjukan variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,608 di atas nilai alpha (α=0,05). Dari hasil ini maka Ha5 tidak dapat diterima, artinya ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Assets dalam penelitian ini. Hal ini mungkin saja terjadi karena ukuran perusahaan bukan merupakan jaminan bahwa kinerja perusahaan akan lebih baik dengan dana lebih yang bisa dimanfaatkan. Hasil uji t menunjukan variabel pertumbuhan penjualan (G) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,019 di bawah nilai alpha (α=0,05). Dari hasil ini maka Ha6 diterima, artinya pertumbuhan penjualan (G) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Assets dalam penelitian ini. Hal ini mungkin disebabkan karena jika pertumbuhan penjualan mengalami kenaikan, maka laba yang diperoleh perusahaan juga ikut meningkat sehingga kinerja perusahaan akan lebih baik dengan adanya pembagian deviden kepada para pemegang saham dan memiliki cukup dana cadangan yang ditahan. Hasil uji t menunjukan variabel net profit margin (NPM) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,019 di bawah nilai alpha (α=0,05). Dari hasil ini maka Ha7 diterima, artinya net profit margin (NPM) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Assets dalam penelitian ini. Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam 53 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 memperoleh laba, maka semakin rendah kesempatan perusahaan tersebut mendapatkan pendanaan berupa pinjaman, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan perusahaan akan menggunakan dana dari dalam perusahaan terlebih dahulu dan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. PENUTUP Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel independen deviden (DIV), leverage (LEV), pertumbuhan penjualan (G), dan net profit margin (NPM) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial (MO), kepemilikan institusional (IO), dan ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menyadari adanya keterbatasan yang mungkin berpengaruh terhadap hasil penelitian, diantaranya adalah: 1. Periode penelitian yang terbatas dengan jangka waktu 3 tahun, yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang tidak dapat mewakili secara spesifik keadaan yang terjadi. 2. Penelitian ini hanya menggunakan 7 variabel independen, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, deviden, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan net profit margin yang dari pengujian koefisien korelasi menunjukkan angka adjusted R2 54 November 2012 sebesar 36,5%. Hal ini berarti besarnya presentase variasi dari variabel dependen yaitu kinerja perusahaan yang dapat dijelaskan oleh 7 variabel independen tersebut sebesar 36,5%. Sisanya sebesar 63,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi dalam penelitian ini. 3. Hasil pengolahan data menunjukkan data berdistribusi normal setelah dilakukan uji outlier, sehingga data yang digunakan hanya 274 data dalam pengolahan data. 4. Terdapat 3 variabel yang terdapat heterokedastisitas, yaitu kepemilikan institusional, deviden, dan net profit margin, serta terjadi autokorelasi pada model penelitian. Berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, rekomendasi bagi para peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan jangka waktu penelitian yang lebih panjang sehingga diharapkan bisa menangkap fenomena secara utuh. 2. Penambahan variabel independen lainnya yang tidak digunakan dalam model regresi penelitian ini, seperti kualitas audit dan struktur aset perusahaan. Semakin baik kualitas audit yang dihasilkan maka akan semakin tepat evaluasi dan perbaikan bagi kinerja perusahaan. Struktur kepemilikan aset perusahaan yang baik, bisa digunakan sebagai jaminan perusahaan untuk mendapatkan pinjamanan ISSN: 1410 -9875 agar kinerja perusahaan semakin baik. 3. Jika terdapat variabel yang terjadi heterokedastisitas, maka dapat dihilangkan dengan melakukan transformasi data. R. Purwoko dan Sigit Susilo Broto 4. Menggunakan rumus atau variabel lain agar tidak terjadi autokorelasi, misalnya variabel pertumbuhan aset perusahaan. REFERENSI Alzharani, Abdullah Mohammed, Ayoib Che-Ahmad, dan Khaled Salmen Aljaaidi. 2012. Factors Associated With Firm Performance: Empirical Evidence from The Kingdom of Saudi Arabia. Accounting & Taxation, Vol. 4, No. 2. Amouzesh, Nasrollah, Zahra Moeinfar, dan Zahra Mousavi. 2011. Sustainable Growth Rate and Firm Performance: Evidence from Iran Stock Exchange. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2, No. 23. Chairiri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance 13th edition. Pearson. Godfrey, Jayne., Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes. 2010. Accounting Theory 7th edition. New York: John Wiley & Sons. Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 2007. Jakarta: Salemba Empat. Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3, No. 4, pp. 305-360. Khatab, Humera, Maryam Masood, Khalid Zaman, Sundas Saleem, dan Bilal Saeed. 2011. Corporate Governance and Firm Performance: A Case study of Karachi Stock Market. International Journal of Trade, Economics and Finance, Vol. 2, No. 1. Moradi, Nassim Shah, Mahmood Moein Aldin, Forough Heyrani, dan Mohsen Iranmahd. 2012. The Effect of Corporate Governance, Corporate Financing Decision and Ownership Structure on Firm Performance: A Panel Data Approach from Tehran Stock Exchange. International Journal of Economics and Finance, Vol. 4, No. 6. Murekefu, Timothy Mahalang’ang’a dan Ochuodho Peter Ouma. 2012. The Relationship between Dividend Payout and Firm Performance: A Study of Listed Companies in Kenya. European Scientific Journal, Vol. 8, No. 9. Ojo, Akinmulegun Sunday. 2012. The Effect of Financial Leverage on Corporate Performance of Some Selected Companies in Nigeria. Canadian Social Science, Vol. 8, No. 1, pp. 85-91. 55 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Shahab-u-Din dan Attiya Y. Javid. 2012. Impact of Family Ownership Concentration on the Firm’s Performance (Evidence from Pakistani Capital Market). Journal of Asian Business Strategy, Vol. 2, No. 3, hlm. 63-70. Shyu, Jonchi. 2011. Family Ownership and Firm Performance: Evidence from Taiwanese Firms. International Journal of Managerial Finance, Vol. 7, No. 4, pp. 397-411. Stice, Eral K, James D. Stice, dan K. Fred Skousen, terjemahan. 2005. Intermediate Accounting edisi 15. Jakarta: Salemba Empat. Widarjo, Wahyu dan Doddy Setiawan. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11, No. 2. 56 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 57-72 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PENAWARAN UMUM PERDANA PERUSAHAAN RUDI SETIADI TJAHJONO dan SUHAJAR WIYOTO STIE Trisakti [email protected] Abstract: This study aims to determine the factors that influence the degree of underpricing. Factors which are potentially affect underpricing degree that used in this study are firm age, firm size, earnings per share, return on assets, financial leverage, industrial type, return on equity, reputation of underwriter and reputation of auditor. This research use 47 selected samples from all kind of companies listed in Indonesia Stock Exchange except finance and investment companies during the period of 2008 until 2010 and meet the criterias of this research. The samples are selected by using purposive sampling method. The statistical method used in this research is multiple regressions. The research concluded that firm size, earnings per share and return on assets have influence toward underpricing. On the other hand, the remaining variables that consist of firm age, financial leverage, industrial type, return on equity, reputation of underwriter and reputation of auditor have no influence toward underpricing. Keywords: Underpricing, Initial Public Offering (IPO), Firm Size, Earnings per Share, Return on Assets and Industrial Type PENDAHULUAN underpricing ini tidak diharapkan oleh perusahaan, sehingga perusahaan sangat ingin meminimalisirnya. Hal ini dikarenakan, underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada para investor (Beatty 1989). Apabila dalam kasus perusahaan go public yang dimaksud merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka Negara dapat turut dirugikan dalam hal ini. Salah satu fenomena underpricing pada BUMN yang pernah menjadi gunjingan publik Terdapat satu hal yang lumrah terjadi pada perusahaan go public saat melakukan initial public offerings (IPO) atau penawaran saham pertama kali. Umumnya saham perusahaan-perusahaan itu akan mengalami underpricing, yaitu dimana harga saham suatu perusahaan yang ditawarkan lebih rendah daripada semestinya. Bukan tanpa sebab selama ini terdapat banyak penelitian mengenai penyebab terjadinya underpricing. Terjadinya 57 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 yaitu IPO PT. Krakatau Steel tahun 2010. Pada saat IPO, tanggal 10 November 2010, PT. Krakatau Steel mengalami underpricing dimana harga IPO Rp850,00 sementara harga penutupannya Rp1.270,00. Terlihat sangat jelas bahwa saham PT. Krakatau Steel mengalami underpricing. PT. Krakatau Steel melepaskan 3,155 miliar saham baru ke publik dan berhasil memperoleh pesanan hingga 30 miliar saham (Bagus 2010). Meski telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya underpricing, akan tetapi dari penelitian-penelitian yang telah ada, terdapat ketidakkonsistenan dalam hasil penelitian. Perbedaan penelitian ini dari penelitian-penelitian yang ada sebelumnya yaitu penelitian ini mencakup periode waktu dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut, pertama pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang dan sistematika penulisan. Kedua, menjelaskan mengenai teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar dalam pengambilan hipotesis penelitian. Ketiga, metoda pemilihan sampel dan definisi operasional variabel dalam penelitian. Keempat, hasil pengujian hipotesis, dan terakhir terkait pada kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Initial Public Offering Menurut Tandelilin (2010), saham untuk pertama kalinya ditawarkan di pasar perdana kepada 58 November 2012 investor publik atau masyarakat luas. Apabila perusahaan tersebut menjual saham untuk pertama kalinya, maka proses penjualan saham pertama kali ini disebut sebagai penawaran umum perdana (initial public offering). Emiten sendiri adalah perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). Setelah melakukan IPO, perusahaan yang melakukannya selanjutnya disebut sebagai perusahaan terbuka (Tbk) atau perusahaan publik. Pada awalnya, menurut Sjahruddin dan Yusralaini (2009), studi tentang IPO memang semata-mata ditujukan untuk menyelidiki potensi keuntungan yang bisa didapat oleh investor bila membeli saham saat penawaran perdana. Akan tetapi, hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa IPO, secara rata-rata, memberikan return yang positif dalam jangka pendek. Underpricing Pengertian harafiah underpricing menurut Gumanti (2002, 137) dalam Saputra dan Wardoyo (2008) adalah suatu kondisi dimana harga pasar perusahaan yang baru go public dalam hitungan hari atau minggu, dapat lebih tinggi dibandingkan harga penawaran pertamanya secara rata-rata. Penelitian mengenai fenomena underpricing pada peristiwa IPO telah dilakukan oleh Loughran et al. (1994) di banyak negara, serta Sulistiawan dan Arni (2003) di Indonesia (Sulistiawan 2010). Berdasarkan hasil penelitian mereka diketahui adanya positif return yang besar di hari pertama perdagangan saham setelah IPO, ISSN: 1410 -9875 sebagai contoh rata-rata return IPO di Malaysia sekitar 100% sedangkan di Indonesia sekitar 20%. Underpricing merupakan anomali dalam kajian mengenai IPO. Kondisi underpricing merugikan perusahaan karena harapan perusahaan akan dana maksimum yang diperoleh dari masyarakat menjadi tidak terpenuhi. Akan tetapi bila terjadi overpricing, harapan para investor untuk menerima initial return akan hilang, begitu juga dengan minat mereka terhadap saham tersebut. Teori Asimetri Informasi Terdapat dua pendapat berbeda mengenai kondisi asimetri informasi yang ada. Model Baron (1982) menjelaskan perbedaan informasi yang dimiliki oleh emiten, penjamin emisi, dan masyarakat pemodal. Penjamin emisi memiliki informasi tentang pasar yang lebih lengkap daripada emiten, penjamin emisi juga memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten daripada calon investor. Semakin besar asimetri informasi yang terjadi maka semakin besar risiko yang dihadapi oleh investor. Begitu juga dengan harapan investor yang semakin tinggi terhadap initial return yang diharapkan dari saham tersebut. Model Rock (1986) menyatakan bahwa asimetri informasi terjadi pada kelompok informed investor dengan uninformed investor. Informed investor memiliki informasi lebih banyak mengenai emiten, sehingga akan membeli saham-saham IPO jika harga pasar yang diharapkan melebihi harga perdana. Sementara Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto kelompok uninformed investor kurang memiliki informasi mengenai perusahaan emiten, sehingga cenderung melakukan penawaran secara sembarangan baik pada saham-saham IPO yang underpricing maupun overpricing. Tindakan uninformed investor tersebut menyebabkan harga penutupan menjadi lebih tinggi dari pada harga pembukaannya. Asimetri informasi ini juga menyebabkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian akan nilai emiten menyebabkan fenomena underpricing terjadi. Semakin tinggi ketidakkepastian yang ada, semakin besar pula underpricing yang terjadi (Alli et al. 1994 dalam Hartono 2005). Teori Signaling Saat melakukan penawaran umum perdana, calon investor tidak semuanya dapat membedakan mana perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Oleh karena itu, emiten dan penjamin emisi dengan sengaja memberikan sinyal kepada pasar, sehingga jika perusahaan mampu menunjukkan kualitas perusahaan yang baik, maka diharapkan ketidakpastian akan berkurang (Hartono 2005). Menurut Allen dan Faulhaber (1989), perusahaan yang berkualitas buruk tidak mudah meniru perusahaan yang berkualitas baik yang melakukan underpricing. Pada cash flow periode berikutnya akan menunjukkan perusahaan tersebut baik atau buruk. Pada perusahaan yang buruk, pada periode berikutnya cash flow yang tinggi jarang terjadi, akibatnya revisi harga saham juga jarang terjadi. Maka secara garis besar, perusahaan yang berkualitas buruk akan 59 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 mempunyai potensi kerugian lebih besar dalam underpricing dibanding perusahaan kualitas baik. Umur Perusahaan Umumnya perusahaan yang telah lama berdiri mempunyai publikasi perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru. Untuk memperoleh informasi dari perusahaan yang lebih berumur yang melakukan IPO terasa lebih mudah dibanding perusahaan yang masih muda. Semakin panjang umur perusahaan maka semakin banyak informasi yang bisa diserap masyarakat (Daljono 2000 dalam Putra dan Budiarti 2012). Hal ini akan mengurangi asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian. Maka perusahaan yang lama berdiri mempunyai tingkat underpricing yang lebih rendah daripada perusahaan yang masih baru (Rosyati dan Sebeni 2002). Hal ini dikarenakan risiko yang lebih kecil menghasilkan return yang kecil pula. Hal ini tidak begitu menarik bagi investor. Ha1: Umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ukuran Perusahaan Hayati (2007) dalam Zirman dan Darlis (2011) mengatakan perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian yang lebih besar dari perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal masyarakat, sehingga informasi mengenai prospek perusahaan besar lebih mudah diperoleh investor dari pada perusahaan kecil. Umumnya perusahaan besar juga mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. 60 November 2012 Menurut Yolana dan Martani (2005), semakin banyak informasi yang diterima oleh investor, sedikit banyak akan memberi kepastian bahwa abnormal return tidak begitu tinggi. Initial return yang akan didapat investor akan bersifat normal akibat minimalnya risiko yang ada dari perusahan berskala besar. Hal ini membuat investor yang memang mengharapkan initial return yang tinggi menjadi tidak berminat untuk membeli saham tersebut. Ukuran perusahaan Ha2: berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Earnings per Share Earnings per share merupakan salah satu rasio yang memberikan gambaran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Earnings per share mengambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa atau laba bersih per lembar saham biasa. Apabila earnings per share perusahaan tinggi berarti laba setiap saham ikut tinggi, maka memicu semakin banyak investor yang membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham menjadi tinggi. Harga saham yang meninggi akan menyebabkan terjadinya underpricing. Earnings per share Ha3: berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Return on Assets Return on assets merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya (Saputra dan Wardoyo ISSN: 1410 -9875 2008). Hal ini dapat dilihat bahwa return on assets digunakan dalam mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dengan investasi yang telah ditanamkan (Ghozali dan Mansur 2002). Semakin tinggi return on assets perusahaan akan semakin rendah underpricing karena investor akan menilai kinerja perusahaan lebih baik dan bersedia membeli saham perdananya dengan harga yang lebih tinggi. Calon investor akan mempertimbangkan persentase profitabilitas perusahaan sebelum menentukan keputusan investasinya sehingga nilai ketidakpastiannya semakin rendah yang juga akan menurunkan nilai underpricing perusahaan tersebut (Yasa 2008). Ha4: Return on assets berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Financial Leverage Saputra dan Wardoyo (2008) menyatakan financial leverage menunjukan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan aset yang dimilikinya. Menurut Daljono (2000) dalam Zirman dan Darlis (2011), semakin tinggi tingkat leverage maka semakin tinggi juga resiko perusahaan, yang mengakibatkan tingkat kepastian perusahaan meningkat karena besarnya hutang yang ditanggung. Para investor mempertimbangkan informasi financial leverage ini dalam berinvestasi. Menurut Witjaksono (2012), financial leverage yang tinggi membuat penetapan harga saham yang cenderung underpriced, karena hal ini akan berpengaruh pada tingginya ketidakpastian Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto return yang akan diterima investor atas investasinya. Oleh karena itu, semakin tinggi financial leverage perusahaan maka semakin besar pula tingkat underpricing. Financial leverage Ha5: berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Jenis Industri Analisis industri penting untuk dilakukan oleh investor karena dapat membantu investor untuk mengidentifikasi peluang investasi suatu industri yang mempunyai karakteristik risiko dan return tertentu bagi investor (Tandelin 2001 dalam Sulistio 2005). Jenis industri yang berisiko tinggi biasanya akan memberi kompensasi yang lebih besar atas keberanian investor untuk berinvestasi. Dimasukkannya faktor jenis industri untuk menunjukkan apakah tingkat underpricing industri manufaktur berbeda dengan perusahaan industri non manufaktur. Islam et al. (2010) mendapatkan fakta bahwa tidak ada satu pun perusahaan sektor manufaktur yang mengalami overpricing saat IPO. Juga terdapat fakta bahwa tingkat rata-rata underpricing perusahaan manufaktur tertinggi dibanding sektor lainnya. Jenis industri manufaktur lebih diminati investor, yang membuat permintaan saham perusahaan industri itu lebih tinggi, yang memicu terjadinya underpricing. Ha6: Jenis industri berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Return on Equity Return on equity merupakan rasio yang memberikan informasi 61 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 mengenai tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan memperoleh laba (Yolana dan Martani 2005). Tingkat pengembalian modal tersebut menjadi milik investor. Maka perusahaan yang mempunyai tingkat return on equity yang tinggi, lebih diminati oleh investor. Investor melihat besarnya nilai return on equity sebagai cerminan bahwa perusahaan tersebut menguntungkan. Hal ini dapat mengurangi ketidakpastian IPO dalam menentukan harga saham yang wajar sehingga dapat menurunkan tingkat underpricing (Trisnaningsih 2005). Ha7: Return on equity berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Reputasi Penjamin Emisi Perusahaan yang go public biasanya belum mengetahui pangsa pasar saham di pasar bursa. Hal itulah yang membuat perusahaan memerlukan jasa penjamin emisi sebagai penjamin sahamnya di bursa efek. Penjamin emisi yang berfungsi menawarkan saham di pasar sekunder kepada investor. Status peringkat penjamin emisi memberikan pengaruh dalam tinggi rendahnya harga saham perusahaan (Zirman dan Darlis 2011). Menurut Saputra dan Wardoyo (2008), dalam suatu kontrak, penjamin emisi mempunyai bentuk tanggung jawab terhadap emiten, jenis tanggung jawabnya yaitu: (1) best effort underwriting dimana penjamin emisi hanya menjual sebatas yang laku dan sisa dari penjualan itu akan dikembalikan kepada pihak emiten, (2) full commitment underwriting, dimana penjamin emisi menjamin 62 November 2012 penjualan seluruh saham yang ditawarkan, sehingga jika ada yang tidak terjual maka penjamin emisi yang akan membeli sisanya, (3) standby commitment underwriting, penjamin emisi selain bertanggung jawab untuk menjual surat berharga, juga memberikan kesanggupan jika ada sekuritas yang tidak terjual akan dibeli dengan harga yang telah dijanjikan. Penjamin emisi menetapkan harga yang cenderung rendah untuk menghindari pembelian saham sisa sementara investor menginginkan initial return dari harga saham yang cenderung rendah pada penawaran perdana saham. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya underpricing. Reputasi penjamin emisi bisa menjadi penting di Indonesia, dimana investor umumnya masih minim informasi, dengan demikian para investor umumnya akan lebih memilih saham yang dijamin oleh penjamin emisi yang bereputasi baik. Apalagi hampir sebagian besar jasa penjamin emisi yang digunakan di Indonesia berdasarkan komitmen penuh (full-commitment), sehingga penjamin emisi harus bertanggung jawab atas seluruh penjualan saham. Ha8: Reputasi penjamin emisi berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Reputasi Auditor Peran auditor mutlak diperlukan oleh perusahaan yang ingin go public. Tugas auditor yaitu melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan melakukan go public. Hasil pemeriksaan auditor ini sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk pengambilan ISSN: 1410 -9875 Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto keputusan. Menurut Dye (1993) dalam Djamil (2003), KAP besar memiliki kekayaan yang lebih besar. KAP yang mempunyai kekayaan yang lebih besar mempunyai dorongan untuk menghasilkan laporan audit yang lebih akurat dibandingkan dengan auditor dengan kekayaan yang lebih sedikit. Maka itu reputasi auditor diukur berdasarkan peringkat auditor dilihat dari banyaknya pendapatan suatu KAP. Auditor yang bereputasi tinggi, akan mengurangi ketidakpastian pada masa yang akan datang (Yasa 2008). Keberadaan auditor yang profesional akan mengurangi kekhawatiran publik akan perilaku emiten yang memberikan informasi yang tidak akurat ke pasar. Ketidakpastian yang berkurang dapat membuat tingkat underpricing semakin rendah. Ha9: Reputasi auditor berpengaruh terhadap tingkat underpricing. METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan non keuangan yaitu perusahaan selain bank dan lembaga keuangan lainnya, yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Prosedur yang digunakan dalam pengambilan sampel bisa dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1: Prosedur Pemilihan Sampel Perusahaa n Keterangan Total perusahaan yang melakukan IPO selama periode penelitian Perusahaan yang relisting di BEI Bank dan lembaga keuangan lainnya Perusahaan yang tidak mengalami underpricing Perusahaan tidak bertutup buku 31 Desember serta tidak berperiode fiskal annually Perusahaan tidak melaporkan data dalam mata uang Rupiah Data yang dibutuhkan dalam penelitian tidak terpublikasi Sampel yang digunakan dalam penelitian Sumber: Hasil Pengolahan Data Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Underpricing Tingkat underpricing merupakan variabel dependen yang dipakai dalam penelitian ini. 71 (3) (6) (11) (1) (3) (0) 47 Underpricing dapat diukur dengan menggunakan rumus initial return. Menurut Martani et al. (2012), initial return dihitung dengan membandingkan harga saham pada saat penawaran perdana dengan 63 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 selisih antara harga saham saat penutupan dan harga saat penawarannya. Underpricing menggunakan skala rasio yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Umur Perusahaan Umur perusahaan diukur dari tahun sejak perusahaan berdiri sampai melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia atau dengan kata lain umur perusahaan merupakan selisih antara tahun pendirian perusahaan dengan tahun IPO (Martani et al. 2012). Umur perusahaan (age) ini menggunakan skala rasio dan dihitung dengan rumus sebagai berikut: Ukuran Perusahaan Menurut Martani et al. 2012 dalam mengukur besarnya skala atau ukuran dari perusahaan adalah dengan diproksi dengan logaritma dari total aset laporan keuangan perusahaan tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Ukuran perusahaan (size) menggunakan skala rasio, diukur dengan rumus sebagai berikut: Earnings per Share Menurut Gitman dan Zutter. (2012), earnings per share diukur dengan membandingkan net income atau laba bersih dengan jumlah lembar saham perusahaan yang beredar. Earnings per share (EPS) diukur dengan skala rasio menggunakan rumus sebagai berikut: 64 November 2012 Return on Assets Return on assets diukur dengan membandingkan laba bersih dengan total aset perusahaan. Return on assets (ROA) diukur dengan skala rasio menggunakan rumus sebagai berikut: Financial Leverage Menurut Yoga (2008), financial leverage diukur dengan membandingkan total hutang dengan total aset perusahaan. Financial leverage (FL) diukur dengan skala rasio menggunakan rumus sebagai berikut: Jenis Industri Jenis industri diukur dengan variabel dummy dimana nilai 1 diberikan untuk perusahaan industri manufaktur, sedangkan nilai 0 untuk perusahaan industri non manufaktur. Jenis industri menggunakan skala nominal dalam pengukurannya. Return on Equity Return on equity dihitung dengan membandingkan laba bersih setelah bunga dan pajak dengan total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Return on equity (ROE) menggunakan skala rasio dan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Reputasi Penjamin Emisi Reputasi penjamin emisi diukur dengan variabel dummy, ISSN: 1410 -9875 Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto dimana nilai 1 untuk penjamin emisi bereputasi baik dalam the big ten, sedangkan nilai 0 untuk penjamin emisi di luar the big ten. Reputasi penjamin emisi menggunakan skala nominal dalam pengukurannya. Reputasi penjamin emisi ditentukan dengan total nilai transaksi penjamin emisi secara tahunan (annual) yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, yang mencerminkan besarnya pendapatan penjamin emisi. Nama perusahaan penjamin emisi yang masuk dalam kategori the big ten di Indonesia selama kurun waktu 2010 sampai dengan 2012 berganti-ganti. Maka itu reputasi penjamin emisi yang digunakan jasanya saat IPO akan dilihat per tahun dimana perusahaan tersebut melakukan IPO. Reputasi Auditor Reputasi auditor diukur berdasarkan peringkat auditor. Reputasi auditor diukur dengan variabel dummy, dimana nilai 1 untuk auditor bereputasi baik the big four, sedangkan nilai 0 untuk auditor di luar the big four. Reputasi auditor menggunakan skala nominal dalam pengukurannya. Selanjutnya pemakaian kata auditor akan diganti dengan kata KAP untuk mewakilinya. Reputasi KAP diukur berdasarkan banyaknya pendapatan suatu KAP. Secara global, pendapatan KAP the big four memang selalu lebih besar dibanding KAP non big four, begitu juga di Indonesia. KAP yang termasuk dalam kategori the big four adalah: (1) Tanudiredja, Wibisana dan Rekan, yang berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers Global Network, (2) Purwantono, Suherman dan Surja, yang berafiliasi dengan Ernst and Young Global Limited, 3) Osman Bing Satrio dan Eny, yang berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu Limited, 4) Siddharta dan Widjaja, yang berafiliasi dengan KPMG International. Metoda Analisis Data Penelitian ini menggunakan multiple regression analysis untuk menguji hipotesis yang diilustrasikan sebagai berikut: UND = a + b1AGE + b2SIZE + b3EPS + b4ROA + b5FL+ b6IND+ b7ROE + b8UDW + b9AUD + e Keterangan: UND = Underpricing, a = Konstanta, b1 – b9 = Koefisien regresi, AGE = Umur perusahaan, SIZE = Ukuran perusahaan, EPS = Earnings per share, ROA = Return on assets, FL = Financial leverage, IND = Jenis industry, ROE = Return on equity, UDW = Reputasi penjamin emisi, AUD = Reputasi auditor, e = Tingkat kesalahan HASIL PENELITIAN Hasil dari statistik deskriptif untuk menjelaskan mengenai gambaran data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 2: Statistik Deskriptif UND AGE SIZE N 47 47 47 Minimum 0,0132 2 10,3461 Maximum 0,7000 57 13,3235 Mean 0,253436 14,28 12,079595 Std. Deviation 0,2220244 12,108 0,6564677 65 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 EPS 47 -80,0000 247336,0000 11435,943802 47532,5591013 ROA 47 -0,0230 0,4026 0,073174 0,0885932 FL 47 0,0316 1,0142 0,578080 0,2286567 ROE 47 -1,9665 1,0116 0,153768 0,3806560 Valid N (listwise) 47 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Tiga tabel di bawah ini menjelaskan distribusi frekuensi tiga variabel dummy yaitu jenis industri, reputasi penjamin emisi, dan reputasi auditor. Tabel 3: Statistik Frekuensi Variabel Jenis Industri Frequency Percent Valid Percent 39 Valid Non Manufaktur Manufaktur 8 Total 47 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 83,0 17,0 100,0 83,0 17,0 100,0 Cumulative Percent 83,0 100,0 Tabel 4: Statistik Frekuensi Variabel Reputasi Penjamin Emisi Frequency Valid Non Big Ten 37 Big Ten 10 Total 47 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Percent Valid Percent 78,7 21,3 100,0 78,7 21,3 100,0 Cumulative Percent 78,7 100,0 Tabel 5: Statistik Frekuensi Variabel Reputasi Auditor Frequency Valid Non Big Four 31 Big Four 16 Total 47 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Percent Valid Percent 66,0 34,0 100,0 66,0 34,0 100,0 Cumulative Percent 66,0 100,0 Hasil dari pengujian normalitas data residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 6: Hasil Uji Normalitas Data Residual N Asymp. Sig. (2-tailed) 66 Unstandardized Residual 47 0,876 ISSN: 1410 -9875 Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto Unstandardized Residual N 47 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,876 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Dari hasil pengujian normalitas residual diperoleh nilai asymp.sig (2-tailed) sebesar 0.876 yang lebih besar dari 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa data residual dalam model regresi ini berdistribusi normal. Uji Multikolinieritas Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 7: Hasil Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Variable Kesimpulan Tolerance VIF AGE 0,894 1,118 Tidak terdapat multikolinieritas SIZE 0,630 1,587 Tidak terdapat multikolinieritas EPS 0,845 1,184 Tidak terdapat multikolinieritas ROA 0,596 1,677 Tidak terdapat multikolinieritas FL 0,667 1,498 Tidak terdapat multikolinieritas IND 0,868 1,152 Tidak terdapat multikolinieritas ROE 0,602 1,660 Tidak terdapat multikolinieritas UDW 0,697 1,435 Tidak terdapat multikolinieritas AUD 0,787 1,270 Tidak terdapat multikolinieritas Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF menunjukkan masing-masing variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0.1 dan nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada semua variabel independen dalam model regresi. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser, dapat dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 8: Hasil Uji Heteroskedastisitas Variable AGE SIZE EPS ROA FL IND ROE UDW AUD Sig. 0,251 0,642 0,738 0,128 0,987 0,435 0,348 0,296 0,400 Sumber: Kesimpulan Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Tidak terdapat heteroskedastisitas Hasil Pengolahan SPSS 19 67 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Pada tabel di atas, masing-masing variabel independen memiliki nilai sig lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan pada model regresi ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas sehingga layak digunakan dalam penelitian. Uji Autokorelasi Pengujian asumsi klasik terakhir yaitu uji autokorelasi dengan alat uji Uji Lagrange Multiplier memperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 9: Hasil Uji Autokorelasi Variable Sig. LAG_RES 0,132 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Hasil uji ini didapatkan nilai signifikansi variabel LAG_RES sebesar 0,132. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam data pengamatan tidak tejadi autokorelasi. Pengujian Hipotesis Tabel 10: Hasil Analisis Koefisien Korelasi Model R 1 0,599a Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai R sebesar 0,599 menunjukkan bahwa korelasi antara underpricing dengan variabel-variabel independen adalah kuat karena nilai R lebih besar dari 0,5. 68 November 2012 Tabel 11: Hasil Analisis Koefisien Determinasi Model Adjusted R Square 1 0,203 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Berdasarkan pada tabel di atas didapat nilai koefisien 2 determinasi adjusted R sebesar 0,203. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 20,3%, sedangkan sisanya 79,7% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat underpricing yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Tabel 12: Hasil Uji F Sig. 0,036 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Pada hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,036. Variabel-variabel independen dalam penelitian ini berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu underpricing. Maka dapat disimpulkan bahwa model fit digunakan dalam penelitian. Tabel 13: Hasil Uji t B Sig. (Constant) 1,861 0,007 AGE -0,002 0,500 SIZE -0,116 0,046 EPS 1,547E-6 0,026 ROA -0,929 0,036 FL -0,173 0,277 IND -0,097 0,249 ROE 0,085 0,397 UDW -0,006 0,944 AUD -0,081 0,246 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 ISSN: 1410 -9875 Analisis hasil pengujian terhadap variabel umur perusahaan (AGE) yaitu memiliki nilai signifikansi sebesar 0,500 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, maka hipotesis alternatif pertama (Ha1) tidak dapat diterima. Artinya variabel umur perusahaan (AGE) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Martani et al. (2012) tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Islam et al. (2010) dan Rosyati dan Sebeni (2002). Hasil pengujian variabel ukuran perusahaan (SIZE) yaitu memiliki nilai signifikansi sebesar 0,046. Nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%., maka hipotesis alternatif kedua (Ha2) dapat diterima, ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Koefisien regresi sebesar -0,116 menunjukkan hubungan antara keduanya adalah negatif. Semakin besar ukuran perusahaan maka nilai underpricing saham juga cenderung menurun,. Hasil penelitian ini konssiten dengan dan Islam et al. (2010), tetapi tidak konsisten dengan Martani et al. (2012) dan Witjaksono (2012). Hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih dikenal masyarakat, sehingga informasi perusahaan lebih mudah diperoleh dari pada perusahaan kecil. Semakin banyak informasi yang ada, risiko ketidakpastian lebih rendah sehingga abnormal return tidak begitu tinggi, sehingga tingkat underpricing juga rendah. Pengujian variabel earnings per share (EPS) didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,026, dimana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%. Maka Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto hipotesis alternatif ketiga (Ha3) dapat diterima, artinya variabel earnings per share (EPS) berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Bentuk pengaruh variabel earnings per share (EPS) terhadap underpricing saham perdana adalah positif, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 0,000001547. Semakin tinggi nilai earnings per share maka nilai underpricing juga cenderung meningkat. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Khomsiyah (2005). Earnings per share menggambarkan besarnya laba untuk setiap lembar saham. Apabila earnings per share perusahaan tinggi maka semakin banyak investor yang ingin membeli saham tersebut yang menyebabkan harga saham menjadi tinggi sehingga terjadinya underpricing tidak dapat dicegah Hasil pada tabel menunjukkan return on assets (ROA) mempengaruhi underpricing. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,036 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%., maka hipotesis alternatif keempat (Ha4) dapat diterima. Koefisien regresi sebesar -0,929 menunjukkan hubungan antara keduanya adalah negatif. Semakin besar nilai return on assets maka nilai underpricing saham cenderung menurun, begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Yasa (2008) dan Saputra dan Wardoyo (2008). Calon investor akan mempertimbangkan persentase profitabilitas perusahaan, dalam hal ini return on assets, sebelum menentukan keputusan investasinya. Maka dengan nilai ketidakpastian 69 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 yang semakin rendah, juga akan menurunkan nilai underpricing perusahaan tersebut. Hasil pengujian variabel financial leverage (FL) didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,277 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, maka itu hipotesis alternatif kelima (Ha5) tidak dapat diterima. sehingga variabel financial leverage (FL) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konssiten dengan penelitian Yasa (2008), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Yoga (2008) dan Sulistio (2005). Hasil pengujian variabel jenis industri (IND) yaitu memiliki nilai signifikansi sebesar 0,249 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa hipotesis alternatif keenam (Ha6) tidak dapat diterima serta menunjukkan bahwa variabel jenis industri (IND) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konsisten dengan Islam et al. (2010), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Yolana dan Martani (2005). Analisis hasil pengujian terhadap variabel return on equity (ROE) didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,397, dimana lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, maka itu hipotesis alternatif ketujuh (Ha7) tidak dapat diterima sehingga variabel return on equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil penelitian ini konssiten dengan penelitian Martani et al. (2012) tetapi tidak konsisten dengan Witjaksono (2012) dan Yolana dan Martani (2005). Pengujian variabel reputasi penjamin emisi (UDW) didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,944 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 70 November 2012 5%. Maka hipotesis alternatif tidak dapat kedelapan (Ha8) diterima, variabel reputasi penjamin emisi (UDW) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Hasil ini konssiten dengan penelitian Saputra dan Wardoyo (2008) dan Yoga (2008). Hasil menunjukkan reputasi auditor (AUD) tidak mempengaruhi underpricing, dengan nilai signifikansi sebesar 0,246 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, sehingga hipotesis alternatif kesembilan (Ha9) tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini konssiten dengan Martani et al. (2012) dan Saputra dan Wardoyo (2008), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Khomsiyah (2005). PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan dapat diperoleh kesimpulan bahwa hanya ukuran perusahaan, earnings per share, dan return on assets yang berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sedangkan umur perusahaan, financial leverage, jenis industri, return on equity, reputasi penjamin emisi dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini. Beberapa keterbatasan itu antara lain keterbatasan dalam periode sampel penelitian selama tiga tahun dan penelitian ini hanya menggunakan sembilan variabel yang dalam menguji pengaruh terhadap tingkat underpricing. ISSN: 1410 -9875 Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan di atas, beberapa rekomendasi kepada peneliti selanjutnya antara lain, yaitu menambah periode penelitian sehingga hasilnya akan lebih Rudi Setiadi Tjahjono Dan Suhajar Wiyoto representatif, serta menambah variabel lainnya yang dapat mempengaruhi underpricing, seperti persentase kepemilikan saham ataupun rasio keuangan lainnya, seperti current ratio. REFERENSI: Bagus, Indro. 2010. Saham Perdana KS Kelebihan Permintaan 9 Kali. Detik Finance, 26 Oktober, http://finance.detik.com/read/,,,saham-perdana-ks-kelebihan-permint aan-9-kali (diakses 18 September, 2011). Djamil, Nasrullah. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Sektor Publik dan Beberapa Karakteristik Untuk Meningkatkannya. STIE Nasional Banjarmasin, Hlm. 1-12. Ghozali, Imam dan MA. Mansur. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 4, No. 1, April 2002, Hlm. 74-88. Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Thirteenth Edition. United States: Prentice Hall. Hartono. 2005. Hubungan Teori Signalling dengan Underpricing Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 5, No. 1, Hlm. 35-50. Islam, A., R. Ali dan Z. Ahmad. 2010. An Empirical Investigation of the Underpricing of Initial Public Offerings in the Chittagong Stock Exchange. International Journal of Economics and Finance, Vol. 2, No. 4, November 2010, Hlm. 36-46. Khomsiyah. 2005. Reputasi Penjamin Emisi Saham, Reputasi Auditor dan Tingkat Undepricing Pada Penawaran Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 7, No. 2, Agustus 2005, Hlm. 168-189. Martani, D., IL. Sinaga, dan A. Syahroza. 2012. Analysis on Factors Affecting IPO Underpricing and Their Effects on Earnings Persistence. World Review of Business Research, Vol. 2, No. 2, Maret 2012, Hlm. 1-15. Nurhidayati, S. dan N.I. 1998. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Underpriced pada Penawaran Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 13, No. 1, Hlm. 21-30. Putra, NSA. dan Y. Budiarti. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 1, No. 5, Hlm. 78-92. Rosyati dan Arifin Sebeni. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi V, September 2002, Hlm. 286-297. Saputra, RI. dan P. Wardoyo. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Melakukan IPO (Initial Public Offering) Periode 2003-2007 di Bursa Efek Indonesia. Solusi, Vol. 7, No. 3, Juli 2008, Hlm. 23-38. 71 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Sjahruddin dan Yusralaini. 2009. Underpricing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Ekonomi, Vol. 17, No. 1, Hlm. 1-11, Sulistiawan, Dedhy. 2010. Pengujian Fenomena Underpricing dengan Studi Eksperimen. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. Vol. 3. No. 1, April 2010, Hlm. 103-112. Sulistio, Helen. 2005. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return: Studi Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2008, Hlm. 87-99. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi 1. Yogyakarta: Percetakan Kanisius. Trisnaningsih, Sri. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 2, September 2005, Hlm. 195-210. Witjaksono, LS. 2012. Analisis Faktor-Faktor Keuangan yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2002-2010. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol. 1, No. 1, Januari 2012, Hlm. 33-37. Yasa, GW. 2008. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 3, No. 2, Juli 2008, Hlm. 145-157. Yoga. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 8, No. 16, Juli 2008, Hlm. 55-70. Yolana, Chastina dan Dwi Martani. 2005. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun 1994-2001. Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2005, Hlm. 538-553. Zirman dan E. Darlis. 2011. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Kecendrungan Underpricing: Studi pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, Vol. 19, No. 1, Hlm. 1-11. 72 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 73-86 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH, TANGIBILITY OF ASSETS, PROFITABILITY DAN RISK TERHADAP STRUKTUR MODAL STEVEN YAP Abstract: The purpose of this research is to examine the influence of firm size, growth, tangibility of assets, profitability, and risk toward capital structure. The sample selection was done by using purposive sampling method. The sample in this research is real estate and property companies which are listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) between the years of 2002-2013. There are twenty one companies that are met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and multiple regressions for panel data with fixed effect model were performed to test the hypotheses. Data used in this research was obtained from audited annual financial statement that publicized in IDX official website. The result of this research indicates that firm size and tangibility of assets have influence toward capital structure. However growth, profitability, and risk have no influence toward capital structure. Keywords: Capital Structure, Firm Size, Growth, Tangibility of Assets, Profitability, Risk. PENDAHULUAN tetapi juga berusaha meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemiliknya. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan diharuskan mengambil kebijakan yang strategis. Kebijakan yang diambil termasuk penganggaran pendanaan perusahaan dan sumbernya. Perusahaan melakukan aktivitas pendanaan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas operasi dan investasinya. Pendanaan jangka pendek biasanya terkait dengan kegiatan operasi dan pendanaan jangka panjang terkait dengan kegiatan investasi. Permasalahan pendanaan menjadi sangat penting mengingat perusahaan akan dapat berjalan dan berkembang dengan baik Perkembangan dunia bisnis di era globalisasi yang sangat pesat mendorong persaingan bisnis yang semakin ketat. Perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerjanya agar memiliki keunggulan daya saing dari perusahaan lain. Perusahaan dapat melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan fungsi-fungsi dalam perusahaan guna mencapai keunggulan dan menempati posisi persaingan yang baik di industrinya. Salah satu tanda unggulnya suatu perusahaan dari perusahaan lain dapat dilihat dari aspek keuangannya. Perusahaan saat ini umumnya tidak hanya berorientasi pada pencapaian laba maksimal, 73 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 apabila didukung dengan dana yang cukup sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Manajer keuangan perlu memutuskan berapa dana yang dibutuhkan dan darimana dana tersebut diperoleh. Perusahaan harus mampu menghimpun dana baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan dan mengalokasikannya dengan tepat untuk mencapai tujuan perusahaan. Diantaranya perihal pendanaan tersebut harus diputuskan dengan baik sehingga menghasilkan dana yang tersedia cukup untuk membiayai kegiatan perusahaan dan dengan biaya minimum. Martono dan Agus Harjito (2010,17) menyebutkan dua sumber pendanaan perusahaan yaitu sumber pendanaan yang dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal financing) dan luar perusahaan (external financing). Internal financing dapat diperoleh dari hasil operasional perusahaan, meliputi arus kas, laba ditahan serta akumulasi depresiasi. Sedangkan external financing diperoleh dari utang, baik utang jangka panjang maupun utang jangka pendek, dan penjualan saham. Sumber pendanaan tersebut akan dialokasikan untuk aktivitas jangka pendek maupun jangka panjang. Bedasarkan pecking order theory yang dikemukan oleh Myers dalam Gitman dan Zutter (2012, 534) menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih sumber pendanaan internal daripada sumber pendanaan eksternal. Hal ini dikarenakan sumber pendanaan internal menimbulkan modal yang lebih sedikit. Kemudian apabila pendanaan eksternal diperlukan, 74 November 2012 maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh obligasi konversi, baru kemudian apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Perusahaan harus dapat menciptakan kombinasi yang paling menguntungkan antara penggunaan sumber dana internal dan eksternal dalam membiayai kegiatan operasi dan investasi. Keputusan mengenai kombinasi pendanaan perusahaan ini disebut struktur modal. Menurut Horne dan Wachowicz (2012) struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang dituangkan dalam utang, saham preferen dan saham biasa. Tujuan keputusan struktur modal adalah untuk menciptakan struktur modal yang optimal, yaitu tingkat bauran utang dan ekuitas yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham. Keputusan struktur modal menjadi penting karena berkaitan dengan kepentingan pemegang saham serta mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Pengambilan keputusan struktur modal yang tidak teliti dan tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan (Prabansari dan Kusuma, 2005). Oleh karena itu manajer harus mengetahui hal-hal penting yang berkaitan dengan struktur modal, agar keputusan yang diambil menjadi tepat. Dalam mengambil keputusan manajemen yang berkaitan dengan ISSN: 1410 -9875 pendanaan, perusahaan harus dapat mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal. Struktur modal di dalam suatu perusahaan, diprediksi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal perusahaan itu sendiri (Sujoko, 2007). Faktor eksternal merupakan faktor yang berada diluar dan tidak dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Beberapa variabel yang termasuk dalam faktor eksternal di antaranya yaitu tingkat suku bunga, inflasi ,dan pertumbuhan pasar. Sedangkan faktor internal merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Faktor internal diantaranya adalah profitability, growth, firm size dan struktur aktiva. Dalam penelitian ini, Penulis akan fokus pada faktorfaktor internal yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan. Dengan mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal, kemudian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan pendanaan agar menghasilkan struktur modal yang optimal. Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alzomaia (2014) yang mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu firm size, growth, tangibility of assets, profitability dan risk. Penelitian Alzomaia (2014) dilakukan pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Arab Saudi selama periode 2000-2010, sedangkan penelitian ini dilakukan pada perusahaan Real Estate and Property yang terdaftar di BEI selama periode 2002-2013 dengan kriteria tertentu. Steven Yap Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian dan organisasi penelitian. Kedua, menguraikan teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar pengembangan hipotesis. Ketiga, metoda penelitian terdiri pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variable. Keempat, hasil penelitian yang berisi hasil dan interpretasi pengujian hipotesis. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS Agency Theory Salah satu masalah dalam perusahaan adalah masalah keagenan (agency problem). Masalah keagenan pada dasarnya ditimbulkan sebagai akibat dari adanya pemisahan fungsi, antara fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976, dalam Wiliandri, 2011, 95). Akibatnya seringkali terjadi conflict of interest antara pemegang saham selaku pemilik perusahaan (principal) dengan manajer sebagai pengelola perusahaan (agent). Gitman dan Zutter (2012, 22) menyatakan bahwa, “Agency problems arise when managers deviate from the goal of maximization of shareholder wealth by placing their personal goals ahead of the goal of shareholders.” Masalah agensi muncul antara pemegang saham dengan manajer perusahaan dimana manajer perusahaan 75 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 kemungkinan dapat melakukan tindakan atau keputusan yang dapat meningkatkan kesejahteraannya dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Dalam kaitannya dengan kebijakan struktur modal, salah satu penyebab terjadinya conflict of interest antara principal dan agent adalah dalam hal pengambilan kebijakan pendanaan perusahaan. Manajer lebih senang untuk menggunakan retained earnings yang diinvestasikan pada proyek-proyek investasi menguntungkan yang akan mampu meningkatkan insentif dan kompensasi bagi manajer, daripada membagikan laba bersih perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk dividend. Sedangkan utang (debt) menjadi lebih disenangi pemegang saham sebagai sumber pendanaan eksternal perusahaan karena adanya manfaat penghematan pajak (tax saving) dari biaya modal yang ditimbulkan (interest expense). Namun proporsi utang yang terlalu besar dalam struktur modal perusahaan dikhawatirkan akan meningkatkan risiko kebangkrutan dan besarnya biaya keagenan (agency cost) yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Selain itu, dengan pendanaan eksternal, diharapkan biaya yang dikeluarkan oleh pemegang saham sehubungan dengan pengawasan manajemen dapat berkurang karena pihak kreditor yang memberikan pinjaman kepada perusahaan dalam hal ini manajemen sebagai eksekutif organisasi akan melakukan pengawasan yang 76 November 2012 berguna untuk mendapatkan keyakinan tentang kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Dengan kata lain, utang mampu memperkecil biaya agensi (Joni dan Lina, 2010). Pecking Order Theory Teori pecking order ini pertama kali dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Brealey and Myers (2006). Teori pecking order menjelaskan hierarki sumber dana yang paling disukai perusahaan. Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa dalam hal struktur modal: (1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan), (2) Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih dahulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Teori pecking order menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Brigham dan Houston (2011, 40) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Dalam pendanaan eksternal, utang lebih disukai daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi ISSN: 1410 -9875 obligasi akan lebih murah dibanding dengan biaya emisi saham. 2.1.4. Trade Off theory Menurut Brigham dan Houston (2011, 183), Trade off theory adalah teori struktur modal yang menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan utang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan. Adanya fakta bahwa bunga yang dibayarkan sebagai beban pengurang pajak membuat utang menjadi lebih murah dibandingkan saham biasa atau preferen atau dengan kata lain utang memberi manfaat perlindungan pajak. Sebagai akibatnya, penggunaan utang dalam jumlah yang lebih besar akan mengurangi pajak dan menyebabkan semakin banyak laba bersih (EAT) perusahaan yang mengalir kepada para investor. Namun di sisi lain penggunaan utang yang besar juga dapat menimbulkan biaya berupa financial distress cost yang dapat menyebabkan perusahaan menuju kebangkrutan. Untuk menurut teori ini perusahaan dalam hal ini manajer keuangan perlu mempertimbangkan dengan baik manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari penggunaan utang. Pada level di mana tax saving yang lebih besar daripada biaya utang menunjukkan bahwa penggunaan utang adalah optimal. Namun apabila penambahan jumlah utang yang nantinya menyebabkan nilai tax saving sama dengan biaya utang, perusahaan harus sudah berhati-hati karena pada kondisi ini penggunaan utang sudah tidak lagi optimal dan dapat memperbesar kemungkinan perusahaan Steven Yap mengalami financial distress yang berakibat kebangkrutan (Weston and Copeland). Firm Size dan Struktur Modal Ukuran perusahaan mempengaruhi jumlah dana yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional dan investasinya serta bagaimana cara perusahaan memperoleh dana tersebut (Firnanti, 2011). Chen dan Strange (2006) dalam Indrajaya et al. (2011) menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung lebih banyak menggunakan utang daripada perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki arus kas yang lebih stabil, yang dapat mengurangi risiko dari penggunaan utang, sehingga perusahaan besar akan lebih dipercaya oleh kreditur daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu semakin besar perusahaan maka perusahaan dapat memakai utang lebih banyak. Selain itu rendahnya risiko perusahaan juga akan menyebabkan biaya utang perusahaan besar lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil, sehingga akan mendorong perusahaan untuk menggunakan utang lebih banyak lagi (Song, 2005 dalam Indrajaya et al., 2011). Ha1 : Terdapat pengaruh Firm size terhadap struktur modal. Growth dan Struktur Modal Pertumbuhan perusahaan menjadi salah satu tanda dalam menilai kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya dan kemudahan perusahaan untuk memperoleh pendanaan eksternal. Pertumbuhan perusahaan dapat mempengaruhi kepercayaan 77 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 kreditor terhadap perusahaan dan kesediaan pemodal untuk memberikan pendanaan melalui utang jangka panjang (Firnanti, 2011). Perusahaan dengan growth yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya serta dapat mempermudah manajemen dalam mendapatkan utang karena adanya kepercayaan kreditur akan kinerja perusahaan tersebut (Winahyuningsih et al., 2010). Perusahaan dengan tingkat growth yang tinggi dapat memiliki lebih banyak pilihan untuk melakukan investasi di masa mendatang, sehingga akan membutuhkan lebih banyak dana daripada perusahaan dengan tingkat growth rendah (Hola et al., 2008). Bedasarkan pecking order theory apabila perusahaan akan memenuhi kebutuhan dana tersebut dari sumber pendanaan eksternal, maka perusahaan cenderung menggunakan utang. Sehingga perusahaan dengan tingkat growth tinggi diyakini akan lebih banyak menggunakan utang daripada perusahaan dengan tingkat growth rendah. Ha2 : Terdapat pengaruh Growth terhadap struktur modal. Tangibility of Assets dan Struktur Modal Joni dan Lina (2010) mengungkapkan bahwa perusahaan dengan rasio aktiva tetap lebih tinggi dianggap memiliki tingkat risiko kebangkrutan yang relatif lebih rendah daripada perusahaan dengan rasio aktiva tetap yang rendah. Sehingga besarnya jumlah tangibility of assets yang dimiliki perusahaan menentukan kebijakan 78 November 2012 struktur modal yang dilakukan perusahaan. Semakin besar tangibility of assets yang dimiliki perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan lebih tinggi, sehingga akan lebih mudah mendapatkan utang (Adrianto dan Wibowo, 2007 dalam Indrajaya et al., 2011). Oleh karena itu perusahaan dengan tangibility of assets lebih besar akan menggunakan utang lebih banyak sebagai sumber pendanaan eksternalnya daripada penerbitan saham demi mendapatkan keuntungan dari penggunaan utang. Ha3 : Terdapat pengaruh Tangibility of assets terhadap struktur modal. Profitability dan Struktur Modal Tingkat profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya sendiri (Firnanti, 2011). Wimelda dan Marlinah (2013) menyatakan bahwa perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik akan lebih sedikit meminjam uang walaupun memiliki kesempatan untuk meminjam uang lebih banyak. Hal ini sejalan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu dibanding dengan pendanaan eksternal karena perusahaan yang memiliki tingkat profitability yang tinggi akan menghasilkan tambahan laba ditahan lebih banyak bagi perusahaan. Sehingga akan semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut dalam menggunakan utang. ISSN: 1410 -9875 Steven Yap Ha4 : Terdapat pengaruh Profitability terhadap struktur modal. Risk dan Struktur Modal Level risiko suatu perusahaan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan struktur biaya operasionalnya. Suatu perusahaan dinilai menghadapi risiko jika ia menghasilkan laba yang berfluktuasi antara satu periode dengan periode yang lain (Joni dan Lina, 2010). Risiko juga dapat terjadi apabila perusahan menggunakan utang dalam jumlah besar. Risiko bisnis perusahaan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya. Oleh karena itu risiko bisnis seringkali dijadikan pertimbangan bagi kreditur untuk memberikan pinjaman. Tingkat risiko bisnis perusahaan juga mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dalam kegiatan operasionalnya (Firnanti, 2011). Semakin tinggi risiko suatu perusahaan mengindikasikan semakin besar kemungkinan ketidakmampuan perusahaan mengembalikan utang. Hal ini mengakibatkan perusahaan dengan risiko tinggi akan sulit mendapatkan utang, sehingga mengakibatkan penggunaan utang yang lebih sedikit. Ha5 : Terdapat pengaruh Risk terhadap struktur modal. Model Penelitian Firm size Growth Tangibility of assets Struktur Modal Profitability Risk METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Penelitian dilakukan pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2002-2013. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan non-probability sampling, yakni teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel non- 79 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 probabilitas pertimbangan atau bedasarkan pemilihan November 2012 anggota sampel dengan mendasarkan pada kriteria tertentu. Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Pemilihan Sampel Perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20022013 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan setiap akhir tahun selama periode 2002-2013 Perusahaan yang tidak memiliki data keuangan yang berkaitan dengan variabel penelitian secara lengkap Jumlah Total perusahaan real estate and property yang dijadikan sampel dalam penelitian Total data yang dijadikan sampel 21 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah struktur modal, sedangkan variabel independen adalah firm size, growth, tangibility of assets, profitability, dan risk. Struktur modal Struktur modal adalah struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang dituangkan dalam utang, ekuitas saham preferen dan saham biasa. yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini struktur modal di proksikan dengan leverage (Alzomaia, 2014). 80 44 (21) (2) 252 Firm Size Firm size menunjukkan besar atau kecilnya perusahaan yang dapat diukur melalui sales perusahaan selama periode tertentu. Menurut Alzomaia (2014) firm size diukur dengan menggunakan rumus: Growth Growth pada penelitian ini mengacu pada growth sales, yang mana merupakan kenaikan atau penurunan jumlah penjualan perusahaan selama periode tertentu. Formula untuk mengukur growth menurut Alzomaia (2014) adalah: ISSN: 1410 -9875 Keterangan: Salest = Nilai sales pada tahun bersangkutan Salest-1 = Nilai sales satu tahun sebelum tahun yang bersangkutan Tangibility of assets Tangibility of assets menggambarkan besarnya aset tetap perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan (collateral) kepada kreditur. Sesuai dengan Alzomaia (2014) tangibility of assets diukur dengan menggunakan skala rasio dengan rumus: Profitability Profitability atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas diukur dengan menggunakan skala rasio net profit terhadap total assets (Alzomaia, 2014). Maka formula untuk menghitung profitability adalah: Risk Risk atau risiko merupakan ketidakpastian aliran pendapatan yang disebabkan oleh sifat alami bisnis yang dijalankan perusahaan. Risiko dapat dihitung dengan standar deviasi return on assets (ROA) (Alzomaia, 2014), yang mana Steven Yap standar deviasi diukur selama 3 tahun terakhir mulai periode (t-2) hingga periode (t) (Indrajaya et al., 2011). Formula untuk menghitung risiko perusahaan adalah: Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Adapun alat analisis yang digunakan adalah multiple regression dengan software yang digunakan untuk analisis adalah Eviews 7. Persamaan regresi berganda yang diintepretasikan dalam penelitian ini adalah: Y = β0 + β1 X1 + β2 X2+ β3X3+ β4X4+ β5X 5 + e Keterangan: Y = Leverage, diukur dengan total liabilities dibagi total assets = Konstanta β0 β1‐ β5 = Koefisien regresi X1 = Firm size, diukur dengan ln(sales) = Growth, diukur dengan X2 sales tahun ini dikurangi sales tahun sebelumnya dibagi sales tahun sebelumnya = Tangibility of assets, X3 diukur dengan fixed assets dibagi total assets = Profitability, diukur X4 dengan net profit dibagi total assets = Risk, diukur dengan X5 standar deviasi ROA e = Error term 81 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 HASIL PENELITIAN Hasil Pengujian Hipotesis Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SIZE 0.04581 0.01742 2.6307 0.0091 GROWTH -0.0029 0.0127 -0.2289 0.8191 TANG 0.28931 0.10883 2.6585 0.0084 PROF -0.2933 0.24907 -1.1775 0.2403 RISK 0.61286 Bedasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t statistik lebih besar dari t tabel atau t kritis (2.631 > 1.960), sehingga, dapat disimpulkan bahwa H01 ditolak. Hal ini sejalan dengan nilai dari probabilitas yang lebih kecil dari nilai α (0.0091 < 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh firm size terhadap struktur modal. Hal ini sejalan dengan trade off theory bahwasannya perusahaan besar menggunakan lebih banyak utang untuk mendapat keuntungan berupa tax saving sehingga dapat memperbesar laba bersih (EAT) yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Nilai t statistik growth lebih kecil dari t tabel atau t kritis (0.229 < 1.960), sehingga, nilai dapat disimpulkan bahwa H02 tidak dapat ditolak. Hal ini sejalan dengan nilai dari probabilitas yang lebih besar dari nilai α (0.8191 > 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh growth terhadap struktur modal. Hasil ini dikarenakan sifat bisnis pada perusahaan real estate and property yang mana untuk memproduksi unit-unit produknya, misalnya rumah, perusahaan mendapat dana berupa uang muka atau angsuran yang dibayar oleh para pembelinya, sehingga 82 0.29705 2.0632 0.0403 perusahaan pada industri ini tidak memerluka utang untuk melakukan kegiatannya. Oleh karena itu growth sales tidak mempengaruhi struktur modal perusahaan. Tangibility of assets memiliki nilai t statistik lebih besar dari t tabel atau t kritis (2.659 > 1.960), sehingga dapat disimpulkan bahwa H03 tidak dapat ditolak. Hal ini sejalan dengan nilai dari probabilitas yang lebih kecil dari nilai α (0.0084 < 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tangibility of assets terhadap struktur modal. Tangible assets atau aset berwujud yang dimiliki perusahaan memudahkan perusahaan untuk memperoleh utang karena menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menjamin pembayaran utang kepada kreditor sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu, adanya aset berwujud juga dapat mengurangi agency cost sehingga menyebabkan biaya utang menjadi lebih murah. Nilai t statistik profitability menunjukkan nilai yang lebih kecil dari t tabel atau t kritis (-1.177 < 1.960), sehingga, nilai t statistik dapat disimpulkan bahwa H04 tidak dapat ditolak. Hal ini sejalan dengan nilai dari probabilitas yang lebih besar dari nilai α (0.2403 > 0.05). Sehingga dapat disimpulkan ISSN: 1410 -9875 bahwa tidak terdapat pengaruh profitability terhadap struktur modal. Profit yang dihasilkan perusahaan saat ini tidak menjamin profit di masa yang akan datang akan sama nilainya. Profit yang akan datang bisa jadi akan naik atau turun, sehingga bersifat tidak pasti. Sehingga perusahaan, dalam hal ini manajer keuangan, tidak mempertimbangkan profit atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) dalam membuat keputusan struktur modal. Sedangkan nilai t statistik risk lebih besar dari t tabel atau t kritis (2.063 > 1.960), sehingga dapat disimpulkan bahwa H05 ditolak. Hal ini sejalan dengan nilai dari probabilitas yang lebih kecil dari nilai α (0.0403 < 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh risk terhadap struktur modal. Risiko besar yang dimiliki perusahaan menyebabkan kemungkinan financial distress yang akan dialami perusahaan juga semakin besar, sehingga bedasarkan trade off theory kondisi ini menunjukkan penggunaan utang yang tidak optimal bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dengan risiko tinggi sebaiknya menggunakan sedikit utang. Selain itu, agency cost yang timbul atas penggunaan utang oleh perusahaan denga risiko tinggi juga lebih besar, sehingga penggunaan utang menjadi lebih mahal. PENUTUP Kesimpulan 1. Hasil analisis hipotesis pertama diperoleh bahwa size berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini Steven Yap sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alzomaia (2014), Umer (2014), Seftianne dan Handayani (2011), Indrajaya et al. (2011), Khan (2010), dan Yuniati (2010). Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Joni dan Lina (2010). 2. Hasil analisis hipotesis kedua diperoleh bahwa growth tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indrajaya et al. (2011) dan Umer (2014). Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Alzomaia (2014), Yuniati (2010), Joni dan Lina (2010), Khan (2010), dan Seftianne dan Handayani (2011). 3. Hasil analisis hipotesis ketiga diperoleh bahwa tangibility of assets berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alzomaia (2014), Indrajaya et al. (2011), Joni dan Lina (2010), Khan (2010), Umer (2014), dan Yuniati (2010). Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Seftianne dan Handayani (2011). 4. Hasil analisis hipotesis keempat diperoleh bahwa profitability tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011) dan Yuniati (2010). Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Alzomaia (2014), Indrajaya et al. (2011), Joni dan 83 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Lina (2010), Khan (2010), Umer (2014), 5. Hasil analisis hipotesis kelima diperoleh bahwa risk berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alzomaia (2014) dan Khan (2010). Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Joni dan Lina (2010), Indrajaya et al. (2011), dan Seftianne dan Handayani (2011). 6. Hasil analisis hipotesis keenam diperoleh bahwa firm size, growth, tangibility of assets, profitability, dan risk berpengaruh secara bersamasama terhadap struktur modal. Keterbatasan Penelitian 1. Periode penelitian ini terbatas hanya dalam jangka waktu dua belas tahun, yaitu tahun 20022013. Hasilnya diharapkan akan lebih akurat jika penelitian berikutnya menggunakan periode waktu yang lebih lama. 2. Penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen yaitu size, growth, tangibility of assets, profitability,dan risk. November 2012 Sedangkan masih ada faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan. 3. Terbatasnya perusahaan yang dijadikan sampel, di mana penelitian ini hanya difokuskan pada perusahaan real estate and property. Rekomendasi 1. Menambah periode penelitian, yakni tidak hanya dilakukan selama 12 tahun. 2. Agar hasil yang didapat lebih akurat, maka penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan objek penelitian yang lebih luas yang mencakup beberapa sektor yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga dapat diperoleh perbandingan antara hasil dari masing-masing industri besar dalam industri manufaktur, atau dapat pula memperluas objek ke sektor jasa. 3. Menambah variabel penelitian untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal seperti non-debt tax shield, managerial ownership dan liquidity. DAFTAR PUSTAKA Alzomaia, Turki SF. 2014. Capital Structure Determinants Of Publicly Listed Companies In Saudi Arabia. The International Journal of Business and Finance Research, Vol. 8, No. 2: 1-16. Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South-Western: Cengage Learning. Baker, H. Kent, and Grald S. Martin. 2011. Capital Structure and Corporate Finance Decision 10 th Edition. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc. 84 ISSN: 1410 -9875 Steven Yap Brealey, Richard A. and Myers, Stewart C. 2006. Principles of corporate finance (International Edition). New York: Mc. Graw-Hill Companies, Inc. Brigham, Eugene F, Dan Joel F. Houston. 2011. Financial Management: Theory and Practice 13 th Edition. USA: Cengage Learning. Firnanti, Friska. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No. 2, hlm 119-129. Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance 13th Edition. New York: Pierson Prentice Hall. Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Potter. 2009. Basic Economerics 5th Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Hair, Joseph F., and William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education. Hola, Dianae, Sutrisno, dan Prihat Asih. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Horne, James C. Van dan John M Wachowicz, Jr. 2012. Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan Edisi 13. Jakarta : Salemba Empat. Indrajaya, Glenn, Herlina, dan Rini Setiadi. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, No.6. Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.2: 81-96. Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, and David F Scott. 2005. Financial Management 10th Edition. United States of America: Pearson Prentice Hall. Khan, Zeba Shariff. 2010. Determinants of capital structure: case of listed paint manufacturing companies. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Vol. 2 No. 6 Hlm. 253-271. Lin, Shuang dan Xiadong Shu. 2007. Prvivate Enterprises and China’s Economics Development. New York: Routledge. Margaretha, Farah dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12 No.2: 119-130. Martono dan Agus Harjito. 2010. Manajemen Keuangan (Edisi 3). Yogyakarta: Ekonisia. Moyer, Charles R., James R. McGurgan, and William J. Kretlow. 2009. Contempary Financial Management. USA: South-Western Cengage Learning. Paramu, H. (2007). Determinan Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Manajemen Usahawan Indonesia, XXXV, volume 11, hal. 47-54. Prabansari, Yuke dan Kusuma, Hadri. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta. Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen, Edisi Khusus on Finance, Hlm. 115. 85 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investment and Management Portfolios. 11th International Edition. Canada: SouthWestern Cengage Learning. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Cetakan Keempat. Yogyakarta: BPFE. Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, and Bradford D. Jordan., 2008. Corporate Finance Fundamentals 8th Edition. New York: The McGraw Hill Companies, Inc. Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.13 No.1: 39-56. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business a Skill Building Approach Fifth Edition. United Kingdom: John and Wiley Sons, Inc. Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan, Edisi 2. Mitra Wacana Media, Jakarta. Sujoko dan Soebiantoro, U. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi empirik Pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, No. 1,Volume. 9, hal. 41-48. Tambunan, Andy P. 2007. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Umer, Muhammed Usman. 2014. Determinants of Capital Structure: Empirical Evidence From Large Taxpayer Share Companies in Ethiopia. International Journal of Economics and Finance; Vol. 6, No.1. Weygandt, Jerry J., Kimmel, Paul D., dan Kieso, Donald E. 2011. Financial Accounting. IFRS Edition. USA: John Wiley and Sons, Inc. White, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2010. Accounting Principles, 10th edition. New Jersey : John Wiley & Sons Inc. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews. Edisi keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Wimelda, Linda dan Aan Marlinah. Variabel Variabel yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Non Keuangan. Media Bisnis. Winahyuningsih, Panca, Kertati Sumekar, dan Hanar Prasetyo. 2010. Analisis Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. ISSN:1979 -6889 Yuniati, F. Rosana. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2004-2009. 86 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 87-96 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN INDONESIA SUHAJAR WIYOTO dan MARIA MAGDALENA STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to obtain the empirical evidence about the influence of accounting variables toward stock price. The independent variabels used in this research are dividend per share, earnings per share, book value per share, current ratio, net profit margin, debt to equity ratio, and total asset turnover toward stock price. Population in this research are nin financial companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2008-2010. The selection od samples used purposive sampling method and there are 84 companies meet those criteria for sample for samples. This research is analyxed using multiple regression analysis. The result of this research shows that dividend per share, net profit margin, and total asset turnover toward stock price. Earnings per share, book value per share, current ratio, and debt to equity ratio have no influence toward stock price. Keywords: Dividend per Share, Earnings per Share, Book Value per Share, Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Stock Price. PENDAHULUAN dapat meningkatkan pendanaan perusahaan. Pendanaan merupakan bagian yang sangat penting bagi dunia usaha karena berkaitan langsung dengan berbagai pihak seperti kreditur, pemegang saham, dan pihak manajemen (Joni dan Lina 2010). Sumber pendanaan dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Pendanaan yang berasal dari internal berupa laba ditahan dan depresiasi (Joni dan Lina 2010). Sedangkan dua sumber utama dalam pendanaan eksternal adalah investor ekuitas (disebut juga pemilik dan Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini sedang berkembang. Salah satunya adalah surat berharga yang berbentuk saham sangat populer di perdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Semenjak diangkatnya presiden dan wakil presiden yang baru harga saham di Bursa Efek Indonesia menjadi lebih stabil. Sehingga banyak investor beramairamai melakukan investasi di Indonesia untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan yang telah ia investasikan. Untuk itu 87 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 pemegang saham) dan kreditur (pemberi pinjaman). Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa harga saham berpengaruh penting bagi manajemen perusahaan dan investor maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh variabel-variabel akuntansi terhadap harga saham dalam suatu perusahaan. Motivasi peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk melihat apakah hasil penelitian sekarang konsisten dengan penelitianpenelitian terdahulu. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Menike dan Prabath (2014) di Sri Lanka. Adapun variabel independen yang digunakan oleh Menike dan Prabath yaitu: Dividend per Share, Earnings per Share dan Book Value per Share. Variabel-variabel tersebut merupakan acuan dalam hal-hal yang mempengaruhi harga saham. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu karena peneliti menambahkan variabel independen baru yaitu: Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Total Asset Turnover. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Signalling Theory menurut Ilat dan Kalalo (2011), Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan informasi dalam bentuk laporan keuangan kepada pihak eksternal. Informasi yang lengkap dan akurat merupakan sebuah unsur yang penting bagi investor dan para pelaku bisnis karena informasi merupakan gambaran terhadap keadaan 88 November 2012 keuangan perusahaan dan prospek yang akan datang kepada pihak luar. Informasi yang biasa digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan adalah laporan keuangan (financial statement). Menurut Hutami (2012) harga saham adalah harga selembar saham yang berlaku dalam pasar saat ini di bursa efek. Menurut Priatinah dan Kusuma (2012) harga saham merupakan nilai sekarang dari penghasilan yang akan diterima oleh pemodal dan diterima oleh pemodal dimasa yang akan datang. Menurut Hutami (2012) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu harga nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten, harga perdana adalah harga yang tercatat di bursa efek, dan harga pasar adalah harga jual dari satu investor ke investor yang lain. Menurut Priatinah dan Kusuma (2012) harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Dividend per share adalah jumlah dana yang berasal dari kas yang dibagikan selama periode atas nama masing-masing saham yang beredar dari saham biasa (Gitman dan Zutter 2012, 61). Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan dividen (Hutami 2012). Menurut Damayanti (2014), informasi mengenai dividend per share sangat diperlukan oleh pemegang saham untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang didapatkan. Dividend per share dihitung dengan menggunakan skala rasio dividen tunai dibagi jumlah saham biasa yang beredar (Hutami 2012). ISSN: 1410 -9875 Earnings per share sangat diminati oleh manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham karena earnings per share menggambarkan nilai rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Earnings per share bisa digunakan untuk menganalisi profitabilitas suatu saham oleh para analisis surat berharga, misalnya untuk menentukan harga yang wajar untuk suatu saham (Kristiana dan Sriwidodo 2012). Earnings per share dapat dihitung dengan membagi laba bersih setelah bunga dan pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar. Book value per share menunjukan aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Book value per share adalah jumlah per saham yang dihasilkan dari likuidasi perusahaan dengan jumlah yang dilaporkan pada neraca (Subramanyam dan Wild 2010, 189). Book value per share dapat dihitung dengan menggunakan skala rasio atas total ekuitas dibagi jumlah saham biasa yang beredar. Current ratio menunjukan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancarnya. Hal yang paling penting dalam mengukur rasio likuiditas adalah bukan melihat dari besar kecilnya perbedaan aktiva lancar dengan hutang jangka pendek, melainkan melihat perbandingan yang mencerminkan kemampuan mengembalikan hutang (Susilawati 2012). Current ratio dapat dihitung dengan menggunakan skala rasio atasaktiva lancar dibagi hutang lancar. Steven Yap Menurut Gitman dan Zutter (2012, 80), net profit margin mengukur persentase setiap penjualan yang tersisa setelah dipotong semua biaya pengeluaran perusahaan termasuk dividen saham preferen. Bagi para investor apabila perusahaan yang memiliki tingkat net profit margin yang tinggi membuktikan bahwa risiko pada perusahaan adalah rendah. Net profit margin dapat dihitung degan menggunakan skala rasio atas laba bersih dibagi penjualan bersih. Debt to equity ratio merupakan sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari dana pihak luar dan dari pemegang saham. Bagi investor, semakin besar rasio debt to equity ratio akan semakin tidak menguntungkan karena semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi diperusahaan. Debt to equity ratio dapat dihitung dengan menggunakan skala rasio atas total kewajiban dibagi total ekuitas. Menurut Suwahyono dan Oetomo 2006, total asset turnover mengukur seberapa efisien aktivitas aset perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari penjualan dengan menggunakan aset-aset tersebut. Penggunaan aset yang efektif dalam menghasilkan keuntungan dari penjualan akan menghasilkan laba yang tinggi dan memperlihatkan kinerja perusahaan yang baik. Apabila perputaran aset semakin cepat, maka akan semakin baik dan efektif dalam penggunaan aset tersebut dan semakin tinggi rasio ini, maka semakin cepat pengembalian piutang dalam bentuk kas. Total asset turnover 89 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 dapat dihitung dengan menggunakan skala atas rasio penjualan terhadap total aktiva. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini: Dividend Per Share Ha1 berpengaruh terhadap harga saham. Earnings Per Share Ha2 berpengaruh terhadap harga saham. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan bentuk penelitian kausalitas yang merupakan tipe penelitian dengan bentuk masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan mengukur hubungan antara variabel independen (dividend per share, earnings per share, book value per share, current ratio, net profit margin, debt to equity ratio, total asset turnover) terhadap variabel dependen (harga saham) pada perusahaan non keuangan di Bursa Efek Indonesia. Ha3 Ha4 Ha5 Ha6 Ha7 November 2012 Book Value per Share berpengaruh terhadap harga saham. Current Ratio berpengaruh terhadap harga saham. Net Profit Margin berpengaruh terhadap harga saham. Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap harga saham. Total Asset Turnover berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder dimana sampel yang digunakan adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. HASIL PENELITIAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 84 perusahaan berdasarkan kriteria pemilihan sampel berikut ini: Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Jumlah Sampel Perusahaan non keuangan yang secara konsisten terdaftar di 355 Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan 2010 Perusahaan non keuangan yang laporan keuangannya tidak (5) berakhir pada 31 desember Perusahaan non keuangan yang tidak menyajikan laporan (72) keuangan dalam mata uang Rupiah Perusahaan non keuangan yang tidak konsisten menghasilkan (73) laba Perusahaan non keuangan yang tidak konsisten membagikan (121) Kriteria Sampel 90 ISSN: 1410 -9875 Steven Yap dividen Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel Jumlah data yang diolah Data yang dioutlier Jumlah data setelah outlier Sumber: data yang dikumpulkan Uji Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data 84 252 (3) 249 yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum. Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif SP DPS EPS BVS CR NPM DER TATO Sumber: N Mean Std. Deviation 249 0,1220680 0,44668891 249 521,5233045 1797,58867799 249 777,6661566 2269,40131509 249 3089,9179068 6575,34135494 249 2,5214463 1,90924660 249 0,1274634 0,11653094 249 0,9614296 0,86365647 249 1,2271875 0,68879147 Pengolahan data SPSS IBM 21 Model regresi dapat terjadi multikolinearitas apabila memiliki nilai tolerance ≤ 0,1 dan nilai Variance Inflation Factors (VIF) ≥ 10, namun sebaliknya jika model regresi memiliki nilai tolerance > Minimum -0,98233 0,77771 2,08600 94,34408 0,36239 0,00279 0,10824 0,04892 Maximum 1,44262 12500,00000 16515,00000 42250,06843 11,74282 0,93367 5,27781 3,45975 0,1 dan nilai Variance Inflation Factors (VIF) < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 3berikut ini: Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas Keterangan Variabel Tolerance VIF DPS 0,119 8,425 Tidak terjadi multikolinearitas EPS 0,073 13,707 Terjadi multikolinearitas BVS 0,136 7,327 Tidak terjadi multikolinearitas CR 0,711 1,407 Tidak terjadi multikolinearitas NPM 0,575 1,740 Tidak terjadi multikolinearitas DER 0,660 1,514 Tidak terjadi multikolinearitas TATO 0,723 1,383 Tidak terjadi multikolinearitas Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21 Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini apabila nilai sig dari variabel independen < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya jika nilai sig dari variabel independen ≥ 0,05 maka 91 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat November 2012 dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig Keterangan DPS 0,082 Tidak terjadi heteroskedastisitas EPS 0,247 Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi BVS 0,568 heteroskedastisitas CR 0,747 Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi NPM 0,066 heteroskedastisitas DER 0,709 Tidak terjadi heteroskedastisitas Terjadi heteroskedastisitas TATO 0,023 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21 Uji autokorelasi dalam penelitian menggunakan uji Bruech-Godfrey. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5 Hasil uji Autokorelasi Keterangan Tidak Autokorelasi Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21 Model Res_3 Sig 0,193 Hasil uji autokorelasi tabel 5 menunjukkan bahwa sig res_3 adalah 0,193, dimana nilai 0,193 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi autokorelasi yang berarti model regresi baik digunakan dalam penelitian. Uji analisis korelasi menunjukkan kuat lemahnya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Tabel 6 Hasil Uji Analisis Korelasi R Model 1 0,320 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21 92 terjadi ISSN: 1410 -9875 Steven Yap Nilai R sebesar 0,320 berada debt to equity ratio, dan total dibawah 0,5 sehingga secara asset turnover adalah lemah dan statistik hubungan antara variabel arah hubungan tersebut adalah dependen yaitu stock price dengan positif. Hasil uji koefisien variabel independen lainnya yaitu determinasi (Adjusted R-square) dividend per share, earnings per dapat dilihat pada tabel 7 berikut share, book value per share, ini: current ratio, net profit margin, Tabel 7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-square) Adjusted R-Square Model 1 0,076 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21 Nilai adjusted R-square dan total asset turnover adalah adalah sebesar 0,076 yang artinya sebesar 7,6%. Sedangkan sisanya secara statistik besarnya variabel 92,4% dijelaskan oleh variabel lain dependen yaitu stock price yang yang tidak dimasukkan ke dalam dapat dijelaskan oleh variabel model regresi. Uji F digunakan independen yaitu dividend per untuk melihat apakah model regresi share, earnings per share, book dalam penelitian fit atau tidak fit. value per share, current ratio, net Dapat dilihat pada tabel 8berikut profit margin, debt to equity ratio, ini: Tabel 8 Hasil Uji Model Fit (Uji F) Sig Model F 1 3,919 0,000 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21 Uji koefisien (uji t) digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam penelitian memiliki pengaruh secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini: Tabel 9 Hasil Uji Koefisien (Uji t) Keterangan Variabel B Sig (constant) -0,236 0,035 DPS 0,000 0,010 Ha diterima EPS 8,511E-005 0,057 Ha tidak diterima BVS 3,885E-006 0,730 Ha tidak diterima CR -0,011 0,518 Ha tidak diterima NPM 0,927 0,003 Ha diterima DER 0,028 0,464 Ha tidak diterima TATO 0,181 0,000 Ha diterima Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 21 93 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel dividend per share, net profit margin dan total asset turnover berpengaruh terhadap harga saham. dividend per share memiliki nilai sig sebesar 0,010 yakni kurang dari 0,05, sehingga Ha diterima dan berpengaruh secara positif terhadap harga saham. Net profit margin memiliki nilai sig sebesar 0,003 yakni kurang dari 0,05, sehingga Ha diterima dan berpengaruh secara positif terhadap harga saham. Total asset turnover memiliki nilai sig 0,000, dimana nilai tersebut kurang dari 0,05, sehingga Ha diterima serta memiliki pengaruh secara positif terhadap harga saham. Earnings per share memiliki nilai sig 0,057 yang berarti Ha tidak diterima, sehingga tidak terdapat pengaruh earnings per share terhadap harga saham. Book value per share memiliki nilai sig 0,730 yang berarti Ha tidak diterima sehingga tidak terdapat pengaruh book value per share terhadap harga saham. Current ratio memiliki nilai sig 0,518 yang berarti Ha tidak diterima sehingga tidak terdapat pengaruh current ratio terhadap harga saham. Debt to equity ratio memiliki nilai sig 0,464 yang berarti Ha tidak diterima sehingga tidak terdapat pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham. 94 November 2012 PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa per share, net profit margin dan total asset turnover berpengaruh terhadap harga saham. sedangkan variabel lainnya seperti earnings per share, book value per share, current ratio, debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Keterbatasan dalam penelitian ini yakni periode penelitian yang digunakan cukup singkat yaitu selama 3 tahun. Model regresi dalam penelitian ini masih terjadi multikolinearitas dan terjadi heteroskedastisitas sehingga masih belum memenuhi syarat model regresi yang baik digunakan dalam penelitian. Penelitian ini hanya terdapat 3 variabel independen yang berpengaruh terhadap harga saham. berdasarkan keterbatasan penelitian, maka rekomendasi untuk penelitian di masa akan datang adalah data yang terjadi multikolinearitas dan terjadi heteroskedastisitas dapat di atasi dengan menambah jangka waktu penelitian seperti 4 atau 5 tahun agar model regresi penelitian ini dapat memenuhi syarat model regresi yang baik digunakan dalam penelitian. Menambahkan variabel independen lain yang diharapkan berpengaruh terhadap harga saham seperti return on equity, interest coverage ratio, firm size, dan cash flow operating, dan sebagainya. ISSN: 1410 -9875 Steven Yap REFERENSI Ginting, Suriani. 2012. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Arus Kas dan Profitabilitas terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, Vol. 2, No. 1, April, hlm 39-48. Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance 13th Edition. New York : Pierson Prentice Hall. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010. Accounting Theory 7th Edition. New York : Wiley International Edition. Hermawan, Dedi Aji. 2012. Pengaruh Debt to Equity, Earning per Share dan Net Profit Margin terhadap Return Saham. Management Analysis Journal, Vol. 1, No. 5, hlm 1-7. Hermi, dan Ary Kurniawan. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, Vol. 6, No. 2, Juli, hlm 83-95. Husaini, Achmad. 2012. Pengaruh Variabel Return on Assets, Return on Equity, Net Profit Margin dan Earning per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan. Jurnal Profit, Vol. 6, No. 1, Juni, hlm 45-49. Hutami, Rescyana Putri. 2012. Pengaruh Dividend Per Share, Return on Equity dan Net Profit Margin terhadap Harga Saham Perusahaan Industri Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 1, hlm 104-123. Ilat, Ventje dan Meily Kalalo. 2011. Analisis Pengaruh Tingkat Pengembalian Ekuitas terhadap Harga Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia (Studi pada Saham Perusahaan LQ-45 Periode 2004 s/d 2008). Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing, Vol. 2, No. 2, Desember, hlm 51-67. Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2, Agustus, hlm 81-96. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting. IFRS Edition Vol. 1. USA : Wiley International Edition. Kristiana, Vera Anis dan Untung Sriwidodo. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Investor Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 12, No. 1, April, hlm 1-11. Menike, M. G. P. D. dan U. S. Prabath. 2014. The Impact of Accounting on Stock Price: Evidence from the Colombo Stock Exchange, Sri Lanka. International Journal of Business and Management, Vol. 9, No. 5, hlm 125-137. Meythi, Tan Kwang En, dan Linda Rusli. 2011. Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Manajemen dan Ekonomi, Vol. 10, No. 2, Mei, hlm 2671-2684. Morasa, Jenny dan Lidia Mawikere. 2011. Analsis Pengaruh Laba per Saham terhadap Harga Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia (Studi Pada 95 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Perusahaan LQ-45 periode 2004 s/d 2008). Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing, Vol. 2, No. 2, Desember, hlm 68-85. Octavia, Evi. 2010. Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Sektor Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia 2003-2007. Jurnal Akuntansi, Vol. 10, No. 2, Mei, hlm 181-212. Pandansari, Fillya A.. 2012. Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga Saham. Accounting Analysis Journal, Vol. 1, No. 1, Agustus, hlm 2734. Priatinah, Denies dan Prabandaru Adhe Kusuma. 2012. Pengaruh Return on Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) dan Dividen Per Share (DPS) terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2010. Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 1, hlm 50-64. Sondakh, Jullie J. Dan Steven Tangkuman. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Earning Per Share pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing, Vol. 2, No. 2, Desember, hlm 86-99. Stella. 2009. Pengaruh Price to Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Price to Book Value terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 2, Agustus, hlm 97-106. Subramanyam, K.R., dan John J. Wild. 2010. Financial Statement Analysis 10th Edition. New York : McGraw Hill. Susilawati, Christine D. K.. 2012. Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ 45. Jurnal akuntansi, Vol. 4, No. 2, November, hlm 1-10. Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 1, Mei, hlm 17-37. Suwahyono, Rajio dan Hening Widi Oetomo. 2006. Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Fundamental Keuangan Perusahaan terhadap Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Ekuitas, Vol. 10, No. 3, September, hlm 307-334. Tarore, Winston dan Winston Pontoh. 2010. Analisis Pengaruh Dividend per Share dan Earning per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern, Vol. 5, No. 2, Juni, hlm 1-14. Wijaya, David. 2008. Pengaruh Rasio Modal Saham Terhadap Return Saham Perusahaan-Perusahaan Telekomunikasi Go Public di Indonesia periode 2007. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 10, No. 2, September, hlm 136-152. 96 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 97-110 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RELEVANSI NILAI LAPORAN KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADAPERUSAHAAN MANUFAKTUR SYAHRIAN Trisakti School of Management [email protected] Abstract: The purposed of this research are to test and analyze empirically the influence offactors of value relevance of financial reports toward stock price. This study was also to compare the result of previous research with this research. Sample used in this research is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange for period 2006-2012. The purposive sampling is used as sampling technique to obtain 12 companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data regression with fixed effect model to test hypotheses. The result of this research shows that earnings per share influence stock price, while ratio of inventories to sales, debt ratio, ratio net working capital to total assets, return on total assets, net profit margin, and total asset turnover do not influence stock price. In addition, overall the independent variable influence stock price simultaneously. Keywords: Value Relevance, EPS, Ratio of Inventory to Sales, Debt Ratio, Ratio of Net Working Capital to Total Asset, Total Asset Turnover, NPM, ROA, and Stock Price. PENDAHULUAN kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualnelikan sekuritas. Dengan istilah, nilai relevansi “value relevance”, berarti bahwa bagaimana suatu laporan keuangan dapat meringkas infomasi penting yang mempengaruhi investor dalam menilai kinerja perusahaan tersebut. Masalah nilai relevansi dalam laporan keuangan menjadi perhatian antara pihak manajer dan pihak investor dalam kinerja perusahaan tesebut, hal ini menyebabkan sering terjadi indikasi Pasar modal merupakan media untuk berinvestasi dan sebagai perantara untuk menyalurkan dana pihak yang memiliki dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Oleh karena itu, beragam informasi yang berkaitan dengan pasar modal yang dibutuhkan oleh pihak para investor dalam pengambilan keputusan investasi. Menurut Tandeilin (2001, 13), pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki 97 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 dalam manipulasi data laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer dalam perusahaan tersebut. Dengan adanya data manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer, membuat pihak investor kebingungan apakah data laporan keuangan tersebut adalah asli atau palsu laporan keuangan di perusahaannya. Perusahaan manufaktur adalah suatu jenis perusahaan yang dalam kegiatannya berusaha mengelola bahan baku hingga menjadi barang jadi.Perusahaan manufaktur menyerap tenaga kerja relatif banyak dibandingkan dengan jenis perusahaan jasa dan perusahaan dagang umumnya. Perusahaan manufaktur merupakan jumlah emiten yang terbesar dibanding jumlah emiten lainyang terdapatdi Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam sektor manufaktur banyak terdapat perusahaan yang kiprahnya terus berkembang. Tidak bisa dipungkiri sektor ini telah melahirkan perusahaan unggulan yang produknya menjadi konsumsi sebagian masyarakat Indonesia. Sebagian besar investor Indonesiapun ikut terlibat di dalam perusahaan manufaktur. Kinerja perusahaan yang baik dapat dilihat dari tingkat kinerja nilai sekuritas yang dimiliki yaitu kinerja saham seperti harga saham (stock price). Dengan harga saham, perusahaan akan mendapatkan dana eksternal dari investor untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan pembelian aset secara efisien dan efektif dalam operasional perusahaan tersebut. Harga Saham (stock price) adalah harga penutupan pada hari publikasi laporan keuangan 98 November 2012 tercepat di bursa atau surat kabar. Harga saham diukur dengan harga pasar per saham. Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu, sedangkan dalam analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktorfaktor fundamental yang mempengaruhinya, seperti laba dan dividen. Untuk mengetahui tingkat relevansi nilai laporan keuangan terhadap harga saham dalam mengetahui sebagai indikator terjadinya manipulasi data laporan keuangan, dapat mengetahui dengan rasio-rasio keuangan dalam laporan keuangan. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah earninng per share (EPS), ratio of inventories to sales (INV/SALES), ratio of total liabilities to total assets (TL/TA), ratio of net working capital to assets (NWC/TA), ratio of net income to assets (NI/TA), ratio of net income to sales (NI/SALES), dan ratio of sales to assets (SALES/TA) terhadap harga saham (Stock Price). II. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Relevansi Menurut Margani (2004, 738), relevansi nilai adalah kemampuan menjelaskan informasi akuntansi terhadap harga saham atau return saham. Relevansi nilai merupakan pelaporan angka-angka akuntansi (misal informasi laba) yang memiliki suatu model prediksi berkaitan dengan nilai-nilai pasar ISSN: 1410 -9875 sekuritas. Konsep relevansi nilai ini tidak lepas dari kriteria relevan, jika jumlah yang disajikan dapat merefleksikan informasi-informasi yang relevan dengan penilaian suatu perusahaan. Laporan keuangan Menurut Harahap (2011, 1), laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Jika informasi laporan keuangan disajikan dengan benar, maka informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut. Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006, 6), saham (stock) didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan dana yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Stock Price Menurut Domonic (2008, 19), harga saham adalah pembagian antara modal perusahaan dan jumlah saham yang diterbitkan. Harga saham hasil pembagian modal perusahaan dan jumlah saham adalah harga nominal. Pada saat perusaahan menerbitkan saham, perusahaan tidak harus menjual sesuai dengan harga nominal. Penentuan harga suatu Syahrian saham tergantung jumlah permintaan dan penawaran di pasar modal. Analisis Rasio Keuangan Menurut Djarwanto (2004, 143), rasio laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur satu dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Rasio Aktivitas (Activity Ratios) Menurut Harahap (2011, 308), rasio aktivitas adalah rasio yang mengambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio Profitabilitas (ProfitabilityRatios) Menurut Harahap (2011, 304), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio Solvabilitas Menurut Harahap (2011, 303), rasio solvabilitas menggambrakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio Likuiditas Menurut Harahap (2011, 301), Rasio likuiditas mengambarkan kemampuan perusahaaan untuk menyelesaikan 99 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 kewajiban jangka pendeknya rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja (working capital). Teori Pasar Modal Efisien Menurut Harjito (2012, 17), istilah pasar modal efisien mulai diketahui sejak tahun 1970 yang diperkenalkan oleh Eugene Fama yang lebih dikenal dengan konsep perubahan random (random walk) atau hipotesis perubahan random (random walk hypothesis). Pengertian perubahan random yaitu perubahan (misal harga saham) akan berubah-ubah secara random yang berarti perubahan harga saham yang terjadi saat ini tidak tergantung perubahan harga saham sebelumnya. Bentuk-Bentuk Efisiensi Pasar Modal Menurut Fama (1970) bentuk-bentuk efisiensi pasar modal, yaitu : 1. Efisiensi Pasar Modal Bentuk lemah (weak-form efficiency), menunjukkan bahwa pergerakan harga saham waktu yang akan datang untuk jangka pendek terjadi secara random, yaitu bebas dari informasi pergerakan saham di masa lalu. Sehingga pergerakan saham masa lalu tidak di pengaruhi oleh pergerakan saham datang yang menyebabkan tidak dapat memprediksikan harga saham di masa datang. Investor akan mendapatkan return yang sama denga investor lainnya.. 2. Efisiensi Pasar Modal Bentuk setengah kuat (semi strong-form efficiency), menunjukkan bahwa harga saham saat ini tidak menyerap informasi harga masa 100 November 2012 lalu tetapi dapat mencerminkan informasi yang dipublikasikan secara umum tentang keadaan saham tersebut. Sehingga perubahan harga saham hanya akan terjadi apabila terdapat informasi baru yang tidak dapat diprediksikan sebelumnya. Investor akan memperoleh return abnormal yang dimana return yang diharapkan lenih besar dari return pasar bahakan sebaliknya. 3. Efisiensi Pasar Modal Bentuk kuat (strong-form efficiency), menunjukkan bahwa semua informasi yang relevan baik informasi yang telah dipublikasikan maupun informasi internal dari perusahaan yang belum dipublikasikan (insider information) telah diserap di dalam harga saham tersebut. Investor yang mencari insider information, maka usaha Investor untuk memperoleh return yang lebih besar dari return pasar adalah sia sia. Signalling Theory Menurut Thiono (2006, 4), Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Menurut Gitman (2009, 571), asymmetric information adalah perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan ISSN: 1410 -9875 harga yang perusahaan. Syahrian rendah untuk Earnings Per Share terhadap stock price. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006, 195), earnings per share adalah rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS, maka semakin besar laba dan dividen dalam kinerja di suatu perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widyatmini (2008), Rachman (2011), Windarini (2012), dan Amalia (2008) bahwa EPS mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Sasono (2012) bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha1 : EPS berpengaruh terhadap harga saham. Ratio of Inventories to Sales terhadap stock price. Menurut Mohanty (2010), ratio of inventories to sales adalah rasio yang mengindikasikan seberapa perputararan waktu dalam persediaan selama periode dari hasil penjualan. Rasio ini mengukur tingkat efisiensi pengggunaan persediaan suatu perusahaan untuk melakukan penjualan yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dimitropoulus and Asteriou (2009), menunjukkan bahwa ratio of inventories to sales tidak memiliki pengaruh terhadap stock price. Ha2 : Ratio of inventories to sales berpengaruh terhadap harga saham. Debt Ratio terhadap stock price. Menurut Soemarso (2005, 390), debt ratio adalah mengukur persentase dana yang disediakan kreditur. Semakin rendah rasio ini, maka semakin besar kerugian yang ditimbulkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2008), Alam (2007), Raharjo (2009), Oetomo (2005), dan Widyatmini (2008) bahwa debt ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha3 : Debt ratio berpengaruh terhadap harga saham. Ratio of Net Working Capital to Total Assets terhadap stock price. Menurut penelitian Salim (2009), rasio tersebut merupakan rasio yang gunakan untuk melihat posisi likuiditas perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia di dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. Berdasarkan penenelitian yang dilakukan oleh Respatia (2004) dan menunjukkan bahwa net working capital to total assets memiliki pengaruh positif terhadap stock price. Sementara penelitian lain yang dilakukan oleh Salim (2009) bahwa ratio of net working capital to total assets tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha4 : Net working capital to total assets berpengaruh terhadap harga saham. 101 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Return on Total Assets (ROA) terhadap stock price. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006, 200), return on total assets adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas asset yang dimilikinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rachman (2011), Rinati (2009), Raharjo (2009), dan Abadi (2010) bahwa ROA mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2008), Stella (2009), Windarini (2012), dan Widyatmini (2008) bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha5 : Return on total assets berpengaruh terhadap harga saham. Net Profit Margin (NPM) terhadap stock price. Menurut Harahap (2011, 304), net profit margin adalah seberapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio, semakin baik kinerja perusahaan dalam mendapatkan laba yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widyatmini (2008), Alam (2007), dan bahwa, net Profit III. METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah 12 perusahaan manufaktur yang konsisten mengeluarkan cash dividend di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2006-2012. Penelitian sampel dilakukan 102 November 2012 margin berpengaruh positif terhadap harga saham. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Rachman (2011), Rinati (2009), Abadi (2010), Oetomo (2005), dan Sasono (2012) bahwa net profit margin tidak berpengaruh terhadap harga saham. Net Profit margin Ha6 : berpengaruh terhadap harga saham. Total Assets Turnover terhadap stock price. Menurut Harahap (2011, 309), total assets turnover adalah rasio yang menunjukkan perputaran total aktiva yang diukur dari penjualan atau seberapa besar kemampuan semua aset perusahaan menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio, maka semakin baik kinerja perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oetomo (2005) bahwa total assets turn over memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Widyatmini (2008), Alam (2007), Windarini (2012), Rachman (2011), dan Salim (2009) bahwa total assets turn over tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha7 : Total assets turn over berpengaruh terhadap harga saham menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentu sampel dengan pertimbangan tertentu. Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen Stock Prices Menurut Jogiyanto (2008, 143) harga saham adalah harga ISSN: 1410 -9875 Syahrian yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Variabel Independen Earnings Per share (EPS) Menurut Harahap (2011, 305), earnings per share adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba Dimana , Earnings per share (EPS) yaitu : Ratio of Inventories to Sales Menurut Mohanty (2010), ratio of inventories to sales adalah rasio yang mengindikasikan seberapa perputararan waktu dalam persediaan selama periode dari hasil penjualan, dimana: Ratio of Total Liabilities to Total Assets / Debt Ratio Menurut Gitman (2009, 64), debt ratio adalah menghitung proporsi dari total asset keuangan oleh perusahaan kreditor. Besarnya rasio, maka besarnya perusahaan melakukan kewajibannya kepada kreditor dari hasil laba perusahaan. Debt ratio, dimana : Ratio of Net Working Capital to Total Assets Menurut penelitian Salim (2009), rasio tersebut merupakan rasio yang gunakan untuk melihat posisi likuiditas perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia di dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan, dimana: Ratio of Net Income to Total Assets/Return on Total Assets Menurut Harahap (2011, 304), return on total assets adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Besarnya ROA, maka semakin bagus kinerja perusahaan. Dimana: Ratio of Net Income to Sales /Net Profit Margin Menurut Soemarso (2005, 397), net profit margin adalah mengukur berapa laba yang diperoleh untuk setiap penjualan yang dihasilkan. Besarnya rasio, maka semakin baik kinerja perusahaan. Dimana: 103 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Ratio of Sales to Total Assets atau Total Asset Turn Over Menurut Gitman (2009, 62), Total Assets Turnover adalah rasio yang menunjukkan perputaran efisiensi total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua November 2012 aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena penggunaan aktiva yang efektif dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : IV. HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 4.1 Hasil Analisis Korelasi Variabel Independen terhadap Variabel Dependen STOCK PRICE Variabel EPS INV/SALES TL/TA NWC/TA NI/TA NI/SALES SALES/TA 0,55924 0,569462 0,551066 R 0,930787 0,555165 0,553709 0,550828 2 0,48474 R-squared 0,919089 0,479982 0,478279 0,474912 0,496695 0,475190 8 Sangat Kuat – KuatKuat – Kuat Kuat Kuat Hubungan kuat – Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Tabel 4.2 Uji t-Statistik Hipotesis ke-1 t-Statistic Variabel Coefficient C -212,5552 -0,621651 EPS 17,71449 19,79306 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa nilai t-statistik variabel EPS sebesar = 1,96 dan p-value 19,79306 > sebesar 0.0000 < = 0.05 berada di daerah H0 ditolak. Dengan Prob. 0,5362 0,0000 7.2 demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan EPS mempunyai pengaruh positif terhadap stock price. Tabel 4.3 Uji t-Statistik Hipotesis ke-2 Prob. Variabel Coefficient t-Statistic C 8.740,387 2,436469 0,0173 INV/SALES -26.981,33 -1,001280 0,3201 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2 104 ISSN: 1410 -9875 Syahrian Berdasarkan Tabel 4.3 bahwa nilai t-statistik variabel INV/SALES = -1,96 sebesar -1,001280 < dan p-value sebesar 0,3201 > = 0.05 berada di daerah H0 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan INV/SALES tidak mempunyai pengaruh terhadap stock price. Tabel 4.4 Uji t-Statistik Hipotesis ke-3 Prob. Variabel Coefficient t-Statistic C 2.931,535 1,115977 0,2682 TL/TA 6.260,754 0,876104 0,3839 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2 Berdasarkan Tabel 4.4 bahwa nilai t-statistik variabel TL/TA = 1,96 sebesar 0,876104 < dan p-value sebesar 0,3839 > = 0.05 berada di daerah H0 tidak ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 tidak ditolak dan TL/TA tidak mempunyai pengaruh terhadap stock price. Tabel 4.5 Uji t-Statistik Hipotesis ke-4 Prob. Variabel Coefficient t-Statistic C 4.090,959 2,000244 0,0493 NWC/TA 3.514,788 0,554389 0,5811 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2 Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa nilai t-statistik variabel NWC/TA = 1,96 sebesar 0,554389 < dan p-value sebesar 0,5811 > = 0.05 berada di daerah H0 tidak ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 tidak ditolak dan NWC/TA tidak mempunyai pengaruh terhadap stock price. Tabel 4.6 Uji t-Statistik Hipotesis ke-5 Prob. Variabel Coefficient t-Statistic C 2.348,842 1,040352 0,3017 NI/TA 21.663,13 1,291747 0,2006 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2 Berdasarkan Tabel 4.6 bahwa nilai t-statistik variabel NI/TA = 1,96 sebesar 1,291747 < dan p-value sebesar 0,2006 > = 0.05 berada di daerah H0 tidak ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 tidak ditolak dan NI/TA tidak mempunyai pengaruh terhadap stock price. 105 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Tabel 4.7 Uji t-Statistik Hipotesis ke-6 Prob. Variabel Coefficient t-Statistic C 1.811,510 0,951905 0,3444 NI/SALES 33.712,37 1,842135 0,0696 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2 Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa nilai t-statistik variabel NI/SALES = 1,96 sebesar 1,842135 < dan p-value sebesar 0,0696 > = 0.05 berada di daerah H0 tidak ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 tidak ditolak dan NI/SALES tidak mempunyai pengaruh terhadap stock price. Tabel 4.8 Uji t-Statistik Hipotesis ke-7 Prob. Variabel Coefficient t-Statistic C 8.512,300 1,497299 0,1387 SALES/TA -2.465,127 -0,587461 0,5588 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2 Berdasarkan Tabel 4.8 bahwa nilai t-statistik variabel SALES/TA = 1,96 sebesar -0,587461 < dan p-value sebesar 0,5588 > = 0.05 berada di daerah H0 tidak ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 tidak ditolak dan SALES/TA tidak mempunyai pengaruh terhadap stock price. Tabel 4.9 Hasil Analisis Korelasi Hipotesis ke-8 0.9745 R R-squared 0,949663 Adjusted R-squares 0,935724 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2 Pada Tabel 4.9 menunjukkan koefisien korelasi (R) sebesar 0.9745 yang artinya hubungan antara EPS, INV/SALES, TL/TA, NWC/TA, NI/TA, NI/SALES, dan SALES/TA terhadap stock price adalah positif dan sangat kuat karena nilainya berada di antara 0,75-0.99. Sementara itu, nilai 106 Adjusted R-squares sebesar 0,935724 mempunyai arti bahwa 93,57% variasi variable stock price dapat dijelaskan oleh variabel EPS, INV/SALES, TL/TA, NWC/TA, NI/TA, NI/SALES, dan SALES/TA, sisanya sebesar 6,43% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi. ISSN: 1410 -9875 Syahrian Tabel 4.9 Hasil Uji F-Statistik HIpotesis ke-8 Effect Specifications F-statistic 68,12761 Prob. (F-Statistic) 0,000000 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.2 Berdasarkan tabel 4.9 dapat diperoleh nilai F-Statistik sebesar = 2,17 dengan p68,12761 > value 0.000000 < = 0,05 berada di daerah H0 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ditolak, sehingga EPS, H0 INV/SALES, TL/TA, NWC/TA, NI/TA, NI/SALES, dan SALES/TA secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap stock price. V. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan peneliti menyimpulkan hasil penelitian bahwa EPS mempunyai pengaruh positif terhadap terhadap stock price. Sementara ratio of inventories to sales, ratio of total liabilities to to total assets, ratio of net working capital to total assets, ratio of net income to total assets, ratio of net income to sales, dan ratio of sales to total assets tidak mempunyai pengaruh terhadap terhadap stock price. Hasil pengujian secara simultan earnings per share (EPS), ratio of inventories to sales (INV/SALES), ratio of total liabilities to total assets (TL/TA), ratio of net working capital to assets (NWC/TA), ratio of net income to assets (NI/TA), ratio of net income to sales (NI/SALES), dan ratio of sales to assets (SALES/TA) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap terhadap stock price. Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah variabel independen yang digunakan hanya terbatas pada 7 variabel, penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dan penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan yang konsisten mengeluarkan Cash Dividend pada periode 2006-2012. Rekomendasi Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka saran bagi peneliti selanjutnya adalah menambah variabel independen lainnya yang dianggap memiliki pegaruh terhadap stock price pada perusahaan manufaktur seperti tingkat bunga, jumlah peredaran uang, nilai tukar, dan inflasi. Kemudian, menggunakan perusahaan manufaktur yang tertutup sehingga hasil peneliti dapat lebih digeneralisasi pada seluruh sektor non-keuangan di Indonesia. 107 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 DAFTAR REFERENSI Abadi, H. R. D. 2011. Analyze The Impact Of Financial Variables On Stock Prices Of Tehran Stock Exchange Companies. Journal of Contemporary Research In Business. VOL 3, NO 11. Alam, Dipo. S, 2004. Pengaruh Rasio Keuagan Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen. Amalia, Henny. S. 2008. Pengaruh EPS, ROA, dan DER terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia. Darmadji, Tjiptono., Hendi M.Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat. Dimitropoulus, P.E., Asteriou, Dimitrios. 2007. The Value Relevance of Financial Statement and Their Impact on Stock Price. Managerial Auditing Journal.Vol. 24. No. 3. pp 248-265. Dominic, H. T. 2008. Berinvestasi di Bursa Saham. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo. Djarwanto. 2004. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE. Fama, E.F., 1976. Foundation of Finance. Basic Books. New York. Gitman, L.J. 2009. Principles of Managerial Finance. San Diego: San Diego State University. Harahap, Sofyan, Syafri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harjito, D. Agus. 2012. Dasar-Dasar Teori Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia. Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Margani, Pinasti. 2004. Faktor-faktor Yang Menjelaskan Variasi Relevansi – Nilai Informasi Akuntansi: Pengujian Hipotesis Informasi Alternatif. Simposium Nasional akuntansi VII. 2- 3 Desember 2004: 738 - 753. Mohanty, R.K. 2010. Rasio Analysis. Faculty Member, Sir Spbt College. Central Bank Of India, Mumbai. Oetomo, Heninng. W. 2005. Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Fundamental Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta. Stiesia Surabaya Raharjo, Sugeng. 2009. Analisis Pengaruh Variabel Ekonom Makro Dan Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Surakarta. STIE “AUB” Surakarta. Rinati, Ina. 2009. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Yang Tercantum Dalam Indeks Lq45. Universitas Gunadarma. Respatia, Wimba. 2004. Pengaruh Analisis Return On Equity, Economic Value Added, Net Working Capital Ratio Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Salim, Muh. 2009. Kemampuan Prediksi Rasio Keuangan terhadap harga Saham. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Sasono, Hadi. 2012. Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan. Universitas Gunadarma. 108 ISSN: 1410 -9875 Syahrian Soemarso S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. Spathis, Ch. 2002. Detecting False Financial Statements Using Published Data: Some Evidence From Greece. Managerial Auditing Journal. Vol. 17 No. 4. pp. 179-91. Stella. 2009. Pengaruh PER, DER, ROA, dan Price to Book Value. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11. No.2. Halaman 97-106. Subramanyam, K.R., dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Tandeilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Thiono, Handri. 2006. Perbandingan Keakuratan Model Arus Kas Metoda Langsung Dan Tidak Langsung Dalam Memprediksi Arus Kas Dan Deviden Masa Depan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Widyatmini. 2008. Pengaruh Economic Value Added (eva) dan Analisis Fundamental Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi. Universitas Gunadarma. Windarini, N. L. P. 2012. Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Go Public Di Pt. Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen. 109 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 110 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 111-122 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NONKEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA WENNY dan ELIZABETH LINANDI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the factors which influence capital structure. Independent variables used in this research are profitability, liquidity, firm size, business risk, growth opportunity, managerial ownership, assets structure, and times interest earned to firm capital structure. The population used in this study are nonfinancial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that chooses for the period of 2008 to 2010 as the sample. Sample selection procedure carried out by implementing purposive sampling method. Data are analyzed using multiple regression analysis. The result of data analysis shows that profitability, assets structure, and time interest earned have influence toward firm capital structure. Whereas the other variable such as liquidity, firm size, business risk, growth opportunity, managerial ownership, have no influence toward firm capital structure. Keywords: Capital Structure, Profitability, Liquidity, Firm Size, Business Risk, Growth Opportunity, Managerial Ownership, Assets Structure, And Time Interest Earned. PENDAHULUAN internal dan pihak eksternal. Manajer yang lebih memilih sumber dana yang berasal dari pihak internal akan akan menimbukaln oppourtunity cost, sedangkan manajer yang lebih memilh sumber dana eksternal akan menimbulkan biaya bunga yang di bebankan kreditur atas pinjamannya. Perusahaan yang tidak mampu mengambil keputusan secara cermat dalam mengambil keputusan akan mengalami risiko keuangan yang meliputi kemungkinan ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya dan kemungkinan Pada eraglobalisasi masalah pendanaan merupakan hal penting bagi perusahaan. Perusahaan akan membutuhkan modal yang cukup besar dalam mendanai kegiatan perusahaan dan juga untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih besar. Oleh karena itu perusahaan harus mampu mengambil keputusan dalam menentukan sumber dana perusahaan untuk kegiatan bisnisnya. Sumber dana di bagi menjadi dua, yaitu sumber dana dari pihak 111 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 ketidakmampuan tercapainya tingkat laba yang di targetkan perusahaan (Daulay 2009). Manajer yang tidak mampu mengambil keputusan secara cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang bisa berakibat pada penurunan nilai perusahaan. Keputusan struktur modal merupakan kondisi sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, karena baik buruknya perusahaan akan mempengaruhi profitabilitas. Struktur modal merupakan kondisi dari perimbangan antara hutang dan ekuitas. Dimana perusahaan mengaharapkan struktur modal yang optimal. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Asymmetric Information Theory Asymmetric Information Theory merupakan pandangan dimana pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai risiko dan prospek ke depan karena pihak tertentu memiliki informasi yang lebih dari pihak lainnya. Dengan adanya Asymmetric Information Theory membuat manajer perusahaan lebih leluasa bertindak di dalam menentukan strategi struktur modal karena lebih menguasai informasi yang terjadi didalam perusahaan (Seftianne dan Handayani 2011). Teori Keagenan Agency Theory merupakan penjelasan adanya pertentangan posisi antara manajemen dengan pemegang saham. Para pemegang saham berharap agar agen akan bertindak atas kepentingan mereka 112 November 2012 sehingga perusahaan dapat meningkatkan nilainya, sekaligus memberikan keuntungan bagi pemegang saham (Horne 1995 dalam Nurrohim 2008). Masalah keagenan akan menimbulkan biaya keagenan. Pada umumnya biaya keagenan akan menurunkan tingkat kesejahteraan yang dialami para pemegang saham karena adanya perbedaan biaya pokok dan bunga. Oleh karena itu Jensen dan Meckling membagi biaya agensi menjadi; 1. Konflik pemegang saham dan dewan direksi; 2. Konflik antara pemegang obligasi dan dewan direksi dan pemilik perusahaan; 3. Konflik antara produsen dan konsumen (Godfrey et al 2010). Profitabilitas dan Struktur Modal Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan pada tingkat penjualan, aktiva dan modal. Perusahaan yang menghasilkan laba atau keuntungan yang baik, maka perusahaan akan mengungkapkan informasi keuangannya yang lebih rinci (Seftianne dan Handayani 2011). Dengan kondisi keuangan yang cukup baik maka perusahaan akan lebih mudah untuk memperoleh investor dalam melalukan investasi. Ha1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Tingkat Likuiditas dan Struktur Modal Tingkat likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau hutang yang harus segera dibayarkan dengan harta lancarnya (Seftianne dan Handayani 2011). Ketersediaan kas dan aktiva lancar selain ISSN: 1410 -9875 persediaan mampu untuk menutupi hutang jangka pendek perusahaan yang mendominasi struktur hutang secara keseluruhan dalam struktur modal perusahaan. Tingkat likuiditas Ha2 : berpengaruh terhadap struktur modal. Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal Ukuran perusahaan (size) merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu. Perusahaan besar dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal, yang berarti perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana (Tomasila 2009). Ukuran perusahaan Ha3 : berpengaruh terhadap struktur modal. Risiko Bisnis dan Struktur Modal Risiko bisnis merupakan ketidakpastian perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasional perusahaannya. Menurut Gitman (2009) dalam Seftianne dan Handayani (2011), risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Dengan kondisi seperti ini kreditur dapat mengandalkan aktiva tetap perusahaan sebagai jaminan dari pendanaan atau pinjaman yang di berikan, sehingga tingkat risiko bisnis perusahaan tidak menunjukan secara pasti sumber pendanaan yang akan dipilih oleh perusahaan. Ha4 : Risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Wenny dan Elizabeth Linandi Growth Oppourtunity dan Struktur Modal Growth oppourtunity adalah kemampuan perusahaan dalam mengembangkan dirinya dalam pasar (Seftianne dan Handayani 2011). Perusahaan yang memiliki growth oppourtunity yang tinggi akan menghadapi kesenjangan informasi yang tinggi antara manajer dan investor luar tentang kualitas proyek investasi perusahaan. Growth oppourtunity Ha5 : berpengaruh terhadap strukltur modal. Kepemilikan Manajerial dan Struktur Modal Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Seftianne dan Handayani (2011). Dengan adanya kepemilikan manajerial, perusahaan akan melakukan pengawasan yang lebih besar oleh investor sehingga akan mengontrol manajer agar tidak melakukan kesalahan yang tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham (Widjaja dan Kasenda 2008). Ha6 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal. Struktur Aktiva dan Struktur Modal Struktur aktiva menggambarkan besarnya aktiva yang di jaminkan oleh perusahaan sebagai kolateral ketika perusahaan melakukan pinjaman kepada pihak kreditur (Joni dan Lina 2010). Aktiva yang di sajikan untuk jaminan atas hutang merupakan 113 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 cara untuk mengurangi risiko kreditur dan memberi jaminan kepada kreditur pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan (Dwinarno 2010). Struktur aktiva Ha7 : berpengaruh terhadap struktur modal. Time Interest Earned dan Struktur Modal Time Interest Earned menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjamanya kepada kreditur dengan November 2012 menggunakan pendapatan operasionalnya. Tingkat bunga yang berlaku saat perencanaan pemenuh kebutuhan modal akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan di ambil perusahaan, dan apakah perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi Utami (2009). Ha8 : Time interset earned berpengaruh terhadap struktur modal. Model yang diajukan dalam penelitian sebagai berikut: Profitabilitas Tingkat Likuiditas Ukuran Perusahaan Struktur Modal Risiko Bisnis Growth Opportunity Kepemilikan Manajerial Struktur Aktiva Time Interest Earned Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Perusahaan non keuangan yang Populasi penelitian adalah terdaftar di BEI secara konsisten perusahaan non keuangan yang dari tahun 2008 sampai 2010; (2). terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perusahaan yang menerbitkan dengan periode penelitian tahun laporan keuangan per 31 Desember; 2008 sampai 2010. Penelitian ini (3). Perusahaan membukukan EBIT menggunakan metode purposive positif; (4). Perusahaan memiliki sampling, yaitu metode hutang jangka panjang yang berasal pengambilan sampel dengan dari pinjaman atau pihak ketiga menggunakan kriteria, yaitu (1). (kreditur); (5). Perusahaan 114 ISSN: 1410 -9875 Wenny dan Elizabeth Linandi membayar beban bunga pinjaman per 31 Desember (6). Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah; (7). Perusahaan yang tidak memiliki harga penutupan saham yang sama secara berturut-turut selama 1 tahun. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Struktur Modal Struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuh kebutuhan biaya perusahaan dengan menggunakan sumber dana jangka panjang, baik yang berasal dari internal maupun dari eksternal perusahaan (Seftianne dan Handayani 2011). Kategori utama dari struktur modal adalah hutang atau ekuitas yang digunakan perusahaan untuk mendanai investasi asetnya dengan menggunakan rumus: Struktur Modal = Profitabilitas Profitabilitas (ROA) merupakan suatu ukuran perusahaan mengenai kegiatan operasional perusahaan dengan menghasilkan laba perusahaan dalam suatu periode tertentu (Seftianne dan Handayani 2011) dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: ROA = Tingkat Likuiditas Tingkat likuiditas (CR) merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimilikinya (Seftianne dan Handayani 2011) dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: CR = Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat diukur dengan total aktiva perusahaan, asumsi yang mendasar adalah bahwa investor akan membaca atau menggunakan Size = laporan keuangan perusahaan untuk mempertimbangkan keputusan investasi saham perusahaam (Yusuf dan Soraya 2004 dalam Utami 2009). Ln (Total Aktiva) 115 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Risiko Bisnis Risiko bisnis (RISK) adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, dengan kata lain risiko yang timbul akibat perusahaan tidak menggunakan hutang (Utami 2009). Risiko bisnis RISK = November 2012 dapat diukur dengan standard deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun (Seftianne dan Handayani 2011). Resiko Bisnis dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: STD Return Saham Return saham dapat dihitung dengan cara: Return = Pi,t Closing Price bulanan pada bulan t Pi,t-1 closing price bulanan pada bulan t-1 STD standard deviasi Growth Opportunity Growth Opportunity adalah kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam mengembangkan dirinya dalam pasar (Seftianne dan Handayani 2011). Rumus dari variabel ini adalah: Growth = Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Manajerial (DMOWN) adalah jumlah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Karena dapat kecenderungan data di Indonesia bersifat binominal, maka variabel kepemilikan manajerial dalam pengukurannya menggunakan variabel dummy. D 1 untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan manajerial dan D 0 untung perusahaan yang tidak ada 116 kepemilikan manajerial (Seftianne dan Handayani 2011) Struktur Aktiva Struktur aktiva menggambarkan besarnya aktiva yang dapat dijaminkan perusahaan sebagai kolateral ketika perusahaan melakukan pinjaman kepada pihak kreditur (Joni dan Lina 2010). Pengukuran variabel struktur aktiva dapat diukur dengan perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva (Seftianne dan Handayani 2011). Variabel ini diukur dengan menggunakan rumus: ISSN: 1410 -9875 Wenny dan Elizabeth Linandi SA = Time Interest Earned Time interest earned menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjamannya kepada kreditur dengan menggunakan pendapatan operasionalnya (Baral 2004 dalam Firnanti 2011). Variabel ini diukur dengan menggunakan rumus: Interest = Metoda Analisi Data Penelitian ini menggunakan Multiple Regression Analysis. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Hasil pengolahan statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Hasil Uji Deskriptif Statistik Variabel N Minimum SM 207 0,000024 0,000167 ROA 207 0,244674 CR 207 25,011406 SIZE 207 0,004119 RISK 207 0.00 GROWTH 207 0 DMWON 207 0,000206 SA 207 1,054932 INTEREST 207 Sumber: Output Data SPSS 19 Model 1 (Constant) Profitabilitas Tingkat Likuiditas Ukuran Perusahaan Risiko Bisnis Growth Opportunity Kepemilikan Manajerial Maximum Mean 2,118075 1,575846 12,676380 32,664860 0,972724 34,00 1 3,105143 410,625920 0,151284 0,129395 1,799386 28,341595 0,176177 2,1063 0,46 0,398775 14,105141 Tabel 2 Hasil Uji T T Sig. B - 0,138 0,237 1,490 0,578 6,973 0,000 0,006 0,912 0,363 0,006 1,122 0,263 0,066 0,946 0,345 0,001 0,199 0,843 0,019 1,092 0,276 Standard Deviation 0,178403 0,178403 1,355925 1,587476 0,123359 2,73262 0,500 0,274057 41,154384 Keterangan Ha1 diterima Ha2 tidak diterima Ha3 tidak diterima Ha4 tidak diterima Ha5 tidak diterima Ha6 tidak diterima 117 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Struktur Aktiva 0,288 Time Interest Earned 0,001 Sumber: Output Data SPSS 19 Berdasarkan tabel 2 persamaan regresi yang dihasilkan penelitian ini adalah sebagai berikut: SM= -0,237 + 0,578ROA + 0,006CR + 0,006SIZE + 0,066RISK + 0,001GROWTH + 0,019DMWON + 0,288 SA 0,001INTEREST + e Hasil uji dari tabel 2 menunjukan bahwa variabel profitabilitas memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,578, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis pertama (Ha1) dapat diterima yang berarti variabel profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap variabel struktur modal. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar profitabilitas yang diperoleh perusahaan maka semakin besar struktur modal, karena perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang cukup baik akan lebih mudah untuk memperoleh investor dalam menanamkan modalnya. Variabel tingkat likuiditas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,363 yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis kedua (Ha2) tidak dapat diterima yang berarti variabel tingkat likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Hal ini menunjukan bahwa tingginya likuiditas tidak menjadi tolak ukur dalam menentukan tingkat leverage dalam struktur modal. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,263 yang lebih besar dari 0,05, 118 November 2012 7,428 0,000 Ha7 diterima - 0,009 Ha8 diterima 2,627 sehingga hipotesis ketiga (Ha3) tidak dapat diterima yang berarti variabel ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Hal ini menunjukan bahwa besar atau kecilnya ukuran perusahaan bukanlah penentu sumber pendanaan perusahaan, karena setiap perusahaan memiliki tingkat leverage dan jumlahnya tidak selalu dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Variabel risiko bisnis memiliki nilai signifikansi sebesar 0,345 yang lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis keempat (Ha4) tidak dapat diterima yang berarti variabel risiko binis tidak memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Hal ini menunjukan bahwa besarnya risiko bisnis tidak menjadi penentu dalam pendanaan perusahaan, karena ketidakpastiaannya perusahaan untuk menutupi kebutuhan operasionalnya yang dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Variabel growth opportunity memiliki nilai signifikansi sebesar 0,843 yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis kelima (Ha5) tidak dapat diterima yang berarti variabel growth opportunity tidak memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengembangakan dirinya didalam pasar tidak mendapatkan respon yang baik dari investor dikarenakan adanya masalah kesenjangan ISSN: 1410 -9875 informasi yang tinggi antara manajer dan investor luar mengenai kualitas proyek investasi. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,276 yang lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis keenam (Ha6) tidak dapat diterima yang berarti variabel kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. Hal ini menunjukan bahwa kepemilikan manajerial tidak menjadi tolak ukur dalam pendanaan perusahaan, karena dalam pengambilan keputusan pendanaan perusahaan tidak hanya atas dasar pertimbangan dari kepemilikan manajerial. Variabel struktur aktiva memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,288, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis ketujuh (Ha7) dapat diterima yang berarti variabel struktur aktiva memiliki pengaruh positif terhadap variabel struktur modal. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi aset tetap dari total aset, semakin besar perusahaan memperoleh pinjaman jangka panjang, karena aset tetap disajikan untuk jaminan kepada kreditur pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Variabel time interest earned memiliki nilai koefisien negatif sebesar -0,001, dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis kedelepan (Ha8) dapat diterima yang berarti variabel time interest earned memiliki pengaruh negatif terhadap variabel struktur modal. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar kemampuan Wenny dan Elizabeth Linandi perusahaan untuk membayar bunga pinjaman maka semakin kecil struktur modal, karena tingkat bunga yang berlaku saat perencanaan pemenuh kebutuhan modal akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan di ambil oleh investor. PENUTUP Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, growth opportunity, kepemilikan manajerial, struktur aktiva, dan time interest earned terhadap struktur modal pada periode penelitian dari tahun 2008 sampai 2010. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah 1. Periode penelitian relatif pendek karena data penelitian yang digunakan dimulai dari tahun 2008 sampai 2010; 2. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI sehingga hasil penelitian kurang dapat di generalisasi; 3. Terdapat 1 variabel yang memiliki masalah heteroskedastisitas; 4. Penelitian ini hanya menggunakan tujuh variabel independen yang diduga memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan rekomendasi di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya memperpanjang tahun penelitian observasi menjadi lebih lama; Melakukan perluasan objek penelitian sehingga dapat 119 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 mencakup seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI; Penelitian selanjutnya diharapkan bisa mengatasi masalah heteroskedastisitas yang terjadi; November 2012 Menambahkan variabel lain yang diharapkan dapat memiliki pengaruh struktur modal seperti dividen, free cash flow dan tangibility. REFERENSI Darmawan, Priyo. 2008. Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap struktur modal; Analisis komparatif pada industri pakan ternak dan industri semen di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Daulay M. Toyib. 2009. “Pengaruh Size, Profitablity, dan Growth Of Assets Terhadap Struktur Modal Pada Industri Makanan dan Minuman Yang GoPublic Di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 2 No. 2, November, Hlm. 190-208. Dwiwinarno, Titop. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)” Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 1 No.1, Juni, Hlm. 54-66. Firnanti, Friska. 2011. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No. 2, Agustus, Hlm. 119-128. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivatiate Dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5.Universitas Diponogoro Semarang. Godfrey, Hodgson, Tarca, Holmes dan Hamilton. 2010. Accounting Theory. Edition 7th. John Wiley & Sons New York, United States of America. Hadianto, Bram dan M. Sienly Veronica Wijaya. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran, Likuiditas, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Ritel di Bursa Efek Indonesia: Sebuah pengujian Hipotesis Pecking Order. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol.7 No.1 Hair, Black, Babin Anderson dan Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. Edition 6th. Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey. Husein, M. Fakhri. 2008. Penerapan pendekatang kointegrasi dan model koreksi kesalahan dalam uji pengaruh likuiditas dan laba terhadap struktu modal perusahaan. MODUS, Vol. 20 (2), hlm. 114-125. Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi ke 1. BPFE Yogyakarta. 120 ISSN: 1410 -9875 Wenny dan Elizabeth Linandi Joni dan Lina. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 2, Agustus, Hlm. 81-96. Nurrohim, Hasan. 2008. “Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia” Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 10 No. 1, Januari, Hlm. 11-18. Margaretha dan Ramadhan. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 2, Agustus, Hlm. 119-130. Mishra, Chandra Sekhar. 2011. “Determinants of Capital Stricture – A Study of Manufacturing Sector PSUs in India” Intenational Conference on Financial Management and Economics, IPEDR Vol. 11. Page 247-252. Nanok, Yanuar. 2008. “Capital Structure Akuntanbilitas, Maret, hlm, 122-127. Determinan di Indonesia. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No. 1, April 2011, Hlm. 39-56. Santoso, Singgih. 2002. SPSS Statistik Multivariate. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Subramanyam dan Wild. 2010. Financial Statement Analysis. Mc GRAW-HILL International Edition. Tomasila, Mozes. 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Peluang, Vol. III No 1, Maret. Hlm. 1-18. Utami. 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur” Fenomena Vol. 7 No. 1, Maret, Hlm. 39-47 Widjaja dan Kasenda. 2008. “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Aktiva Berwujud, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Dalam Industri Barang Konsumsi di BEI” Jurnal Managemen/Tahun XII No. 2, Hlm. 139-150. 121 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 122 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 123-136 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA EFFECT OF PRODUCT, PRICE, PLACE AND PROMOTION ON PURCHASE DECISION WIBISONO SOEDIONO Trisakti School of Management Jl. Kyai Tapa No. 20, Grogol, Jakarta Barat, 11440 [email protected] Abstract: The purpose of this study is to know how the influence of product, price, place and promotion on purchase decision in Bolt Super 4G LTE mobile WiFi at Jakarta. The research design used in descriptive research and causality research. The sampling in the study was purposive sampling and uses 100 respondents. Data is used the primary data, and the methods for the analysis is regression Y= a + bX + e and multiple regression Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bnXn + e, analysis. The result this research is of product, price, and promotion have positive influence to purchase decision individually. Beside that, place have negative influence to purchase decision individualy. Product, price, place, amd promotion have significant influence to purchase decision simultaneously. Keywords: Product, Price, place, Promotion and Purchase Decision PENDAHULUAN untuk mengakses berbagai macam informasi dan peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia, dalam kurun waktu yang relatif singkat dan tanpa ada batasan lokasi dan waktu. Di Indonesia perkembangan internet semakin mengalami kemajuan pesat. Dari teknologi wireless generasi 1 (1G) sampai saat ini yaitu teknologi wireless generasi 4 (4G): Wireless pertama kali ditemukan oleh Guglielmo Marconi Pada tahun 1895. Menurut laporan dari Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII, 2014) mengatakan jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 71.190.000 pada tahun 2013, naik sekitar 13 persen dari 63 juta pengguna di tahun 2012. Perkembangan dunia teknologi semakin berkembang pesat di era globalisasi ini terutama di Indonesia. Revolusi teknologi informasi dan jaringan turut berperan dalam menciptakan kebutuhan baru, terutama bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan. Masyarakat perkotaan sangat memiliki kebutuhan untuk memperoleh akses data yang cepat. Salah satunya perkembangan terjadi di teknologi informasi dan jaringan yaitu internet. Internet merupakan sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung. Internet berfungsi sebagai layanan online yang disediakan diseluruh penjuru dunia 123 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Sementara penetrasi internet Indonesia sekitar 28% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 248 juta orang. Namun Berdasarkan laporan dari Akamai State of the Internet 2013 jumlah rata-rata angka kecepatan koneksi internet dunia telah meningkat sebesar 10 persen dibanding kuartal lalu menjadi 3,6 Mbps pada kuartal III 2013 dan mengalami peningkatan pada kuartal IV 2013 sebesar 5,5 persen dari 3,6 Mbps pada kuartal sebelumnya menjadi 3,8 Mbps. Kecepatan Indonesia menempati urutan 118 dari 123 negara yaitu sebesar 1,6 Mbps, masih dibawah kecepatan koneksi rata-rata global sebesar 3,8 Mbps. Begitu juga apabila dibandingkan beberapa negara lain seperti Singapura dengan kecepatan koneksi 7,9 Mbps, Thailand 4,8 Mbps, Malaysia 3,0 Mbps dan Vietnam 1,8 Mbps. PT Internux yang bekerja sama dengan Mitsui & Co. PT Internux didirikan pada Oktober 2000 sebagai salah satu Operator Telekomunikasi Jaringan. Perusahaan ini terutama bergerak dalam penyediaan akses internet (internet service provider). Pada tahun 2009, ia dianugerahi BWA (broadband wireless access) melalui tender yang diselenggarakan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika dan tahun 2013 tepatnya 14 november meluncurkan layanan 4G Long Term Evolution yang diberi nama BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi dengan menyasar segmen upper, medium, dan low. Berbasis pada layanan data, pada kuartal pertama 2013 Internux meluncurkan produk unggulan Mobile Wifi tipe ZTE MF90 yang merupakan mobile wifi pertama dengan teknologi 4G LTE TDD dan 124 November 2012 pada 22 Mei 2014 internux telah meluncurkan Mobile Wifi SLIM dan MAX. Berdasarkan pada latar belakang serta fenomena yang ada, maka penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh product, price, place dan promotion terhadap purchase decision dengan melakukan penelitian yang diberi judul “PENGARUH PRODUCT, PRICE, PLACE DAN PROMOTION TERHADAP PURCHASE DECISION PADA BOLT! SUPER 4G LTE MOBILE WIFI DI JAKARTA.” Masalah Penelitian Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah terdapat pengaruh product terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta?, (2) Apakah terdapat pengaruh price terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta?, (3) Apakah terdapat pengaruh place terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta?, (4) Apakah terdapat pengaruh promotion terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta?, (5) Apakah terdapat pengaruh product, price, place dan promotion secara bersama-sama terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta? Tujuan Penelitian Dari beberapa masalah penelitian yang ada, maka tujuan penelitian yang ditetapkan adalah sebagai berikut: (1) Untuk ISSN: 1410 -9875 mengetahui pengaruh product terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta, (2) Untuk mengetahui pengaruh price terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta, (3) Untuk mengetahui pengaruh place terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta, (4) Untuk mengetahui pengaruh promotion terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta, (5) Untuk mengetahui pengaruh product, price, place, dan promotion secara bersamasama terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Wibisono Soediono Product Definisi menurut Kotler dan Keller (2012, 347) bahwa Product is anything that can be offered to a market to satisfy a want or need, including physical goods, services, experiences, events, persons, places, properties, organizations, information, and ideas. Price Definisi menurut Kotler dan Keller (2012, 405) bahwa Price is the one element of the marketing mix that produce revenue; the others elements produce cost. Price are perhaps the easier elements of the marketing program to adjust; product features, channels, and even communication take more time. Place Pemasaran menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler (2012, 27) pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Purchase Decision Kotler dan Keller (2012, 192) menyatakan bahwa “Purchase Decisions is in the evaluation stage, the consumer forms preferences among the brands in the choice set and may also form an intention to buy the most preferred brand.” Tahap-tahap proses Purchase decision Berdasarkan Kotler dan Keller (2012, 437) bahwa “Are sets of interdependent organizations participating in the process of making a product or service available for use or consumption.” Promotion Kotler dan Keller (2012, 498) menyatakan bahwa “Promotion are the means by which firms attempt to inform, persuade, and remind consumers-directly or indirectlyabout the products and brands they sell.” Model Penelitian Berdasarkan tinjauan landasan teori, maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti: 125 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Product Purchase Decision Price Place Promotion METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kausal. Penelitian deskriptif menurut Sekaran dan Bougie (2013, 97) “Describe the characteristics of the variables of interest in a situation.” Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menggambarkan atau memberikan keteranganketerangan mengenai suatu keadaan atau fenomena. Sedangkan penelitian kausal menurut Sekaran dan Bougie (2013, 98) “A study in which the researcher wants to delineate the cause of one or more problems.” Jadi dalam penelitian ini terdapat variabel yang mempengaruhi dan dipengaruhi. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian adalah orang yang membeli dan menggunakan BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi untuk area Jakarta. Definisi Opersasional Variabel 1. Purchase Decision Indikator 1. 2. 3. 2. 126 Product 4. 1. Membeli karena produknya berkualitas Memilih menggunakan karena sesuai dengan kebutuhan Menggunakan karena memperoleh kepuasan Sering membeli Kebutuhan akan produk Skala Pengukuran Skala Likert Skala Likert ISSN: 1410 -9875 Wibisono Soediono 2. Menggunakan produk 3. Produk mencerminkan pola hidup pribadi 4. Produk meningkatkan image pribadi 5. Mengetahui produk dari teman 6. Mengetahui produk dari keluarga 7. Merek produk 8. Mutu produk 3. Price 4. Place 5. Promotion 1. Harga kompetitif di pasar 2. Harga sesuai kualitasnya 3. Harga terjangkau dibanding lainnya 4. Harga sesuai dengan kepuasan yang diperoleh konsumen 1. Mudah diperoleh karena dijual di berbagai tempat di daerah pelosok hingga kota besar 2. Ketersediaan produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen 3. Jalur distribusi memudahkan konsumen 4. Distributor proaktif dalam menginformasikan segala hal menyangkut perubahan harga, kemasan, dll. Skala Likert 1. Promosi menjangkau berbagai kalangan masyarakat 2. Sering melakukan promosi, sehingga konsumen mengenal dengan baik produk yang ditawarkan 3. Mensponsori kegiatan-kegiatan 4. Iklan mudah dipahami Skala Likert Skala Likert ANALISA DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Variabel Purchase Decision Item Pertanyaan r hitung r tabel Hasil PD_1 0,573 0,1966 Valid 127 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 PD_2 0,780 0,1966 Valid PD_3 0,496 0,1966 Valid PD_4 0,653 0,1966 Valid Variabel Item Pertanyaan r hitung r tabel Hasil Product PR_1 0,821 0,1966 Valid PR_2 0,869 0,1966 Valid PR_3 0,730 0,1966 Valid PR_4 0,835 0,1966 Valid PR_5 0,447 0,1966 Valid PR_6 0,695 0,1966 Valid PR_7 0,869 0,1966 Valid PR_8 0,730 0,1966 Valid Variabel Price Variabel Place 128 November 2012 Item Pertanyaan r hitung r tabel Hasil PC_1 0,818 0,1966 Valid PC_2 0,395 0,1966 Valid PC_3 0,699 0,1966 Valid PC_4 0,862 0,1966 Valid Item Pertanyaan r hitung r tabel Hasil PL_1 0,620 0,1966 Valid PL_2 0,771 0,1966 Valid PL_3 0,649 0,1966 Valid PL_4 0,624 0,1966 Valid ISSN: 1410 -9875 Wibisono Soediono Variabel Item Pertanyaan r hitung r tabel Hasil PM_1 0,620 0,1966 Valid PM_2 0,739 0,1966 Valid PM_3 0,775 0,1966 Valid PM_4 0,757 0,1966 Valid Promotion Uji Reliabilitas Variabel Jumlah Pertanyaan Cronbach Alpha Hasil Product (X1) 8 0,923 Reliabel Price (X2) 4 0,838 Reliabel 4 0,831 Reliabel 4 0,857 Reliabel 4 0,802 Reliabel Place (X3) Promotion(X4) Purchase Decision (Y) Uji Normalitas Variabel Product (X1) Price (X2) Zskewness(Zhitung) Z tabel Zkurtosis(Zhitung) Z tabel -1,2533 1,96 0,0408 1,96 1,4860 1,96 -1,6227 1,96 0,8083 0,0653 1,96 1,96 0,1511 -1,5554 1,96 1,96 1,96 -0,6858 1,96 Place (X3) Promotion(X4) Purchase Decision (Y) 0,8124 129 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Pengujian Hipotesis Uji Regresi Sederhana ( uji t) Unstandardized Coefficients Model 2.177 Std. Error .685 Product .412 .022 (Constant) .597 .482 .941 .032 B (Constant) 1 2 Price (Constant) 16.731 3 Place -.147 (Constant) 4.692 4 Promotion .667 Standardized Coefficients Dari hasi uji regresi sederhana yaitu uji t diatas dapat dilihat bahwa product, price dan promotion saja yang mempengaruhi Sig. Beta 3.189 .880 .948 1.331 .089 .994 .066 t -.165 .714 18.354 .002 .000 .218 1.239 29.393 .000 12.569 .000 -1.660 4.723 10.089 .100 .000 .000 purchase decision, sedangkan place tidak mempunyai pengaruh dalam purchase decision karena nilai signifikannya diatas 0,05. Hasil Uji Regresi Berganda Model Unstandardized Coefficients B (Constant) pr_sum pc_sum 1 pl_sum pm_sum .126 .081 .809 .020 -.021 Std. Error .714 .034 .074 .029 .046 Persamaan regresi berdasarkan table diatas adalah: Y = 0,126, + 0,081X1 + 0,809 X2 + 0,020 X3 - 0,21X4 + e Persamaan regresi tersebut dapat terlihat bahwa variable product, price berpengaruh positif dan signifikan terhadap purchase 130 Standardized Coefficients T Sig. Beta .173 .815 .023 -.023 0.177 2.375 10.893 .696 -.458 .860 .020 .000 .488 .648 decision, sedangkan place dan promotion tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase decision. ISSN: 1410 -9875 Wibisono Soediono Uji F Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa product, price, place,dan promotion memiliki tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka product,price, place, dan promotion secara bersama – sama memiliki pengaruh signifikan terhadap purchase decision. Sum of Squares Regression 550.800 1 Residual 57.840 Total 608.640 Model Mobile WiFi di Jakarta, (5) Terdapat pengaruh product, price, place, dan promotion, secara bersama-sama terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta. Mean F Square 4 8.606 226.166 95 .609 99 Df KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian dilakukan dengan mengembangkan sebuah model untuk menganalisa pengaruh product, price, place, dan promotion memiliki pengaruh signifikan terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta. Kesimpulan Setelah pengumpulan data dilakukan dan dari hasil data tersebut dilakukan pengolahan data dan analisadata, sehingga dapat diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut: (1) Terdapat pengaruh product terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta, (2) Terdapat pengaruh price terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta, (3) Tidak terdapat pengaruh place terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta, (4) Terdapat pengaruh promotion terhadap purchase decision pada BOLT! Super 4G LTE Sig. .000b Keterbatasan Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain: (1) Responden yang digunakan dalam penelitian ini hanya 100 orang, (2) Penelitian ini hanya dilakukan pada responden yang membeli produk BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi dan untuk digunakan sendiri, (3) Mengingat keterbatasan waktu, biaya dan tenaga maka penelitian ini hanya terbatas pada ruang lingkup BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi di Jakarta. Saran Sesuai dengan analisa yang telah dilakukan sebelumnya dan kesimpulan berdasarkan analisa tersebut, maka ada beberapa hal yang mungkin saja dapat digunakan sebagai das dari acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut: (1) Disarankan untuk menggunakan objek penelitian dengan metode penelitianyang berbeda, (2) Untuk penelitian selanjutnya disarankan menambah jumlah responden, (3) 131 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Mencari dan menggunakan faktor – faktor lain yang mempengaruhi keputusan pembeliandan dimasukkan dalam penelitian November 2012 selanjutnya, (4) Lokasi penelitian yang lebih luas agar mendapatkan hasil bervariasi dari responden. DAFTAR PUSTAKA Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia 2013 (APJII) Badan Pusat Statistik “ Statistik Telekomunikasi Indonesia 2012” Belch, George E, and Michael A Belch. 2012. Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communication Perspective Nineth Edition. New York : McGraw – Hill Clow, Kenneth E, and Donald Baack.2014. Integrated Advertising,Promotion, and Marketing Communications Fifth Edition. USA : Pearson Education. Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. New York : McGraw-Hill. Hair. Joseph F, William, Barry, and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis : A Global Perspective. New Jersey : Pearson. Hawkins and Mothersbaugh. 2013. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. New York : McGraw – Hill. Keegan, Warren J, and Mark C. Green. 2011. Global Marketing Sixth Edition. USA : Pearson Education Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management : Building, Measuring, and Managing Brand Equity Fourth Edition. USA : Pearson Education. Kotler, Philip, and Gary Armstrong. 2012. Principles of Marketing Fourteenth Edition. USA: Pearson Education Limites 2012. Kotler, Philip, and Kevin L.Keller. 2012. Marketing Management. USA : Pearson. Schiffman, Leon G and Leslie. Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behavior Tenth Edition. USA : Pearson Education. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2013. Research Method for Business : A Skill-Building Approach Sixth Edition. Chichester : John Wiley & Sons Ltd. 132 ISSN: 1410 -9875 Wibisono Soediono Solomon, Michael R. 2013. “Consumer behavior: Buying, Having, and Being Tenth Edition ”. USA : Pearson. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. http://jaringankomputer.org/sejarah-wireless-perkembangan-teknologinirkabel-1g-4g. Sabtu 27 Desember 2014 http://mix.co.id/headline/targetkan-500-ribu-pelanggan-bolt-luncurkanmobile wifi-slim/. KUISIONER PENELITIAN Indentitas Responden: 1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 2. Usia saudara sekarang : 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun ≥35 tahun 3. Status : Menikah Belum Menikah 4. Pekerjaan : Pelajar / Mahasiswa Karyawan Swasta / negeri Wiraswasta Kuliah dan bekerja Lain-lain, sebutkan……. 5. Pendidikan terakhir : Tamatan Sekolah Dasar Tamatan Sekolah Menengah Pertama Tamatan Sekolah Menengah Atas / STM / Kejuruan Diploma (D1, D2, D3) Sarjana (S1) S2 dan S3 6. Apakah anda pernah mengunjungi BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi zone: Ya Tidak 7. Dimana anda membeli BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi: Mall Lain-lain, sebutkan….. 133 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 8. Berapa lama Anda telah berlangganan BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi ? ≤ 2 ‐6 bulan 7-12 bulan ≥12 bulan 9. Penggunaan BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi untuk kebutuhan internet di : Notebook Ipad Smartphone Lainnya……………..(sebutkan) 10.Berapa biaya berlangganan BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi dalam 1 Bulan ? Rp.25.000 Rp.50.000 Rp.100.000 Rp.150.000 Rp.200.000 No. Purchase Decision 1. Saya membeli BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi karena produknya berkualitas. 2. Saya menggunakan BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi karena sesuai dengan kebutuhan. Saya menggunakan BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi karena memperoleh kepuasan 3. 4. No. Product Menurut saya BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi merupakan kebutuhan saya 6. Saya ingin menggunakan produk BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi Menurut saya produk BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi meningkatkan image pribadi saya. Menurut saya BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi mencerminkan pola hidup pribadi saya 8. 134 TS CS S SS STS TS CS S SS Saya sering membeli voucher isi ulang BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi 5. 7. STS ISSN: 1410 -9875 Wibisono Soediono 9. Saya mengetahui produk BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi dari teman 10. Saya mengetahui BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi dari keluarga 11. Menurut saya merek produk BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi terkenal 12. Menurut saya mutu produk BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi baik No. Price 13. 14. Harga BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi terjangkau dibandingkan merek lain ( seperti contohnya First media, Speedy dll). 16. Harga BOlT! Super 4G LTE Mobile WiFi sesuai dengan kepuasan yang diperoleh konsumen Place 17. BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi cukup mudah diperoleh karena dijual di berbagai tempat. 18. Ketersediaan BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Outlet BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi memudahkan konsumen untuk memperoleh produk BOLT. BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi dengan galeri BOLT! (Zone) proaktif dalam menginformasikan segala hal yang menyangkut adanya produk baru, harga, dll Promotion 19. 20. No. 21. TS CS S SS STS TS CS S SS STS TS CS S SS Harga BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi kompetitif di pasar. Harga BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi sesuai dengan kualitasnya. 15. No. STS Promosi BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi mudah diterima di berbagai kalangan masyarakat (seperti informasi mengenai program promosi). 135 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 22. 23. 24. November 2012 BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi sering melakukan promosi, sehingga konsumen cukup mengenal produk yang ditawarkan. BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi mensponsori kegiatan-kegiatan misalnya acara peluncuran (launching) apartemen khusus tower Heliconia, di Kemang Selatan, Jakarta Selatan berhadiah BOLT! Super 4G LTE Mobile WiFi Iklan BOLT! Super 4G LTE Mobile Wifi mudah dipahami Tandailah setiap angka pada jawaban di dalam tabel sesuai dengan Pendapat Anda: Ket: STS TS CS S SS 136 : Sangat tidak setuju : Tidak setuju : Cukup setuju : Setuju : Sangat setuju JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 9, November 2012, Hlm. 137-156 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH KEPEMILIKAN ASING, KEPEMILIKAN PEMERINTAH, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN KELUARGA, SIZE, LEVERAGE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YUPITER GULLO Anissa Thia Chandra STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the influence of foreign ownership, government ownership, institutional ownership, managerial ownership, family ownership, size, leverage toward firm performance. The object of this research is basic industry and chemicals sector companies that listed in Indonesia Stock Exchange period 2007-2013. The purposive sampling is used as sampling technique, where 19 companies met the criteria and were analyzed using Eviews7 panel data regressions with random effect model to test the hypothesis.The result of this research shows that managerial ownership, family ownership have a positive influence to firm performance. Leverage has a negative influence to firm performance. However, foreign ownership, government ownership, institutional ownership, and firm size have no influence to firm performance. Keywords: Foreign Ownership, Government Ownership, Institutional Ownership, Managerial Ownership, Family Ownership, Size, Leverage, Firm Performance. PENDAHULUAN Di dalam menghadapi persaingan usaha yang kompetitif perusahaan akan berusaha memperbaiki kinerja dan usaha untuk mengembangkan perusahaan. Tujuan utama perusahaan menurut Brigham dan Houston (2009) adalah untuk memaksimalkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya atau kepada pemilik perusahaan (stakeholder). Struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi untuk mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan strategi dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kesemua tahapan tersebut tidak terlepas dari peran pemilik sehingga dapat dikatakan bahwa peran pemilik 137 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 sangat penting dalam menentukan keberlangsungan perusahaan. Fungsi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dalam memengaruhi keputusan manajemen yaitu untuk menentukan arah perusahaan dan tergantung seberapa besar proposisi kepemilikan perusahaan dan seberapa jauh pemegang saham terlibat dalam setiap kebijakan perusahaan, namun seberapa besar pengaruh pemegang saham bervariasi pada tiap perusahaan, sehingga kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepemilikan pemegang saham perusahaan tersebut. Penelitian sebelumnya tentang struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan pernah dilakukan sebelumnya oleh Patibandla (2002), Douma et al (2003), Setiawan (2006), Kusumawati (2007), Kartikawati (2007), Sudarma (2004), Hermalin dan Weisbach (1991), Christiawan dan Tarigan (2007), Giovannini (2010), dan Anderson and Reeb (2004). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Yulius Ardy Wiranata dan Yeterina Widi Nugrahanti pada tahun 2013. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu perbedaan objek dan periode penelitian. Peneliti melakukan perubahan pada objek penelitian, dimana pada penelitian Yulius Ardy Wiranata dan Yeterina Widi Nugrahanti (2013) menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai 2011, sedangkan peneliti dalam penelitian ini memfokuskan objek penelitian pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang 138 November 2012 terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2013. Menurut Wahyudi dan Pawesti (2006) struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh kepemilikan asing, kepemilikan pemerintah, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan keluarga, size, leverage terhadap kinerja perusahaan baik secara individual maupun bersama-sama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan asing, kepemilikan pemerintah, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan keluarga, size, leverage terhadap kinerja perusahaan baik secara individual maupun bersama-sama. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Hubungan keagenan terjadi ketika satu atau lebih individu yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan pada agen tersebut (Brigham dan Houston, 2006: 26). Agency problems adalah masalah yang muncul ketika manajer menempatkan tujuan pribadi di ISSN: 1410 -9875 depan tujuan pemegang saham (Gitman dan Zutter 2012, 22). Dalam konteks perusahaan, masalah keagenan yang dihadapi investor mengacu pada kesulitan investor untuk memastikan bahwa dananya tidak disalahgunakan oleh manajemen perusahaan untuk mendanai kegiatan yang tidak menguntungkan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), penyebab konflik antara manajer dan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana dan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan. Dengan teori keagenan maka dapat menjelaskan fenomena masalah keagenan di Indonesia khususnya di dalam struktur kepemilikan. Shleifer dan Vishny (1997) menjelaskan bahwa manajer mengendalikan perusahaan dan masalah keagenan yang terjadi antara pemegang saham dan manajer. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (di pihak principal atau investor) dan pengendalian (di pihak agent atau manajer). Investor memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan pengembalian dari uang yang mereka investasikan. Oleh karena itu, kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasispesifikasi apa sajakah yang harus dilakukan manajer dalam mengelola dana para investor, dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dengan investor. Yupiter Gullo Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Dessy, 2008). Kepemilikan Asing Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah, serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri. Atau perorangan, badan hukum, pemerintah yang bukan berasal dari Indonesia (Simerly & Li, 2001 dan Fauzi, 2006). Kepemilikan asing mempengaruhi kinerja suatu perusahaan, dengan semakin banyaknya pihak asing yang menanamkan sahamnya di perusahaan maka akan meningkatkan kinerja dari perusahaan yang di investasikan sahamnya, hal ini terjadi karena pihak asing yang menanamkan modal sahamnya memiliki sistem manajemen, teknologi dan inovasi, keahlian dan pemasaran yang cukup baik yang bisa membawa pengaruh positif bagi perusahaan. Patibandla (2002), dan Douma et al (2003) menemukan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Berbeda dengan Setiawan (2006) yang menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Kepemilikan Pemerintah Kepemilikan pemerintah adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak pemerintah (government) dari seluruh modal saham yang dikelola (Farooque et 139 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 al, 2007). Kepemilikan pemerintah tidak mempengaruhi kinerja perusahaan, kemungkinan disebabkan perusahaan milik pemerintah memiliki tujuan lain seperti sosial dan politik daripada memaksimalkan profit. Kusumawati (2007) menyatakan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional, seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, institusi luar negeri, serta institusi lainnya (Juniarti dan Sentosa, 2009). Kepemilikan institusional mempengaruhi kinerja perusahaan, keberadaan investor institusional dianggap mampu mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen dengan memonitoring setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen selaku pengelola perusahaan. Kartikawati (2007) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Sebaliknya, Sudarma (2004) menemukan bahwa kepemilikan institusional justru berdampak negatif terhadap struktur modal dan nilai perusahaan. Kepemilikan Manajerial Christiawan dan Josua (2007) menyatakan bahwa “Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham”. Kepemilikan 140 November 2012 saham manajerial juga memiliki hubungan terhadap kinerja perusahaan karena, kepemilikan saham manajerial akan mendorong manajer untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (Listyani, 2003). Penelitian Hermalin dan Weisbach (1991) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan Christiawan dan Tarigan (2007) menemukan tidak terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan manufaktur. Kepemilikan Keluarga Morck dan Yeung (2004) mendefinisikan perusahaan keluarga sebagai perusahaan yang dijalankan oleh penerus dari orang yang sebelumnya bertanggung jawab terhadap perusahaan atau oleh keluarga yang secara jelas berada dalam proses untuk menyerahkan kendali perusahaan kepada penerusnya. Cucculelli and Micucci (2008) menemukan kepemilikan saham keluarga yang besar mempunyai pengaruh negatif bagi kinerja perusahaan. Hal ini terjadi karena keluarga cenderung mengambil manfaat pribadi dari perusahaan dengan semakin banyak nilai saham yang di investasikan maka semakin mudah untuk mengendalikan perusahaan. Ketika timbul suatu resiko yang sangat tinggi yang dialami oleh ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gullo perusahaan, maka pemilik akan cenderung lebih menyelamatkan uang yang mereka investasikan daripada memperbaiki kinerja perusahaan. Giovannini (2010) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif kepemilikan keluarga terhadap kinerja perusahaan di Asia, termasuk Indonesia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anderson and Reeb (2004) di Amerika Serikat menunjukkan hasil yang berbeda yakni kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Leverage Menurut Gitman and Zutter (2012, 508) bahwa “Leverage refers to the effects that fixed costs have on the returns that shareholders earn.” Leverage berpengaruh terhadap kinerja suatu perusahaan, ketika perusahaan mengalami kekurangan dana untuk pembiayaan kegiatan operasional perusahaan maka perusahaaan akan mencari pinjaman dari luar perusahaan. Dengan dana yang cukup, maka manajer termotivasi untuk bisa memanfaatkan dana tersebut untuk Size meningkatkan kinerja perusahaan Ukuran perusahaan adalah melalui laba yang nanti bisa besar kecilnya perusahaan dilihat didapatkan. Untuk menutupi dari besarnya nilai ekuitas, nilai pinjaman yang berasal dari luar penjualan atau nilai total aktiva maka manajer akan (Riyanto, 2002). memaksimalkan laba sehingga laba Sari (2010) menyatakan bahwa suatu perusahaan besarsebagian dapat memperoleh kemudahan yang didapat akan peluang pertumbuhan sehingga digunakan untuk melunasi hutang dan sebagian untuk perusahaan. MODEL PENELITIAN Kepemilikan Asing Kepemilikan Pemerintah Kepemilikan Institusional Kinerja Perusahaan Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Keluarga Size Leverage 141 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausalitas. Metode kausalitas adalah sebuah studi dimana peneliti ingin menggambarkan penyebab dari satu atau lebih masalah (Sekaran 2010, 110). Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007-2013. Jadi penelitian ini akan dilakukan dengan horizon waktu selama 7 tahun, yaitu dari tahun 2007-2013. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pemilihan sampel secara tidak acak yang informasiinformasinya berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai struktur kepemilikan dalam laporan keuangannya selama periode 2007 sampai dengan tahun 2013, (2) Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode 2007 sampai dengan tahun 2013, (3) Perusahaan yang menggunakan satuan mata uang rupiah dalam 142 November 2012 laporan keuangannya selama periode 2007 sampai dengan tahun 2013. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL Variabel Dependen Dalam penelitian ini, kinerja perusahaan diproksikan dengan ROA. Return on Asset (ROA) adalah rasio pendapatan setelah bunga dan pajak (EAT) atau net pendapatan dibagi dengan nilai buku aset di awal tahun fiskal (Brigham & Ehrhadrt, 2005). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Berikut ini adalah perhitungan rasio ROA: Variabel Independen 1. Kepemilikan Asing Kepemilikan asing merupakan porsi outstanding share yang dimiliki oleh investor atau pemodal asing (foreign investors) yakni perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri terhadap jumlah seluruh modal saham yang beredar (Farooque et al., 2007). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gullo 2. Kepemilikan Pemerintah Kepemilikan pemerintah adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak pemerintah (government) dari seluruh modal saham yang dikelola (Farooque et al., 2007). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. 3. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan dana pensiun. Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah lembar saham yang dimiliki oleh institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang beredar secara keseluruhan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. 4. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah seorang manajer yang sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan dan secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah saham yang dimiliki manajer atau direksi dan dewan komisaris terhadap total saham yang beredar (Rustendi dan Jimmi, 2008). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. 5. Kepemilikan Keluarga Kepemilikan keluarga adalah perusahaan yang dijalankan oleh penerus dari orang yang sebelumnya bertanggung jawab terhadap perusahaan. Menurut Harijono (2013), penelusuran kepemilikan keluarga dilakukan dengan melihat nama dewan direksi dan dewan komisaris. Jika nama dewan direksi dan dewan komisaris cenderung sama dalam beberapa tahun dan mempunyai saham dalam kepemilikan perusahaan maka bisa saja perusahaan tersebut termasuk dalam kepemilikan oleh keluarga. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. 143 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 6. Size Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya total aktiva, nilai ekuitas, dan nilai penjualan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan (size) diproksikan dengan natural logaritma of total asset (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. 7. Leverage Leverage menunjukkan seberapa besar aset perusahaan diperoleh atau didanai oleh hutang. Skala pengukurannya rasio yang diukur dengan rumus menurut Sudana dan Intan (2008, 136): Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk data sekunder. Data sekunder merupakan data yang sumbernya diperoleh secara tidak langsung dan yang sudah ada seperti yang dinyatakan dalam Sekaran (2010: 180). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari perusahaan sektor industri dasar dan kimia, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007 sampai 2013. Data ini diperoleh dari www.idx.co.id, serta literatur lain seperti jurnal-jurnal, bukubuku dan internet sebagai referensi. Metode Analisis Data Analisis regresi linier berganda adalah analisis model regresi yang terdiri dari lebih dari satu variabel independen (Sugiyono 2009, 277). Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: 144 Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e Keterangan: Y = Return On Asset a = Intersept atau Konstanta b1-b7 = Koefisien regresi dari tiaptiap variabel independen = Kepemilikan asing (FOR) X1 X2 = Kepemilikan pemerintah (GOV) = Kepemilikan institusional X3 (INST) ISSN: 1410 -9875 X4 = (MAN) = X5 (FAM) Yupiter Gullo Kepemilikan Kepemilikan manajerial X6 X7 e keluarga = Size (SIZE) = Leverage (LEV) = Random error ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif N Mean Maximum Minimum Std.Deviasi ROA 133 0.120948 1.490161 0.002211 0.191588 FOR 133 0.384008 0.959600 0.000000 0.310901 GOV 133 0.026891 0.515900 0.000000 0.114521 INST 133 0.293940 0.996080 0.000000 0.307348 MAN 133 0.022130 0.256100 0.000000 0.060715 FAM 133 0.003492 0.077300 0.000000 0.016025 SIZE 133 27.74812 31.06872 24.56206 1.620848 LEV 133 0.424951 0.948193 0.022369 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 0.193616 Uji Hausman Correlated Random Effects – Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 10.583864 7 0.1578 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan Uji Hausman, mempunyai probabilitas 0.1578 > alpha (0.05), hasil dari hipotesis (Ho) diterima. Maka model tersebut adalah model Random Effect. Uji Normalitas Skewness 0.190959 Kurtosis 2.950783 Jarque-Bera 0.821740 Probability 0.663073 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 145 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Dari tabel di atas dapat dilihat nilai skewness 0.190959 dan nilai kurtosis 2.950783. Nilai koefisien Jarque-Bera 0.821740 lebih kecil dari nilai df chi squares November 2012 = 2 (5.99) dan probability 0.663073 lebih besar dari alpha 5% (0.05) maka dari hasil diatas maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas FOR GOV INST MAN FAM SIZE LEV FOR 1.000000 -0.210534-0.757075 0.034076 0.087538-0.059740-0.038411 0.390250 -0.217585 0.051562 INST -0.757075-0.226271 1.000000 -0.243441 -0.068954 0.198727 0.199832 MAN 0.034076 -0.086235 -0.243441 1.000000 -0.498713-0.159805 0.078604 GOV -0.210534 1.000000 -0.226271 -0.086235 FAM 0.087538 -0.051562-0.199832-0.0786041.000000-0.069380 0.070204 SIZE -0.059740 0.390250 -0.068954 -0.498713 1.000000 0.011250 0.069380 LEV -0.038411-0.217585 0.198727 -0.159805 0.070204 0.011250 1.000000 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Secara keseluruhan, nilai korelasi antar variabel independen < 0.85, sehingga disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas. Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob C FOR GOV INST MAN FAM SIZE LEV 0.090935 -0.142534 -0.148150 -0.112290 0.829268 4.365091 0.003876 -0.006388 0.129640 0.060369 0.088231 0.057403 0.490869 1.852228 0.010103 0.045030 0.701446 -2.361054 -1.679123 -1.956183 1.689388 2.356671 0.383677 -0.141868 0.4843 0.0198 0.0956 0.0527 0.0936 0.0200 0.7019 0.8874 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 146 ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gullo Secara keseluruhan, nilai probabilitas variabel independen kepemilikan asing dan kepemilikan keluarga < 0.05, sehingga dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas, maka dilakukan uji white heteroskedastisitas untuk melakukan peyembuhan dari uji heteroskedastisitas. Uji White Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS 3.990085 24.29056 Prob. F(7,125) Prob. Chi-Square(7) 0.0006 0.1000 352.9753 Prob. Chi-Square(7) 0.0000 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan hasil uji white heterokedastisitas dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas 0.1000 > alpha 0.05 maka tidak terdapat heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Uji Durbin Watson Weighted Statistics Durbin Watson 2.256076 stat. Positive Auto Correlation 0 Inconclusive No evidence of Inconclusive Autocorrelation 1.582 1.826 2.174 Negative Auto Correlation 2.472 4 2.256076 Hasil 2.256076 nilai Durbin-Watson terdapat pada inconclusive , maka tidak dapat disimpulkan, sehingga perlu 147 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 dilakukan penyembuhan dari uji autokorelasi menggunakan uji November 2012 breusch-godfrey. Uji Breusch-Godfrey F-statistic Obs*R-squared 1.278378 Prob. F(2,123) Prob. Chi2.708325 Square(2) 0.2822 0.2582 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan hasil uji breusch-godfrey dapat dilihat bahwa probabilitas 0.2582 > alpha (0.05) maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Hipotesis 1 Variable C FOR R 0.005385 R-squared Coefficient t-Statistic Prob. 0.000029 0.122399 -0.003779 4.003105 -0.061162 0.0001 0.9513 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai t-stat ≤ tα/2 (-0.061162 ≤ 1.960) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari kepemilikan asing (FOR) sebesar 0.9513 yang lebih besar dari nilai α (0.9513 > 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh kepemilikan asing (FOR) terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hipotesis 2 Variable C GOV R R-squared Coefficient t-Statistic Prob. 0.073198 0.005358 0.117218 0.138706 6.034890 0.837060 0.0000 0.4041 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai t-stat ≤ tα/2 (0.837060 ≤ 1.960) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari kepemilikan pemerintah (GOV) sebesar 0.4041 yang lebih besar 148 dari nilai α (0.4041 > 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh kepemilikan pemerintah (GOV) terhadap kinerja perusahaan (ROA). ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gullo Hipotesis 3 Variable C INST R 0.159946 R-squared 0.025538 Coefficient t-Statistic 0.151881 6.348169 -0.105233 -1.867725 Prob. 0.0000 0.0640 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai t-stat ≤ tα/2 (-1.867725 ≤ 1.960) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari kepemilikan instutusional (INST) sebesar 0.0640 yang lebih besar dari nilai α (0.0640 > 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh kepemilikan institusional (INST) terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hipotesis 4 Variable C MAN R 0.229767 R-squared 0.052793 Coefficient t-Statistic Prob. 0.104903 0.725045 6.036664 2.687249 0.0000 0.0081 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai t-stat ≥ tα/2 (2.687249 ≥ 1.960) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari kepemilikan manajerial (MAN) sebesar 0.0081 yang lebih kecil dari nilai α (0.0081 < 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif kepemilikan manajerial (MAN) terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hipotesis 5 Variable C FAM R 0.181956 R-squared 0.033108 Coefficient t-Statistic Prob. 0.112828 2.325141 6.185809 2.112459 0.0000 0.0365 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai t-stat ≥ tα/2 (2.112459 ≥ 1.960) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari kepemilikan keluarga (FAM) sebesar 0.0365 yang lebih kecil dari nilai α (0.0365 < 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif kepemilikan keluarga (FAM) terhadap kinerja perusahaan (ROA). 149 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Hipotesis 6 Variable R C SIZE 0.057965 R-squared Coefficient t-Statistic Prob. 0.003360 0.336935 -0.007786 1.033525 -0.663677 0.3033 0.5081 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai t-stat ≤ tα/2 (-0.663677 ≤ 1.960) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari size (SIZE) sebesar 0.5081 yang lebih besar dari nilai α (0.5081 > 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh size (SIZE) terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hipotesis 7 Variable R C LEV 0.246381 R-squared Coefficient t-Statistic Prob. 0.060704 0.228069 -0.252079 5.611613 -2.901818 0.0000 0.0044 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai t-stat ≥ tα/2 (-2.901818 ≥ 1.960) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas dari leverage (LEV) sebesar 0.0044 yang lebih kecil dari nilai α (0.0044 < 0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif leverage (LEV) terhadap kinerja perusahaan (ROA). Hipotesis 8 Variable C FOR GOV INST MAN FAM SIZE LEV Coefficient Std. Error t-Statistic 0.119463 -0.104862 -0.047565 -0.107644 0.613741 2.430149 0.005147 -0.212239 0.302703 -0.908372 -0.234489 -0.842531 1.629629 2.197437 0.396872 -2.455219 0.394652 0.115440 0.202844 0.127763 0.376614 1.105901 0.029864 0.086444 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 150 Prob. 0.7626 0.3654 0.8150 0.4011 0.1057 0.0298 0.6921 0.0155 ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gullo Hasil persamaan regresi sebagai berikut: ROA = 0.119463 - 0.104862FOR - 0.047565GOV - 0.107644INST + 0.613741MAN + 2.430149FAM + 0.005147SIZE - 0.212239LEV + e Hasil Koefisien Korelasi (R) dan Adjusted R-squared H8 R 0.403519 Adjusted R-squared 0.115946 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Sedangkan ditinjau dari keeratan hubungan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.403519 yang memberi arti sedang dan positif yang menunjukkan jika variabel kepemilikan asing (FOR), kepemilikan pemerintah (GOV), kepemilikan institusional (INST), kepemilikan manajerial (MAN), kepemilikan keluarga (FAM), size (SIZE), dan leverage (LEV) naik maka akan menghasilkan kenaikan terhadap variabel kinerja perusahaan (ROA). Jika melihat nilai adjusted Rsquared dapat dijelaskan bahwa 11.5946% variasi variabel kinerja perusahaan (ROA) dapat dijelaskan oleh variasi variabel kepemilikan asing (FOR), kepemilikan pemerintah (GOV), kepemilikan institusional (INST), kepemilikan manajerial (MAN), kepemilikan keluarga (FAM), size (SIZE), dan leverage (LEV) dan sisanya 88.4054% dijelaskan oleh variasi variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi. Hal ini menunjukkan variasi variabel kinerja perusahaan (ROA) dijelaskan oleh variasi variabel kepemilikan asing (FOR), kepemilikan pemerintah (GOV), kepemilikan institusional (INST), kepemilikan manajerial (MAN), kepemilikan keluarga (FAM), size (SIZE), dan leverage (LEV). Hasil Analisis F-Statistik F-statistic 3.473171 Prob(F-statistic) 0.001960 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Nilai F-statistik > F-tabel (3.473171 > 1.960) yang berarti Ho ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.001960 yang lebih kecil dari alpha 0.05 (0.001960 < 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kepemilikan asing (FOR), kepemilikan pemerintah (GOV), kepemilikan institusional (INST), kepemilikan manajerial (MAN), kepemilikan keluarga (FAM), size (SIZE), dan leverage (LEV) terhadap kinerja perusahaan (ROA). 151 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan leverage berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan, sedangkan variabel kepemilikan asing, kepemilikan pemerintah, kepemilikan institusional, size tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan . Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu penelitian ini terbatas pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia saja, penelitian ini hanya dilakukan pada sampel yang termasuk di dalam kriteria pengujian yang digunakan, mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga kerja maka penelitian ini hanya terbatas pada ruang lingkup IDX, dan variabel independen dalam penelitian ini yaitu kepemilikan asing, kepemilikan pemerintah, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan keluarga, size dan leverage yang mempengaruhi variabel dependen yaitu kinerja perusahaan. Adapun beberapa saran yang dapat peneliti berikan berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, untuk penelitian selanjutnya agar jumlah sampel dapat lebih diperbanyak, sehingga tidak hanya terbatas pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia saja. Penelitian selanjutnya disarankan untuk 152 November 2012 memperluas periode penelitian dan penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel lain diluar penelitian ini yang mempengaruhi kinerja perusahaan. ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gullo DAFTAR PUSTAKA Analisa, Yangs. 2011. "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan". Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi UNDIP: Semarang. Anderson, Ronald C, and Reeb, David M. 2003. “Founding-Family Ownership and Form Performance: Evidence From The S&P 500”. Journal of Finace, Vol. LVIII, No.3. Aprina, Desi. 2012. "Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional , dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan yang Diukur Menggunakan Economic Value Added". Jurnal. Bambang, Riyanto. 2002. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE : Yogyakarta. Diyanty, Vera. 2010. "Analisis Pengaruh Kepemilikan Pemerintah dan Keputusan Keuangan terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Terhadap Perusahaan Pemerintah yang Listed di BEI".Jurnal Akuntansi, Vol. 10, No.2: 155-180. Fachruddin, K.A. 2011. "Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost terhadap Kinerja Perusahaan". Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 13, No. 1: 37-46. Gitman, Lawrence J. 2009. Principal of Managerial Finance, 12th Edition. United States : Pearson International. Gitman, Lawrence J, and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance, 13th Edition. United States : Pearson Education. Gujarati, Damodar. N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometris, 5th Edition. Singapore: Mc Graw Hill. Hamidah, Purwati, Erwinda Sari, dan Mardiyati Umi. 2013. “Pengaruh Corporate Governance dan Leverage terhadap Profitabilitas Bank Yang Go Public di Indonesia Periode 2009-2012”. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, Vo.4, No. 2. Hartini, Jatu. S. 2011. "Pengaruh Penurunan Konsentrasi Kepemilikan Saham Keluarga terhadap Kinerja Perusahaan". Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi UNDIP: Semarang. Hidayanti, Alfiyani Nur. 2013. “Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Skipsi Sarjana. Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP: Semarang. 153 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 November 2012 Ks, A. Mahatma Pian. 2010. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Regulasi Pemerintah terhadap Pengungkapan Corporate Social Responbility (CSR) Pada Laporan Tahunan di Indonesia”. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi UNDIP: Semarang. Lucyanda, Jurica. dan Lilyana. 2012. "Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan terhadap Dividend Payout Ratio". Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 4, No. 2: 129-138. Mirawati. 2014. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Probabilitas Pada Perusahaan Property dan Realestate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi, Universitas Maritim Raja Ali Haji: Tanjungpinang. Noor, J. 2014. Analisis Data Penelitian Ekonomi & Manajemen. Jakarta: PT Grasindo. Nur'aeni, Dini. 2010. "Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia)". Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Puspito. 2011. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Pada Kinerja Perusahaan Dengan Struktur Modal Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEI)”. Riset Manajemen & Akuntansi, Vol. 2, No.3. Sanders, Donald H., and Robert K. Smidth. 2000. Statistics : A First Course. USA : McGraq-Hill. Setiawan, Maman. et. al. 2005. "Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, dan Karakteristik Tata Kelola Korporasi terhadap Kinerja Perusahaan". Laporan Penelitian. Fakultas Ekonomi UNPAD: Bandung. Silaen, Sofar. dan Herianto Yayak. 2013. Pengantar Statistika Sosial. In Media. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung : Alfabeta cv. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung : Alfabeta cv. Syadeli, Moh. 2013. “Struktur Kepemilikan, Profitability dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Pemanufakturan di Bursa Efek Inonesia”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2. Widarjono, Agus. 2009. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. 154 ISSN: 1410 -9875 Yupiter Gullo Widarjono, Agus 2013, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasimya, Penerbit UPP STIM, YKPN,Yogyakarta. Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Wiranata, Yulius Ardy. dan Nugrahanti, Y.W. 2013. "Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di Indonesia." Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 15, No. 1: 15-26. Yuliani, Nurbaity. 2014. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responbility Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013”. Jurnal Akuntansi, Universitas Maritim Raja Ali Haji. 155 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 8 Halaman ini sengaja dikosongkan 156 November 2012