BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir terjadi perubahan yang drastis di dalam bisnis khususnya e-business, perkembangan tersebut diantaranya perkembangan komunikasi dan proses bisnis lainnya. Hal ini dimulai sejak adanya printer lalu radio, televisi, telepon, fax dan sekarang yang terakhir perkembangannya adalah internet. Internet menjadi harapan yang cerah dalam mengembangkan dan meningkatkan aktivitas bisnis dalam hal ini misalnya peningkatan penjualan dan alat komunikasi. (Sweeney, C.A) Dalam perkembangannya internet memungkinkan semua orang memiliki kesempatan untuk membuka bisnisnya dan kesempatan yang besar untuk meraih sukses sangat terbuka jika bisnisnya dijalankan dengan benar. Oleh karena itu, ini bukan sekedar mengembangkan website atau membuat online, untuk meraih kesuksesan dibisnis online kita harus memilih bisnis yang tepat, memilih e-business model yang tepat, mengembangkan website yang tertuju pada target market, dan mengembangkan traffic pada website. (Sweeney, C.A) Indonesia yang memiliki populasi lebih dari 200 juta orang memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan bisnis e-commerce. e-commerce di Indonesia memang masih memasuki tahap awal dalam e-commerce, dan masih sedikit orang yang memanfaatkan ecommerce dalam bisnisnya. Tetapi belakangan tercatat Indonesia memiliki pertumbuhan yang tidak wajar dan cenderung meningkat drastis dalam hal pemanfaatkan e-commerce. (Velaasia.com) Berdasarkan data yang didapatkan, pengguna internet Indonesia sudah menyentuh angka lebih dari 60 juta orang (APJII), sementara pengguna selulernya mencapai 230 juta orang dan diantaranya 20% menggunakan smartphone. Sayangnya potensi yang besar tersebut ternyata belum dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis untuk mengembangkan ecommerce. Menurut daily social nilai transaksi online Indonesia pada tahun 2012 mencapai US$ 0,9 miliar atau sekitar 8,5 triliun, dan bahkan diprediksi akan mencapai US$ 10 miliar atau sekitar 95 triliun pada tahun 2015.(the-marketeers.com). Berikut ini adalah data pengguna internet Indonesia yang dirilis oleh Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII): 1 2 Gambar 1.1 Data Pengguna Internet di Indonesia Sumber: apjii.co.id Kota Bandung adalah salah satu dari kota terbesar di Indonesia, kota yang berpendudukan sekitar 2,6 Juta Jiwa (Data APJII Tahun 2012) itu menjadi salah satu penyumbang terbesar netizen di Indonesia. Menurut data dari APJII Tahun 2012 diketahui bahwa jumlah pengguna Internet Kota Bandung adalah sebanyak 579.000 jiwa, jumlah tersebut memiliki potensi untuk bertambah banyak lagi pada tahun 2013 dan 2014 dengan melihat pertumbuhan smartphone yang semakin populer dimasyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan prediksi yang menyebutkan bahwa tahun 2014 akan terjual sekitar 30 juta smartphone. (bandung.bisnis.com) Menurut data dari APJII disebutkan bahwa jumlah netizen kota bandung yang berkisar pada angka 579.000 jiwa pada 2012 didapatkan juga fakta bahwa netizen kota Bandung tersebut sekitar 84% menggunakan smartphone sebagai alat untuk mengakses internet. Kota yang sangat potensial bagi perusahaan atau individu yang akan melakukan bisnis dibidang perangkat smartphone atau memanfaatkan smartphone sebagai alat untuk memasarkan produknya. Akan tetapi, kenyataannya jumlah yang sangat signifikan tersebut belum sepenuhnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih produktif karena menurut data APJII diketahui bahwa pengguna internet masih di dominasi oleh masyarakat yang hanya sekadar jaringan sosial dunia maya, atau sekadar update berita terkini. Beberapa penelitian sebelumnya yang mengangkat mengenai tema adopsi ecommerce salah satunya penelitian yang dilakukan oleh T. Ramayah dan Joshua Ignatius yang mengangkat tema e-commerce dengan judul “Impact of Perceived usefulness, Perceived ease of use and Perceived Enjoyment on Intention to shop online” didapatkan hasil bahwa Perceived Ease of Use dan Perceived Enjoyment memiliki pengaruh yang cukup 3 signifikan terhadap Intention to Shop Online. Selain itu ditemukan juga bahwa Perceived Usefulness tidak terlalu signifikan hal ini disebutkan penulis sebelumnya kemungkinan adanya budaya masyarakat yang masih lebih memilih belanja secara konvensional dibandingkan dengan online. Hasil penelitian tersebut menjadi rujukan bagi penulis sebagai pertimbangan untuk melakukan penelitian adopsi apps-commerce dengan mengambil variabel yang pernah di teliti oleh T. Ramayah dan Joshua Ignatius karena adanya kesamaan antara shoping online melalui world wide web dan melalui apps-commerce yang merupakan bagian dari fitur smartphone. Selain merujuk pada penelitian tersebut penulis menemukan beberapa fakta yang berkaitan dengan perilaku konsumen Indonesia yang disajikan dalam laporan APJII tahun 2012 yang menyebutkan bahwa pengaruh terbesar kenapa masyarakat Indonesia masih enggan menggunakan internet untuk berbelanja adalah karena risiko yang tinggi. Atas pertimbangan tersebut penulis mencoba untuk memasukan Perceived Risk ke dalam penelitian untuk mengetahui faktor apa saja yang sebenarnya mempengaruhi masyarakat dalam adopsi teknologi apps-commerce. Kalakota dan Whinston (1997) dalam Daniel etal. (2002) mendefinisikan e-commerce adalah “pembelian dan penjualan informasi, produk dan layanan melalui jaringan komputer” dimana jaringan komputer yang dimaksud adalah Internet. Laudon dan Traver (2002) dalam Asing-Cashman et al. (2004) mendefinisikan e-commerce sebagai transaksi komersial antara dan antar organisasi dan individual yang dilakukan secara digital. Schneider (2002) masih dalam Asing-Cashman et al. mendefinisikan e-commerce sebagai aktivitas bisnis yang dilakukan dengan menggunakan teknologi transmisi data elektronik seperti yang digunakan di Internet dan world wide web untuk menerapkan atau meningkatkan proses bisnis. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa e-commerce adalah segala transaksi komersial baik itu individu atau organisasi yang dilakukan secara digital yang dihubungkan melalui media teknologi transmisi data elektronik. Seiring perkembangannya, e-commerce semakin digemari oleh para pelaku usaha untuk menperdagangkan produknya karena kepercayaan konsumen pun semakin hari semakin baik terhadap bisnis online saat ini. Hal ini dapat kita lihat dari menjamurnya situs untuk bisnis online di internet khususnya di Indonesia dan salah satu situs yang terkenal diantaranya tokobagus.com, lazada.zom, zalora.com, bhineka.com, blibli.com dan lain-lain. Diantara situs-situs tersebut saat ini bahkan sudah memasuki tahap baru dari e-commerce yaitu dengan mulai memasuki pasar m-commerce, hal ini dapat dilihat dari tersedianya layanan yang disediakan oleh pelaku bisnis online tersebut misalnya lazada.com, zalora.com, 4 bhineka.com yang kini sudah tersedia dalam aplikasi android sehingga pelanggan dapat melakukan transaksinya melalui ponsel mereka. Menurut data APJII sebelumnya disebutkan bahwa pada tahun 2012 terdapat lebih dari 200 juta pengguna selular di Indonesia dan 20% dari total tersebut adalah pengguna smartphone. Hal inilah yang membuat pelaku bisnis online tertarik untuk mengembangkan bisnisnya melalui m-commerce karena adanya kecenderungan dari pelanggan untuk beralih dari sebelumnya e-commerce menjadi m-commerce. Murahnya biaya yang diperlukan untuk menjalankan transaksi, mendorong sebagian besar konsumen Indonesia mulai memilih perdagangan elektronik dengan perangkat mobile (bisnisukm.com). Menurut data statistik yang didapatkan pada tahun 2010 persentase m-commerce hanya mencapai 3 % tetapi pada tahun 2012 aktivitas transaksi melalui perangkat mobile mulai mengalami peningkatan hingga 11 %. Data ini tentunya menjadi salah satu bukti nyata bahwa kedepannya transaksi jual beli melalui ponsel pintar akan semakin ramai (bisnisukm.com). Tetapi disamping pertumbuhan tersebut dan proyeksi peningkatan tersebut, harus dilihat pula kesiapan masyarakat Indonesia itu sendiri. Teknologi m-commerce semakin berkembang saat ini diyakini akan terus berkembang seiring dengan adanya aplikasi dari beberapa operating system yang sering membuat terobosan lalu kemudian membuka era baru untuk dalam hal berbelanja mcommerce karena adanya tampilan visual yang lebih lengkap dari mulai catalog barang hingga sistem pembayaran. Menurut catatan, hingga sekarang terdapat 3 operating system yang paling populer yaitu android, iphone, & blackberry. Pemakaian operating system terbesar saat ini masih diduduki oleh system android, untuk lebih lengkapnya berikut ini adalah data statistik mengenai penggunaan operating system pada smartphone hingga Quarter 3 2013 yang dirilis oleh Nielsen.com: 5 Gambar 1.2 Data Smarphone Operating System Q3 2013 Sumber: Nielsen.com Adopsi Teknologi informasi dan komunikasi sudah dikembangkan oleh beberapa penelitian sebelumnya dan dari penelitian tersebut didapatkan 2 inti pendekatan. Pendekatan pertama adalah fokus pada adopsi hingga akhir perspektif pengguna, sedangkan pendekatan kedua fokus pada difusi, karakteristik stress pada teknologi (Catalan & Luque). Adopsi pertama dikembangkan oleh Davis dengan model Technology Acceptance Model (TAM), dimana model ini adalah pengembangan dari Theory of Reason Action (TRA) yang sebelumnya dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen. Model adopsi TAM yang dikembangkan oleh Davis sudah digunakan oleh banyak peneliti sebelumnya dan ditemukan banyak sekali artikel penelitian mengenai adopsi TAM untuk penerimaan berbagai teknologi baru tetapi yang terakhir banyak ditemukan adalah mengenai adopsi penerimaan teknologi e-commerce. Oleh sebab itu dalam penelitian ini penulis juga bermaksud untuk melakukan penelitian pengembangan model adopsi TAM terhadap penerimaan teknologi aplikasi commerce atau yang dikenal dengan apps-commerce yang saat ini terbilang baru dan tengah berkembang pesat. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis membuat judul “Studi Analisis Penerimaan Teknologi Aplikasi Commerce melalui Aspek Kemudahan, Kegunaan, Kenyamanan, dan Risiko Untuk Meningkatkan Pengguna Aplikasi Commerce Kota Bandung”. 6 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan penuturan latar belakang hingga saat ini banyak penelitian mengenai adopsi e-commerce menggunakan teori difusi technologi acceptance model yang dikeluarkan oleh davis. Namun dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk meneliti penerimaan teknologi aplikasi commerce yang masih terbilang baru di dunia bisnis. Aplikasi commerce yang mulai naik daun sejak tahun 2011 silam mulai dimanfaatkan untuk kegiatan bisnis, mengingat potensi yang dimiliki sangat besar jika dilihat dari pengguna smartphone dan fungsi dari smartphone itu sendiri. Terbukti dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan markplus.inc atau asosiasi jasa pengguna jasa internet Indonesia (apjii) menyebutkan bahwa transaksi melalui aplikasi commerce terus mengalami peningkatan walaupun belum optimal karena masih kecil sekali peningkatannya. Pengguna yang mencapai lebih dari 12 juta user hingga tahun 2012 tetapi pemanfaatan untuk kegiatan yang produktif hanya 11 % dari total user pengguna smartphone menjadi pertanyaan besar kenapa user tidak memanfaatkan smartphone sebagai alat untuk melakukan transaksi online. Fenomena tersebut yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai adopsi e-commerce atau lebih spesifik aplikasi commerce pada pengguna smartphone. Adapun rujukan yang digunakan penulis sebagai bahan untuk melakukan penelitian adalah berdasarkan dari jurnal-jurnal yang masih berhubungan dengan penelitian ini, baik yang berasal dari internasional atau nasional. Variabel yang digunakan adalah meliputi perceived usefulness, perceived ease of use, dan perceived enjoyment yang diambil penulis dari penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh T. Ramayah dan Joshua Ignatius. Selain variabel-variabel tersebut penulis juga menambahkan perceived risk yang diambil dari hasil penelitian yang dilakukan markplus.inc yang menunjukkan bahwa user di Indonesia masih belum merasa aman untuk melakukan transaksi online dikarenakan risiko yang masih tinggi. Identifikasi masalah lebih lanjut disampaikan melalui beberapa rumusan penelitian sebagai berikut: 1) Apakah Kegunaan Aplikasi berpengaruh terhadap Penerimaan Teknologi Aplikasi Commerce. 2) Apakah Kemudahan Aplikasi berpengaruh terhadap Penerimaan Teknologi Aplikasi Commerce. 3) Apakah Kenyamanan Aplikasi berpengaruh terhadap Penerimaan Teknologi Aplikasi Commerce. 7 4) Apakah Risiko Aplikasi berpengaruh terhadap Penerimaan Teknologi Aplikasi Commerce. 5) Apakah Kegunaan Aplikasi, Kemudahan Aplikasi, Kenyamanan Aplikasi, dan Risiko Aplikasi berpengaruh terhadap Penerimaan Teknologi Aplikasi Commerce. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis Pengaruh Kegunaan Aplikasi terhadap Penerimaan Teknologi Aplikasi Commerce. 2) Menganalisis Pengaruh Kemudahan Aplikasi terhadap Penerimaan Teknologi Aplikasi Commerce. 3) Menganalisis Pengaruh Kenyamanan Aplikasi terhadap Penerimaan Teknologi Aplikasi Commerce. 4) Menganalisis Pengaruh Risiko Aplikasi terhadap Penerimaan Teknologi Aplikasi Commerce. 5) Menganalisis Pengaruh Kegunaan Aplikasi, Kemudahan Aplikasi, Kenyamanan Aplikasi, dan Risiko Aplikasi terhadap Penerimaan Teknologi Aplikasi. 1.4 Manfaat Penelitian Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang mengadakan penelitian dalam ruang lingkup yang sama. Juga diharapkan penelitian ini dapat menambah dalam hal pengembangan ilmu di bidang manajemen pada umumnya dan secara khusus mengenai ilmu electronic commerce. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para pengguna atau bagi para pembisnis yang akan melakukan kegiatan bisnis dengan memanfaatkan teknologi baru seperti aplikasi commerce. Atau juga penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pengembangan aplikasi commerce yang sudah ada saat ini.