BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Sinyal (Signaling Theory)

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku
bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang
akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana
pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu
sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk
mengambil keputusan investasi.
Menurut Brigham dan Houstan (2001) dalam Angela (2013) teori
signalling merupakan suatu tindakan yang dipilih manajemen perusahaan
yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan. Konsep teori signaling menyatakan bahwa
perusahaan memberikan sinyal-sinyal kepada pihak luar perusahaan dengan
tujuan meningkatkan nilai perusahaan.
Teori signalling menjelaskan mengapa perusahaan memiliki dorongan
untuk memberikan laporan keuangan kepada pihak eksternal. Laporan yang
wajib diungkapkan perusahaan setidaknya meliputi satu set laporan keuangan.
9
10
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat
asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak luar / investor
(Prasetyaningrum 2008 dalam Danu 2011).
Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik
(principal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan
menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Sama
halnya jika dikaitkan dengan hubungan kinerja finansial, yaitu jika suatu
perusahaan memiliki kinerja finansial yang tinggi maka dapat memberikan
sinyal positif bagi investor atau masyarakat melalui laporan keuangan atau
laporan tahunan yang diungkapkan. Dengan pengungkapan tersebut
diharapkan dapat memberikan signal kepada pihak eksternal termasuk investor
dan diharapkan akan dapat memberikan citra perusahaan yang pada akhirnya
tercermin dengan peningkatan nilai perusahaan.
B. Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling dalam Isnanta (2008), menyatakan bahwa teori
keagenan mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen
sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang
saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu
manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi
kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen wajib
mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham. Karena
unit analisis dalam teori keagenan adalah kontrak yang melandasi hubungan
11
antara prinsipal dan agen, maka fokus dari teori ini adalah pada penentuan
kontrak yang paling efisien yang mendasari hubungan antara prinsipal dan
agen.
Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan
harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan
dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan
yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs,
yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya
untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan
peningkatan biaya enforcement-nya.
Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang
saham, biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan
yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian
internal; serta biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan
pemegang saham sebagai bentuk ‘bonding expenditures’ yang diberikan
kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan
menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.
C. Arus Kas
1. Pengertian Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi tentang
arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu entitas untuk suatu
periode tertentu (Martani 2012 : 145).
12
Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas atau
investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang cepat dapat
dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan meemiliki risiko
perubahan nilai yang tidak signifikan (Ikatan Akuntan Indonesia 2012 : 2).
Dalam PSAK No. 2 tahun (2012 : 1) disebutkan bahwa “ Perusahaan harus
menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam pernyataan ini
dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan.” Tujuan lain dari
arus kas adalah memberikan informasi kepada kreditor, investor dan pemakai
lainnya dalam :
1. Menentukan kemampuan perusahaan untuk menimbulkan arus kas bersih
positif dimasa yang akan datang.
2. Menentukan kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajibannya seperti
melunasi hutang kepada kreditor.
3. Menentukan alasan tentang terjadinya perbedaan antara laba bersih dan
dihubungkan dengan pembayaran dan penerimaan kas.
4. Menentukan pengaruh transaksi kas pembelanjaan dan investasi bukan kas
terhadap posisi keuangan perusahaan.
Penerimaan kas dan pembayaran kas selama satu periode diklasifikasikan
menurut (Kieso, et.all. 2007 : 213) dalam laporan arus kas dibagi menjadi tiga
aktivitas yaitu:
1. Aktivitas Operasi (Operating Activities) meliputi pengaruh kas dari
transaksi yang digunakan untuk menentuka laba bersih.
13
2. Aktivitas Investasi (Investing Activities) meliputi pemberian dan
penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik utang
maupun ekuitas) serta properti, pabrik, dan peralatan.
3. Aktivitas
Pembiayaan
(Financing
Activities)
melibatkan
pos-pos
kewajiban dan ekuitas pemilik.
2. Penggolongan Laporan Arus Kas
a. Arus Kas Operasi (Operating)
Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang berasal dari
transaksi yang mempengaruhi laba bersih. (Reeve James M, et.all. 2011 :
263).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012 : 2) aktivitas operasi adalah
aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang
bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator
utama untuk menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus
kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi tentang unsur tertentu
arus kas historis, bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi
arus kas operasi masa depan.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil
utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada
14
umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi
penetapan laba rugi. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah :
a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa.
b) Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain.
c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
d) Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan.
e) Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan
dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain.
f) Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan
jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas
pendanaan dan investasi, dan
g) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan
dipedagangkan atau diperjualbelikan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2012 No. 2 ada dua bentuk penyajian
laporan arus kas dalam kegiatan operasi, yaitu :
a. Direct Method (Metode Langsung)
Dalam metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto diungkapkan.
b. Indirect Method (Metode Tidak Langsung)
Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi
pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan
15
atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depan, dan unsur
penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi dan
pendanaan.
b. Arus Kas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi adalah arus kas yang berasal dari transaksi
yang mempengaruhi investasi dalam aset tidak lancar. Arus kas masuk dari
kegiatan investasi biasanya berasal dari penjualan aset tetap, investasi, dan
aset tak berwujud. Arus kas keluar biasanya meliputi pembayaran untuk
memperoleh aset tetap, investasi, dan aset tak berwujud (Reeve James M.
et.all. 2011:263).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012 : 2) aktivitas investasi adalah
perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak
termasuk setara kas. Kegiatan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi adalah penting karena arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran
yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal
dari aktivitas investasi adalah:
a) Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi
dan aset tetap yang dibangun sendiri.
b) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
jangka panjang lain.
16
c) Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran
kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang
dimiliki untuk diperdagangkan atau dijualbelikan).
d) Penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari
instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk
diperdagangkan atau diperjualbelikan).
e) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang
muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan)
f) Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan
kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh
lembaga keuangan).
g) Pembayaran kas sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan
swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan
atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut diklasifi kasikan
sebagai aktivitas pendanaan, dan
h) Penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika
kontrak
tersebut
dimiliki
untuk
tujuan
diperdagangkan
atau
diperjualbelikan, atau jikapembayaran tersebut diklasifi kasikan sebagai
aktivitas pendanaan.
17
c. Arus Kas Pembiayaan atau Pendanaan (financing)
Arus kas dari aktivitas pembiayaan menurut Kieso, et.all. (2011 : 206)
adalah “include obtaining resources from awners and providing them with a
return on their invesment, and brrowing money from creditors and repaying
the amounts borrowed” atau laporan yang berisi mengenai bagaimana
perusahaan memperoleh kas dari hutang dan mengembalikan hutang tersebut.
Dan juga bagaimana perusahaan memperoleh kas dari pemegang saham,
membeli kembali saham tersebut dan membayar deviden.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012 : 2) arus kas dari aktivitas
pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah
serta
kontribusi
modal dan
pinjaman
perusahaan,
berupa
kegiatan
mendapatkan sumber-sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek
penghasilan dari sumber dana tersebut, meminjam dan membayar utang
kembali, atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar utang
tertentu. Kegiatan terpisah arus kas perusahaan yang berasal dari aktivitas
pendanaan adalah penting karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus
kas masa depan oleh para penyedia modal entitas. Beberapa contoh arus kas
yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
a) penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrumen modal lain.
b) pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham
entitas.
18
c) penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan
pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain.
d) pelunasan pinjaman.
e) pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan.
3. Tujuan dan Kegunaan Informasi Laporan Arus Kas
Tujuan dari laporan arus kas menurut Smith (2009 : 212) adalah untuk
menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran
kas sebuah perusahaan selama suatu periode.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012 : 1) tujuan dari pelaporan arus
kas adalah untuk memberikan peraturan atas informasi mengenai perubahan
historis dalam kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus
kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi
dan pendanaan selama suatu periode.
Adapun tujuan dari laporan arus kas menurut Giri (2012 : 80) yaitu
menyediakan informasi kepada kreditur, investor, dan pemakai lainnya
mengenai :
1. Kemampuan entitas menimbulkan aliran kas bersih positif.
2. Kemampuan entitas menyelesaikan kewajiban-kewajibannya.
3. Menjelaskan
perbedaan
antara
pembayaran dan penerimaan kas.
laba
bersih
dihubungkan
dengan
19
4. Menjelaskan pengaruh transaksi kas dan transaksi pendanaan, serta
investasi bukan kas terhadap posisi keuangan perusahaan.
Keguanaan informasi yang terkandung dalam laporan arus kas menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (2012 : 1) adalah :
1. Untuk membantu pengguna laporan keuangan menilai kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas.
2. Memungkinkan pengguna untuk dikembangkannya model yang dapat
menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan
(future cash flow) dari berbagai perusahaan.
3. Dapat meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi dari berbagai
perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan
akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
4. Sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
D. Laba Akuntansi
1. Pengertian Laba Akuntansi
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan
incator operasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tanpa dilaporkan
keuangan tepatnya laporan laba rugi. Wild, Subranmanyan dan Halsey (2005).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia No. 46 (2012) laba akuntansi adalah
laba bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak.
20
Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang
sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai
cara untuk menghitung laba. Karakteristik dari pengertian laba akuntansi
semacam itu mengandung beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan laba
akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim (2005 : 114) adalah:
1. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi
para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara objektif dapat diuji
kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh
bukti.
3. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi
memenuhi dasar konservatisme.
4. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan
dengan pertanggungjawaban manajemen.
Menurut Belkaoui dan Sofyan (2007 : 2009) laba akuntansi mengandung
lima sifat berikut :
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu
ditimbulkan hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
2. Laba akuntansi didasrkan pada postulat “periodik”
laba itu, artinya
merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasrkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan
tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.
21
4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran terhadap biaya dalam bentuk
biaya historis.
5. Laba akuntansi didasrkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi
biaya yang diterima atau dikeluarkan dalam periode yang sama.
Adapun pengertian dan macam-macam laba adalah sebagai berikut :
a. Laba Kotor (laba bruto) adalah jumlah penjualan dikurangi harga pokok
penjualan.
b. Laba Operasi (operating income) adalah selisih antara laba kotor dengan
beban operasi. Secara umum beban operasi adalah seluruh beban operasi
kecuali beban bunga dan pajak. Sehingga laba operasi dapat disebut juga
dengan laba sebelum bunga dan pajak.
c. Laba Sebelum Pajak adalah laba yang tersisa setelah dikurangi semua
biaya-biaya operasi namun belum dikurangi pajak.
d. Laba bersih (net income) adalah jumlah pendapatan dikurangi semua biaya
dan pajak dari jumlah penjualan.
22
2. Keunggulan Dan Kelemahan Laba Akuntansi
Menurut Sofyan (2007 : 305) terdapat beberapa keunggulan dari laba
akuntansi, yaitu :
1. Dapat terus menerus ditelusuri dan diuji.
2. Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan
dilaporkan secara objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa
(verifiability).
3. Memenuhi prinsip consevatism, karena yang diakui hanya laba yang
direalisasi dan tidak memperhatikan perubahan nilai.
4. Dapat dijadikan sebagai alat control oleh manajemen dalam melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen.
Kelemahan laba akuntansi adalah :
1. Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari
kenaikan nilai. Kenaikan nilai ini ada namun belum direalisasi.
2. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul
karena adanya perbedaan dalam metode menghitung cost, perbedaan
waktu antara realisasi hasil dan biaya.
3. Penerapan prinsip realisasi, historical cost dan conservatism dapat
menimbulkan salah pengertian terhadap data yang disajikan.
23
3. Tujuan Pelaporan Laba
Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi
keuangan yang dapat menunjukan prestasi perusahaan dalam menghasilkan
laba. Dengan konsep yang selama ini digunakan diharapkan para pemakai
laporan dapat mengambil keputusan ekonomi yang tepat sesuai dengan
kepentingannya. Meskipun konsep laba yang digunakan diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan para pemakai, namun adanya berbagai konsep dan
tujuan laba, mengakibatkan konsep laba tunggal tidak dapat memenuhi semua
kebutuhan pihak pemakai laporan. Atas dasar kenyataan ini ada dua
alternative yang dapat digunakan yaitu memformulasikan konsep laba tunggal
untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum atau menggunakan berbagai
konsep laba dan menyajikan secara jelas konsep laba tersebut secara khusus.
Tanpa memperhatikan masalah yang muncul, informasi laba sebenarnya dapat
digunakan untuk memnuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah
untuk meyajikan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan :
1. Sebagai indicator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam
perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on
invested capital).
2. Sebagai pengukur prestasi manajemen.
3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu Negara.
24
5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus.
6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran.
8. Sebagai dasar pembagian deviden.
E. Earning Per Share (EPS)
Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon
pemegang saham sangat tertarik akan EPS, karena hal ini menggambarkan
jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon
pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar, karena hal ini merupakan
salah satu pengukuran keberhasilan suatu perusahaan.
Menurut Kasmir (2012: 207) menyatakan bahwa :
“Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti
manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham,
sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham
meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian yang tinggi.”
Pengertian Earning Per Share menurut Irham Fahmi (2012 : 96)
adalah,“bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang
saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.”
25
Adapun menurut Van Horne Wachowicz dalam Irham Fahmi (2012 : 96)
earning per share adalah “Earning after taxes (EAT) devided by the number
of common share outstanding.”
Menurut Kasmir dalam bukunya yang berjudul Pengantar Manajemen
Keuangan (2010:116) mengatakan bahwa:
“earning per share adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan
pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada
pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha
yang dilakukannya.”
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012 : 154), earning per share
merupakan:
“rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS
menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap
lembar saham. Makin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan
pemegang saham karena makin besar laba yang disediakan untuk
pemegang saham dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang
diterima pemegang saham.”
Berdasarkan dari definisi di atas laba per lembar saham (EPS)
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Laba per
lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai
perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara
26
untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik
saham dalam perusahaan. Dengan kata lain bila perusahaan ingin
meningkatkan kesejahteraan para
pemegang
sahamnya,
maka
harus
memusatkan perhatiannya pada Laba Per Lembar Saham (EPS), sehingga jika
EPS suatu perusahaan tidak memenuhi harapan para pemegang sahamnya,
maka keadaan ini akan berdampak pada harga saham yang rendah. Penjelasan
di atas dapat diketahui bahwa hubungan antara laba per lembar saham dengan
harga saham sangat erat.
Menurut Darmadji & Fakhrudin (2012 : 154) EPS dihitung dengan rumus
berikut :
Laba Bersih
Earning per Share =
Jumlah saham beredar
Sebagai catatan, jika pada perusahaan tersebut terdapat saham preferen,
maka rumusnya agak sedikit berbeda yaitu :
Laba Bersih – Dividen Saham Preferen
EPS =
Jumlah Saham Beredar
27
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012 : 155) :
“Pada rumus ini, terlebih dahulu laba bersih dikurangkan dengan porsi
dividen untuk saham preferen, baru kemudian dibagi dengan jumlah saham
biasa yang beredar. Pada umumnya saham preferen di Indonesia kurang
popular, sehingga banyak yang tertarik terhadap saham biasa. Oleh karena itu,
banyak yang menggunakan rumus yang pertama, yaitu laba bersih dibagi
dengan jumlah saham yang beredar. Penggunaan rumus EPS pada umumnya
akan lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya
sehingga analisis akan menjadi lebih luas. Untuk keperluan analisis yang baik,
perbandingan tidak hanya dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi
dengan industri yang sejenis.”
F. Harga Saham
1. Pengertian Harga Saham
Menurut Irham Fahmi dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Pasar
Modal” (2012 : 81) mendefinisikan bahwa saham adalah :
a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.
b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
c. Persediaan yang siap untuk dijual.
28
Menurut Jogiyanto (2010 : 67) pengertian saham adalah : “saham
merupakan suatu bentuk penjualan hak kepemilikan perusahaan kepada pihak
lain.”
Pengertian harga saham menurut Darmadji & Fakhrudin (2012 : 102)
adalah:
“Harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa
berubah naik atau pun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Ia
dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam
hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena tergantung dengan
permintaan dan penawaran antara pembeli saham dengan penjual saham.”
Sedangkan menurut Rusdin (2008 : 66) :
“Harga saham ditentukan menurut hokum permintaan penawaran atau
kekuatan tawar menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka
harga saham tersebut cenderung naik. Sebaliknya, makin banyak orang
yang ingin menjual saham, maka saham tersebut akan bergerak turun.”
2. Jenis-Jenis Saham
Menurut Irham Fahmi (2012 : 81) Jenis saham dibagi menjadi dua yaitu
saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock).
1. Saham Biasa (Common Stock)
Merupakan surat berharga dimana pemegangnya memiliki hak
mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), serta berhak untuk menentukan
29
membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, dan
memperoleh keuntungan berupa devuden di akahir tahun.
Expected Return 
Div 1  P1  P0
P0
Saham biasa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a) Blue chip-stock (saham unggulan), saham dari perusahaan yang
dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan
dan manajemen yang berkualitas.
b) Growth stock, saham-saham yang diharapakan memberikan
pertumbuhan laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
saham lain.
c) Defensive stock (saham-saham defensif), saham yang cenderung
stabil meskipun dalam keadaan perekonomian yang labil atau tidak
menentu, contohnya saham food and beverage).
d) Cyclical Stock, saham yang nilainya cenderung naik pesat saat
keadaan ekonomi baik, dan turun secara cepat saat keadaan
ekonomi buruk.
e) Seasonal stock, saham perusahaan yang penjualannya bervariasi
karana musiman. Contohnya saat musim liburan mainan anak-anak
memiliki penjaualan yang tinggi.
30
f) Speculative stock, saham yang kondisinya memiliki tingkat
spekulasi
yang
tinggi,
namun
kemungkinan
tingkat
pengembaliannya rendah.
2. Saham Istimewa (Preferred Stock)
Merupakan surat berharga dimana pemegangnya akan memperoleh
pendapatan tetap dalam bentuk deviden yang diterima setiap kurtal (tiga
bulanan).
Jika dilihat dari prosfektif rate of return, yaitu “saham preferen ini
biasanya memberikan deviden yang tetap kepada perusahaan setiap
tahunnya seperti halnya obligasi. Pada umumnya saham preferen ini tidak
mempunyai hari jatuh (perpectuity)”. Menurut Irham Fahmi (2013 : 40)
Rate of Return dari saham preferen ini dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Deviden per lembar saham preferen
Rate of Return =
Harga pasar
Salah satu keuntungan yang paling dominan dari kepemilikan saham
jenis ini adalah pembayaran deviden bersifat lebih diutamakan dibanding
saham biasa (common stock). Sehingga mereka yang menyimpan uang
dalam bentuk saham preferen memiliki perhitungan penerimaan deviden
yang dapat diperkirakan dan bersifat di perhitungkan.
31
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Ada beberapa kondisi dansituasi yang menentukan suatu saham
mengalami fluktuasi (Fahmi, 2012 : 87), yaitu:
1. Kodisi makro dan mikro ekonomi.
2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan
usaha), seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang
pembantu (sub brand office), baik dibuka di domestic maupun luar negeri.
3. Pergantian direksi secara tiba-tiba
4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak
pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan
5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya
6. Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh
dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham
4. Penilaian Harga Saham
Menurut Darmadji dan Fakhrudi (2012 :102) :
“Harga saham merupakan harga yang tejadi di bursa pada waktu tertentu .
Harga saham bisa berubah naik atau pun turun dalam hitungan waktu yang
begitu cepat. Ia dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah
32
dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena tergantung dengan
permintaan dan penawaran antara pembeli saham dengan penjual saham.”
Menurut Darmadji dan Fakhrudi (2012 :102) , selembar saham
mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Harga Nominal
Harga nominal merupakan nilai yang tertera pada lembaran surat saham
yang besarnya ditentukan dalam Anggaran Dasar Perusahaan. Harga nominal
sebagian besar merupakan harga dugaan yang rendah, yang secara arbitrer
dikenakan atas saham perusahaan. Harga ini berguna untuk menentukan harga
“saham biasa yang dikeluarkan”. Besarnya harga nominal memberikan arti
penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai
nominal.
2. Harga Perdana
Harga ini merupakan harga yang dicatat pada bursa efek. Harga saham
pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter)
dan emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga saham emiten
itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga
perdana.
3. Harga Pasar
Harga ini merupakan harga yang ditetapkan di bursa efek bagi saham
perusahaan publik atau estimasi harga untuk perusahaan yang tidak
memiliki saham. Dalam bursa saham, angka ini berubah setiap hari
sebagai respon terhadap hasil aktual atau yang diantisipasi dan sentimen
33
pasar secara keseluruhan atau sektoral sebagaimana tercermin dalam
indeks bursa saham. Hal itu juga menunjukkan bahwa tujuan utama
manajemen adalah menjamin harga sebaik mungkin dalam kondisi
apapun.
Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan
dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal menurut Darmadji &
Fakhrudin (2012:149) adalah sebagai berikut:
1. Analisis Fundamental , merupakan salah satu cara untuk melakukan
penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator
yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu
perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen
perusahaan. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis
yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau
memproyeksi nilai suatu saham. Beberapa data atau indicator yang umum
digunakan, antara lain: pendapatan laba, pertumbuhan penjualan, imbal
hasil atau pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit
margin), dan data-data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai
kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa yang
akan datang.
2. Analisis Teknikal, merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
penilaian saham, dimana dengan metode ini para analis melakukan
evaluasi saham berbasis pada data-data statitsitk yang dihasilkan dari
aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi.
34
Dengan berbagai grafik yang ada serta pola-pola grafik yang terbentuk,
analisis teknikal mencoba memprediksi arah pergerakan harga saham ke
depan. Analisis teknikal atau sering disebut chartist percaya bahwa
perkembangan atau kinerja saham dan pasar di masa lalu merupakan
cerminan kinerja ke depan. Dengan perkataan lain, mereka percaya
G. Peneliti Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Handoyo (2006) memperoleh bukti empiris
mengenai pengaruh kandungan informasi arus kas dan laba akuntansi terhadap
harga saham, serta memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh perubahan
total arus kas dan perubahan laba akuntansi terhadap return saham. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa total arus kas mempunyai pengaruh signifikan
terhadap harga saham, perubahan arus kas tidak berpengaruh terhadap return
saham, laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan
perubahan laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap return saham. Dan
penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2006) adalah “Pengaruh Laba
Akuntansi dan Arus Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa baik arus kas dan laba akuntansi tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
35
Hasil penelitian Sulistio (2005) yang berjudul “Pengaruh Informasi
Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return: Studi Pada Perusahaan
yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu informasi
akuntansi yang diteliti meliputi ukuran (size) perusahaan, earning per share
(EPS), price earning ratio (PER), dan tingkat leverage, sedangkan informasi
non akuntansi yang diteliti meliputi proporsi kepemilikan yang ditahan
pemegang saham lama, reputasi auditor, reputasi underwriter,dan jenis
industri. Sampel yang digunakan yaitu 44 perusahaan manufaktur dan non
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan tahun
pengamatan dari tahun 1998 sampai dengan 2003. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa dalam informasi akuntansi hanya tingkat leverage yang
berpengaruh signifikan terhadap inital return, dan ukuran (size) perusahaan,
earning per share (EPS), price earning ratio (PER) tidak berpengaruh
signifikan terhadap initail return. Sedangkan dalam informasi non akuntansi
hanya proporsi kepemilikan yang ditahan pemegang saham lama yang
berpengaruh signifikan terhadap inital return, dan reputasi auditor, reputasi
underwriter, dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap initial
return.
Hasil penelitian dari Hernawati dan Setyaningsih (2007) dengan judul
“Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti di
Bursa Efek Jakarta”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10
perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dengan
36
periode pengamatan sejak tahun 2000 sampai tahun 2004. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa earning per share (EPS) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham.
37
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian
Judul
Variabel yang digunakan
Hasil Penelitian
Terdahulu
Erni Ekawati (2006)
Wardhani (2006)
Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap
1. Arus Kas Operasi
Harga Saham
2. Harga Saham
Pengaruh Laba Akuntansi dan Arus Kas 1. Laba Akuntansi
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan 2. Arus Kas
Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek 3. Harga Saham
Pengaruh Laba Akuntansi, Arus Kas, dan 1. Laba Akuntansi
Net Profit Margin terhadap Return Saham
harga saham.
1. Arus kas tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
2. Laba
akuntansi
tidak
berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Indonesia
Fathuh Hilal (2010)
1. Arus kas berpengaruh signifikan terhadap
1. Laba Akuntansi dan total arus kas tidak
2. Arus Kas
berpengaruh secara signifikan terhadap
3. Return Saham
return saham.
2. Net Profit Margin berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
3. Laba akuntansi, total arus kas, dan net
profit
margin
memiliki
secara
pengruh
terhadap return saham.
bersama-sama
yang
signifikan
38
Sulistio (2005)
Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Informasi akuntansi:
1. Informasi
akuntansi
hanya
tingkat
Akuntansi Terhadap Initial Return : Studi
1. Ukuran (size) Perusahaan
leverage yang berpengaruh signifikan
Pada Perusahaan yang Melakukan Initial
2. Earning per share (EPS)
terhadap inital return.
Public Offering di Bursa Efek Indonesia
4. Price Earning Ratio (PER)
(BEI)
5. Tingkat Leverage
2. Ukuran (size) perusahaan, earning per
share (EPS), price earning ratio (PER)
tidak berpengaruh signifikan terhadap
informasi non akuntansi:
1. Proporsi
kepemilikan
initail return.
yang
ditahan pemegang saham lama,
3. informasi non akuntansi hanya proporsi
kepemilikan
yang
ditahan
pemegang
2. Reputasi auditor,
saham lama yang berpengaruh signifikan
3. Underwriter, dan
terhadap inital return, dan reputasi auditor,
4. Jenis industri
reputasi underwriter, dan jenis industri
tidak berpengaruh signifikan terhadap
initial return.
Hernawati &
Pengaruh Earning Per Share (EPS)
Setyaningsih (2007)
Terhadap Harga SahamPerusahaan Properti
pengaruh yang signifikan terhadap harga
di Bursa Efek Jakarta
saham.
Sumber : Simposium Nasional Akuntansi
1. Earning Per Share (EPS)
1. Earning per share (EPS) tidak memiliki
39
H. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham
Arus kas operasi adalah penghasil utama pendapatan perusahaan dan
aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan, jika
aktivitas operasi baik, maka perusahaan akan mempunyai sisa kas yang
digunakan untuk mendukung kegiatan operasional berikutnya. Perusahaan
akan terjamin sehingga akan menghasilkan laba yang tinggi, laba yang tinggi
akan dinilai oleh investor sebagai sesuatu yang baik sehingga permintaan
saham dari investor menjadi tinggi dan harga saham akan meningkat.
Arus kas operasi umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang
mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, dan merupakan indikator
yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas
yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.
Dari hasil penelitian Wardhani (2006), menunjukan bahwa baik arus kas
dan laba akuntansi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham. Penelitian Handoyo (2006), memperoleh bukti empiris mengenai
pengaruh informasi arus kas dan laba akuntansi terhadap harga saham. Arus
kas merupakan salah satu indikator nilai pasar perusahaan. Artinya,
perusahaan yang mempunyai arus kas yang tinggi berarti mempunyai nilai
pasar yang tinggi. Nilai pasar yang tinggi akan mendorong investor untuk
berinvestasi pada saham perusahaan.
40
Tentu saja ini akan meningkatkan harga saham perusahaan. Hipotesis
alternatif terkait pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham adalah
sebagai berikut:
H1 : Arus kas operasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
harga saham.
2. Pengaruh Laba Akuntansi terhadap Harga Saham
Laba merupakan elemen yang sering menjadi pusat perhatian bagi para
pemakailaporan keuangan, karena laba diharapkan mampu merepresentasikan
kinerja perusahaan secara keseluruhan dibandingkan elemen laporan keuangan
yang lainnya. Secara umum para pakar dalam bidang akuntansi mendefiniskan
pengertian laba dengan berbagai macam deskripsi seperti, Commite On
Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal Azmi (2007:12)
mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga
pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan
operasi.
Sedangkan menurut Stice et.all. (2009:240) laba adalah pengambilan atas
investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh
entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama
dengan posisi awalnya. Selanjutnya menurut Suwardjono (2008 : 464) laba
dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan
jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total
yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang atau jasa). Dan
41
menurut Soemarso SR (2004 : 227) angka terakhir dalam laporan laba rugi
adalah Laba Bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih
terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka
terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss).
Laba dalam konfirmasi kinerja tidak lepas hubungannya dengan investasi.
Dalam akuntansi, laba diinterpreatsikan sebagai pengukur efisiensi oleh
investor dalam bentuk pengembalian atas investasi. Peran kedua adalah laba
sebagai sarana untuk mengkorfirmasi harapan investor karena apabila terjadi
pengumuman laba, diharapkan pasar atau investor akan berekasi terhadap
pengumuman laba tersebut. Laba berperan sebagai estimasi ekonomik
berkaitan dengan laba ekonomik yang dilandasi konsep likuidasi yang menilai
aset sebagai sediaan akhir. Karena aset dinilai
sebagai sediaan akhir maka
harus diukur dengan nilai sekarang bukan nilai historis,sehingga laba
dipandang sebagai perubahan nilai dalam suatu periode. Laba bersih sebuah
perusahaan sering dijadikan sebagai sebuah patokan maupun ukuran
keberhasilan kinerja dalam sebuah perusahaan. Hal ini tentu saja akan menjadi
informasi yang penting bagi investor karena informasi laba ini akan
memberikan perkiraan return yang akan diperoleh sehingga akan berimbas
pada pergerakan harga saham karena terjadi permintaan dan penawaran
saham. Hipotesis alternatif terkait pengaruh laba akuntansi terhadap harga
saham adalah sebagai berikut:
H2 : Laba akuntansi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham.
42
3. Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham
Menurut Prihadi (2008), EPS adalah jumlah laba yang merupakan hak dari
pemegang saham biasa. Semakin tinggi nilai EPS akan menguntungkan
pemegang saham karena laba yang disediakan akan semakin besar (Suryani,
2007). EPS yang tinggi merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan suatu
perusahaan. Hal ini menandakan bahwa perusahaan mampu memberikan
tingkat
kesejahteraan
yang
lebih
baik
kepada
pemegang
saham
(Kusumawardani, 2010). Menurut Suryani (2007), adanya kenaikan dari nilai
EPS akan mendorong terjadinya peningkatan transaksi pembelian saham yang
selanjutnya akan mampu meningkatkan harga saham. Hipotesis alternatif
terkait pengaruh EPS terhadap harga saham adalah sebagai berikut:
H3 : Earning Per Share memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham.
Dasar penelitian dari penelitian ini adalah untuk mencarai bukti empiris
mengenai muatan informasi dari laporan arus kas, laba akuntansi, dan earning
per share (EPS) bagi para pemakai laporan keuangan, khususnya investor
yang ingin menanamkan modalnya di Bursa Efek Indonesia. Berikut
gambaran pengaruh informasi laporan arus kas, laba akuntansi, dan earning
per share (EPS) terhadap harga saham pada gambar 2.1 :
43
Arus Kas Operasi (X1)
Harga Saham (Y)
Laba Akuntansi (X2)
Earning Per Share (EPS) (X3)
Earning Per Share (X3)
Sumber : Data yang diolah penulis, 2013.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Informasi Arus Kas Operasi, Laba Akuntansi, Arus Kas,
dan Earning Per Share (EPS) Tehadap Harga Saham.
Download