8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Hasil Penelitian Terdahulu
Chandra (2013) dalam penelitian “Pengaruh Komitmen Organisasi dan
Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan PD.
Wonoagung Sejahtera di Gresik” hasil penelitian ini menunjukan bahwa
komitmen organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja dimana kinerja
karyawan akan meningkat dengan adanya komitmen organisasi dan komitmen
organisasi berpengaruh terhadap kinerja, dimana dengan komitmen karyawan
yang tinggi, berdampak positif terhadap kinerja karyawan, serta kepuasan kerja
berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini berpengaruh secara langsung, namun
memiliki hubungan yang signifikan karena hasil riset menunjukan hasil positif.
Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah samasama meneliti pengaruh komitmen terhadap kepuasan, komitmen terhadap
kinerja dan kepuasan terhadap kinerja.
Perbedaannya terletak pada
penambahan variabel disiplin kerja, objek yang diteliti juga berbeda, peneliti
meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Agusta dan Supartha (2013) dalam penelitian “Pengaruh Kepemimpinan,
Hubungan Kerja, dan Disiplin Kerja terhadap Kepuasan Kerja karyawan pada
PT. Bintang Bali Indah Denpasar” hasil penelitian ini menunjukan bahwa
disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah samasama meneliti pengaruh disiplin kerja terhadap kepuasan kerja. Perbedaannya
8
9
terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya
variabel komitmen organisasi dan kinerja, obyek yang diteliti juga berbeda,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Sudiyanto (2015) dalam penelitian “Pengaruh Disiplin, Budaya Kerja, dan
Motivasi terhadap Kepuasan Kerja pegawai pada Fakultas Ekonomi
Universitas PGRI Palembang” hasil penelitian ini menunjukan bahwa disiplin
kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah samasama meneliti pengaruh disiplin kerja terhadap kepuasan kerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya
variabel komitmen organisasi dan kinerja, obyek yang diteliti juga berbeda,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Arina (2015) dalam penelitian “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Displin
Kerja terhadap Kepuasan Kerja karyawan Pada CV. Yamaha Siteba Padang”
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan pada CV. Yamaha Siteba Padang.
Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah samasama meneliti pengaruh disiplin kerja terhadap kepuasan kerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya
variabel komitmen organisasi dan kinerja, obyek yang diteliti juga berbeda,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Nydia (2012) dalam penelitian “Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap
Kinerja Karyawan Lapangan SPBU COCO Pertamina MT Haryono,” hasil
penelitian menunjukan bahwa komitmen organisasi yang terdiri dari komitmen
10
afektif, berkelanjutan dan normative berpengaruh secra simultan terhadap
karyawan lapangan SPBU COCO Pertamina MT Haryono. Secara parsial
komitmen afektif, komitmen berkelanjutan positif dan signifikan terhadap
kinerja, sedangkan komitmen normative tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan lapangan SPBU COCO Pertamina MT Haryono. Komitmen
berkelanjutan yang merupakan salah satu jenis variabel komitmen organisasi
memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan lapangan SPBU COCO
Pertamina MT Haryono. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan
penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh komitmen terhadap kinerja.
Perbedaannya terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu
adanya variabel disiplin kerja dan kepuasan kerja, obyek yang diteli juga
berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Nanda (2014) dalam penelitian “Analisis Pengaruh Motivasi Kerja,
Pengendalian Internal, dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan”
(Studi Empirin Pada AJB Bumi Putera 2912 Kantor Cabang Solo Gladag) hasil
penelitian ini menunjukan bahwa variabel komitmen organisasi berpengaruh
positif terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikansi 0,000<0,05.
Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah samasama meneliti pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya
variabel disipilin kerja dan kepuasan kerja, obyek yang diteli juga berbeda,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Taurisa dan Ratnawati (2012) dalam “Analisis Pengaruh Budaya
Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasional dalam
11
meningkatkan Kinerja Karyawan” (Studi pada PT. Sido Muncul Kaligawe
Semarang) hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi komitmen
organisasional dalam diri karyawan PT. Sido Muncul, maka semakin tinggi
tingkat kinerja karyawannya dan terdapat pengaruh yang searah antara
kepuasan kerja dan kinerja karyawan, hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan PT. Sido Muncul, semakin
tinggi kinerja karyawannya. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang
dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh komitmen organisasi
terhadap kinerja dan pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya
variabel disiplin kerja, obyek yang diteli juga berbeda, peneliti meneliti di PT.
Arief Nirwana Utama.
Utomo (2011) dalam penelitian “Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan
Kerja, dan Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Pegawai” (Studi pada
pegawai Setda Kabupaten Pati) hasil penelitian ini menunjukan bahwa
komitmen organisasi dengan dimensi afektif, normative, dan continuance
terbukti secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai
Sekretariat Daerah Kabupaten Pati dengan item paling bagus adalah yang
diperoleh dalam organisasi, yaitu pegawai merasa akan banyak memperoleh
manfaat jika tetap bekerja di Sekretariat Daerah Kabupaten Pati. Persamaan
peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti
pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada
penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya variabel disiplin
kerja dan kepuasan kerja, obyek yang diteli juga berbeda, peneliti meneliti di
12
PT. Arief Nirwana Utama.
Argensia et.al (2014) dalam penelitian “Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja
dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai dengan Komitmen Organisasional
sebagai Variabel Intervening” (Studi pada kantor pengawasan dan pelayanan
bea dan cukai tipe madya pabean B Medan) hasil penelitian ini menunjukan
bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai KPPBC TMP B Medan. Persamaan peneliti ini dengan peneliti
yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh komitmen
organisasi terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada penambahan variabel
yang dilakukan penulis yaitu adanya variabel disiplin kerja dan kepuasan kerja,
obyek yang diteli juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Hidayati (2014) dalam penelitian “Analisis Pengaruh Motivasi dan
Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Kemilau Indah Permana
Kebakkramat Karanganyar” hasil penelitian ini menunjukan bahwa disiplin
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT.
Kemilau Indah Permana Kebakkramat Karanganyar. Persamaan peneliti ini
dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh
disiplin kerja terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada penambahan
variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya variabel komitmen organisasi dan
kepuasan kerja, obyek yang diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief
Nirwana Utama.
Baihaqi (2013) dalam “Pengaruh Kepemimpinan dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja Pegawai dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel
Moderating” (Studi kasus pada Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Timur,
13
Kalimantan Timur) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disiplin kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Persamaan
peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti
pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada
penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya variabel komitmen
organisasi dan kepuasan kerja, obyek yang diteliti juga berbeda, peneliti
meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Jayanti (2014) dalam “Analisis Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja,
Kontrak Psikologis, Disiplin Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan RSUD Kota Semarang” hasil penelitian ini menunjukan bahwa
disiplin kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan
dan kepuasan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis
adalah sama-sama meneliti pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja dan
kepuasan kerja terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada penambahan
variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya variabel komitmen organisasi,
obyek yang diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Ardansyah dan Wasilawati (2014) dalam penelitian “Pengawasan, Disiplin
Kerja, dan Kinerja Pegawai Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung
Tengah” hasil penelitian ini menunjukan bahwa disiplin kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja yang ditunjukkan oleh koefisien regresi b2 sebesar
0,568. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah
sama-sama meneliti pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel komitmen organisasi dan kepuasan kerja,
14
objek yang diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
S. Timbuleng & J.S.B. Sumarauw (2015) dalam penelitian “Etos Kerja,
Disiplin Kerja dan Komitmen Organisasi Pengaruhnya terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Manado” hasil penelitian ini
menunjukan bahwa Komitmen Organisasional dan Disiplin Kerja berpengaruh
secara simultan terhadap kinerja karyawan. Persamaan peneliti ini dengan
peneliti yang dilakukan oleh penulis adalah sama-sama meniliti pengaruh
komitmen organisasional dan disiplin kerja terhadap kinerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel kepuasan kerja, objek yang diteliti juga
berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Putri dan Latrini (2013) dalam penelitian “Pengaruh Kepuasan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan sektor publik, dengan In-role Performance dan
Innovative Performance sebagai Variabel Mediasi” hasil penelitian ini
menunjukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif sebesar 0,111 terhadap
kinerja. Ini berarti kepuasan kerja mempengaruhi kinerja karyawan sebesar
11,1 persen dalam artian semakin baik kepuasan kerja maka semakin tinggi
kinerja karyawan. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan
penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja.
Perbedaannya terletak pada penambahan variabel komitmen organisasi dan
disiplin kerja, objek yang diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief
Nirwana Utama
Ciptodihardjo
(2013)
dalam penelitian “Pengaruh Kepemimpinan,
Motivasi, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional dan Kinerja
Karyawan pada karyawan PT. Smartfren, Tbk di Surabaya” hasil penelitian ini
15
menunjukkan bahwa kepuasan kerja bepengaruh terhadap kinerja karyawan
sebesar 0,259, artinya setiap peningkatan kepuasan kerja sebesar satu satuan
makan akan meningkatkan kinerja karyawan sebesar 0,259. Persamaan peneliti
ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada
penambahan variabel komitmen organisasi dan disiplin kerja, objek yang
diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama
Umar (2011) dalam penelitian “Pengaruh Upah, Motivasi Kerja, dan
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pekerja pada Industri Manufaktur di Kota
Makassar” hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan
pekerja, maka kinerja pekerja pada industri manufaktur di kota Makassar
cenderung meningkat. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan
penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja.
Perbedaannya terletak pada penambahan variabel komitmen organisasi dan
disiplin kerja, objek yang diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief
Nirwana Utama.
Mulyanto & Mini S (2013) dalam penelitian “Pengaruh Komitmen
Organisasi dan Disiplin Kerja terhadap Kepusaan Kerja dalam upaya
meningkatkan Kinerja Pegawai RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta”
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung komitmen
organisasi terhadap kinerja dibandingkan pengaruh komitmen organisasi
terhadap kinerja melalui kepuasan kerja. Persamaan peneliti ini dengan peneliti
yang dilakukan penulis adalah sama-sama meniliti pengaruh komitmen
16
organisasional dan disiplin kerja terhadap kepuasan kerja dalam upaya
meningkatkan kinerja pegawai. Perbedannya terletak pada objek yang diteliti,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama
17
No.
1.
2.
Judul
Penelitian
Chandra, A, E.,
(2013),
Pengaruh
Komitmen
Organisasi dan
Kepemimpinan
terhadap
Kepuasan Kerja
dan Kinerja
Karyawan PD.
Wonoagung
Sejahtera di
Gresik, Thesis
Program
Magister
Manajemen,
Surabaya,
Universita
Katolik Widya
Mandala
Surabaya.
Agusta., I, M,
T, F., dan
Supartha., W,
G., (2013),
Pengaruh
Kepemimpinan,
Hubungan
Variabel dan Teori
1. Komitmen Organisasi
(X1): Allen and Meyer
(1990)
2. Kepemimpinan (X2)
3. Kepuasan Kerja (Y1):
Luthans (2002)
4. Kinerja (Y2):
McKenna and Beech
(1995)
1. Kepemimpinan (X1):
Ghozali (2007)
2. Hubungan Kerja (X2):
Susilo (2008)
3. Disiplin Kerja (X3)
Murphy (2004)
4. Kepuasan Kerja (Y)
Indikator
Alat Analisis
1. Proportional
Random Sampling
2. Structural
Equation Model
1. Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas
3. Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil
1. Komitmen organisasi
berpengaruh terhadap
kepuasan kerja
2. Kepemimpinan
berpengaruh terhadap
kepuasan kerja
3. Komitmen organisasi
berpengaruh dengan
kinerja
di perusahaan.
4. Kepemimpinan
berpengaruh terhadap
kinerja.
5. Kepuasan kerja
berpengaruh terhadap
kinerja.
1. Kepemimpinan,
hubungan kerja, dan
disiplin kerja karyawan
secara simultan
pengaruh nyata
terhadap kepuasan kerja
karyawan
18
Kerja terhadap
Kepuasan Kerja
Karyawan Pada
PT. Bintang
Bali Indah
Denpasar.
3.
Sudiyanto., T.,
(2015),
Pengaruh
Disiplin,
Budaya Kerja,
dan Motivasi
terhadap
Kepuasan Kerja
Pegawai Pada
Fakultas
Ekonomi
Universitas
PGRI
Palembang,
Jurnal Media
Wahana
Ekonomika,
Astuti (2006)
1. Disiplin Kerja (X1):
Siswanto (2006)
2. Budaya Kerja (X2):
Masrurukhin (2006)
3. Motivasi (X3):
Hasibuan (2009)
4. Kepuasan Kerja (Y):
Hasibuan (2009)
1. Disiplin waktu,
Disiplin peraturan dan
Disiplin tanggung
jawab
2. Kedisiplinan,
Tanggung jawab,
proaktif dan
Pengembangan
Karyawan
3. Lingkungan kerja, Gaji
yang adil, Insentif,
Rasa aman,
Penghargaan dan
Perlakuan yang adil
4. Pembayaran (Gaji dan
Upah), Promosi
Jabatan,
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Uji Validitas
Uji Reliabilitas
Uji Asumsi Klasik
Uji F
Uji t
Analisis Regresi
Linier Berganda
2. Kepemimpinan,
hubungan kerja, dan
disiplin kerja karyawan
secara parsial pengaruh
nyata terhadap
kepuasan kerja
karyawan
3. Variabel kepemimpinan
merupakan variabel
yang memiliki
pengaruh tertinggi
terhadap kepuasan kerja
karyawan
1. Terdapat pengaruh
yang signifikan
disiplin kerja, budaya
kerja dan motivasi
terhadap kepuasan
kerja secara simultan
2. Terdapat pengaruh
signifikan disiplin
kerja terhadap
kepuasan kerja.
3. Terdapat pengaruh
signifikan budaya
kerja terhadap
kepuasan kerja.
4. Terdapat pengaruh
signifikan motivasi
terhadap kepuasan
19
12(1)
4.
Arina, Y.,
(2015),
Pengaruh
Lingkungan
Kerja dan
Disiplin Kerja
terhadap
Kepuasan Kerja
Karyawan Pada
CV. Yamaha
Siteba Padang.
1. Lingkungan Kerja
(X1): Sunyoto (2013)
2. Disiplin Kerja (X2):
Singodimedjo (2000)
3. Kepuasan Kerja (Y):
Sutrisno (2012)
Penyeliaan/Supervisi,
Rekan Kerja dan
Kondisi Kerja.
1. Hubungan karyawan,
Tingkat kebisingan
lingkungan kerja,
Peraturan kerja,
Penerangan, Sirkulasi
udara, dan Keamanan
2. Besar kecilnya
pemberian
kompensasi, Ada
tidaknya keteladanan
pimpinan dalam
perusahaan, Ada
tidaknya aturan pasti
yang sudah dijadikan
pegangan, keberanian
pimpinan dalam
mengambil tindakan,
Ada tidaknya
pengawasan
pimpinan, Ada
tidaknya perhatian
kepada karyawan, dan
Diciptakannya
kebiasaan-kebiasaan
yang mendukung
tegaknya disiplin
3. Kesempatan untuk
kerja.
1. Total Sampling
2. Analisis Regresi
Linear Berganda
3. Analisis Koefisien
Determinasi
4. Uji t
5. Uji F
1. Lingkungan kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
kepuasan kerja
karyawan
2. Disiplin kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
kepuasan kerja
karyawan
3. Lingkungan kerja dan
disiplin kerja secara
bersamaan
berpengaruh
signifikan terhadap
kepuasan kerja
karyawan
20
5.
Nydia, Y, T.,
(2012),
Pengaruh
Komitmen
Organisasional
terhadap
Kinerja
Karyawan
Lapangan
SPBU Coco
Pertamina MT
Haryono,
Skripsi Jurusan
Ilmu
Administrasi
Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu
Politik, Depok,
Universitas
1. Komitmen
Organisasional (X1):
Allen and Mayer
(1990)
2. Kinerja (Y): Gomes
(2003)
maju, Keamanan
kerja, Gaji,
Perusahaan dan
manajemen,
Pengawasan, Faktor
inrinsik dari
pekerjaan, Kondisi
kerja, Aspek sosial
dalam pekerjaan,
Komunikasi dan
Fasilitas.
1. Komitmen Afektif
(Karyawan merasa
bahagia bekerja dalam
organisasi, Karyawan
menunjukkan rasa
memiliki terhadap
organisasi, Karyawan
peduli terhadap
masalah yang terjadi
dalam perusahaan,
Karyawan memiliki
kelekatan emosional
terhadap perusahaan),
Komitmen Berkelanjutan
(Karyawan merasa
tidak memiliki
alternatif kerja di
tempat lain yang lebih
menarik, Karyawan
1. Teknik Penarikan
Sampel Probabilitas
2. Uji Validitas
3. Uji Reliabilitas
4. Analasis Regresi
Berganda
5. Uji t
6. Uji F
1. Komitmen afektif,
berkelanjutan dan
normatif berpengaruh
secara simultan
terhadap kinerja
karyawan
2. Secara partial
komitmen afektif,
komitmen
berkelanjutan
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kinerja, sedangkan
komitmen normatif
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap kinerja
karyawan.
3. Komitmen
21
Indonesia
merasa rugi apabila
meninggalkan
perusahaan,
Karyawan akan
mendapatkan
kesulitan dalam hidup
jika meninggalkan
perusahaan)
Komitmen Normatif
(Karyawan merasa
memiliki kewajiban
untuk setia pada
perusahaan,
Karyawan merasa
sungkan apabila
keluar dari perusahaan
karena telah diberikan
fasilitas, Karyawan
telah terikat kontrak
kerja dengan
perusahaan sehingga
harus menyelesaikan
kontraknya tersebut)
2. Quantity of Work
(Pekerjaan
diselesaikan sesuai
dengan waktu yang
ditentukan, Pekerjaan
dapat diselesaikan
dengan cepat, Jumlah
berkelanjutan yang
merupakan salah satu
jenis variabel yang
memiliki pengaruh
dominan terhadap
kinerja.
22
pekerjaan yang
dilakukan karyawan
dapat melebihi target)
Quality of Work
(Karyawan
melakukan pekerjaan
sesuai standar yang
ditetapkan, Hasil dari
pekerjaan yang telah
dilakukan sesuai
dengan standar
perusahaan,
Karyawan memiliki
kemampuan dalam
melakukan pekerjaan
yang ditugaskan)
Job Knowledge
(Adanya keterampilan
sesuai dengan
pekerjaan, Karyawan
menerapkan
keterampilan yang
dimiliki dalam
melaksanakan
pekerjaan, Karyawan
terampil dalam
melaksanakan
pekerjaan)
Cooperative (Adanya
kesediaan karyawan
23
untuk membantu
rekan kerja, Adanya
kesediaan karyawan
membantu atasan,
Adanya hubungan
yang baik antara
karyawan dengan
konsumen
Dependability (Adanya
kepercayaan atasan
terhadap kehadiran
karyawan, Adanya
kesadaran karyawan
untuk menyelesaikan
pekerjaannya, Adanya
kepercayaan atasan
kepada karyawan
dalam menyelesaikan
pekerjaan)
Initiative (Karyawan
melakukan pekerjaan
tanpa disuruh, Adanya
kemauan karyawan
untuk menyelesaikan
pekerjaan secara
mandiri, Adanya
kemauan karyawan
membantu rekan kerja
tanpa disuruh
Personal Qualities
24
6.
Nanda., L.
(2014),
Analisis
Pengaruh
Motivasi Kerja,
Pengendalian
Internal, dan
Komitmen
Organisasi
terhadap
Kinerja
Karyawan
(Studi Empiris
Pada AJB
Bumi Putera
1912 Kantor
Cabang Solo
Gladag),
Naskah
Publikasi.
1. Motivasi (X1):
Sopiah (2008)
2. Pengendalian Internal
(X2): Sukrisno Agoes
(2009)
3. Komitmen
Organisasional (X3):
Iksan Arfan (2010)
4. Kinerja (Y):
Mangkunegara
(2003)
(Adanya kejujuran
yang dimiliki
karyawan dalam
bekerja, Karyawan
menunjukkan
keramahan dalam
bekerja, Karyawan
menunjukkan
tanggung jawab
terhadap pekerjaan)
1. Kebutuhan,
Keinginan dan
harapan,
Lingkungan kerja.
2. Reliabilitas
pelaporan keuangan,
Ketaatan terhadap
hukum dan
peraturan, Efisiensi
dan efektivitas
operasi.
3. Keinginan kuat tetap
sebagai anggota,
Keinginan berusaha
keras, Penerimaan
nilai organisasi,
Penerimaan tujuan
organisasi.
4. Kualitas kerja,
Kuantitas kerja,
1.
2.
3.
4.
Uji Validitas
Uji Reliabilitas
Uji Asumsi Klasik
Analisis Regresi
Linier Berganda
5. Uji t
6. Uji F
7. Uji Koefisien
Determinasi
1. Terdapat pengaruh
signifikan motivasi
terhadap kinerja
karyawan
2. Terdapat pengaruh
signifikan
pengendalian internal
terhadap kinerja
karyawan
3. Terdapat pengaruh
signifikan komitmen
organisasi terhadap
kinerja karyawan
25
7.
Taurisa., C, M.,
dan Ratnawati.,
I., (2012)
Pengaruh
Budaya
Organisasi dan
Kepuasan Kerja
terhadap
Komitmen
Organisasional
dalam
Meningkatkan
Kinerja
Karyawan
(Studi pada PT,
Sido Muncul
Kaligawe
Semarang),
Jurnal Bisnis
dan Ekonomi,
19(2)
1. Budaya Organisasi
(X1): Hofstede (1986)
2. Kepuasan Kerja (X2):
Robbins dan Judge
(2008)
3. Komitmen Organisasi
(Z): Greenberg dan
Baron (1993)
4. Kinerja (Y): Tsui et al
(1997)
Ketepata waktu
1. Keterbukaan, Rasa
aman dengan
pekerjaan, Perasaan
dihargai, Kerjasama,
Kejelasan organisasi,
Dukungan dan
perhatian
2. Pekerjaan, Atasan,
Gaji, Kesempatan
promosi, Rekan kerja
3. Perasaan menjadi
bagian dari
organisasi,
Kebanggaan terhadap
organisasi,
Kepedulian terhadap
organisasi,
Ketertarikan untuk
bekerja pada
organisasi,
Kepercayaan yang
kuat terhadap nilainilai organisasi,
Kemauan yang besar
untuk berusaha bagi
organisasi
4. Kuantitas, Kualitas,
Efisiensi,
Kemampuan,
1. Structural
Equation Model
2. Goodness of Fit
Test Full Model
3. Regression
Weights
1. Terdapat pengaruh
yang searah antara
budaya organisasi dan
kepuasan kerja.
2. Terdapat pengaruh
yang searah antara
budaya organisasi dan
komitmen
organisasional
3. Terdapat pengaruh
yang searah antara
kepuasan kerja dan
komitmen
organisasional
4. Terdapat pengaruh
yang searah antara
komitmen
organisasional dan
kinerja karyawan
5. Terdapat pengaruh
yang searah antara
udaya organisasi dan
kinerja karyawan
6. Terdapat pengaruh
yang searah antara
kepuasan kerja dan
kinerja karyawan.
26
Ketepatan ,
Pengetahuan dan
Kreativitas
8.
9.
Utomo., J., dan
Suwardi.,
(2011),
Pengaruh
Motivasi Kerja,
Kepuasan
Kerja, dan
Komitmen
Organisasional
terhadap
Kinerja
Pegawai (Studi
Pada Pegawai
Setda
Kabupaten
Pati), Analisis
Manajemen,
5(1).
Argensia., et.al
(2014),
Analisis
Pengaruh
Kepuasan Kerja
dan Motivasi
terhadap
Kinerja
Pegawai
1. Motivasi (X1):
Deassler (1993)
2. Kepuasan Kerja
(X2): Robbins
(1996)
3. Komitmen
Organisasional
(X3): Allen and
Meyer (1990)
4. Kinerja (Y):
Gibson (1997)
1. Kepuasan kerja (X1):
Robbins (1996)
2. Motivasi (X2):
Luthans (2006)
3. Komitmen
Organisasional (Z):
Allen and Mayer
(1990)
4. Kinerja (Y):
1. Proportional
Random Sampling
2. Uji t
3. Uji F
4. Analisis Regresi
Linier Berganda
1. Terdapat pengaruh
motivasi terhadap
kinerja
2. Terdapat pengaruh
kepuasan kerja
terhadap kinerja
3. Terdapat pengaruh
komitmen
organisasional
terhadap kinerja
4. Terdapat pengaruh
motivas, kepuasan
kerja dan komitmen
organisasional
terhadap kinerja
secara simultan
1. Structural Equation
Modeling
2. Uji Validitas
3. Uji Reliabilitas
4. Uji Normalitas
1. Kepuasan kerjadan
Motivasi berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja
2. Kepuasan kerja
memiliki pengaruh
tidak langsung yang
signifikan terhadap
kinerja melalui
27
dengan
Komitmen
Organisasional
sebagai
Variabel
Interveing
(Studi Pada
Kantor
Pengawasan
dan Pelayanan
Bea dan Cukai
Tipe Madya
Pabean B
Medan), Jurnal
Ekonom, 17(2)
Sedarmayanti (2001)
3.
4.
5.
6.
10.
Hidayati.,
(2014),
Analisis
Pengaruh
Motivasi dan
Disiplin Kerja
1. Motivasi (X1):
2. Disiplin Kerja
(X2): Simamora
3. Kinerja (Y):
Mangkunegara
1. Proportional
Random
Sampling
2. Uji Validitas
3. Uji Reliabilitas
4. Uji F
komitmen
organisasional
Kepuasan kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
komitmen
organisasional
Motivasi tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
komitmen
organisasional
Motivasi tidak
memiliki pengaruh
tidak langsung yang
signifikan terhadap
kinerja melalui
komitmen
organisasional
Komitmen
organisasional
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja.
1. Motivasi dan
disiplin kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
secara simultan
28
11.
terhadap
Kinerja
Karyawan PT.
Kemilau Indah
Permana
Kebakkramat
Karanganyar,
Naskah
Publikasi.
Baihaqi, M, I.,
(2013),
Pengaruh
Kepemimpinan
dan Disiplin
Kerja terhadap
Kinerja
Pegawai
dengan
Kepuasan Kerja
sebagai
Variabel
Moderating.
Naskah
Publikasi.
1. Kepemimpinan
(X1): Siagian
(2007)
2. Disiplin Kerja
(X2): Atiomo
(2000)
3. Kepuasan kerja
(Z): Robbins
(2002)
4. Kinerja (Y):
Handoko (2002)
1. Kepercayaan,
kekeluargaan,
menghargai
gagasan bawahan,
komunikasi,
mengorganisasika
n dan
mendefinisikan
hubungan dalam
kelompok, saluran
komunikasi yang
jelas dan
menjelaskan cara
mengerjakan
tugas yang benar
2. Ketepatan waktu,
perjanjijan,
laporan dan
ketaatan terhadap
peraturan.
3. Gaji, jaminan
5. Uji t
6. Uji Koefisien
Determinasi
2. Motivasi
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
3. Disiplin kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
1. Simple random
sampling
2. Analisis
Regresi Linier
Berganda
1. Kepemimpinan
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja.
2. Disiplin kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
3. Kepuasan kerja
berpengaruh
negatif tidak
signifikan
terhadap
kepemimpinan
dalam
mempengaruhi
kinerja.
4. Kepuasan kerja
berpengaruh
positif tidak
signifikan
29
12.
Jayanti., S.,
(2014),
Analisis
Pengaruh
Motivasi Kerja,
Kepuasan
Kerja, Kontrak
Psikologi,
Disiplin Kerja,
dan
Lingkungan
Kerja terhadap
Kinerja
Karyawan
1. Motivasi (X1):
Deassler
2. Kepuasan kerja (X2):
Apriani (2012)
3. Kontrak Psikologis
(X3): Rousseau
4. Disiplin kerja (X4):
Apriani (2012)
5. Lingkungan kerja
(X5)
6. Kinerja (Y):
Simamora (2008)
sosial, kondisi
dan lingkungan
fisik kerja,
kesempatan untuk
maju dan
berkembang dan
psikologis berupa
hubungan dengan
rekan sekerja dan
hubungan dengan
pemimpin.
4. Kualitas dan
kuantitas hasil
kerja, inisiatif,
pengetahuan, dan
kemampuan kerja.
1. Pemberian pelatihan,
Adanya
kesejahteraan yang
baik, Melakukan
motivasi berkala,
Kesempatan yang
luas untuk promosi.
2. Gaji, Rekan kerja,
Atasan, Pekerjaan,
Lingkungan kerja
3. Kontribusi karyawan
kepada perusahaan
yang berkaitan
dengan pekerjaan,
terhadap disiplin
kerja dalam
mempengaruhi
kinerja.
1. Proportional
Sampling
2. Analisis Regresi
Linier Berganda
3. Uji Validitas
4. Uji Reliabilitas
5. Uji Asumsi Klasik.
1. Motivasi berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja karyawan
2. Kepuasan kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja karyawan.
3. Kontrak psikologis
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja karyawan.
4. Disiplin kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
30
RSUD Kota
Semarang.
Pemberian insentif
dari perusahaan
sesuai dengan
kontribusi yang
diberikan
karyawannya.
4. Karyawan selalu
mentaati peraturan
yang diterapkan
perusahaan,
Karyawan selalu
tepat waktu dalam
hal kehadiran
ditempat kerja,
Tanggung jawab
karyawan terhadap
pekerjaannya,
Karyawan mampu
menyelesaikan
prosedur kerja yang
ditetapkan pimpinan.
5. Penerangan, Suhu
udara, Suhu bising,
Keindahan dan
Hubungan rekan
kerja.
6. Kuantitas dari hasil,
kualitas dari hasil,
ketepatan waktu dari
hasil, kehadiran,
kinerja
5. Lingkungan kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja karyawan.
31
13.
14.
Ardansyah.,
dan
Wasilawati.,
(2014),
Pengawasan,
Disiplin Kerja,
dan Kinerja
Pegawasi
Badan Pusat
Statistik
Kabupaten
Lampung
Tengah, Jurnal
Manajemen dan
Kewirausahaan,
16(2).
Timbuleng., S.,
dan
Sumarauw., J,
S, B., (2015)
Etos Kerja,
Disiplin Kerja,
dan Komitmen
Organisasi
Pengaruh
terhadap
Kinerja
Karyawan Pada
1. Pengawasan (X1):
Siagian (2008)
2. Disiplin kerja (X2):
Hasibuan (2005)
3. Kinerja (Y):
Ranupandojo &
Husnan (2002)
1. Etos Kerja (X1):
Sinamo (2015)
2. Disiplin Kerja (X2):
Hasibuan (2009)
3. Komitmen Organisasi
(X3): Allen and
Meyer (1990)
4. Kinerja (Y): Hasibuan
(2009)
kemampuan bekerja
sama.
1. Pengawasan
langsung dan
Pengawasan tidak
langsung.
2. Tepat waktu,
Berpakaian rapi,
Penggunaan
perlengakapan dan
peralatan kerja, Patuh
dan Tanggung jawab.
3. Kuantitas dan
kualitas, Keandalan,
Inisiatif, Kerajinan,
Sikap, dan
Kehadiran.
1. Product Moment
2. Analisis Korelasi
3. Analisis Regresi
Linier Berganda
1. Pengawasan
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja.
2. Disiplin kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja
3. Pengawasan dan
disiplin kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja.
1. Purposive
Sampling
2. Uji Validitas
3. Ujia Reliabilitas
4. Uji Asumsi Klasik
5. Analisis Regresi
Linier Berganda
1. Etos kerja tidak
berpengaruh terhadap
kinerja karyawan
2. Disiplin kerja
berpengaruh terhadap
kinerja
3. Komitmen Organisasi
berpengaruh terhadap
kinerja
4. Etos kerja, disiplin
kerja dan komitmen
organisasi secara
32
15.
PT. Hasjrat
Abadi Cabang
Manado, Jurnal
EMBA, 3(2).
Putri., P, Y, A.,
dan Latrini., M,
Y., (2013),
Pengaruh
Kepuasan Kerja
terhadap
Kinerja
Karyawan
Sektor Publik
dengan In-Role
Performance
dan Innovative
Performance
sebagai
Variabel
Mediasi, EJurnal
Akuntansi
Universitas
Udayana, 5(3).
simultan berpengaruh
terhadap kinerja.
1. Kepuasan kerja (X):
Robbins (2007)
2. In-role Performance
(Y1): Borman &
Motowidlo (1993)
3. Innovative
Performance (Y2):
Scott & Bruce (1994)
4. Kinerja (Y3): Helfert
1. Purposive
Sampling
2. Structural
Equation Model
3. Goodnesss of Fit
4. Regression Weight
1. Kepuasan kerja
berpengaruh positif
terhadap In-role
Performance
2. Kepuasan kerja
berpengaruh positif
terhadap Innovative
Performance
3. Kepuasan kerja
berpengaruh positif
terhadap kinerja.
4. In-role performance
berpengaruh positif
terhadap kinerja.
5. Innovative
performance
berpengaruh terhadap
kinerja
6. Kepuasan kerja
berpengaruh positif
terhadap kinerja
melalui In-role
performance.
7. Kepuasan kerja
berpengaruh terhadap
kinerja melalui
33
16.
Ciptodihardjo.,
I., (2013),
Pengaruh
Kepemimpinan,
Motivasi,
Kepuasan Kerja
terhadap
Komitmen
Organisasional
dan Kinerja
Karyawan pada
Karyawan PT.
Smartfren, Tbk
di Surabaya,
Jurnal
Universitas
Katolik Widya
Mandala
Surabaya, 2(1)
1. Kepemimpinan (X1):
Parlinda dan
Wahyudin (2000)
2. Motivasi (X2):
Tjahjono dan
Gunarsih (2006)
3. Kepuasan kerja (X3):
Nasution (2009)
4. Komitmen organisasi
(Z): Sulistyawati
(2008)
5. Kinerja (Y): Kesuman
(2007)
1. Kejelasan pimpinan
dalam memberi
perintah, Pandai
membaca situasi dan
peka terhadap saran
dan masukan,
Pemberian
penghargaan,
Teguran maupun
pujian, Tinggi
rendahnya tingkat
kreativitas pimpinan
dalam menciptakan
suasana lingkungan
kerja yang baik,
Menciptakan disiplin
diri dan disiplin
kelompok dan
Kesediaan pihak atas
dalam memberikan
bimbingan,
pengarahan, maupun
contoh-contoh
kepada bawahan.
2. Tingkat kompensasi,
Kondisi kerja yang
baik, Perasan diikut
sertakan, Pemberian
1. Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas
3. Analisis Structural
Equation
Modelling
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Innovative
performance.
Kepemimpinan
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap komitmen
organisasi
Motivasi memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
komitmen organisasi
Kepuasan kerja
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap komitmen
organisasi
Kepemimpinan
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kinerja
karyawan.
Motivasi memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
kinerja karyawan
Kepuasan kerja
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kinerja
karyawan
34
penghargaan, Tugas
pekerjaan yang
sifatnya menarik,
Cara pendisiplinan
yang manusiawi.
3. Pekerjaan itu sendiri,
Kualitas supervise,
Hubungan sesama
pekerja, Kesempatan
promosi dan Gaji.
4. Komitmen Afektif,
kehaditan dari
perasaan emosional
dalam organisasi,
mengidentifikasi dan
keterlibatan dalam
organisasi,
menikmati
keanggotaan dalam
organisasi
Komitmen
Kontinuen, Kerugian
bila keluar dari
organisasi, dan segan
meninggalkan
organisasi.
Komitmen Normatif,
kewajiban pada
organisasi, kesetiaan
pada organisasi.
7. Komitmen organisasi
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kinerja
karyawan.
35
17.
Umar., A.
(2011),
Pengaruh
Upah, Motivasi
Kerja, dan
Kepuasan Kerja
terhadap
Kinerja Pekerja
pada Industri
Manufaktur di
Kota Makassar,
Jurnal Aplikasi
Manajemen,
10(2)
1. Upah (X): Rivai
(2009)
2. Motivasi (Y1):
Dessler (2007)
3. Kepuasan kerja (Y2):
Guritno dan Waridin
(2005)
4. Kinerja (Y3):Gibson
(1996)
5. Kualitas kerja,
Kuantitas kerja,
Pengetahuan kerja,
Kehadiran dan
Kerjasama
1. Penerimaan dalam
bentuk uang,
Tunjangan dalam
bentuk natura,
Jaminan sosial,
Insentif kondisi
lingkungan kerja.
2. Perasaan senanda
dalam bekerja,
Perasaan rela bekerja,
Perasaan memiliki,
Keinginan
berprestasi,
Keinginan
berkreatifitas.
3. Peningkatan
tanggung jawab,
Patuh pada aturan
kerja, Bangga dengan
pekerjaan sendiri,
Bangga dan hormat
kepada atasan,
Bangga kepada
industri
4. Kualitas kerja,
1. Structural
Equation
Modelling
2. Goodness of Fit
3. Koefisien Jalur
1. Upah berpengaruh
signifikan terhadap
motivasi kerja.
2. Upah berpengaruh
signifikan terhadap
kepuasan kerja.
3. Motivasi berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja
4. Kepuasan kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja.
5. Upah berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja
6. Kepuasan kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
motivasi.
36
18.
Mulyanto., dan
Setiyarti., M.,
(2013),
Pengaruh
Komitmen
Organisasi dan
Disiplin Kerja
terhadap
Kepuasan Kerja
dalam Upaya
Meningkatakan
Kinerja
Pegawai. Jurnal
Ekonomi dan
Kewirausahan,
13(1), April.
1. Komitmen
Organisasi (X1):
Ganesan dan
Barton
2. Disiplin Kerja
(X2): Supartha
3. Kepuasan Kerja
(X3):Celluci dan
De Vries
4. Kinerja (Y):
Janseen
Kuantitas kerja,
Kreatifitas kerja,
Efektifitas kerja,
Tepat waktu
penyelesaian kerja.
1. Kebiasaan
bekerja, Bangga
dengan institusi,
Kesesuaian kerja.
2. Menggunakan
waktu secara
efektif, Datang
tepat waktu,
Kualitas kerja
baik, Mengikuti
prosedur dan
instruksi kerja,
Selalu hadir, dan
Berpenampilan
sopan.
3. Kepuasan
terhadap promosi,
Kepuasan
terhadap rekan
kerja, Kepuasan
terhadap
pengawas,
Kepuasan
terhadap
pekerjaan itu
1. Analisis
Regresi Jalur
1. Komitmen
organisasi
berpengaruh
signifikan
terhadap kepuasan
kerja
2. Komitmen
organisasi
berpengaruh tetapi
tidak signifikan
terhadap kinerja
3. Disiplin kerja
berpengaruh tetapi
tidak signifikan
terhadap kepuasan
kerja
4. Disiplin kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
5. Kepuasan kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
6. Pengaruh
37
sendiri.
4. Kuantitas kerja,
Kualitas kerja,
Efisiensi,
Kemampuan
kerja, Ketepatan
kerja,
Pengetahuan
pegawai,
Kreatifitas
pegawai.
langsungg
komitmen
organisasi lebih
dominan daripada
yang tidak
langsung terhadap
kinerja melalui
kepuasan kerja.
7. Pengaruh langsung
disiplin kerjalebih
domminan
daripada yang
tidak langsung
terhadap kinerja
melalui kepuasan
kerja.
38
2.2.
Landasan Teori
2.2.1.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah aset utama perusahaan. perusahaan tidak
dapat berjalan tanpa adanya sumber daya manusia. Untuk mengoptimalkan
sumber daya manusia, diperlukanlah pengelolaan yang tepat agar tujuan, visi
dan misi perusahaan dapat tercapai. Manajemen sumber daya manusia adalah
ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu (Hasibuan, 2001:9).
Menurut Rachmawati (2008:1) Sumber daya manusia harus didefinisikan
bukan dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tetapi apa yang sumber
daya manusia hasilkan. Jadi bisa disimpulkan bahwa pengelolaan sumber daya
manusia bukan terletak pada proses tetapi pada hasil.
Karyawan baru yang belum mempunyai ketrampilan dan keahlian dilatih,
sehingga menjadi karyawan yang terampil dan ahli. Apabila dilatih lebih lanjut
serta diberikan pengalaman dan motivasi, dia akan jadi karyawan yang matang.
Pengolahan sumber daya manusia inilah yang disebut dengan manajemen
sumber daya manusia (Rivai dan Sagala, 2009:1).
2.2.2.
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Rachmawati (2008:14) tujuan sumber daya manusia adalah untuk
meningkatkan dukungan sumber daya manusia bagi meningkatkan efektifitas
organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Secara rinci tujuan sumber daya manusia menurut Rivai dan Sagala
(2009:8) adalah sebagai berikut :
39
2.2.3.
1.
Peningkatan efisiensi
2.
Peningkatan efektivitas
3.
Peningkatan produktifitas
4.
Rendahnya tingkat perpindahan karyawan
5.
Rendahnya tingkat absensi
6.
Tingginya kepuasan kerja karyawan
7.
Tingginya kualitas pelayanan
8.
Rendahnya komplain dari pelanggan
9.
Meningkatnya bisnis perusahaan
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Ada beberapa fungsi dari manajemen sumber daya manusia menurut
Hasibuan (2001:21) antara lain :
1.
Perencanaan
Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien
agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya
tujuan.
2.
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang,
integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi.
3.
Pengarahan
Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau
bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
40
4.
Pengendalian
Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar
menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan
rencana.
5.
Pengadaan
Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi dan penempatan orientasi dan
induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
6.
Pengembangan
Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,
konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
7.
Kompensasi
Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung
uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan
kepada perusahaan.
8.
Pengintegrasian
Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan
perusahaan dan kebutuhan karyawan agar tercipta kerja sama yang serasi
dan saling menguntungkan.
9.
Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka mau tetap
bekerja sama sampai pensiun.
41
10. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang
terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik
sulit terwujud tujuan yang maksimal.
11. Pemberhentian
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu
perusahaan.
2.2.4.
Pendekatan Sumber Daya Manusia
Sudut pandang membantu manajer dan operasional sumber daya manusia
dalam mempertahankan fungsi sumber daya manusia dan aktifitasnya tetap ada
pada sudut pandang yang benar. Adapun pendekatan-pendekatan sumber daya
manusia menurut (Rivai dan Sagala, 2009:16) antara lain :
1.
Pendekatan strategis
Manajemen sumber daya manusia harus memberikan andil atas
keberhasilan strategis perusahaan. Bila aktivitas manajer dan bagian SDM
mencapai sasaran strategisnya, maka sumber daya manusia tidak
digunakan secara efektif.
2.
Pendekatan SDM
Manajemen sumber daya manusia merupakan manajemen manusia.
Pentingnya dan martabat manusia tidak boleh diabaikan.
3.
Pendekatan manajemen
Manajemen sumber daya manusia merupakan tanggung jawab setiap
manajer. Departemen SDM ada dalam rangka melayani manajer dan
karyawan melalui keahlian.
42
4.
Pendekatan sistem
Pendekatan SDM berlangsung didalam sistem yang besar yakni
perusahaan. Oleh karena itu, upaya SDM harus mengevaluasi andil
karyawan yang diberikan terhadap produktivitas perusahaan.
5.
Pendekatan proaktif
Manajemen SDM bisa meningkatkan andilnya atas karyawan dan
organisasi dengan mengantisipasi berbagai masalah sebelum
kemunculannya.
2.2.5.
Tantangan Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia sebagai suatu sistem ruang lingkup yang
bersifat internal dan eksternal. Tantangan-tantangan MSDM menurut Rivai dan
Sagala (2009:26) adalah sebagai berikut :
1.
Tantangan internal
Tantangan internal adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
fungsi-fungsi MSDM.
2.
a.
Financial
b.
Penjualan
c.
Keuangan
d.
Service
e.
Produksi
f.
Dan lain-lain
Tantangan eksternal
Tantangan eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar jangkauan
kemampuan pengendalian manajemen.
43
a.
Sektor teknologi
b.
Sektor ekonomi
c.
Sektor sosio kultural
d.
Sektor politik
e.
Sektor internasional
Sedangkan tantangan MSDM menurut Rachmawati (2008:16) yaitu :
a.
Faktor internal organisasi
b.
Visi dan misi
c.
Kebijakan
d.
Budaya perusahaan
e.
Pemegang saham dan dewan direksi
f.
Serikat pekerja
g.
Sistem informasi
h.
Perbedaan individu karyawan
i.
Sistem nilai manajer dan karyawan
j.
Faktor eksternal organisasi
k.
Angkatan kerja
l.
Legal consideration
m. Persaingan
n.
Konsumen
o.
Teknologi
p.
Politik
q.
Ekonomi
44
Di Indonesia, kultur hubungan seperti itu kurang berkembangan.
Bahkan untuk pelatihan dan pengembangan karyawan pada berbagai level,
perusahaan atau organisasi cenderung mengirimkan mereka untuk
mengikuti program-program yang ekstensif sifatnya.Sekali lagi itu belum
tentu jelek hasilnya.Tetapi iklim organisasi, kondisi yang diharapi
karyawan, umumnya kurang dimengerti oleh orang di luar perusahaan.
Oleh sebab itu, dalam proses rekrutmen, seleksi, pelatihan dan
pengembangan, ketertiban orang-orang dalam jabatan relevan dengan
proses tersebut.
2.2.6.
Komitmen Organisasional
1.
Pengertian Komitmen Organisasional
Komitmen mempunyai peran penting, karena akan menunjukkan
adanya rasa keterikatan yang ditujukan oleh karyawan kepada organisasi.
Menurut Laschinger (Utomo 2011) komitmen organisasional membahas
kedekatan karyawan terhadap organisasi dimana
mereka berada.
Komitmen mempunyai peran penting, karena akan menunjukkan adanya
rasa keterikatan yang ditujukan oleh karyawan kepada organisasi. Mathis
dan Jackson (Sopiah 2008) memberikan definisi komitmen organisasi
adalah sejauh mana karyawan percaya dan menerima tujuan organisasi dan
keinginan untuk tetap bersama organisasi.
Komitmen organisasional adalah keinginan anggota organisasi untuk
tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia
berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi. Me nurut Robbins
(Sopiah 2008), mendefinisikan komitmen organisasional sebagai suatu
45
sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka dari karyawan
terhadap organisasi. Menururt O’Reilly (Sopiah 2008), menyebutkan
komitmen karyawan pada organisasi sebagai ikatan kejiwaan individu
terhadap organisasi yang mencangkup keterlibatan kerja, kesetiaan, dan
perasaan percaya terhadap nilai-nilai organisasi.
Menururt Steers dan Porter (Sopiah 2008), mengatakan bahwa suatu
bentuk komitmen yang muncul bukan hanya bersifat loyalitas yang pasif
tetapi harus memberikan segala usaha demi keberhasilan organiasasi yang
bersangkutan. Menurut Gibson (Nelly 2013) berpendapat bahwa komitmen
adalah keterlibatan seorang karyawan yang menunjukkan adanya rasa
pengidentifikasian dengan tujuan perusahaan, perasaan keterlibatan dalam
perusahaan, dan rasa kesetiaan.
Menurut Newstroom (Sopiah 2008) melanjutkan bahwa secara
konseptual, komitmen organisasional ditandai oleh tiga hal :
1.
Adanya rasa percaya yang kuat dan peneriamaan seorang terhadap
tujuan dan nilai-nilai organisasi,
2.
Adanya keinginan seseorang untuk melakukan usaha secara
sungguh-sungguh demi organisasi, dan
3.
Adanya hasrat yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam
suatu organisasi.
Menurut Hunt dan Morgan (Sopiah 2008) mengemukakan bahwa
karyawan memiliki komitmen organisasional yang tinggi bila:
1.
Memiliki keparcayaan dan menerima tujuan dan nilai organisasi,
2.
Berkeinginnan untuk berusaha kearah pencapaian tujuan organisasi
46
3.
Memiliki keininginan yang kuat untuk bertahan sebagai anggota
organisasi.
Menurut Steers dan Black (Sopiah 2008) memiliki pendapat yang
hampir senada. Dia mengatakan bahwa karyawan yang memiliki
komitmen organisasi yang tinggi bisa dilihat dari cirri-cirinya sebagai
berikut:
1.
Adanya kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai dan
tujuan organisasi,
2.
2.
Adanya kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi organisasi,
3.
Keinginan yang kuat untuk menjadi anggota organisasi.
Bentuk Komitmen Organisasional
Menurut Mayer et al, (Sopiah 2008) mengemukanan bahwa ada tiga
komponen komitmen organisasional, yaitu:
1.
Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian
dari organisasi karena adanya ikatan emosional.
2.
Continuance commitment muncul, apabila karyawan tetap bertahan
pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji, dan keuntungankeuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan
pekerjaan lain.
3.
Normative commitment, timbul dari nilai dalam diri karyawan.
Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya
kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang
seharusnya dilakukan.
Menurut Kanter (Sopiah 2008) mengemukakan adanya tiga bentuk
47
komitmen organisasional, yaitu :
1.
Komitmen berkesinambungan (continuance commitment), yaitu
komitmen yang berhubugan dengan dedikasi anggota dalam
melangsungkan kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang
mau berkorban dan berinvestasi pada organisasi.
2.
Komitmen terpadu (cohesion commitment), yaitu komitmen anggota
terhadap organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan
anggota lain di dalam organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya
bahwa norma-norma yang dianut organisasi merupakan norma-norma
yang bermanfaat.
3.
Komitmen terkontrol (control commitment), yaitu komitmen anggota
pada norma organisasi yang memberikan perilaku kea rah yang
diinginkannya. Norma-norma yang dimiliki organisasi sesuai dan
mampu
memberikan
sumbangan
terhadap
perilaku
yang
diinginkannya.
3.
Proses Terjadinya Komitmen Organisasional
Menurut Dessler (Sopiah 2008), mengemukakan sejumlah cara yang
bisa dilakuka untuk membangun karyawan pada organisasi, yaitu :
1.
Make it charismatic: Jadikan visi dan misi organisasi sebagai sesuatu
yang karismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap
karyawan dalam berperilaku, bersikap dan bertindak.
2.
Build the tradition: Segala sesuatu yang baik di organisasi jadikanlah
sebagai suatu uang secara terus-menerus dipelihara, dijaga oleh
generasi berikutnya.
48
3.
Have comprehensive grievance procedure: Bila ada keluhan atau
complain dari pihak luar ataupun internal organisasi maka organisasi
harus memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut secara
menyeluruh.
4.
Provide extensive two-way communications: jadilah komunikasi dua
arah di organisasi tanpa memandang rendah bawahan
5.
Create a sense of community: Jadikan semua unsure dalam organisasi
sebagai suatu community di mana di dalamnya ada nilai-nilai
kebersamaan, rasa memiliki, kerja sama, berbagi, dll.
6.
Build
value-based
homogeneity:
Membangun
nilai-nilai
yang
didasarkan adanya kesamaan. Setiap anggota organisasi memiliki
kesempatan yang sama, misalnya untuk promosi maka dasar yang
digunakan untuk promosi adalah kemampuan, keterampilan, minat,
motivasi, kinerja, tanpa ada diskriminasi.
7.
Share and share: Sebaiknya organisasi membuat kebijakan di mana
antara karyawan level bawah sampai yang paling atas tidak terlalu
berbeda atau mencolok dalam kompensasi yang diterima, gaya hidup,
penampilan fisik, dll.
8.
Emphasize bamraising, cross-utilization, and teamwork: Organisasi
sebagai suatu community harus bekerja sama, saling berbagi, saling
memberi manfaat dan memberikan kesempatan yang sama pada
anggota organisasi. Misalnya perlu adanya rotasi sehingga orang yang
bekerja di "tempat basah." perlu juga ditempatkan di "tempat yang
kering". Semua anggota organisasi merupakan suatu tim kerja.
49
Semuanya harus memberikan kontribusi yang maksimal demi
keberhasilan organisasi tersebut.
9.
Get together: Adakan acara-acara yang melibatkan semua anggota
organisasi sehingga kebersamaan bisa tedalin. Misalnya, sekali-kali
produksi dihentikan dan semua karyawan terlibat dalam event rekreasi
bersama keluarga, pertandingan olahraga, seni, dll yang dilakukan
oleh semua anggota organisasi dan keluarganya.
10. Support employee development: Hasil studi menunjukkan bahwa
karyawan akan lebih memiliki komitmen terhadap organisasi bila
organisasi memperhatikan perkembangan karier karyawan dalam
jangka panjang.
11. Commit to Actualizing: Setiap karyawan diberi kesempatan yang sama
untuk mengaktualisasikan diri secara maksimal di organisasi sesuai
dengan kapasitas masing-masing
12. Provide first-year job challenge: Karyawan masuk ke organisasi
dengan membawa mimpi dan harapannya, kebutuhannya. Berikan
bantuan yang kongkret bagi karyawan untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya dan mewujudkan impiannya. Jika pada. tahap-tahap
awal karyawan memiliki persepsi yang positif terhadap organisasai
maka karyawan akan cenderung memiliki kinerja yang tinggi pada
tahap-tahap berikutnya.
13. Enrich and empower: Ciptakan kondisi agar karyawan bekeija tidak
secara monoton karena rutinitas akan menimbulkan perasaan bosan
bagi karyawan. Hal ini tidak baik karena akan menurunkan kinerja
50
karyawan. Misalnya dengan rotasi kerja, memberikan tantangan
dengan memberikan tugas, kewajiban dan otoritas tambahan, dll.
14. Promote from within: Bila ada lowongan jabatan, sebaiknya
kesempatan pertama diberikan kepada pibak intern perusahaan
sebelum merekrut karyawan dari luar perusahaan,.
15. Provide developmental activities: Bila organisasi membuat kebijakan
untuk merekrut karyawan dari dalam sebagai prioritas maka dengan
sendirinya hal itu akan memotivasi karyawan untuk terus tumbuh dan
berkembang personalnya, juga jabatannya.
16. The question of employee security: Bila karyawan merasa aman, baik
fisik maupun psikis, maka komitmen akan muncul dengan sendirinya.
Misalnya, karyawan merasa aman karena perusahaan membuat
kebijakan memberikan kesempatan karyawan bekerja selama usia
produktif. Dia akan merasa aman dan tidak takut akan ada pemutusan
hubungan kerja. Dia merasa aman karena keselamatan keija
diperhatikan perusahaan.
17. Commit to people-first values: Membangun komitmen karyawan pada
organisasi merupakan proses yang panjang dan tidak bisa dibentuk
secara instan. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar
memberikan perlakuan yang benar pada masa awal karyawan
memasuki organisasi. Dengan demikian karyawan akan mempunyai
persepsi yang positif terhadap organisasi.
18. Put it in writing: Data-data tentang kebijakan, visi, misi, semboyan,
sejarah, strategi, dll. organisasi sebaiknya dibuat dalam bentuk tulisan,
51
bukan sekedar bahasa
19. Hire "Right-Kind" managers: Bila pimpinan ingin menanamkan nilainilai, kebiasaan-kebiasaan, aturan-aturan, disiplin, dll. pada bawahan,
sebaiknya pimpinan sendiri memberikan teladan dalam bentuk sikap
dan perilaku sehari-hari.
20. Walk the talk: Tindakan jauh lebih efektif dari sekedar kata-kata. Bila
pimpinan ingin karyawannya berbuat sesuatu maka sebaiknya
pimpinan tersebut mulai berbuat sesuatu, tidak sekedar kata-kata atau
berbicara.
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi
Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi
melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Komitmen karayawan
pada organisasi juga ditentukan oleh sejumlah faktor: Menurut David dan
Minner (Sopiah 2008) mengemukakan empat factor yang mempengaruhi
komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:
1.
Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, kepribadian, dll
2.
Karekteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam
pekerjaan, konflik peran dalam pekerjaan, tingkat kesulitan dalam
pekerjaan,dll.
3.
Karakteristik struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk
organisasi seperti sentralisasi atau desentralisasi, kehadiran serikat
pekerja dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap
karyawan.
52
4.
Pengalaman kerja. Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh
terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang
baru beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun
bekerja dalam organisasi tentu memiliki komitmen yang berlainan.
Menurut Steers dan Porter (Sopiah 2008) mengemukakan ada
sejumlah faktor yang memengaruhi komitmen karyawan pada organisasi,
yaitu:
1.
Factor personal yang meliputi job expectations, psychological
contract, job choice factor, karakteristik personal. Keseluruhan faktor
ini akan membentuk komitmen awal.
2.
Faktor organisasi, meliputi initial works experiences, job scope
supervision, goal consistency organizational. Semua factor itu akan
membentuk atau memunculkan tanggung jawab.
3.
Non-organizational factor, yang meliputi availability of alternative
jobs. Faktor yang bukan berasal dari dalam organisasi, misalnya ada
tidaknya alternative pekerjaan lain. Jika ada dan lebih baik, tentu
karyawan akan meninggalkannya.
2.2.7.
Disiplin Kerja
Disiplin merupakan bagian dari fungsi operasional MSDM yang terpenting
karena semakin baik disiplin pegawai, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat
dicapainya.Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan
atau instansi mencapai hasil yang optimal.
53
1.
Pengertian Disiplin kerja
Kedisiplinan merupakan fungsi operasional manajemen sumber daya
manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin kerja pegawai,
semakin baik kinerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin yang baik, sulit
bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan
merupakan faktor yang utama yang diperlukan sebagai alat peringatan
terhadap pegawai yang tidak mau berubah sifat dan perilakunya.
Sehingga seorang pegawai dikatakan memiliki disiplin yang baik jika
pegawai tersebut memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan kepadanya.
Berikut adalah pengertian-pengertian disiplin kerja menurut para ahli
diantaranya yaitu :
1. Hasibuan (2006) bahwa :
“Disiplin kerja adalah kesadaran dan kerelaan seseorang dalam
menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku.”
2. Rivai (2011) bahwa :
“Disiplin kerja adalah suatu alat yang dipergunakan para
manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan kesadaran dan kesedian seorang dalam
memenuhi segala peraturan perusahaan.”
3. Singodimenjo dalam Sutrisno (2010) bahwa :
“Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk
54
mematuhi dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku di
sekitarnya.”
Dari beberapa pengertian disiplin kerja yang dikemukakan oleh
beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap
kesadaran,kerelaan dan kesedian seseorang dalam mematuhi dan menaati
peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku di lingkungan sekitar.
2.
Faktor Disiplin Kerja
Menurut
Singodimedjo
dalam Sutrisno
(2010)
faktor yang
mempengaruhi disiplin pegawai adalah :
1.
Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya
disiplin. Para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang
berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal
dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikannya bagi
perusahaan.
2.
Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan.
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam
lingkungan perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan
bagaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan
bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya sendiri seperti ucapan,
perbuatan, dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang
sudah ditetapkan.
3.
Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
Pembinaan disiplin tidak
akan dapat
terlaksana
dalam
55
perusahaan, bila tidak ada aturan tertulis yang pastiuntuk dapat
dijadikan pegangan bersama.
4.
Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.
Bila ada seseorang karyawan yang melanggar disiplin, maka
perlu ada keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang
sesuai dengan pelanggaran yang dibuatnya.
5.
Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada
pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat
melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
6.
Ada tidaknya perhatian kepada karyawan
Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter
antara yang satu dengan yang lain.
7.
3.
Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang nendukung tegaknya disiplin
Bentuk Disiplin Kerja
Tindakan
pendisiplinan
kepada
pegawai
haruslah
sama
pemberlakuaanya. Disini tindakan disiplin berlaku bagi semua, tidak
memilih, memilah dan memihak kepada siapapun yang melanggar akan
dikenakan sanksi pendisiplinan yang sama termasuk bagi manajer atau
pimpinan, karena pimpinan harus memberi contoh terhadap para
bawahannya.
Menurut Mangkunegara (2011) mengemukakan bahwa bentuk
disiplin kerja yaitu :
56
1. Disiplin preventif
Merupakan suatu upaya untuk menggerakan pegawai untuk
mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan aturan yang telah
digariskan oleh perusahaan.
2. Disiplin korektif
Merupakan suatu upaya untuk menggerakan pegawai dalam
suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan
sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan.
3. Disiplin progresif
Merupakan kegiatan yang memberikan hukuman-hukuman yang
lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang.
4.
Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut Rivai (2011), Terdapat tiga konsep dalam pelaksanaan
disiplin diantaranya adalah aturan tungku panas, tindakan disiplin
progresif, dan tindakan disiplin positif. Pendekatan tungku panas dan
tindakan progresif terfokus pada perilaku masa lalu, sedangkan
pendekatan disiplin positif berorientasi ke masa yang akan datang dalam
bekerja sama dengan karyawan untuk memecahkan masalah sehingga
masalah itu tidak timbul lagi.
1.
Aturan tungku panas
Pendekatan untuk melaksanakan tindakan disipliner haruslah
memiliki konsekuensi yang analog dengan menyentuh sebuah
tungku panas :
57
a.
Membakar dengan segera
Tindakan disiplin akan diambil, tindakan itu harus
dilaksanakan segera sehingga individu memahami alasan
tindakan tersebut.
b.
Harus dilaksanakan segera
Berlalunya waktu, orang memiliki tendensi meyakinkan diri
mereka sendiri bahwa dirinya tidak salah yang cenderung
sebagian akan menghapuskan efek disipliner yang terdahulu.
c.
Memberi peringatan
Hal ini penting untuk memberikan peringatan sebelumnya
bahwa hukuman akan mengikuti perilaku yang tidak dapat
diterima. Pada saat seseorang bergerak semakin dekat dengan
tungku panas, mereka diperingatkan oleh panasnya tungku
tersebut
bahwa
mereka
akan
terbakar
jika
mereka
menyentuhnya, oleh karena itu ada kesempatan menghindari
terbakar jika mereka memilih demikian.
d.
Memberikan hukuman yang konsisten
Tindakan disiplin harus konsisten ketika setiap orang
melakukan tindakan yang sama akan dihukum sesuai dengan
hukum yang berlaku. Seperti pada tungku panas, setiap orang
yang menyentuhnya dengan tingkat tekanan yang sama, dan
pada periode waktu yang sama akan terbakar pada tingkat yang
sama pula.
e.
Membakar tanpa membeda-bedakan
58
Tindakan disipliner harusnya tidak membeda-bedakan.
Tungku panas akan membakar setiap orang yang menyentuhnya,
tanpa memilih-milih.
2.
Tindakan disiplin progresif
Tindakan disiplin progresif dimaksudkan untuk memastikan
bahwa terdapat hukuman minimal yang tepat terhadap setiap
pelanggaran.Tujuan tindakan ini adalah membentuk program disiplin
yang berkembang, mulai dari hukuman yang ringan hingga yang
sangat
keras.Disiplin
karyawan
agar
progresif
mengoreksi
dirancang
kekeliruannya
untuk
secara
memotivasi
sukarela.
Penggunaan tindakan ini meliputi serangkaian pertanyaan mengenai
kerasnya pelanggaran. Pedoman yang dianjurkan untuk tindakan
disipliner bagi pelanggaran yang membutuhkan yaitu pertama suatu
peringatan lisan, kedua suatu peringatan tertulis dan ketiga terminasi.
Pelanggaran yang membutuhkan suatu peringatan lisan :
a.
Kelalaian dalam pelaksanaan tugas-tugas.
b.
Ketidakhadiran kerja tanpa izin.
c.
Inefisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pelanggaran yang membutuhkan suatu peringatan tertulis dan
selanjutnya terminasi :
a.
Tidak berada ditempat kerja.
b.
Kegagalan melapor kerja satu atau dua hari berturut-turut.
c.
Kecerobohan dalam pemakaian properti perusahaan.
Pelanggaran
yang
langsung
membutuhkan
pemecatan
59
diantaranya :
a.
Pencurian ditempat kerja.
b.
Perkelahian ditempat kerja.
c.
Pemalsuan kartu jam hadir kerja.
d.
Kegagalan melapor kerja tiga hari berturut-turut tanpa
pemberitahuan.
3.
Tindakan disiplin positif
Tindakan disipliner positif dimaksudkan untuk menutupi
kelemahan yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu mendorong para
karyawan memantau perilaku mereka sendiri dan memikul tanggung
jawab atas konsekuensi dari tindakan mereka. Disiplin positif
bertumpukan pada konsep bahwa karyawan harus memikul tanggung
jawab atas tingkah laku pribadi mereka, dan persyaratan pekerjaan.
Persyaratan yang perlu bagi disiplin positif adalah komunikasi,
persyaratan pekerjaan dan peraturan kepada para karyawan.
5.
Sanksi Pelanggaran Kerja
Pelanggaran kerja adalah setiap ucapan, tulisan, perbuatan seorang
pegawai yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur oleh
pimpinan organisasi.Sanksi pelanggaran kerja adalah hukuman disiplin
yang dijatuhkan oleh pimpinan organisasi kepada pegawai yang
melanggar peraturan disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi.
Menurut Rivai (2011), Ada beberapa tingkatan dan jenis sanksi
pelanggaran kerja yang umumnya berlaku dalam suatu organisasi yaitu :
a.
Sanksi pelanggaran ringan dengan jenis seperti teguran lisan, teguran
60
tertulis, pernyataan tidak puas secara tertulis.
b.
Sanksi pelanggaran sedang dengan jenis seperti penundaan kenaikan
gaji, penurunan gaji, penundaan kenaikan pangkat.
c.
Sanksi pelanggaran berat dengan jenis seperti penurunan pangkat,
pemecatan.
6.
Mengatur dan Mengelola Disiplin
Setiap manajer harus dapat memastikan bahwa karyawan tertib
dalam tugas. Konteks disiplin, makna keadilan harus dirawat dengan
konsisten. Apabila karyawan menghadapi tantangan tindakan disiplin,
pemberi kerja harus dapat membuktikan bahwa karyawan yang terlibat
dalam kelakuan yang tidak patut dihukum.Menurut Rivai (2011), Adanya
standar disiplin yang digunakan untuk menentukan bahwa karyawan
telah diperlakukan secara wajar yaitu :
1.
Standar disiplin
Beberapa standar dasar disiplin berlaku bagi semua pelanggaran
aturan apakah besar atau kecil. Setiap karyawan dan manajer perlu
memahami kebijakan perusahaan serta mengikuti prosedur secara
penuh. Karyawan yang melanggar aturan akan diberi kesempatan
untuk
memperbaiki
perilaku
mereka.
Para
manajer
perlu
mengumpulkan sejumlah bukti untuk membenarkan disiplin.Bukti
ini harus secara hati-hati didokumentasikan sehingga tidak bisa
untuk diperdebatkan. Sebagai suatu model bagaimana tindakan
disipliner harus diatur adalah :
a.
Apabila seorang karyawan melakukan suatu kesalahan, maka
61
karyawan harus konsekuen terhadap aturan pelanggaran.
b.
Apabila tidak dilakukan secara konsekuen, berarti karyawan
tersebut telah melecehkan peraturan yang telah ditetapkan.
c.
Kedua hal diatas akan berakibat pemutusan hubungan kerja dan
karyawan harus menerima hukuman tersebut.
2.
Penegakan standar disiplin
Apabila pencatatan tidak adil dan sah menurut undang-undang
atau
pengecualian
ketenagakerjaan
sesuka
hati,
pengadilan
memerlukan bukti dari pemberi kerja untuk membuktikan sebelum
karyawan ditindak.Standar kerja tersebut dituliskan dalam kontrak
kerja.
2.2.8.
Kepuasan Kerja
1.
Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Handoko (2012:193) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan
kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dapat
dilihat dari sikap yang mereka tunjukan terhadap pekerjaan dan tantangan
dalam berbagai kondisi kerja. Untuk mengetahui keadaan emosional
seseorang memang tidak dapat kita lihat secara langsung akan tetapi
hanya akan mempu untuk kita rasakan, maka dari itu puas atau tidak nya
seorang karyawan dapat dilihat dari bagaimana dia dalam berprilaku,
mengerjakan
pekerjaan
menyelesaikan masalah.
dan
pola
fikir
orang
tersebut
dalam
62
Kebutuhan akan selalu bertambah dari waktu ke waktu dan manusia
selalu berusaha dengan segala kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan tersebut (Rivai dan Sagala, 2009:856). Kebutuhan manusia
diartikan sebagai segala sesuatu yang ingin dimilikinya, dicapai, dan
dinikmati. Untuk itu manusia terdorong melakukan aktivitas tersebut
dengan cara bekerja.
Sedangkan menurut
Robbins (2002:36) Kepuasan kerja (job
satisfaction) mengacu kepada sikap individu secara umum terhadap
pekerjaannya. Seseorang yang dengan tingkat kepuasan kerjanya tinggi
pastinya akan mempunyai sikap positif terhadap pekerjaan, begitu juga
sebaliknya apabila tingkat kepuasan kerja seseorang tersebut rendah
maka akan memunculkan sikap negatif terhadap pekerjaan. Karyawan
cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka
kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka
dan menawarkan tugas-tugas yang bervariasi, kebebasan, dan umpan
balik tentang seberapa baik mereka bekerja.
2.
Pengukuran Kepuasan Kerja
Menurut Rivai (2004:480) ada beberapa alasan mengapa perusahaan
harus
benar-benar
memperhatikan
kepuasan
kerja,
yang
dapat
dikategorikan sesuai dengan fokus karyawan atau perusahaan, yaitu:
1.
Manusia berhak diberlakukan dengan adil dan hormat, pandangan ini
menurut perspektif kemanusiaan. Keputusan kerja merupakan
perluasan
refleksi
perlakuan
yang
baik.
Pentinng
memperhatikan indikator emosional atau kesehatan psikologis
juga
63
2.
Perspektif kemanfaatan, bahwa keputusan kerja dapat menciptakan
perilaku yang yang mempengaruhi fungsi-fungsi perusahaan.
Perbedaan kepuasan kerja antara unit-unit
organisasi dapat
mendiagnosis potensi persoalan. Buhler (1994) menekankan
pendapatnya
bahwa
upaya
organisasi
berkelanjutan
harus
ditempatkan pada kepuasan kerja dan pengaruh ekonomis terhadap
perusahaan. Perusahaan yang percaya bahwa karyawan dapat dengan
mudah diganti dan tidak berinvestasi di bidang karyawan maka akan
menghadapi bahaya. Biasanya berakibat tingginya tingkat turnover,
diiringi dengan membengkaknya biaya pelatihan, gaji akan
memuculkan perilaku yang sama dikalangan karyawan, yaitu mudah
berganti-ganti perusahaan dan dengan demikian kurang loyal.
3.
Teori-Teori Kepuasan Kerja
Menurut Luthans (Kristianto, et al 2013) kepuasan kerja dihasilkan
dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka
menyediakan hal yang dipandang penting. Lima aspek kepuasan kerja
diukur dengan Job Descriptive Index (JDI) yaitu:
1.
Pekerjaan itu sendiri (berhubungan dengan tanggung jawab, minat
dan pertumbuhan);
2.
Kualitas supervisi (terkait dengan bantuan teknis dan dukungan
sosial);
3.
Hubungan dengan rekan kerja (berkaitan dengan harmoni sosial dan
respek);
4.
Kesempatan
promosi
(terkait
dengan
kesempatan
untuk
64
pengembangan lebih jauh)
5.
Pembayaran (yang terkait dengan pembayaran yang memadai dan
persepsi keadilan) Luthans (Kristianto, et al 2013).
Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan akan bangga yang timbul
dari dalam diri seseorang yang disebabkan karena terciptanya
keuntungan lebih yang berada diluar ekspektasi sehingga mendatangkan
perasaan senang akan hal tersebut. Menurut Robbins (2002:36) Kepuasan
kerja (job satisfaction) mengacu kepada sikap individu secara umum
terhadap pekerjaannya. Menurut Robbins (2002:36) antara lain :
1.
Kerja yang menantang secara mental. Pada umumnya individu lebih
menyukai pekerjaan yang memberi peluang untuk menggunakan
keterampilan dan kemampuan serta memberi beragam tugas,
kebebasan dan feedback tentang seberapa baik pekerjaanya. Hal ini
akan membuat pekerjaan lebih menantang secara mental. Pekerjaan
yang kurang menantang akan menciptakan kebosanan, akan tetapi
yang terlalu menantang juga dapat menciptakan frustasi dan
perasaan gagal.
2.
Penghargaan yang sesuai. Karyawan menginginkan sistem bayaran
yang adil, tidak ambigu, dan selaras dengan harapan karyawan. Saat
bayaran dianggap adil, dalam arti sesuai dengan tuntutan pekerjaan,
tingkat keterampilan individual, dan standar bayaran masyarakat,
kemungkinan akan tercipta kepuasan.
3.
Kondisi kerja yang mendukung. Karyawan berhubungan dengan
lingkungan kerjanya untuk kenyamanan pribadi dan kemudahan
65
melakukan pekerjaan yang baik. Yang termasuk didalamnya seperti
tata ruang, kebersihan ruang kerja, fasilitas dan alat bantu,
temperatur, dan tingkat kebisingan.
4.
Kolega yang suportif Individu mendapatkan sesuatu yang lebih
daripada uang atau prestasi yang nyata dari pekerjaan tetapi
karyawan juga memenuhi kebutuhan interaksi sosial. Perilaku atasan
juga merupakan faktor penentu kepuasan yang utama. Oleh karena
itu, perlu diterapkan rasa saling menghargai, loyal dan toleran antara
satu dengan yang lain, sikap terbuka, dan keakraban antar karyawan.
2.2.9.
Kinerja
1.
Pengertian Kinerja
Kinerja adalah sesuatu yang penting bagi instansi, khususnya kinerja
pegawai yang bisa membawa perusahaan pada pencapaian tujuan yang
diharapkan. Baik atau buruknya kinerja pegawai dapat berpengaruh pada
baik buruknya kinerja instansi.
Kinerja bisa mempengaruhi berlangsungnyakegiatan suatu organisasi
perusahaan, semakin baik kinerja yang ditunjukan oleh para pegawai akan
sangat membantu dalam perkembangan organisasi atau perusahaan
tersebut.
Berikut adalah pengertian-pengertian kinerja menurut para ahli
diantaranya yaitu :
1.
Hasibuan (2006) bahwa :
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan
tugas-tugas
yang
dibebankan
kepadanya
yang
66
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu”
2.
Mangkunegara (2011) bahwa :
“Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis menarik kesimpulan
bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari
individu atau kelompok yang dilakukan berdasarkan kecakapan,
pengalaman, kesungguhan dan waktu dengan maksimal.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Kemampuan dan motivasi adalah faktor yang mempengaruhi kinerja.
Pendapat yang diutarakan oleh Keith Davis dalam Mangkunegara (2011)
faktor yang mempengaruhi kinerja dirumuskan sebagai berikut:
Human Performance
= Ability vs Motivation
Motivation
= Attitude x Situation
Ability
= Knowledge x skill
Mangkunegara (2011) faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja
adalah
faktor
kemampuan (ability)
dan
faktor
(motivasi)
yang
mengemukakan bahwa motivasi terbentuk dari sikap seseorang pegawai
dalam menghadapi situasi kerja. Sikap mental yang mendorong diri
pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal yang
siap secara psikofik (siap secara mental, fisik, tujuan, dan situasi).
Setelah apa yang dirumuskan diatas, bisa dapat diperjelas bahwa:
1.
Faktor Kemampuan (Ability)
67
Secara
psikologis,
kemampuan
(ability)
terdiri
dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge +
skill). Pimpinan dan pegawai harus memiliki pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja
maksimal.
2.
Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan sebagai suatu sikap yang yang dimiliki
pemimpin dan pegawai terhadap situasi kerja dilingkungan
organisasinya. Mereka akan menunjukan nilai positif atau negatif
terhadap situasi kerjanya, dan semua itu bisa memperlihatkan
bagaimana tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki pimpinan dan
pegawai.
3.
Tujuan dan Sasaran Kinerja
Tujuan Evaluasi kinerja adalah untuk memperbaikidan meningkatkan
kinerja organisasi melalui peningkatankinerja SDM organisasi, dalam
penilaian kinerja tidakhanya semata-mata menilai hasil fisik tetapi
pelaksanaanpekerjaan
secara
keseluruhan
yang
menyangkut
berbagaibidang seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja
atau hal - hal khusus sesuai dengan bidang dan tugasnya semua layak
untuk dinilai.
Tujuan penilaian kinerja karyawan menurut Rivai (2011) pada
dasarnya meliputi:
68
1.
Meningkatkan etos kerja.
2.
Meningkatkan motivasi kerja.
3.
Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan selama ini.
4.
Untuk mendorong pertanggungjawaban dari karyawan.
5.
Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan
gaji berkala, gaji pokok, kenaikangaji istimewa dan insentif uang.
6.
Untuk pembeda antar karyawan yang satu dengan yang lainnya.
7.
Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi ke dalam
penugasan kembali, seperti diadakannya mutasiatau transfer, rotasi
perusahaan, kenaikan jabatan, pelatihan.
8.
Sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk
mengambil inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja.
9.
Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja
menjadi baik.
10. Untuk mendorong pertanggung jawaban dari karyawan.
11. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk
memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karier
selanjutnya.
12. Pemutusan hubungan kerja, pemberian sanksi ataupun hadiah.
13. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui
diskusi tentang kemajuan kerja mereka.
14. Sebagai penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah
pekerjaan.
69
4.
Penilaian Kinerja
Merupakan suatu proses organisasi dalam menilai kinerja pegawainya.
Secara umum tujuan dari penelitian kinerja adalah memberikan timbal
balik kepada pegawai dalam upaya memperbaiki kerja pegawai, dan untuk
meningkatkan produktivitas organisasi.Secara khusus tujuan penilaian
kerja adalah sebagai pertimbangan keputusan organisasi terhadap
pegawainya mengenai promosi, mutasi, kenaikan gaji, pendidikan dan
pelatihan ataupun kebijakan manajerial lainnya.Setiap karyawan dalam
melaksanakan kewajiban atau tugas merasa bahwa hasil kerja mereka tidak
terlepas dari penilaian atasan baik secara langsung maupun tidak langsung,
penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui kinerja seorang pegawai.
Menurut Rivai (2011) manfaat penilaian kinerja adalah :
1.
2.
Manfaat bagi karyawan yang dinilai antara lain :
a.
Meningkatkan motivasi
b.
Meningkatkan kepuasan kerja
c.
Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan
d.
Adanya kesempatan berkomunikasi ke atas
e.
Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi
Manfaat bagi penilai
a.
Meningkatkan kepuasan kerja
b.
Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasi kecendrungan
kinerja karyawan.
c.
Meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer ataupun
karyawan.
70
3.
d.
Sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan.
e.
Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi karyawan.
Manfaat bagi perusahaan.
a.
Perbaiki seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan.
b.
Meningkatkan kualitas komunikasi.
c.
Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan.
d.
Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang
dilakukan untuk masing masing karyawan.
5.
Jenis-Jenis Penilaian Kinerja
Menurut Rivai (2011) jenis-jenis penilaian kerja adalah sebagai
berikut :
1.
Penilaian hanya oleh atasan.
a.
Cepat dan langsung
b.
Dapat mengarah ke distrorsi karena pertimbangan-pertimbangan
pribadi.
2.
Penilaian oleh kelompok lini : atasan dan atasannyalagi bersama sama
membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai :
a.
Objektivitasnya lebih akurat dibandingkan kalau hanya oleh
atasan sendiri.
b.
3.
Individu yang dinilai tinggi dapat mendominasi penilaian.
Penilaian oleh kelompok staff : atasan meminta satu atau lebih
individu untuk bermusyawarah dengannya, atasan langsung yang
membuat keputusan akhir.
a.
Penilaian gabungan yang masuk akal dan wajar.
71
4.
Penilaian melalui keputusan komite : sama seperti pada pola
sebelumnya kecuali bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi
mengambil keputusan akhir, hasilnya didasarkan pada pilihan
mayoritas.
5.
a.
Memperluas pertimbangan yang ekstrim.
b.
Memperlemah integritas manajer yang bertanggung jawab.
Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan : sama seperti pada
kelompok staf, namun melibatkan wakil dari pimpinan pengembangan
atau departemen SDM yang bertindak sebagai peninjau yang
independen.
a. Membawa suatu pikiran yang tetap kedalam satu penilaian lintas
sektor yang besar.
6.
Penilaian oleh bawahan dan sejawat.
a.
Mungkin terlau subjektif
b.
Mungkin digunakan sebagai tambahan pada metode penilaian
yang lain.
6.
Metode Penilaian Kinerja
Metode penilaian kinerja karyawan bisa dibedakan menjadi metode
penilaian yang berorientasi pada masa lalu dan masa depan. Mengevaluasi
kinerja dimasa lalu, karyawan dapat memperoleh umpan balik dari usahausaha mereka. Umpan balik ini selanjutnya akan mengarah kepada
perbaikan prestasi. Menurut Rivai (2011), Teknik-teknik penilaian kinerja
meliputi :
72
1.
Skala peringkat (Rating Scale).
2.
Daftar pertanyaan.
3.
Metode catatan prestasi.
4.
Metode dengan pilihan terarah (Forced Choice Methode).
5.
Metode peristiwa kritis (Critical Incident Methode).
6.
Skala peringkat yang dikaitkan dengan tingkah laku (Behaviorally
Anchored
7.
Ratting Scale).
8.
Metode peninjauan lapangan (Field Review Methode).
9.
Tes dan observasi prestasi kerja (Performance Test and Observation).
10. Pendekatan evaluasi komparatif (Comparative Evaluation Approach).
Metode penilaian berorientasi masa depan, menggunakan asumsi bahwa
karyawan tidak lagi sebagai objek penelitian yang tunduk dan tergantung
kepada manejer, tetapi karyawan dilibatkan dalam proses penilaian. Menurut
Rivai (2011), Adapun teknik-teknik yang digunakan yaitu :
1.
Penilaian diri sendiri (Self Appraisal).
2.
Manajemen berdasarkan sasaran (Management By Objective).
3.
Penilaian secara psikologis.
4.
Pusat penilaian (Assesment Center).
7.
Langkah-langkah Peningkatan Kinerja
Menurut Mangkunegara (2011), Dalam rangka peningkatan kinerja
paling tidak terdapat dua langkah yang harus dilakukan sebagai berikut :
1.
Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja, dapat dilakukan
dengan cara :
73
a.
Mengidentifikasi masalah melalui data dan informasi yang
dikumpulkan terus menerus mengenai fungsi bisnis.
2.
b.
Mengidentifikasi masalah melalui karyawan
c.
Memperhatikan masalah yang ada
Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan, untuk memperbaiki
keadaan ini diperlukan berbagai informasi antara lain :
a.
Mengidentifikasi masalah setepat mungkin.
b.
Menentukan tingkat keseriusan dengan mempertimbangkan harga
yang harus dibayar apabila tidak ada kegiatan dan harga yang
harus dibayar bila ada campur tangan dan penghematan yang
diperoleh apabila ada penutupan kekurangan kerja.
c.
Mengidentifkasi hal-hal yang mungkin menjadi penyebab
kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang
berhubungan dengan karyawan itu sendiri.
d.
Mengembangkan
rencana
tindakan
untuk
menanggulangi
kekurangan tersebut.
e.
Melakukan rencana tindakan tersebut.
f.
Melakukan evakuasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau
belum.
g.
Mulai dari awal bila perlu.
Menurut Mangkunegara (2011), Ada 24 poin untuk meningkatkan
kinerja karyawan yaitu :
a. Membuat pola pikir yang modern.
b. Kenali manfaat.
74
c. Kelola kerja.
d. Bekerjalah bersama karyawan.
e. Rencanakan secara tepat dengan sasaran jelas.
f. Satukan sasaran karyawan.
g. Tentukan insentif karyawan.
h. Jadilah orang yang mudah ditemui.
i.
Berfokus pada komunikasi.
j.
Melakukan tatap muka.
k. Hindarkan risiko pemeringkatan.
l.
Jangan melakukan penggolongan.
m. Persiapkan penilaian.
n. Awali tinjauan secara benar.
o. Kenali sebab.
p. Mengakui keberhasilan.
q. Gunakan komunikasi yang kooperatif.
r. Berfokus pada perilaku dan hasil.
s. Perjelas kinerja.
t. Perlakukan konflik dengan apik.
u. Gunakan disiplin bertahap.
v. Kinerja dokumen.
w. Kembangkan karyawan.
x. Tingkatkan terus sistem kerja
75
2.2.10. Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kepuasan Kerja
Komitmen organisasional mempunyai peran peting dalam meningkatkan
kepuasan kerja. Agar harapan kerja terpenuhi komitmen organisasional harus
dapat diterapkan dengan baik yang nantinya akan menimbulkan kepuasan kerja
dalam organsiasi. Badjuri, (Arifah dan Romadhon 2015) yang menyatakan
bahwa komitmen organisasional mempengaruhi berbagai perilaku penting agar
organisasi dapat tumbuh mana kala harapan kerja terpenuhi oleh organisasi
dengan baik. Selanjutnya dengan terpenuhinya harapan kerja ini akan
menimbulkan kepuasan kerja. Hubungan dari kepuasan kerja dengan turnover
interntion dan komitmen organisasi lebih dipengaruhi oleh kepuasan kerja
sebagai antecedent dari komitmen organisasional (Lin and Ma, 2004; Tett and
Meyer, 1993; dalam Iqbal et.al 2014)
2.2.11. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Faktor yang dapat mempengaruhi dan mewujudkan disiplin kerja salah
satunya adalah kepuasan kerja, jika karyawan dapat mematuhi peraturan yang
diterapkan perusahaan untuk meningkatkan perusahaan, kepuasan kerja dalam
setiap karyawan akan tumbuh. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam
perwujudan dan pemeliharaan disiplin kerja yang baik, namun dalam penelitian
ini dipilih beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
tersebut yaitu : kepemimpinan, hubungan kerja, dan disiplin kerja seperti yang
diungkapkan oleh Susilo (2008:169).
2.2.12. Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap kinerja
Komitmen mempunyai peran penting dalam meningkatkan kinerja
karyawan dalam sebuah organisasi. Tingginya komitmen akan berimbas pada
76
kinerja karyawan yang semakin meningkat. Pernyataan ini didukung oleh Khan
et al (Taurisa dan Ratnawati, 2012) yang mengatakan komitmen dari seorang
karyawan terhadap organisasinya dapat menjadi instrumen penting untuk
meningkatkan kinerja dari karyawan tersebut. Hal ini diperkuat oleh Smith
(Ciptodiharjo, 2013) menunjukkan bahwa komitmen organisasi berhubungan
signifikan positif yang terhadap kinerja pegawai produksi.
2.2.13. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja
Disiplin kerja usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan. Disiplin kerja
harus dapat diterapkan dalam organisasi dan harus dilaksanakan oleh setiap
karyawan, dengan adanya disiplin kerja, maka diharapkan kinerja meningkat.
Pernyataan ini didukung oleh Hasibuan (Ardansyah dan Wasilawati, 2014)
yang menyatakan bahwa kedisiplinan kerja diartikan bilaman karyawan selalu
datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik,
mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Hal ini diperkuat oleh Hidayati (2014) menunjukkan bahwa disiplin kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
2.2.14. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Keberhasilan organisasi dipengaruhi oleh adanya tingkat kepuasan yang
dirasakan karyawan. Kepuasan yang dirasakan setiap karyawan akan
mengakibatkan peningkatan dalam kinerja seorang karyawan, karena
menganggap pekerjaannya sebagai sebagai suatu yang menyenangkan.
Pernyataan ini didukung oleh Robbins (Indrawati, 2013) mengenai dampak
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, yang menyatakan bahwa karyawan
yang puas berkemungkinan lebih besar untuk berbicara secara positif tentang
77
organisasi, membantu yang lain, dan berbuat kinerja pekerjaan mereka
melampaui perkiraan normal. Hal ini didukung oleh (Taurisa dan Ratnawati,
2012) bahwa terdapat pengaruh yang searah antara komitmen organisasional
dan kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi komitmen
organisasional dalam diri karyawan PT. Sido Muncul, maka semakin tinggi
tingkat kinerja karyawannya.
78
2.3.
Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini terdiri dari variabel independent atau variabel bebas (X)
yaitu komitmen organisasional, dan disiplin kerja, variabel dependent atau
variabel terikat (Y) yaitu kinerja, dan variabel intervening (Z) yaitu kepuasan
kerja. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat dalam bentuk sebagai berikut.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H4
Komitmen (X1):
1. Affective Commitment
2. Continuance
Commitment
3. Normative Commitment
Mayer, Allen, dan Smith
dan Spector dalam
Sopiah (2008)
1.
2.
3.
4.
Disiplin Kerja (X2)
Taat terhadap aturan
waktu
Taat terhadap aturan
perusahaan
Taat terhadap aturan
perilaku dalam
pekerjaan
Taat terhadap
peraturan lainnya
(Singodimedjo dalam
Sutrisno 2010)
H6
H8
H1
A
H3
Kepuasan Kerja (Z)
1. Kerja yang
menantang
2. Penghargaan yang
sesuai
3. Kondisi kerja
yang mendukung
4. Kolega yang
suportif
Robbins (2002:36)
H2
H7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kinerja (Y)
Quantity of work
Quality of work
Job knowledge
Creativeness
Cooperation
Dependability
Initiative
Personal
qualities
Gomes (2003:142)
H9
H5
Gambar 1. Rincian Kerangka Penelitian
79
1.
Variabel independen, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel yang
lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komitmen
organisasional (X1) dan disiplin kerja (X2)
2.
Variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja (Y).
3.
Variabel intervening, yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen. Variabel intervening dalam
penelitian ini adalah kepuasan kerja (Z)
2.4.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada penelitian terdahulu, perumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian di atas maka penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
Chandra (2013) dalam penelitian “Pengaruh Komitmen Organisasi dan
Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan PD.
Wonoagung Sejahtera di Gresik” hasil penelitian ini menunjukan bahwa
komitmen organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja dimana kinerja
karyawan akan meningkat dengan adanya komitmen organisasi dan komitmen
organisasi berpengaruh terhadap kinerja, dimana dengan komitmen karyawan
yang tinggi, berdampak positif terhadap kinerja karyawan, serta kepuasan kerja
berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini berpengaruh secara langsung, namun
memiliki hubungan yang signifikan karena hasil riset menunjukan hasil positif.
Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah samasama meneliti pengaruh komitmen terhadap kepuasan, komitmen terhadap
kinerja dan kepuasan terhadap kinerja.
Perbedaannya terletak pada
80
penambahan variabel disiplin kerja, objek yang diteliti juga berbeda, peneliti
meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
H1: Ada pengaruh komitmen organisasional terhadap kepuasan kerja
secara parsial
Agusta dan Supartha (2013) dalam penelitian “Pengaruh Kepemimpinan,
Hubungan Kerja, dan Disiplin Kerja terhadap Kepuasan Kerja karyawan pada
PT. Bintang Bali Indah Denpasar” hasil penelitian ini menunjukan bahwa
disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah samasama meneliti pengaruh disiplin kerja terhadap kepuasan kerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya
variabel komitmen organisasi dan kinerja, obyek yang diteliti juga berbeda,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Sudiyanto (2015) dalam penelitian “Pengaruh Disiplin, Budaya Kerja,
dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja pegawai pada Fakultas Ekonomi
Universitas PGRI Palembang” hasil penelitian ini menunjukan bahwa disiplin
kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah samasama meneliti pengaruh disiplin kerja terhadap kepuasan kerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya
variabel komitmen organisasi dan kinerja, obyek yang diteliti juga berbeda,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Arina (2015) dalam penelitian “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Displin
Kerja terhadap Kepuasan Kerja karyawan Pada CV. Yamaha Siteba Padang”
81
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan pada CV. Yamaha Siteba Padang.
Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah samasama meneliti pengaruh disiplin kerja terhadap kepuasan kerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya
variabel komitmen organisasi dan kinerja, obyek yang diteliti juga berbeda,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
H2: Ada pengaruh disiplin kerja terhadap kepuasan kerja secara parsial
Mulyanto & Mini S (2013) dalam penelitian “Pengaruh Komitmen
Organisasi dan Disiplin Kerja terhadap Kepusaan Kerja dalam upaya
meningkatkan Kinerja Pegawai RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta”
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen dan disiplin kerja
berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja pegawai. Persamaan
peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah sama-sama meniliti
pengaruh komitmen organisasional dan disiplin kerja terhadap kepuasan kerja
dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai. Perbedannya terletak pada objek
yang diteliti, peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
H3: Ada pengaruh komitmen organisasional dan disiplin kerja terhadap
kepuasan kerja secara simultan
Nydia (2012) dalam penelitian “Pengaruh Komitmen Organisasi
Terhadap Kinerja Karyawan Lapangan SPBU COCO Pertamina MT Haryono,”
hasil penelitian menunjukan bahwa komitmen organisasi yang terdiri dari
komitmen afektif, berkelanjutan dan normative berpengaruh secra simultan
terhadap karyawan lapangan SPBU COCO Pertamina MT Haryono. Secara
82
parsial komitmen afektif, komitmen berkelanjutan positif dan signifikan
terhadap kinerja, sedangkan komitmen normative tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan lapangan SPBU COCO Pertamina MT Haryono.
Komitmen berkelanjutan yang merupakan salah satu jenis variabel komitmen
organisasi memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan lapangan
SPBU COCO Pertamina MT Haryono. Persamaan peneliti ini dengan peneliti
yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh komitmen
terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada penambahan variabel yang
dilakukan penulis yaitu adanya variabel disiplin kerja dan kepuasan kerja,
obyek yang diteli juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Nanda (2014) dalam penelitian “Analisis Pengaruh Motivasi Kerja,
Pengendalian Internal, dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan”
(Studi Empirin Pada AJB Bumi Putera 2912 Kantor Cabang Solo Gladag) hasil
penelitian ini menunjukan bahwa variabel komitmen organisasi berpengaruh
positif terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikansi 0,000<0,05.
Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah samasama meneliti pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya
variabel disipilin kerja dan kepuasan kerja, obyek yang diteli juga berbeda,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Taurisa dan Ratnawati (2012) dalam “Analisis Pengaruh Budaya
Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasional dalam
meningkatkan Kinerja Karyawan” (Studi pada PT. Sido Muncul Kaligawe
Semarang) hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi komitmen
83
organisasional dalam diri karyawan PT. Sido Muncul, maka semakin tinggi
tingkat kinerja karyawannya dan terdapat pengaruh yang searah antara
kepuasan kerja dan kinerja karyawan, hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan PT. Sido Muncul, semakin
tinggi kinerja karyawannya. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang
dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh komitmen organisasi
terhadap kinerja dan pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya
variabel disiplin kerja, obyek yang diteli juga berbeda, peneliti meneliti di PT.
Arief Nirwana Utama.
Utomo (2011) dalam penelitian “Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan
Kerja, dan Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Pegawai” (Studi pada
pegawai Setda Kabupaten Pati) hasil penelitian ini menunjukan bahwa
komitmen organisasi dengan dimensi afektif, normative, dan continuance
terbukti secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai
Sekretariat Daerah Kabupaten Pati dengan item paling bagus adalah yang
diperoleh dalam organisasi, yaitu pegawai merasa akan banyak memperoleh
manfaat jika tetap bekerja di Sekretariat Daerah Kabupaten Pati. Persamaan
peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti
pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada
penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya variabel disiplin
kerja dan kepuasan kerja, obyek yang diteli juga berbeda, peneliti meneliti di
PT. Arief Nirwana Utama.
84
Argensia et.al (2014) dalam penelitian “Analisis Pengaruh Kepuasan
Kerja
dan
Motivasi
terhadap
Kinerja
Pegawai
dengan
Komitmen
Organisasional sebagai Variabel Intervening” (Studi pada kantor pengawasan
dan pelayanan bea dan cukai tipe madya pabean B Medan) hasil penelitian ini
menunjukan bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai KPPBC TMP B Medan. Persamaan
peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti
pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada
penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya variabel disiplin
kerja dan kepuasan kerja, obyek yang diteli juga berbeda, peneliti meneliti di
PT. Arief Nirwana Utama.
H4: Ada pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan
secara parsial
Hidayati (2014) dalam penelitian “Analisis Pengaruh Motivasi dan
Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Kemilau Indah Permana
Kebakkramat Karanganyar” hasil penelitian ini menunjukan bahwa disiplin
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT.
Kemilau Indah Permana Kebakkramat Karanganyar. Persamaan peneliti ini
dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh
disiplin kerja terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada penambahan
variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya variabel komitmen organisasi dan
kepuasan kerja, obyek yang diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief
Nirwana Utama.
85
Baihaqi (2013) dalam “Pengaruh Kepemimpinan dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja Pegawai dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel
Moderating” (Studi kasus pada Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Timur,
Kalimantan Timur) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disiplin kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Persamaan
peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti
pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada
penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya variabel komitmen
organisasi dan kepuasan kerja, obyek yang diteliti juga berbeda, peneliti
meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
Jayanti (2014) dalam “Analisis Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan
Kerja, Kontrak Psikologis, Disiplin Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan RSUD Kota Semarang” hasil penelitian ini menunjukan
bahwa disiplin kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
karyawan dan kepuasan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang
dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh disiplin kerja terhadap
kinerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada
penambahan variabel yang dilakukan penulis yaitu adanya variabel komitmen
organisasi, obyek yang diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief
Nirwana Utama.
Ardansyah dan Wasilawati (2014) dalam penelitian “Pengawasan,
Disiplin Kerja, dan Kinerja Pegawai Badan Pusat Statistik Kabupaten
Lampung Tengah” hasil penelitian ini menunjukan bahwa disiplin kerja
86
berpengaruh signifikan terhadap kinerja yang ditunjukkan oleh koefisien
regresi b2 sebesar 0,568. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan
penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja.
Perbedaannya terletak pada penambahan variabel komitmen organisasi dan
kepuasan kerja, objek yang diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief
Nirwana Utama.
H5: Ada pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan secara
parsial
S. Timbuleng & J.S.B. Sumarauw (2015) dalam penelitian “Etos Kerja,
Disiplin Kerja dan Komitmen Organisasi Pengaruhnya terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Manado” hasil penelitian ini
menunjukan bahwa Komitmen Organisasional dan Disiplin Kerja berpengaruh
secara simultan terhadap kinerja karyawan. Persamaan peneliti ini dengan
peneliti yang dilakukan oleh penulis adalah sama-sama meniliti pengaruh
komitmen organisasional dan disiplin kerja terhadap kinerja. Perbedaannya
terletak pada penambahan variabel kepuasan kerja, objek yang diteliti juga
berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
H6: Ada pengaruh komitmen organisasional dan disiplin kerja terhadap
kinerja karyawan secara simultan
Putri dan Latrini (2013) dalam penelitian “Pengaruh Kepuasan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan sektor publik, dengan In-role Performance dan
Innovative Performance sebagai Variabel Mediasi” hasil penelitian ini
menunjukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif sebesar 0,111 terhadap
kinerja. Ini berarti kepuasan kerja mempengaruhi kinerja karyawan sebesar
87
11,1 persen dalam artian semakin baik kepuasan kerja maka semakin tinggi
kinerja karyawan. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan
penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja.
Perbedaannya terletak pada penambahan variabel komitmen organisasi dan
disiplin kerja, objek yang diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief
Nirwana Utama
Ciptodihardjo (2013) dalam penelitian “Pengaruh Kepemimpinan,
Motivasi, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional dan Kinerja
Karyawan pada karyawan PT. Smartfren, Tbk di Surabaya” hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kepuasan kerja bepengaruh terhadap kinerja karyawan
sebesar 0,259, artinya setiap peningkatan kepuasan kerja sebesar satu satuan
makan akan meningkatkan kinerja karyawan sebesar 0,259. Persamaan peneliti
ini dengan peneliti yang dilakukan penulis adalah sama-sama meneliti
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja. Perbedaannya terletak pada
penambahan variabel komitmen organisasi dan disiplin kerja, objek yang
diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama
Umar (2011) dalam penelitian “Pengaruh Upah, Motivasi Kerja, dan
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pekerja pada Industri Manufaktur di Kota
Makassar” hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan
pekerja, maka kinerja pekerja pada industri manufaktur di kota Makassar
cenderung meningkat. Persamaan peneliti ini dengan peneliti yang dilakukan
penulis adalah sama-sama meneliti pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja.
Perbedaannya terletak pada penambahan variabel komitmen organisasi dan
88
disiplin kerja, objek yang diteliti juga berbeda, peneliti meneliti di PT. Arief
Nirwana Utama
H7: Ada pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan secara
parsial
Mulyanto & Mini S (2013) dalam penelitian “Pengaruh Komitmen
Organisasi dan Disiplin Kerja terhadap Kepusaan Kerja dalam upaya
meningkatkan Kinerja Pegawai RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta”
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung komitmen
organisasi terhadap kinerja dibandingkan pengaruh komitmen organisasi
terhadap kinerja melalui kepuasan kerja. Persamaan peneliti ini dengan peneliti
yang dilakukan penulis adalah sama-sama meniliti pengaruh komitmen
organisasional dan disiplin kerja terhadap kepuasan kerja dalam upaya
meningkatkan kinerja pegawai. Perbedannya terletak pada objek yang diteliti,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
H8: Ada
pengaruh
tidak
langsung
yang
signifikan
komitmen
organisasional terhadap kinerja melalui kepuasan kerja karyawan
PT. Arief Nirwana Utama.
Mulyanto & Mini S (2013) dalam penelitian “Pengaruh Komitmen
Organisasi dan Disiplin Kerja terhadap Kepusaan Kerja dalam upaya
meningkatkan Kinerja Pegawai RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta”
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung disiplin kerja
terhadap kinerja lebih dominan dibandingkan pengaruh disiplin kerja terhadap
kinerja yang melalui kepuasan kerja. Persamaan peneliti ini dengan peneliti
yang dilakukan penulis adalah sama-sama meniliti pengaruh komitmen
89
organisasional dan disiplin kerja terhadap kepuasan kerja dalam upaya
meningkatkan kinerja pegawai. Perbedannya terletak pada objek yang diteliti,
peneliti meneliti di PT. Arief Nirwana Utama.
H9: Ada pengaruh tidak langsung yang signifikan disiplin kerja terhadap
kinerja melalui kepuasan kerja karyawan PT. Arief Nirwana Utama.
Download