PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang mempunyai wilayah perairan laut yang menghasilkan ikan dan hasil laut lainnya yang terluas dibandingkan negara Asean lainnya. Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari. Produksi perikanan yang sangat besar tersebut, tidak diimbangi dengan konsumsi yang tinggi dari masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia kurang meminati hasil perikanan laut dan lebih menyukai produksi daging, serta apabila ikan dipasarkan di pasar lokal harganya relatif mahal, sehingga tidak terjangkau bagi kebanyakan konsumen dari masyarakat Indonesia. Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang sangat dibutuhkan manusia karena banyak mengandung protein. Protein ikan sangat diperlukan oleh manusia selain karena lebih mudah dicerna juga mengandung asam amino dengan struktur yang hampir sama dengan asam amino dalam tubuh manusia. Dengan kandungan protein dan air yang cukup tinggi, ikan termasuk komoditi yang mudah rusak dan busuk. Setelah dipanen, setiap spesies ikan mengalami penurunan mutu biologi, fisik, kesegaran dan nilai gizi dari ikan. Ikan mempunyai kandungan lemak yang rendah, sehingga ikan sering digunakan sebagai pengganti daging yang umumnya mengandung kolestterol dalam jumlah banyak (Soeseno, 1982). Universitas Sumatera Utara Salah satu penyebab dari kerusakan ikan adalah tingginya pH akhir daging ikan yaitu pada pH 6,4–6,6, disebabkan karena rendahnya cadangan glikogen dalam daging ikan. Ikan sulit ditangkap dalam jumlah besar tanpa pergulatan yang selanjutnya menyebabkan turunnya cadangan glikogen. Namun, ikan tidak akan mengalami kerusakan karena bakteri, sampai ikan tersebut mati (Soesono,1982). Penanganan ikan setelah penangkapan atau pemanenan memegang peranan penting untuk memperoleh nilai jual ikan yang maksimal. Salah satu faktor yang menentukan nilai jual ikan dan hasil perikanan yang lain adalah tingkat kesegarannya. Ikan dikatakan mempunyai kesegaran yang maksimal apabila sifat-sifatnya masih sama dengan ikan hidup, baik rupa, bau, cita rasa, maupun teksturnya. Apabila penanganan ikan kurang baik maka mutu dan kualitasnya akan menurun. Kesegaran ikan tidak dapat ditingkatkan, tetapi hanya dapat dipertahankan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi saat ikan tersebut mati (Junianto, 2003). Pada umumnya pengawetan ikan biasanya dilakukan pedagang di pasar serta yang dilakukan masyarakat yaitu menyimpan ikan di dalam kulkas atau dengan menggunakan es yang dapat menurunkan suhu tubuh ikan sehingga ikan dapat dalam keadaan awet. Pengawetan ikan dengan cara disimpan di dalam lemari pendingin atau dengan menggunakan es hanya dapat mempertahankan kesegaran ikan selama 2-5 hari, sehingga kerusakan fisik lebih besar karena ikan mendapat tekanan dari ikan yang ada di atasnya atau dari es sebagaimana halnya jika menggunakan media es. Apabila dalam waktu 2-5 hari, pedagang tidak mampu menjual ikan sampai habis, ikan akan mengalami kerusakan yaitu penurunan kesegaran ikan bahkan ikan akan Universitas Sumatera Utara mengalami kebusukan, akibatnya banyak ikan yang terbuang sehingga pedagang ikan akan mengalami kerugian akibat pembusukan ikan tersebut. Salah satu metode pengawetan ikan yang lebih ekonomis dan dapat mempertahankan kesegaran ikan lebih lama yaitu pengawetan ikan menggunakan Larutan garam dingin. Pengawetan ini dapat mempertahankan kesegaran ikan sampai 2 minggu, namun penanganan dan sanitasi ikan yang diawetkan harus baik serta larutan garam dingin yang digunakan harus bersih dan tidak tercemar. Pengawetan ikan tidak menggangu kesehatan karena tidak menggunakan zat berbahaya seperti formalin. Dengan pengawetan ini, kerusakan fisik seperti luka atau lecet dan pudarnya warna kulit dapat dihindari serta ikan akan berada dalam keadaan rigormortis selama pengolahan sehingga dapat mempercepat pemotongan dan penyiangan. Hal inilah yang mendorong penulis melaksanakan penelitian mengenai “ Suatu Kajian Tentang Pengawetan Ikan Menggunakan Larutan Garam Dingin”. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengawetan ikan menggunakan larutan garam dingin terhadap mutu ikan segar. Kegunaan Penelitian - Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. - Sebagai sumber informasi dalam cara pengawetan ikan segar. Universitas Sumatera Utara Hipotesis Penelitian - Diduga ada pengaruh suhu pendinginan terhadap pengawetan ikan menggunakan larutan garam dingin. - Diduga ada pengaruh lama penyimpanan ikan terhadap pengawetan ikan menggunakan larutan garam dingin. - Diduga ada pengaruh interaksi antara suhu pendinginan dengan lama penyimpanan ikan terhadap pengawetan ikan menggunakan larutan garam dingin. Universitas Sumatera Utara