makalah agama - WordPress.com

advertisement
DISUSUN OLEH
SITI KHODIJAH (2011121035)
DOSEN PEMBIMBING
: HENDRIANTO,
MATA KULIAH
: PENDIDIKAN AGAMA
PRODI
: PENDIDIKAN MIPA
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
KATA PENGANTAR
Alhamdlillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah dan inayah-Nya,makalah ini dapat kami selesaikan tepat
pada waktunya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW. Makalah ini membahas tentang “ISLAM DAN ILMU
PENGETAHUAN” yang bertujuan memberikan jalan kemudahan bagi kita semua untuk
mempelajarinya. Selain itu kita semua dapat memahami dan mempelajari dengan
sungguh-sungguh dalam makalah ini dengan membaca sehingga kita memiliki
pengetahuan yang luas.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Namun kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,masih
banyak kekurangan nya, Untuk itu kami mengaharapkan saran dari bapak dan temanteman agar makalah ini bisa lebih sempurna dari sebelumnya.
Palembang, Desember 2011
penyusun
BAB I
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Islam adalah agama wahyu yang disampaikan malaikat JIbril kepada Nabi
Muhammad sebagai Rasulnya yang mula-mula di Mekah kemudian di Madinah selama
(dibulatkan) dua puluh tiga tahun, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah, Manusia dengan Manusia dan manusia dengan alam semesta.
Komponen utama ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang
diejawantahkan dalam bentuk “ilmu” Aqidah, Syari’ah, Akhlak dan Sejarah.Perkataan
Ilmu (pengetahuan tentang sesuatu) dalam berbagai bentuk dan variasi kalimatnya
disebut sebanyak 845 kali. Karena banyak dan seringnya perkataan itu disebut dalam
berbagai hubungan (konteks), dapatlah disimpulkan bahwa kedudukan ilmu sangat
penting dan sentral dalam agama Islam.
Dipandang dari akar katanya “ilm” artinya kejelasan, semua ilmu yang
disandarkan pada manusia mengandung arti kejelasan. Menurut al-Qur’an ilmu adalah
suatu keistimewaan pada manusia yang menyebabkan manusia unggul terhadap
makhluk-makhluk lain. Ini tercermin, seperti pada kisah Nabi Adam waktu ditanya
tentang nama-nama benda, Nabi Adam dapat menyebutkan nama-nama benda yang
ditanyakan kepadanya, (Q.S : al-Baqarah : 30-38). Berdasarkan keterangan al-Qur’an
tersebut;
“sejak
diciptakan
manusia
telah
mempunyai
mengembangkan ilmunya dengan izin Allah.
1.2 RUMUSAN MASLAH
1. Apa yang dimaksud dengan islam?
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
potensi
berilmu
dan
2. Bagaimana kedudukan akal dan wahyu dalam islam?
3. Bagaimana klasifikasi ilmu dalam islam?
4. Mengapa seseorang wajib menuntut ilmu?
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
BAB II ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
2.1 Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam
2.2 Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu dalam Islam
2.3 Kewajiban Menuntut Ilmu
BAB III KESIMPULAN
3.1 DAFTRA PUSTAKA
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
BAB II
ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
Sebagai definisi kerja dapat dirumuskan bahwa agama islam adalah agama
wahyu yang disampaikan malaikat jibril pada nabi muhammad sebagai rasulnya mulamula di mekah kemudian di madinah selama (dibulatkan) dua puluh tiga tahun. Sebagai
agama wahyu seperti telah disebut berulang–ulang, komponen agama islam adalah
komponen syari’ah dan akhlak yang bersumber dari al–Quran dan al–Hadis. Selain
tentang komponen utama agama islam di dalam al-Quran perkataan ilmu (pengetahuan
tentang sesuatu) dalam berbagai bentuk disebut sebanyak 854 kali. Karena banyak dan
seringnya perkataan itu disebut dalam berbagai hubungan (konteks) dapat disimpulkan
bahwa kedudukan ilmu sangat penting dan sentral dalam agama islam.
Perkataan ‘ilm dilihat dari sudut kebahasaan bermakna penjelasan dipandang dari
akar katanya artinya jelas. Semua ilmu yang didasarkan pada manusia mengandung arti
jelas.
Menurut al-Quran ilmu adalah suatu keistimewaan pada manusia yang
menyebabkan manusia unggul terhadap mahluk-mahluk lain. Dalam surat al-Baqarah (2)
: 38 Allah berfirman sambil memerintahkan,” Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
(malikat dan iblis ) nama-nama benda.” Adam pun memberitahukan (dengan menyebut
nama-nama benda) kepada malikat dan iblis di depan tuhan. Berdasarkan keterangan alQuran itu, sejak diciptakan, manusia telah mempunyai potensi berilmu dan
mengembangkan ilmunya dengan izin Allah (Quraish Shihab, 1996:445).
2.1. Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam
Sebelum membicarakan akal dan wahyu, ada baiknya kalau dipahami dahulu arti
kedudukan. Kedudukan yang berasal dari kata duduk adalah tempat yang di duduki
sesuatu dalam pola tertentu. Jika kita berbicara tentang kedudukan akal dan wahyu
dalam islam,yang dimaksud adalah tempat akal dan wahyu dalam sistem agama islam.
Dengan mengetahui kedudukannya, dapat pula diketahui peranannya dalam islam.
Kedudukan dan peranan adalah dua hal yang tidak mungkin di pisahkan.karena peranan
adalah aspek dinamis kedudukannya. Karena kedudukan,misalnya, orang dapat
berperan,bertindak melakukan sesuatu.
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
Kata akal yang sudah menjadi kata indonesia itu berasal dari bahasa Arab al-‘aql.
Artinya, pikiran atau intelek (daya atau proses pikiran yang lebih tinggi berkenaan
dengan ilmu pengetahun). Perkatan akal dalam bahasa asalnya (Arab) mengandung
beberapa arti, di antaranya mengikat dan menahan.makna akar katanya adalah ikatan. Ia
mengandung arti mengerti memahami dan berpikir.para ahli filsafat dan ahli ilmu kalam
mengertikan akal sebagai daya(kekuatan dan tenaga) untuk memperoleh pengetahuan
daya yang membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dan orang lain,daya
untuk mengabstrakkan(menjadikan tidak berwujud) benda-benda yang ditangkap oleh
pancaindera.
Kedudukan akal dalam islam adalah sangat penting,karena akallah wadah yang
menampung akidah, syari’ah serta akhlak dan mejelaskannya.kita tidak pernah dapat
memahami islam tanpa mempergunakan akal. Dan dengan mempergunakan akalnya
secara baik dan benar, sesuai dengan petunjuk Allah SWT,manusia akan merasa selalu
terikat dan dengan sukarela mengikatkan diri kepada Allah SWT. Dengan
mempergunakan akalnya, Manusia dapat berbuat, memahami dan mewujudkan sesuatu.
Karena posisinya demikian, dapatlah di pahami kalau dalam ajaran islam ada ungkapan
yang menyatakan bahwa akal adalah kehidupan,hilang akal berarti kematian. Namum,
bagaimanapun kedudukan dan peranan akal dalam gerak-geriknya kalau ia menjurus ke
jalan yang nyata-nyata salah karena berbagai pengaruh karena itulah,Allah SWT
menurunkan petunjuk-Nya berupa wahyu.
Kitapun dapat melihat agama Islam dalam ajarannya memberikan beberapa
bentuk kemuliaan terhadap akal, seperti:
1. menjadikan akal sebagai tempat bergantungnya hukum sehingga orang yang tidak
berakal tidak dibebani hukum. Nabi bersabda yang artinya:
“Pena diangkat dari tiga golongan: orang yang gila yang akalnya tertutup sampai
sembuh, orang yang tidur sehingga bangun, dan anak kecil sehingga baligh.” (HR. Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Ad-Daruquthni dari shahabat ‘Ali dan Ibnu ‘Umar, AsySyaikh
Al-Albani
mengatakan:
“Shahih”
dalam
Shahih
Jami’,
no.
3512)
2. Islam menjadikan akal sebagai salah satu dari lima perkara yang harus dilindungi
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
yaitu: agama, akal, harta, jiwa dan kehormatan. (Al-Islam Dinun Kamil hal. 34-35)
3. Allah mengharamkan khamar untuk menjaga akal. Allah berfirman
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
(Al-Maidah: 90) Nabi bersabda yang artinya :
“Setiap yang memabukkan itu haram.” (Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Musa Al-Asy‘ari)
4. Tegaknya dakwah kepada keimanan berdasarkan kepuasan (kemantapan) akal
Wahyu berasal dari kata Arab al-wahyu, artinya suara api dan kecepatan.
Disamping itu, wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan dan kitab.
Selanjutnya, al-wahyu,mengandung arti pemberitahuan sacara tersembunyi dan dengan
cepat. Namun, dari sekian banyak arti itu, wahyu lebih di kenal dalam arti apa yang di
sampaikan allah kepada para nabi. Dengan demikian,dalam akal wahyu terkandung
dalam arti menyampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pegangan hidup.
Akal yang terpuji dan akal yang tercela
Menengok penjelasan yang telah lalu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan akal
terkadang terpuji, yaitu ketika pada tempatnya. Dan terkadang tercela yaitu ketika bukan
pada tempatnya. Adapun pendapat akal yang terpuji, secara ringkas adalah yang sesuai
dengan syariat dengan tetap mengutamakan dalil syariat. Sedang akal yang tercela
adalah sebagaimana disimpulkan Ibnul Qayyim yang menyebutkan bahwa pendapat akal
yang tercela itu ada beberapa macam:
1. Pendapat akal yang menyelisihi nash Al Qur’an atau As Sunnah.
2.
Berbicara masalah agama dengan prasangka dan perkiraan yang dibarengi
dengan sikap menyepelekan mempelajari nash-nash, memahaminya serta
mengambil hukum darinya.
3. Pendapat akal yang berakibat menolak asma (nama-nama) Allah, sifat-sifat dan
perbuatan-Nya dengan teori atau qiyas (analogi) yang batil yang dibuat oleh para
pengikut filsafat.
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
4. Pendapat yang mengakibatkan tumbuhnya bid’ah dan matinya As Sunnah.
5. Berbicara dalam hukum-hukum syariat sekedar dengan anggapan baik (dari
dirinya) dan prasangka.
Wahyu mangandung ajaran, petunjuk dan pedoman yang perlu umat manusia
dalam perjalanan hidupnya baik di dunia maupun akhirat nanti. Dalam islam wahyu atau
sabda tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Semuanya tersimpan
dengan baik dalam al-Qur’an. Kalau susunan dan kata-katanya di ganti, itu bukan wahyu
lagi, tetapi olahan atau penafsiran manusia tentang al-Qur’an.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa kedudukan dari wahyu merupakan
sakaguru ajaran islam. Meski demikian, harus di tegaskan bahwa dalam sistem ajaran
islam, wahyula yang pertama dan utama. Sedangkan akal yang kedua . wahyulah, baik
yang langsung yang kini dapat dibaca dalam kitab suci al-Qur’an maupun yang tidak
langsung melaui sunah rasululluh SAW yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadits
yang shahih, yang memberi tuntunan, arah dan bimbingan pada akal manusia, dan bukan
sebaliknya. Oleh karena itu, akal manusia harus dimanfaatkan dan di kembangkan secara
baik dan benar untuk memahami wahyu dan berjalannya sepanjang garis-garis yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam wahyu-wahyu-Nya.
Fungsi wahyu
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Bagi ailran kalam
tradisional, akal manusia sudah mengetahui empat hal, maka wahyu ini berfungsi
memberi konfirmasi tentang apa yang telah dijelaskan oleh akal manusia sebelumnya.
Tetapi baik dari aliran Mu’tazilah maupun dari aliran Samarkand tidak berhenti sampai
di situ pendapat mereka, mereka menjelaskan bahwa betul akal sampai pada
pengetahuan tentang kewajiban berterima kasih kepada tuhan serta mengerjakan
kewajiban yang baik dan menghindarkan dari perbuatan yang buruk, namun tidaklah
wahyu dalam pandangan mereka tidak perlu. Menurut Mu’tazilah dan Maturidiyah
Samarkand wahyu tetaplah perlu.
Wahyu diperlukan untuk memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih
kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta
menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat.
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
Sementara itu, bagi bagi aliran kalam tradisional karena memberikan daya yang lemah
pada akal fungsi wahyu pada aliran ini adalah sangat besar. Tanpa diberi tahu oleh
wahyu manusia tidak mengetahui mana yang baik dan yang buruk, dan tidak mengetahui
apa saja yang menjadi kewajibannya.
Selanjutnya wahyu kaum mu’tazilah mempunyai fungsi memberi penjelasan
tentang perincian hukuman dan upah yang akan diterima manusia di akhirat. Abu Jabbar
berkata akal tak dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar
dari pada upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain, demikian pula akal tak
mengetahui bahwa hkuman untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari hukuman untuk
suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya dapat diketahui dengan perantaraan
wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang menjelaskan perincian hukuman dan upah
yang akan diperoleh manusia di akhirat.
Dari uraian di atas dapatlah kiranya disimpulkan bahwa wahyu bagi Mu’tazilah
mempunyai fungsi untuk informasi dan konfirmasi, memperkuat apa-apa yang telah
diketahui akal dan menerangkan apa-apa yang belum diketahui akal. Dan demikian
menyempurnakan pengtahuan yang telah diperoleh akal.
Bagi kaum Asy’ariyah akal hanya dapat mengetahui adanya tuhan saja, wahyu
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Manusia mengetahui yang baik dan yang
buruk, dan mengetahui kewajiban-kewajibannya hanya turunnya wahyu. Dengan
demikian sekiranya wahyu tidak ada, manusia tidak akan tahu kewajiban-kewajibannya
kepada tuhan, sekiranya syariatnya tidak ada Al-Ghozali berkata manusia tidak aka ada
kewajiban mengenal tuhan dan tidak akan berkewajiban berterima kasih kepadanya atas
nikmat-nikmat yang diturunkannya. Demikian juga masalah baik dan buruk kewajiban
berbuat baik dan mnghindari perbuatan buruk, diketahui dari perintah dan laranganlarangan tuhan. Al-Baghdadi berkata semuanya itu hanya bisa diketahui menurut wahyu,
sekiranya tidak ada wahyu tak ada kewajiban dan larangan terhadap manusia.
Jelas bahwa dalam aliran Asy’ariyah wahyu mempunyai fungsi yang banyak
sekali, wahyu yang menentukan segala hal, sekiranya wahyu tak ada manusia akan
bebas berbuat apa saja, yang dikehendakinya, dan sebagai akibatnya manusia akan
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
berada dalam kekacauan. Wahyu perlu untuk mengatur masyarakat, dan demikianlah
pendapat kaum Asy’ariyah. Al-Dawwani berkata salah satu fungsi wahyu adalah
memberi tuntunan kepada manusia untuk mengatur hidupnya di dunia. Oleh karena itu
pengiriman para rosul-rosul dalam teologi Asy’ariyah seharusnya suatu keharusan dan
bukan hanya hal yang boleh terjadi sebagaimana hal dijelaskan olh Imam Al-Ghozali di
dalam al-syahrastani.
Adapun aliran Maturidiyah bagi cabang Samarkand mempunyai fungsi yang
kurang wahyu tersebut, tetapi pada aliran Maturidiyah Bukhara adalah penting, bagi
Maturidiyah Samarkand perlu hanya untuk mengetahui kewajiban tentang baik dan
buruk, sedangkan bagi Maturidiyah Bukhara wahyu perlu untuk mengetahui kwajibankewajiban manusia. Oleh Karena itu di dalam system teologi yang memberikan daya
terbesar adalah akal dan fungsi terkecil kepada wahyu, manusia dipandang mempunyai
kekuasaan dan kemerdekaan.tetapi di dalam system teologi lain yang memberikan daya
terkecil pada akal dan fungsi terbesar pada wahyu. Manusia dipandang lemah dan tak
merdeka.
Tegasnya manusia dalam pandangan aliran Mu’tazilah adalah berkuasa dan
merdeka sedangkan dalam aliran Asy’ariyah manusia lemah dan jauh dari merdeka.
Di dalam aliran maturidiyah manusia mempunyai kedudukan menengah di antara
manusia dalam pandangan aliran Mu’tazilah, juga dalam pandangan Asy’ariyah. Dan
dalam pandangan cabang Samarkand manusia lebih berkuasa dan merdeka dari pada
manusia dalam pandangan cabang Bukhara. Dalam teologi Maturidiyah Samarkand,
yang juga memberikan kedudukan yang tinggi pada akal, tetapi tidak begitu tinggi
dibandingkan pendapat Mu’tazilah, wahyu juga mempunyai fungsi relatif banyak tetapi
tidak sebanyak pada teologi Asy’ariyah dan maturidiyah Bukhara.
2.2 Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu dalam Islam
1. Sumber dan metode ilmu
Kehidupan agama Islam di panggung sejarah peradaban manusia memiliki arti
tersendiri, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Islam memberi warna khas corak
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
peradaban yang di warisi Romawi – Yunani yang pernah berjaya selama satu
millennium sebelumnya. Walaupun pada awalnya karakteristik ini tidak mudah bekerja,
karena pengaruh peradaban helenisme yang begitu kuat namun dalam waktu yang tidak
begitu panjang akhirnya kaum muslimin dapat memainkan sendiri peran berdabannya
yang unik selama beberapa abad. Ilmu dalam Islam berdasarkan paham kesatu paduan
yang merupakan inti wahyu Allah SWT Sebelum Nabi Muhamad SAW diutus untuk
menjalankan dan menyebarkan risalah-Nya, sumber – sumber bagi dunia ilmu
pengetahuan hanyalah pengembaraan akal yang di kusai oleh naluri dan berbagai nafsu
manusia. Denga berbekal hal ini manusia mengembangkan pemikiran induktifnya dan
kemudian melahirkan karya – karya yang dianggap besar pada zamannya. Turunnya
wahyu Allah swt kepada nabi Muhamad SAW membawa semangat baru bagi dunia ilmu
pengetahuan. Lahirnya Islam membawa manusia kepada sumber – sumber pengetahuan
lain dengan tujuanakan baru yakni lahirnya tradisi intelek induktif.
2.Keterbatsan Ilmu
Manusia diberi anugrah oleh Allah dengan alat –alat kognitf yang alami
terpasang pada dirinya. Dengan alat ini manusia mengadakan observasi, eksperimentasi,
dan rasionalisasi. Tingkat – tingkat realitas yang didekti oleh ilmu pengetahuan juga
menentukan kualitas kebenaran yag dihasilkan. Realitas yang bersifat fisik dan kasar
berada pada tingkat yang mudah terjangkau oleh ilmu di bandingkan dengan realitas
yang sangat halus, rinci, dan abstrak seperti pada hukum – hukum alam.
Klasifikasi Ilmu
Upaya mengklasifikasi ilmu pengetuhuan telah berlangsung selmama berabad –
abad di kalangan ilmuan muslim. Ilmuwan Yuhani telah melakukan upaya ini yang
kemudian dilanjutkan oleh ilmuwan muslim pada
masa berikutnya. Beberapa tipe
klasifikasi telah di hasilkan dengan berbagai aspek peninjauan dan penghayatan terhadap
ilmu-ilmu yang berkembang. Diantaranya klasifikasi ilmu dibuat oleh al-Farabi, alGazall, dan Qutubuddin al-Syirazi, dikemukakan dalam kajian ini karena beberapa
pertimbangan. Pertama karena mereka adalah pendiri atau wakil terkemukakan aliran
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
intelektual (cendikiawan) utama dalam islam. Kedua, karena mereka masing-masing
tumbuh dan berkembang dalam periode-periode penting sejarah Islam.
1. Menurut al-Farabi, klasifikasi dan perincian ilmu adalah sebagai berikut:
a. Ilmu bahasa
b. Logika
c. Ilmu-ilmu Matematis
d. Metafisika
e. Ilmu politik, ilmu fikih,dan ilmu kalam.
Karakteristik klasifikasi ilmu al-Farabi itu adalah, pertama dimaksudkan sebagai
petunjuk umum kearah berbagai ilmu, sehingga para pengkaji dapat memilih subyeksubyek yang benar-benar membawa manfaat bagi dirinya. Kedua, klasifikasi tersebut
memungkinkan seseorang belajar tentang hierarki (urutan tingkatan) ilmu. Ketiga,
berbagai bagian dan sub bagiannya memberikan sarana yang bermanfaat dalam
menentukan sejauh mana spesialisasi dapat ditentukan secara benar. Keempat,
klasifikasi itu menginformasikan kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya
dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim (menuntut kemampuan) diri ahli dalam
suatu ilmu tertentu.
2. Dalam berbagai karyanya, Al-Gazali menyebut empat klasifikasi ilmu yaitu,
1. Ilmu-ilmu teoritis dan praktis,
Ilmu Teoritis adalah ilmu yang menjadikan keadaan-keadaan yang wujud
diketahui sebagaimana adanya, sedangkan ilmu praktis berkenaan dengan tindakantindakan manusia untuk memperoleh kesejahteraan didunia ini dan akhirat nanti.
2. Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai.
Menurut Gazali pengetahuan yang dihadirkan bersifat langsung, serta merta,
suprarasional (di atas atau diluar jangkauan akal) intuitif (secara intuisi, berdasarkan
bisikan hati) dan kontemplatif(bersifat renungan). Sedangkan Ilmu yang dicapai adalah
ilmu yang dapat dijangkau dengan akal manusia (ilmu insani).
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
3. Ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu intelektual
Ilmu-ilmu keagamaan adalah ilmu-ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak
hadir melalui akal manusia. Sedangkan Ilmu yang dicapai atau diperoleh melalui intelek
(daya atau kecerdasan berpikir).
4. Ilmu fardu’ain(kewajiban setiap orang) dan fardu kifayah (kewajiban masyarakat)
Kategori fardu’ain dan fardu kifayah dilakukan oleh Gazali berdasarkan
pertimbangan bahwa faru’ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap
muslim dan muslimah. Dengan istilah fardu kifayah, dia merujuk kepada hal-hal yang
merupakan perintah Ilahi yang bersifat mengikat komunitas(kelompok orang) muslim
dan muslimat sebagai satu kesatuan.
3. Qutubuddin al-syirazi menyajikan klasifikasi ilmu sebagai beriku:
a. Ilmu-ilmu filosofis
b. Ilmu-ilmu nonfilosofis
Setelah klasifikasi ilmu tersebut, dalam uraian berikut, ditelusuri sepintas lalu
kedudukan ilmu dalam al-Quran . Menurut al-Quran ilmu dibagi dua yaitu yang pertama
adalah ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, dinamakan ‘ilm ladunni. Yang kedua
adalah ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, dinamai ‘ilm kasbi atau ilmu insane.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan adalah gabungan
berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan bersistem dengan memperhitungkan
sebab akibat. Dan menurut kamus itu juga teknologi adalah kemampuan teknis
berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang bersandarkan proses teknis. Dari rumusan
ini dapatlah dikatakan bahwa teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains
untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan hidup manusia.
Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan
kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia (biasa), Nabi Muhammad pun sebagai
Rasulullah diperintahkan selalu berusaha dan berdoa agar pengetahuannya bertambah.
Uraian di atas dan ucapan Rasulullah ini menjadi pendorong manusia untuk terus
menuntut ilmu dan mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah
kepada manusia. Berkat hasil pengetahuan dan teknologi banyak segi kehidupan
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
dipermudah. Dahulu, untuk mengetahui waktu shalat misalnya, orang islam harus
melihat matahari dengan mata kepala. Sekarang cukup dengan melirik posisi jarum
alroji yang melekat dipergelangan tangan atau susunan angka yang memberitahuakan
pukul berapa.
Dalam pengembangan ilmu dan penerapan teknologi agama islam mampu
menjadi pemandu dan pemandu agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi., mampu
memadukan wahyu dengan rakyu (akal pikiran manusia), mampu memadukan agama
yang diistilahkan dengan imam dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek).
Karakteristik Wahyu
1. Wahyu baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari tuhan, Pribadi
nabi Muhammad yang menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan
yang sangat penting dalam turunnya wahyu.
2. Wahyu mmerupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat
manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan
dalam bentuk umum atau khusus.
3. Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan gaya
ungkap dan gaya bahasa yang berlaku.
4. Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal,
bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal.
5. Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-pisah.
6. Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. baik
perintah maupun larangan.
7. Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara
berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Pentingnya Akal.
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
1. Akal menurut pendapat Muhammad Abduh adalah sutu daya yang hanya
dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan
manusia dari mahluk lain.
2. Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap
kelanjutan wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar
dan sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa.
3. Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna
kalau tidak didasarkan akal iman harus berdasar pada keyakinan, bukan
pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber keyakinan pada tuhan.
2.3 Kewajiban Menuntut Ilmu
Kalau klasifikasi Gazali dihubungkan dengan ilmu, maka menuntut ilmu
merupakan kewajiban manusia, baik laki-laki maupun perempuan, tua dan muda, orang
dewasa dan anak-anak menurut cara-cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan
kemampuan. Karena pengetahuanlah yang membedakan manusia dari malaikat dan
semua makhluk lainnya. Melalui pengetahuan kita dapat mencapai kebenaran, dan
kebenaran (al-Haqq) adalah nama lain dari Yang Nyata dan Yang Hakiki (Allah) (C. A.
Qadir, 1989: 6,7)
Al-Quran menyebutkan perbedaan yang jelas antara orang yang berilmu dengan
orang tidak berilmu. Menurut al-Quran hanya orang-orang yang berakal (yang berilmu)
yang dapat menerima pelajaran (QS. 39: 9). Dan hanya orang-orang yang berilmu yang
takut kepada Allah (QS. 35: 28) bersama dengan para malaikat (QS. 3: 18). Hanya
orang-orang yang berilmu yang mampu memahami hakikat sesuatu yang disampaikan
Allah melalui perumpamaan-perumpamaan (misal) (QS. 29: 43). Karena itu, para nabi
sebagai manusia-manusia terbaik, dikaruniai pengetahuan. Allah mengajarkan kepada
Adam nama-nama semua benda (QS.:31, 33), dan menunjukkan kepada Ibrahim
kerajaan langit dan bumi (QS. 6:75), mengajarkan kepada Isa al_kitab,hikmah, Taurat
dan Injil (QS. 3:48). Disamping itu, kepada nabi-nabi tertentu, Allah memberi ilmu
khusus sehingga Ia mempunyai kemampuan yang unik (lain dari yang lain, satusatunya). Kepada Yusuf, misalnya, Allah memberi ilmu untuk menjelaskan arti sebuah
mimpi (QS.12:6), kepada Daud diajar-Nya ilmu membuat baju besi, supaya ia terlindung
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
dari bahaya peperangan (QS.21:80), sedang kepada Sulaiman, menurut al-quran surat alNahl (27) ayat 16, diberi-Nya pengetahuan tentang bahasa burung (Wan Mohd. Nor
Wan Daud, 1977:36, 37) Kepada Nabi Muhammmad pun Allah memberi berbagai ilmu.
Ilmu yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad tercermin dalam kehidupannya
sebagai Rasulullah.
Ilmu yang terdapat dalam al-Quran diteladankan oleh Nabi melalui ucapan,
perbuatan dan sikap beliau. Menurut sunnah Nabi Muhammad, manusia, dalam
hubungannya dengan ilmu, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : orang yang
berilmu (‘alim), pencari ilmu (muta’allim), dan orang awam. Ilmu wajib dituntut, dicari
oleh setiap orang selama hayat dikandung badan dimanapun ilmu itu berada, karena
orang yang mencari ilmu berjalan di jalan Allah, melakukan ibadah. Dan ilmu
memimpin kita kepada kebahagiaan, menghibur kita dalam duka, perhiasan
dalam pergaulan, perisai terhadap musuh.
1. Penghargaan terhadap ilmu
Penghargaan terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi sekali karena sesungguhnya
hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu sendiri. Manusia lah
makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu
pengetahuan. Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek.
Pertama, turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw yang artinya“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan apa yang tidak diketahuinya.m
(Q.S. Al-Alaq,96:1-5).
Kedua,
banyaknya
ayat
Al-Quran
yang
memerintahkan
manusia
untuk
menggunakan akal, pikiran dan pemahaman. Ini menandakan bahwa manusia yang tidak
memfungsikan kemamopuan terbesar pada dirinya itu adalah manusia yang tidak
berharga.
Ketiga, Allah swt. Memandang rendah orang-orang tang tidak mau menggunakan
potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan benatang bahkan lebih rendah
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
lagi. Seperti yang terdapat dalam Al-Quran yang artinya “ Dan sesungguhnya Kami
jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai
hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah). Dan mereka mempunyai telinga(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai benatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.”
(QS. Al-A’raaf,7:179)
Keempat, Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan
orang-orang yang bodoh. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran yang artinya “ Hai
orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam
majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dam Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. AlMujaadilah,58:11)
Kelima, Allah akan meminta pertanggungjawaban orang-orang yang melakukan
sesuatu tidak berdasarkan ilmu. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran yang artinya “
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan
diminta pertanggung-jawabannya.” (QS. Al-Isra,17:36)
Keenam, pemahaman terhadap ajaran agama harus berdasarkan ilmu. Seperti yang
dijelaskan dalam Al-Quran yang artinya “ Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada
Tuhan (yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi
(dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat
kamu berusaha dan tempat tinggalmu. (QS. Muhammad,47:19)
Ketujuh, dalam menentukan orang-orang pilihan yang akan memimpin manusia
dimuka bumi ini Allah melihat sisi keilmuannya.Jadi ilmu adalah salah satu syarat
kepemimpinan yang tidak boleh diabaikan. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran
yang artinya “ Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah
berangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab:” Bagaimana Thalut memerintah
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
kami,padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya,sedang dia
pun tidak diberi kekayaan yang banyak.”(Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah
telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa.”Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendakinya. Dan
Allah Mahaaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS.Al-Baqarah,2:247).
Kedelapan, Allah menganjurkan kepada seorang yang beriman untuk senantiasa
berdoa bagi pertambahan keluasan ilmunya. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran
yang artinya “Maka Maha Tinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah
kamu tergesa-gesa membaca Al-Quran sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu dan katakanlah:”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
(QS. Taha,20:114).
2. Perintah menuntut ilmu
Menuntut Ilmu adalah bagian yang sangat penting dari pengamalan ajaran Islam.
Ilmu menunjukkan seseorang pada jalan kehidupan yang memberikan keyakinan. Ilmu
juga diperlukan bagi pembangunan masyarakat karena pemanfaatannya dapat
meningkatkan kemampuan produksi dalam berbagai sector kehidupan. Oleh karena itu
dalam islam terdapat kewajiban untuk menuntut ilmu baik secara pribadi maupun
kelompok. Sperti yang dijelaskan dalam Al-Quran yang artinya “ Maka bertanyalah
kamu kepada ahli ilmu, jika kamu tidak mengetahui (sesuatu). “(QS. An-Nahl,16:43)
dan Rasulullah bersabda yang artinya:
Barang siapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah
kepadanya jalan kesurga.(Hadis riwayat muslim)
Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim ( Hadis riwayat Ibnu Majah)
3. Model kewajiban Ilmu
Ada ilmu-ilmu tertentu yang harus dikuasai oleh seorang pribadi terkait dengan
status dirinya sebagai seorang muslim dengan kondisi-kondisi yang menyertainya.
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
Seseorang yang telah mencapai usia balig ditandai dengan datangnya haid bagi
seorang perempuan dan mimpi bagi pria,maka wajib bagi dirinya untuk mengetahui
pokok-pokok ajaran agamnya. Ia wjib untuk memahami makna dua kalimat Syahadat:
“laa ilaaha illallahu, muhammadur rasuulullah.”.
Adapun
kewajiban
lainnya
yaitu
melaksanakan
salat,menjalankan
ibadah
puasa,kewajiban menuntut ilmu yang terkait dengan kepentingan tiap individu muslim
sebagaimana digambarkan di atas disebut dengan fardu ain.
Dr. Yusuf Qardawi menyebutkan empat macam ilmu yang termasuk kedalam fardu ain,
yaitu:
Pertama, ilmu mengenai aqidah yaqiniyah (prinsip-prinsip aqidah yang perlu
dipercayai) yang benar, selamat dari syirik dan khurafat.
Kedua, Ilmu yang membuat ibadah seseorang terhadap Tuhannya berjalan dengan benar
sesuai dengan ketentuan yang disyariatkan.
Ketiga, Ilmu yang dengannya jiwa dibersihkan, hati disucikan, segala fadilat
(keutamaan) dikenal untuk kemudian diamalkan,dikenal pula razilah (kenistaan) atau
yang membinasakan untuk kemudian ditinggalkan dan dijaga.
Keempat, Ilmu yang bisa mendisiplinkan tingkah lakudalam hubungan seseorang
dengan dirinya atau dengan keluarganya atau dengan khalayak banyak, baik itu
penguasa atau rakyat, muslim atau non-muslim.
Sedangakan ilmu-ilmu yang keberadaannya terkait dengan kepentingan
masyarakat muslim dan masyarakat umum termasuk dalam fardu kifayah. Ilmu-ilmu
yang termasukfardu kifayah terdiri dari ilmu-ilmu yang terkait dengan pendalaman
pemahaman syariat seperti tafsir, ilmu mustalah hadis, ilmu usul fiqh dan
sebagainya.Bisa juga ilmu-ilmu yang terkait dengan kebutuhan hidup didunia seperti
ilmu kedokteran,ilmu tekhnik,ilmu pertanian dan sebagainya.
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
BAB III
KESIMPULAN
Secara mutawatir telah disepakati bahwa; komponen utama Islam melipiti,
Aqidah, Syari’ah, Fiqh dan akhlak; ternyata tidak berdiri sendiri-sendiri dan sangat kuat
kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Bahkan al-Qur’an sebagai sumber utama Islam
banyak mengingatkan kita tentang pentingnya ilmu pengetahuan sebagai pilar kemajuan
kehidupan manusia, sehingga menuntut ilmu dalam Islam merupakan kewajiaban bagi
Muslim dan Muslimat.
Sejarah telah membuktikan, masa kejayaan Islam ditandai dengan kemajuan
pesat ilmu pengetahuan. Banyak para intelektual Islam berkedudukan sebagai penggali
dan pengembang ilmu pengetahuan, bahkan ada diantara mereka pencetus bidangbidang ilmu pengetahuan yang berkembang pada zaman modern ini.
Mereka membuat karakteristik dan kategorisasi khusus tentang ilmu, sebelum
sekulerisasi “renaisan” merusak tatanan itu. Maka mengembalikan tatanan ilmu
pengetahuan tersebut merupakan kewajiban bagi kita semua, agar perkembangan ilmu
pengetahuan tidak lari dari fungsi sucinya.
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, Komarudin,2000. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi
Umum, PT .Bulan Bintang, Jakarta
Daud Ali, Muhammad, 1998. Pendidikan Agama Islam, PT. Raja Rafindo Persada,
Jakarta.
Manan, Zukri, Drs. H, 2011. Pendidikan Agama Islam. PT. Grafindo, Jakarta.
http://www.asysyariah.com
Syamsudin, E. Drs, 2009. Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara Bandung, Bandung.
Mawangir, Muhammad. Drs, 2010. Pendidikan Agama Islam Sebuah Pencerahan
Mahasiswa. Tunas Gemilang Press, Palembang.
http://sitikhodijah1093.wordpress.com
Download