BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di era sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan baru yang terbentuk. Terkhusus perusahaan yang memfokuskan pergerakannya di bidang produksi suatu barang dan jasa. Hal tersebut mengharuskan perusahaan untuk lebih bersaing agar dapat mempertahankan eksistensinya di dunia pasar, salah satunya adalah dengan membangun sumber daya manusia yang terdidik, dimana pihak pimpinan perusahaan berharap bahwa perusahaan mereka mampu berkiprah secara lokal maupun global(Hutahean, 2005). Selanjutnya, setiap perusahaan dituntut untuk dapat memahami pasar, dalam hal ini adalah keinginan konsumennya. Serta memahami perubahan lingkungannya agar dapat tetap bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Menghadapihalini, perusahaan dituntut untuk memiliki usaha yang keras agar mampu untuk bersaing dengan perusahaan lainnya (Hutahean, 2005). Organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik akan menjadikan organisasi mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). Salah satu cara yang harus digunakan oleh perusahaan agar tetap bertahan dibidang pemasaran adalah mencptakan perilaku inovatif dari sumber daya manusia. Dengan adanya perilaku inovatif, sumber daya manusia 1 Universitas Sumatera Utara yang ada dalam organisasi akan dapat merespon tantangan, dapat bertahan dan lebih mudah berkembang (Van den Ven, 1986; Carmelli, Meitar, & Weisberg, 2006). Hal ini mengacu pada pemunculan, pengenalan dan penerapan dari sesuatu yang baru dan menguntungkan bagi organisasi tersebut melalui sumber daya manusia. Hal tersebut dikatakan sebagai peilaku inovatif (Kleysen & Street, 2001). Pada saat ini tuntutan bagi organisasi untuk lebih inovatif dibandingkan organisasi lain semakin lebih besar agar tetap menjadi organisasi yang dapat berkompetisi dan bertahan untuk memenuhi kebutuhan pasar atau konsumennya. Organisasi yang inovatif akan lebih mudah menanggapi tantangan lingkungannya dengan lebih cepat dan lebih baik dibandingkan organisasi yang kurang inovatif (Damanpour & Gopalakrishnan, 2008). Pentingnya inovatif bagi sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejalan dengan keberhasilan dan kesuksesan mereka dalam organisasi tersebut. Inovatif mengarah pada keharusan untuk dapat menganalisis peluang, bertindak efektif dalam memikirkan hal-hal yang perlu bagi organisasi dan pekerjaan mereka (Ramdany, 2014) Getz dan Robinson (2008) menemukan bahwa hampir 80 % ide inovatif muncul dari dalam diri individu. Sementara 20 % inovatif muncul dari bantuan organisasi. Sebagai contoh, Konsumen melakukan keputusan 2 Universitas Sumatera Utara pembelian dan mengkonsumsi sebuah produk bukan hanya karena nilai fungsi awal dari suatu produk, tetapi juga karena nilai sosialnya atau penawaran dari pihak penjual. Keputusan pembelian merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu- individu yang berbeda. Individu adalah konsumen yang potensial untuk membeli suatu produk tertentu yang ditawarkan oleh perusahaan atau ditemukan dipasar. Konsumen bebas memilih produk yang dibutuhkan atau diinginkan. Konsumen memutuskan melakukan pembelian karna keinginan mereka sendiri. Pasar sebagai pihak yang menawarkan berbagai produk kepada konsumen harus dapat menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian, mengetahui persepsi konsumen dalam menilai sesuatu yang berpengaruh dalam keputusan pembelian sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan keinginan konsumen, Namun terkadang tak sesuai dengan harapan, penjual terkadang memerlukan teknik-teknik baru yang lebih baik agar meampu memahami apa yang diinginkan oleh konsumen dan memiliki strategi baru untuk daat memahami apa yang pasar inginkan (Geodnadhi, 2011). Pentingnya perilaku inovatif dalam suatu perusahaan membuat perusahaan mulai mempertimbangkan untuk menempatkan inovatif sebagai salah satu visi dan misi yang ingin dicapai atau kompetensi yang harus dipenuhi oleh para karyawannya (Van den Ven, 1986; Carmelli, Meitar, & Weisberg, 2006). Namun pada dasarnya kita harus mengetahui bahwa 3 Universitas Sumatera Utara perilaku inovatif tidak muncul begitu saja, tetapi harus ada faktor-faktor yang mendorong untuk munculkan perilaku inovatif tersebut (Hutahaean, 2005). Menurut Etikariena & Muluk (2014) terdapat beberapa faktor yang dapat memunculkan perilaku inovatif, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Beberapa bentuk faktor eksternal, yaitu kepemimpinan, dukungan untuk berinovasi, tuntutan dalam pekerjaan, dan iklim psikologis. Sedangkan beberapa bentuk faktor internal, yaitu tipe kepribadian dan gaya individu dalam memecahkan masalah. Ketika karyawan tidak mampu menyelesaikan masalah dan memecahkan masalah mereka, maka karyawan akan cenderung melemah. Sebaliknya ketika karyawan menganggap mereka mampu dan dapat menyelesaikan masalah mereka dengan baik maka kepercayaan pun akan terbangun dan mereka dapat bekerja sesuai dengan tugas yang harus mereka lakukan dengan baik (Robbins, 2006). Karakteristik yang penuh tanggung jawab dan memiliki pengawasan dari atasanmenjadikan karyawan banyak menghadapi risiko ketidakpastian yang berhubungan dengan tanggung jawab pekerjaannya. Pada umumnya tantangan yang ada berupa pemasaran produk yang kurang maksimal, perubahan teknologi, penyusutan tenaga kerja, kelelahan fisik dan emosi karena stress. Oleh karena itu resiliensi menjadi faktor yang sangat diperlukan yang dapat mengubah ancaman-ancaman tersebut menjadi kesempatan untuk tumbuh, berkembang dan meningkatkan 4 Universitas Sumatera Utara kemampuan untuk beradaptasi demi perubahan yang lebih baik dan demi keberlangsungan pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya (Larson and Luthans, 2006). Kemampuan untuk melanjutkan pekerjaan setelah gagal dalam menyelesaikan masalah dalam pekerjaan harus dilakukan dan di lanjutkan oleh setiap karyawan agar mampu bersaing kembali hal tersebut menggambarkan adanya kemampuan tertentu pada individu yang dikenal dengan istilah resiliensi (Tugade & Fredrikson, 2004). Reivich & Shatte (dalam Widuri 2012) menambahkan bahwa resiliensi merupakan proses merespon sesuatu dengan cara yang sehat dan produktif ketika berhadapan dengan masalah atau kesulitan, terutama untuk mengendalikan tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi memiliki 7 aspek yaitu regulasi emosi, kontrol impuls, optimis, kontrol terhadap masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian. Regulasi emosi menggambarkan kemampuan individu untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan. Kontrol impuls menggambarkan kemampuan individu untuk mengendalikan impuls atau dorongan-dorongan dalam dirinya, kemampuan mengontrol impuls akan membawa kepada kemampuan berpikir yang jernih dan akurat. Optimis menggambarkan kepercayaan bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik. Kontrol terhadap impuls menggambarkan Kemampuan menganalisis masalah pada diri individu dapat dilihat dari bagaimana individu 5 Universitas Sumatera Utara dapat mengidentifikasikan secara akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya. Empati menggambarkan kemampuan individu untuk bisa membaca dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang lain. Efikasi diri menggambarkan kepercayaan individu bahwa individu mampu untuk mengatasi segala permasalahan disertai keyakinan akan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi pencapaian menggambarkan permasalahan-permasalahan tersebut. Serta kemampuan individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya Reivich & Shatte (dalam Widuri 2012). Menurut London & Mone (dalam Apriawal 2012), individu-individu yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap situasi yang terus berubah, bahkan pada saat lingkungannya sangat kacau atau terganggu, disebut sebagai individu yang memiliki resiliensi dalam dalam pekerjaan mereka. Mampu menumbuhkan pemikiran-pemikiran baru dalam memasarkan produk agar semakin di minati konsumen demi keberlangsungan dan kemajuan dari perusahaan/organisasi sehingga dapat bersaing kembali dalam pasar. Rickwood (dalam Apriawal 2012) selanjutnya mengemukakan bahwa resiliensi secara mendasar merupakan sistem keyakinan (belief system) yang dimiliki oleh seseorang. Meningkatkan resiliensi individu dapat dilakukan 6 Universitas Sumatera Utara dengan mengubah sistem keyakinannya. Keyakinan yang dimaksud adalah ide baru, bahwa akan ada pemikiran yang baru yang harus mereka gunakan. Sistem keyakinan baru yang perlu ditanamkan adalah melakukan perubahan yang bersifat konstan, mengikuti kata hati, memfokuskan diri pada perjalanan atau pertualangan hidup, selalu ingin untuk belajar, dan membangun relasi yang baik dengan konsumen (Rickwood, 2012). Resiliensi merupakan mindset yang mampu untuk meningkatkan seseorang dalam mencari pengalaman baru dan memandang kehidupan sebagai proses yang meningkat. Resiliensi dapat menimbulkan dan memelihara sikap yang positif untuk mengeksplorasi, sehingga seseorang menjadi percaya diri ketika berhubungan dengan orang lain, serta lebih berani mengambil resiko atas tindakannya dan mampu bersaing dalam proses pemasaran produk dan jasa yang di lakukan oleh karyawan. Banyak hal yang bisa dilakukan termasuk didalamnya men gubah sistem pemasaran yang sebelumnya sudah mereka gunakan kepada sistem yang baru (National Association of School Psychologists, 2010). Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi barang dan jasa adalah perusahaan X, yang merupakan perusahaan yang menganut prinsip sebagai perusahaan yang senantiasa menyediakan produk berkualitas kepada para konsumen mereka. X memiliki tim bertaraf internasional yang tak terkalahkan dalam bidang riset, invovasi serta profesionalitas, yang meliputi 7 Universitas Sumatera Utara lebih dari 8000 orang karyawan, dimana 35%, diantaranya menyandang gelar master/paska-sarjana atau lebih tinggi.. Pada kenyataannya konsumen dihadapkan pada besarnya (mahalnya) harga produk yang ditawarkan oleh Multi Level Marketing X. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa hampir 80% inovatif muncul dari individu (SDM). Oleh karena itu para pemasar diharapkan dapat merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan tuntutan hal tersebut. Banyak organisasi yang akhirnya mempertimbangkan kembali untuk menempatkan inovasi sebagai salah satu visi dan misi yang ingin dan harus dicapai atau kompetensi yang harus di dipenuhi oleh para karyawannya terkhusus kepada karyawan yang berada pada tingkatan multi level marketing yang lebih dekat terhadap konsumen seperti yang terjadi pada organisasi MLM X. Dengan itu, adanya resiliensi bagi individu diharapkan akan menjadi modal yang postif agar dapat menampilkan perilaku inovatif tersebut. Ketika individu tau bahwa mereka gagal dalam menyelesaikan masalah dalam pekerjaannya maka kegagalan yang mereka alami akan berubah menjadi daya lentur (resiliensi), sehingga diharapkan para karyawan mengetahui apa yang diinginkan pasar maupun organisasi mereka, sehingga ketika imdividu diharapkan dapat menampilkan perilaku inovatif mereka, hal tersebut dapat terlaksana dengan baik. 8 Universitas Sumatera Utara B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah resiliensi memiliki hubungan terhadap perilaku inovatif karyawan multi level marketing X? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan resiliensi terhadapperilaku inovatif karyawan multi level marketing X. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas bidang ilmu pengetahuan khususnya di bidang Psikologi Industri dan Organisasi dalam hal yang terkait dengan resiliensi dan perilaku inovatif. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi danbuktiempiristerkaitdengan hubungan resiliensi terhadap perilaku inovatif sehinggahasilpenelitiandapatmenjadireferensidanpertimbanganbagiorganis asiatauperusahaanuntukmenerapkanhasilpenelitiansecarapraktisbagikepent inganorganisasi. 9 Universitas Sumatera Utara E. Sistematika Penulisan Bab I :Pendahuluan Bab ini berisikan uraian singkat mengenai latar belakang masalah khususnya mengenai perilaku inovatif dan resiliensi, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II :Landasan Teori Bab ini berisikan landasan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Landasan teori ini mencakup teori mengenai perilaku inovatif, seperti definisi, dimensi, faktor yang mempengaruhi perilaku inovatif. Dan juga teori mengenai resiliensi, seperti definisi, dimensi dan faktor yang mempengaruhi resiliesni. Disertai juga dengan dinamika antar kedua variabel penelitian, yaitu resiliensi dengan perilaku inovatif dan hipotesa penelitian. Bab III :Metode Penelitian 10 Universitas Sumatera Utara Bab ini berisikan identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan sampling, alat ukur, metode pengambilan data, dan metode analisis data. Bab IV :Analisa dan Pembahasan Data Bab ini berisikan gambaran umum subjek penelitian, hasil uji asumsi, hasil penelitian, hasil analisa tambahan, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V :Kesimpulan dan Saran Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. 11 Universitas Sumatera Utara