1 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) merupakan penyakit kulit yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak, ditandai dengan reaksi inflamasi pada kulit dan didasari oleh faktor heriditer dan lingkungan (Santosa, 2007). DA adalah penyakit kronik dan penyakit radang berulang yang sering dijumpai mendahului asma dan alergi, terjadi di segala usia tetapi lebih sering pada anak (Leung, 2004; Boguniewicz & Leung, 2010; Chan & Johnson, 2004). Penyakit ini dinamakan dermatitis atopik oleh karena kebanyakan penderitanya memberikan reaksi kulit yang didasari oleh imunoglobulin E (IgE) dan mempunyai kecenderungan untuk menderita asma, rinitis atau keduanya di kemudian hari yang dikenal sebagai allergic march (Santosa, 2007; Kapoor et al., 2008; Beattie & Lewis-Jones, 2006). DA bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula, vesikel, krusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau sebagai akibat alergi, faktor psikogenik, atau akibat bahan kimia atau iritan (Santosa, 2007). Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan prevalensi dermatitis atopik yaitu pada daerah kota dengan peningkatan pemaparan stimulus dari lingkungan industri yang berbahaya, sosial ekonomi yang tinggi, jumlah anak yang sedikit, migrasi dari pedesaan ke perkotaan, commit to user perpustakaan.uns.ac.id 2 digilib.uns.ac.id infeksi Staphylococcus aureus, dan umur ibu yang tua pada saat melahirkan (Abramovits, 2005; Leung & Bieber, 2003). Prevalensi DA dalam beberapa dekade terakhir meningkat secara global, tidak hanya di negara maju tapi juga di negara berkembang, terutama di daerah urban dengan gaya hidup yang modern (ISAAC, 1998; Addo-Yobo et al., 2007; Faniran et al., 1999, Yemaneberhan et al., 1997; Calvert & Burney, 2005). DA merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dengan prevalensi pada anak-anak 10-20%, dan prevalensi pada orang dewasa 1-3% (Leung & Bieber, 2003; Bieber, 2008). Menurut International Study of Asthma and Allergies in Children, prevalensi penderita dermatitis atopik pada anak bervariasi di berbagai negara. Prevalensi dermatitis atopik pada anak di Iran dan China kurang lebih sebanyak 2%, di Australia, England dan Scandinavia sebesar 20%. Prevalensi yang tinggi juga didapatkan di Negara Amerika Serikat yaitu sebesar 17,2% (Zulkarnain & Dadi, 2009). Data mengenai penderita dermatitis atopik pada anak di Indonesia belum diketahui secara pasti. Berdasarkan data di Unit Rawat jalan Penyakit Kulit Anak RSU Dr. Soetomo didapatkan jumlah pasien dermatitis atopik mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah pasien dermatitis atopik baru yang berkunjung pada tahun 2006 sebanyak 116 pasien (8,14%) dan pada tahun 2007 sebanyak 148 pasien (11,05%), sedangkan tahun 2008 sebanyak 230 pasien (17,65%) (Zulkarnain & Dadi, 2009). Etiologi DA sampai sekarang masih belum jelas dan patogenesisnya sangat komplek, melibatkan banyak faktor, sehingga DA digambarkan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 3 digilib.uns.ac.id sebagai penyakit multifaktorial (Barnes, 2010; Buckley, 2011). Konsep yang banyak diterima sekarang adalah DA merupakan penyakit alergi yang paralel dengan asma dan rinitis alergik berdasarkan kurang lebih 80% kasus didapatkan kadar IgE tinggi serta hasil uji kulit positif terhadap berbagai alergen hirup (aeroallergen) dan makanan. Terjadinya inflamasi pada DA tidak lepas dari keterlibatan faktor seluler dan molekuler yang ada di dalam sirkulasi darah maupun pada kulit (Karagiannidou et al., 2014). DA terjadi perubahan fungsi limfosit T, kadar IgE spesifk meninggi, peningkatan keluarnya histamin secara spontan oleh basofil serta eosinofilia. Anak dengan kadar serum IgE yang sangat tinggi mengalami DA dengan derajat yang lebih parah. Penelitian Laske mengenai hubungan derajat penyakit DA dan kadar serum IgE, melibatkan 345 anak. Hasilnya menunjukan bahwa anak dengan DA yang lebih parah lebih sering tersensitasi terhadap aeroallergen (Laske & Niggemann, 2004). Pada laporan lainnya, Hill menyatakan bahwa derajat DA meningkat, prevalensi IgEmediated terhadap allergen makanan dan frekuensi reaksinya juga meningkat. Resiko relative infant dengan DA yang memiliki IgE-mediated alergi terhadap makanan yaitu 5.9 kali pada sebagian besar kelompok (Hill & Hosking, 2004). Pada DA yang berat jumlah eosinofil meningkat (Laske & Niggemann, 2004). Penelitian Martins et al. (2014) menyatakan bahwa nilai IgE tertinggi saat anak berumur 9-15 tahun. Pada penelitian prospektif DA, 88% mengalami peningkatan kadar serum IgE dengan peningkatan tertinggi terlihat pada usia antara 10 hingga 20 tahun (Somani, 2008) Penulis ingin commit to user 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengetahui hubungan kadar imunoglobulin E dalam serum dan eosinofil darah dengan derajat penyakit dermatitis atopik pada siswa SLTP. B. Rumusan masalah Apakah terdapat hubungan kadar imunoglobulin E dalam serum dan eosinofil darah dengan derajat penyakit dermatitis atopik pada siswa SLTP ? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Menganalisis hubungan kadar imunoglobulin E dalam serum dan eosinofil darah dengan derajat penyakit dermatitis atopik pada siswa SLTP. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi adanya perbedaan kadar imunoglobulin E dalam serum dengan derajat penyakit dermatitis atopik pada siswa SLTP. Menilai besar perbedaan kadar imunoglobulin E dalam serum dengan derajat penyakit dermatitis atopik pada siswa SLTP. b. Mengidentifikasi adanya perbedaan kadar eosinofil darah dengan derajat penyakit dermatitis atopik pada siswa SLTP. Menilai besar perbedaan kadar eosinofil darah dengan derajat penyakit dermatitis atopik pada siswa SLTP. commit to user 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Menganalisis pengaruh kadar imunoglobulin E dalam serum dan eosinofil darah dengan derajat penyakit dermatitis atopik pada siswa SLTP. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat bidang akademik a. Diharapkan memberikan bukti empiris tentang hubungan kadar imunoglobulin E dalam serum dan eosinofil darah dengan derajat penyakit dermatitis atopik pada siswa SLTP. b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut oleh peneliti lain. 2. Manfaat bidang pelayanan Hasil penelitian dapat mengantisipasi peningkatan derajat penyakit anak dermatitis atopi dengan melihat kadar imunoglobulin E dan eosinofil. 3. Manfaat bidang kedokteran keluarga Hasil penelitian dapat dijadikan referensi tentang hubungan kadar imunoglobulin E dalam serum dan eosinofil darah dengan derajat penyakit dermatitis atopik pada siswa SLTP. commit to user