BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Menurut Stanton (2001) definisi pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Menurut American Marketing Association (AMA) yang terdapat dalamKotler & keller, 2009, p. 5 mengungkapkan definisi dari pemasaran, yakni fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan dengan cara yang menghasilkan keuntungan untuk organisasi maupun para pemangku kepentingan. Menurut Rangkuti,F (2009,P 20) berpendapat bahwa, pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Menurut Mohammed, Fisher, Jaworski dan Paddison (2003: 3) Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsep, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan tiap individu dan organisasi. Dari berbagai definisi di atas, maka dapat di simpulkan bahwa pemasaran adalah suatu perpaduan dari aktifitas-aktifitas yang berhubungan untuk mengetahui kebutuhan konsunen agar dapat terpuaskan dengan baik sehingga dapat dilakukan nya sebuah transaksi untuk menguntungkan perusahaan atau organisasi. 2.1.1 Konsep Pemasaran Menurut Swastha dan Irawan (2005) mendefinisikan konsep pemasaran sebuahfalsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan utama konsep pemasaran adalah melayani konsumen dengan mendapatkansejumlah laba atau dapat diartikan sebagai perbandingan antara penghasilan dengan biaya yang layak. Berbeda dengan konsep penjualan yang menitikberatkan pada keinginan perusahaan. 2.1.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Menurut (Kotler & Armstrong, 2006, p. 62), Marketing mix adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan di segmen sasaran. Masrketing mix mengacu pada satu set variabel pemasaran terkontrol yang digabungkan dalam segmen sasaran oleh perusahaan dalam rangka untuk merangsang reaksi yang diinginkan. (Nezami, 2013, p. 517). Marketingmix atau yang dikenal dengan istilah 4P yakni Product, Price, Place, Promotion hanyalah bagian dari aktivitas pemasaran sebuah perusahaan secara keseluruhan. Marketing mix baru sebatas elemen dari taktik pemasaran, sebuah taktik dalam mengintegrasikan tawaran, logistik, dan komunikasi produk atau jasa. Dengan marketing mix, tidak hanya perlu membuat penawaran yang menarik, tetapi juga harus memikirkan taktik yang tepat dalam mendistribusikan dan mempromosikannya. 2.1.2.1 Produk (Product) Produk merupakan elemen penting dalam bauran pemasaran. Besaran suatu harga yang ditetapkan untuk sebuah produk akan sangat tergantung dari nilai yang dimiliki atas produk tersebut. Nilai tersebut muncul berdasarkan kekuatan atribut-atribut produk yang melekat, semakin kuat manfaat dan keunggulan suatu produk, maka semakin tinggi nilai atas produk tersebut. Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu diperhatikan mengenai produk: Menurut Buchari dan Alma (2004), produk adalah seperangkat atribut baik yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginan dan kebutuhan. Atribut yang dimaksud adalah baik yang berwujud maupun tidak berwujud, yang di dalamnya meliputi warna, harga, nama baik perusahaan, nama baik pengecer, dan pelayanan. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2003), produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dapat digunakan, atau dapat dikonsumsi, dan dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan pemakainya. Kualitas suatu produk yang baik adalah apabila spesifikasi dan standar yang terdapat pada produk tersebut telah memenuhi keinginan pasar. Terlebih perkembangan konsep pemasaran saat ini berorientasi pada pembeli di pasar, oleh karena itu kepuasan pelanggan menjadi fokus perusahaan. Konsep buyer’s market yang berorientasi pada kepuasan pelanggan membawa orientasi perusahaan kepada pasar, sehingga spesifikasi konsumen sebagai salah satu persyaratan penentuan kualitas akan menjadi sangat penting, karena yang dapat menentukan kualitas produk adalah pengguna langsung produk itu sendiri atau konsumen, sehingga perusahaan harus lebih fokus untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik. 2.1.2.2 Harga (Price) Harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan guna memperoleh suatu produk, biasanya diperhitungkan dengan nilai uang. Penetapan harga harus sesuai dengan manfaat dari produk yang ditawarkan. Ketidaksesuaian penetapan harga dengan manfaat produk yang ditawarkan akan berakibat pada turunnya tingkat kepercayaan konsumen kepada produk, dan dapat berakibat konsumen beralih kepada produk kompetitor. Perusahaan harus dapat menetapkan harga secara kompetitif terhadap harga produk pesaing, dan menyatu padankan unsur harga dengan unsur 4 P lainnya. Oleh karena itu penetapan tingkat harga sebuah produk harus mempertimbangkan dengan besarnya biaya produksi, manfaat produk dan tingkat daya beli konsumen di pasar (cost to the customer). 2.1.2.3 Lokasi (Place) Distribusi/ tempat adalah merupakan rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan agar produk yang dijual dapat mudah diperoleh dan tersedia pada tempat yang tepat, kualitas yang tepat, dan jumlah yang tepat, yaitu dapat diperoleh dimana konsumen biasanya membeli produk tersebut. Kemudahan dan kenyamanan tempat dalam memperoleh barang merupakan salah satu faktor utama untuk mempertahankan product life cycle (convenience). Perusahaaan dapat melakukan distribusi dengan menggunakan pengecer, pedagang besar, ataupun distributor. Proses distribusi memiliki peranan sangat penting untuk menjamin ketersediaan barang di pasar. Untuk memperlancar aktivitas distribusi, khususnya dalam dunia bisnis retail, produsen sangat membutuhkan kerja sama dengan mata-mata rantai distribusi, misalnya dalam industri koran, penerbit koran sangat mengandalkan kinerja agen-agen koran untuk menjamin agar korannya dapat beredar di pasar sesuai pada waktu dan tempat dimana konsumen membutuhkannya. 2.1.2.4 Promosi (Promotion) Alat-alat promosi seperti iklan, sales promotion, dan direct marketing telah diperluas oleh perkembangan teknologi, yang menawarkan potensi untuk dapat berkomunikasi dengan pelanggan yang lebih banyak. Telephone marketing, e-mail, mobile telephone, tv digital dan internet merupakan teknologi yang menambah alat-alat promosi tradisional yang ada. Berdasarkan jurnal “Student and Youth Tourism: A Case From Vietnam” oleh Nguyen Thi Khanh Linh (2015) menemukan bahwa salah satu faktor yaitu faktorProduct, Price (Price of Package), dan Promotion (Gifts,Discounts)mempunyai pengaruh keputusan niat pada kalangan remaja yang signifikan untuk melakukan travelling. Sehingga peneliti dapat menjadikan jurnal ini sebagai landasan yang dijadikan sebagai dimensi. 2.2 Perilaku Konsumen Menurut Simamora perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (2008). Sedangkan menurut Philip Kotler & Kevin Lane Keller menyatakan perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (2009:166). Namun Nembah F. Hartimbul Ginting mengatakan perilaku konsumen adalah tindakan perorangan dalam meperoleh, menggunakan serta membuang barang dan jasa ekonomi, termasuk proses pengambilan keputusan sebelum menetapkan tindakan (2011:33). Menurut Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih(2011), perilaku konsumen sebagai perilaku yang menampilkan pelanggan dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan membuang produk dan layanan yangmereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.Perilaku konsumen berfokus pada bagaimana konsumen individu dan keluarga atau rumah tangga membuat keputusan untuk membelanjakan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) untuk barang-barang konsumsiterkait. Menurut Perner (2008) dalam (Mansoor & Jalal, 2011, p. 105) secara umum perilaku konsumen adalah studi mengenai proses-proses dimana individu atau kelompok membuat pilihan pembelian konsumen dalam upaya memenuhi kebutuhan. Perilaku pembelian itu dapat bervariasi tergantung pada faktor internal seperti pendapatan, demografi, sosial dan budaya, serta faktor eksternal seperti lingkungansekitar konsumen 2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut (Peter & Olson, 2010, p. 258 - 353), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi berbagai macam faktor eksternal dan faktor internal, seperti faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi. 2.2.2.1 Faktor Budaya Faktor budaya yang mempunyai pengaruhpaling luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Peranannya dimainkan oleh kultur, sub kultur, dan kelas sosial (Sumarwan 2004) 1. Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. 2. Sub kultur merupakan sub-sub yang lebih kecil dari kultur yang memberikan identifikasi dan sosialisi anggotanya yang lebih spesifik. Sub kultur mencakup kebangsaan, agama,kelompok, ras, dan daerah geografis. 3. Kelas sosial adalah bagian-bagian yang relatif homogen dan tetap dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hirarkis dan anggota-anggotanya memiliki tata niat, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: a) Kelompok Kelas Sosial Konsumen - Kelas Atas Mementingkan citra, ekspresi diri lebih dihargai - Kelas Menengah Bertindak tepat dan membeli apa yang sedang populer, peduli dengan rekomendasi media cetak - Kelas Pekerja Anggota keluarga yang bergantung pada dukungan ekonomi dan emosional kerabat, cara pandangnya sempit - Kelas Bawah Tidak mempunyai tabungan b) Kelompok Kelas Sosial Keluarga - Overprivileged Memiliki uang ekstra - Averange Memiliki pendapatan menengah - Underprivileged Keluarga yang memiliki penghasilan sedikitnya 15 % dibawah median kelasnya Berdasarkan jurnal yang berjudul “Young Tourists and Sustainability. Profiles, Attitudes, and Implications for Destination Strategies” oleh Federica Buffa (2015) menemukan bahwa salah satu dimensi dari faktor budaya yaitu sub kultur dan kelas sosial mempengaruhi prilaku seseorang dalam niat untuk melakukan travelling.Sehingga peneliti dapat menjadikan jurnal ini sebagai landasan yang dijadikan sebagai dimensi. 2.2.2.2 Faktor Sosial Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, kelurga, serta peran dan status. a) Kelompok Acuan Kelompok acuan. Kelompok acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respon afektif dan kognitif dan perilaku. Beberapa kelompok acuan yang terkait dengan konsumen diataranya adalah; kelompok persahabatan (Friendship Groups), kelompok belanja (Shopping Groups), kelompok kerja (Work Groups), kelompok atau masyarakat maya (Virtual Groups or communities) dan kelompok pegiat konsumen (Consumer Action Groups). Beberapa kelompok yang digunakan dalam komunikasi pemasaran: selebriti, ahli atau pakar, orang biasa, para eksekutif dan karyawan, karakter dagang atau juru bicara. (Sumarwan 2004;250). b) Keluarga Terdiri dari sedikitnya 2 orang, yakni kepala rumah tangga dan orang yang memiliki hubungan darah dengannya, hubungan pernikahan, dll. Didalam keluarga interaksi anggota keluarga dapat saling mempengaruhi karena mungkin saja dalam satu keluarga mempunyai perilaku yang berbeda dalam mengambil keputusan atau konsumsi. Peran-peran pengambilan keputusan : - Influencer Menyediakan informasi bagi anggota keluarga lainnya perihal produk atau jasa. (seorang anak memberi tahu orang tuanya perihal merek baru sereal sarapan). - Gatekeeper Mengontrol arus informasi yang masuk keluarga (ibu tidak memberi tahu anaknya perihal mainan baru yang tadi diliatnya di toko). - Decider Memegang kekuasaaan untuk menentukan jadi tidaknya membeli suatu produk atau jasa (suami yang memutuskan membeli keripik kudapan baru di toko pangan). - Pembeli Yang benar-benar membeli produk atau jasa tersebut (seorang remaja membeli susu untuk keluarga di toko pangan 24 jam). - Pengguna Mengonsumsi atau menggunakan produk atau jasa (anakanak makan spaggheti kalengan yang dibelikan oleh orang tua). - Disposer Menyingkirkan suatu produk atau berhenti menggunakan jasa (ayah membuah pizza yang baru dimakan separuh, ibu berhenti berlangganan majalah). c) Peran dan Status Peranterdiridariaktivitas yangdiharapkan menurutorang-orangyangadadisekitarnya. Setiap dilakukan seseorang peran membawa statusyang mencerminkanmemillih produkyangmenunjukkan statusnya dalam masyarakat. Berdasarkan jurnal yang berjudul “Segmentation by motivation in rural tourism: A Korean casestudy. Tourism Management” dari Park, D.-B., Yoon, Y.-S (2009) menunjukkan bahwa dari 150 responden, 137 responden lebih senang ketika melakukan travelling berkelompok dengan teman dekat / kelompok persahabatan dari pada melakukan dengan keluarga dengan alasan, lebih mengekspresikan diri, lebih menikmati liburan, dapat lebih mengeksplorasi tempat-tempat wisata relatif lebih lama dari pada bersama keluarga. Berdasarkan jurnal tersebut peneliti mengambil dimensi kelompok acuan dan keluarga sebagai landasan penelitian, Sehingga peneliti dapat menjadikan jurnal ini sebagai landasan yang dijadikan sebagai dimensi. 2.2.2.3 Faktor Pribadi Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu usia pembeli, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep pribadi pembeli (Sumarwan 2004) a) Usia dan tahap siklus hidup. Orang-orang pembeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Mereka memakan makanan bayi pada tahun-tahun awal, memakan segala jenis makanan pada tahun-tahun pertumbuhan, dan memakan makanan diet pada tahun-tahun berikutnya. b) Pekerjaan Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat diatas rata-rata atas produk dan jasa yang ditawarkan oleh pemasar. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya pada kelompok pekerjaan tertentu. c) Keadaan ekonomi Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan kekayaan. Indikator tersebut menunjukkan adanya resesi, pemasar dapat mencari jalan untuk menetapkan posisi produknya. d) Gaya hidup seseorang Pola hidup seseorang yang diungkapkan dalam kegiatan, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup melukiskan ”keseluruhan orang” tersebut yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya (Sumarwan, 2004:56) e) Kepribadian dan konsep pribadi Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tetap terhadap lingkungannya. Berdasarkan jurnal yang berjudul “Trends in Tourism Consumption Behaviorof the young Generation” dari Mihaela Ana PĂDUREAN, AnaMaria NICA, Remus Ion HORNOIU, Mihail Ovidiu TĂNASE (2015) Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 187 remaja 18-24 tahun yang sebagai responden sebanyak 103 remaja setidaknya melakukan travelling dalam 1 tahun yaitu 1x, dan destinasi tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi adalah daerah pergunungan, sehingga usia remaja menjadikan travelling sebagai gaya hidup tersendiri. Berdasarkan jurnal peneliti mengambil faktor usia pekerjaan dan gaya hidup seseorang sebagai landasan penelitian, Sehingga peneliti dapat menjadikan jurnal ini sebagai landasan yang dijadikan sebagai dimensi. 2.2.2.4 Faktor Psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi lagi oleh empat faktor psikologi utama yaitu; motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan pendirian. a) Motivasi Istilah motivasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu movere yang artinya adalah bergerak dan menggerakan. Motivasi juga diartikan sebagai suatu kekuatan sumber daya yang menggerakan dan mengendalikan perilaku manusia. Robbins dan Judge (2008, p.166) menyatakan bahwa motivasi adalah proses yang melampirkan intensitas, tujuan, dan ketekunan seorang individu dalam mencapai goal (tujuan). Sedangkan motivasi dalam general hanya berfokus pada tujuan apapun. Nawawi dalam Darsono dan Siswandoko (2011, p.149), menyatakan kata motivasi berasal dari kata dasar motive yang artinya dorongan atau alasan manusia melakukan tindakan secara sadar. Suatu inidikasi yang menunjukan hilangnya motivasi bekerja menurut Nitisemitoo dama Darmawan (2013, p.78), tingkat absensi yang semakin meningkat dan tinggi. Adapula menurut Maslow dalam Robbins dan Judge (2008, p.167) motivasi menurut Robbins motivasi dipengaruhi oleh Abraham Maslow’s Hierarchy of Needs. Yang mengatakan setiap manusia memiliki 5 hirarki keinginan yaitu: 1) Physiological: termasuk lapar, haus, tempat tinggal, sex, dan kebutuhan tubuh lainnya 2) Safety: keamanan baik secaara fisik maupun secara emosi atau mental 3) Social: kepemilikan, pengakuan, dan pertemanan 4) Esteem: pada internal yaitu percaya diri, dan pencapaian diri, sedangkan pada eksternal adalah status, perhatian, dan pengakuan oleh orang lain. 5) Self-actualization: dorongan seseorang untuk menjadi berkembang, mencapai tujuan, dan bangga atau puas pada diri sendiri. Peneliti menggunakan dimensi Safety, Esteem, Self Actualization yang telah terkonfirmasi dalamjurnal “Pengaruh faktor-faktor psikologis terhadap keputusan berkunjung oleh Hefriza Nurma Yunikasari (2014), sehingga peneliti menjadikan landasan jurnal ini sebagai dimensi yang akan diteliti. b) Persepsi Seseorang yangtermotivasisiap untuk bertindak.Bagaimana orang tersebutbertindakdipengaruhiolehpersepsinya mengenaisituasi.MenurutKotler(2005,p.156)persepsiadalahprosesyangdilalu i orangdalammemilih,mengorganisasikan, menginterpretasikaninformasigunamembentukgambaran dan yang berartimengenaidunia.MenururtKotler(2005,p.156)orangdapatmembentu kpersepsi berbedadarirangsangan yang samakerena macamprosespenerimaanindera: perhatianyangselektif,distorsiselektif. tiga c) Pengetahuan MenurutKotler(2005,p.157)pembelajaran perubahandalamtingkahlaku menggambarkan individualyangmunculdari pengalaman. Pembelajaranberlangsungmelaluisalingpengaruhdari dorongan,rangsangan,petunjuk,respon,danpembenaran. d) Keyakinandansikap Melaluitindakandanpembelajaran,orangmendapatkan keyakinandansikap. Menurut Kotler (2005, p.157) keyakinan adalah pemikiran deskriptif yangdimilikiseseorangmengenaisesuatu. Pemasar tertarik pada keyakinanbahwa orang merumuskan mengenai produk dan jasa spesifik, karena keyakinan ini menyusun citra produk danmerek yangmempengaruhitingkah laku membeli. Bila ada sebagian keyakinan yang salah dan menghalangipembelian,pemasarpastiinginmeluncurkanusaha untukmengoreksinya. 2.3 Perilaku Keputusan Pembelian Keputusan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2007:p508) adalah “theselection of an option from two or alternative choice”. Jadi keputusan pembelian adalah suatu keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada Menurut (Peter & Olson,2010,pg. 160-161) pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses pengintergrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintergrasian ini adalah suatu pilihan, yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. Sedangkan menurut peneliti Keputuan pembelian adalah proses perilaku yang harus dilalui oleh konsumen dalam memilih produk atau jasa yang inginkan serta bermanfaat bagi konsumen itu sendiri. 2.3.1 Proses Pengambilan Keputusan Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian Sumber: Kotler (2008) Menurut Kotler (2008, p179-p181) konsumen dapat melalui lima tahapan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan, jelasnya proses pengambilan keputusan dimulai jauh sebelum pembelian actual dan terus berlangsung lama sesudahnya. Berikut penjelasan dibawah ini: 1) Pengenalan kebutuhan Tahap pertama proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan dipicu oleh rangsangan internal, contohnya adalah kebutuhan normal seseorang; rasa lapar, haus, seks muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan. Dapat dipicu juga oleh rangsangan eksternal seperti pengaruh dari orang-orang sekitar konsumen, contoh: hobi fotografi dengan melihat kamera milik seorang teman dapat mempengaruhi konsumen untuk memiliki kamera. 2) Pencarian informasi Tahap proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi: konsumen mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi. Proses pencarian informasi dapat berasaldari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman oranglain(eksternal). Sumber-sumber informasi yang dapat diperoleh oleh konsumen: • Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan • Sumber komersial: iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan • Sumber public: media massa, organisasi penilai pelanggan • Sumber pengalaman: menangani, memeriksa, menggunakan produk. Ketika semakin banyak informasi yang didapat semakin bertambah pula kesadaran dan pengetahuan konsumen mengenai merek yang tersedia dan sifat-sifatnya. 3) Evaluasi berbagai alternative Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternative dalam satu susunan pilihan. Konsep-konsep dasar yang membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen: • Pertama, kita berasumsi bahwa setiap konsumen melihat suatu produk sebagai satu paket atribut. • Kedua, konsumen akan memberikan tingkat kepentingan yang berbeda pada atribut-atribut yang berbeda menurut kebutuhan dan keinginannya yang unik. • Ketiga, keyakinan merek mengenai posisi setiap merek pada setiap atribut. Seperangkat keyakinan mengenai merek tertentu tersebut dikenal. • Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi terhadap tingkat-tingkat atribut yang berbeda. Contoh: ketersediaan barang dan harga yang terjangkau • Kelima, konsumen mencapai suatu sikap terhadap merek yang berbeda lewat prosedur evaluasi. Konsumen didapati menggunakan satu atau lebih beberapa prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembeliannya. 4) Keputusan pembelian Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli produk. Ada dua faktor yang dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan. Konsumen membentuk niat membeli berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan yang diperkirakan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. 5) Perilaku pasca pembelian Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen mengambil tindakan lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan. Yang menentukan pembeli puas atau tidak puas adalah pada hubungan antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan dari produk. Semakin besar kesenjangan antara harapan dengan kinerja, semakin besar ketidakpuasan konsumen. Jika kinerja produk melebihi apa yang diharapkan konsumen, maka akan menghasilkan kepuasan konsumen. Kelima tahap ini telah menunjukan bahwa proses pembelian dimulai dari jauh sebelum saat pembelian tersebut dilaksanakan dan memiliki konsekuensi jauh setelah pembelian. 1.4 Pariwisata (Travel) Berdasarkan (A.J. Burkart & S. Medik 1987) mengungkapkan Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Menurut Suyitno (2001) tentang Pariwisata sebagai berikut : • Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya. • Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-lain. • Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan. • Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang di belanjakannya dibawa dari tempat asal. Sedangkan Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Yoeti, (1991:103). Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”. 2.5 Agen Perjalanan Wisata (Travel Agent) Berdasarkan (Cheung & Lam, 2009, p. 85-86) mengungkapkan sejarah travel agent yang dimulai pada akhir abad ke-19 dimana seorang pengusaha inggris, Thomas Cook mulai menawarkan paket wisata ke resort di tepi laut untuk masyarakat middle class dan working class. Perbaikan dalam kenyamanan dan harga perjalanan kereta api, serta pengembangan kapal besar yang mewah dan hotel yang menawarkan berbagai macam harga untuk memenuhi permintaan perjalanan yang menyenangkan. Penemuan mobil dan pesawat terbang pada awal abad ke-20 akhirnya membawa lebih banyak kesempatan untuk perjalanan pribadi. Selama Perang Dunia II, jutaan anak muda Amerika dikirim ke Eropa, Hawai, Alaska, Filipina, China, India, Australia dan Kepulauan Pasifik. Anak-anak muda tersebut terpesona dengan apa yang dilihat dan dilakukan di negeri-negeri lain. Setelah perang selesai, pesawat transportasi diubah menjadipesawat untuk melayani penumpang. Amerika memiliki kesempatan untuk berpergian ke luar negeri dengan tujuan liburan. Permintaan untuk perjalanan pribadi hampir meledak. Beberapa orang terpelajar menyebut masa ini sebagai “Golden age” dari travel. Travel agent diartikan sebagai seseorang yang melakukan suatu pekerjaan untuk orang lain. Orang tersebut merupakan pelaku utama yang dalam suatu hubungan tidak hanya menetapkan tujuan dari sebuah pekerjaan, seperti menjual tiket saja melainkan mengontrol sarana dan cara agar pekerjaan itu selesai dilakukan. Peran dasar dari sebuah travel agent adalah: • Mengatur transportasi (baik transportasi udara, kapal pesiar, bus, kereta api, penyewaan mobil lokal dan luar negeri). • Mempersiapkan perjalanan individu, tur pribadi, tur kelompok dan paket wisata. • Mengurus hotel, motel, akomodasi resort, makanan, wisata, transfer penumpang dan bagasi antar terminal dan hotel, serta acara khusus seperti tiket festival musik dan tiket teater. • Menangani dan memberikan nasehat tentang rincian yang berkaitan dengan perjalanan, asuransi untuk bagasi, tanda perjalanan, pertukaran mata uang asing, persyaratan dokumentasi (visa, sertifikat kesehatan, dll). • Menggunakan pengetahuan secara professional dan pengalaman dalam menyediakan transportasi udara, kereta, dll. • Mengatur pemesanan untuk kegiatan khusus, seperti ziarah keagamaan, konvensi, perjalanan bisnis, insentif, pendidikan, eko wisata, gourmet wisata, olahraga dan pertualangan, dll. Sebuah industri wisata tanpa adanya travel agentakan menjadi industri yang tidak seimbang. Hampir mustahil bagi wisatawan dalam membeli penerbangan yang sesuai dengan harga yang terbaik untuk berwisata, kapal pesiar hotel, dll. Selain itu travel agent akses on-stop untuk hampir semua segmen wisata di seluruh dunia, termasuk transportasi dan pariwisata. Umumnya, travel agent memainkan peran penting dalam sistem distribusi pariwisata, membentuk hubungan yang penting dengan konsumen. Travel agenttelah digambarkan sebagai gatekeeper informasi dalam proses pengambilan keputusan wisata. (Satit, Tat, Rasli, Chin, & Sukati, 2012, p. 523). 2.6 Kerangka Pemikiran Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sumber: Peneliti (2016)