TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk genus Camellia yang berasal dari famili Theaceae. Tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah Pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Cina, India, dan Burma (Siswoputranto, 1978). Ada dua varietas utama tanaman teh, Camellia sinensis var sinensis dan Camellia sinensis var assamica. Camellia sinensis var sinensis berasal dari daerah antara Tibet dan Tiongkok. Varietas tersebut adalah yang pertama ditanam di Indonesia. Batang Camellia sinensis var sinensis jika dibiarkan tumbuh bisa mencapai tinggi 3–8 m. Daun–daunnya lebih kecil dibandingkan dengan daun Camellia sinensis var assamica, berwarna hijau tua, dan ujung daunnya agak tumpul. Hasil daun tidak terlalu tinggi, tetapi kualitasnya baik. Camellia sinensis var assamica bersal dari India, batangnya lebih tinggi dan besar dibandingkan Camellia sinensis var sinensis, dan jika dibiarkan tumbuh dapat mencapai 12-20 m. Daunnya lebar, berbentuk lanset dengan ujung meruncing dan berwarna hijau tua mengkilap, hasilnya banyak, dan kualitasnya baik (Adisewojo, 1982). Bunga teh termasuk bunga sempurna yang mempunyai putik (calyx) dengan 5-7 mahkota (sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan mahkota, berwarna putih halus berlilin, berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan benang sari (anther) kuning bersel kembar berukuran 2-3 mm keatas. Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Awalnya buah berwarna mengkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Biji teh berwarna coklat beruang tiga, berkulit tipis, serta berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon besar, yang jika dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio, akar, dan tunas (Setyamidjaja, 2000). Syarat Tumbuh Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman ini dapat 4 tumbuh subur di daerah dengan ketinggian 200-2 000 m dpl. Pada daerah-daerah dataran rendah umumnya tanaman teh kurang memberi hasil yang baik. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman teh tidak tahan kekeringan dan menuntut curah hujan minimal 1 200 mm yang merata sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978). Suhu udara yang baik untuk tanaman teh yaitu suhu harian yang berkisar antara 13-25 oC dengan kelembaban minimum 70% (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Pemangkasan Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang sangat tinggi dan dapat mencapai ketinggian 15 m. Tanaman teh yang demikian tidak akan menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan. Bidang petik tanaman teh haruslah rendah untuk memudahkan pemetikan. Perdu dengan bidang petik yang rendah diperoleh dengan jalan pemangkasan. Pemangkasan antara lain bertujuan untuk membuang cabang– cabang yang tidak dikehendaki yang menghambat pertumbuhan tunas–tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk yang banyak, menyehatkan tanaman dengan membuang bagian yang rusak baik akibat gangguan teknis maupun serangan hama dan penyakit sehingga mampu meringankan biaya pengendalian hama dan penyakit, serta mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Tinggi pangkasan pada daerah dataran rendah (< 800 m dpl) 60-70 cm, pada daerah dataran sedang (800-1 200 dpl) 50-60 cm, sedangkan pada daerah dataran tinggi (> 1 200 dpl) 50-60 cm. Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40-70 cm (Ditjenbun, 2010). Waktu Pemangkasan Ada dua pengertian tentang waktu pemangkasan, yaitu gilir pangkas dan jadwal kebun untuk melakukan pemangkasan dalam satu tahun. Pemangkasan dapat dilaksanakan pada saat cadangan pati pada akar cukup banyak, dan didukung oleh faktor yang optimum. Menurut Sukasman (1988), waktu 5 pemangkasan dapat dilaksanakan pada bulan Mei-Juni (akhir musim hujan) dan bulan Oktober-November (menjelang musim hujan). Gilir Pangkas Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pemangkasan berikutnya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Panjang pendeknya daur pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain letak ketinggian kebun, sistem petik, pengelolaan tanaman, dan tinggi pangkasan sebelumnya (Setyamidjaja, 2000). Daur pangkas yang optimal ditentukan oleh produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu, hal ini terjadi apabila produktivitas rata-rata persatuan umur pangkas tertentu sama dengan produktivitas tanaman pada umur pangkas tertentu. Gilir pangkas yang tepat untuk suatu kebun tertentu belum tentu tepat untuk kebun yang lain (Suwardi, 1991). Jenis Pemangkasan Tinggi pangkasan pada kebun produktif (TM) umumnya berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk akan menjadi rendah sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan, sedangkan apabila lebih tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan pemangkasan. Tipe-tipe pemangkasan yang ada antara lain kepris, jambul, dan bersih (PPTK Gambung, 2009). Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja, tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting, dan dilakukan pada ketinggian 60-70 cm dari permukaan tanah. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja tetapi pada bagian tengahnya agak rendah (“ngamangkok”) dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran > 1 cm untuk memperbaiki percabangan, dan dilaksanakan pada ketinggian 45-60 cm. Pangkasan jambul merupakan pangkasan bersih dengan ketinggian 45-60 cm, dengan meninggalkan dua cabang yang berdaun di sisi 6 perdu (ajir atau jambul) dengan jumlah daun 50-100 lembar, dan dilaksanakan menjelang pemetikan jendangan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Kriteria Saat Pangkas Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila tanaman terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (PPTK Gambung, 2009). Kriteria pemangkasan antara lain produksi telah menurun, tinggi bidang petik > 120 cm, persentase pucuk dorman > 70% , dan kandungan pati akar > 13%. Pucuk burung adalah pucuk yang mengandung tunas dalam keadaan dorman sehingga dalam beberapa waktu tidak menghasilkan daun baru. Kadar pati di akar cukup tinggi saat persentase pucuk burung tinggi, karena pada saat ini tanaman mengakumulasikan hasil fotosintesis di dalam akar. Semakin tinggi persentase pucuk burung menyebabkan daun yang memenuhi syarat untuk dipetik menjadi berkurang karena semakin tingginya persaingan antar pucuk untuk mendapatkan fotosintat. Tingkat produksi tanaman yang memiliki umur pangkas tua akan menurun karena jumlah daun tua semakin banyak dengan kemampuan fotosintesis yang telah mulai berkurang sehingga pucuk yang dihasilkan lebih sedikit. Cadangan makanan (pati) berperan sangat besar terhadap penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas-tunas baru. Pati umumnya terdapat dalam akar, cabang, dan ranting. Cadangan zat pati dalam akar yang rendah (< 12%) menyebabkan tanaman teh akan mati apabila dipangkas (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).