BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Salah satu upaya meningkatkan hal tersebut adalah melalui kerja sama tim untuk menangani tugas dalam berbagai situasi. Oleh karena itu, kerja tim menjadi lebih populer dalam praktik. Seiring dengan dinamika kondisi saat ini, isu-isu kepemimpinan telah dianggap sebagai faktor penting kemajuan kinerja tim. Bahkan kepemimpinan dianggap sebagai faktor paling penting pada kinerja tim (Zaccaro, Rittman, & Marks, 2001). Teknologi informasi berperan penting dalam lingkungan bisnis global. Teknologi informasi terkait inovasi dan inovasi merupakan cara melakukan bisnis. Kling dan Dunlop (1993) menyatakan dampak perubahan lingkungan bisnis mengubah cara kerja dan bagaimana kita melihat bisnis, bahkan mungkin cara melihat kehidupan pribadi dan sosial. Rogers (1983) menegaskan bahwa inovasi terjadi sepanjang waktu, tetapi hanya organisasi yang efektif dapat menggunakan proses inovasi dan efek yang dihasilkan. Kepemimpinan adalah pusat interaksi antara tugas, orang, teknologi, dan struktur organisasi. Inovasi dan kepemimpinan harus selalu beriringan namun sering sulit untuk diartikulasikan karena konteks dan situasi dari berbagai macam perilaku kepemimpinan dan teknologi informasi harus dipahami. Teknologi dan kepemimpinan memiliki efek saling mempengaruhi; perubahan pada salah satu membutuhkan perubahan pada yang lainnya. 1 Kepemimpinan adalah masalah penting yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan setiap organisasi. Perubahan dan kompleksitas dalam lingkungan bisnis saat ini membuat kepemimpinan semakin penting dan menempatkan harapan yang tidak realistis pada pemimpin heroik (Yukl, 2006). Dengan tuntutan ini, sulit bagi individu memenuhi semua keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk memimpin organisasi hari ini (O’Toole, Galbraith, & Lawler, 2002). Kebutuhan perusahaan akan data dan informasi yang mudah, cepat dan tepat semakin hari semakin meningkat. Guna memenuhi kebutuhan tersebut biasanya dibentuk tim-tim proyek TI. Bekerja dalam tim proyek menjadi salah satu kegiatan paling penting organisasi agar tetap efektif, efisien dan kompetitif pada lingkungan yang dinamis dan penuh tantangan hari ini (Kaulio, 2008). Manajer Proyek TI harus dapat mengelola proyek-proyek dengan baik dan merencanakan agar proyek dapat diselesaikan sesuai lingkup pekerjaan. Mereka mengkoordinasikan para ahli bidang bisnis dan TI untuk membangun sistem yang mendefinisikan bagaimana proses bisnis yang seharusnya. Oleh karena itu, Manajer Proyek TI perlu memanfaatkan gaya kepemimpinan yang membangun kolaborasi tim yang efektif dalam tim proyek secara keseluruhan. Dalam hal ini, kepemimpinan bersama adalah gaya manajemen yang mempromosikan kolaborasi dan dukungan dari tim proyek TI karena memerlukan sejumlah besar pengambilan keputusan dan tanggung jawab bersama untuk kesuksesan proyek. Kepemimpinan dalam manajemen proyek teknologi yang kompleks seperti proyek TI, bergantung pada kerja sama tim. Para peneliti menyebutkan bahwa 2 peran manajer proyek (pemimpin) dapat dianggap sebagai “arsitek sosial” yang mengembangkan iklim partisipasi aktif dengan melibatkan stakeholders proyek di semua tingkatan baik dalam perencanaan, pembentukan, dan pelaksanaan proyekproyek (Thaimlain, 2004). Dalam konteks ini, para peneliti telah membahas kepemimpinan sebagai proses pengaruh sosial. Bass (1990) mengkonseptualisasikan kepemimpinan sebagai sarana persuasi dan fungsi kekuasaan, serta kepemimpinan didefinisikan sebagai interaksi dua atau lebih anggota kelompok yang melibatkan penataan atau restrukturisasi situasi dan persepsi serta harapan para anggota. Bass (1990) juga menekankan bahwa kepemimpinan menyoroti pengaruh hubungan sosial ketika anggota grup dapat mengubah motivasi sesama rekan kerja. Kepemimpinan dalam proyek dapat mempengaruhi motivasi, pengetahuan atau praktik seluruh anggota tim. Oleh karena itu, keahlian penting bagi seorang manajer proyek adalah kemampuan menciptakan kegiatan konstruktif yang mempengaruhi praktik anggota tim. Kemampuan memotivasi tim untuk mencapai keputusan dan dengan demikian membantu tim memahami dan menghargai tujuan, sasaran, dan hasil proyek adalah atribut penting lain dari manajer proyek (Avolio, Sivasubramaniam, Murray, Jung & Garger, 2003). Dari sudut pandang praktis, kepemimpinan kepemimpinan yang bersama mengakui (shared leadership) kompleksitas dan menawarkan bahwa ada gaya saling ketergantungan dan mempengaruhi antara pemimpin dan anggota tim terhadap fungsi dan pelaksanaan proyek. 3 Divisi Corporate Shared Service (CSS) PT Pertamina (Persero) sebagai fungsi yang menangani teknologi informasi di perusahaan juga dituntut memberikan pelayanan terbaik dalam mendukung inisiatif bisnis perusahaan, termasuk di antaranya untuk memenuhi permintaan terkait akses data dan informasi dalam bentuk aplikasi. Untuk mengorganisasi dan menjembatani permintaan yang banyak setiap tahunnya, CSS mengumpulkan dan menyaring permintaan-permintaan yang ada beserta detail kebutuhannya untuk selanjutnya dibentuk proyek-proyek yang melibatkan fungsi-fungsi terkait lain di Divisi CSS. Oleh karena itu, dengan semakin meningkatnya jumlah proyek yang harus dipenuhi, sedangkan manajer proyek tidak memiliki semua keahlian dan pengetahuan yang dimiliki maka manajer proyek di Divisi CSS diharapkan dapat beradaptasi dengan kepemimpinan dan keahlian khusus yang meningkatkan efektivitas manajemen secara keseluruhan. 1.2. Rumusan Masalah Peran teknologi informasi dalam perusahaan sangat penting. Kebutuhan perusahaan yang semakin meningkat menyebabkan proyek-proyek teknologi informasi semakin hari semakin bertambah. Hal ini menyebabkan peran kepemimpinan dalam manajemen proyek semakin penting. Seorang manajer proyek harus mampu menciptakan kegiatan konstruktif yang mempengaruhi praktik anggota tim serta mampu memotivasi tim untuk mengambil keputusan dan mencapai tujuan. Dari sudut pandang praktis, kepemimpinan bersama menawarkan gaya kepemimpinan yang mengakomodir kebutuhan yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek, khususnya pada tim inovasi seperti fungsi teknologi 4 informasi di perusahaan. Sebelum transformasi Pertamina sekitar tahun 20082009, jumlah permintaan terkait sarana maupun aplikasi teknologi informasi tidak banyak dan gaya kepemimpinan vertikal masih relevan digunakan. Seiring transformasi perusahaan tersebut kebutuhan perusahaan semakin meningkat, hal ini juga menyebabkan jumlah permintaan ke Divisi CSS semakin meningkat sementara jumlah pekerja tetap dan tuntutan efisiensi juga semakin meningkat (apalagi dengan tren menurunnya harga minyak sejak akhir 2014). Solusi memenuhi permintaan dengan menggunakan tenaga eksternal (tenaga kontrak maupun konsultan) dirasakan tidak relevan dengan kondisi perusahaan saat ini yang menuntut adanya efisiensi dengan tidak menurunkan layanan. Gaya kepemimpinan vertikal yang mengandalkan pada satu orang juga dirasakan tidak tepat lagi pada kondisi saat ini karena tidak semua keahlian dan pengetahuan dapat dimiliki satu orang. Setiap orang dalam Divisi CSS harus bisa saling bekerja sama, saling mengisi dan saling melengkapi guna memenuhi kebutuhan pengguna akhir, dan hal ini dicerminkan dalam prinsip-prinsip kepemimpinan bersama. Walaupun istilah kepemimpinan bersama belum banyak dikenal di Divisi CSS, praktik kepemimpinan bersama sebenarnya tampak dalam penyelesaian proyekproyek yang berskala besar (seperti kegiatan upgrade sistem SAP) namun dalam proyek-proyek yang berskala kecil hal tersebut tidak terlalu jelas terlihat. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti sejauh mana manajer proyek di Divisi CSS PT Pertamina (Persero) menggunakan prinsip-prinsip kepemimpinan bersama pada praktik manajemen proyek. 5 Dalam perkembangannya, kaum wanita mulai mendapatkan kesempatan menjadi pemimpin walaupun belum sebanyak kaum pria, termasuk dalam manajemen proyek. Demikian pula di Divisi CSS jumlah pekerja wanita juga semakin bertambah dan ikut aktif terlibat dalam manajemen proyek. Divisi CSS sendiri juga terdiri dari pekerja-pekerja dengan latar belakang pengalaman kerja yang berbeda-beda sehingga memiliki keahlian yang berbeda-beda pula. Dalam kegiatan manajemen proyek sangat penting untuk mengkolaborasikan seluruh anggota tim. Hal-hal seperti jenis kelamin, pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan dapat berpengaruh signifikan. Pada penelitian ini penulis lebih fokus pada jenis kelamin dan pengalaman kerja karena saat ini batasan antara pria dan wanita dalam dunia kerja di tempat penulis sudah nyaris tidak ada dan penerimaan pekerja tidak dilakukan setiap tahun (1991, 1992, 2001, 2003, 2007 dilanjutkan tahun 2009-2014) maka pasti ada perbedaan pengalaman kerja antara pekerja lama dan baru. Untuk latar belakang pendidikan secara umum adalah S1 dan ada beberapa yang S2 (biaya sendiri maupun beasiswa perusahaan) namun tidak banyak. Dari literatur penelitian yang penulis peroleh, di samping gaya kepemimpinan bersama cocok untuk tim inovasi seperti fungsi teknologi informasi ternyata jenis kelamin dan pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan pada kepemimpinan bersama. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu penulis pada kondisi di tempat kerja penulis. Oleh sebab itu, penulis ingin menganalisis perbedaan penggunaan kepemimpinan bersama berdasarkan pada jenis kelamin dan pengalaman kerja di tempat kerja penulis. 6 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasar rumusan masalah, penelitian ini bermaksud untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Sejauh mana manajer proyek teknologi informasi di Divisi CSS PT Pertamina (Persero) menggunakan prinsip-prinsip kepemimpinan bersama pada praktik manajemen proyek? 2. Apakah ada perbedaan signifikan dalam penggunaan atau penerapan kepemimpinan bersama berdasarkan pada jenis kelamin dan pengalaman kerja? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis penggunaan prinsip-prinsip kepemimpinan bersama pada praktik manajemen proyek di Divisi CSS PT Pertamina (Persero). 2. Menganalisis perbedaan penggunaan kepemimpinan bersama berdasarkan pada jenis kelamin dan pengalaman kerja di Divisi CSS PT Pertamina (Persero). 1.5. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi penerapan kepemimpinan bersama dalam praktik manajemen proyek, mengetahui manfaatnya bagi proyek-proyek TI yang dilakukan dan jika relevan dapat digunakan untuk penyempurnaan 7 kepemimpinan dalam manajemen proyek di Divisi CSS PT Pertamina (Persero) ke depannya. 2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan literatur dalam bidang kepemimpinan, khususnya mengenai kepemimpinan bersama. 1.6. Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap karyawan di Divisi CSS PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat Jakarta yang pernah terlibat dalam manajemen proyek TI (level analis sampai dengan manajer). Kegiatan proyek yang diteliti adalah proyek yang berlangsung selama tahun 2014-2015. 1.7. Sistematika Penulisan Susunan dalam penulisan tesis ini terdiri atas 5 (lima) bab. Adapun penjelasan tentang masing-masing bab adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian dan sistematika penelitian. Bab II: Landasan Teori Bab ini membahas landasan teori tentang: kepemimpinan bersama, kepemimpinan bersama dalam manajemen proyek, kepemimpinan bersama dalam manajemen proyek TI dan kepemimpinan bersama berdasarkan jenis kelamin dan pengalaman kerja. 8 Bab III: Metode Penelitian Bab ini membahas desain penelitian, sasaran populasi dan target sampel penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas proses pengambilan data, temuan dan pembahasan berupa analisis yang mencakup penggunaan prinsip-prinsip kepemimpinan bersama pada praktik manajemen proyek serta kepemimpinan bersama berdasarkan pada jenis kelamin dan pengalaman kerja di Divisi CSS PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat Jakarta. Bab V: Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan juga saran-saran yang dapat diberikan sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 9