ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.”I” P 1 POST PARTUM HARI KE-14 DENGAN SUB INVOLUSI UTERI Siti Aisyah* Al-Masruroh** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Nifas adalah kembalinya semua alat kandungan ke keadaan semula dan ini semua harus diimbangi dengan asuhan atau perawatan yang sesuai sehingga proses pengembalian atau involusi dapat berlangsung dengan normal tanpa adanya komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Metode yang dipakai dalam penyusunan studi kasus ini adalah pendekatan observasional, pengamatan dan pengobatan. dan berdasarkan buku register kunjungan ibu nifas, hasil Studi Kasus ini terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Sehingga diharapkan tenaga kesehatan harus lebih mengetahui tentang tanda bahaya ibu nifas dan cara mengobati ibu nifas dengan sub involusi uteri sesuai dengan standarnya. Kata Kunci : Sub involusi, Nifas. PENDAHULUAN Sub involusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab umum perdarahan pascapartum.(Saifuddin, 2002). Asuhan selama periode nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkannya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% kematian ibu pada masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Di samping itu, masa tersebut juga merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, karena dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Winkjosastro, 2002). Di Indonesia yang menjadi tolak ukur kesehatan ibu adalah angka kematian ibu (AKI). Angka kematian ibu adalah kematian sewaktu hamil, melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan. Tidak tergantung dari lama lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya. (Wiknjosastro, 2005). Subinvolusi merupakan Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu (Saifuddin, 2002). Mengingat begitu besar dampak dari sub involusi uterus maka diperlukan perawatan masa 1 Jurnal Midpro, Vol. 6 / No. 2 / Desember 2014 nifas yang berkesinambungan. Bidan sebagai ujung tombak pelayanana kesehatan masyakat diharapkan mampu melakukan deteksi dini adanya penyulit maupun komplikasi pada ibu nifas, dengan perawatan masa nifas yang komprehensif dan tepat diharapkan adanya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), dengan melakukan penyuluhan mengenai tanda bahaya masa nifas, deteksi dini adanya komplikasi atau penyulit pada masa nifas, dan pola kebiasaan sehari-hari. TUJUAN PENELITIAN Penulis mendapatkan kesempatan memberikan asuhan sesuai dengan teori dan kasus yang nyata dengan melakukan pengkajian, penatalaksanaan dan evaluasi. Guna mengembangkan pola pikir dalam melaksanakaan asuhan kebidanan sesuai standar dengan mengunakan manejemen kebidanan (Hellen Varney) pada Ny. „„I” PI Post Partum hari ke 14 dengan sub involusi uteri. PEMBAHASAN Penulis mengelompokkan permasalahan sesuai langkah manajemen kebidanan yang meliputi : Pengkajian, identifikasi diagnosa masalah, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian Data Subyektif Data subyektif adalah data diperoleh dari wawancara langsung kepada klien dan keluarga yang terdiri dari biodata, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat penyakit yang lalu, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan keluarga, pola kebiasaan sehari-hari, keadaan psikososial dan latar belakang sosial budaya. Untuk lebih memperjelas pembahasan penulis akan membahasnya satu persatu yaitu: 1. Biodata atau identitas Dari biodata yang dikaji diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko, keadaan sosial ekonomi dan pendidikan klien atau keluarga yang mempengaruhi kondisi klien serta golongan darah klien. Umur : 25 tahun. Umur perlu ditanyakan karena umur yang relatif lebih tua dapat menjadi faktor penyebab atau pemicu dari terjadinya sub involusi dan untuk memperjelas faktor yang mempengaruhi. Pada kasus ini umur ibu masih muda sehingga terdapat kesenjangan sehingga faktor umur tidak menjadi penyebab utama terjadinya sub involusi pada kasus Ny”I”. Pekerjaan : IRT. Pekerjaan perlu ditanyakan karena pekerjaan erat hubunganya dengan kemampuan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI tidak eksklusif akan mempengaruhi pengeluaran hormon oksitosin dan pengeluaran produksi ASI sehingga dengan berkurangnya hisapan pada payudara atau ASI akan memberikan dampak memanjangnya proses involusi. Keluhan Utama Ibu mengatakan melahirkan anak pertama sampai saat ini hari ke 14 ibu masih mengeluarkan darah berwarna merah segar. Keluhan yang menyebabkan klien datang ke pelayanan kesehatan karena merasa dirinya terganggu. Beberapa keluhan yang biasanya adalah pasien mengeluh masih mengeluarkan darah berwarna merah kecoklatan sampai dengan kekuningan, pada kasus ini jelas 1 Jurnal Midpro, Vol. 6 / No. 2 / Desember 2014 terdapat perbedaan dikarenakan keluhan ibu yaitu masih mengeluarkan darah berwarna merah segar padahal ibu sudah 14 hari melahirkan, seharusnya 14 hari itu sudah Alba. Semua ini dikarenakan involusi yang terhambat. Riwayat Obstetri di tanyakan karena untuk memberikan gambaran tentang faktor resiko yang mungkin terjadi, pada kasus sub involusi uteri biasanya terjadi pada ibu dengan paritas tinggi dan dengan riwayat penyulit baik pada masa persalinan atau saat masa nifas dengan penyulit sub involusi dan riwayat pemberian ASI Eksklusif. Pada kasus Ny”I” ini jelas terdapat kesenjangan, yaitu paritas Ny”I” yang relatif masih rendah yaitu 1, hal ini dipengaruhi oleh riwayat persalinan Ny”I” yang relatif lama dan Ny”I” juga tidak menyusui bayinya secara eksklusif karena pengeluaran ASI nya yang tidak lancar. Persalinan Ibu mengatakan datang ke bidan jam 08.00 WIB dengan keluhan kenceng-kenceng kemudian sama bidan di periksa pembukaan 6 cm, kira-kira jam 14.00 WIB bayi lahir dengan BB 3000 jenis kalamin lakilaki (♂). Proses persalinan berjalan lancar dan tidak ada kelainan. Nifas Ibu mengatakan selama nifas ini merasa cemas dan khawatir karena pengeluaran ASI tidak lancar dan kadang masih mengeluarkan darah berwarna merah kehitaman sampai merah segar, selama nifas ibu juga melakukan aktifitas seperti berjalanjalan disekitar rumah, mencuci popok bayi dan kadang-kadang mengerjakan pekerjaan rumah. selama nifas ini ibu mengurangi minum dan ibu tidak minum jamu ibu bersalin. Pada hari ke 7 ibu kontrol TFU pertengahan pusat simphisis dan hari ke 14 masih 4 jari atas simphisis. Pola kebiasaan sehari- hari 1. Pola makan /nutrisi Ibu mengatakan makan ± 2 - 3 x/hari porsi sedang tidak boleh makan ikan dan sayur, minum ± 3 – 4 gelas/hari dan tidak diperbolehkan oleh keluarga minum air putih terlalu banyak. 2. Pola eliminasi Ibu mengatakan BAB ±1x/hari kadang keras dan tidak ada keluhan, BAK ±2-3 kali /hari warna kuning biasa, tidak ada keluhan 3. Pola aktifitas Ibu mengatakan selama nifas ini tidak melakukan pekerjaan rumah, hanya mencuci popok bayi. 4. Pola istirahat Ibu mengatakan selama nifas tidak di perbolehkan tidur siang oleh keluarga, tidur malam ± 7 jam/hari. Riwayat ini perlu ditanyakan untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan sub involusi, biasanya yang terjadi pada ibu dengan sub involusi adalah dalam hal pola kebiasaan sehari-hari ibu melakukan kebiasaan negatif seperti, berpantangan dalam hal makanan atau minuman, pola istirahan, aktivitas. Pada Kasus Ny”I” ibu melakukan kebiasaan negatif yaitu dengan melakukan pantangan dalam hal makanan dan minum karena tidak diperbolehkan oleh keluarga, dan tidak istirahat secara cukup, Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan yang berarti, di karenakan faktor yang mempengaruhi sub involusi 1 Jurnal Midpro, Vol. 6 / No. 2 / Desember 2014 adalah salah satunya faktor kebiasaan negatif ibu, pada kasus ini terdapat kesenjangan dalam hal pola aktifitas, ibu tidak melakukan kebiasaan negatif dalam hal pola aktifitas hal ini di karenakan masa nifas ibu sudah mencapai 14 hari sehingga memungkinkan ibu untuk melakukan aktifitas yang ringan. Data Sosial Budaya Ibu mengatakan bahwa saat ini minum jamu bersalin sehari 1 x dan tidak diperbolehkan minum air terlalu banyak oleh keluarga. Riwayat ini ditanyakan karena dapat berhubungan dengan ibu dengan sub involusi yang melakukan kebiasaan buruk seperti melakukan kebiasaan negatif seperti minum jamu dll. Pada kasus ini terdapat persamaan dikarenakan pada pola sosial budaya ibu melakukan kebiasaan negatif seperti minum jamu. Data Obyektif Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik, palpasi, auskultasi dan perkusi serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium. Data obyektif meliputi: 1. Pemeriksaan Fisik Umum Keadaan umum : Baik Dilakukan untuk memastikan keadaan umum pasien, lazimnya pada kasus sub involusi keadaan umum ibu cukup sampai dengan lemas, jelas pada kasus Ny”I” terdapat kesenjangan, hal ini dikarenakan kondisi ibu tidak jatuh pada keadaan yang darurat atau syok dan tidak terdapat komplikasi atau infeksi yang parah. Kesadaran : Composmentis Dilakukan untuk mengetahui kesadaran pasien sehingga dapat memutuskan tindakan yang dilakukan 2. Tanda-tanda Vital TD : 120/ 70 mmHg S : 37 , 2 0 C N : 80 x/mnt RR : 20 x/mnt Dilakukan untuk mendeteksi secara dini adanya kegawatdaruratan dan untuk memastikan keadaan umum pasien, lazimnya ibu yang mengalami sub involusi keadaan umumnya cukup sampai dengan lemas, kesadaran composmentis, postur tubuh normal, cara berjalan normal, Pada TTV: TD cenderung lebih rendah, Nadi : Tidak lebih dari 100 x/menit, Suhu : Cenderung naik tapi tidak lebih dari 38 0C, RR : Tidak lebih dari 24 x/menit. Pada kasus Ny”I” terdapat persamaan hal ini dikarenakan kondisi ibu yang baik sehingga mempengaruhi tandatanda vital ibu. 3. Pemeriksaan Fisik khusus Inspeksi Muka : Tidak terdapat cloasma gravidarum, tidak pucat dan tidak ada oedema, ibu terlihat cemas Dilakukan untuk mengetahui keadaan muka dan untuk melihat apakah ibu cemas, pada kasus ini, ibu dengan sub involusi lazimnya mengalami cemas sampai dengan depresi post partum, dan pada kasus ini ibu terlihat cemas hal ini wajar terjadi dikarenakan keadaan psikis yang dialami ibu. Mata : Simetris, bersih, conjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada benjolan pada palpebra. Dilakukan untuk mengetahui kondisi mata, terutama berhubungan dengan anemia, pada ibu dengan sub involusi 1 Jurnal Midpro, Vol. 6 / No. 2 / Desember 2014 cenderung Hb menurun dikarenakan masih adanya pengeluaran darah atau lochea yang tidak di imbangi dengan pola konsumsi yang seimbang, pada kasus Ny”I” terdapat kesenjangan yaitu pada konjugtiva tidak terlihat anemia, hal ini dikarenakan pola konsumsi ibu yang cukup seimbang dan pengeluaran lochea yang tidak cukup banyak, sehinnga tidak begitu berpengaruh. Mulut : Bentuk normal, bibir lembab, gigi, gusi, lidah dan mukosan bersih, tidak ada epulis dan caries. Dilakukan untuk mengetahui keadaan mulut dan bisa untuk melihat tingkat dehidrasi, Pada kasusu ini ibu tidak dehidrasi yang berarti, sehingga tidak begitu mempengaruhi, meskipun pola minum ibu terbatas atau dibatasi tapi tidak serta merta dapat menimbulkan dehidrasi yang berat . Mamae : Simetris, bersih, terdapat hyperpigmentasi areola mamae, puting susu tidak begitu menonjol. Dilakukan untuk mengetahui keadaan mamae terutama keadaan puting susu, sehingga mempengaruhi reflek sucking pada bayi, jika reflek sucking yang dilakukan bayi baik maka dapat mempengaruhi produksi ASI dan dapat mempengaruhi produksi hormon oksitosin. Abdoment: Terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas operasi, kulit abdoment kendur dan longgar Dilakukan untuk mengetahui keadaan abdoment sehingga 1 Jurnal Midpro, Vol. 6 / No. 2 / Desember 2014 dapat mengetahui faktor resiko yang mungkin terjadi Genetalia : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada condilomatalata dan condilomaacuminata ada luka jahitan yang sudah kering tidak ada varices, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan skene, terdapat pengeluaran lochea berwarna merah segar pada softek dan berbau anyir Dilakukan untuk mengetahui keadaan genetalia pasien, dan untuk menegakkan diagnosa. pada kasus sub involusi pada genetalia ibu terdapat pengeluaran lochea rubra sampai dengan sanguelenta, dan untuk mendeteksi adanya infeksi puerpuralis di nilai dengan bau lochea yang busuk atau bercampur nanah. Pada kasus Ny”I” ibu tidak terdapat pengeluaran lochea pada genetalia tapi terdapat lochea berwarna merah segar pada softek, jelas pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan, meskipun lochea tidak terdapat pada genetalia tetapi pada softek dapat menjadi data atau indikasi adanya sub involusi, tidak adanya darah pada genetalia dikarenakan volume lochea relatif sedikit dan jarang keluar sehingga sulit untuk di lihat pada genetalia. Palpasi Mamae :Tidak ada benjolan abnormal, tidak terdapat nyeri tekan, puting tidak begitu menonjol, pada payudara terdapat pengeluaran ASI, teraba kenyal dan besar. Dilakukan untuk mengetahui keadaan mamae dan untuk melengkapi pemeriksaan inspeksi. Dan untuk mengetahui pengeluaran lochea. Lazimnya pada ibu dengan sub involusi, pengeluaran ASInya tidak lancar atau bahkan tidak keluar sama sekali, pada kasus Ny”I” terdapat sedikit pengeluaran lochea jelas hal ini tidak terdapat kesenjangan dikarenakan ibu tidak menyusui secara eksklusif sehingga mempengaruhi produksi ASI dan pola menyusui sehingga pengeluaran hormon oksitosin terhambat sehingga dapat mempengaruhi involusi. Abdomen : TFU 4 jari atas simpisis Dilakukan untuk mengetahui keadaan abdoment dan untuk melengkapi pemeriksaan inspeksi sehingga dapat menegakkan diagnosa yang ada, pada ibu dengan sub involusi lazimnya TFU masih teraba pada usia post partum 10 hari, dan pada kasus Ny”I” dengan post partum hari ke 14 ternyata fundus uteri masih teraba 4 jari di atas simpisis, jelas pada kasus Ny”I” tidak terdapat kesenjangan melainkan terdapat kesamaan sehingga diagnosa dapat ditentukan yaitu sub involusi uteri. KESIMPULAN Dalam pengkajian pada kasus Ny. “I” P1 Post Partum hari ke 14 Dengan TFU 4 jari atas simpisis, K/U ibu baik, Lochea berwarna merah segar, pola nutrisi minum ± 3 - 4 gelas/hari, ibu tidak tidur siang. Berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang ada maka diagnose yang ditemukan adalah Ny.“I” PI Post Partum hari ke 14 Dengan Sub involusi. Sedangkan masalah yang muncul adalah cemas. Antisipasi masalah potensial yang terjadi pada ibu dengan dengan sub involusi adalah terjadinya infeksi puepuralis Identifikasi kebutuhan segera pada kasus ini tidak ada di karenakan penulis sub involusi yang dialami ibu belum menuju ke infeksi purpuralis yang parah dan juga dikarenakan penulis berpendapat bahwa penanganan dari sub involusi dapat dilakukan oleh bidan dan belum perlu adanya kolaborasi maupun rujukan dikarenakan penanganan dari sub involusi uterus merupakan penanganan yang komprehensif . Adapun tujuan asuhan kebidanan pada Ny. “I” adalah setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 5 x 24 jam diharapkan terdapat pengeluaran lochea alba dan sub involusi teratasi, Intervensi yang disusun sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ada. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan Ny. “I” P1 Post partun hari ke 14 dengan partus sub involusi, sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. “I” P1 Post partun hari ke 14 dengan partus sub involusi maka pada Post partum hari ke 18 sub involusi dan masalah teratasi, hal ini sesuai dengan tujuan yang dikarenakan ibu kooperatif dengan petugas dan mau melakukan apa yang dianjurkan oleh petugas. Meskipun salah satunya dikarenakan ibu tidak menyusui secara eksklusif, dan ibu melakukan kebiasaan negatif dan kurangnya deteksi dini dan kurangnya pengetahuan ibu tentang tanda bahaya masa nifas, tetapi masalah dapat teratasi dan tidak ada komplikasi yang terjadi pada ibu. Meskipun begitu Asuhan 1 Jurnal Midpro, Vol. 6 / No. 2 / Desember 2014 kebidanan yang komprehensif tetap harus dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Manuaba Ida Bagus Gde, 2002. Kesehatan Reproduksi Wanita . Jakarta : EGC Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : EGC Varney Hellen, 2007. Varney’s Midwifery. Boston, London, Singapore: Jones and Bartlett Publisher. Winkjosastro, Hanifa, 2002. Buku Panduan Praktis. Jakarta : YBP-BS Winkjosastro, Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPBS 1 Jurnal Midpro, Vol. 6 / No. 2 / Desember 2014