Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Par. 7 (IAI 2009) laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai
laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu
juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Menurut Kieso et al. (2007) mengatakan:
financial statement are the principal means through which financial
information is communicated to the outside an enterprise.These
statements provide the firm’s history quantified in the money terms.
Jadi,
laporan
keuangan
diartikan
sebagai
alat
utama
untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Laporan tersebut menunjukkan gambaran perusahaan dalam satuan moneter.
2.2 Signalling Theory
Teori ini menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan sinyal
atau tanda bahwa perusahaan juga telah beroperasi dengan baik. Sinyal yang baik
akan direspon dengan baik oleh pihak lain. Menurut Zainudin dan Hartono
(1999) informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika
19
pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan
saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka
terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Menurut Sharpe et al. (1997) pengumuman informasi akuntansi
memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa
mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan
saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan
dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik
terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2003) pasar modal efisien didefinisikan
sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua
informasi yang relevan. Sehubungan dengan informasi akuntansi, seseorang tidak
bisa mengharapkan pasar bereaksi kecuali jika informasi tersebut berguna.
Informasi yang berguna dalam konteks ini adalah informasi yang relevan dan
dapat dipercaya bagi pihak yang berkepentingan.
18 (2003) untuk menjalankan perusahaan,
Menurut Husnan dan Pudjiastuti
manajer memerlukan pihak-pihak di luar manajemen perusahaan. Pihak tersebut
antara lain investor, kreditur, pemasok, hingga pelanggan. Investor hanya akan
menanamkan modal jika mereka menilai perusahaan mampu memberikan nilai
tambah atas modal, lebih besar dibandingkan jika mereka menanamkannya di
tempat lain. Untuk itu, perhatian mereka akan diarahkan pada kemampuan
perusahaan menghasilkan laba. Kreditur di pihak lain, lebih tertarik pada
kemampuan perusahaan dalam melunasi pinjaman yang mereka berikan. Pemasok
dan pelanggan cenderung lebih memperhatikan kelancaran arus masuk dan keluar
barang. Semua informasi tersebut dapat diketahui dari laporan keuangan yang
20
diterbitkan perusahaan. Respon pasar terhadap perusahaan dengan demikian
sangat tergantung pada sinyal yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Dari hal tersebut jelas bahwa adanya pengukuran kinerja merupakan hal
yang krusial dalam hubungan antara perusahaan dengan stakeholders perusahaan.
Diharapkan dengan adanya penilaian kinerja dengan EVA dan MVA dapat
menjadi sinyal bagi para investor untuk membuat keputusan investasi pada
perusahaan yang memiliki kinerja baik.
2.3 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja merupakan hal yang sangat penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan
dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dananya. Dengan diketahuinya
kinerja keuangan dapat bermanfaat bagi seorang manajer dalam membuat dan
mengambil keputusan keuangan yang lebih tepat untuk meningkatkan kondisi
perusahaan. Bagi investor dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut
memenuhi harapan dalam menghasilkan keuntungan.
Menurut Siegel dan Macroni dalam Mulyadi (2001:415) bahwa:
“Pengertian dari penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik
efektifitas operasional suatu organisasi, bagia organisasi, dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.”
Selanjutnya Habib (2008:91) mengatakan:
“Suatu hasil yang dicapai oleh perusahaan atas berbagai akivitas
yang dilakukan dalam menggunakan sumber keuangan yang tersedia
dan dapat dilihat dari laporan keuangan dan analisis rasio
keuangan.”
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan kinerja keuangan merupakan hasil
pencapaian perusahaan atas aktivitas yang dilakukan dan ukuran efektifitas serta
efisiensi bagi organisasi, terutama bagaimana manajemen dalam mengelola
sumber dana yang ada untuk mencapai tujuan. Dan penilaian kinerja merupakan
21
efektifitas operasional berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan tersebut.
2.4 Kaitan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Economic Value Added
(EVA) dan Market Value Added (MVA)
Salah satu cara untuk mengukur kinerja perusahaaan berdasarkan data
keuangan adalah dengan menggunakan pengukuran kinerja berdasarkan nilai
(value based). Pengukuran tersebut dapat digunakan oleh manajemen perusahaan
dalam modal, rencana pembiayaan, sarana komunikasi dengan pemegang saham
serta dapat pula sebagai dasar penentuan insentif bagi karyawan. Dengan
pengukuran berdasarkan nilai ini, manajemen perusahaan dituntut untuk
meningkatkan nilai perusahaan Harjono (2010).
Pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai yang relevan adalah
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) karena EVA
mengukur nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari
strategi dan aktivitas perusahaan. Dengan analisis EVA, pemilik perusahaan akan
memberikan suatu imbalan kepada aktivitas yang memberikan nilai tambah serta
mengurangi atau bahkan membuang aktivitas yang mengurangi nilai tambah
perusahaan.
EVA atau nilai tambah ekonomis adalah suatu system manajemen keuangan
untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua
biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital).
Definisi EVA berhubungan dengan MVA, Dalam hal ini MVA setara
dengan nilai pasar perusahaan dikurangi book capital yang digunakan untuk
menjalankan bisnis. Market Value Added (MVA) merupakan pengukuran kinerja
perusahaan dalam penciptaan kekayaan bagi penyandang dana. Sehingga
pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai yang relevan adalah Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Harjono (2010).
22
2.5 Economic Value Added (EVA)
2.5.1 Pengertian Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) merupakan suatu konsep yang dikemukakan
oleh G. Bennet Stewart pada tahun 1990. Konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa
perlu
dibandingkan
dengan
perusahaan
sejenis
atau
membuat
analisa
kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Definisi EVA secara sederhana menurut Gallagher dan Andrew
(2003;108) sebagai berikut :
“EVA is a measure of the amount of profit remaining after accounting for
the return expected by the firm’s investors “.
Untuk menentukan besarnya EVA dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut :
EVA = NOPAT- (WACC x Invested Capital )
Dimana :
NOPAT = Laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax)
WACC = Biaya ekuitas rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
Invested Capital = Besarnya capital yang diinvestasikan dalam aktivitas
operasional dan nonoperasional perusahaan.
Dengan demikian Economic Value Added (EVA) merupakan laba operasi
setelah pajak yang dikurangi dengan total biaya dari struktur modal yang dipakai
perusahaan. Konsep biaya modal (cost of capital) merupakan konsep yang sangat
penting dalam pendekatan ini, karena EVA itu sendiri berangkat dari perhitungan
cost of capital ini. Cost of capital suatu perusahaan dapat didefinisikan sebagai
suatu tingkat pengembalian yang harus diperoleh dalam rangka memenuhi
gabungan rate of return yang diharapkan investor perusahaan. Konsep ini
dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya riil yang harus ditanggung
perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber. Dengan dimasukannya
unsur biaya modal di dalam perhitungan kinerja keuangan perusahaan, pendekatan
23
EVA tidak hanya melihat tingkat pengembalian, tetapi secara eksplisit juga
mempertimbangkan tingkat risiko perusahaan. Semakin tinggi tingkat risiko,
semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan.
Konsep Economic Value Added (EVA) ini juga menjelaskan tiga ukuran
yang dapat digunakan dalam menilai kinerja suatu perusahaan, yaitu : (Gallagher
2003:109)
1. Nilai EVA > 0 (+ Positif) = Perusahaan telah menciptakan nilai tambah
bagi perusahaan
2. Nilai EVA = 0 = Perusahaan pada kondisi BEP karena semua laba
digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor.
3. Nilai EVA < 0 (- Negative) = Tidak terjadi proses nilai tambah yang
mengakibatkan laba yang ada tidak bisa memenuhi harapan para investor.
Penjelasannya adalah jika EVA positif (> 0), menunjukkan bahwa tingkat
pengembalian yang dihasilkan lebih besar daripada biaya modalnya atau terdapat
nilai ekonomis ke dalam perusahan selama operasionalnya. Jika EVA = 0, artinya
perusahaan impas karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban
kepada investor baik itu kreditur maupun pemegang saham. Jika EVA negatif (<
0), menunjukkan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat dari tingkat
pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari tingkat pengembalian yang
dituntut investor atau kinerja operasional perusahaan gagal memenuhi harapan
investor, maka perusahaan tidak membuat nilai tambah karena laba yang tersedia
tidak dapat memenuhi harapan penyedia dana terutama pemegang saham.
Selain itu EVA membantu manajer dalam pengambilan keputusan yaitu
untuk memaksimalkan kekayaan shareholder dan nilai suatu perusahaan
tergantung dari profit yang akan datang, apakah melebihi atau berada pada batas
minimum rate of return yang diharapkan oleh investor. Hal ini karena metode
EVA merupakan metode penciptaan nilai (value creation) bagi para shareholders.
Dengan kata lain kenaikan EVA akan membawa pada kenaikan market value
24
perusahaan, dimana ketika EVA bertambah berarti perusahaan mampu
menghasilkan laba, dan dapat menciptakan nilai tambah bagi shareholdersnya.
Menurut Tandelilin (2001 :195) hubungan antara Economic Value Added
(EVA) dan harga saham, sebagai berikut :
“EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam
meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan. Asumsinya adalah jika
kinerja manajemen baik atau efektif (dilihat dari besarnya nilai
tambah yang diberikan) maka akan tercermin pada peningkatan harga
saham perusahaan”.
2.5.2 Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Net Operating Profit After Tax merupakan sejumlah laba perusahaan yang
akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki
asset financial.
Sedangkan menurut Gitman (2006:111), sebagai berikut :
“NOPAT is a firm’s earnings before interest and after taxes”
Artinya, NOPAT adalah pendapatan perusahaan sebelum bunga dan sesudah
pajak.
Menurut Sartono (2001:100) NOPAT dapat dihitung dengan rumus :
NOPAT = EBIT (1-Tax)
Dimana :
NOPAT
= Net Operating Profit After Tax
EBIT
= Earning Before Interest and Taxes
Tax
= Pajak
2.5.3 Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Weighted Average Cost of Capital adalah metode biaya rata-rata tertimbang
dari struktur permodalan perusahaan. Dari laporan neraca dapat diketahui
financial leverage yaitu sumber dana permodalan perusahaan yang diperoleh dari
25
dua macam sumber yaitu dari hutang (debt) dan dari modal sendiri (equity).
adapun nilai WACC dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Pradhono
dan Christiawan, 2004) :
WACC = (Wd x Kd ) + (We x Ke )
Dimana :
Wd
= Bobot utang jangka panjang dalam struktur modal
Kd
= Biaya utang setelah pajak [ Kd = kb (1 – t) ] (Keown dkk , 2005; 418)
Kb =
x 100% (Brigham, 2006; 408)
We
= Bobot ekuitas dalam struktur modal
Ke
= Biaya modal ekuitas [ Ke =
x 100% (Handoko, 2008)
2.5.4 Invested Capital
Young dan O’Byrne (2001:39) Modal yang diinvestasikan merupakan
jumlah ekuitas pemegang saham ditambah dengan utang jangka pendek seluruh
utang jangka panjang.
Jadi invested capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat
besarnya capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan nonoperasional
perusahaan. Invested capital dapat dihitung dengan rumus (Riyanto, 2001;15):
Invested capital = Jumlah utang dan ekuitas – utang jangka pendek.
2.5.5 Kelebihan dan Kekurangan EVA
EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari
kegiatan atau aktivitas manajamen selama periode tertentu. Prinsip EVA
memberikan system pengukuran yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA
berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Salah satu
kelebihan EVA sebagai penilaian kinerja perusahaan adalah dapat digunakan
sebagai penciptaan nilai (value creation).
26
Adapun kelebihan EVA menurut Young dan O’Byrne (2001) yaitu :
1. EVA mengukur seluruh biaya modal.
2. Salah satu kebaikan EVA adalah targetnya dapat dialihkan kepada
divisi dan departemen.
3. EVA menghubungkan dengan bonus manajemen menambah perasaan
terdesak yang dibutuhkan manajer untuk mengimplementasikan proyek
secepat mungkin sehingga perusahaan dapat merealisasikan nilai seperti
yang dijanjikan proyek-proyek tersebut.
4. Keunggulan dari pendekatan ini yaitu mesin pelaporan keuangan yang
dibutuhkan sudah tepat pada tempatnya.
5. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan
struktor modal.
Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti
manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisisen untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal.
Disamping kelebihan yang dimiliki, EVA juga mempunyai kelemahankelemahan seperti yang dikemukakan oleh Chandra dkk (2011) sebagai berikut :
1. EVA dikritik untuk menjadi sebuah pengukuran kinerja jangka pendek.
Beberapa perusahaan menyimpulkan bahwa EVA tidak cocok untuk
mereka karena fokus mereka adalah investasi jangka panjang. Sebuah
contoh yang ditawarkan oleh perusahaan Amerika GATX (Glasser,
1996), yang menyewakan peralatan transportasi dan cukup membuat
investasi jangka panjang.
2. Pengembalian yang sebenarnya atas EVA yang sebenarnya dari investasi
jangka panjang tidak bisa diukur secara objektif karena pengembalian di
masa yang akan datang tidak bisa diukur, mereka hanya bisa
meramalkannya secara subjektif.
3. EVA mungkin tidak cocok untuk mengukur kinerja-kinerja utama untuk
perusahaan-perusahaan yang memiliki investasi yang sangat besar di saat
27
ini dan berharap arus kas positif hanya di beberapa waktu di masa yang
akan datang.
4. EVA yang berkala gagal meramalkan nilai tambah pada pemegang
saham, karena inflasi dan faktor lain.
5. EVA menyebabkan kesalahan perhitungan, sebuah perusahaan mungkin
memiliki banyak aset-aset baru yang tidak disusutkan dalam neracanya
dan mungkin menunjukan EVA yang negative bahkan jika bisnis
mungkin cukup menguntungkan di masa yang akan datang.
6. Rasio keuangan tradisional secara umum digunakan untuk meramalkan
kebangkrutan. itu diobservasi bahwa EVA tidak memiliki nilai
Incremental dalam meramalkan.
2.6 Market Value Added (MVA)
2.6.1 Konsep Market Value Added (MVA )
Metode Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai
pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah
diberikan. Dengan sasaran dapat menguntungkan pemegang saham dan juga dapat
membantu untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah
dialokasikan secara efisien, yang akan memberikan keuntungan pada ekonomi.
Stewar mengemukakan ukuran kinerja financial yaitu EVA dan MVA sebagai
ukuran yang tepat untuk mengukur apakah shareholder wealth telah berhasil
diciptakan atau belum, jika total market value dari perusahaan telah melebihi
jumlah modal yang diinvestasikan didalamnya maka perusahaan telah berhasil
menciptakan shareholder value dan sebaliknya, lebih jauh lagi MVA memiliki
gambaran kinerja dimasa lampau maupun prospeknya dimasa yang akan datang.
MVA dapat didefinisikan (Steward, 1999) ;
“Market value added id difference between the market value of company
and the sum capital have invested in it over the year.”
Lebih mendalam Stewart mendefinisikan MVA sebagai berikut :
“Market value is the approximation of company’s market value of total
obligation and capital’s capitalization in order to estimate this market
28
value, book value from total obligation added to actual market value from
share value.”
Nilai pasar (market value) adalah pendekatan dari nilai total pasar hutang
dan kapitalisasi modal sebuah perusahaan. Untuk mengestimasi nilai pasar ini,
nilai buku dari hutang kewajiban jangka panjang lain ditambah ke nilai tambah
aktual dari modal saham karena informasi harga pasar tidak tersedia secara
teratur.
Market Value Added mengukur selisih antara nilai pasar dari perusahaan
(hutang dan modal) dan sejumlah modal yang diinvestasikan. Secara sekilas,
MVA sama dengan nilai Present Value dari EVA yang diharapkan dimasa yang
akan datang. Perusahaan menjual diatas harga modal memiliki nilai MVA yang
positif, sedangkan mereka yang menjual dibawah harga modal memiliki nilai
MVA yang negative.
Kemudian menurut Brigham & Houston (2006) MVA merupakan :
“MVA is simply the difference between the market value of a firm’s equity
and the book value as shown on the balance sheet, with market value
found by multiplying the stock price by the number of shares outstanding.
If EVA is positive, then after-tax operating income exceeds the cost of the
capital needed to produce that income, and management’s actions are
adding value for stockholders . Positive EVA on a yearly basis will help
ensure that MVA is also positive, Note that whereas MVA applies to the
entire firm”.
Berarti bahwa MVA secara jelas selisih antara nilai pasar atas sebuah modal
perusahaan dan nilai buku ditunjukan pada neraca, dengan nilai pasar yang
ditemukan dengan mengalikan nilai saham dengan sejumlah harga saham yang
dibagikan.
Sedangkan menurut Tunggal (2008), bahwa MVA menyatakan seberapa
besar kemakmuran yang diciptakan atau dihilangkan perusahaan. MVA juga
menunjukan berapa besar kekayaan atau keuntungan yang mampu dihasilkan
perusahaan bagi pemegang saham, apabila perusahaan menjual sahamnya pada
saat itu.
29
2.6.2 Perhitungan Market Value Added (MVA)
Cara menghitung Market Value Added (MVA), pertama menjumlahkan
semua modal yang ditanamkan dalam perusahaan, yaitu diinvestasikan oleh
pemegang saham, pinjaman bank dan pinjaman dari penjualan obligasi, serta laba
ditahan. Kemudian dianalisis bagaimana pasar mengevaluasi perusahaan dengan
cara memeriksa nilai pasar yang beredar dan menambahkan hutang-hutang
perusahaan. Jika nilai perusahaan lebih besar darpada modal maka perusahaan
memiliki nilai MVA postif, artinya para manajer telah melakukan tugas utama
mereka yaitu menciptakan kekayaan, jika MVA negative berarti manajer
memusnahkan nilai.
Secara umum MVA dapat dihitung dengan rumus (Brigham, 2006;68) :
MVA
= Market Value of Equity – Total Ekuitas Saham
Market value of equity atau nilai pasar ekuitas adalah pendekatan dari nilai
pasar, total hutang dan kapitalisasi modal sebuah perusahaan. Karena harga pasar
ekuitas ini tidak tersedia secara lengkap dalam laporan keuangan perusahaan,
maka dapat dihitung dengan :
MVA= (Harga per lembar saham x jumlah saham) - total ekuitas saham
Jumlah saham yang dimaksud adalah jumlah saham yang disetor dan
ditempatkan (outstanding share) dan harga perlembar saham adalah harga
penutupan (closing price) dibursa. Namun untuk mendapatkan nilai MVA yang
akurat maka masing-masing komponenya disesuaikan terlebih dahulu, berikut
komponen-komponen yang berkaitan didalamnya. Market Value merupakan
pendekatan Fair Market Value akan seluruh kapitalisasi debt dan equity
perusahaan.
Dalam menghitung nilai MVA dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh
yaitu (Young dan O’Byrne, 2001:27) :
30
1. MVA Positif, jika nilai tersebut menunjukan bahwa manajemen
perusahaan berhasil memaksimalkan kekayaan pemegang saham
perusahaan.
2. MVA Negative, jika nilai tersebut menunjukan kinerja yang buruk dari
manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan tidak berhasil dalam
mamaksimalkan kekayaan pemegang saham.
2.6.3 Kekurangan Market Value Added (MVA)
MVA memiliki beberapa kekurangan, yaitu (Napitupuluh, 2008;31) :
a. MVA tidak memperhitungkan opportunity cost dari modal yang
ditanamkan dalam perusahaan.
b. MVA tidak memperhitungkan intern cash return yang diberikan pada
pemegang saham.
c. MVA tidak dihitung pada tingkat divisional (unit bisnis) dan tidak dapat
dipergunakan untuk perusahaan yang tidak memperjual belikan
sahamnya secara publik.
2.7 Perbedaan Antara EVA dan MVA
Terdapat perbedaan antara EVA dan MVA, menurut (Brigham & Houston,
2006:70) yaitu :
1. EVA menunjukan adanya nilai tambah yang terjadi selama satu tahun
tertentu sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang
hidupnya bahkan mungkin termasuk masa-masa sebelum manajer yang
ada sekarang dilahirkan.
2. EVA dapat diterapkan pada masing-masing divisi atau unit-unit lain dari
sebuah perusahaan besar sedangkan MVA harus diterapkan untuk
perusahaan secara keseluruhan.
2.8 Return saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan
sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain
31
yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas
aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain
dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut Husnan (2002:303) sekuritas (saham)
merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang
memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya, sedangkan menurut
Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asetaset perusahaan yang menerbitkan saham. Jadi, saham adalah surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa
pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.
Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah
dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan
kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya. Return
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Hartono, 2000:
107). Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukannya,
tentunya investor tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya. Setiap
investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama
yaitu memperoleh keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Konsep return atau kembalian (Ang 1997:97) adalah tingkat keuntungan
yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Return
saham merupakan income yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari
investasinya di perusahaan tertentu. Return saham dapat dibedakan menjadi dua
jenis (Jogiyanto 2000), yaitu return realisasi (realized return) dan return
ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah
terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan
sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai
32
dasar penentu return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang, sedangkan
return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang
dan masih bersifat tidak pasti.
Return saham atau tingkat pengembalian saham yang dimaksud dalam
definisi diatas adalah tingkat pengembalian untuk saham biasa dan merupakan
pembayaran kas yang diterima akibat kepemilikan suatu saham ditambah dengan
perubahan harga pasar saham lalu dibagikan dengan harga saham pada saat awal
investasi. Jadi return saham ini salah satunya dapat berasal dari perhitungan
perubahan harga pasar saham (capital gain/loss).
Sedangkan menurut Adjie (2003:178) : return saham adalah keuntungan
yang diterima dari investasi saham selama periode pengamatan yang secara
matematis diperoleh dengan rumus :
Rit =
Dimana :
Rit = return dari share untuk perusahaan ke-i
Pit = closing price share ke-t untuk perusahaan ke-i
Pit-1 = closing price share ke-t-1 untuk perusahaan ke-i
Return memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan
yang diharapkan disediakan oleh berbagai saham pada berbagai tingkatan
pengembalian yang diinginkan, sehingga return memiliki peran yang sangat
signifikan di dalam menentukan nilai sebuah saham.
2.9 Kajian Penelitian yang Terdahulu
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meneliti harga saham diantaranya
oleh Dewanto (2006) yang berjudul “Analisis pengaruh EVA, MVA, residual
income, dan cash flow operation terhadap imbal hasil saham sektor pertambangan
di BEJ periode 1995-2004” dengan metode yang digunakan untuk melihat
kontribusi pengaruh masing-masing variabel diatas terhadap Imbal Hasil Saham
33
digunakan analisis regresi linier sederhana (uji t) dan untuk mengetahui pengaruh
kesemua variabel secara simultan terhadap Imbal Hasil Saham digunakan analisis
regresi berganda (uji F). Dari hasil uji t terhadap saham sektor pertambangan
periode 1995-2004 disimpulkan bahwa secara parsial dihasilkan EVA, MVA,
residual income, dan cash flow operation tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap imbal hasil saham dan mempunyai hubungan positif terhadap imbal hasil
saham. Sedangkan dari hasil uji F secara simultan dihasilkan EVA, MVA,
residual income, dan cash flow operation bersama-sama signifikan tidak
mempengaruhi Imbal Hasil Saham, sehingga keempat variabel tersebut bukanlah
faktor utama yang menentukan Imbal Hasil Saham.
Penelitian lain dalam tesis yang dilakukan oleh Subekti Puji Astuti (2006)
menyimpulkan bahwa kinerja keuangan alternatif yang tercermin melalui EVA
dan MVA mempunyai pengaruh yang lemah. Sedangkan yang ditemukan oleh
Raden Tinneke (2007) menemukan bahwa EVA berpengaruh positif tapi tidak
signifikan terhadap return saham. Diperoleh oleh Erliyani (2008) EVA, MVA,
dan REVA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham
perusahaan yang terdaftar di LQ45, dan secara simultan EVA dan REVA
berpengaruh terhadap return saham. Juga secara simultan EVA, MVA, dan
REVA berpengaruh terhadap return saham.
Penelitian-penelitian dalam jurnal dilakukan oleh Harjono Sunardi (2010)
mendapatkan secara parsial ROI dan EVA tidak mempengaruhi return saham dan
secara simultan ROI dan EVA tidak mempengaruhi return saham. Kemudian Ida
Bagus Putu Wira Putra (2013) menghasilkan bahwa secara simultan EVA,
MVA, ROA, dan ROE tidak mempengaruhi return saham, secara parsial MVA
berpengaruh positif signifikan. Adapun Lilik Sri Hariani (2010) menghasilkan
kesimpulan secara simultan ROA, ROE , EPS, dan EVA mempengaruhi secara
sigifikan terhadap return saham dan secara parsial EVA berpengaruh negatif
signifikan. Penelitian terbaru dilakukan oleh Singgih Ariyo P. dan Ismani (2013)
yang menyimpulkan bahwa secara simultan EVA, MVA, dan ROA memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, secara parsial EVA
34
berpengaruh positif signifikan dan secara parsial MVA berpengaruh positif
signifikan. Penelitian-penelitian tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
Jurnal
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Harjono Jurnal
Sunardi Akuntansi.
(2010)
Vol.2 No.1
Mei
2010,P.7092
Pengaruh
Penilaian Kinerja
Dengan ROI dan
EVA terhadap
Return Saham
Pada Perusahaan
yang Tergabung
dalam Indeks
LQ45
- Secara Parsial ROI dan EVA
tidak mempengaruhi Return
saham
- Secara Simultan ROI dan
EVA tidak mempengaruhi
Return saham
2.
Ida
Bagus
Putu
Wira
Putra
(2013)
E-Jurnal
Ekonomi
dan Bisnis
Universitas
Udayana.
Vol.02,No.
08,2013
- Secara Simultan EVA,
MVA, ROA, dan ROE tidak
mempengaruhi Return saham
- Secara Parsial MVA
berpengaruh positif
signifikan
3.
Lilik
Sri
Hariani
(2010)
Jurnal
ekonomi
Modernisas
i.
Vol.6,No.1,
Februari
2010
Pengaruh EVA,
MVA, ROA, dan
ROE terhadap
Return Saham
Perusahaan
Perbankan di
Bursa Efek
Indonesia
Analisis pengaruh
EVA dan Rasio
Keuangan
terhadap Return
Saham Syariah
4.
Singgih
Ariyo P
dan
Ismani
(2013)
Jurnal
Profita:
Kajian Ilmu
Akuntansi,
Vol.1,No.2,
Mei 2013
Pengaruh EVA,
MVA, dan ROA
terhadap Return
Saham
Perusahaan
Makanan dan
Minuman di BEI
Sumber : Data Diolah Sendiri
- Secara Simultan ROA, ROE
, EPS, dan EVA
mempengaruhi secara
sigifikan terhadap Return
saham
- Secara Parsial EVA
berpengaruh negatif
signifikan
- Secara Simultan EVA, MVA,
dan ROA memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap Return saham
- Secara Parsial EVA
berpengaruh positif
signifikan
- Secara Parsial MVA
berpengaruh positif
signifikan
35
2.10 Hubungan Economic Value Added terhadap Return saham
Penelitian yang dilakukan untuk menguji pengaruh EVA terhadap return
saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti yang telah disebutkan dalam
poin kajian penelitian terdahulu, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Subekti
Puji Astuti (2006) menyimpulkan bahwa kinerja keuangan alternatif yang
tercermin melalui EVA dan MVA mempunyai pengaruh walaupun lemah.
Kemudian Raden Tinneke (2007) menemukan bahwa EVA berpengaruh positif
tapi tidak signifikan terhadap return saham. Sedangkan Erliyani (2008) EVA,
MVA, dan REVA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham
perusahaan yang terdaftar di LQ45, dan secara simultan EVA dan REVA
berpengaruh terhadap return saham. Juga secara simultan EVA, MVA, dan
REVA berpengaruh terhadap return saham. Artinya, hasil dari ketiga tesis diatas
menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara EVA dengan return saham.
Penelitian dalam jurnal oleh Lilik Sri Hariani (2010) menghasilkan
kesimpulan secara simultan ROA, ROE, EPS, dan EVA mempengaruhi secara
sigifikan terhadap return saham dan secara parsial EVA berpengaruh negatif
signifikan. Kemudian oleh Singgih Ariyo P. dan Ismani (2013) yang
menyimpulkan bahwa secara simultan EVA, MVA, dan ROA memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham dan secara parsial EVA berpengaruh
positif signifikan. Sehingga, hasil penelitian baik dari tesis maupun jurnal
menyimpulkan bahwa EVA memiliki hubungan yang positif dengan return
saham.
2.11 Hubungan Market Value Added tehadap Return saham
Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan cara memaksimumkan
nilai perusahaan (Market Value of Firm). Memaksimumkan nilai perusahaan sama
dengan memaksimumkan harga saham. Kemakmuran pemegang saham dapat
dimaksimalkan dengan memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas
dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para
36
pemegang saham (pemilik perusahaan). Perbedaan tersebut dinamakan Market
Value Added MVA (Husnan dan Pudjiastuti, 2004). EVA yang di discount ke
dalam nilai sekarang hasilnya adalah Market Value Added (MVA). MVA adalah
ukuran kumulatif perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada
suatu waktu tertentu dari nilai sekarang EVA di masa mendatang. Perubahan nilai
EVA (bertambah atau berkurang) menyebabkan perubahan yang searah didalam
nilai MVA (Rousana, 1997).
Lebih jelasnya, Market Value Added (MVA) merupakan selisih antara nilai
pasar saham dengan modal sendiri yang disetor oleh pemegang saham. Nilai pasar
saham adalah perkalian jumlah saham beredar dengan harga saham. Harga saham
didapat dari harga saham rata-rata dalam satu tahun (Husnan dan Pudjiastuti,
2004).
Kinerja keuangan modern selain EVA yang dikaitkan dengan pasar juga
diukur dari Market Value Added (MVA) yang merupakan nilai pasar saham
dibandingkan dengan nilai bukunya. Perusahaan yang baik ditunjukkan dengan
nilai MVA positif dan lebih besar dari 1. MVA diukur antara selisih dikurangi
nilai buku per lembar saham. MVA positif menunjukkan bahwa saham
perusahaan tersebut dinilai oleh investor lebih besar dari pada nilai buku per
lembarnya.
Sehingga hal ini akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan
sahamnya di perusahaan. karena MVA (Market Value Added ) adalah ukuran
kumulatif kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada
waktu tertentu dari EVA yang akan datang (Lehn dan Makhija, 1996 dalam
Utama, 1997) sehingga apabila EVA bernilai positif maka MVA juga bernilai
positif, maka dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh signifikan positif Market Value Added (MVA) terhadap return saham.
Kajian teori diatas didukung pula oleh hasil penelitian Subekti Puji Astuti
(2006) menyimpulkan bahwa kinerja keuangan alternatif yang tercermin melalui
EVA dan MVA mempunyai pengaruh walaupun lemah. Kemudian Erliyani
(2008) EVA, MVA, dan REVA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
37
return saham perusahaan yang terdaftar di LQ45, dan secara simultan EVA dan
REVA berpengaruh terhadap return saham. Juga secara simultan EVA, MVA,
dan REVA berpengaruh terhadap return saham. Lalu Lilik Sri Hariani (2010)
menghasilkan kesimpulan secara simultan ROA, ROE, EPS, dan EVA
mempengaruhi secara sigifikan terhadap return saham. Kemudian oleh Singgih
Ariyo P. dan Ismani (2013) yang menyimpulkan bahwa secara simultan EVA,
MVA, dan ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
dan secara parsial MVA berpengaruh positif signifikan. Terakhir penelitian
terbaru Ida Bagus Putu Wira Putra (2013) menghasilkan bahwa MVA secara
parsial berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Kesimpulannya,
baik secar teoritis dan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya MVA memiliki
hubungan positif dengan return saham.
Download