Bab I - Library Binus

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian dengan
judul Evaluasi Kinerja Saham Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta Berdasarkan Metode ukuran Sha rpe, Treynor dan Jensen serta
Hubungannya dengan Kinerja Industri Perbankan adalah untuk mengkaji
teori ketiga orang tersebut yakni Treynor, Sharpe dan Jensen mengenai
pemilahan resiko dan alpha yang digunakan untuk penilaian kinerja saham.
Dalam penelitian ini yang ingin dibuktikan adalah bahwa ketiga teori
tersebut dapat digunakan untuk menilai kinerja saham dan juga ingin
menunjukan bahwa apakah saham-saham yang ada dalam industri perbankan
tersebut menunjukan kinerja yang cukup baik atau tidak.
Selain itu dalam
penelitian ini juga diteliti hubunga n antara kinerja industri perbankan khususnya
perusahaan berbentuk bank dengan hasil kinerja saham menurut metode Sharpe,
Treynor dan Jensen.
Kondisi makro-ekonomi sejak semester pertama 2006 tampak membaik
dan stabil. Suku bunga perbankan cenderung turun dan tingkat inflasi pun
berada di level moderat. Kondisi tersebut tentu saja membuat para pelaku bisnis
lebih bergairah yang kemudian merembet juga kepada para investor untuk
1
industri pasar modal dan pasar uang, khususnya pasar obligasi negara dan
korporat.
Laju inflasi sudah cukup rendah di titik 4,96 % dan target inflasi
pemerintah yang 8 % pun sudah tercapai. Hal itu berakibat pada pola
pergerakan BI rate yang memasuki penurunan hingga 10,25 %. Selain inflasi
dan suku bunga, nilai tukar rupiah pun lebih bersahabat dan stabil.
Pertumbuhan dana pihak ketiga ( DPK ) perbankan pun tetap membesar.
Bahkan, pertumbuhan DPK berada diatas pertumbuhan kredit, sehingga posisi
LDR ( Loan to Deposit Ratio ) pun semakin merosot. Kenyataan ini tentu
membuat orang dengan mudah menyimpulkan bahwa perbankan Indonesia itu
kelebihan likuiditas. Bank-bank lebih mudah menjaring DPK ketimbang kredit,
sehingga bank-bank kelebihan likuiditas.
Selain itu, kondisi suku bunga SBI yang lebih tinggi ketimbang deposito
boleh jadi tidak memaksa perbankan melakukan akselerasi kredit. Bagi bank
menanam uang di SBI lebih aman dan menguntungkan ketimbang mengucurkan
kredit karena walaupun harapan yield-nya lebih tinggi tapi penuh resiko ketika
mengucurkan kredit.
Rasio kredit bermasalah ( NPL ) dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan terus hingga menembus angka 8 % – 9 %. Perbankan pun
sesungguhnya tidak bermaksud untuk mengerem kredit, tapi sektor riil yang
tidak mengambilnya. Angka kredit yang tidak diambil dunia usaha tersebut
terus mendaki dari setahun yang lalu sebesar 155,83 trilliun menjadi 158,31
2
trilliun. Fakta tersebut menggambarkan ketakutan sektor riil dalam mengambil
kredit.
Kondisi makro ekonomi yang membaik yang ditandai dengan optimisme
pertumbuhan ekonomi dan penurunan suku bunga tetap meninggalkan
persoalan. Kendati suku bunga SBI sudah turun, penurunan tersebut tidak
mampu membuat sektor riil mengambil kredit .
Dengan kondisi seperti yang dipaparkan diatas, dapat kita gambarkan
bahwa terjadi perbaikan-perbaikan ekonomi tetapi tetap saja ada masalah yang
belum diselesaikan. Dan yang lebih disorot dalam penelitian ini adalah ketika
terjadi perkembangan dalam industri perbankan yaitu perkembangan yang lebih
baik, apakah terjadi juga peningkatan kinerja saham-saham yang diukur dengan
metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
Selain itu, dalam penelitian ini juga dijelaskan mengenai perkembangan
laba industri perbankan dan mengevaluasi apakah perkembangan industri
tersebut dipacu oleh perkembangan kinerja saham khususnya saham perbankan
atau bisa dikatakan apakah kenaikan atau penurunan kinerja saham-saham
perbankan itu mencerminkan keadaan industri yang sebenarnya atau tidak.
1.2 Rumusan Permasalahan
”Apakah ada korelasi dari ROA, ROE, NPL, LDR dan CAR terhadap
kinerja saham yang diukur dengan Sharpe, Treynor dan Jensen.”
3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
kinerja industri dengan kinerja saham di bursa efek dan juga untuk mengetahui
bagaimana kinerja industri dan saham bank-bank di Indonesia setelah krisis
ekonomi. Dan tujuan yang terakhir adalah untuk mengetahui perbedaan antara
ketiga metode tersebut.
Manfaat dari penelitian ini adalah supaya masyarakat atau orang-orang
yang membaca tulisan ini dapat mengetahui dan membedakan ketiga metode
tersebut, kapan dapat di pakai dan dalam kondisi apa metode-metode tersebut
dipakai. Selain itu agar masyarakat luas dapat mengetahui kinerja perusahaan –
perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dalam kurun waktu 3 tahun (
2003 – 2005 ).
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Data yang digunakan adalah data harian dari harga saham dalam
industri perbankan selama tahun 2003-2005. Keuntungan bulanan dari
portofolio pasar Rmt didefinisikan sebagai keuntungan yang dapat digali dari
suatu portofolio yang terdiri dari seluruh saham yang berada di bidang finance
dan banking yang terdaftar di BEJ, dalam hal ini adalah Indeks Harga Saham
Finance.
Risk Free Rate - Rft adalah tingkat suku bunga bulanan dari Sertifikat
Bank Indonesia (SBI). Kemudian dalam penelitian ini juga mengambil sample
4
sebanyak 13 saham yang ada dalam industri perbankan yang sudah go public
dan diamati perubahan harga hariannya dengan melakukan perhitungan
prosentase perubahan dengan formula sebagai berik ut.
Er = (Pt - Pt-1 ) / Pt-1
Keterangan:
Pt
= harga saham j pada waktu t
Pt-1
= harga saham j pada waktu t- 1
Er
= expected return.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah perusahaan berupa bank yang
sudah IPO dan listing di BEJ selama 3 tahun atau lebih dan sudah IPO dari
tahun 2003. Kemudian penulis batasi lagi dengan mengambil sample hanya 13
bank saja. Dalam penelitian ini diperlukan juga data berupa laporan keuangan /
annual report setiap bank dari 2003 sampai 2005.
Data-data yang diperlukan selain laporan keuanga n adalah data index
market finance setiap bulan yang diambil dari metastock group, data harga
saham bulanan dari tahun 2003 sampai 2005 serta data country risk yang
dibatasi antara tahun 2003 sampai 2005.
5
Download