PENGARUH VARIASI KONSENTRASI KITOSAN TERHADAP PELEPASAN OBAT NANOPARTIKEL KOMBINASI DOKSORUBISIN DAN PGV-1 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi Oleh: FARDHA ZULINAR K 100 130 163 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017 HALAMAN PERSETUJUAN i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN iii PENGARUH VARIASI KONSENTRASI KITOSAN TERHADAP PELEPASAN OBAT NANOPARTIKEL KOMBINASI DOKSORUBISIN DAN PGV-1 Abstrak Kitosan umum digunakan sebagai polimer dalam pembuatan nanopartikel untuk penghantaran obat anti kanker doksorubisin. Kombinasi doksorubisin dan PGV-1 dalam uji sitotoksik telah meningkatkan efek terapi doksorubisin, namun profil pelepasan obat tersebut dalam nanopartikel belum dievaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi polimer kitosan terhadap pelepasan obat kombinasi doksorubisin dan PGV-1 pada nanopartikel kitosan. Nanopartikel dibuat menggunakan metode gelasi ionik dengan cara melarutkan kitosan dalam asam asetat dalam tiga konsentrasi (0,025 %b/v, 0,05 %b/v, dan 0,1% b/v) dan ditambahkan 0,1% natrium tripolifosfat (Na TPP). Nanopartikel kemudian dievaluasi efisiensi enkapsulasi dan pelepasan obat. Efisiensi enkapsulasi dianalisis dengan metode langsung dengan melarutkan nanopartikel dalam asam asetat 0,5% : metanol p.a (1 : 4) dan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV. Pelepasan obat dievaluasi menggunakan metode dialisis dalam dapar fosfat pH 7,4 dengan penambahan 0,5% tween 80 pada suhu 37oC selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi enkapsulasi nanopartikel pada konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% berturut – turut adalah 39,29% ± 0,66, 65,47% ± 2,22, dan 51,85% ± 1,34 untuk doksorubisin dan 5,57% ± 0,19, 8,72% ± 0,25%, dan 10,76% ± 0,87 untuk PGV-1. Konstanta orde nol (K0) pada konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% berturut–turut adalah 0,0158 ± 0,0003 mg/menit, 0,0132 ± 0,0002 mg/menit, dan 0,0271 ± 0,0003 mg/menit untuk doksorubisin sedangkan pada PGV-1 adalah 0,0070 ± 0,0009 mg/menit, 0,0056 ± 0,0003 mg/menit, dan 0,0071 ± 0,0005 mg/menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi kitosan 0,05% memiliki konstanta orde nol terendah yang menunjukkan tingkat pelepasan doksorubisin dan PGV-1 paling lambat. Konstanta Higuchi (kH) dari doksorubisin adalah 0,0651 ± 0,0012 mg/menit1/2, 0,0525 ± 0,0011 mg/menit1/2, dan 0,0817 ± 0,0010 mg/menit1/2 sedangkan PGV-1 adalah 0,0030 ± 0,0000 mg/menit1/2, 0,0024 ± 0,0000 mg/menit1/2, dan 0,0019 ± 0,0000 mg/menit1/2 pada konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05% dan 0,1%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi kitosan mengurangi konstanta Higuchi pada nanopartikel kitosan untuk PGV-1 namun tidak untuk doksorubisin. Kata Kunci: nanopartikel kombinasi, doksorubisin, PGV-1, variasi konsentrasi, pelepasan obat Abstract Chitosan is commonly used as a polymer in the manufacture of nanoparticles for delivery of anti-cancer drugs doxorubicin. Combination of doxorubicin and PGV-1 in cytotoxic tests had been increased the effect of doxorubicin therapy, but the release profile of tthe drugs in nanoparticles had not been evaluated. The purpose of this study was to determine the effect of various chitosan polymer toward drug release of combination of doxorubicin and PGV-1 in chitosan nanoparticles. Nanoparticles prepared using ionic gelation method by dissolving chitosan in acetic acid in three concentration (0,025 %w/v, 0,05 %w/v, and 0,1 %w/v) and 0,1% sodium tripolyphosphate (STPP) was added. The nanoparticles then evaluated for efficiency of encapsulation and drug release. The efficiency of encapsulation was analyzed using direct method by dissolving the nanoparticles in acetic acid 0,5% : methanol pa (1 : 4) 1 and analysed using UV spectrofotometer. Drug release was evaluated using dialysis method in phosphate buffer pH 7,4 with the addition of 0,5% tween 80 at 37oC for 24 hours. The results showed that the efficiency encapsulation of nanoparticles at chitosan concentration 0,025%, 0,05%, and 0,1% were 39,29% ± 0,66, 65,47% ± 2,22, and 51,85% ± 1,34 for doxorubicin and 5,57% ± 0,19, 8,72% ± 0,25%, and 10,76% ± 0,87 for PGV-1, respectively. The zero order constant (K0) in chitosan concentration 0,025%, 0,05%, and 0,1% were 0,0158 ± 0,0003 mg/minute, 0,0132 ± 0,0002 mg/minute, and 0,0271 ± 0,0003 mg/minute for doxorubicin while in PGV-1 were 0,0070 ± 0,0009 mg/minute, 0,0056 ± 0,0003 mg/minute, and 0,0071 ± 0,0005 mg/minute, respectively. The result showed that at 0,05% chitosan concentration had the lowest zero order constant indicating by the slowest release rate of doxorubicin and PGV-1. Higuchi constant (KH) of doxorubicin were 0,0651 ± 0,0012 mg/minute1/2, 0,0525 ± 0,0011 mg/minute1/2 and 0,0817 ± 0,0010 mg/minute1/2 while PGV-1 were 0,0030 ± 0,0000 mg/minute1/2, 0,0024 ± 0,0000 mg/minute1/2, and 0,0019 ± 0,0000 mg/minute1/2 at chitosan concentration 0,025%, 0,05% and 0,1%, respectively. It indicated that increasing chitosan concentration reduced Higuchi constant on chitosan nanoparticle for PGV-1 but not for doxorubicin.. Keyword : nanoparticles combination, doxorubicin, PGV-1, concentration variation, drug release 1. PENDAHULUAN Nanopartikel mempunyai kelebihan yaitu dapat menembus ruang-ruang antar sel yang hanya dapat ditembus oleh partikel berukuran koloidal.. Kitosan sering digunakan sebagai polimer nanopartikel karena biokompatibilitasnya, dan cenderung tidak menimbulkan ketoksikan pada dosis terapi. Doksorubisin adalah obat anti kanker spektrum luas dengan indeks terapetik sempit sehingga cocok dibuat dalam nanopartikel. PGV-1 adalah suatu analog kurkumin yang mempunyai aktivitas sitotoksik lebih tinggi dibanding kurkumin. Kombinasi doksorubisin dan PGV-1 dapat meningkatkan efek doksorubisin secara sinergis melalui induksi apoptosis dan cell cycle arrest (Hermawan et al., 2011), sehingga PGV-1 dianggap potensial sebagai agen ko-kemoterapetik untuk doksorubisin. Anggraeni (2017) pada penelitian sebelumnya mengenai nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1 membuktikan adanya pengaruh variasi konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% dengan ukuran partikel berturut-turut sebesar 1118,70 nm ± 50,25, 812 nm ± 11,94, dan 1150,25 nm ± 25,10. Namun pada penelitian tersebut belum meninjau profil pelepasan obat nanopartikel doksorubisin dan PGV-1 akibat adanya variasi konsentrasi kitosan, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh variasi konsentrasi polimer kitosan pada pelepasan obat nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1. Nanopartikel doksorubisin dengan polimer kitosan menggunakan metode gelasi ionik yaitu dengan mengkompleks doksorubisin-kitosan dengan natrium tripolifosfat (Na TPP) untuk meningkatkan kemampuan loading obat (Park et al. 2012). PGV-1 dalam penelitian Hermawan et al. 2 (2011) dinyatakan mempunyai potensi sebagai agen kemopreventif sehingga dapat digunakan sebagai agen ko-kemoterapetik untuk meningkatkan aktivitas sitotoksik dan mengurangi efek samping doksorubisin sehingga cocok jika dikombinasikan dengan doksorubisin. Hasil dari penelitian Rane et al. (2007) mengenai pembuatan mikrokristal oxcarbazepin dengan menggunakan kitosan sebagai polimer menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi polimer menyebabkan laju pelepasan obat semakin lambat. 2. METODE Formulasi nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1 dilakukan menggunakan metode gelasi ionik dengan menambahkan kitosan dalam variasi konsentrasi dengan Na TPP, lalu diuji efisiensi enkapsulasi dan pelepasan obat menggunakan spektrofotometer UV. 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah pengaduk magnetik (Thermo Scientific®), freeze dryer (Alpha 1-2 LDplus), sentrifugator (Gemmy PLC-03), neraca analitik (Ohaus Pa214), spektrofotometer UV-Vis (GENESYS 10S), sonikator (Branson 1510), vortex (IKA® Genius 3), pH meter (Hanna Instruments 110 Series), dan dialysis bag (Sigma Aldrich). Sedangkan bahan yang digunakan meliputi doksorubisin (Carcinocin inj 10 mg/5 mL, Kalbe Farma dan Sigma Aldrich), PGV-1 (Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada), dimetil sulfoksida (Merck), kitosan, asam asetat (Chang Chun Petrochemical), natrium tripolifosfat, air bebas CO2, akuades, metanol p.a (Merck), natrium hidroksida (Merck), kalium dihidrogenfosfat (Merck), dan tween 80. 2.2 Pembuatan Nanopartikel Pembuatan nanopartikel dilakukan dalam ruang aseptis dengan menggunakan alat pelindung agar tidak terpapar bahan yang bersifat sitotoksik. Larutan stok PGV-1 dibuat dengan melarutkan 100 mg PGV-1 dalam 10 mL DMSO. Larutan Na TPP 0,1% dibuat dengan melarutkan 100 mg Na TPP dalam 100 mL air deionisasi. Larutan kitosan pada variasi konsentrasi 0,025 %b/v, 0,05 %b/v, dan 0,1 %b/v dibuat dengan melarutkan 100 mg kitosan dalam asam asetat 0,5% sebanyak 400 mL, 200 mL, dan 100 mL yang terdapat pada Tabel 1, lalu diaduk dengan pengaduk magnetik berkecepatan skala 7 selama 24 jam dan disaring menggunakan kertas saring agar larutan menjadi jernih. Tahap selanjutnya larutan doksorubisin 10 mg/5 mL ditambahkan sebanyak 1 mL, kemudian larutan PGV-1 sebanyak 1 mL dengan waktu jeda tiga menit pada larutan kitosan dalam keadaan masih diaduk, lalu larutan tersebut diatur pH nya sampai 4 dengan menambahkan NaOH 1 N sebanyak yang terdapat pada Tabel 1. Larutan Na TPP 0,1% sebanyak 20 mL ditambahkan ke dalam larutan zat aktif-kitosan sambil diaduk menggunakan pengaduk magnetik sedikit demi sedikit (1 tetes tiap 10 detik), ditunggu 4-6 jam dalam keadaan masih diaduk dengan kecepatan pengaduk magnetik skala 7. Nanopartikel dibekukan dan di-freeze drying pada suhu - 40oC. 3 Tabel 1. Pembuatan nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1 dengan polimer kitosan F1 (Kitosan 0,025%) 100 400 Formula F2 (Kitosan 0,05%) 100 200 F3 (Kitosan 0,1%) 100 100 Doksorubisin (mL) 1 1 1 PGV-1 (mL) 1 1 1 NaOH (mL) 2 1,5 1 Na TPP (mL) 20 20 20 Bahan Kitosan (mg) Asam asetat 0,5% (mL) Keterangan Kitosan dilarutkan dalam asam asetat Doksorubisin diambil dari larutan doksorubisin 10 mg/5 mL PGV-1 diambil dari larutan PGV-1 100 mg/10 mL 100 mg Na TPP dalam 100 mL air deionisasi 2.3 Drug Loading dan Efisiensi Enkapsulasi Sepuluh miligram nanopartikel ditambahkan asam asetat 0,5% sebanyak 1 mL, di-vortex dan disonikasi selama 15 menit. Setelah itu, ditambahkan metanol p.a sebanyak 4 mL kemudian divortex dan disonikasi selama 1 jam. Hasil kemudian disentrifugasi selama 10 menit, lalu diambil bagian jernihnya untuk dibaca absorbansinya pada λ doksorubisin 234 nm dan λ PGV-1 404,5 nm menggunakan spektrofotometer UV dan dilakukan sebanyak tiga kali. Kadar dicari menggunakan persamaan kurva baku masing-masing obat (doksorubisin, y = 0,0764x + 0,1321 dan PGV-1, y = 0,1232x + 0,0082), lalu dicari drug loading (%b/b) dan efisiensi enkapsulasi (%) dengan rumus yang terdapat pada persamaan 1 dan 2. Drug loading (% b/b) = (1) Efisiensi enkapsulasi (%) = (2) 2.4 Pelepasan Obat Nanopartikel sebanyak 25 mg didispersikan dalam 5 mL dapar fosfat pH 7,4 dengan penambahan 0,5% tween 80 sebagai medium pelepasan obat pada membran dialisis. Membran dialisis tersebut dimasukkan dalam gelas beker yang berisi 50 mL medium pelepasan obat dengan keadaan diaduk menggunakan pengaduk magnetik pada suhu 37oC berkecepatan skala 4. Sampel diambil dari gelas Beaker sebanyak 5 mL pada menit ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-30, ke-60, ke-120, ke-180, ke-240, ke-300, ke-360, dan ke-1440 dengan mengganti volume yang berkurang dengan medium pelepasan obat baru dengan volume yang sama yaitu 5 mL, dilakukan sebanyak tiga kali. Sampel dibaca pada spektrofotometer UV pada λ doksorubisin 231 nm dan λ PGV-1 210 nm. Kadar dicari menggunakan persamaan kurva baku masing-masing obat (doksorubisin, y = 0,0453x + 0,0426 dan PGV-1, y = 4 9,4744x + 0,0462), kemudian pelepasan obat dihitung dan dianalisis menggunakan model orde nol dan Higuchi yang terdapat pada persamaan 3 dan 4. C = K0 t Dimana K0 t (3) : laju konstan orde 0 dalam satuan konsentrasi / waktu : waktu dalam jam Q = KH x t1/2 Dimana Q (4) : jumlah total pelepasan obat pada t KH : konstanta Higuchi t : waktu (dalam jam) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pembuatan Nanopartikel Hasil rendemen yang didapatkan pada konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% dapat dilihat pada Tabel 2. Kitosan dapat meningkatkan kelarutan dan kestabilan obat (Elgadir et al., 2015), sehingga semakin tinggi konsentrasi kitosan maka jumlah nanopartikel yang terbentuk semakin banyak. Namun pada hasil didapatkan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi kitosan menyebabkan penurunan hasil rendemen nanopartikel, kemungkinan karena proses ikatan antara kitosan-obat dengan Na TPP tidak maksimal pada pembentukaan nanopartikel sehingga didapatkan nanopartikel yang sedikit. Tabel 2. Hasil rendemen nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1 Konsentrasi kitosan 0,025% 0,05% 0,1% Berat Nanopartikel (mg) 128,4 ± 0,28 110,8 ± 11,03 84,5 ± 3,54 Berat Kitosan + DOX + PGV-1 + Na TPP (mg) 132 132 132 Rendemen (%) 97,27 ± 0,21 83,94 ± 8,36 64,02 ± 2,68 3.2 Uji Drug Loading dan Efiesiensi Enkapsulasi Evaluasi drug loading diperlukan untuk mengetahui jumlah obat yang terdapat dalam kitosan pada pembuatan nanopartikel. Perbandingan nilai drug loading hasil analisis dengan drug loading teoritis untuk DOX dan PGV-1 dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil penelitian Javed et al. (2015) disimpulkan bahwa hasil drug loading obat anti kanker berkurang seiring dengan meningkatnya ukuran polimer (konsentrasi polimer), sehingga nilai drug loading analisis tidak sesuai dengan pernyataan tersebut karena semakin tinggi konsentrasi kitosan (0,1%) menghasilkan nilai drug loading yang lebih besar pada PGV-1 sedangkan pada DOX drug loading tertinggi dicapai pada konsentrasi kitosan 0,05%. 5 Tabel 3. Perbandingan drug loading teoritis dengan drug loading hasil analisis nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1 dengan variasi konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% dalam %b/b Doksorubisin PGV-1 Konsentrasi Drug Loading Drug Loading Drug Loading Drug Loading Kitosan Teoritis (%b/b) Analisis (%b/b) Teoritis (%b/b) Analisis (%b/b) 0,025% 2 0,78 ± 0,01 10 0,55 ± 0,02 0,05% 2 1,25 ± 0,04 10 0,83 ± 0,02 0,1% 2 0,99 ± 0,03 10 1,03 ± 0,08 Gambar 1. Efisiensi enkapsulasi nanopartikel kombinasi doksorubisin ( ) dan PGV-1 ( konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% ) dengan variasi Pengujian efisiensi enkapsulasi digunakan untuk mengetahui keberhasilan kitosan dalam menjerap obat pada pembuatan nanopartikel (Rahiemna et al., 2011). Dari hasil uji yang terdapat pada Gambar 1 dapat diketahui nilai efisiensi enkapsulasi terbesar untuk doksorubisin terdapat pada konsentrasi kitosan 0,05% yaitu 65,47% ± 2,22. Sedangkan untuk nilai efisiensi enkapsulasi PGV-1 terbesar pada konsentrasi kitosan 0,1% yaitu 10,76% ± 0,87. Pada penelitian Vandenberg et al, 2001 disebutkan bahwa tingginya konsentrasi kitosan dapat menghambat enkapsulasi obat pada studi microsphere kitosan (Rahiemna et al., 2011). Namun dalam penelitian Agnihotri et al. (2004) menyatakan bahwa enkapsulasi obat meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi kitosan. Apabila mengacu pada dua pernyataan diatas, hasil efisiensi enkapsulasi PGV-1 sesuai dengan pernyataan Agnihotri karena semakin tinggi konsentrasi kitosan menghasilkan efisiensi enkapsulasi yang lebih besar. Sedangkan hasil DOX tidak sesuai baik pada pernyataan Rahiemna maupun Agnihotri karena terjadi peningkatan efisiensi enkapsulasi dari kitosan 0,025% ke 0,05%, kemudian terjadi penurunan efisiensi enkapsulasi pada konsentrasi kitosan 0,1%. 3.3 Uji Pelepasan Obat Hasil perbandingan antara persentase obat doksorubisin dan PGV-1 yang terlepas dan waktu pelepasan pada tiap konsentrasi kitosan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 2. Pelepasan doksorubisin pada konsentrasi kitosan 0,025% dan 0,1% dapat terdeteksi sampai menit ke-15 dan 6 pada konsentrasi kitosan 0,05% dapat terdeteksi sampai menit ke-30. Pelepasan yang tidak terdeteksi diduga karena pembacaan absorbansi yang terlalu kecil sehingga kadar yang sebenarnya tidak terbaca. Persentase doksorubisin kumulatif yang terlepas pada kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% berturut-turut adalah 126,99% ± 2,59, 61,89% ± 1,88, dan 112,09% ± 1,47. Sedangkan pelepasan PGV-1 terdeteksi pada waktu 24 jam pada ketiga variasi konsentrasi kitosan. Persentase kumulatif PGV-1 terlepas pada konsentrasi kitosan 0,025% sebesar 16,46% ± 0,03, kitosan 0,05% sebesar 7,82% ± 0,02, dan kitosan 0,1% sebesar 4,71% ± 0,03. a b c Gambar 2. Profil pelepasan obat nanopartikel kombinasi doksorubisin ( ) dan PGV-1 ( ) dengan variasi konsentrasi kitosan a) 0,025%; b) 0,05%; dan c) 0,1% pada medium dapar fosfat pH 7,4 + 0,5% tween 80 7 Sisa nanopartikel pada masing-masing konsentrasi kitosan yang digunakan pada uji pelepasan kemudian di-freeze drying untuk menghitung jumlah obat yang tersisa seperti yang tertera pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4. Jumlah doksorubisin yang tersisa dalam nanopartikel hasil uji pelepasan nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1 dengan variasi konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% dalam medium dapar fosfat pH 7,4 + 0,5% tween 80 Konsentrasi Kitosan 0,025% 0,05% 0,1% Jumlah Obat Kumulatif (μg) 239,10 196,21 270,78 Jumlah Obat Sisa (μg) 53,04 143,75 48,51 Jumlah Obat Kumulatif + Sisa (μg) 292,14 339,96 319,29 Jumlah Obat Teoritis (μg) 189,40 317,50 241,56 Tabel 5. Jumlah PGV-1 yang tersisa dalam nanopartikel hasil uji pelepasan nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1 dengan variasi konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% dalam medium dapar fosfat pH 7,4 + 0,5% tween 80 Konsentrasi Kitosan 0,025% 0,05% 0,1% Jumlah Obat Kumulatif (μg) 22,00 16,48 11,84 Jumlah Obat Sisa (μg) 37,40 95,45 50,47 Jumlah Obat Kumulatif + Sisa (μg) 59,40 111,93 62,31 Jumlah Obat Teoritis (μg) 133,65 210,82 251,32 Pada doksorubisin dengan konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% didapatkan hasil penambahan jumlah obat kumulatif yang terlepas dengan jumlah obat sisa lebih besar daripada jumlah obat teoritis diduga akibat pengotor yaitu dapar fosfat yang terdapat pada sampel tidak diendapkan dan disaring dahulu sebelum dibaca, sehingga pembacaan kadar pada spektrofotometer UV menjadi bias. Hasil perolehan PGV-1 yang sangat kecil baik dari hasil uji efisiensi enkapsulasi maupun pelepasan diduga karena PGV-1 mempunyai kelarutan yang sangat rendah. PGV-1 mempunyai kelarutan sebesar 0,93 x 10-3 mM ± 0,00 pada suhu 42oC (Wikantyasning and Sukmawati, 2005). Kinetika pelepasan obat nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1 dianalisis menggunakan persamaan orde nol dan Higuchi karena memenuhi syarat model kinetika tersebut yaitu pada tipe pelepasan obat termodifikasi (modified release) dan matriks dengan obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air. Kinetika orde nol menunjukkan bahwa laju pelepasan obat yang konstan pada tiap waktu dan tidak dipengaruhi oleh konsentrasi obat. Sedangkan kinetika Higuchi menunjukkan bahwa laju pelepasan obat dipengaruhi oleh waktu (Dash et al., 2010). Pada Tabel 6 menunjukkan nilai konstanta dan R2 orde nol dan Higuchi nanopartikel DOX PGV-1 pada berbagai konsentrasi yang diplotkan pada grafik yang tertera pada Gambar 3. 8 Tabel 6. Perbandingan harga konstanta dan harga R2 pada model kinetika pelepasan orde nol dan Higuchi dalam nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1 dengan variasi konsentrasi kitosan 0,025%, 0,05%, dan 0,1% Doksorubisin Konsentrasi kitosan 0,025% 0,05% 0,1% Orde nol R2 0,8491± 0,0095 0,9085± 0,0075 0,9986± 0,0002 k0 (mg/ menit) 0,0158± 0,0003 0,0132± 0,0002 0,0271± 0,0003 PGV-1 Higuchi R2 0,9814± 0,0028 0,9729± 0,0033 0,9614± 0,0008 kH (mg/ menit1/2) 0,0651± 0,0012 0,0525± 0,0011 0,0817± 0,0010 a d b e c Orde nol R2 0,9855± 0,0000 0,9979± 0,0001 0,9762± 0,5699 k0 (mg/ menit) 0,0070± 0,0009 0,5586± 0,0014 0,0071± 0,0015 Higuchi R2 0,9546± 0,0005 0,9573± 0,0003 0,9285± 0,0005 kH (mg/ menit1/2) 0,0030± 0,0000 0,0024± 0,0000 0,0019± 0,0000 f Gambar 3. Grafik harga konstanta dan harga R2 menggunakan model kinetika; 1) orde nol (ko) dan 2) Higuchi (kH) pada doksorubisin ( ) dan PGV-1 ( ) dengan variasi konsentrasi kitosan 0,025% (a, d), 0,05% (b, e), dan 0,1% (c, f) 9 Nilai R2 orde nol pada konsentrasi 0,025%, 0,05%, dan 0,1% berturut turut sebesar 0,8491 ± 0,0095, 0,9085 ± 0,0075, dan 0,9986 ± 0,002 untuk doksorubisin serta 0,9855 ± 0,000, 0,9979 ± 0,0001, dan 0,9762 ± 0,5699 untuk PGV-1. Sedangkan nilai R2 Higuchi pada doksorubisin sebesar 0,9814 ± 0,0028, 0,9729 ± 0,0033, dan 0,9614 ± 0,0008 serta pada PGV-1 sebesar 0,9546 ± 0,0005, 0,9573 ± 0,0003, dan 0,9285 ± 0,0005. Nilai R2 mendekati 1 pada orde nol membuktikan bahwa pelepasan obat tidak tergantung dengan konsentrasi obat sisa, sedangkan pada Higuchi membuktikan bahwa pelepasan obat terjadi secara difusi terkontrol (Arora et al., 2011). Dari nilai konstanta masing-masing model, konsentrasi kitosan 0,1% mempunyai nilai konstanta paling besar sehingga memiliki laju pelepasan paling cepat kecuali pada obat PGV-1 model Higuchi dimana konstanta paling besar terdapat pada konsentrasi kitosan 0,025%. 4. PENUTUP Adanya variasi konsentrasi polimer kitosan (0,025 %b/v, 0,05 %b/v, dan 0,1 %b/v) pada pembuatan nanopartikel kombinasi doksorubisin dan PGV-1 mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap efisiensi enkapsulasi dan pelepasan obat. Hasil efisiensi enkapsulasi PGV-1 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi polimer maka efisiensi enkapsulasi semakin besar dan doksorubisin mempunyai nilai efisiensi enkapsulasi paling besar pada konsentrasi kitosan 0,05%. Hasil konstanta orde nol menunjukkan bahwa pada konsentrasi kitosan 0,05% memiliki konstanta orde nol paling kecil sehingga mempunyai laju pelepasan doksorubisin dan PGV-1 paling lambat. Hasil konstanta Higuchi menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi kitosan mengurangi konstanta Higuchi sehingga memperlambat laju pelepasan PGV-1 namun tidak pada doksorubisin. PERSANTUNAN Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan untuk penelitian skripsi dan penulisan artikel ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA Agnihotri S.A., Mallikarjuna N.N. and Aminabhavi T.M., 2004, Recent Advances on Chitosanbased Micro- and Nanoparticles in Drug Delivery, Journal of Controlled Release, 100 (1), 5– 28. Anggraeni S.N., 2017, Pengaruh Konsentrasi Matriks Kitosan Terhadap Karateristik Fisik dan Efisiensi Enkapsulasi Nanopartikel Kombinasi Doksorubisin-Pentagamavunon-1, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Arora G., Malik K., Singh I. and Arora S., 2011, Formulation and Evaluation of Controlled Release Matrix Mucoadhesive Tablets of Domperidone Using Salvia plebeian Gum, Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research, 2 (3), 163–169. Dash S., Murthy P.N., Nath L. and Chowdhury P., 2010, Kinetic Modeling on Drug Release from 10 Controlled Drug Delivery Systems., Acta Poloniae Pharmaceutica - Drug Researche Pharmaceutica, 67 (3), 217–23. Elgadir M.A., Uddin S., Ferdosh S., Adam A., Jalal A., Chowdhury K. and Islam Z., 2015, Impact of Chitosan Composites and Chitosan Nanoparticle Composites on Various Drug Delivery Systems: A Review, Journal of Food and Drug Analysis, 23, 619–629. Hermawan A., Fitriasari A., Junedi S., Ikawati M., Haryanti S., Widaryanti B., Da’i M. and Meiyanto E., 2011, PGV-0 and PGV-1 Increased Apoptosis Induction of Doxorubicin on MCF-7 Breast Cancer Cells, Pharmacon, 12 (2), 55–59. Javed K.R., Ahmad M., Ali S., Butt M.Z., Nafees M., Butt A.R., Nadeem M. and Shahid A., 2015, Comparison of Doxorubicin Anticancer Drug Loading on Different Metal Oxide Nanoparticles, Medicine, 94 (11), 1–6. Park J.M., Lee S.Y., Lee G.H., Chung E.Y., Chang K.M., Kwak B.K., Kuh H.-J. and Lee J., 2012, Design and Characterisation of Doxorubicin-releasing Chitosan Microspheres for Anti-cancer Chemoembolisation., Journal of Microencapsulation, 29 (7), 695–705. Rahiemna A.M., Megafitriah M., Ramadhani P., Mustikawaty A.A. and Martien R., 2011, Formulasi Nanopartikel Kitosan-PGV-0 Dengan Metode Ionik Gelasi, Jurnal Saintifika, 3 (2), 17–22. Rane Y.M., Mashru R.C., Sankalia M.G., Sutariya V.B. and Shah P.P., 2007, Investigations on Factors Affecting Chitosan for Dissolution Enhancement of Oxcarbazepine by Spray Dried Microcrystal Formulation With an Experimental, Drug Development and Industrial Pharmacy, 33, 1008–1023. Wikantyasning E.R. and Sukmawati A., 2005, Peningkatan Kelarutan Pentagamavunon-1 Melalui Pembentukan Kompleks Dengan Polivinilpirolidon, Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, 6 (2), 127–137. 11