BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran adalah cara yang digunakan perusahaan untuk menginformasikan, mempersuasi dan mengingatkan konsumen, baik cara langsung maupun tidak langsung mengenai produk dan merek yang mereka jual. Komunikasi pemasaran mewakili “suara” merek adalah cara yang digunakan untuk membangun dialog dan hubungan dengan konsumen. Komunikasi pemasaran kontribusi terhadap ekuitas merek dengan membangun merek dalam ingatan dan menciptakan citra merek yang mencakup enam komponen yaitu periklanan, promosi penjualan, event, public relations dan publisitas, pemasaran langsung, penjualan personal (Kottler & Keller, 2006 : 496). Kottler & Keller (2006: 497) mengemukakan bahwa aktivitas komunikasi pemasaran berkontribusi terhadap ekuitas merek dalam berbagai cara yaitu dengan menciptakan kesadaran merek (brand awareness), menghubungkan asosiasi yang benar kepada citra merek dalam ingatan konsumsi (brand image), menekan pada perasaan atau penilaian merek yang positif (brand responses) dan memfasilitasi hubungan yang lebih kuat antara konsumen dengan merek (brand relationship). 10 Dalam komunikasi pemasaran dikenal juga istilah promotion mix atau bauran promosi. Belch dan Michael (2007:15) menjabarkan elemen-elemen dari bauran promosi sebagai berikut. 1) Iklan (advertising) adalah bentuk komunikasi nonpersonal dari informasi yang tersusun dan terstruktur, yang biasanya dibayar dan secara alami bersifat persuasif tentang produk-produk perusahaan tertentu (barang, jasa, ide bisnis) melalui berbagai macam media. 2) Pemasaran langsung (direct marketing) didefinisikan sebagai upaya perusahaan atau organisasi untuk berkomunikasi secara langsung dengan calon konsumen sasaran dengan maksud untuk mengetahui tanggapan dan/atau menghasilkan transaksi penjualan. 3) Pemasaran interaktif (interactive/ internet marketing), merupakan bentuk baru dari pemasaran akibat dari perkembangan teknologi informasi salah satu diantaranya adalah kemunculan internet. Dengan adanya media interaktif seperti internet memungkinkan terjadinya arus informasi timbal balik yang memungkinkan pengguna dapat berpartisipasi dan memodifikasi bentuk dan isi informasi pada saat itu juga. 4) Promosi penjualan (sales promotion) secara umum didefinisikan sebagai keseluruhan aktifitas pemasaran yang memberikan nilai tambah atau insentif kepada tenaga penjualan, distributor maupun konsumen yang diharapkan mampu untuk meningkatkan penjualan. 5) Publisitas/hubungan masyarakat (publicity/public relations) publisitas mengacu kepada komunikasi nonpersonal mengenai perusahaan, barang, 11 jasa, atau jasa yang dibayar secara tidak langsung atau sebagai sponsor. Hubungan masyarakat diidentifikasikan sebagai fungsi manajemen dalam rangka mengevaluasi sikap masyarakat, mengidentifikasi kebijakankebijakan perusahaan terhadap ketertarikan masyarakat, serta menjalankan sebuah program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan dari masyarakat. 6) Penjualan perorangan (personal selling) merupakan bentuk komunikasi penjualan antara seorang penjual dengan calon pembelinya dimana penjual berupaya untuk membantu dan/atau membujuk calon pembeli untuk membeli barang atau jasa dari perusahaan atau menanggapi sebuah ide. Menurut Shimp dalam Nababan (2008:35), terdapat beberapa fungsi dari komunikasi pemasaran diantaranya. (1) Membangkitkan keinginan akan satu kategori produk (2) Menciptakan kesadaran akan merek (brand awareness) (3) Mendorong sikap positif terhadap produk dan mempengaruhi niat membeli (4) Memfasilitasi pembelian 2.1.2 Pengertian Periklanan Sebagai salah satu bagian dari komunikasi pemasaran periklanan memiliki peran yang penting dalam pemasaran sebuah produk. Periklanan merupakan salah satu dari empat alat utama yang digunakan oleh perusahaan untuk mengarahkan 12 komunikasi yang meyakinkan kepada sasaran pembeli dan publik. Periklanan menurut Basu dan Irawan yang dikutip dalam Heruwati (2010:35) adalah komunikasi non-individu dengan sejumlah biaya dengan berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta individu-individu. Periklanan memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah pasar perekonomian, sebagai pemberi informasi, mengajak, dan mengingatkan konsumen tentang produk dan jasa (Blackwell, et al, 2007:506). Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan melalui berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk menyetujui dan mengikuti (Pujianto, 2001:3). Menurut Setiadi (2003:253), definisi standar dari periklanan biasanya mengandung enam elemen diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar. 2. Dalam iklan terjadi proses identifikasi sponsor. 3. Upaya membujuk dan mempengaruhi konsumen. 4. Periklanan memerlukan elemen media massa merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada audiens sasaran. 5. Bersifat non-personal. 6. Audiens, kelompok konsumen yang akan dijadikan sasaran pesan. Pada akhirnya periklanan dapat dipandang sebagai kegiatan penawaran kepada suatu kelompok masyarakat baik secara lisan ataupun dengan penglihatan (berupa berita), tentang suatu produk, jasa, atau ide. Berita yang disampaikan tersebut dinamakan iklan atau advertising. 13 2.1.3 Tujuan Periklanan Tujuan periklanan yang utama adalah menjual atau meningkatkan penjualan barang, jasa, atau ide. Adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan terjadinya penjualan dengan segera meskipun banyak juga penjualan yang baru terjadi pada waktu mendatang. Dari segi lain periklanan yang riil adalah mengadakan komunikasi secara efektif. Dikutip dalam Heruwati (2010:35), tujuan lain dari periklanan menurut Basu dan Irawan adalah: 1. mendukung program personal selling dan kegiatan promosi lain. 2. mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjualan ataupun salesman dalam jangka waktu tertentu. 3. mengadakan hubungan dengan para penyalur, misal dengan mencantumkan nama dan alamatnya. 4. memasuki daerah pemasaran baru atau menarik pelanggan baru. 5. memperkenalkan produk baru. 6. menambah penjualan industri. 7. mencegah timbulnya barang-barang tiruan. 8. memperbaiki reputasi perusahaan dengan memberikan pelayanan umum melalui periklanan. Pemasaran bertujuan memberitahu serta memberi petunjuk kepada pembeli potensial dan untuk meningkatkan penjualan. Dalam periklanan diusahakan agar dapat menarik perhatian, minat, keinginan, keyakinan serta menimbulkan tindakan membeli dengan memanfaatkan media yang tersedia seperti televisi, radio, koran, majalah, dan lain sebagainya. 14 Maraknya tayangan iklan di media televisi ini menyebabkan kompetisi di antara merek produk yang diiklankan semakin tinggi. Maka di dalam pengolahan pesan diperlukan strategi kreatif agar dapat menimbulkan kesadarn khalayak atas suatu merek atau biasa yang dikenal dengan istilah brand awareness. Menurut Schultz dan Barners dalam Heruwati (2010:36) brand awareness merupakan bentuk paling sederhana dari pengetahuan akan suatu merek yang merupakan kesadaran konsumen akan suatu merek. 2.1.4 Sasaran Periklanan Dalam memasang iklan hendaknya tidak semata-mata mempertimbangkan yang akan menjadi sasarannya, tetapi juga perlu dipertimbangkan pihak-pihak yang mungkin berhubungan dengan iklan dan sasarannya. Menurut Sigit (Heruwati, 2010:37) iklan sebaiknya disusun dengan memperhatikan beberapa hal. 1. Para pembeli dan pemakai di waktu sekarang 2. Mereka yang memiliki potensi sebagai pembeli 3. Mereka yang memiliki kekuasaan memutuskan membeli 4. Mereka yang menjadi pembeli atau pemakai diwaktu yang akan datang 5. Mereka yang dapat dipengaruhi orang lain untuk membeli atau memakai 6. Pasar pedagang 7. Pasar pesaing 15 2.1.5 Fungsi Periklanan Investasi besar-besaran ini menunjukan bahwa banyak perusahaan yang memiliki keyakinan akan efektifitas periklanan. Secara umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi. Menurut Shimp (2003: 357) periklanan memiliki beberapa fungsi yaitu. a. Informing (memberi informasi) Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik konsumen tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan merek citra merek yang positif. b. Persuading (membujuk) Iklan yang efektif akan mampu membujuk pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. c. Reminding (mengingatkan) Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya. d. Adding value (memberi nilai tambah) Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih elegan, bergaya, bergengsi, dan lebih unggul dari tawaran pesaing. 16 e. Assisting (mendampingi) Peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. Sebagai contoh, periklanan mungkin digunakan sebagai alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi penjualan seperti kupon-kupon dan undian. Peran penting lain dari periklanan adalah membantu perwakilan penjualan. 2.1.6 Celebrity Endorser 2.1.6.1 Definisi Celebrity Endorser Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari pesan bintang iklan dalam mempromosikan sebuah merek produk, terutama bila iklan tersebut ditayangkan melalui media televisi. Penggunaan bintang iklan dalam sebuah iklan di televisi merupakan alternatif strategi yang tepat untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Selebriti yaitu pribadi (bintang film, penghibur, atau atlet) yang dikenal oleh masyarakat karena kemampuannya dalam bidang tertentu yang dapat mendukung produk yang diiklankan. Selebriti memiliki kekuatan untuk menghentikan (stopping power). Mereka dapat menarik perhatian atas pesan iklan ditengah banyaknya iklan lain (Belch & Michael, 2007:12). Selebriti dapat digunakan sebagai alat yang cepat untuk mewakili segmen pasar yang dibidik (Royan, 2005:12). 17 Endorser sering juga disebut sebagai direct source (sumber langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan sebuah pesan dan atau memperagakan sebuah produk atau jasa (Belch & Michael, 2007:168). Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih mewakili imej sebuah produk (product image). Menurut Hardiman dalam Heruwati (2010:39) biasanya dari kalangan tokoh masyarakat memiliki karakter menonjol dan daya tarik yang kuat. Maka keahlian yang dimiliki selebriti dengan merek produk yang diiklankan haruslah relevan (Jewler, 2005:10). 2.1.6.2 Peran Celebrity Endorser Schiffman dan Kanuk dalam Mahestu (2006: 65-74) menyebutkan beberapa peran selebriti sebagai model iklan yang bisa digunakan perusahaan dalam sebuah iklan. a. Testimonial, jika secara personal selebriti menggunakan produk tersebut maka pihak dia bisa memberikan kesaksian tentang kualitas maupun benefit dari produk atau merek yang diiklankan tersebut. b. Endorsement, ada kalanya selebriti diminta untuk membintangi iklan produk dimana dia secara pribadi tidak ahli dalam bidang tersebut. c. Actor, selebriti diminta untuk mempromosikan suatu produk atau merek tertentu terkait dengan peran yang sedang ia bintangi dalam suatu program tayangan tertentu. d. Spokeperson, selebriti yang mempromosikan produk, merek atau suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu masuk dalam kelompok peran 18 spoken person. Penampilan mereka akan diasosiasikan dengan merek atau produk yang mereka wakili. Penggunaan selebriti sebagai bintang iklan diyakini memiliki daya tarik tersendiri. Selain memiliki keuntungan publisitas dan kekuatan memperoleh perhatian dari konsumen, selebriti juga mempunyai kekuatan untuk dijadikan sebagai alat untuk membujuk, merayu, serta mempengaruhi konsumen sasaran, yaitu dengan ketenaran yang dimilikinya. Dengan memanfaatkan ketenaran tersebut diharapkan dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk yang diiklankannya. Penggunaan selebriti sebagai bintang iklan juga memiliki peranan yang penting dalam membentuk personaliti merek (brand personality) pada sebuah produk. Bagi perusahaan, personaliti merek ini sangatlah penting untuk membedakannya dengan merek lain. Personaliti yang demikian oleh selebriti harus disesuaikan dengan image produk yang diiklankan dan kemudian personaliti tersebut ditransfer kedalam merek produk yang diiklankan sehingga konsumen sadar akan keberadaan dari merek tersebut. Selain itu, diharapkan pula dengan dibentuknya personaliti merek pada sebuah produk dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja merek produk tersebut dipasarkan. 2.1.6.3 Kriteria Celebrity Endorser Di dalam memilih selebriti yang menjadi endorser diperlukan pertimbangan-pertimbangan dari pengiklan karena karakter endorser diakui sangat efektif dalam mengangkat citra produk dan brand awareness (Royan, 2005:23). 19 Menurut Ohanian (Royan, 2004:18) ada tiga faktor yang dimiliki oleh selebriti dalam menarik minat beli konsumen yaitu daya tarik (attractiveness), dapat dipercaya (trustworhiness), dan keahlian (expertise). a. Attractiveness Daya tarik meliputi keramahan, menyenangkan, fisik, dan pekerjaan sebagai beberapa dimensi penting dari konsep daya tarik. Ada dua hal penting dalam penggunaan selebriti jika dihubungkan dengan daya tarik, pertama adalah tingkat disukai penonton (likeability) dan yang kedua adalah tingkat kesamaan dengan kepribadian yang diinginkan oleh pengguna produk (similarity), dimana keduanya tidak dapat dipisahkan dan harus saling berdampingan. b. Trustworthiness Trustworthiness atau kepercayaan mengacu pada kejujuran, integritas dan dapat dipercayainya seorang pendukung. Seringkali seorang pendukung tertentu dianggap dapat sangat dipercaya padahal bukan orang yang ahli dibidangnya. Keadaan dipercayanya seorang pendukung tergantung pada persepsi khalayak akan motivasi dukungannya. Para pemasang iklan memanfaatkan nilai kepercayaan dengan memilih para pendukung yang secara luas dipandang jujur, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan. c. Expertise Keahlian mengacu pada pengetahuan, pengalaman, atau ketrampilan yang dimiliki seorang pendukung yang berhubungan dengan topik iklannya. 20 2.1.6.4 Evaluasi Penggunaan Selebriti dalam Iklan Di dalam aktivitas pemasaran, penggunaan selebriti dalam iklan sebaiknya dievaluasi. Rossiter dan Percy (Royan, 2004: 15) menyatakan salah satu alternatif untuk mengevaluasi selebriti dalam periklanan dengan menggunakan model VisCAP. VisCAP terdiri dari empat unsur yaitu Visibility, Credibility, Attraction dan Power. Model VisCAP ini diharapkan dapat mempermudah pemasar melakukan evaluasi terhadap kelayakan selebriti dalam mengiklankan produk. Melalui VisCAP ini dapat diketahui layak tidaknya selebriti mengiklankan terus menerus suatu produk, dan jika nilainya tinggi maka selebriti akan terus digunakan. Sebaliknya jika nilainya rendah, tentunya pemasar harus mencari selebriti lain sebelum merek produk menjadi hancur mengikuti kehancuran popularitas sang artis. Keempat unsur dari model VisCAP dijelaskan sebagai berikut: a. Visibility Visibility memiliki dimensi seberapa jauh popularitas selebriti. Apabila dihubungkan dengan popularitas maka visibility banyak berguna apabila communication objective adalah brand awareness. b. Credibility Kredibilitas sang bintang lebih banyak berhubungan dengan dua hal, yaitu keahlian dan objektivitas. Keahlian bersangkut paut pada pengetahuan selebriti tentang produk yang diiklankan dan objektivitas lebih merujuk pada kemampuan selebriti untuk memberi keyakinan atau percaya diri pada konsumen suatu produk. Kredibilitas akan sesuai apabila komunikasi 21 objektif adalah sikap terhadap merek, dimana sikap terhadap merek itu sendiri berarti kemampuan merek dalam menciptakan motivasi dan emosi yang sesuai dengan keuntungan merek. c. Attraction Menitikberatkan pada daya tarik sang bintang yang menyangkut dua hal penting yaitu tingkat disukai (likeability) dan tingkat kesamaan dengan kepribadian yang diinginkan pengguna produk (similarity) dimana keduanya tidak dapat dipisahkan dan harus saling berdampingan. Salah satu jalan agar memiliki kesamaan dengan kepribadian yang diinginkan oleh target pengguna merek, setidaknya selebriti harus mencerminkan personality dari merek yang dibangunnya melalui iklan. Pencitraan seorang selebriti harus sama dengan pencitraan produk yang akan didukungnya. d. Power Power adalah kemampuan selebriti dalam menarik konsumen untuk membeli. Unsur terakhir ini menginformasikan bahwa selebriti yang digunakan dalam iklan harus memiliki kekuatan untuk memerintahkan target audience untuk membeli. Dalam mengevaluasi selebriti yang akan digunakan sebagai endorser Miciak & Shanklim dalam Heruwati (2010:41) mengemukakan konsep FRED Familiarity, Relevance, Esteem, Differentiation yaitu. 22 a. Familiarity Merupakan komponen pertama yang penting dalam celebrity endorser, artinya khalayak sasaran harus mengenal pada sosok sang artis dan melihatnya sebagai pribadi yang tulus, menyenangkan, dan bisa dipercaya. b. Relevance Artinya terdapat hubungan yang berarti (kecocokan) antara pencitraan merek yang diiklankan dan selebriti, serta antara selebriti dengan pasar sasaran. Pengiklan seringkali mencocokan image produk, karakteristik pasar sasaran dan personalitas dari celebrity endorser. c. Esteem Artinya terdapat respek dan kepercayaan yang tinggi dari konsumen terhadap selebriti. d. Differentiation Artinya konsumen melihat endorser sebagai pribadi yang unik, berbeda dan eksklusif atas produk yang dimilikinya. Ini merupakan sebuah kontribusi besar bagi efektifitas seorang endorser. 2.1.7 Periklanan dan Celebrity Endorser Selebriti, terutamanya bintang film, aktor televisi, enterteiners, dan atlet olahraga, merupakan aset yang sangat berharga untuk kampanye pemasaran dan periklanan. Selebriti tersebut mampu menarik perhatian konsumen, menciptakan kesadaran terhadap produk maupun merek serta mampu berkomunikasi secara 23 efektif dengan konsumen yang mengagumi mereka atau yang terinspirasi oleh selebriti tersebut (Blackwell et al, 2007:382). Maka dari itu selebriti merupakan salah satu elemen penting dalam kampanye periklanan dan pemasaran karena mampu menjadi daya tarik bagi konsumen yang menjadi target pasar sebuah produk. Konsumen akan tertarik terhadap produk yang diiklankan oleh selebriti tertentu yang memiliki kredibilitas, daya tarik dan tingkat kepercayaan yang tinggi dari konsumen. Disamping itu untuk menciptakan kesadaran terhadap merek biasanya selebriti yang menjadi bintang iklan sebuah produk memberikan testimonial atau pendapat mereka tentang keunggulan dan pengalaman mereka berkaitan dengan produk yang mereka iklankan (Blackwell et al, 2007:382). 2.1.8 Pengertian Niat Beli Niat beli oleh Ajzen dan Fishbein (2001) digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut. Menurut Assael (1995:135) niat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap obyek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian. Beberapa pengertian dari niat beli (Setiawan dan Anton, 2004) adalah sebagai berikut: a. niat beli juga mengindikasikan seberapa jauh orang mempunyai kemauan untuk membeli. b. niat beli menunjukkan pengukuran kehendak seseorang dalam membeli. c. niat beli berhubungan dengan perilaku membeli yang terus menerus. 24 Rossiter dan Percy dalam Nababan (2008:20) mengemukakan bahwa minat beli merupakan instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemrakarsa), merekomendasikan (influencer), memilih, dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:49) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan atau tidak. 2.1.9 Sikap Konsumen dan Norma Subyektif Sebagai konsumen, setiap orang memiliki sikap terhadap sejumlah obyek seperti produk, jasa orang peristiwa, iklan, toko, merek, dan sebagainya. Baik buruknya sikap konsumen terhadap suatu produk atau jasa akan berpengaruh pada perilaku pembelianya. 2.1.9.1 Definisi Sikap Sikap merupakan suatu ekspresi perasaan seseorang yang merefleksikan kesukaan atau ketidak sukaanya terhadap suatu obyek (Suprapti, 2010: 135). Definisi sikap yang paling sering digunakan adalah yang dikemukakan oleh 25 Gordon Allport, seperti dikutip oleh Assael dalam Suprapti (2010:135) sebagai berikut: “Sikap adalah predisposisi yang dipelajari untuk merespon suatu obyek atau sekelompok obyek dalam suatu acara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten”. 2.1.9.2 Sifat dan Fungsi Sikap Suprapti (2010:136) mengemukakan beberapa sifat sikap yaitu: a. sikap adalah predisposisi yang dipelajari b. sikap memiliki konsistensi c. sikap terjadi di dalam sebuah situasi Selain memiliki sifat, sikap juga memiliki beberapa fungsi. Memahami beberapa fungsi sikap berarti memahami bagaimana sikap itu menyampaikan sesuatu tentang seseorang. Assael dalam Suprapti (2010: 137) menyebutkan beberapa fungsi sikap yaitu: a. Fungsi utilitas, sikap berfungsi untuk memandu konsumen dalam mencapai manfaat yang diinginkanya atas sebuah produk. b. Fungsi ekspresi nilai, sikap dapat mengekspresikan citra diri dan sistem nilai konsumen khususnya bagi produk-produk dengan keterlibatan tinggi. c. Fungsi pertahanan ego, sikap berfungsi melindungi ego dari kecemasan dan ancaman. d. Fungsi pengetahuan, sikap membantu konsumen mengorganisir informasi massal yang dipapar keadaannya setiap hari. 26 2.1.9.3 Norma Subyektif. Untuk memahami niat beli konsumen, seseorang perlu mengukur normanorma subyektif yang mempengaruhi niatnya untuk bertindak. Suprapti (2010: 147) menyatakan bahwa norma subyektif dapat diukur secara langsung dengan menilai perasaan konsumen tentang seberapa relevan orang lain yang menjadi panutannya, seperti keluarga, teman sekelas, teman sekerja, ahli, atau selebriti pendamping (celebrity endorser), akan menyetujui atau tidak menyetujui tindakan tertentu yang dilakukannya. 2.1.10 Hubungan Antara Niat Beli dan Perilaku Dalam Suprapti (2010:148) niat membeli dapat digunakan untuk memprediksi perilaku yang akan datang. Artinya bahwa bila kunsumen menunjukkan niat membeli yang tinggi, dapat diduga bahwa ia akan melakukan pembelian aktual. Karena itu pemasar berkepentingan untuk mengidentifikasi niat beli konsumen. Disamping itu ada pula beberapa faktor yang bisa menyebabkan hubungan antara niat dan perilaku menjadi rendah atau bahkan tidak pasti sehingga para pemasar sebaiknya memastikan hubungan antara niat membeli dan perilaku berikutnya bila niat membeli dianggap sebagai ukuran yang valid tentang kecenderungan untuk bertindak. Kondisi makro ekonomi seperti krisis energi, suku bunga yang tinggi menyebabkan nilai uang makin menurun, dan kondisi makro lainnya bisa menyebabkan hubungan niat dan perilaku tidak sekuat sebelumnya. 27 2.1.11 Model Keputusan Pembelian Proses keputusan pembelian menurut Kotler (Suwandi, 2007: 1) terdiri dari lima tahapan, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan paska pembelian. Berikut adalah tahapan dalam pengambilan keputusan pembelian dan paska pembelian oleh konsumen. 1. Input Faktor-faktor dari luar yang terdiri dari bauran pemasaran dan faktor sosial. Bauran pemasaran untuk menjangkau, memberi informasi dan mendorong keputusan pembelian konsumen. Faktor sosial budaya meliputi keluarga, sumber informal, sumber non komersial, kelas sosial dan sub budaya memberikan pengaruh bagaimana konsumen melakukan evaluasi dalam menerima atau menolak produk atau perusahaan. 2. Proses Proses keputusan pembelian dipengaruhi unsur psikologis yang menentukan tipe pembelian yang mereka buat meliputi motivasi, persepsi, belajar, kepribadian dan sikap. a. Adanya kebutuhan Kesenjangan antara kebutuhan faktual dengan keadaan yang diinginkan konsumen. Kebutuhan ini dapat dirasakan baik melalui rangsangan dari luar maupun dari dalam diri konsumen seperti lapar dan haus. 28 b. Pencarian informasi sebelum pembelian Informasi dibutuhkan sebagai alat pertimbangan dari berbagai alternatif yang ada. Informasi tersebut dikumpulkan dalam jumlah lebih dari satu yang dapat mempunyai kesamaan, melengkapinya bahkan berbeda dalam keberadaannya. Persamaan informasi mendukung daya kepercayaan dimana perbedaan memberikan alasan untuk evaluasi kesesuaian dengan kebutuhan maupun keinginan konsumen. c. Evaluasi alternatif Perbandingan dari berbagai alternatif yang tersedia sehingga diperoleh pilihan terbaik. 3. Output Perilaku setelah pengambilan keputusan yang terdiri dari perilaku pembelian dan evaluasi setelah pembelian. a. Pembelian Terdapat dua jenis pembelian yaitu pembelian coba-coba dan pembelian ulang. Pembelian coba-coba merupakan awal dari konsumen melakukan hubungan dengan produk atau organisasi sedangkan pembelian ulang merupakan pembelian yang terjadi setelah konsumen mempunyai pengalaman dengan produk. 29 b. Evaluasi setelah pembelian Penilaian terhadap pembelian yang telah dilakukan dari terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan harapan. Penilaian ini menimbulkan rasa puas atau tidak puas konsumen. Gambar 2.1 memperlihatkan tahapan pengambilan keputusan oleh konsumen dan perilaku konsumen paska pembelian. 30 Model Sederhana Konsumen Pengaruh Eksternal INPUT Gambar 2.1 Pengambilan Bauran Pemasaran: a. Produk b. Promosi c. Harga d. Saluran distribusi Keputusan Pembelian Lingkungan Sosial-Budaya: a. Kelurga b. Kelas sosial c. Sumber informasi d. Sumber non komersial e. Sub budaya dan budaya Pembuatan Keputusan OUTPUT Kebutuhan Unsur Psikologis: a. Motivasi b. Persepsi c. Kepribadian d. Belajar e. Sikap Pencarian Informasi Pengalaman Evaluasi Alternatif PROCESS Perilaku Setelah Keputusan Pembelian: a. Pembelian coba-coba b. Pembelian ulang Evaluasi setelah pembelian Sumber: Schiffman & Kanuk (2007:443) 31 Menurut Schiffman & Kanuk (2007:446) dalam mengevaluasi alternatif pilihan yang potensial, konsumen biasanya menggunakan dua jenis informasi, diantaranya. 1. Daftar merek yang akan mereka pilih (evoked set). Merupakan merek tertentu yang diperhitungkan konsumen dalam membuat keputusan pembelian pada kategori produk yang sama. 2. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi merek. Kriteria yang digunakan konsumen untuk mengevaluasi merek yang termasuk dalam evoked set mereka biasanya adalah atribut produk yang terpenting yang dimiliki oleh merek tersebut. 2.2 Penelitian Sebelumnya Penelitian yang berkaitan dengan selebriti pendukung (celebrity endorser) dilakukan oleh Rosmayanti (2005) dengan judul “Pengaruh Marketing Endorser Tamara Bleszinsky terhadap Keputusan Pembelian Lux pada Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara”. Kesimpulan yang diperoleh adalah variabel terikat attractiveness, expertise, dan trustworthiness secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Lux pada mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian sabun Lux pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah variabel trustworthiness. 32 Nababan (2008) dalam penelitiannya mengenai pembelian ulang sebuah produk mie instan, menyatakan bahwa variabel kepercayaan (trustworthiness) terhadap seorang bintang iklan sangat mempengaruhi niat pembelian ulang produk disamping variabel daya tarik dan kredibilitas. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penelitian mengenai celebrity endorser juga dilakukan oleh Heruwati (2010) yang meneliti tentang pengaruh daya tarik, kredibilitas dan keahlian celebrity endorser terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio. Penelitian yang dilakukan terhadap konsumen sebuah dealer motor di kota Semarang, mengemukakan bahwa variabel daya tarik, kredibilitas, dan keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio di kota Semarang. Arina (2007) juga melakukan penelitian yang berhubungan dengan selebriti pendukung dengan judul “Pengaruh Selebriti Pendukung (Celebrity Endorser) Luna Maya dalam Periklanan Sabun Lux terhadap Pembentukan Brand Image pada Mahasiswa S-1 Ekstensi Manajemen Universitas Sumatera Utara”. Kesimpulan yang diperoleh adalah variabel independen visibility, credibility, power secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan brand image pada mahasiswa ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Variabel yang paling dominan berpengaruh adalah attractiveness yaitu daya tarik sang bintang, personality, dan tingkat kesukaan masyarakat. 33 Penelitian terkait lainnya dilakukan oleh Lucas dan Diana (2005) University of Melbourne, Parkville, Australia. Dalam jurnal yang berjudul The Equity Effect of Product Endorsment by Celebrities (A conceptual framework from a co-branding perspective) menyatakan bahwa daya tarik dan kredibilitas selebritis tidak hanya berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan niat beli konsumen tetapi juga memiliki hubungan positif terhadap brand image, dimana brand image juga memiliki korelasi yang positif terhadap brand equity. Pada penelitian ini juga dinyatakan bahwa brand image memiliki hubungan yang positif terhadap pencitraan terhadap selebritis tersebut (image celebrity), pada dasarnya celebrity image memiliki korelasi yang positif terhadap ekuitas selebriti tersebut, citra merek memiliki pengaruh yang tidak langsung dan positif terhadap ekuitas selebriti. Sehingga keberadaan selebriti sebagai endorser atau bintang iklan sangat penting untuk meningkatkan ekuitas merek yang kemudian dapat mempengaruhi niat beli konsumen terhadap produk tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bergstrom dan Rikard (2004) mengenai penggunaan bintang iklan pada perusahaan J.Linberg mengemukakan bahwa perusahaan tersebut memilih menggunakan selebriti endorser berdasarkan fakta bahwa penggunaan selebritis dapat meningkatkan atau menarik perhatian konsumen atas pakaian dan merek mereka. Selebritis lebih sering diekspose di media (TV, majalah, koran, dsb) daripada model-model yang kurang terkenal. Lebih lanjut dalam penelitian ini, perusahaan menggunakan selebriti endorser tergantung dari banyak sebab, diantaranya adalah kedekatan artis dengan J.Linberg atau intuisinya sendiri. 34 Sebayang dan Siahaan (2008), juga melakukan penelitian terhadap pengaruh celebrity endorser terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Yamaha Mio. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh celebrity endorser yang terdiri dari faktor daya tarik (attractiveness) dan kredibilitas (credibility) yang dimiliki oleh selebriti terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Yamaha Mio pada anggota Mio Automatic Club (MAC) Medan. Variabel celebrity endorser yang paling mempengaruhi keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio pada Mio Automatic Club (MAC) Medan adalah variabel kredibilitas (Credibility). Amos (2008) melakukan penelitian mengenai hubungan antara bintang iklan dengan keefektivan sebuah iklan. Diketahui bahwa kredibilitas seorang bintang iklan terdiri dari kepercayaan terhadap bintang iklan, keahlian, dan penampilan menarik yang dimiliki oleh bintang iklan. Hal tersebut akan mempengaruhi intensitas pembelian, sikap merek (brand attitudes) dan tanggapan konsumen atas iklan produk yang dibintangi. Disamping itu informasi negatif tentang artis yang akan sangat merugikan perusahaan yang menggunakan artis tersebut sebagai bintang iklan produknya. Dalam penelitiannya, Bekk dan Sporrle (2010) menemukan ada hubungan positif antara persepsi terhadap kepribadian bintang iklan dengan aspek kredibilitas dan daya tarik bintang iklan. Persepsi kepribadian berhubungan dengan kepercayaan yang merupakan komponen utama dari kredibilitas bintang iklan. Begitu pula dengan kesenangan terhadap bintang iklan sebagai aspek penting dalam daya tarik seorang bintang iklan. Seluruh aspek tersebut tentunya 35 akan membantu meningkatkan niat beli konsumen atas produk yang diiklankan oleh artis tersebut. 2.3 Model Penelitian dan Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan studi-studi pendahulu yang relevan, dapat dirumuskan model penelitian sebagai berikut. Gambar 2.2 Hubungan Daya Tarik, Keahlian, dan Kepercayan kepada Celebrity Endorser Dengan Niat Beli Konsumen Produk Krim Pencerah Kulit Wajah L’Oreal White Perfect Day Cream Daya tarik (X1) Keahlian (X2) Niat Beli (Y) Kepercayaan (X3) Sumber: Teori dan hasil penelitian sebelumnya Berdasarkan teori dan penelitian sbelumnya, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. 1. Daya tarik Celebrity Endorser produk krim pencerah kulit wajah L’Oréal White Perfect Day Cream memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan niat beli konsumen di Kota Denpasar. 2. Keahlian Celebrity Endorser produk krim pencerah kulit wajah L’Oréal White Perfect Day Cream memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan niat beli konsumen di Kota Denpasar. 36 3. Kepercayaan kepada Celebrity Endorser produk krim pencerah kulit wajah L’Oréal White Perfect Day Cream memiliki hubungan positif dan signifikan dengan niat beli konsumen di Kota Denpasar. 37