BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Marketing Istilah pemasaran berasal dari bahasa Inggris dikenal dengan nama marketing. Secara harafiah, dalam bahasa Indonesia, marketing diartikan sebagai pemasaran. Asal kata pemasaran adalah pasar, yang dipasarkan disiniadalah barang dan jasa. Memasarkan barang tidak hanya berarti menawarkan barang atau menjual saja, tetapi lebih luas dari itu dan menyangkut berbagai macam aspek berkaitan yang luas. Menurut Ali Hasan (2008: 1) pemasaran (marketing) merupakan sebuah konsep ilmu dalam strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi stakeholder (konsumen, karyawan, pemegang saham). Sebagai ilmu, marketing merupakan ilmu pengetahuan yang obyektif, yang diperoleh dengan penggunaan instrumen-instrumen tertentu untuk mengukur kinerja dari aktivitas bisnis dalam membentuk, mengembangkan, mengarahkan pertukaran yang saling menguntungkan dalam jangka panjang antara produsen dan konsumen atau pemakai. Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 5) mengemukakan bahwa “Marketing must be understood not in the old sense of making a sale, telling and selling, but in the new sense of satisfying customer needs. If the marketer understands consumer needs; develops products and services that provide superior customer value; and prices, distributes and promotes them effectively, these products will sold easily.” Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler dan Keller (2009: 6) mengemukakan definisi formal pemasaran yaitu satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan kepada konsumen dan mengelola hubungan konsumen dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnnya. Menurut Kotler dan Amstrong (2010: 29) pemasaran adalah suatu proses yang dilakukan perusahaan menciptakan nilai bagi konsumen dan terbinanya hubungan baik dengan konsumen dalam mencapai tujuan mendapatkan kembali nilai dari mereka. 5 6 Menurut David (2011: 135) pemasaran dapat digambarkan sebagi proses dari pendefinisian, pengantisipasian, pembuatan dan pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen untuk produk dan jasa. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pemasaran adalah serangkaian kegiatan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen dimana perusahaan membuat rencara dengan menentukan harga dan promosi yang diorientasikan pada konsumen serta memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen dilihat dari jasa yang diharapkan agar dapat meningkatan kepuasan konsumen. 2.2. Website Satisfaction Menurut Oliver yang di kutip dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al. (2008), mendefinisikan kepuasan situs seperti persepsi menyenangkan yang dialami pelanggan dalam proses pemenuhan kebutuhan melalui pengalaman situs. Kepuasan pelanggan ada dua jenis; kepuasan layanan spesifik dan kepuasan pelanggan secara keseluruhan. Kepuasan layanan spesifik adalah transaksi yang spesifik dalam kurun waktu yang relatif singkat, sedangkan kepuasan pelanggan secara keseluruhan adalah efek kumulatif dari serangkaian pertemuan atau transaksi layanan dengan penyedia layanan selamaa periode waktu seperti di kutip dari Bitner dan Hubbert, dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al. (2008). Pertemuan dari definisi yang spesifik sesuai konteks penelitian ini, dapat membangun kepuasan. Karena penyedia layanan membangun fokus kepuasan situs selama kunjungan awal. 2.2.1. Dampak Website Satisfaction Dimensi perilaku yang umum di pelajari di literatur adalah pembelian atau niat pembelian ulang atau pembelian aktual atau perilaku membeli ulang, kecenderungan untuk memberikan Word-of-Mouth (WOM) , toleransi harga, dan kecenderungan untuk melakukan pembelian tambahan dari dana sumber yang sama seperti ditulis oleh Boulding et al, dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008). Penelitian ini berfokus pada niat pembelian sebagai variabel utama. Selama kunjungan awal ke situs web, tantangan terbesar yang dihadapi penyedia layanan untuk mengkonversi pengunjung menjadi sebuah buyer. Dan juga, pembelian secara langsung mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas perusahaan. 7 Penelitian sebelumnya pada hubungan antara kepuasan web dan hasil perilaku dan sikap selanjutnya telah menemukan bahwa kepuasan secara keseluruhan dengan layanan online spesifik menyebabkan adanya pengaruh pada loyalitas pelanggan terhadap penyedia layanan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Anderson dan Srinivasan pada tahun 2003. Selanjutnya, Yen dan Gwinner (2003) menemukan bahwa kepuasan keseluruhan dengan teknologi self-service internet memiliki dampak positif pada niat perilaku, khususnya pada kesediaan untuk terus membeli dari penyedia layanan yang sama. Shankar et al, Di kutip dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008), menemukan bahwa kepuasan secara keseluruhan dengan secara spesifik pada layanan online, yang mencerminkan sikap positif disposisi, menyebabkan timbulnya pengaruh pada loyalitas terhadap penyedia layanan. Niat pembelian adalah kunci dimensi loyalitas, dan karena itu, kemungkinan bahwa kepuasan dengan situs web akan meningkatkan kemungkinan pembelian. 2.2.2. Dimensi Website Satisfaction Karakteristik pelanggan atau kepribadian sering ditemukan dalam efek moderasi pada perilaku pelanggan seperti di tulis oleh Dabholkar dan Bagozzi, dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008). Penelitian ini memfokuskan pada beberapa efek langsung dari karakteristik kepribadian, serta pada interaksi antara karakteristik kepribadian dan kepuasan situs. Oleh karena itu, minat dalam penelitian ini sebagian besar pada efek yang timbul atas niat pembelian. Selanjutnya, dimensi-dimensi dari website satisfaction menurut Chatura Ranaweera et. al. (2008) adalah sebagai berikut: 1. Trust Disposition Kepercayaan disposisi. Kepercayaan disposisi dapat dibagi menjadi dua komponen, secara masing-masing dan secara spesifik. Komponen individu merupakan komponen sikap atau afektif yang mencerminkan gambaran menyeluruh dari dunia, sedangkan komponen yang lebih spesifik lebih mengarah pada kontekstual dan kognitif. Upaya besar telah difokuskan dalam memahami peran konteks kepercayaan tertentu, berlabel kepercayaan online seperti ditulis oleh Shankar et al, dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008). Namun, sedikit perhatian telah diberikan dalam literatur online untuk 8 meningkatkan kepercayaan individu, yang dapat memiliki dampak yang kuat pada situasi di mana konsumen tidak memiliki pengalaman sebelumnya (Grabner - Krauter dan Kaluscha, 2003). Hal ini juga membangun, yang dapat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk mempercayai orang lain seperti ditulis oleh Mayer et al, dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008), didasarkan pada pengakuan bahwa orang mengembangkan harapan umum tentang kepercayaan pada orang lain selama hidup mereka. Alasan utama untuk kekhawatiran konsumen terhadap pembelian online adalah kurangnya interaksi tatap muka, seringkali dengan layanan yang tidak diketahui penyedianya. Dalam pengaturan ini, kemampuan pelanggan untuk percaya pada penyedia jasa prospektif, ditangkap oleh kepercayaan disposisional, bisa memiliki dampak positif pada perilaku berikutnya. Namun, Ring dan Van de Ven dikutip dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008), mengemukakan bahwa tingkat kepercayaan yang tinggi pada disposisi tidak berarti blind faith, yang berarti bahwa konsumen tidak mungkin memiliki niat positif terhadap sebuah situs web karena disposisi kepercayaan mereka sendiri, dan akan mencari isyarat lain untuk menjaga diri. Oleh karena itu, sisi positif disposisi kepercayaan tidak mungkin memiliki efek langsung yang signifikan terhadap hasil perilaku yang positif. Namun, selama kunjungan awal, kemungkinan pelanggan untuk menggunakan situs web sebagai sumber utama sebagai isyarat "perlindungan". Membuat pelanggan puas dengan situs web, dan kepercayaan disposisi yang tinggi cenderung meningkatkan kemungkinan pembelian, dan menunjukkan efek positif yang kuat. 2. Risk Aversion Risk aversion, atau pengalihan resiko berbicara tentang sejauh mana orang merasa terancam oleh situasi yang ambigu seperti ditulis oleh Hofestede dan Bond dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008), dikenal memiliki dampak yang berbeda terhadap keputusan dalam membuat konteks. Meskipun penelitian sebelumnya telah menyoroti kebutuhan untuk mempelajari risk aversion (Bao et al., 2003), sangat sedikit yang diketahui tentang perannya perilaku pembelian online. Cho (2006) meneliti penghindaran risiko sebagai variabel kontrol dalam satu jalur model penelitian mereka, tetapi tidak mendalami dampaknya pada hasil perilaku. Namun, studi oleh Keaveney dan Parthasarathy yang terdapat pada 9 jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008), adalah pengecualian. pelanggan beralih ke penyedia layanan baru sebagai pengganti dengan setting pembelian baru, dan hipotesis bahwa pengambil risiko lebih cenderung untuk beralih pada penyedia layanan berbeda daripada yang sama. Alasan pelanggan adalah bahwa karena tingkat stimulasi optimum dari individu adalah positif, terkait dengan perilaku mengambil risiko dan switching perilaku. Dua prilaku tersebut harus juga berkorelasi positif. Berdasarkan alasan ini, pelanggan menghindari risiko yang kurang memungkinkan untuk membeli. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Keaveney dan Parthasarathy (2001) menemukan hipotesis negatif pada efek langsung dari risk aversion, mereka secara empiris menemukan efek sebaliknya. Konsumen lebih menghindari pembelian bila ditemukan resiko lebih, maka pelanggan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk beralih ke penyedia yang lain. mereka menemukan hasil membingungkan ini, dan menyarankan penelitian lebih lanjut. Keaveney dan Parthasarathy tetap menyarankan agar pelanggan mau menanggung risiko keputusan untuk meningkatkan pencarian informasi, yang menyebabkan lebih banyak keputusan, sehingga pelanggan akan merasa lebih nyaman. Shimp dan Bearden, dikutip dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008), telah juga mencatat pentingnya informasi bagi konsumen yang mau mengambil resiko. Mereka menemukan bahwa pelanggan sangat mencari pengalihan resiko untuk informasi lebih lanjut selama situasi pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa keengganan mengambil risiko tidak mungkin untuk menghambat pembelian di hadapan informasi yang memadai. Di mana mereka menemukan informasi di berbagai situs web sudah mencukupi dan akibatnya, meningkatkan kepuasan pada situs web. Konsumen menghindari risiko lebih, mungkin sebenarnya karena lebih bersedia untuk membeli, mengetahui bahwa mereka berada dalam posisi untuk membuat lebih banyak keputusan. Gagasan bahwa keengganan mengambil risiko dapat bertindak dalam kombinasi dengan kepuasan situs web menunjukkan bahwa efek penghindaran risiko cenderung menjadi interaktif, efek yang tersirat, namun tidak diuji dalam penelitian Keaveney dan Parthasarathy (2001). Hasil tersebut akan konsisten dengan temuan empiris mereka yang sebelumnya bekerja sama dengan Shimp dan Bearden. 10 3. Technology Readiness Kesiapan teknologi. Konsep kesiapan teknologi yang dikembangkan oleh Parasuraman yang dikutip dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008) berfokus pada memprediksi kecenderungan konsumen terhadap penggunaan teknologi baru. Hal ini dapat dilihat sebagai suatu keseluruhan keadaan pikiran dimana sesuatu yang dihasilkan dari mental dan inhibitor yang secara kolektif menentukan disposisi seseorang untuk menggunakan teknologi baru. Kesiapan teknologi membangun sesuatu yang dikonseptualisasikan sebagai multi-dimensi, yang terdiri dari optimisme, inovasi, ketidaknyamanan, dan dampak ketidakamanan. Kesiapan teknologi pada niat pembelian dan WOM dalam konteks membeli online telah menerima perhatian terbatas dalam literatur. Konstruksi serupa yang digunakan dalam penelitian empiris meliputi pencarian Dabholkar dan Bagozzi, dan kecemasan teknologi oleh Meuter et al, dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008), dalam pengaturan teknologi self-service. Beberapa tumpang tindih konseptual di antara konstruksi membantu dalam mengembangkan hipotesis yang berkaitan dengan kesiapan teknologi. Sementara teknologi self-service mungkin berbeda dari konteks membeli secara online, juga mirip dengan sejauh mana hal ini ditandai dengan antarmuka teknologi oleh pengguna, dimulainya proses pembelian tanpa interaksi dengan tenaga pelayanan. Menurut Meuter et al, dikutip dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008), meneliti kecemasan teknologi yang mencerminkan sikap negatif pengguna terhadap teknologi dan menggunakan teknologi self-service. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang dengan kesadaran teknologi yang rendah akan merasa lebih puas, dan juga cenderung menampilkan perilaku loyalitas. Hal ini menunjukkan bahwa kesiapan teknologi mungkin memiliki dampak positif pada perilaku hasil pada umumnya. Fondasi konseptual untuk membangun kesiapan teknologi terletak pada penelitian oleh Rogers, yang dikutip dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008), di adopsi oleh pelanggan yang siap lebih dan bersedia untuk mengadopsi teknologi baru dan inovasi baru. Berdasarkan pandangan ini, teknologi yang lebih siap, membuat konsumen cenderung telah menjadi orang pertama yang mengadopsi internet sebagai media untuk perdagangan. 11 Konsumen tersebut juga kemungkinan akan terus melakukan pembelian secara online lebih dari teknologi dari segmen yang kurang siap. Sehingga menunjukkan langsung efek positif kesiapan teknologi pada niat pembelian. Meuter et al, seperti yang dikutip dalam jurnal Chatura Ranaweera et, al (2008), juga menemukan bahwa, untuk suatu tingkat kepuasan, pelanggan yang menampilkan kecemasan teknologi rendah (mirip dengan kesiapan teknologi tinggi) lebih cenderung untuk menggunakan teknologi self-service lagi. Oleh karena itu, untuk tingkat kepuasan, kesiapan teknologi cenderung meningkatkan baik kecenderungan untuk membeli kembali serta niat awal pembelian. Oleh karena itu, efek gabungan dari kesiapan teknologi dan kepuasan situs web terhadap niat pembelian kemungkinan menjadi salah satu pengaruh positif. 2.3. Internet Experience Beberapa akademisi dan praktisi telah mengidentifikasi "pengalaman belanja online" atau "e-Pengalaman" sebagai e-commerce pemasaran yang penting. Tamimi, et al, seperti yang di kutip dari jurnal Efthymios Constantinides (2008) mendefinisikan secara online, pengalaman belanja sebagai proses empat tahap menjelaskan bahwa, langkah-langkah berturut dalam transaksi online. Menimbang bahwa pelanggan online bukan hanya pembelanja tetapi juga pengguna informasi dan teknologi. Menurut Cho dan Park, dikutip dalam jurnal yang sama mengatakan, seseorang dapat berpendapat bahwa pengalaman belanja secara online lebih rumit daripada pengalaman belanja secara fisik. Pengalaman Web dapat didefinisikan sebagai kesan total konsumen tentang kinerja online perusahaan. Pengalaman Web mencakup elemen seperti mencari, browsing, menemukan, memilih, membandingkan dan mengevaluasi informasi serta berinteraksi dan bertransaksi dengan perusahaan online. Kesan total dan virtual pelanggan dan tindakan dipengaruhi oleh desain, peristiwa, emosi, atmosfer dan unsur-unsur lain yang dialami selama interaksi dengan situs web. Elemen dimaksudkan untuk menginduksi goodwill pelanggan dan mempengaruhi akhir hasil dari interaksi online. Hal ini harus diperhatikan bahwa, pengalaman internet adalah penting tidak hanya untuk web situs produk pemasaran atau jasa, tetapi juga untuk situs dalam membuat pelanggan tertarik pada konten informasi (berita, cuaca, olahraga dll), situs yang bertindak sebagai perantara online secara umum untuk 12 semua jenis usaha internet yang bersaing untuk mendapatkan perhatian publik secara online. Pengalaman web tidak hanya sebagai parameter utama dalam mengukur pengaruh pelanggan bagi jenis perusahaan, tetapi juga untuk vendor multi-channel. Untuk perusahaan tradisional memperluas bisnis mereka dengan kehadiran internet, kualitas pengalaman online pelanggan merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, contohnya: buruk nya perancangan pada situs Web atau disfungsional adalah ancaman potensial yang tidak hanya untuk virtual perusahaan, tetapi juga bahaya untuk kegiatan fisik perusahaan. Menurut Riset Dieringer, setengah kelompok dari semua pengguna internet dewasa yang memiliki pesanan online tampaknya telah merubah pendapat mereka tentang merek karena pengalaman online negatif, sementara 60 persen dari mereka yang dewasa secara online yang pendapatnya berubah, beralih pada kekuatan merek. Penelitian juga menggarisbawahi sinergis antara efek dari pengalaman web secara positif pada pelanggan yang memanfaatkan situs web perusahaan di samping dari saluran tradisional. Berdasarkan koleksi online baik di dalam toko atau katalog penyedia retail AS pada 2002 Ratings NielsenNet (2003) menemukan bahwa dibandingkan dengan rata-rata pengguna internet, pelanggan lebih memilih mengunjungi situs web yang dirancang dengan baik seperti J. Crew dan Bloomingdale adalah sepuluh kali lebih banyak daripada untuk mengunjungi web biasa. Cara utama untuk menyampaikan pengalaman web adalah melalui feedback pada situs web perusahaan. situs yang memberikan pengalaman web dirancang dalam berbagai cara tidak hanya menangani kebutuhan klien dan harapan klien, tetapi juga membantu pelanggan melalui langkah-langkah dari proses pembelian dan pencarian informasi. 2.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Internet Experience Adapun faktor faktor yang mempengaruhi Internet Experience, seperti yang dikutip dalam jurnal Efthymios Constantinides (2008) ialah: • Pengalaman Pembelian Banyaknya pengalaman bisa mempengaruhi persepsi dan sikap konsumen dalam membeli online ataupun pencarian informasi pada web. Di sisi ini, konsumen mengambil keputusan berdasarkan hal yang sudah dialaminya. 13 • Kuantitas Pembelian Minimnya pengalaman juga dapat mempengaruhi sikap dan persepsi konsumen dalam membeli secara online dan melakukan pencarian informasi. Karena minimnya pengalaman ini, membuat konsumen lebih waspada dalam mengambil keputusan. 2.4. Purchase Intention Menurut Effendy (2001) yang dikutip oleh Herlina (2011:49-65) purchase intention adalah sebagai berikut: "Penggunaan atau pembelian kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat(desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator". Sementara itu, purchase intention menurut Irawan, Pane (2011: 66-79) adalah: "Keinginan yang kuat gairah kecendrungan hati yang sangat tinggi untuk mendapatkan sesuatu dengan cara pengorbanan, mendapatkan sesuatu dengan membayarkan uang". Definisi purchase intention menurut Semuel, Wijaya (2008: 41) adalah sebagai berikut : "Pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu". Menurut Bearman (2001) yang ditulis dan diadaptasi oleh Semuel, Wijaya (2008: 35-54), tumbuhnya purchase intention atau minat beli seseorang diakibatkan oleh unsur-unsur yang terdiri dari tiga tahapan: 1. Rangsangan Merupakan suatu syarat ditujukan untuk mendorong atau menyebabkan seseorang bertindak. 2. Kesadaran Merupakan sesuatu yang memasuki pemikiran seseorang dan dipengaruhi oleh produk dan jasa itu sendiri. 3. Pencarian informasi Informasi intern yang bersumber dari pribadi konsumen itu sendiri dalam memilih produk ataupun jasa yang dapat memuaskan dirinya, informasi ekstern yang diperoleh dari luar konsumen itu, misalnya melalui iklan ataupun sumber sosial (teman, keluarga, dan kolega). 14 2.5. E-Marketing Menurut Chaffey (2009: 388) E-Marketing merupakan proses dalam mencapai tujuan pemasaran melalui penggunaan teknologi komunikasi elektronik. Menurut Strauss dan Frost (2012: 28) E-Marketing adalah penggunaan teknologi informasi untuk kegiatan pemasaran, dan proses untuk menciptakan, berkomunikasi, memberikan, dan bertukar penawaran yang memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya. Lebih sederhananya E-marketing adalah hasil dari teknologi informasi diterapkan untuk pemasaran tradisional dalam dua cara. 2.6. Perencanaan E-Marketing 2.6.1. Kerangka SOSTAC™ Strategi proses model untuk perancangan E-Marketing menggunakan pengembangan SOSTAC dari Paul Smith (1999) dan perbedaan tahapan yang akan terlibat dalam strategi pemasaran dari pengembangan strategi untuk implementasi. Tahapan yang terlibat dapat diringkas sebagai berikut: • Situation – Dimana kita sekarang? • Objectives – Kemana kita akan pergi? • Strategy – Bagaimana kita mencapai kesana? • Tactics – Bagaimana caran kita mencapai kesana? • Action – Apa rencana kita? • Control – Apakah kita sudah sampai kesana? Gambar 2.1 SOSTAC ™ - Kerangka Kerja Umum Untuk E-Perencanaan Pemasaran Sumber : Chaffey (2009: 389) 15 2.6.1.1 Situation Analysis Menurut Chaffey (2009: 391) situation analysis adalah lingkungan analisis dan review proses internal dan sumber daya untuk menginformasikan strategi. Lingkungan pemasaran yang terus berubah, memberikan banyak kesempatan untuk mengembangkan produk baru, pasar baru, dan media baru untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan saluran baru untuk mencapai mitra bisnis. Tujuan dari situation analysis adalah untuk memahami lingkungan saat ini dan masa depan perusahaan yang beroperasi agar tujuan strategis yang realistis dapat mengingat apa yang terjadi di pasar. Demand Analysis Menurut Chaffey (2009: 392) Faktor utama yang mendorong EMarketing dan E-Business tujuan strategi adalah tingkat saat ini dan proyeksi masa depan permintaan pelanggan untuk layanan E-Commerce di segmen pasar yang berbeda. Analisis permintaan memeriksa penggunaan pelanggan saat ini dan proyeksi dari masing-masing saluran digital dalam target pasar yang berbeda. Hal ini dapat ditentukan dengan meminta setiap pasar: • Berapa persen dari bisnis pelanggan memiliki akses ke internet? • Berapa persen pelanggan yang siap untuk membeli produk secara online? • Berapa persen pelanggan dengan akses ke internet yang tidak siap membeli secara online, tetapi dipengaruhi oleh informasi dari website untuk membeli produk secara offline? • Apa saja hambatan penerapan antara pelanggan dan perusahaan untuk bisa mendorong penerapan? Menurut Jubile Entreprise (2011) Google Docs serangakian produk yang memungkinkan untuk membuat berbagai jenis dokumentasi secara online, bekerja sama secara waktu yang nyata dengan orang lain dan menyimpan dokumen atau file laninnya secara online dan gratis. Dengan koneksi internet, dapat mengakses dokumen atau file dari komputer manapun di dunia. Competitor Analysis Menurut Chaffey (2009: 396) Analisis pesaing adalah review dari E-Business layanan yang ditawarkan oleh pesaing yang lama maupun yang baru dan penerapan dari pelanggan mereka. Analisis pesaing atau pemantauan menggunakan ECommerce untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan jika sangat penting 16 dalam pasar karena sifat dinamis dari media internet. Akibatnya, perusahaan harus meninjau kinerja berbasis internet pemain baik yang ada dan baru. Perusahaan harus mengkaji: • Dikenal pesaing lokal • Dikenal pesaing internatsional • Perusahaan memiliki internet baru yang menghubungkan seluruh dunia. Ketika menjalankan pemeriksaan terhadap situs pesaing, perbedaan utama yang harus diwaspadai adalah: • Pendekatan baru dari perusahaan yang ada • Perusahaan baru yang memulai internet. • Teknologi baru, teknik desain dan dukungan pelanggan di situs yang dapat memberikan keunggulan kompetitif. Gambar 2.2. Gambar Intermediary dari situasi asli(a), tidak dengan pelantara(b), kembali kepelantaran(c) Sumber : Chaffey (2009: 418) Concept of Operations Scenario Menurut Bernard (2005: 118) perlu untuk mengembangkan secara detail scenario CONOPS yang mencakup aktivitas operasi selama beberapa tahun dan yang memperhitungkan kombinasi yang berbeda dari penggerak internal dan eksternal yang di identifikasi dalam analisis SWOT. 17 2.6.1.2. Objectives Setting Menurut Chaffey (2009: 399) Objectives merupakan pernyataan dan komunikasi misi organisasi, visi dan tujuan. Tahap ini merupakan tahap untuk menentukan tujuan agar perusahaan akan focus terhadap apa yang ingin dicapai. Dalam mempermudah dalam menentukan tujuan maka akan digunakan panduan SMART (Specific, Measurable, Actionable, Relevant dan Time-Related). Menurut Chaffey (2009: 400) SMART digunakan untuk menilai kesesuaian tujuan yang ditetapkan untuk mendorong strategi yang berbeda atau perbaikan berbagai macam proses bisnis. i. Specific : tujuan yang dibuat secara rinci untuk mengukur masalah dunia nyata dan peluang. ii. Measurable : tujuan yang dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif agar dapat dikontrol. iii. Actionable : tujuan yang dibuat harus sanggup untuk dicapai, hal ini diukur dengan membandingkan kemampuan perusahaan dengan tujuan yang ditetapkan. iv. Relevant : tujuan yang ditetapkan harus bisa diterapkan untuk masalah spesifik yang dihadapi. v. Time-Related : tujuan yang ditetapkan harus berhubungan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Menerapkan tujuan yang tepat untuk pemasaran digital menggunakan 5s, 5s pemasaran digital adalah titik awal yang baik sederhana untuk membantu memeriksa kembali yang meliputi seluruh pemasaran digital. Gambar 2.3. Contoh dari 5’S Sumber : http://www.smartinsights.com/marketplace-analysis/swotanalysis/swotanalysis/ 03:14 (13-03-2012) 18 1. Sell merupakan salah satu manfaat dari penerapan e-marketing yang membantu dalam meningkatkan penjualan, karena promosi yang dilakukan secara online dapat menjangkau masyarakat yang luas. 2. Serve merupakan salah satu tujuan dari penerapan e-marketing untuk menambah value bagi customer, dengan meningkatkan kualitas layanan serta berikan feedback untuk customer. 3. Speak merupakan salah satu tujuan dari penerapan e-marketing untuk lebih dekat dengan customer. Dalam mencapai tujuan ini perusahaan diharapkan untuk dapat membuat e-marketing yang bisa menjadi sarana komunikasi yang efektif. 4. Save merupakan salah satu tujuan dari penerapan e-marketing untuk mengurangi biaya promosi, dengan menciptakan e-marketing yang bisa mengurangi biaya promosi yang sering dikeluarkan perusahaan. 5. Sizzle merupakan salah satu tujuan dari penerapan e-marketing untuk meningkatkan brand awareness dan recognition melalui jalur online. 2.6.1.3 Strategy Menurut Chaffey (2009: 404) Definisi strategi didorong oleh tujuan dan visi sebagaimana dimaksud pada bagian sebelumnya. Karena strategi disusun berdasarkan visi dan tujuan, sehingga perlu untuk sering kembali dan merevisinya. Menurut Chaffey (2009: 407) target market strategi adalah evaluasi dan pemilihan segmen yang tepat serta pengembangan penawaran yang sesuai. Target market strategi melibatkan empat tahap, yaitu : 19 Gambar 2.4. Tahapan Dalam Pengembangan Sasaran Strategi Pemasaran Sumber : Chaffey (2009: 408) a. Segmentation : Identifikasi kelompok yang berbeda dalam suatu target pasar untuk mengembangkan penawaran produk yang berbeda dan komunikasi untuk kelompok. Segmentasi pasar adalah kunci dari pengembangan strategi pemasaran yang kuat melibatkan lebih dari sekedar mengelompokkan pelanggan ke segmen mengidentifikasi segmen, targeting, posisi dan mengembangkan keunggulan atas pesaing diferensial merupakan dasar strategi pemasaran. b. Target Market Pendekatan target digunakan untuk akuisisi online dan kampanye retensi secara alami akan bergantung pada segmentasi yang ditetapkan. Gambar 2.4 20 merangkum pilihan untuk menargetkan pelanggan online. Kekuatan teknologi digital ini membuat ini lebih mudah dan lebih efektif biaya untuk menyampaikan pesan yang ditargetkan pada halaman web atau e-mail dibandingkan dengan media tradisional. Gambar 2.5. Berbagai Target dan Pendekatan Segmentasi Untuk Kampanye Digital Sumber : Chaffey (2009: 409) c. Positioning Menurut Chaffey (2009: 411) Positioning adalah mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap produk dalam pasar. Positioning berhubungan dengan bagaimana konsumen mempersepsikan produk dalam hal dari unsur-unsur nilai. Perusahaan kemudian harus menentukan bagaimana untuk menonjolkan manfaat sebagai keunggulan diferensial atas produk saingan. Menurut Chaffey (2009: 412) Online Value Proposition (OVP) adalah sebuah pernyataan dari manfaat layanan e-commerce yang ideal tidak harus tersedia dalam penawaran pesaing atau persembahan offline. Cara dalam membangun OVP adalah dengan menggunakan 7 Ps dimana dalam penerapannya akan dibahas lebih lanjut pada tahap tactic. 21 2.6.1.4. Tactics Menurut Chaffey (2009: 420), taktik pemasaran untuk menerapkan strategi dan tujuan secara tradisional di sekitar bauran pemasaran. Untuk mencapai perencanaan e-marketing yang efektif maka dapat digunakan tahapan pemasaran 7Ps, yaitu sebagai berikut: Gambar 2.6. Elemen dari Marketing Mix Sumber : Chaffey (2007: 420) a. Product Menurut Chaffey (2009: 422) Produk di bagi menjadi 2 jenis, yaitu produk utama dan produk pelengkap perusahaan dapat mempertimbangkan bagaimana internet dapat digunakan untuk mengubah rentang atau kombinasi produk yang ditawarkan. bundling adalah alternatif lebih lanjut, bundling merupakan layanan pelengkap tawarkan. Bagi banyak perusahaan, menggunakan internet untuk memvariasikan produk pelengkap adalah cara yang paling praktis. smith dan Chaffey (2001) menunjukkan contoh-contoh bagaimana internet dapat digunakan untuk memvariasikan produk tambahan: dukungan, penghargaan, testimonial, daftar pelanggan, komentar pelanggan, jaminan, garansi, uang kembali menawarkan, layanan pelanggan, incorparating alat untuk membantu pengguna selama penggunaan produk. 22 b. Price Menurut Chaffey (2009: 427) Elemen harga dari marketing mix mengacu pada kebijakan harga organisasi yang digunakan untuk mendefinisikan pricing model dan, tentu saja, untuk menetapkan harga untuk produk dan jasa. Model pricing model adalah menggambarkan bentuk pembayaran seperti pembelian langsung, lelang, sewa, pembelian volume dan persyaratan kredit. implikasi utama dari internet untuk campuran dari aspek harga adalah sebagai berikut: • Peningkatan harga transparansi dan implikasinya pada harga diferensial. • Penurunan tekanan pada harga (termasuk komoditisasi). • Harga baru pendekatan (termasuk harga dinamis dan lelang). • Harga alternatif struktur atau kebijakan. c. Place Menurut Chaffey (2009: 431) Implikasi utama dari internet untuk campuran dari aspek tempat, yang akan meninjau dalam bagian ini: • Tempat pembelian • Saluran baru struktur • Saluran konflik • Virtual organisasi d. Promotion Menurut Chaffey (2009: 432) Promosi adalah elemen dari marketing mix yang melibatkan komunikasi dengan pelanggan dan stakeholder lainnya untuk menginformasikan mereka tentang produk dan organisasi Elemen promosi dari rencana pemasaran juga membutuhkan tiga keputusan penting tentang investasi untuk promosi online atau komunikasi online yaitu: • Investasi dalam promosi dibandingkan dengan pembuatan situs dan pemeliharaan. • Investasi dalam teknik promosi online di komparasi untuk promosi offline. • Investasi di berbagai teknik promosi online. 23 Gambar 2.7 Pilihan untuk komunikasi campuran secara online melawan offline (a). online > offline, (b). diantara online dan offline, (c). offline > online Sumber : Chaffey (2009: 433) e. People, Proces dan Physical avidance Sangat penting untuk mengirim layanan. Smith dan Chaffey (2001) menyarankan bahwa online, bagian dari pertimbangan untuk berbagai macam orang yaitu pertimbangan taktik dengan penggantian orang atau pekerjaan mereka secara otomatis. Ini adalah beberapa pilihan: • Autoresponders secara otomatis akan menghasilkan suatu respon ketika email perusahaan dimasukan ketika online. • Email Notification secara otomatis akan ada di sistem perusahaan untuk mengecek status order pelanggan. • Callback facility pelanggan akan mengisi nomor telpon dan alamat yang bisa dihubungi. • Frequently Asket Question pertanyaan yang biasa ditanyakan oleh pelanggan, jadi pelanggan akan mudah mencari jawaban yang membantu. • On side search engine untuk membantu pelanggan dengan cepat dalam mencari apa yang mereka inginkan. • Virtual Assistance berbagai tingkat kecanggihan dan biasanya membantu pelanggan dalam memilih beberapa pilihan yang ada. 24 2.6.1.5. Action Menurut Chaffey (2009: 439) action merupakan komponen perencanaan tindakan e-marketing mengacu pada kegiatan yang dilakukan oleh manajer untuk melaksanakan suatu rencana. Hal – hal yang perlu diselesaikan saat menentukan tindakan atau action yaitu tingkat investasi apa di saluran internet yang cukup uintuk memberikan layanan, apa yang akan menjadi payback, pelatihan staff, tanggung jawab yang diperlukan untuk keefektifan internet marketing, perubahan struktur organisasi yang diperlukan dalam internet memberikan layanan berbasis internet, dan kegiatan seperti apakah yang dapat dilakukan untuk mengelola website. Berikut hal – hal yang perlu ditentukan dalam menentukan action yakni tasks, resources, rekan kerja dan outsourcing, anggaran termasuk biaya untuk pengembangan, promosi dan pemeliharaan, skala waktu, dan staff. 2.6.1.6. Control Menurut chaffey (2009: 440) control merupakan unsur rencana e-marketing dapat dicapai melalui kombinasi teknik tradisional seperti riset pemasaran untuk mendapatkan customer view, opini dan teknik baru seperti analisis web-server log files yang menggunakan teknologi untuk memantau apakah tujuan telah tercapai. Selain itu, control dapat dicapai melalui kepuasan pelanggan dan monitoring saluran kinerja melalui situs web dan saluran tradisional. Fungsi Control disini adalah untuk mengetahui apakah E-Marketing yang diterapkan sudah berjalan dengan baik atau belum. Untuk menjalankan fungsi Control dapat dilakukan melalui web analytics. Menurut Google (2012) Google Analytics merupakan solusi analisis web tingkat perusahaan yang memberikan wawasan yang luas tentang kunjungan situs web dan efektivitas pemasaran. Menurut Shneiderman dan Plaisant (2010: 88) bagian ini memfokuskan pada delapan prinsip, disebut “Aturan Emas”, yang dapat diaplikasikan kedalam sistem untuk menjadikan lebih interaktif. Prinsip tersebut diperoleh dari pengalaman dan disempurnakan selama tiga dekade, melakukan validasi dan pengaturan dilakukan untuk bagian desain tertentu. Delapan aturan emas antara lain yaitu: 1. Mengupayakan untuk kosisten Konsitensi dilakukan pada urutan tindakan dalam situasi yang serupa, perintah dan istilah yang digunakan pada prompt, menu dan layar bantuan. 25 2. Memenuhi kegunaan yang umum Menyadari kegbutuhan pengguna yang beragam dan desain untuk plastisitas, memfasilitasi transfromasi konten. Untuk membedakan pengguna seperti, rentang usia, kelainan dan perbedaan teknologi untuk memperbanyak setiap gambaran dalam persayaratan panduan desain. 3. Memberikan umpan balik yang informatif Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu system umpan balik. Untuk tindakan yang sering dilakukan dan tidak terlalu penting, dapat diberikan umpan balik yang sederhana. Tetapi ketika tindakan merupakan hal yang penting, maka umpan balik sebaiknya lebih besar. 4. Membuat dialog untuk menghasilkan suatu penutupan Urutan tindakan sebaiknya diorganisir dalam suatu kelompok dengan bagian awal, tengah dan akhir. Umpan balik yang informatif akan memberikan indikasi bahwa cara yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan kelompok tindakan berikutnya. 5. Mencegah kesalahan Sebisa mungkin, merancang sistem sehingga pengguna tidak dapat membuat kesalahan serius. 6. Memudahkan pengembalian pada setiap tindakan Sebanyak mungkin, tindakan harus dapat dipulihkan. Hal ini dapat mengurangi kekhawatiran, karena pengguna mengetahui kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan. Sehingga pengguna tidak takut untuk mengekplorasi pilihan – pilhan lain yang belum digunakan. 7. Mendukung tempat pengendalian didalam Pengguna ingin menjadi pengontrol tampilan dan tampilan akan merespon tindakan yang dilakukan pengguna daripada pengguna. 8. Mengurangi baban ingatan jangka pendek Keterbatasan ingatan manusia dalam pengolahan informasi jangka pendek desainer membutuhkan tampilan dimana pengguna harus mengingat informasi dari satu layar dan selanjuta menggunakan informasi pada layar lainnya. 26 2.7. Prototype Website E-marketing Pada tahap ini perusahaan membuat perancangan website e-marketing yang merupakan tahap dari pelakasanaan strategi dan taktik yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. di bawah ini merupakan langkah dalam prototyping : 2.7.1. Analysis Pada tahap analysis merupakan tahap mengumpulkan data yaitu dengan melakukan interview dengan pihak perusahaan, hasil dari interview tersebut berupa sebuah infromasi yang digunakan untuk membuat sebuah website dan memastikan bahwa data sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pengguna website agar tidak terjadinya kesalahpahaman antara pihak pembuat dan pengembangan website dengan pemakai website. 2.7.2. Design Pada tahap ini akan dibuat perancangan website. Menurut Chaffey (2009: 594), design adalah unsur perancangan dalam membuat sistem yang menetapkan bagaimana sistem harus terstruktur. Tahap perancangan adalah tahap untuk membuat quality content user experience yang akan dirasakan oleh user situs tersebut. suatu website harus memberikan informasi - informasi terkini yang dibutuhkan oleh para customer menyangkut produk yang akan dibeli maupun informasi produk terbaru yang belum banyak ada di pasaran sehingga membantu para customer dalam menentukan produk yang sesuai dengan kebutuhan customer itu sendiri. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu website yaitu adanya eight golden rules yang meliputi konsistensi, adanya shortcut, memberikan feedbeck, merancang dialog untuk penutupan, memberikan penanganan jika terjadinya kesalahan, mudah untuk kembali pada tindakan sebaliknya, mendukung adanya pegendalian internal, dan mengurangi beban ingatan jangan pendek. Selain itu diperlukan Information Architecture untuk website. Menurut Chaffey (2009: 608), Information Architecture yaitu penggabungan organisasi, pemberian label, terdapat skema navigasi dalam sistem informasi dan pengelompokan informasi dalam struktur logika. dalam merancangan infromaton architecture terdapat site map. Menurut Chaffey (2009: 608) site map adalah penggambaran grafik atau tulisan yang menghubungkan kelompok - kelompok lain 27 dalam sebuah website. terdapat juga wifreframes yang menurut Chaffey (2009: 609) adalah sebuah cara mengilustrasikan susunan dari sebuah halaman web. Gambar 2.8. Site Structure Diagram (Blueprint) yang digunakan untuk menampilkan layout dan hubungan antar halaman dalam website. Sumber : Chaffey (2009: 610) 28 Gambar 2.9. Contoh wireframe Sumber : Chaffey (2009: 611) 2.7.3. Development Tahap setelah melakukan perancangan maka kita melakukan pengembangan terhadap suatu website. Didalam pengembangan website menggunakan bahasa pemrograman HTML, CSS, dan jQuery. 2.7.4. Test and Review Langkah selanjutnya setelah melakukan pengembangan webiste yaitu mengadakan review pada website yang dibuat. 29 Gambar 2.10. Tahapan Pengembangan Website Melalui Prototyping Sumber : Chaffey (2009: 662) Langkah awal dalam test and review yaitu melakukan komunikasi untuk mendapatkan persetujuan dari pihak perusahaan. Dalam melakukan implementasi juga melibatkan risk management, Menurut Chaffey (2009: 662) yaitu bertujuan untuk mengidentifikasi resiko potensial dalam berbagai situasi dan kemudian mengambil tindakan untuk meminimalkan resiko. Beberapa tahap dalam risk management: 1. Mengidentifikasi resiko dan dampaknya. 2. Mengidentifikasi solusi yang memungkinkan dari resiko ini. 3. Menerapkan solusi dengan sasaran dampak yang terbesar, resiko yang paling memungkinkan. 4. Mengawasi resiko untuk pembelajaran kedepan dalam penaganan resiko. 2.8. Internet Menurut Strauss dan Frost (2012: 27) Internet adalah jaringan global yang saling berhubungan yang meliputi jutaan perusahaan, pemerintah, organisasi, dan jaringan pribadi. Salah satu cara untuk memahami proses ini adalah dengan melihat internet seperti memiliki tiga peranan teknis. 1. Penyedia konten yang menciptakan informasi, entertainmet, dan sebagainya yang berada pada komputer dengan mengakses jaringan. 2. Pengguna (juga dikenal sebagai komputer client) yang mengakses konten dan mengirim e-mail dan data lainnya melalui jaringan. 3. Sebuah infrastruktur teknologi yang bergerak, membuat dan melihat atau mendengarkan konten (software dan hardware). 30 Menurut Strauss dan Frost (2012: 27) Ada tiga tipe dalam mengakses dengan Internet, yaitu : 1. Publik Internet Jaringan global yang dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja dan kapan saja. 2. Intranet Jaringan yang berjalan secara internal dalam sebuah perusahaan tetapi menggunakan standar internet seperti HTML dan browser. Dengan demikian, intranet seperti internet mini tetapi dengan proteksi password untuk dikonsumsi internal perusahaan. 3. Extranet Dua atau lebih jaringan eksklusif yang bergabung untuk tujuan pertukaran informasi. Jika dua perusahaan, atau perusahaan dan pemasok atau pelanggan, menghubungkan intranet mereka, mereka akan memiliki extranet. Akses biasanya hanya secara parsial. 2.9. Website Menurut Strauss dan Frost (2012: 423) web site merupakan lokasi virtual untuk keberadaan organisasi di World Wide Web, biasanya terdiri dari beberapa halaman web dan homepage tunggal yang ditunjuk oleh URL unik. Menurut Yuhefizar dan Hidayat (2009: 2) website adalah keseluruhan halaman-halaman web yang terdapat dalam sebuah domain yang mengandung informasi. Sebuah website biasanya dibangun atas banyak halaman web yang saling berhubungan. Hubungan antara satu halaman web dengan halaman web lainnya disebut dengan hyperlink, sedangkan teks yang dijadikan media penghubung disebut dengan hypertext. 2.9.1. Website dengan e-marketing Menurut Yannopoulos (2011) website adalah cara perusahaan melakukan bisnis mereka dan hal ini menjadi alat yang semakin penting untuk keberhasilan pemasaran. Website memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan beberapa keuntungan kompetitif dalam persaingan. 31 2.9.2. Web Quality Menurut Bai, Law, dan Wen (2008) web quality memiliki dampak dan pengaruh terhadap keyakinan dan perilaku user. Pengukuran web quality dapat dilihat dari beberapa pendekatan, seperti pendekatan teknologi yang melihat website sebagai sistem informasi yang berfokus kepada sistem dan informasi yang berkualitas. Pendekatan layanan yang melihat website sebagai layanan yang berkualitas 1. Functionality Jha (2009) menyatakan bahwa website yang bermutu dapat dinilai dari 5 indikator yang meliputi aspek fungsi (functionality) yang sesuai dengan tujuan, desain (design) yang menarik, isi website (content) yang memenuhi kebutuhan pengunjung, originalitas web (originality) yang menunjukkan produk yang khas sebuah karya yang tidak duplikatif dari website lain, serta profesionalisme dan efektivitas (professionalism & effectiveness). 2. Usability Menurut Jakob Nielsen (2006) mendefinisikan usability sebagai ukuran kualitas pengalaman pengguna ketika berinteraksi dengan produk atau sistem apakah website, aplikasi perangkat lunak, teknologi bergerak, maupun peralatan-peralatan lain yang dioperasikan oleh user. 2.9.3. Konten Website 1. Web Browser Menurut Sawyer (2011: 64) web browser adalah sebuah software yang memungkinkan anda untuk menemukan dan mengakses berbagai web. 2. Home page Menurut Budi dan Jarot (2003: 106) Home page merupakan pintu masuk atau halaman utama dari sebuah website. 3. HTTP (Hypertext Transfer Protocol) Menurut Sawyer (2011: 66) HTTP (Hypertext Transfer Protocol) adalah atura-aturan komunikasi yang memungkinkan browser untuk terhubung dengan web server. 4. Web Server Menurut Sawyer (2011: 318) web server berisi web pages yang dapat kita lihat melalui browser. 32 2.9.4. Kegunaan Website Pada zaman saat ini dua jenis website, yaitu static website dan dynamic website. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa pengertian static website, sebagai berikut : 1. Static website (website statik) adalah website yang isinya dirancang untuk dapat sering berubah secara manual dan bisa juga dikelola oleh perorangan dengan menggunakan beberapa software editor. 2. Dinamic website (website dinamis) adalah website yang isi dan informasinya dirancang untuk sering berubah. 2.9.5. Hal Penting dalam Website Menurut Frank (2007: 141-146), ada beberapa hal yang penting dalam suatu website, yaitu: 1. Buat suatu kondisi dimana konsumen akan tertarik untuk segera bertransaksi. Ini dapat dilakukan dengan menempatkan produk unggulan pada halaman pertama, lalu arahkan mereka menuju produk – produk yang lain. 2. Buat halaman yang yang menjelaskan gambaran perusahaan. Konsumen ingin mengetahui dengan siapa mereka melakukan bisnis, oleh karena itu disediakan halaman situs yang menjelaskan profil perusahaan, visi dan misi, dan lainnya. 3. FAQs (Frequently Asked Question) • FAQs ialah sarana utama bagi konsumen jika menginginkan jawaban yang cepat dan sederhana dari pertanyaan mereka. • Objek dari FAQs semua pertanyaan – pertanyaan dan jawaban yang mungkin ditanyakan konsumen. • Buat suatu urutan yang baik dalam FAQs atau buat dalam suatu kategori yang mempermudah konsumen membaca informasinya. 4. Full Contact Information (alamat perusahaan, telepon, fax, e-mail) • Konsumen ingin mengetahui bahwa dengan memberikan beberapa cara untuk menghubungi perusahaan. 33 • Halaman kontak (contact page) yang baik dapat membantu menaikkan tingkat kepercayaan terhadap bisnis perusahaan. 5. Kebijakan Privasi • Perusahaan harus memberikan kepercayaan kepada konsumen, bahwa 2.9.6. perusahaan menjamin privasi masing – masing konsumen. Hal yang menjadi acuan bagi kualitas website yang baik Ada banyak faktor sebagai bahan pertimbangan untuk menetukan baik buruknya kualitas sebuah website, dan setiap orang tentu memiliki pandangan yang berbeda – beda. Namun diantara sekian banyak tersebut, ada beberapa hal yang sudah umum dipakai sebagai acuan, yaitu: 1. Kecepatan Download Pengguna internet pada umumnya tidak betah menunggu. Mereka tidak suka berlama – lama hanya untuk menunggu munculnya informasi dari web yang diakses. Sedapat mungkin harus dioptimalkan desain web yang diakses. Sedapat mungkin harus dioptimalkan desain web agar tidak terlalu berat untuk diakses, sekalipun menggunakan koneksi dial-up, 8-12 detik adalah kecepatan akses yang ideal. Optimalkan kembali komponen – komponen web (image, HTML, JavaScript) jika belum mencapai angka tersebut. 2. Isi mudah dibaca Sedapat mungkin janganlah menggunakan font yang terlalu kecil dan warna yang kontras sehingga cepat membuat mata lelah. Buatlah pengunjung nyaman untuk membaca informasi yang disediakan, tanpa harus mengubah setting font pada browser atau bahkan sampai merubah brightness dan contrast pada monitor. 3. Tata letak desain yang konsisten Desain dari satu halaman ke halaman lain harus dibuat konsisten untuk memudahkan pengunjung menemukan content yang disediakan. Pengunjung akan merasa bingung jika menu yang diletakkan di halaman pertama dan kedua berubah – ubah posisinya. Buatlah mereka mudah beradaptasi, dengan desain yang ringan dan navigasi yang user friendly. (http://www.promosi-web.com/hot/news011003.php) 34 2.9.7. Konsep Desain Pada intinya konsep mendesain tampilan website sangat berkaitan dengan desain grafis dan pada dasarnya mengikuti prinsip desain grafis secara umum. Oleh karena itu alangkah baiknya jika dalam mendesain halaman tampilan website juga memperhatikan prinsip desain. Prinsip – prinsip desain adalah: • Komunikatif: Prinsip komunikatif berhubungan dengan corporate identity, isi pesan serta audiens. • Estetis: Fungsi dari estetis ini adalah memberikan suatu keindahan, sehingga lebih menarik minat pengunjung untuk lebih menggali informasi yang ditawarkan dari suatu website. • Ekonomis: Desain web memperhatikan faktor ekonomis dalam arti ukuran file yang digunakan. Hal tersebut berkaitan erat dengan kecepatan akses yang ditawarkan suatu website. (http://rikoredish.multiply.com/journal/item/16/Perancangan_website_We b_Design) 2.9.8. Elemen – elemen dalam mengatur Layout Untuk mendapatkan desain yang komunikatif, estetis, dan ekonomis, hendaknya perlu memperhatikan pedoman – pedoman yang ada untuk membuat tata letak suatu tampilan, yaitu dalam mengatur elemen – element layout. Pedoman yang dimaksud adalah: • Kesatuan Elemen – elemen layout dari halaman harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga merupakan kesatuan informasi pada halaman atau beberapa halaman. • Keseimbangan Elemen – elemen layout dari halaman ditempatkan sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan secara keseluruhan. • Kontras Diperlukan untuk menonjolkan bagian yang dianggap lebih penting dari bagian lainnya. Kontras dapat dinyatakan dengan membedakan ukuran serta warna dari elemen – elemen layout. • Continuity Informasi lebih dimengerti oleh pengguna bila mempunyai aliran yang baik, sedikit gangguan yang menghambatnya. Suatu aliran informasi dapat dikatakan continuity dan harmonis bila tampilan mencerminkan kesinambungan dari suatu bagian ke bagian lain. 35 2.11. Rancangan Uji Hipotesis Untuk Tujuan 1 Ho1: Diduga website satisfaction tidak berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention Ha1: Diduga website satisfaction berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention Ho2: Diduga internet experience tidak berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention Ha2: Diduga internet experience berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention Untuk Tujuan 2 Ho: Diduga website satisfaction, dan internet experience tidak berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention Ha: Diduga website satisfaction, dan internet experience tidak berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention 36 2.10. Kerangka Pemikiran Website Satisfaction Internet Experience Purchase Intention SOSTAC Situation Analysis Demand Analysis Customer Priority Questioner Competitor Analysis Objective 5s (Sell, Serve, Speak, Save, Sizzle Strategy STOP (Segmenting, Targeting, Objectives, & Positioning) Tactics 7P (Promotion, Place, Price, Product, Process, Physical evidence, People) Action Blueprint Wireframe Control 8 Golden Rules Gambar 2.11. Kerangka Berpikir