user - Paroki St. Bonaventura – Pulomas

advertisement
ADA APA DENGAN WAKTU
(Disajikan oleh Michael Budiono)
Harta itu milik semua orang. Harta itu sama rata baik kaya maupun miskin, pandai ataupun
bodoh, baik atau jahat. Harta itu paling menentukan dalam hidup. Tetapi tidak semua orang
menyadari harta paling berharga itu. Tak lain, harta itu adalah waktu. Setiap orang punya waktu
yang sama: 24 jam sehari semalam. Waktu adalah harta milik yang penting bagi semua. Waktu
itu harta yang menjadi induk bagi harta lain. Waktu mendasari harta-harta lain sebab harta-harta lain bermain dalam waktu. Karena harta itu begitu penting, kita perlu mencari tahu: Ada apa
dengan waktu?
St.Agustiunus pernah ditanya, “Apa itu waktu? Pertanyaan itu menohok hakikat waktu. Pertanyaan itu memusingkannya sebagai seorang pemikir. Untuk beberapa lamnya, St.Agustinus tidak memberikan jawaban. Ia berusaha untuk mencari jawaban tentang hakikat waktu. Setelah
sekian lama, ia mengungkapkan pemikirannya, “Waktu itu hadir dalam aku”. Jawaban singkat
ini mengandung makna bahwa aku menghadiri waktu dan waktu menghadiri aku. Aku dan waktu tak terpisahkan. Aku tak mau hidup dalam waktu. Tentu saja, akulah yang menghayati waktu
sehingga aku menentukan penghayatan tentang waktuku. Secara sangat tegas, aku dan waktu
itu menjadi satu. Tetapi akulah penentu waktu.
Persoalan aku dan waktu adalah “Bagaimana aku berelasi dengan waktu yang dihayati?” Harus
dimengerti bahwa aku berjalan dalam alur waktu. Karena itu, waktu mempunyai ciri-ciri urutan
saat-saat, yang berisi kejadian-kejadian, yang terus berjalan, yang tidak dapat dibalikkan, dan
yang mempunyai gerak maju ke depan. Dapatlah ditarik benang merah bahwa uruta saat-saat
dalam waktu terdiri dari aku dan masa lalu, aku dan masa sekarang, serta aku dan masa depan.
Berkaitan dengan waktu, Thomas Hobbes menyatakan, “masa sekarang hadir dalam kodrat,masa lalu hadir dalam ingatan, dan masa depan tidak punya keberadaan.”
Masa lalu
Seringkali hidup seseorang ditentukan oleh masa lalunya. Masa lalu dapat menyetir hidup seseorang. Kata Hobbes, masa lalu hadir dalam ingatan. Baik ingatan yang membahagiakan maupun
menyakitkan seringkali menguasai hidup seseorang. Dengan pengalaman yang membahagiakan
pada masa lalunya, orang suka bernostalgia. Nostalgia sebagai pengenangan akan masa lalu tidaklah salah. Nostalgia menjadi salah, ketika orang terus menghidupinya dan mencoba menghadirkan kembali apa yang sudah tidak ada. Dalam dirinya, ia menuntut supaya masa lalu terulang lagi. Sikap ini membuat dirinya tidak berpijak pada kenyataan yang sedang dihayatinya.
Nostalgia yang berlebihan menjadikan bentuk ratapan atas hidup. Apa yang bahagia pada masa
lalu diratapi, karena tidak hadir lagi. Ratapannya terjadi karena kehilangan akan masa lalu yang
membahagiakan. Dengan demikian nostalgia menjadi belenggu batin. Demikian juga ingatan
masa lalu yang menyakitkan bisa menjadi belenggu. Ungkapannya adalah aku ingin mengubur
masa laluku. Ini pertanda masa lalu begitu menyakitkan, sehingga tidak bisa dikenang lagi; kalau
dikenang, menyakitkan.Karena menyakitkan, lebih baik dikubur saja. Masa lalu, bagaimanapun
keadaannya tetap menjadi bagian hidup. Menguburkan masa lalu yang menyakitkan tidak
menyelesaikan masalah. Nyatanya, orang yang punya masa lalu yang menyakitkan berwajah
Waktu1
murung. Kesedihan bisa menjadi warna hari-harinya. Masa lalu bisa memasung seseorang.
Inilah pengalaman bahwa seseorang dengan masa lalunya tidak selalu harmonis.
Masa lalu adalah sejarah (Bhs.Ingg.=history, dari kata his+story=dia punya cerita, cerita
miliknya). Maka sejarah menjadi cerita miliknya yang hadir pada masa lalu, cerita itu miliknya
dan bukan milik orang lain. Sifat cerita miliknya itu unik, artinya cerita itu tiada duanya, berarti
satu-satunya milik dia. Unik artinya juga cerita itu tidak dapat dibandingkan, melainkan milik
seseorang saja. Sebagai cerita unik, masa lalu menjadi sejarah. Isi dari sejarah adalah bahwa
masa lalu itu tidak bisa diubah, ditambah atau dikurangi; karena itu sifatnya baku, tetap. Yang
bisa dilakukan adalah belajar dari sejarah masa lalu.
Kaisar Agustus mengatakan,”Acta fabula, plaudite” (apa yang sudah terjadi adalah sebuah
kisah, bertepuktanganlah). Tepuk tangan itu ungkapan kepuasan dari jiwa. Tetapi bagaimana
bisa bertepuk tangan terhadap seluruh kisah masa lalu? Tentu saja, kisah masa lalu dirangkum
dalam sejarah. Bhs.Latin sejarah adalah historia, yang berarti sejarah, penyelidikan,
pengetahuan. Sehingga kalau dirangkum, sejarah
adalah sebuah penyelidikan dan
pengetahuan. Tepatnya, sejarah adalah hasil penyelidikan yang menjadi pengetahuan. Masa
lalu hanya akan menjadi sejarah, kalau masa lalu benar-benar diselidiki dan yang perlu diselidiki
dari masa lalu adalah maknanya. Di sini kita bertanya, apa artinya kita menemukan makna masa
lalu, kalau masa lalu yang membahagiakan telah hilang? Apa artinya kita menemukan makna
masa lalu, kalau masa lalu yang menyakitkan pedih untuk dikenang?
Untuk mulai pada penyelidikan masa lalu, kita mulai dengan keyakinan bahwa masa lalu itu
bermakna. Jika tidak, kita takkan pernah menemukan makna. Peribahasa yang mengatakan
“pengalaman adalah guru yang terbaik” menunjukkan bahwa masa lalu itu punya makna. Yang
perlu dilakukan ialah berguru dan mempelajari masa lalu. Makna masa lalu ditemukan ketika
seseorang memahami arti pengalamannya. Makna pokok masa lalu adalah kalau aku sekarang
berdiri di sini itu berkat pengalaman masa laluku yang menghantarnya. Selanjutnya, bukti
penyelidikan terhadap masa lalu ketika orang berkata “amin” dengan masa lalu, artinya dia
menyetujuinya bahwa memang demikianlah. Masa lalu yang membahagiakan, aku “amini”
sebab aku boleh bersyukur. Masa lalu yang menyedihkan, aku “amini” juga sebab aku boleh
belajar. Berkat sikap “amin” , masa lalu menjadi pengetahuan untuk menjalani hidup. Ada
sejumlah wawasan yang diberikan oleh masa lalu. Wawasan itu membuat aku terbuka terhadap
kebenaran-kebenaran hidup; wawasan membuat aku semakin bijak dalam bersikap dan
bertindak dalam hidup ini.
Pandangan Yesus terhadap masa lalu ditemukan dalam Injil. Yesus berkata,”Setiap orang yang
siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”(Luk.9:62).
Ungkapan itu menyatakan bahwa Yesus mengakui adanya masa lalu itu. Tetapi Yesus melarang
menoleh kepada masa lalu (ke belakang). Apa artinya? Masa lalu tidak dijadikan arah
perjalanan hidup. Tentu saja, karena perjalanan tidak berjalan mundur, tapi ke depan. Dan
perjalanan berpijak pada masa sekarang. Bagaimanapun masa sekarang itu titik pijak perjalanan
waktu.
Waktu2
Masa Sekarang
Yang paling nyata dalam hidup adalah masa sekarang. Hobbes menyatakan bahwa masa
sekarang hadir dalam kodrat. Kodrat sering dimengerti sebagai takdir (sudah ditentukan
begitu). Waktu sudah ditentukan hadir pada masa sekarang, artinya kehadiran waktu nyata
dalam masa sekarang. Masa lalu sudah berlalu dan masa drpan masih di depan. Akibatnya
kehadiran waktu sungguh-sungguh dirasakan pada masa sekarang, kini dan di sini.
Disadari atau tidak, setiap orang berelasi dengan kekiniannya dan relasi itu seharusnya
harmonis. Tanda keharmonisan relasi seseorang dengan masa sekarang ditunjukkan bahwa ia
mampu menikmati kekiniannya serta eksistensinya. Ia sungguh-sungguh hidup di masa
sekarangnya. Tetapi tidaklah mudah menjalani hidup masa sekarangnya; dan kebanyakan orang
tidak hadir dengan masa kekiniannya secara penuh, karena pikirannya ada di sana, bukan di
sini. Fisiknya hadir tapi pikirannya entah berada di mana, ia melamun, “absent minded”,
pikirannya tak hadir di sini.Selain di sini, pikiran juga bisa ditarik ke masa lalu atau ditarik ke
masa depan, berarti bahwa pikiran orang itu tidak dapat menikmati kekiniannya. Sulit bagi
orang itu untuk menerima keberadaannya sekarang. Ada kecenderungan kuat bahwa pikiran itu
lari ke masa lalu atau lari ke masa depan. Akibatnya, orang menjadi resah dan gelisah dengan
masa sekarangnya. Ia baru akan menjadi tenang manakala pikiran sungguh-sungguh ada pada
masa sekarang dan di sini. Rasa gelisah itu menunjukkan adanya rasa bersalah. Kesalahannya
terdapat pada pikiran yang terpasung pada masa lalu atau ditarik ke masa depan.
Kenyataan bahwa pikiran itu terus berjalan. Pikiran tidak diam; ia bisa berjalan ke tempat lain.
Secara positif pengalaman ini adalah petunjuk tentang hakikat manusia. Manusia itu sedang
berjalan menuju suatu keadaan di mana masa resah dan gelisah tidak menguasainya lagi.
Selama masih berjalan dalam ruang dan waktu, manusia belum bisa tenang. Hal ini sungguhsungguh dirasakan oleh St.Agustinus. Bagi St.Agustinus, jiwa itu terus berjalan tidak tenang
menuju ke peristirahatannya. Ia merumuskannya, “Cor meum non est in pace nisi restit in Te”
(Hatiku gelisah sebelum beristirahat dalam Tuhan). Penghayatan yang keliru adalah bahwa
masa sekarang terus-menerus diwarnai oleh resah dan gelisah. Rasa resah dan gelisah
melelahkan jiwa, padahal jiwa perlu beristirahat supaya tidak lelah. Ternyata, istirahat bagi jiwa
itu hanya terjadi dalam Tuhan. Rasa resah dan gelisah dalam jiwa hanya bisa diistirahatkan
dalam Tuhan. Ini berarti masa sekarang perlu dimasukkan dalam Tuhan. Jangan singkirkan
Tuhan dalam kekinian manusia, justru hadirkanlah Tuhan dalam penghayatan masa sekarang.
Masa sekarang ini hadir nyata karena masa lalu telah berlalu dan masa depan ada di depan.
Masa sekarang yang nyata hadir ini adalah hadiah, hadiah yang kita terima dengan cuma-cuma,
sebagai penghargaan.Di dalamnya ada penghargaan, dari yang memberi kepada yang terberi. Si
Pemberi itu adalah Tuhan sendiri, karena Tuhan menghargai manusia. Dan tanggapan yang
tepat adalah bersyukur, bersyukur atas hadirnya masa kini.
Sikap syukur inilah yang merupakan dasar untuk mengusir rasa resah dan gelisah kita. Apalagi
bahwa rasa syukur itu membuat hidup menjadi indah. Semakin banyak kita bersyukur, semakin
indahlah hidup ini. Sebaliknya, semakin kurang kita bersyukur, semakin kurang berkualitas pula
hidup kita ini.
“Penemuan terbesar dalam diri seseorang adalah bahwa dia menemukan keindahan hidupnya.
Apa yang ia pikirkan dan apa yang ia hayati tentang hidup seseorang sangat penting.
Pemahaman tentang hidup akan mempengaruhi bagaimana seseorang menhayati hidupnya.
Pemahaman yang salah tentang hidup membawa pada penghayatan yang salah tentang
Waktu3
hidup.Demikian sebaliknya. Tentu saja setiap orang ingin menghayati hidupnya secara
benar.Jika seseorang memahami sekaligus menghayati hidupnya dengan benar, ia akan
menemukan hidupnya yang indah.”
Anak kecil adalah lambang orang yang mampu menghayati eksistensi kekiniannya. Anak kecil
sungguh hidp dalam masa sekarangnya. Dalam menghayati masa sekarangnya, ia tidak
terbelenggu masa lalunya, tidak diseret ke lain tempat, tidak juga ditarik ke masa depan. Hidup
anak kecil begitu menikmati masa sekarangnya. Mampu hidup dengan masa sekarang, menjadi
salah satu gambaran Kerajaan Allah. Oleh Yesus, anak kecil dijadikan contohnya,
“Sesungguhnya barang siapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia
tidak akan masuk ke dalamnya.” (Luk.18:17).
Masa Depan
Yang dipikirkan banyak orang adalah masa depan. Semua orang setuju bahwa masa depan
selalu dipersiapkan. Karena itu, setiap orang dengan caranya berjuang untuk masa depannya.
Dalam meraih masa depannya, mereka menghayati masa sekarang sebagai kesempatan dan
peluang. Kesempatan dan peluang untuk meraih masa depan yang meyakinkan. Banyak cara
untuk itu: ada orang bersekolah setinggi-tingginya untuk meraih masa depannya, ada yang
mencari harta sebanyak-banyaknya, ada pula yang membekali dengan berbagai ketrampilan ini
dan itu. Persiapan pendidikan, harta dan kemampuan dimaksudkan untuk menyongsong masa
depan yang cerah. Orang mengatakan “madece” (masa depan cerah); dan yang dihindari adalah
“madesu” (masa depan suram). Pada umumnya “madesu” disebabkan persiapan ke masa
depan tidak ada jaminan. Persiapan-persiapan itu justru yang sebenarnya menjadi jaminan
untuk masa depan orang. Pikirnya, pendidikan, harta dan kemampuan bisa menjadi jaminan di
masa depan.
Jaminan hidup itu sama dengan kepastian hidup.Dengan jaminan itu, setiap orang
mendambakan kepastian dalam hidupnya. Tidak dapat dipungkiri, setiap orang merindukan
kepastian masa depannya. Kalau bisa masa depan sudah digenggam sejak sekarang; tapi
pengalaman membuktikan tidaklah demikian. Masa depan tidak bisa dimiliki karena masa
depan itu belum pasti. Masa depan itu tidak pasti karena masa depan tidak punya keberadaan.
Apa yang ada di masa depan itu belum ada. Tegasnya, apa yang ada di masa depan itu tidak
ada. Yang sudah ada itu terjadi di masa lalu dan yang sedang ada itu ada di masa sekarang.
Karena masa depan tu belum nyata maka masa depan itu adalah sebuah kegelapan. Tentang
masa depan sebenarnya kita tidak tahu, yang kita ketahui ialah bahwa kita sedang
mempersiapkannya. Hanya itu.Oleh karena itu masa depan adalah juga sebuah misteri, rahasia.
Karena itu masih mengandung pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan masa depan ada di
masa depannya.
Dalam menghayati masa depan yang tidak pasti, orang sering merasa khawatir, cemas, dan
takut. Ketiga perasaan itu mengafirmasi bahwa masa depan tidak pasti dan misteri. Orang
menjadi khawatir karena masa depan tidak bisa ditafsir. Orang menjadi cemas ketika masa
depan tidak menjanjikan apa-apa. Orang menjadi takut ketika masa depan menjadi suatu
ancaman. Bergelut dengan perasaan-perasaan itu tidak dibenarkan, sebab kita tidak berpijak
pada masa depan tapi kita berpijak pada masa kini.
Manusia tidak pernah mempunyai kepastian tentang masa depan, karena masa depan itu tidak
pasti, tidak berada, masih misteri. Percayakan saja kepada Allah, “Karena itu Aku berkata
Waktu4
kepadamu: janganlah kamu khawatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang
akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang ada di surga tahu bahwa kamu memerlukan
semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari
besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat.2534). Carilah dahulu Kerajaan Allah sebagai jawaban atas masa depan. Agak aneh. Ini
menandakan adanya sikap percaya. Percaya bahwa Allah menyelenggarakan masa depan
manusia. Yesus meminta kepada kita untuk menyerahkan masa depan pada penyelenggaraan
Ilahi. Alasan pokoknya karena Allahlah yang memiliki masa depan. (Disadur bebas dan disarikan
dari FIAT No.103/IX, JanuarI 2009)
==========================.
Waktu5
Download