11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas. Profitabilitas

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Profitabilitas.
Profitabilitas merupakan suatu ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan
dengan melihat efisiensi dari penggunaan modalnya. Perhitungan profitabilitas
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan manajemen perusahaan mengendalikan
usaha secara efisisen. Adapun manfaat profitabilitas yaitu : mengetahui besarnya
tingkat laba yang diperoleh dalam suatu periode, mengetahui posisi laba perusahaan
tahun sebelumnya dan tahun sekarang, mengetahui perkembangan laba dari tahun ke
tahun, mengetahui besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri dan
mengetahui produktivitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal pinjaman
maupun modal sendiri.
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja perusahaan,
menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Profitabilitas dapat
dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan
diperbandingkan satu dengan lainnya (Munawir, 2002) .
Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan alternatif pembiayaan,
namun cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan bermacam-macam sangat
bergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan dibandingkan antara laba yang
berasal dari operasi perusahaan atau laba netto setelah pajak dengan modal sendiri.
Penelitian tentang Profitabilitas suatu perusahaan ada berbagai cara, maka tidak
11
12
mengherankan bila ada beberapa perusahaan yang mempunyai perbedaan dalam
menentukan suatu alternatif untuk menghitung profitabilitas.
Profitabilitas pada industri perbankan sangat ditentukan oleh struktur
kepemilikan usaha yang pada gilirannya ternyata berpengaruh terhadap perolehan
laba perbankan ( Kosak and Cok, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Balachandher
et al. (2008), profitabilitas usaha perbankan di negara Malaysia sangat ditentukan
oleh internal factors dari management industry perbankan itu sendiri, mencakup
pengembangan sumber daya yang dapat menciptakan low cost production, yang dapat
meningkatkan daya saing perusahaan itu dalam melebarkan segmentasi pasarnya.
Rasio profitabilitas dapat diukur dari dua pendekatan yakni pendekatan
penjualan dan pendekatan investasi. Ukuran yang banyak digunakan adalah return on
asset ( ROA ) dan return on equity ( ROE ). Rasio profitabilitas yang diukur dari
ROA dan ROE mencerminkan daya tarik bisnis (bussines attractive). Return on asset
(ROA) digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi perusahaan secara
keseluruhan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik suatu perusahaan.
Return On Assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva
yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Penelitian ini dibatasi pada Retun On Assets (ROA) karena ROA merupakan alat
analisis dalam mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi yang
ditanamkan dalam total aktiva yang digunakan untuk meraih keuntungan.
13
Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya angka Return On Assets
(ROA) dalam penelitian ini adalah :
Laba bersih setelah pajak
Return On Asset = ----------------------------------Total Aktiva
Kegunaan dari ROA menurut Syamsuddin (2004) merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan
menggunakan keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
2.1.1 Kelebihan Return On Assets (ROA)
Kelebihan Return On Assets (ROA) menurut Syamsuddin (2004) yaitu :
1) Selain ROA berguna sebagai alat kontrol, juga berguna untuk keperluan
perencanaan. Misalnya ROA dapat dipergunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi.
2) ROA dipergunakan sebagai alat mengukur profitabilitas dari masing-masing
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem biaya
produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam
berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung
profitabilitas masing-masing produk.
3) Kegunaan ROA yang paling prinsip berkaitan dengan efisiensi penggunaan
modal, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila
perusahaan telah melaksanakan praktek Akuntansi secara benar .
14
2.1.2 Kelemahan Return On Assets (ROA)
Menurut Syamsuddin (2004) kelemahan Return On Assets (ROA), sebagai
berikut :
1) Sulit membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain,
karena perbedaan praktek akuntansi antar perusahaan.
2) Analisis Return On Assets (ROA) saja tidak dapat dipakai untuk
membandingkan antara dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil
yang memuaskan.
2.2
Pertumbuhan Asset
Aset adalah elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa
posisi keuangan jika dihubungkan dengan elemen neraca yang lain yaitu modal dan
kewajiban. Aset atau aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan
manfaat dikemudian hari. Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas
operasional perusahaan. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil
operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti
peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap
perusahaan.
Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana pertumbuhan
aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan
pertumbuhan yang akan datang (Taswan, 2003). Growth adalah perubahan
(penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu
15
terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Berdasarkan difinisi di atas dapat
dijelaskan Growth merupakan perubahan total aset berupa peningkatan yang dialami
oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun).
Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan
mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang diyakini bahwa persentase perubahan
total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan
(Putrakrisnanda, 2009). Ukuran yang digunakan adalah dengan menghitung proporsi
kenaikan aktiva. Pada penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diukur dari proporsi
perubahan aset, untuk membandingkan kenaikan atas total aset yang dimiliki oleh
perusahaan.
Pertumbuhan aset merupakan salah satu variabel ekonomi mikro yang
mempengaruhi kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Menurut teori residual
dividen, dinyatakan bahwa pertumbuhan aset memiliki hubungan negatif terhadap
kebijakan dividen dimana perusahaan baru akan membayar dividennya apabila tidak
terdapat peluang investasi yang menguntungkan (Priono, 2006).
Pertumbuhan aset yang terus meningkat menjadi suatu hal yang diinginkan
oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Signaling theory menyatakan
bahwa profitabilitas dan pengeluaran investasi berdampak positif bagi perusahaan
yaitu memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor dalam perusahaan.
Pertumbuhan aset yang meningkat akan memiliki prospek yang menguntungkan
dalam investasi karena kemungkinan return yang akan diperoleh juga tinggi sehingga
menjadi sinyal positif bagi investor yang menyebabkan meningkatnya harga saham
16
(Ratnawati, 2007). Pertumbuhan aset mempunyai efek yang kuat terhadap nilai
perusahaan terutama dalam perusahaan kecil dan menengah, karena dengan melihat
investasi perusahaan atau kegiatan pembiayaan yang dilakukan, maka investor dapat
memprediksi tingkat return yang akan didapatkan (Cooper et al. 2008).
2.3
Struktur Modal
Struktur modal adalah perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan
(long term debt) dengan total modal sendiri (Saidi, 2004). Menurut Riyanto (2013)
struktur modal adalah perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri.
Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun
jangka panjang) sedangkan total shareholders equity merupakan total modal sendiri
(total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)
terhadap total modal yang dimiliki perusahaan.
Struktur modal menggambarkan proporsi antara modal yang dimiliki oleh
suatu perusahaan yang berasal dari hutang jangka panjang ( long-term debt ) dan
modal sendiri ( equity ), sehingga struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan
Debt to Equity Ratio ( DER ) yaitu perbandingan antara total utang ( debt or liability )
jangka panjang terhadap total modal sendiri ( equity ). Semakin tinggi DER
menunjukkan komposisi total hutang jangka panjang semakin besar dibandingkan
dengan total modal sendiri (ekuitas), sehingga berdampak semakin besar beban
17
perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Secara matematis DER dapat dirumuskan
sebagai berikut :
DER =
Total Hutang Jangka Panjang
----------------------------------------------- x 100%
Total Ekuitas
Kebijakan dan strategi pengembangan dan penguatan struktur permodalan
perbankan merupakan kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai alternatif
sumber dana yang dipergunakan untuk membiaya investasi perbankan dalam rangka
meningkatkan perolehan laba perbankan ( Afriyeni, 2012).
Perubahan dalam struktur perbankan juga sering disebabkan oleh perubahan
kepemilikan bank yang dapat merubah strategi bisnis perbankan kearah yang
memperkuat struktur permodalan atau memperlemah struktur permodalan, oleh
karena sumber daya yang menjadi penentu pengelolaan usaha akan bersumber dari
kebijakan manajerial dari kepemilikan yang baru.
2.3.1
Teori Struktur Modal
2.3.1.1 Modigliani dan Miller
Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor Franco
Modigliani dan Merton Miller (selanjutnya disebut MM) menerbitkan salah satu
artikel keuangan paling berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan, dengan
sekumpulan asumsi yang sangat membatasi, bahwa nilai sebuah perusahaan tidak
terpengaruh oleh struktur modalnya. Akan tetapi, studi MM didasarkan pada
beberapa asumsi yang tidak realistik, termasuk hal-hal berikut: 1) tidak ada biaya
18
pialang, 2) tidak ada pajak, 3) tidak ada biaya kebangkrutan, 4) investor dapat
meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan, 5) semua investor memiliki
informasi yang sama dengan menajemen tentang peluang-peluang investasi
perusahaan dimasa depan, 6) EBIT tidak terpengaruh oleh penggunaan hutang.
Meskipun beberapa dari asumsi ini tidak realistis, hasil penelitian MM yang
tidak relevan sangat penting artinya. Dengan menunjukkan kondisi di mana struktur
modal tidak relevan, MM memberikan petunjuk tentang apa yang diperlukan bagi
struktur modal agar menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai suatu
perusahaan. Hasil kerja MM menandai awal dari riset atas struktur modal modern,
dan riset selanjutnya dipusatkan untuk melemahkan asumsi-asumsi MM dalam upaya
mengembangkan teori struktur modal yang lebih realistis.
1) Pengaruh Perpajakan
MM menerbitkan makalah lanjutan pada tahun 1963 didalamnya mereka
melonggarkan asumsi tidak adanya pajak perusahaan. Peraturan
Perpajakan
memperbolehkan
perusahaan
untuk
mengurangkan
pembayaran bunga sebagai suatu beban, akan tetapi pembayaran dividen
kepada pemegang saham tidak dapat menjadi pengurangan pajak.
2) Pengaruh Potensi Terjadinya Kebangkrutan.
Hasil irelevansi penelitian MM juga tergantung pada asumsi bahwa
perusahaan tidak akan bangkrut, sehingga tidak akan ada biaya
kebangkrutan. Masalah-masalah yang berhubungan dengan kebangkrutan
19
kemungkinan besar akan timbul ketika sebuah perusahaan memasukkan
lebih banyak hutang dalam struktur modalnya.
3) Teori Pertukaran.
Bunga adalah beban pengurangan pajak menjadikan hutang lebih murah
daripada saham biasa atau saham preferen. Akibatnya, secara tidak
langsung pemerintah akan membayarkan sebagian biaya dari modal,
hutang memberikan manfaat perlindungan pajak.
4) Teori Persinyalan.
MM berasumsi bahwa investor memiliki informasi yang sama tentang
prospek sebuah perusahaan seperti para manajernya, hal ini disebut
informasi simetris (symmetric information). Namun kenyataanya, para
manajer seringkali memiliki informasi yang lebih daripada pihak luar. Hal
ini disebut informasi asimetris (asymmetric information), dan memiliki
pengaruh yang penting pada struktur modal yang optimal.
5) Menggunakan Pendanaan Hutang untuk Membatasi Manajer.
Perusahaan dapat mengurangi arus kas yang berlebihan dengan beragam
cara. Salah satunya adalah dengan menyalurkan kembali kepada
pemegang saham melalui dividen yang lebih tinggi atau pembelian
kembali saham. Alternatif yang lain adalah untuk mengubah struktur
modal ke arah hutang dengan harapan adanya persyaratan penutupan
hutang yang lebih tinggi akan memaksa manajer untuk lebih disiplin.
20
2.3.1.2 Trade Off Theory
Model
trade-off
mengasumsikan
bahwa
struktur
modal
perusahaan
merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang
dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Esensi
trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan
pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih
besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena
penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak
diperbolehkan. Trade-off theory telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti
corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax, dalam menjelaskan mengapa
suatu perusahaan memilih struktur modal tertentu (Husnan, 2006). Model trade-off
theory tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun
model tersebut memberikan kontribusi penting yaitu; 1) Perusahaan yang memiliki
aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit hutang. 2) Perusahaan yang
membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan
perusahaan yang membayar pajak rendah.
2.3.1.3 Pecking Order Theory
Menjelaskan bahwa perusahaan akan menentukan hirarki dari sumber
pendanaannya dimana pendanaan dari dalam perusahaan (internal financing) lebih
didahulukan dari pada sumber pendanaan dari luar perusahaan (external financing).
Teori ini bukan saja berlaku pada perusahaan non-keuangan tetapi juga berlaku
terhadap industri perbankan (Marques & Santos, 2003). Marques dan Santos (2003)
21
mengatakan bahwa dalam proses pengambilan keputusan struktur modal yang
terutama diperhatikan adalah trade-off antara insentif dengan tata kelola
(governance),
serta
struktur
kepemilikan
bank
sebagai
kontrol
terhadap
pengalokasian ekuitas dan utang (equity and debt).
2.4
Risiko Usaha
Risiko Usaha adalah semua risiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan
untuk menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang
saham. Risiko usaha bagi bank adalah risiko yang dapat dikendalikan. Sedangkan
risiko yang tidak dapat dikendalikan digolongkan sebagai risiko non-usaha.
Risiko usaha merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang
diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank.
Semakin tinggi ketidak pastian pendapatan yang diterima suatu bank, semakin besar
kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga
uang diinginkan (Siamat, 2005). Risiko usaha yang dihadapi bank dapat berupa :
risiko likuiditas, risiko kredit, risiko tingkat bunga, risiko modal, dan risiko efisiensi.
Risiko kredit merupakan fokus pembahasan pada penelitian ini karena pada
prinsipnya usaha inti dari sektor perbankan adalah penyaluran kredit kepada
masyarakat.
Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko memasukkan setiap
pengambilan keputusan bisnisnya diharapkan dapat lebih survive, karena risiko yang
akan terjadi sudah diperhitungkan. Perusahaan yang melakukan proses manajemen
22
risiko juga diharapkan lebih dapat menciptakan nilai tambah, karena potensi return
yang diperoleh sudah diperhitungkan lebih besar daripada potensi risiko kerugiannya.
Menurut Taswan (2003), bisnis adalah berbagi risiko, bukan hanya berbagi
keuntungan. Risiko berhubungan positif dengan return. Artinya dalam bisnis
perbankan ketika ingin mencapai return yang tinggi maka berhadapan dengan risiko
yang tinggi. Risiko sering kali dikaitkan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian
(uncertainty) adalah keadaan dari beberapa kemungkinan kejadian dan setiap
kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Risiko didefinisikan sebagai
penyimpangan dari return yang diharapkan, sehingga diukur dengan deviasi standar
untuk return yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu.
Secara statistik risiko merupakan volatilitas dari sesuatu yang dapat berupa
pendapatan, laba, biaya, dsb. Volatilitas merupakan ukuran disperse (penyebaran)
yang dalam statistik diukur dengan variance (σ2) atau standar deviasi (σ). Semakin
besar nilai standar deviasi, maka semakin besar risiko yang harus dihadapi (Ghozali,
2013).
2.4.1 Risiko Kredit
Risiko kredit merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau ketidak mampuan
nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadualkan. Ketidak
mampuan nasabah memenuhi perjanjian kredit yang telah disepakati kedua belah
pihak ( Siamat, 2005 ).
23
Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan kegagalan
debitur untuk membayar kewajibannya atau debitur tidak dapat melunasi hutangnya.
Risiko kredit adalah risiko kerugian yang berhubungan dengan peluang counterparty
gagal memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo (Hardanto, 2006). Risiko kredit
diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL), Non Performing Loan adalah
risiko kredit yang menunjukkan perbandingan jumlah kredit bermasalah dengan total
kredit. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan
macet. Dengan kata lain risiko kredit adalah risiko karena peminjam tidak membayar
utangnya.
2.4.2
Pengaruh Risiko Usaha (NPL) terhadap Profitabilitas (ROA)
Risiko kredit adalah risiko yang dihadapi bank karena ketidak mampuan
nasabah mengembalikan pinjaman sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan.
Adanya berbagai sebab membuat debitur tidak memenuhi kewajiban kepada bank.
Risiko kredit diproksikan dengan rasio Non Performing Loan (NPL). Apabila suatu
bank kondisi NPL tinggi maka akan memperbesar biaya lainnya, sehingga berpotensi
terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005)
Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola
kredit bermasalah tidak efisien. Semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk
kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga
dapat menyebabkan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Laba bank tidak sepenuhnya ditentukan oleh perolehan bunga kredit, namun
kualitas kredit akan sangat menentukan pendapatan bank, yang pada gilirannya akan
24
berpengaruh terhadap laba bank. Apabila kualitas kredit rendah atau banyak kredit
bermasalah maka pendapatan bank akan rendah dan laba akan rendah bahkan
mungkin bank menderita rugi. Kualitas
kreditnya baik (NPL rendah), maka
pendapatan bank akan meningkat dan laba bank meningkat berarti profitabilitas
meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahardian (2008) menemukan bahwa risiko
kredit yang diukur dengan non performing loan secara statistik mempunyai pengaruh
negatif terhadap return on asset bank pasca merger. Hal ini disebabkan karena setiap
kenaikan outstanding pinjaman diberikan, bank wajib membentuk cadangan aktiva,
sehingga memperbesar biaya cadangan pinjaman diberikan dan ini tentunya akan
meningkatkan eksposur risiko kredit bank pasca merger.
2.4.3
Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap Profitabilitas (ROA)
Pertumbuhan aset pada perusahaan menunjukkan kepercayaan nasabah atau
investor semakin tinggi, aset besar akan dapat diinvestasikan dalam bentuk kredit dan
investasi lainnya, perputaran aset semakin tinggi dapat meningkatkan hasil yang
tinggi pula. Semakin banyak aset dikelola dengan optimal akan mampu melakukan
efiensi, semakin efisien suatu perusahaan akan mendapatkan laba yang selalu
meningkat. Hubungan pertumbuhan aset dengan profitabilitas berjalan searah makin
tinggi pertumbuhan aset perusahaan semakin tinggi laba yang diperoleh berarti
profitabilitas semakin baik juga.
Return on asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak
(earning after tax) terhadap total investasi. Mengingat investasi perusahaan dalam
25
bentuk aktiva (assets), maka ROA sering disebut juga dengan return on asset (ROA).
Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan, karena dana
yang diinvestasikan ke dalam aset dapat menghasilkan earning after tax (EAT) yang
semakin tinggi (Ang, 1997).
2.4.4
Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Profitabilitas (ROA)
Struktur modal adalah perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri.
Struktur modal diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), semakin banyak
dana pihak ketiga dalam suatu perusahaan menunjukkan DER semakin meningkat.
Profitabilitas merupakan suatu ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan dengan
melihat efisiensi dari penggunaan modalnya. Return On Assets (ROA) merupakan
rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana
yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan.
Penelitian tentang pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan
proksi dari struktur modal dilakukan oleh Wahyudi (2003) menyatakan bahwa pada
suatu tingkat batas tertentu terjadi pengaruh negatif signifikan antara hutang dengan
profitabilitas, sejalan dengan teori Pecking Order. Hal itu disebabkan oleh tingkat
utang yang tinggi berarti biaya bunga yang dibayarkan kepada pemilik dana juga
tinggi, akan membuat pendapatan laba menurun.
Pada umumnya, perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi
menggunakan
utang
yang relatif
kecil.
Tingkat
keuntungan
yang tinggi
memungkinkan memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan (Lukas,
26
2003). Dalam hal ini perusahaan akan cenderung memilih laba ditahan untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Semakin kecil proporsi utang di
dalam struktur modal perusahaan, maka return on asset akan meningkat karena
pembiayaan perusahaan dijamin oleh proporsi
modal sendiri. Perusahaan yang
mampu mendapatkan keuntungan yang tinggi (profitable) cenderung banyak
memanfaatkan dana sendiri untuk keperluan investasi.
Jadi tingkat utang dan
profitabilitas, berpengaruh negatif.
2.4.5
Pengaruh Risiko Usaha (NPL) terhadap Pertumbuhan Aset.
Kredit bermasalah selalu mendapat perhatian dari perusahaan yang bergerak
di sektor jasa keuangan. Kredit macet merupakan salah satu risiko yang dihadapi
lembaga perbankan. Kemampuan manajemen untuk melakukan analisis terhadap
pemberian kredit kepada nasabah, menjaga kualitas kredit menjadi sangat penting
dalam perusahaan yang menjalankan usahanya berfokus pada kredit. Perusahaan yang
mampu menjaga kualitas kredit dengan baik akan membawa dampak baik kepada
masyarakat, debitur dan investor untuk berinvestasi. Kepercayaan masyarakat
berdampak bagi pertumbuhan aset perusahaan karena menginvestasikan dananya ke
lembaga keuangan yang mampu mengalola usahanya dengan baik. Risiko kredit
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan aset bank.
Kredit macet dalam usaha yang fokusnya dibidang perkreditan adalah hal
yang wajar. Hanya kemampuan manajemen dalam mengelola usaha itu akan
menunjukkan sampai dimana mampu mengadakan pengawasan dan pembinaan
kepada debitur. Kredit macet yang tinggi, apalagi sampai melebihi ambang batas
27
ketentuan pengelolaan lembaga keuangan akan mempengaruhi pertumbuhan
perusahaan.
Risiko kredit mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam pemberian kredit
kepada masyarakat, perputaran kredit yang lambat berdampak pada penurunan
pertumbuhan aset. Hubungan risiko kredit terhadap pertumbuhan aset berpengaruh
negatif, semakin tinggi rasio kredit macet (NPL) maka pertumbuhan aset akan
semakin menurun dan semakin rendah risiko kredit macet maka pertumbuhan aset
akan semakin meningkat, karena perputaran aset bisa berjalan lancar sesuai dengan
target perusahaan.
2.4.6
Pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Pertumbuhan Asset
Struktur modal adalah perbandingan jumlah hutang dengan modal sendiri.
Struktur modal yang diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) adalah
membandingkan jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Kemampuan
bank untuk mendapatkan dana dari masyarakat atau investor menunjukkan bahwa
bank telah mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk mengelola dananya.
Tingkat
hutang yang tinggi mempengaruhi pertumbuhan aset, dana
masyarakat yang didapat dari utang dapat diinvestasikan kembali dalam bentuk kredit
kepada masyarakat. Pertumbuhan aset yang tinggi akan lebih banyak menggunakan
utang dalam struktur modalnya, daripada perusahaan yang pertumbuhan asetnya
rendah. Adanya pertumbuhan aset, bank akan beroperasi pada tingkat yang lebih
tinggi.
Download