Jual Beli Opini

advertisement
Jual Beli Opini
(Opinion Shopping)
Tanggung jawab atas pembuatan laporan keuangan berada pada pihak
manajemen. Sedangkan pihak auditor (pemeriksa) bertanggung jawab atas opini
(pendapat) yang telah mereka berikan terkait dengan laporan keuangan yang
telah diperiksanya (diaudit).
Oleh Suradi
Widyaiswara Madya Balai Diklat Kepemimpinan Magelang
Abstrak:
Tanggung jawab atas pembuatan laporan keuangan berada pada pihak
manajemen. Sedangkan pihak auditor (pemeriksa) bertanggung jawab atas opini
(pendapat) yang telah mereka berikan terkait dengan laporan keuangan yang
telah diperiksanya (diaudit). Jenis opini yang diberikan oleh auditor adalah:
Wajar Tanpa Pengecualian/WTP (Unqualified Opinion), Wajar Dengan
Pengecualian/WDP (Qualified Opinion)), Pendapat Tidak Wajar (Adverse
Opinion) dan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion).
Kata kunci: laporan keuangan, auditor dan opini.
Pendahuluan
Dalam kasus opinion shopping berikut ini dipaparkan suatu peristiwa yang sering
dijumpai oleh para auditor independen ketika mereka melaksanakan tugas
profesionalnya. Pada awalnya kasus ini terjadi pada salah satu perusahaan multinasional
yang berkantor pusat di USA dan kini kasus jual beli opini juga terjadi di negeri kita. Di
satu pihak mereka harus memperhatikan kepentingan kliennya, dipihak lain mereka
harus independen untuk melindungi kepentingan publik. Kasus serupa juga pernah
terjadi belakangan ini ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap basah
seorang auditor Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) ketika menerima suap dari pejabat
daerah sebagai upaya untuk membeli opini atas pemeriksaan (audit) laporan keuangan.
Khusus untuk perusahaan privat, auditor bekerja mendapat upah (fee) dari klien
namun demikian mereka tidak serta merta menuruti dan dapat diperintah sepenuhnya
untuk memenuhi kemauan kliennya. Sangat berbeda dengan auditor yang bekerja pada
BPK dan sebagainya, mereka mendapat gaji dari pemerintah. Pada sektor privat ini,
auditor ketika melakukan perikatan dengan klien, ada aturan yang harus dipatuhi, baik
yang bersifat teknis operasional maupun etika profesional. Pada kasus opinion shopping
ini, auditor independen melakukan perikatan dengan seorang klien, dimana pihak
manajemen dari kliennya tersebut diibaratkan sebagai seorang yang suka berbelanja/
membeli opini sehingga judul dalam kasus ini adalah “Opinion Shopping”.
Ketika auditor tidak dapat memenuhi permintaan manajemen untuk memberikan
suatu opini tertentu seperti yang dikehendakinya maka auditor tersebut akan diputuskan
kontraknya dan akan digantikan oleh auditor lain yang dapat memenuhi permintaan
manajemen dengan upah yang menggiurkan. Untuk menganalisis masalah yang terkait
dengan opinion shopping ini, penulis mengkajinya dari berbagai sumber, yang antara lain
berdasarkan : akuntansi keuangan (financial accounting), standard akuntansi
internasional (international accounting standard), teori akuntansi (accounting theory),
auditing, etika bisnis dan lain-lain.
Permasalahan
Pelanggaran terkait dengan opinion shopping adalah sebagai berikut :
 Klien berupaya untuk tidak mengakui adanya beban yang berhubungan dengan
warranty cost dengan menunda dan mengalokasikan beban tersebut kedalam
beberapa periode dimasa mendatang. Pengeluaran tersebut terjadi karena klien
memiliki kewajiban untuk memberikan garansi atas produk yang telah dijualnya.
Warranty problem atas produk yang dijualnya terutama yang berkaitan dengan the
electrical harness (gangguan elektrik) atas produk mid-range machine yang mana
akan menyebabkan terjadinya beban dalam suatu periode, tetapi klien tersebut
berkeinginan untuk menunda dan mengalokasikan beban tersebut selama 3 (tiga)
tahun dan ketika para pelanggan menemukan masalah tersebut, kemudian baru
memperbaikinya. Dampak negatif lainnya adalah mesin tersebut juga akan
menumpahkan limbah dan menyebabkan adanya pengeluaran untuk
membersihkannya.
 Bill Paige, salah satu anggota eksternal auditor berpendapat bahwa masalah
Warranty problem tersebut dapat menjadi sangat material dan ia tidak setuju atas
usulan kliennya untuk mengalokasikan beban tersebut selama 3 (tiga) tahun
mendatang dengan alasan bahwa kewajiban tersebut akan terjadi pada periode (tahun
buku) sekarang dan harus diakui pada sekarang juga.
 Manajemen perusahaan sengaja berusaha untuk mengalokasikan warranty costs
kedalam beberapa periode dimasa mendatang (spread) dengan tujuan untuk
menaikkan laba bersih (net income). Dengan meningkatnya net income mengandung
arti bahwa kinerja manajemen dianggap sangat baik dan pada akhirnya usulan
mereka untuk menaikkan gaji dan bonus sangatlah beralasan dan akan disetujui
dalam RUPS. Padahal ini semua hanya merupakan rekayasa yang dilakukan oleh
pihak manajemen.
 Bob (President Director) dan Jane (Chief Financial Officer) berusaha untuk terus
melobi kepada anggota eksternal auditor yang lain. Namun semua upaya ini tetap
ditolak oleh auditor tersebut dan akhirnya Bob dan Jane akan memainkan “hardball”
dengan menghubungi anggota komite audit dan mengusulkan untuk melakukan
tender kepada auditor yang baru, nilai kontrak audit yang akan dibayarkan oleh klien
tersebut sebesar $50,000. Setelah semua ini dilaksanakan mereka akan keluar pasar
dengan berbagai cara.
Jawaban atas pertanyaan dalam kasus
1. Stakeholders utama yang terlibat dalam masalah tersebut adalah manajemen
perusahaan, dewan komisaris dan komite audit.
2. Isu-isu etika yang terkait dengan masalah tersebut adalah bribery (penyuapan),
coercion (pemaksaan), dan deception (informasi yang menyesatkan).
3. Apakah dalam situasi demikian tidak etis. Ya, klien berusaha untuk mempengaruhi
pendapat auditor dan menggantinya dengan auditor yang lain jika tidak bersedia
memberikan opini seperti yang dikehendaki.
4. Apakah yang akan dilakukan oleh Jane jika Webster & Co. dipilih oleh komite audit
dan akan direkomendasikan kepada dewan komisaris. Jane akan berusaha untuk
mempengaruhi pendapat auditor (Webster & Co) dan menggantinya dengan auditor
yang lain jika tidak menurutinya.
Analisis Permasalahan
Untuk menganalisis masalah yang terjadi dalam perusahaan tersebut terutama
yang berkaitan dengan pengakuan adanya “warranty costs” terjadi perbedaan pendapat
antara klien dan auditor yang sedang melakukan audit pada saat ini. Untuk menengahi
perbedaan tersebut dapat digunakan berbagai referensi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
International Accounting Standard (IAS)
Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)
Teori Akuntansi (Accounting Theory)
Auditing
Etika Bisnis dan etika Profesi
1. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.57)
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no.57 dibahas tentang
Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi.
Yang dimaksud dengan Kewajiban kontinjensi adalah :
 Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada
masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan; atau
 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena :
► Tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) perusahaan mengeluarkan
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis (selanjutnya disebut sebagai
sumber daya) untuk mneyelesaikan kewajibannya; atau
► Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Kewajiban Diestimasi
Kewajiban diestimasi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut dipenuhi :
 Perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;
 Besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus
keluar sumber daya; dan
 Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Contoh : Jaminan (Garansi)
Pada saat penjualan, produsen memberikan jaminan atau garansi produk kepada para
pembeli produknya. Berdasarkan kontrak penjualan, produsen menjamin akan
memperbaiki atau mengganti produk yang dalam jangka waktu tiga tahun sejak tanggal
penjualannya menampakkan cacat. Berdasarkan pengalaman masa lalu, terdapat
kemungkinan besar bahwa akan terjadi klaim atas jaminan yang diberikan.
Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi (Menurut PSAK)
Apabila, sebagai akibat dari kejadian masa lampau, timbul kemungkinan
perusahaan akan mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomis dalam rangka menyelesaikan : (a) kewajiban masa kini atau
kemungkinan kewajiban yang keberadaannya akan menjadi pasti hanya
dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa yang
belum pasti di masa datang, yang (peristiwa itu) tidak sepenuhnya berada
dalam kendali perusahaan.
Apabila terdapat
kewajiban
kini
yang
kemungkinan
besar
akan
mengakibatkan
perusahaan
mengeluarkan
sumber daya
Apabila
terdapat
kemungkinan kewajiban
atau kewajiban kini yang
kemungkinan,
tetapi
tampaknya tidak, akan
mengakibatkan perusahaan
mengeluarkan
sumber
daya
Apabila
terdapat
kemungkinan
kewajiban
atau
kewajiban kini sangat
kecil
kemungkinannya
perusahaan
mengeluarkan sumber
daya.
Kewajiban
diestimasi diakui Kewajiban diestimasi tidak Kewajiban diestimasi
oleh perusahaan diakui (paragraf 28).
tidak diakui (paragraf
paragraf 15).
28).
Dilakukan
pengungkapan
mengenai
kewajiban
diestimasi
tersebut (paragraf
85 dan 86)
Dilakukan pengungkapan Tidak
diperlukan
mengenai
kewajiban pengungkapan
kontinjensi
tersebut (paragraf 87).
(paragraf 87).
Contoh : Pengungkapan berdasarkan paragraf 86
Contoh 1 : garansi
Pada saat penjualan, suatu produsen memberikan garansi atau jaminan kepada pembeli
ketiga lini produknya. Berdasarkan garansi tersebut, produsen bersedia untuk
memperbaiki atau mengganti produk-produk yang gagal menunjukkan kinerja yang
memuaskan selama dalam dua tahun terhitung sejak tanggal penjualan. Pada tanggal
neraca, diakui kewajiban diestimasi sebesar 80 juta. Kewajiban diestimasi tersebut tidak
didiskontokan karena dampaknya tidak material.
Perusahaan mengungkapkan informasi berikut ini :
Perusahaan mengakui kewajiban diestimasi sebesar 80 juta rupiah. Jumlah tersebut
adalah jumlah yang diperkirakan akan dikeluarkan perusahaan bagi klaim atas garansi
produk yang dijual selama tiga tahun terakhir. Diperkirakan sebagaian besar pengeluaran
tersebut akan terjadi dalam tahun buku mendatang, dan semua pengeluaran akan terjadi
dalam dua tahun sejak tanggal neraca.
Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu yang mengikat. Peristiwa
yang mengikat adalah penjualan produk dengan jaminan, yang selanjutnya menimbulkan
kepastian hukum.
Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis dalam rangka penyelesaian
kewajiban. Terdapat kemungkinan besar bahwa hal ini (keluarnya sumber daya) akan
terjadi bagi jaminan secara keseluruhan.
Implikasi. Perusahaan harus mengakui kewajiban diestimasi sebesar estimasi terbaik
biaya perbaikan dan atau penggantian yang mungkin perlu dikeluarkan dalam rangka
menjamin produk yang dijual sebelum tanggal neraca.
2. Menurut International Accounting Standards (IAS)
Berdasarkan chapter 2 IAS tahun 2003 dinyatakan sebagai berikut : “Under IAS 37, the
term contingencies is reserve for those potential obligations which are not to be accrued
and formally reported in the balance sheet”. Artinya : dalam konteks kontinjensi
cadangan yang berkaitan dengan kewajiban potensial tidak boleh ditunda dan dilaporkan
dalam neraca pada saat itu juga.
Contoh-contoh dari kerugian kontinjensi (loss contingencies ) menurut IAS 2003 adalah
sebagai berikut :
a. Kemampuan dapat ditagihnya suatu piutang (Collectibility of receivables)
b. Kewajiban berkaitan garansi suatu produk dan produk yang rusak (Obligation
related to product warranties and product defects)
c. Resiko kerugian atau kerusakan dari aktiva perusahaan karena kebakaran, letusan
atau berbagai penyebab lainnya (Risk of loss or damage of enterprise property by
fire, explosion, or other hazards)
d. Ancaman Terhadap Pengambilalihan aktiva (Threat of expropriation of assets)
e. Penundaan atau ancaman dari proses pengadilan (Pending or threatened litigation)
f. Adanya klaim atau kemungkinan klaim dan penilaian dan sebagainya (Actual or
possible claims and assesments etc.)
Selanjutnya dalam IAS 2003 chapter 12 halaman 490 dinyatakan sebagai berikut :
“Product warranties providing for repair or replacement of defective products may be
sold separately or may be included in the sale price of the product. If the warranty
extends into the next accounting period, current liability for the estimated amount of
warranty expense in the next period must be recorded. If the warranty spans more than
the next period, the estimated liability must be partitioned into a current and long-term
portion”.
Berdasarkan penjelasan dalam chapter 12 IAS tersebut dinyatakan bahwa: ”Garansi atas
suatu produk yang disediakan untuk perbaikan atau penggantian atas produk yang rusak
baik yang dijual secara terpisah atau mungkin sudah tercakup dalam harga jual. Jika
masa garansi lebih dari satu periode akuntansi, kewajiban saat ini yang mengestimasi
jumlah beban garansi untuk periode dimasa mendatang harus dicatat. Jikalau jangka
waktu garansi memiliki rentang lebih dari beberapa periode akuntansi, estimasi
kewajiban harus dikelompokkan kedalam bagian jangka pendek dan jangka panjang”.
3. Menurut Akuntansi Keuangan ( Financial Accounting)
Dalam “intermediate Accounting” oleh Kieso, Weygandt dan Warfield edisi ke sebelas
2004 chapter 13 : Current Liabilities and Contingencies halaman 634 dibahas
“Guarantee and Warranty Costs”. A Warranty (product guarantee) adalah suatu janji
yang dibuat oleh penjual kepada pembeli untuk membuat baik atas barang dijual yang
disebabkan karena penurunan kuantitas, kualitas, atau kinerjanya. Definisi ini sering
dilakukan oleh suatu pabrik ketika mereka melakukan promosi penjualan atas
produknya. “Guarantee and Warranty Costs” berhubungan dengan beban dimasa
mendatang dan biasanya jumlahnya juga relatif besar—kadang-kadang disebut dengan
istilah lain yaitu “after costs” atau “post-sale costs”. Pengaturan yang berhubungan
dengan hal ini diatur dalam warranty provisions. Warranty cost merupakan contoh klasik
dari loss contingency.
Ada dua metode dasar untuk akuntansi warranty costs :
a. Metode Dasar Tunai (the cash basis method)
b. Metode Akrual (the accrual method)
Metode Dasar Tunai (The Cash Basis Method)
Dalam metode dasar tunai, warranty costs dibebankan menjadi beban pada saat
terjadinya. Dengan kata lain, warranty costs dibebankan dalam periode dimana penjual
atau pabrik memenuhi warranty. Metode dasar tunai ini diperlukan jika suatu warranty
liability tidak ditunda dalam tahun terjadinya penjualan karena
►
►
tidak mungkin bahwa suatu kewajiban telah terjadi; atau
jumlah kewajiban tidak dapat diestimasi secara baik.
Metode Akrual (The Accrual Method)
Metode ini memungkinkan bahwa pelanggan akan melakukan klaim terhadap garansi
yang berhubungan dengan barang atau jasa yang telah dijual dan suatu estimasi yang
rasional besarnya biaya dapat dilakukan, metode akrual harus digunakan dalam hal ini.
Dalam Metode Akrual, warranty costs dibebankan menjadi biaya operasi (operating
expense) pada saat terjadinya penjualan.
Metode ini yang lazim digunakan dan harus diterapkan ketika warranty
merupakan suatu bagian yang integral dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
penjualan dan lazim disebut sebagai “loss contingency”. Metode ini disebut juga dengan
pendekatan “expense warranty approach”.
4. Menurut Teori Akuntansi (Accounting Theory)
Berdasarkan Teori Akuntansi dikenal suatu prinsip yang disebut dengan Prinsip
Conservatism. Dalam praktek akuntansi tradisional untuk memecahkan masalah yang
bersifat tidak pasti (uncertainty) dengan memilih solusi yang akan menghasilkan yang
lebih rendah terhadap pengakuan pendapatan yang diakui dalam suatu periode akuntansi.
Konsep ini dirancang untuk menghindari adanya penyajian lebih tinggi (overstatement)
dari financial strength atau earnings. Dalam beberapa hal, prinsip akuntansi yang
berterima umum (PABU/GAAP) mensyaratkan bahwa suatu pengeluaran (expenditures)
harus dibebankan segera menjadi beban (immediately to expense) pada saat terjadinya.
Dan sebaliknya jika perusahaan memperkirakan bahwa perusahaan akan
mendapatkan suatu pendapatan, maka pendapatan ini tidak boleh diakui hingga
pendapatan tersebut benar-benar telah terjadi. Dengan demikian berdasarkan Prinsip
Conservatism ini merekomendasikan bahwa warranty costs dibebankan pada saat
terjadinya dan tidak diperkenankan untuk ditunda.
5. Menurut Auditing
Pada saat perusahaan klien sedang memiliki masalah yang berhubungan dengan
perlakuan akuntansi warranty cost ternyata juga memiliki hubungan dengan adanya
rencana manajemen untuk menaikkan gaji dan bonus. Pada satu sisi jumlah beban
operasi perusahaan harus ditekan, namun disisi lain jumlah beban yang harus ditanggung
perusahaan yang menyangkut gaji dan upah harus dinaikkan. Disinilah terjadi
pertentangan kepentingan (conflict of interest) antara pengelola (management) dan
pemilik (stockholders). Berdasarkan pengkajian menurut auditing, auditor independen
berupaya untuk menengahi hal tersebut. Ada suatu keadaan spesifik yang melingkupi
bahwa akan meningkatkan penilaian terhadap risiko bawaan (inherent risk) yang
disebabkan kemungkinan dari fraudulent financial reporting.Faktor-faktor tersebut
antara lain yang berkaitan dengan Management characteristics the risk of fraud, yang
meliputi :
 Manajemen membayar bonus berdasarkan laba yang diperoleh (Management is
paid bonuses based on profit).
 Penaksiran keuntungan yang terlalu optimis (Distribution is made of an optimistic
earnings forecast).
 Manajemen menghendaki untuk meminimalkan pajak (Officials desire to minimize
taxes).
 Manajemen yang dikuasai oleh satu orang (Management is dominated by one
person).
 Sering terjadinya pergantian dari manajemen senior (High turnover of senior
management has occurred). Khususnya masalah yang berkaitan dengan pembuatan
laporan keuangan (This is particularly a problem if the individuals were involved
in financial reporting).
 Sering terjadi perselisihan dengan auditor (Frequent disputes occur with the
auditors).
Manajemen perusahaan klien berusaha untuk membebankan warranty cost
kedalam beberapa periode dimasa mendatang dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja
perusahaan yaitu dengan meningkatnya laba bersih (net income) sehingga mereka
memiliki argumen yang kuat untuk menaikkan gaji/bonus mereka. Padahal teknik/cara
yang mereka terapkan bertentangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
6. Menurut Etika
Etika bertujuan untuk mengatur dan melindungi berbagai kepentingan berbagai pihak
baik yang berada di dalam (inside) maupun di luar (outside) perusahaan yang lazim
disebut stakeholders. Sehubungan dengan praktik-praktik bisnis yang dilakukan oleh
klien tersebut terdapat berbagai pelanggaran terhadap etika, antara lain :
 Bribery (penyuapan)
Penyuapan adalah “the offering, giving, receiving, or soliciting of something of value
for the purpose of influencing the action of official in discharge of his or her public or
her legal”. Artinya : penawaran, pemberian, atau permohonan/permintaan suatu nilai
dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan dari pejabat yang memiliki wewenang
dalam pengambilan keputusan.
Klien tersebut akan berusaha untuk menyuap eksternal auditor yang sedang
melakukan audit agar menyetujui bahwa masalah yang berhubungan dengan warranty
problem atas produk yang dijualnya terutama yang berkaitan dengan the electrical
harness (gangguan elektrik) atas produk mid-range machine yang mana akan
menyebabkan terjadinya beban dalam suatu periode, tetapi klien tersebut berkeinginan
untuk mengalokasikan beban tersebut selama 3 (tiga) tahun. Meskipun dalam kondisi
demikian eksternal auditor yang sedang melakukan audit tidak terpengaruh dan tetap
berpendapat bahwa suatu beban diakui pada saat terjadinya.
 Coercion Act (pemaksaan)
Pemaksaan adalah bentuk ancaman atau kekuasaan melarang penjual untuk
melakukan transaksi dengan pembeli tertentu, pembeli untuk membeli kepada penjual
tertentu atau pembeli untuk membeli barang atau jasa tertentu.
Sehubungan dengan tugas auditnya, eksternal auditor yang sedang melakukan audit
dipaksa untuk menyetujui keinginan klien, yaitu untuk mengalokasikan beban yang
terjadi atas kewajiban garansi tersebut selama 3 (tiga) tahun dan tidak hanya
dibebankan dalam suatu periode saja pada saat terjadinya, namun eksternal auditor
tetap menolaknya.
 Deception (informasi yang menyesatkan)
Deception adalah suatu tindakan dengan menyembunyikan atau memanipulasi
sehingga berbeda dengan kondisi yang sebenarnya dan akan menyebabkan orang yang
menggunakan informasi tersebut menjadi sesat (misled). Suatu beban yang terjadi
pada suatu periode pembukuan tidak diperkenankan untuk dialokasikan selama 3
(tiga) tahun buku berikutnya. Jika hal ini tetap dilakukan maka informasi yang
dihasilkan dan akan dipergunakan untuk mengambil keputusan akan menyesatkan
bagi para pemakai laporan keuangan.
Kesimpulan
Dengan mendasarkan pengkajian menurut teknik penyusunan laporan keuangan
(financial accounting), pedoman penyusunan laporan keuangan (SAK), International
Accounting Standard, Accounting Theory, teknik mengurai laporan keuangan (Auditing)
dan Etika Bisnis, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
► Garansi yang berhubungan dengan barang atau jasa yang telah dijual dan
berdasarkan suatu estimasi yang rasional besarnya biaya dapat dilakukan, maka
metode akrual harus digunakan. Dalam Metode Akrual, warranty costs dibebankan
menjadi biaya operasi (operating expense) pada saat terjadinya penjualan.
► Berdasarkan prinsip matching cost againts revenue dinyatakan bahwa suatu
pendapatan harus diperbandingkan dengan beban yang terjadi pada suatu periode
yang sama. Hal ini mengandung makna bahwa tidak terjadi pemindahan beban
yang terjadi dalam suatu periode ke periode berikutnya. Sehingga informasi yang
disampaikan dalam laporan keuangan tidak menyesatkan (mislead) dan dapat
digunakan antara lain untuk memprediksi kinerja perusahaan dimasa mendatang,
mengevaluasi kinerja dimasa lalu serta dapat diperbandingkan.
► Praktek-praktek bisnis yang dilakukan oleh klien tersebut terdapat berbagai
pelanggaran terhadap etika, antara lain : Bribery (penyuapan), Deception
(informasi yang menyesatkan), dan Coercion Act (pemaksaan). Hal ini akan
menyebabkan menurunnya kualitas informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dan bahkan dapat menyesatkan.
Daftar Pustaka
Boynton, Johson and Kell, Modern Auditing, Seventh Edition, New York : John Wiley &
Sons, Inc., 2003.
Edmonds, Thomas P., Frnaces M. McNair, Edward E. Milam, Philip R. Olds, and Cindy
D. Edmonds, Fundamental Financial Accounting Concept, Third Edition, Boston :
Irwin McGraw-Hill, 2000.
Fritzsche, David J., Business Ethics, New York : McGraw-Hill, 1997
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Per April 2002, Jakarta :
Penerbit Salemba Empat, 2002.
Horngren, Charles T., Walter T. Harrison Jr., and Michael A. Robinson, Accounting,
Third Edition, New Jersey : Prentice-Hall, Inc., 1996.
Horngren, Charles T., and Walter T. Harrison Jr., Accounting LOMA Edition, New
Jersey : Prentice-Hall, Inc., 1996.
Larson, Kermit D. and Paul B. W. Miller, Financial Accounting, Fifth Edition,
Homewood : Richard D. Irwin, Inc., 1992.
Meigs, Robert F., Jan R. Wiiliam, Susan F. Haka, and Mark S. Bettner, Financial
Accounting, Tenth Edition, Boston : Irwin McGraw-Hill, 2001.
Mirza, Abbas Ali and barry J. Epstein, International Accounting Standard, New York :
John Wiley & Sons, Inc., 2003.
Northcott, Paul H., Ethics and The Accountant : Case Studies, Australia : Printice Hall,
1994.
Smith, Jay M. Jr., and K. Fred Skousen, Intermediate Accounting, 16th Edition,
Cincinnati : South-Western Publishing Co, 2001.
Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso, and Paul D. Kimmel, Accounting Principles, Tenth
Edition, New York : John Wiley & Sons, Inc. 2011.
Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso, and Warfield, Intermediate Accounting, Fourtenth
Edition, New York : John Wiley & Sons, Inc. 2010.
Download