KORELASI ULTRASONOGRAFI NODUL TIROID TIRADS DENGAN HASIL HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA STRUMA NODULER CORRELATION THYROID NODULAR ULTRASONOGRAPHY TIRADS WITH HISTOPATHOLOGY RESULT ON NODULAR GOITRE PATIENTS AR. Yandi Kurniawan1, Nurlaily Idris1, Muhammad Ilyas1, Frans Liyadi1 Haryasena2, Idham Jaya Ganda3, 1 Bagian Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar 2 Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar 3 Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Hasanuddin Makassar Alamat Koresponden : AR. Yandi Kurniawan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP : 081355998021 Email : [email protected] 1 ABSTRAK Ultrasonografi tiroid merupakan modalitas radiologik utama dalam mengevaluasi nodul tiroid berbagai penelitian melaporkan variabilitas dalam akurasi diagnostik dalam menentukan nodul tiroid ganas atau jinak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ultrasonografi TIRADS dengan hasil histopatologi pada penderita struma noduler. Penelitian ini dilakukan di Bagian Radiologi RS dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Metode penelitian bersifat crosssectional, dilakukan pada bulan Nopember 2012 sampai Februari 2013. Total sampel 36 orang dengan gejala klinis nodul tiroid, berumur antara 16 – 71 tahun. Pemeriksaan USG leher digunakan untuk menilai nodul tiroid untuk menentukan risiko keganasan berdasarkan klasifikasi TIRADS kemudian dibandingkan degan hasil histopatologi. Pada penelitian ini pula dinilai korelasi antara umur, jenis kelamin dengan TIRADS serta hasil histopatologi. Analisis statistik yang dilakukan berdasarkan skala pengukuran yaitu Uji Chi-Square dan uji Korelasi Koefisien Kontingensi. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang bermakna antara ultrasonografi nodul tiroid TIRADS dengan hasil histopatologi. Pada penelitian ini pula ditemukan hasil korelasi yang tidak bermakna antara umur dengan TIRADS, umur dengan hasil histopatologi, jenis kelamin dengan TIRADS dan jenis kelamin dengan hasil histopatologi. Terdapat korelasi yang bermakna antara TIRADS berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi leher dengan hasil histopatologi Kata kunci : USG leher, TIRADS, histopatologi, nodul tiroid ABSTRACT Thyroid ultrasonography is a major radiological modalities in evaluating thyroid nodules although various studies have reported variability in diagnostic accuracy in determining the malignant or benign thyroid nodules.The goal of this study is to determine the relationship between ultrasound TIRADS with histopathologic results in patients with nodular goiter. The research was carried out in the Department of Radiology dr. Wahidin Sudirohusodo hospital, Makassar. This cross-sectional study, conducted in November 2012 to February 2013. Total sample of 36 people with clinical symptoms of thyroid nodules, aged between 16-71 years. Ultrasound examination of the neck is used to evaluate thyroid nodules to determine the risk of malignancy based on TIRADS classification. The results of USG then compared to histopathology results. This study also assessed the correlation between age, gender with TIRADS and histopathology results. Statistical analyzes were performed based on the measurement scale ; the ChiSquare test and correlation coefficient of contingency. Results of this study showed a significant correlation between thyroid nodule ultrasonography TIRADS with histopathology results. In this study, the results also found no significant correlation between age and nodule ultrasonography TIRADS, age with the results of histopathology, gender with nodule ultrasonography TIRADS and gender with histopathology results. There is a significant correlation between TIRADS by neck ultrasonography with histopathological results Keywords: Neck ultrasound, TIRADS, histopathology, thyroid nodule. 2 PENDAHULUAN Struma atau goiter secara umum didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar tiroid yang abnormal (Mulinda, 2011). Pembesaran tiroid dapat menyeluruh disebut struma difus, atau dapat juga membesar oleh karena pertumbuhan satu atau lebih benjolan (nodul) di dalam kelenjar, yang disebut struma noduler. Kelenjar tiroid yang membesar dapat tetap memproduksi hormon dalam batas normal, disebut eutiroid atau struma non toksik, atau dapat berkembang dalam kondisi produksi hormon tiroid yang berlebihan, yang disebut struma toksik, atau tidak mampu membentuk hormon tiroid dalam jumlah yang cukup, disebut struma hipotiroid. Kelenjar tiroid dapat mengandung satu nodul saja (nodul tiroid soliter atau struma uninoduler) atau beberapa nodul (struma multinoduler). Nodul tiroid dapat berbentuk padat jika terdiri dari sel tiroid atau sel lain atau kumpulan hormon tiroid yang disebut koloid. Jika nodul mengandung cairan, maka disebut nodul kistik. Nodul kistik ini dapat seluruhnya merupakan cairan (simple cyst) atau sebagian padat sebagian cair (complex cyst). Nodul tiroid dapat juga diklasifikasikan sebagai jinak atau ganas tergantung pada apakah sel yang terkandung di dalamnya mempunyai potensi menyebar keluar dari kelenjar tiroid menuju jaringan di sekitarnya atau bagian tubuh lainnya yang jauh. (Ladenson, 2008) Nodul tiroid adalah lesi diskrit di dalam kelenjar tiroid yang secara palpasi maupun secara ultrasonografik dapat dibedakan dengan jaringan parenkim tiroid di sekitarnya. Nodul tiroid merupakan kasus yang sering ditemukan dan dapat disebabkan oleh berbagai jenis gangguan pada kelenjar tiroid. Meskipun kebanyakan nodul jinak, tetapi sekitar 5% dari nodul yang teraba adalah nodul ganas. (Brennan, 2007; Welker dkk., 2003) Ultrasonografi tiroid merupakan modalitas utama dalam mengevaluasi nodul tiroid. Dengan menggunakan ultrasonografi, nodul tiroid tampak sebagai lesi noduler di dalam kelenjar tiroid yang dapat dibedakan dengan parenkim sekitarnya. Beberapa gambaran ultrasonografi seperti hipoekogenisitas, tepi ireguler, mikrokalsifikasi dan bentuk “taller-than-wide” telah diajukan sebagai prediktor keberadaan malignansi tiroid. Meskipun demikian, berbagai penelitian melaporkan variabilitas dalam akurasi diagnostik yang kemungkinan saling tumpang tindih dalam menentukan nodul tiroid ganas atau jinak, tanpa memperhatikan apakah nodul tiroid tersebut memiliki gambaran nodul solid atau kistik. (Popli dkk.,2012; Lee dkk., 2011). Sebagian peneliti menggunakan USG grey scale seperti Yoon dkk., menggunakan kriteria kalsifikasi perifer (Yoon dkk., 2007), Kim MJ dkk., dengan makrokalsifikasi (Kim dkk., 2008). Brunese dkk., menggunakan kriteria B-flow twinkling sign.(Brunese dkk., 2008) Beberapa peneliti lainnya menggunakan mikrokalsifikasi, tepi yang ireguler, hipogenitas, halo sign dan 3 limfadenopati regional seperti pada Hoang dkk., (Hoang dkk., 2007), Algin O dkk (Algin dkk., 2010), Iannuccilli JD dkk (Iannuccili dkk., 2004) Beberapa penelitian menyimpulkan akurasi diagnostik ultrasonografi tiroid untuk nodul tiroid. Secara khusus, Horvath dkk, mengajukan Thyroid Imaging Reporting and Data System (TIRADS) untuk mengembangkan karakteristik ultrasonografi standar dan sistem pelaporan data untuk lesi tiroid. Meskipun demikian, tidak ada penelitian yang secara berkesinambungan memanfaatkan klasifikasi ultrasonografi untuk nodul tiroid. (Lee dkk., 2011). Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui hubungan antara hasil ultrasonografi nodul tiroid klasifikasi TIRADS dengan hasil pemeriksaan histopatologi pada penderita struma noduler. Secara khusus penelitian ini bertujuan Menentukan gambaran nodul tiroid berdasarkan klasifikasi TIRADS pada pemeriksaan ultrasonografi. Menentukan gambaran nodul tiroid pada pemeriksaan histopatologi. Membandingkan gambaran nodul tiroid berdasarkan klasifikasi TIRADS pada pemeriksaan ultrasonografi dengan gambaran nodul tiroid pada pemeriksaan histopatologi. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Merupakan penelitian uji korelasi, desain penelitian adalah cross sectional, sampel diambil dengan menggunakan metode consecutive sampling, analisis data menggunakan uji Chisquare dan uji korelasi koefisien kontingensi. Populasi dan sampel Populasi adalah pasien struma noduler yang dikirim ke Bagian Radiologi untuk dilakukan pemeriksaan ultrasonografi leher Sampel sebanyak 36 sampel dari penderita nodul tiroid, berumur antara 16-71 tahun yang memenuhi kriteria penelitian. Sampel penelitian diperoleh dengan cara consecutive sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah seluruh pasien struma noduler berdasarkan pemeriksaan USG dan bersedia ikut dalam penelitian dengan mengisi dan menandatangani informed consent. Pasien dengan metastasis tumor ke tiroid, pasien dengan limfoma leher, pasien yang pernah mendapatkan terapi ablasi tiroid (bedah/radionuklir), terdapat infeksi atau luka di permukaan kulit leher di atas dan sekitar kelenjar tiroid yang menyulitkan pemeriksaan USG leher akan dieksklusi. Metode pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti. Biodata pasien dicatat pada formulir kuesioner penelitian. Setiap subjek dilakukan pemeriksaan USG leher dengan menggunakan 4 USG transduser linier frekuensi 7,5-12 MHz Pasien dalam posisi terlentang dengan leher diekstensikan. Hasil pemeriksaan USG leher dibawa ke dokter yang mengirim dan selanjutnya menunggu hasil pemeriksaan histopatologi dari Bagian Patologi Anatomi. Analisis data Semua data yang diperoleh dicatat dan dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Chi-Square dan uji korelasi koefisien kontingensi dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,005. HASIL PENELITIAN Karakteristik sampel Penelitian ini mengikutkan total sampel : 36 sampel penderita nodul tiroid dari 36 responden ( 3 laki-laki dan 33 perempuan) dengan usia dan jenis kelamin disesuaikan, dan hasilnya terbanyak pada umur 16 sampai 45 tahun yaitu 61,11%, dan pada perempuan 91,67%. Tabel 1 memperlihatkan karakteristik sampel untuk tiap kelompok. Frekuensi dan persentase sampel berdasarkan umur pada keseluruhan sampel menunjukkan 22 sampel atau 61,11% berusia sampai 45 tahun, dan 14 sampel atau 38,89% berusia di atas 45 tahun. Frekuensi dan persentase sampel berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah sampel terbanyak adalah perempuan dengan jumlah 33 sampel atau 91,67%, sedangkan laki-laki dengan jumlah 3 sampel atau 8,33%. Frekuensi dan persentase sampel berdasarkan hasil USG nodul tiroid TIRADS menunjukkan jumlah sampel terbanyak adalah TIRADS 4 dengan jumlah 15 sampel atau 41,67%. TIRADS 2 dengan jumlah sampel 12 atau 33,33%, TIRADS 5 dengan jumlah sampel 6 atau 16,67% serta TIRADS 3 dengan jumlah sampel 3 atau 8,33%. Frekuensi dan persentase sampel berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan jumlah sampel terbanyak adalah hasil histopatologi tidak ganas dengan jumlah sampel 19 atau 52,78%, sedangkan hasil histopatologi ganas jumlah sampel 17 atau 47,22%. Analisis statistik Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square pada hubungan antara USG nodul tiroid TIRADS, dengan hasil histopatologi, seperti yang terlihat pada tabel 2, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p=0,000). Tabel 2 juga memperlihatkan jumlah sampel terbanyak pada TIRADS kelompok ganas dan histopatologi kelompok ganas yaitu 17 sampel atau 47,22%, jumlah sampel terkecil pada TIRADS kelompok tidak ganas dan histopatologi kelompok ganas yaitu 2 sampel atau 5,56%. Tabel 3 menunjukkan hasil uji korelasi USG nodul tiroid TIRADS dengan hasil histopatologi 5 didapatkan nilai signifikansi p=0,000 dan koefisien kontingensi r=0,555, menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna, dengan arah korelasi positif. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ultrasonografi nodul tiroid TIRADS dengan hasil histopatologi. Analisis hubungan antara gambaran USG nodul tiroid TIRADS dengan hasil histopatologi dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi koefisien kontingensi dengan nilai p=0,000 (probabilitas kemaknaan). Dari hasil analisis ini diperoleh korelasi positif dan bermakna (p<0,001) antara hasil USG nodul tiroid TIRADS dengan hasil histopatologi. Hasil ini menunjukkan semakin besar nilai TIRADS maka semakin mengarah ke keganasan suatu nodul tiroid. Kekuatan korelasi USG TIRADS dengan hasil histopatologi yang diperoleh sedang, dengan nilai r=0,555, artinya terdapat hubungan antara USG TIRADS dengan histopatologi, dengan keterkaitan yang digolongkan sedang. Beberapa penelitian terdahulu mengenai TIRADS, antara lain oleh Horvath dkk, Kwak dkk, Russ dkk, serta Lee dkk, merupakan uji diagnostik. Penelitian yang dilakukan oleh Horvath dkk tahun 2009 diperoleh hasil sensitivitas 88%, spesifitas 49%, PPV 88%, NPV 49% dan akurasi 94%. Pada penelitian oleh Russ dkk pada tahun 2011 didapatkan hasil sensitivitas 95%, spesifitas 68%, dan odds ratio 40%. Kwak dkk serta Lee dkk. menilai TIRADS berdasarkan komponen penilaian USG masing-masing. Kwak dkk mendapatkan kesimpulan bila angka kecurigaan pada gambaran USG meningkat, maka probabilitas serta risiko keganasan akan meningkat juga. Penelitian oleh Young dkk, mendapatkan hasil senstivitas, spesifitas, PPV, NPV dan akurasi yaitu 86%, 95%, 91%, 92% dan 92%. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah diutarakan di atas, oleh karena menghadapi kendala waktu penelitian yang pendek, sehingga jumlah sampel yang diperoleh sedikit dan sebaran sampel yang tidak merata, sehingga hanya dilakukan uji korelasi antara TIRADS dengan hasil histopatologi. Pada penelitian ini didapatkan beberapa sampel yang berbeda antara hasil penilaian TIRADS dengan hasil histopatologi, yang mana pada penilaian TIRADS merupakan nodul ganas, tetapi pada pemeriksaan histopatologi merupakan nodul tidak ganas. Hal ini dapat disebabkan oleh karena pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang “operator-dependent”, artinya hasil pemeriksaan USG sangat tergantung pada kemampuan, keahlian serta keterampilan operator yang melaksanakan pemeriksaan. Apabila operator yang melakukan pemeriksaan USG memiliki kemampuan, keahlian dan keterampilan yang mencukupi, maka hasil yang diperoleh dapat menjadi maksimal, demikian pula sebaliknya. Selain itu, hal lain yang dapat 6 mempengaruhi hasil pemeriksaan adalah kemampuan pemeriksa dalam menilai nodul tiroid, yang akan mempengaruhi hasil penilaian TIRADS. Hal lain yang dapat menimbulkan perbedaan antara TIRADS dengan histopatologi adalah adanya kemungkinan pada saat dilakukan pemeriksaan histopatologi, irisan sampel jaringan yang diambil sangat tipis, sehingga memungkinkan bagian dari nodul yang diamati bukan bagian nodul yang dinilai pada pemeriksaan USG. Pada beberapa kasus struma multinoduler, kemungkinan perbedaan juga bisa terjadi apabila sampel yang dikirimkan oleh bagian Bedah tidak sama dengan yang pernah dinilai oleh operator USG. KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat korelasi yang bermakna antara TIRADS berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi leher dengan hasil histopatologi, arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang. Diharapkan TIRADS berdasarkan pemeriksaan USG leher dapat digunakan sebagai pemeriksaan radiologik untuk menilai risiko keganasan pada nodul tiroid. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terutama untuk menilai korelasi atau akurasi pemeriksaan USG leher dengan jenis-jenis nodul tiroid berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi. Perlu dibuat format pelaporan hasil USG leher yang lebih lengkap dan harus selalu dilakukan dalam penilaian kelainan pada kelenjar tiroid. Perlu kerjasama antara bagian radiologi, bagian bedah dan bagian patologi untuk menentukan bagian sampel yang akan dilakukan pemeriksaan histopatologi. DAFTAR PUSTAKA Algin O, Algin E, Gokalp G, Ocakoglu G, Erdogan C, Saraydaroglu O, Tuncel E. (2010). Role of duplex power doppler ultrasound in differentiation between malignant and benign thyroid nodules. Korean J Radiol, 11:594-602 Brennan M, French J. (2007). Thyroid lumps and bumps. Australian Family Physician vol. 36, No. 7. Brunese L, Romeo A, Iorio S, Napolitan G, Fucili S, Zeppa P, Vallone G, Lombardi G, Bellastella A, Biondi B, Sodano A. (2008). A new marker for diagnosis of thyroid papillary cancer. J Ultrasound Med; 27: 1187-94. Hoang JK, Lee WK, Lee M, Johnson D, Farrell S. (2007). US features of thyroid malignancy; pearls and pitfalls. RadioGraphics; 27:847–865. Iannuccilli JD, Cronan JJ, Monchik JM. (2004). Risk for malignancy of thyroid nodules as assessed by sonographic criteria. J Ultrasound Med; 23:1455–1464 7 Kim MJ, Kim EK, Park SI, Kim BM, Kwak JY, Kim SJ, Youk JH, Park SH.(2008). US-guided fine-needle aspiration of thyroid nodules: indications, techniques, results. RadioGraphics; 28:1869–1889. Ladenson PW. (2008). Goiter and thyroid nodules. [cited on Oct 2012] Available from : https://knol.google.com/k/paul-w-ladenson-md/goiter-and-thyroid-nodules/uR0IJFRFYF Lee YH, Kim DW, In HS, Park JS, Kim SH, Eom JW, Kim B, Lee EJ, Rho MH. (2011). Differentiation between benign and malignant solid thyroid nodules using an US classification system. Korean J Radiol; 12(5);559-567 Mulinda JR. Goiter. Emedicine [serial on the internet]. (2011). [cited June 2012]. Available from : http://www.emedicine.medscape.com/article/120034-overview. Popli MB, Rastogi A, Bhalla PJS, Solanki Y. (2012). Utility of grayscale ultrasound to differentiate benign from malignant thyroid nodules. Indian J Radiol Imaging; 22:6368. Welker MJ, Orlov D. (2003). Thyroid Nodules. [cited on August 2012]. Available from : http://[email protected]. Yoon DY, Lee JW, Chang SK, Choi CS, Yun EJ, Seo LS, Kim KH, Hwang HS. (2007). Peripheral calcification in thyroid nodules. J. Ultrasound Med; 26: 1349-55. Lampiran Daftar Tabel Tabel 1 Sebaran sampel berdasarkan jenis kelamin, umur, TIRADS dan histopatologi Variabel n % Jenis Kelamin Laki-laki 3 8,33 Perempuan 33 91,67 Umur ≤ 45 Tahun 22 61,11 > 45 Tahun 14 38,89 TIRADS TIRADS 2 12 33,33 TIRADS 3 3 8,33 TIRADS 4 15 41,67 TIRADS 5 6 16,67 Histopatologi Ganas 17 47,22 Tidak Ganas 19 52,78 Keterangan, % = persentase, n = jumlah sampel 8 Tabel 2 Hubungan USG nodul tiroid TIRADS dan histopatologi USG Histopatologi nodul Tidak Ganas Ganas tiroid n % n % TIRADS Total Tidak Ganas 13 2 15 Ganas 4 17 21 p 0,000 Total 17 47,22 19 52,78 36 Uji Chi Square. Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p=probabilitas Tabel 3 Hasil Uji Korelasi USG nodul tiroid TIRADS dengan histopatologi Histopatologi TIRADS r 0,555 p 0,000 n 36 9