Docx - Jurnal Online STAHN

advertisement
ISSN: 1907 - 0144
TERAPAN METODE PENGAJARAN AGAMA HINDU
DI PERGURUAN TINGGI
Oleh: I Wayan Karya
Abstrak
Untuk mengetahui dalamnya air telaga, misalnya dengan mengulurkan seutas tali
dengan diberi beban pemberat untuk menduga. Untuk mengetahui kebangsawanan seseorang
bisa dengan memperhatikan tingkah lakunya, watak atau gerak-geriknya dalam pergaulan.
Jika ingin tahu apakah orang diharapkan kita betul-betul seorang pendeta caranya adalah
dengan menguji kesabarannya, keikhlasan, kehalusan dan ketenangan budinya. Demikian
pula untuk mengetahui kematangan ilmu pengetahuan seseorang adalah dengan
memperhatikan tutur katanya yang mengalir bagaikan air kehidupan yang membahagiakan
semua orang.
Oleh karena itu metode mempunyai peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Suatu metode yang tepat dalam proses mengajar, sehingga tujuan
pembelajaran bisa tercapai dengan baik, khususnya dalam proses belajar mengajar agama
Hindu di Perguruan tinggi, antara lain ceramah (dharma wacana ), diskusi (dharma tula),
kerja kelompok, dharma wisata (dharma yatra). Di sini akan dibahas metode diskusi dan kerja
kelompok.
Kata Kunci: Pengajaran Agama Hindu, Metode Diskusi dan Kerja Kelompok.

Penulis adalah dosen Jurusan Pendidikan Agama Hindu STAHN-TP Palangka Raya.
Tamung Penyang: Volume IX No. 1 Jajnuari 2011
1
I.
Pendahuluan
Dari beberapa metode yang ada dipilih "metode diskusi" dan "metode kerja
kelompok" untuk dibahas lebih mendalam dan menetapkannya sebagai suatu altenative
metode pengajaran agama Hindu di Perguruan Tinggi dalam mengantisipasi tantangan
globalisasi/transparansi. Dua metode ini mempunyai karakter yang mampu menumbuh
kembangkan daya pikir dan kepekaan mahasiswa dalam menghadapi arus zaman yang
bergerak cepat pola pergaulan bebas yang memanfaatkan teknologi canggih, sehingga
negara-negara di dunia ini tak lagi tersekat oleh batas wilayah atau samudra. Keadaan seperti
ini tentu tidak menutup kemungkinan timbulnya berbagai problema sosial, yang mau tak mau
akan bersentuhan langsung dengan kehidupan umat beragama.
Disamping itu, juga didasari pertimbangan keberadaan mahasiswa dilihat dari segi
umur dan kemampuan yang berbeda (heterogen) di Perguruan Tinggi. Namun bukan berarti
menutup mata terhadap metode yang lain. Metode seperti dharma wacana dan metode
dharma gita, atau metode bercerita, tetap menjadi pelengkap dan penyempuma. Ibarat
membuat masakan, metode pelengkap ini sehagai bumbu penyedap rasa. Barangkali
perbandingannya: dalam satu semester dengan 14 kali pertemuan efektif, metode diskusi dan
kerja kelompok bisa diberilcan dalam 10 kali pertemuan, sedangkan metode lain dalam 4 kali
pertemuan.
Obsesinya adalah dengan metode diskusi dan kerja kelompok mengaktualisasikan
ajaran agama Hindu seirama dengan perkembangan zaman, maka akan lahir mahasiswa yang
tangkas, cerdas dan lugas tanpa kehilangan jati diri sebagai umat Hindu di tengah gejolak
sosial. Dengan lain kata, seorang mahasiswa yang berotak Isaac Newton atau Albert Einstein
dengan hati selembut Dharmawangsa atau Sutasoma.
Kelebihan dan keunggulan kedua metode inilah nantinya bisa dijadikan alternative
metode pengajaran agama Hindu di Perguruan Tinggi.
Pengertian dan Peranan Metode Pengajaran
Dosen yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahlian di depan kelas.
Salah satu komponen keahlian itu adalah kemampuan untuk menyampaikan pelajaran kepada
mahasiswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan efektif dan efisien, dosen perlu
mengenal berbagai jenis metode mengajar, sehingga bisa dipilih beberapa metode yang tepat
untuk menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu. Sebab kegiatan belajar mengajar pada
hakekatnya merupakan proses komunikasi antara dosen dan mahasiswa. Proses tersebut akan
berhasil bila dosen dan mahasiswa mempunyai daerah lingkup (area of experience) yang
Tamung Penyang: Volume IX No. 1 Jajnuari 2011
2
sama. Proses komunikasi yang terjadi tidaklah sekedar proses pertukaran informasi Dari
kedua belah pihak, melainkan terjadi interaksi dua arah yang mengandung kegiatan di antara
keduanya. Berbagai bentuk interaksi hams dikuasai oleh dosen dalam kegiatan mengajar
sehingga kelas menjadi hidup.
"Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu
tujuan. Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan" (Wirawan,
1992: 3). Pendapat lain menyatakan "metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses interaksi belajar mengajar, metode
diperlukan guru secara lebih bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran" (Djamarah, 1994: 71).
Oleh sebab itu seorang Dosen dalam melaksanalan tugasnya jika tidak menguasai
satupun metode mengajar yang relevan, maka tidak akan mungkin mencapai tujuan
pengajaran secara efektif Jadi, "peranan pengajaran agama adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pengajaran yang telah disampailan, sehingga semakin baik penggunaan
metode mengajar maka akan semakin berhasil pula proses pencapaian tujuan pengajaran"
(Parmajaya, 2000: 5).
II.
Pembahasan
Metode Diskusi dan Metode Kerja Kelompok
2.1. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat,
atau percakapan yang responsive yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematik dan
diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya. Dalam diskusi selalu ada suatu pokok
yang dibicarakan serta jawaban yang diharapkan dipilih satu yang paling tepat, logis, dapat
diterima dan dimufakati oleh seluruh peserta
Pelaksanaan dalam diskusi semua peserta diharapkan ikut berpikir dan yang paling
penting adalah penerapan disiplin yang tepat agar jalannya diskusi berjalan baik. Pemimpin
diskusi harus dipilih orang yang cakap dan tegas, sehingga pembicaraan dalam diskusi tidak
melenceng jauh dari pokol persoalan.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh seorang dosen dalam metode diskusi
adalah sebagai berikut:
a) Langlah persiapan, dimana seorang dosen harus secara cermat mempertimbangkan
pokok permasalahan yang akan dibahas, termasuk nilai aktualitas suatu permasalahan.
Biasanya masalah-masalah yang aktual bisa menjadi diskusi yang menarik.
Tamung Penyang: Volume IX No. 1 Jajnuari 2011
3
b) Langkah diskusi, dimana seorang dosen harus tetap mendampingi, memberi
bimbingan kepada mahasiswa dan motivasi mereka agar mampu mengemukakan
pendapat serta ide-ide cemerlang.
c) Langkah mengakhiri diskusi, dimana dosen membantu mahasiswa dengan memberi
tambahan sumber informasi atau bahan referensi. Sehingga dapat diambil suatu
kesimpulan yang bisa diterima secara mufakat.
Manfaat atau kebaikan metode diskusi adalah :
a) Mahasiswa belajar bermusyawarah
b) Mahasiswa mendapat kesempatan untuk menguji tingkat pengetahuan masing-masing
c) Mahasiswa belajar menghargai pendapat orang lain
d) Dapat mengembangkan dan berfikir dan sikap ilmiah
e) Mahasiswa dapat berlatih mengeluarkan pendapatnya secara bebas terhadap suatu
permasalahan.
f) Sebagai wahana untuk bertutur kata yang sistematis. Lugas dan tangkas
g) Mahasiswa mendapatkan nilai-nilai praktis yang bisa diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Kekurangan atau kelemahan metode diskusi adalah :
a) Pertanyaan serta pendapat dapat menyimpang dari persoalan
b) Sering menjadi perdebatan yang tidak ada penyelesaiannya
c) Memerlukan waktu terlalu panjang
2.2. Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok adalah suatu kegiatan belajar mengajar dimana mahasiswa dalam suatu
kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok - kelompok kecil untuk
mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat
dipakai untuk mencapai bermacam-macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung
pada beberapa faktor misalnya tujuan khususnya yang akan dicapai, umur, kemampuan
mahasiswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas.
Penggunaan metode kerja lelompok adalah ;
a) Pengelompokan dasar perbedaan umur dan kemampuan belajar, dimana dosen
diharapkan pada persoalan yang keberadaan mahasiswa yang heterogen dilihat dari
segi umur dan kemampuan belajar. Disinilah dosen akan membagi mahasiswa itu
menjadi beberapa kelompok sesuai dengan umur dan kemampuan belajarnya. Dosen
harus berkeliling meninjau kelompol mana yang perlu bantuannya.
Tamung Penyang: Volume IX No. 1 Jajnuari 2011
4
b) Pengelompolan atas dasar perbedaan minat belajar, dimana dosen memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk memilih suatu pokok bahasan yang terdiri Dari
beberapa sub pokok bahasan. Mahasiswa yang berminat sama dapat berkumpul pada
suatu kelompok untuk mempelajari sub pokok bahasan yang dimaksud. Misalnya
pokok bahasan Tata Susila, dengan masing-masing subpokok bahasan Tri Kaya
Parisudha, Wiweka, Sad Ripu, Sapta Timira dan lain-lain.
c) Pengelompokan untuk memperbesar partisipasi mahasiswa, dimana seorang dosen
yang sedang mengajarkan tentang Upacara Bhuta Yadnya dengan subpokok bahasan
Tabuh Rah.
Dosen menjelaskan tabuh rah, seperti tabuh rah yang sering diplesetkan menjadi tajen
(judi sabung ayam). Untuk membahas masalah ini, ternyata dosen tidak punya waktu
yang cukup, padahal ia ingin setiap mahasiswa dapat memberikan pendapat dan
berpartisipasi penuh dalam memecahkan masalah tersebut. Maka dibuatlah beberapa
kelompok kecil dengan tugas membahas permasalahan tersebut. Selesai pembahasan
kelompok, setiap kelompok mengemukakan pendapatnya yang dibawakan oleh
seorang mahasiswa sebagai wakil kelompok. Cara ini mampu merangsang secara kilat
agar mahasiswa secara intensif memecahkan suatu masalah. Tak ada seorangpun
diantara mereka yang merasa mendapat tugas seorang mahasiswa sebagai wakil
kelompok. Cara ini mampu merangsang secara kilat agar mahasiswa secara intensif
memecahkan suatu masalah. Tak ada seorangpun diantara mereka yang merasa
mendapat tugas lebih berat daripada yang lain. Pengelompokan ini bisa juga disebut
rapat kilat.
d) Pengelompokan untuk pembagian pekerjaan, dimana dosen memberikan pokok
persoalan yang harus dibahas secara lengkap dan mendetail dengan data-data akurat
baik Dari lingkungan sekitar maupun bahan kepustakaan. Tugas ini memerlukan
waktu yang cukup panjang, mungkin satu minggu atau lebih. Pengelompokkan ini
bertujuan untuk membagi pekerjaan yang mempunyai cakupan lebih luas. Misalnya
pokok bahasan tentang Tattwa, subpolok bahasan Tri Murti dan Keberadaan Pura
Kahyangan Tiga.
Kelebihan metode kerja kelompok adalah:
a) Dapat menumpul rasa kerja sama diantara mahasiswa
b) Suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan
c) Tumbuh persaingan yang sehat
Sedangkan kelemahannya adalah adanya sifat-sifat pribadi yang ingin meronjolkan diri atau
Tamung Penyang: Volume IX No. 1 Jajnuari 2011
5
sebaliknya yang lemah merasa rendah diri.
2.3. Metode Diskusi Dan Metode Kerja Kelompok Antematif Aktualisasikan Ajaran
Agama Hindu
Metode diskusi dan metode kerja kelompok memang mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kita patut menekan seminimal mungkin kekurangan tersebut dan sebaliknya kita
harus berusaha semaksimal mungkin mempertahanlan sekaligus mengembangkan secara
intensif keunggulan metode tersebut. Kelebihan metode diskusi dan kerja kelompok tersebut
cocok diterapkan sebagai metodologi pengajaran agama Hindu saat di tengah reformasi yang
memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk mengekspresikan kemampuannya tanpa
kecuali dalam bidang pemahaman dan pengalaman ajaran agama.
Berdiskusi, dialog, musyawarah atau kerjasama memecahkan suatu masalah telah
diajarkan dalam Veda sebagai berikut :
Sam gocchadhvam sam vadadhvam
Sam vo manamsi janatam
Deva bhagam yatha purve
Samjanana upasate (Regveda X, 191.2)
Artinya :
Wahai umat manusia, anda seharusnya berjalan bersama-sama, berbicara bersama-sama
dan berpikir yang sama, seperti halnya pada pendahulumu bersama-sama membagi
tugas-tugas mereka, begitulah anda mestinya memakai hakmu.
Samano mantrah samitih samani
Samanam manah saha cittam esam
Samanan mantram abhi mantraye
Vah, samaena vo havisa juhomi (Regveda X, 191.3)
Artinya :
Wahai umat manusia, semoga anda berpilcir bersatna. Semoga anda berkumpul
bersama-sama. Hendaknyalah pikiran-pikiranmu dan gagasan-gagasanmu sama. Aku
memberimu pikiran dan kemudahan-kemudahan yang sama.
Ajaran agama Hindu tersebut, termasuk kutipan Kakawin Nitisastra di awal tulisan ini,
tentu masih relevan kita aktualisasikan sebagai suatu metode dalam pengajaran agama Hindu
Tamung Penyang: Volume IX No. 1 Jajnuari 2011
6
di Pergunian Tinggi memasuki globalisasi/transparansi. Metode ini juga sebagai wahana bagi
kita, umat sedharma untuk bisa memahami ajaran agama tidak sebatas normative Hindu,
tetapi lebih dari itu kita mesti mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama seirama
dengan perkembangan masyarakat. "Agama hanya hidup dan punya arti kalau ada dalam
situasi, applied dalam situasi. Sebab kalau tidak, agama hanya merupakan prinsip-prinsip
yang mengambang di udara. Disini agama mentang benugas mengintegrasikan manusia
supaya tidak ambrol Dari dalam" (Mangunwijaya, 1985:79-80). Lebih Dari itu, kita memang
mesti semakin sadar, bahwa agama harus mampu melihat muka bumi dati tidak melulu
menyoroti alam sorgawi.
III.
Kesimpulan
Metode pengajaran agama Hindu di Perguruan Tinggi dengan penerapan metode
diskusi dan kerja kelompok patut mendapat perhatian dan dicoba untuk diterapkan. Tentu
saja kita tak boleh menutup mata terhadap metode yang lain sebagai penyempurnaan.
Lebih dari itu, yang tak kalah penting juga patut mendapat perhatian adalah sikap dan
pcnampilan kita sebagai seorang dosen di depan kelas. Sikap yang mencerminkan humanism
approach menjadi kunci utama dalam keberhasilan kita menerapkan metode diskusi dan kerja
kelompok. Raut wajah yang berbunga-bunga dan senyum mengambang di bibir ketika baru
masuk kelas, akan mengundang angin sorga berhembus menembus relung sukma mahasiswa
untuk betah belajar agama.
Daftar Pustaka
Djojohadikusumo, Sumitro: 1985, Indonesia Dalam Perkembangan Dunia Kini dan Masa
Depan, Penerbit LP3ES.
Parmajaya, I Putu Gede., 2000: Diktat Metodelogi Pengajaran Agama Hindu, STAH Negeri
Denpasar.
Sularta, St (penyunting), 1999: Refleksi Agenda Reformasi Membangun Masyarakat Madani
(Hasil diskusi Kompas-Paramadina) Kanisus, Jakarta.
Soedjito, 1986: Transformasi Sosial Menuju Masyaralcat Industri. Tiara Wacana.
Titib, I Made, 1997: Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Paramita Surabaya.
Tampung Penyang: Volume IX No. 1 Januari 201152
Tamung Penyang: Volume IX No. 1 Jajnuari 2011
7
Download