ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT DENGAN RASIO MOL Si/Al TINGGI DALAM REAKSI PEMBENTUKAN ASETAL DAN KETAL SKRIPSI NURMA MALINDA PUTRI PROGRAM STUDI S1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT DENGAN RASIO MOL Si/Al TINGGI DALAM REAKSI PEMBENTUKAN ASETAL DAN KETAL SKRIPSI NURMA MALINDA PUTRI PROGRAM STUDI S1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 SKRIPSI i UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga. iv SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Putri, N.M., 2016, Uji Aktivitas Aluminosilikat Dengan Rasio mol Si/Al Tinggi Dalam Reaksi Pembentukan Asetal dan Ketal. Skripsi ini di bawah bimbingan Dr. Hartati, M.Si. dan Dra. Aning Purwaningsih, M.Si. Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari uji aktivitas aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al tinggi dalam pembentukan reaksi asetal dan ketal. Aluminosilikat digunakan sebagai katalis dalam reaksi asetalisasi dan ketalisasi. Aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al tinggi ditukar kation agar terbentuk dalam keadaan asam, lalu ditentukan uji keasaman. Uji aktivitas dilakukan dengan menambahkan aldehida (furfuraldehida) atau keton (2-asetil-furan) dengan propilen glikol dan aluminosilikat sebagai katalis dengan nitrobenzen sebagai larutan standar internal dalam pelarut toluena. Hasil uji aktivitas katalis dikarakterisasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas (GC) dan kromatografi gas – spektrometri massa (GC-MS). Hasil reaksi pembentukan asetal dianalisis dengan kromatografi lapis tipis menghasilkan noda baru pada spot hasil uji akivitas katalis dan hasil analisis GC-MS didapatkan 4 kromatogram yang menunjukkan puncak toluena, furfuraldehida, nitrobenzena, dan 2-furan-2-furyl-4-metil-(1,3)dioksolan. Hasil reaksi pembentukan ketal dianalisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak menghasilkan noda yang berbeda dengan noda larutan standar 2asetil-furan dan hasil GC-MS didapatkan 3 kromatogram yang menunjukkan puncak toluena, 2-asetil-furan, dan nitrobenzena. Analisis GC tidak memberikan kromatogram yang baik karena pemilihan kolom yang tidak sesuai dengan senyawa yang dianalisis. Dari hasil analisis KLT dan GC-MS dapat disimpulkan bahwa senyawa asetal telah terbentuk dan senyawa ketal tidak terbentuk menggunakan katalis aluminosilikat dengan rasio mo Si/Al tinggi Kata kunci : Aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al tinggi, tukar kation, Uji Keasaman, Uji aktivitas katalis, Asetalisasi, Ketalisasi, Katalis. v SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Putri, N.M., 2016, Activity test of Aluminosilicate with high ratio mole Silica/Aluminium in forming reaction acetal and ketal. This thesis is under guidance of Dr. Hartati, M.Si. and Dra. Aning Purwaningsih, M.Si. Chemistry Department, Faculty of Science and Technology, Airlangga University ABSTRACT This research aims to study the activity test aluminosilicate with high mole ratio of Si/Al in reaction to the formation of acetal and ketal. Aluminosilicate used as a catalyst in the reaction of acetalization and ketalization. Aluminosilicate with high mole ratio of Si/Al cations exchange that are formed in acidic conditions and determined acidity test. Activity test is done by adding the aldehyde (furfuraldehida) or ketone (2-acetyl-furan) with propylene glycol and aluminosilicate as a catalyst to nitrobenzene as internal standard solution in the solvent toluene. The test results of catalyst activity is characterized by thin layer chromatography (TLC), gas chromatography (GC) and gas chromatography mass spectrometry (GC-MS). The results of the acetal forming reaction is analyzed by thin layer chromatography resulted in a new spot on the spot test results of the activity catalyst and GC-MS analysis results obtained 4 chromatogram indicate a peak toluene, furfuraldehida, nitrobenzene, and 2-furan2-furyl-4-methyl-(1.3)-dioksolan. Ketal formation reaction products were analyzed by thin layer chromatography (TLC) does not produce different spot with a spot standard solution of 2-acetyl furan and the results of GC-MS chromatograms obtained 3 indicate the peak of toluene, 2-acetyl furan, and nitrobenzene. GC analysis does not provide a good chromatogram for the selection of fields that are not in accordance with the compound being analyzed. From the analysis results of TLC and GC-MS can be concluded that the compound has been formed acetal and ketal compounds are not formed using an aluminosilicate catalyst with high mole ratio Si/Al. Keywords : Aluminosilicate with a high mole ratio of Si/Al, cation exchange , acidity test, activity test of catalyst, acetalization, ketalization, catalyst. vi SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan naskah skripsi dengan judul ” Uji Aktivitas Aluminosilikat dengan Rasio mol Si/Al Tinggi dalam Reaksi Pembentukan Asetal dan Ketal ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk mencapai gelar Sarjana Stratum Satu (S-1) pada program studi Kimia, Universitas Airlangga, Surabaya. Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dr. Hartati, M.Si. sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan nasehatnya selama penyelesaian naskah skripsi ini. 2. Ibu Dra. Aning Purwaningsih, M.Si. sebagai dosen pembimbing II dan selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan nasehatnya selama penyelesaian naskah skripsi ini. 3. Dr. Purkan, M.Si. selaku Ketua Departemen Kimia yang telah banyak memberikan informasi dalam penyelesaian naskah ini. 4. Keluargaku tercinta Alm Bapak Sumarto, ibu Usmiyati, nenek Umi Kalsum serta saudara-saudaraku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doa yang tiada hentinya demi terselesaikannya naskah skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen, staff, dan karyawan departemen kimia atas didikan, dukungan, bantuan, kritik, saran serta ilmu bermanfaat yang telah diberikan. 6. Sahabat-sahabatku tersayang Iqlima, Fikria, Ayuk, Fitri, Lely, Novendra yang telah memberi semangat dan keceriaan. 7. Saudara-saudaraku kimia S-1 angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan, bantuan dan pengalaman selama menempuh masa perkuliahan. 8. Bapak Giman selaku laboran di laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga yang telah membimbing dan membantu dalam kelancaran penelitian di laboratorium. SKRIPSI viii UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9. Ketua Departemen Kimia ITS yang telah memberikan ijin penggunaan peralatan uji keasaman dan FTIR, serta mbak Desy yang telah membantu dalam uji keasaman di Laboratorium Energi dan Material, Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. 10. Seluruh warga Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian naskah skripsi ini. Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan naskah skripsi ini, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penyusunan naskah skripsi ini. Surabaya, 28 Juli 2016 Penyusun, Nurma Malinda Putri SKRIPSI ix UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL…………………………………………… LEMBAR PERNYATAAN…………………………………. LEMBAR PENGESAHAN…………………………………... LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI………... ABSTRAK…………………………………………………….. ABSTRACK…………………………………………………... LEMBAR ORISINALITAS..………………………………… KATA PENGANTAR………………………………………... DAFTAR ISI………………………………………………….. DAFTAR TABEL…………………………………………….. DAFTAR GAMBAR………………………………………...... DAFTAR LAMPIRAN……………………………………....... Halaman i ii iii iv v vi vii viii x xii xiii xiv BAB I PENDAHULULUAN…………………………………… 1.1 Latar Belakang............................................................................ 1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………. 1 1 4 4 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………….. 2.1 Reaksi Asetalisasi……………..……………………………… 2.2 Reaksi Ketalisasi……………………………………………… 2.3 Katalis…………………………………………………………. 2.4 Aluminosilikat………………………………………………… 2.5 Pertukaran Kation……………………………………………… 2.6 Uji Keasamaan………………………………………………… 2.7 Karakerisasi…………………………………………………… 2.7.1 Kromatografi lapis tipis (KLT)……………………..…… 2.7.2 Gas kromatografi (GC)……………………………...….. 2.7.3 Gas kromatografi spektrofotometri massa (GC-MS)…... 5 5 7 8 10 11 12 14 14 15 16 BAB III METODE PENELITIAN............................................... 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 3.2 Alat dan Bahan......................................................................... 3.2.1 Alat penelitian................................................................. 3.2.2 Alat instumen…………..……………………………… 3.2.3 Bahan penelitian.............................................................. 3.3 Diagram alir…......................................................................... 3.3.1 Pertukaran Kation……................................................... 3.3.2 Uji keasaman. ……………………………………. …… 3.3.3 Uji aktivitas katalis……………………………………. 3.3.3.1 Uji aktivitas katalis dalam reaksi asetal………. 18 18 18 18 19 19 20 20 21 22 22 SKRIPSI x UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3.3.3.2 Uji aktivitas katalis dalam reaksi ketal……….. 3.4 Prosedur Penelitian……………………..………………….. 3.4.1 Pertukaran kation………………………………..…… 3.4.2 Uji keasaman……………………………………….... 3.4.3 Uji aktivitas katalis…………………………………... 3.4.3.1 Uji aktivitas katalis dalam pembentukan asetal 3.4.3.2 Uji aktivitas katalis dalam pembentukan ketal 3.5 Karakterisasi Katalis Aluminosilikat .................................. 3.5.1 Kromatografi lapis tipis (KLT)………,,,…………..... 3.5.2 Kromatografi gas (GC)………………...............……. 3.5.3 Kromatografi gas GC-MS…………………..……..… 23 26 26 26 24 24 25 27 27 27 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………….…… 4.1 Hasil Pertukaran Kation pada katalis…………………......…. 4.2 Hasil Uji Keasaman katalis …………………………………. 4.3 Hasil Uji Aktivitas Katalis dalam Reaksi Asetalisasi……… 4.4 Hasil analisis Senyawa Asetal dan Ketal………..…………. 4.4.1 Hasil Analisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT).. 4.4.2 Hasil Analisis dengan GC…...………………..………. 4.4.3 Hasil Analisis dengan GC-MS…….…………………… 29 29 31 38 42 43 45 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..……………… 50 DAFTAR PUSTAKA………………………………………….. 52 LAMPIRAN SKRIPSI xi UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR TABEL Nomor Judul Tabel Halaman 2.1 Beberapa reaksi asetalisasi/ketalisasi menggunakan katalis heterogen… 9 4.1 Jumlah sisi asam aluminosilikat ………………………………………. 38 xii SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Gambar Halaman 2.1 Reaksi pembentukan asetal………..…………………………… 5 2.2 Reaksi adisi gugus karbonil………… ………………………… 6 2.3 Reaksi pembentukan ketal……………………………………... 7 2.4 Interaksi katalis dengan basa piridina…………………………. 12 2.5 Hasil analisis adsorpsi-desorpsi piridina dengan metode FTIR … 14 2.6 Mekanisme analisis dengan menggunakan Chromatography Gas.. 16 2.7 Mekanisme analisis dengan menggunakan GC-MS………...…… 17 4.1 Reaksi pertukaran kation………………………………………. 30 4.2 Hasil pertukaran kation pada aluminosilikat…………………… 31 4.3 Pelet aluminosilikat……………………………………………. 32 4.4 Permukaan katalis bersifat asam Lewis………………………... 33 4.5 Permukaan katalis bersifat asam Bronsted…………………….. 34 4.6 Rangkaian alat uji keasaman…………………………………... 35 4.7 Hasil FTIR uji keasaman………………………………………. 36 4.8 Serangkaian alat uji aktivitas katalis…………………………... 39 4.9 Mekanisme reaksi asetal………………………………………. 41 4.10 Mekanisme reaksi ketal……………………………………….. 42 4.11 Hasil KLT senyawa asetal…………………………………….. 43 4.12 Hasil KLT senyawa ketal……………………………………... 44 4.13 Hasil kromatogram GC-MS senyawa asetal………………… 46 4.14 Spektra massa hasil reaksi asetalisasi……………………….. 47 4.15 Fragmentasi senyawa 2-furan-2-furyl-4-metil-(1,3)-dioksolan 48 4.16 Hasil kromatogram GC-MS senyawa ketal…………………. 48 4.17 Spektra massa hasil reaksi ketalisasi………………………… 49 SKRIPSI xiii UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Lampiran 1. Perhitungan bahan sintesis asetal dan ketal 2. Perhitungan jumlah sisi asam Lewis dan Bronsted 3. Perhitungan larutan induk furfuraldehida dan 2-asetil-furan 4. Hasil FTIR uji keasaman rasio 80 5. Hasil FTIR uji keasaman rasio 100 6. Hasil FTIR uji keasaman rasio 120 7. Hasil karakterisasi GC-MS senyawa asetal Halaman 8.. Hasil karakterisasi GC-MS senyawa ketal 9. Hasil karakterisasi GC larutan standar furfuraldehida 10. Hasil karakterisasi GC larutan standar 2-asetil-furan 11. Hasil karakterisasi GC senyawa asetal 12. Hasil karakterisasi GC senyawa ketal xiv SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu kimia begitu pesat termasuk dalam aplikasi dari reaksi kimia. Salah satu reaksi organik yang terpenting adalah reaksi asetalisasi dan ketalisasi. Secara umum sintesis asetal/ketal merupakan reaksi antara aldehida/keton dan alkohol dengan katalis asam. Biasanya katalis yang digunakan adalah senyawa asam yang mempunyai aktivitas yang tinggi (Freitas dkk., 2016) sehingga dapat digunakan sebagai katalis dalam sintesis asetal/ketal. Senyawa asetal/ketal dapat dimanfaatkan di berbagai bidang antara lain, asetal digunakan di industri parfum (Capeletti dkk., 2000) dan ketal digunakan dalam campuran biodiesel (De Torres dkk., 2012). Pada umumnya senyawa asetal dapat diperoleh menggunakan katalis asam kuat, seperti H2SO4, HCl dan p-toluenasulfonat (Agirre dkk., 2013). Ponman dkk. (2014) melakukan sintesis 1,9-asetal dengan mereaksikan antara benzaldehida dan alkohol dengan katalis amonium nitrat dan Lin dkk. (2013) juga melakukan sintesis asetal dengan mereaksikan 3-metil butanal dan furfuril alkohol dengan katalis asam. De Torres dkk. (2012) melakukan sintesis ketal dengan mereaksikan antara aseton dan gliserol dengan katalis asam sulfat (H2SO4). Pada sintesis ketal membutuhkan katalis asam yang lebih kuat sebab senyawa ketal mempunyai 2 cabang alkil sehingga halangan steriknya semakin besar sehingga mampu membantu mempercepat terbentuknya senyawa ketal. 1 SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2 Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan tertentu tanpa mengalami perubahan serta di akhir reaksi akan didapatkan katalis kembali. Secara fisik katalis dibedakan menjadi dua yaitu katalis homogen dan katalis heterogen (Agirre dkk., 2013). Perbedaan kedua katalis terdapat dari fasa antara katalis dengan zat yang direaksikan. Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fasa yang sama dengan zat yang direaksikan. Kelemahan dari katalis homogen ini adalah mudah korosi, mempunyai sifat toksisitas, dapat menghasilkan limbah asam dalam jumlah besar sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan (Capeletti dkk., 2000). Katalis heterogen merupakan katalis yang mempunyai fasa yang berbeda antara reaktan dan produk dalam suatu reaksi. Keunggulan katalis heterogen dapat dilihat dari faktor teknisnya yaitu kemudahan dalam proses pemisahan dari reaktan dan hasil reaksi dengan cara filtrasi, mudah diregenerasi, ramah terhadap lingkungan, dan tidak bersifat korosif (Guan dkk., 2009 ; Wilson dkk., 2000). Selain itu, katalis heterogen dapat digunakan pada tekanan dan suhu yang tinggi serta mempunyai sisi permukaan yang aktif sehingga sangat mudah untuk kontak dengan reaktan. Gandi dkk. (2007) menyatakan bahwa katalis heterogen lebih efisien untuk proses pembentukan asetal dan ketal karena proses penggunaan yang sangat mudah. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3 Telah banyak digunakan senyawa aluminosilikat sebagai katalis terutama pada jenis aluminosilikat mesopori sebab mempunyai luas permukaan dan ukuran pori yang besar (Tanaka dkk., 2008). Aluminosilikat merupakan suatu senyawa yang terdiri dari aluminium oksida (Al2O3) dan silikon dioksida (SiO2). Lopes dkk. (2014) mengatakan bahwa senyawa aluminosilikat dapat dijadikan sebagai katalis sebab mempunyai stabilitas termal dan selektivitas tinggi serta mempunyai kemampuan pertukaran kation yang baik (Rowles dkk., 2003). Kekuatan kerangka pada aluminosilikat dipengaruhi oleh rasio mol yang digunakan (Ramirez dkk., 2011). Pada penelitian Hartati., (2015) telah di sintesis katalis aluminosilikat hirarkis, namun hasil penelitian belum berhasil secara maksimal saat digunakan kembali dengan rasio mol Si/Al yang telah dibuat. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan hasil sintesis aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al yang lebih tinggi yaitu 80, 100, 120 dengan harapan dapat dijadikan sebagai katalis dalam pembentukan asetal dan ketal. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian adalah pertukaran kation, uji keasaman katalis, dan uji aktivitas katalis. Hasil analisis dikarakterisasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas (GC), dan kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS). SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara menguji katalis aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al tinggi dalam reaksi pembentukan asetal dan ketal? 2. Bagaimana kemampuan aluminosilikat yang disintesis dengan rasio mol Si/Al tinggi untuk mengkonversi aldehida dan keton menjadi asetal dan ketal? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mempelajari cara menguji katalis aluminosilikat dalam reaksi pembentukan asetal dan ketal. 2. Mempelajari kemampuan aluminosilikat yang disintesis dengan rasio mol Si/Al tinggi untuk mengkonversi aldehida dan keton menjadi asetal dan ketal 1.4 Manfaat Penelitian Pada penelitian ini diharapkan dapat mempelajari proses pertukaran kation pada katalis aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al tinggi. Hasil pertukaran kation digunakan untuk uji keasaman piridina. Katalis aluminosilikat yang telah ditukar kation digunakan dalam uji aktivitas untuk pembentukan reaksi asetal dan ketal. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reaksi Asetalisasi Asetalisasi adalah salah satu dari banyak reaksi yang digunakan mensintetis gugus karbonil (aldehida) dan alkohol dengan adanya katalis asam (Rodriguez dkk., 2000). Gugus asetal penting untuk mensintesis senyawa fungsional termasuk steroid, obat-obatan, dan parfum (Arrozi dkk., 2015). Pembentukan asetal merupakan salah satu reaksi yang berguna untuk melindungi gugus karbonil. Dalam kimia, asetal terdapat di karbohidrat dan steroid kimia, dan dalam farmasi asetal terdapat di fitofarmasitikel, dan sebagai aroma dalam parfum. Asetal digunakan sebagai perantara dan digunakan sebagai pembentukan produk. Pembentukan asetal membutuhkan senyawa aldehida yang akan bereaksi reversibel dengan alkohol dan ditambahkan katalis asam yang akan menghasilkan senyawa asetal (Gambar 2.1) O + 2 R'OH C R O R' C H O R' + H Aldehida Alkohol H R Asetal Gambar 2.1 Reaksi pembentukan asetal (Susidarti., 2012) SKRIPSI 5 UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6 Pembentukan asetal pada dasarnya hampir sama dengan reaksi esterifikasi yang dikatalisis dengan asam. Alkohol merupakan nukleofil yang relatif lemah untuk bereaksi dengan aldehida, hanya bereaksi lambat dalam kondisi netral. Meskipun demikian, di bawah kondisi asam, oksigen karbonil sebagai nukleofilik dapat terprotonasi, dan senyawa karbonil yang terprotonasi akan jauh lebih reaktif dibanding senyawa karbonil yang netral (Susidarti., 2012). Mekanisme gugus karbonil yang terprotonasi dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Reaksi adisi gugus karbonil (Susidarti., 2012) Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2 diatas menunjukkan adisi alkohol yang mula-mula pada gugus karbonil yang menghasilkan suatu hidroksi eter yang disebut hemiasetal. Hemiasetal terbentuk secara reversible. Meskipun demikian, dengan adanya asam sebagai katalis, reaksi dapat berlangsung. Selanjutnya terjadi reaksi protonasi gugus hidroksil dan molekul air yang terbentuk selama reaksi yang dihilangkan melalui distilasi sehingga air terperangkap didalam Dean-Stark (Climent dkk., 2004). Selanjutnya dihasilkan senyawa dengan ikatan rangkap karbon-oksigen yang baru. Adisi satu ekivalen alkohol dapat menghasilkan senyawa asetal. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7 2.2 Reaksi Ketalisasi Keton merupakan senyawa organik yang diidentikkan dengan gugus karbonil yang terikat oleh 2 atom karbon. Atom karbon yang diikat gugus karbonil dinamakan karbon α. Atom hidrogen yang diikat karbon α dinamakan hidrogen α. Gugus karbonil bersifat polar sehingga keton merupakan senyawa polar yang dapat larut dalam air (Wilbraham dkk., 1992). Aseton, asetoasetat, dan β-hidroksibutirat adalah keton yang terdapat dalam karbohidrat, asam lemak, dan asam amino sehingga terdapat dalam tubuh manusia. Ketal dapat digunakan sebagai campuran biodiesel (De Torres dkk., 2012). Senyawa ketal dapat terbentuk dengan cara mereaksikan antara alkohol dan keton dengan katalis asam. Awalnya gugus karbonil menghasilkan suatu hidroksi eter yang disebut hemiketal yang terbentuk secara reversible. Dengan ditambahkan kembali katalis maka reaksi dapat berlangsung. Diakhir reaksi terbentuk senyawa ketal dan molekul air, tetapi molekul air yang terbentuk selama reaksi dapat dihilangkan melalui distilasi sehingga air terperangkap didalam Dean-Stark (Climent dkk., 2004). Saat mensintesis ketal dibutuhkan katalis asam kuat yang mampu membantu mempercepat terbentuknya senyawa ketal (De Torres dkk., 2012). Mekanisme reaksi pembentukan ketal seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. O + 2 R'OH C R R Keton Alkohol O R' C R O R' H+ R Ketal Gambar 2.3 Reaksi pembentukan Ketal (Susidarti., 2012) SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8 2.3 Katalis Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan tertentu tanpa mengalami perubahan serta di akhir reaksi akan didapatkan katalis kembali. Secara fisik katalis dibedakan menjadi dua yaitu katalis homogen dan katalis heterogen (Agirre dkk., 2013). Katalis homogen adalah katalis asam kuat yang biasanya digunakan dalam mensintesis senyawa organik. Fasa katalis sama dengan fase reaktan sehingga sulit untuk dipisahkan antara katalis dengan reaksinya (Agirre dkk., 2013). Adanya keterbatasan pada sifat katalis homogen yang mudah korosi, mempunyai sifat toksisitas, pencemaran lingkungan dan perlu langkah-langkah untuk menetralisasi katalis, selain itu dapat menghasilkan limbah asam dalam jumlah besar sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan (Capeletti dkk., 2000). Dari kelemahan itulah maka diusulkan adanya katalis heterogen yang mempunyai sifat lebih baik daripada katalis homogen. Katalis heterogen mempunyai fasa katalis yang berbeda dengan reaktan dan hasil reaksi (Agirre dkk., 2013). Katalis dapat digunakan pada tekanan tinggi, suhu tinggi dan mempunyai sisi permukaan yang aktif. sehingga sangat mudah untuk kontak dengan reaktan. Selain itu, sifatnya yang ramah lingkungan, sangat dibutuhkan dalam mensintesis agar tidak mencemari lingkungan dan tidak korosif (Guan dkk., 2009). Katalis heterogen telah banyak digunakan dalam proses penyulingan minyak dan produksi kimia karena memiliki keuntungan yang dapat digunakaan kembali dan digunakan dalam jangka panjang. Dari beberapa alasan SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9 tersebut maka katalis heterogen dapat menggantikan kinerja katalis homogen (Zhang kun dkk., 2013). Banyak katalis heterogen yang digunakan dalam reaksi asetalisasi dan ketalisasi seperti zeolit, amberlis 70, aluminosilikat mesopori, dan niobiumphosphate (Freitas dkk., 2016). Tabel 2.1 Beberapa reaksi asetalisasi/ketalisasi menggunakan katalis heterogen. Al-MCM Senyawa karbonil Benzaldehida Amberlis 47 Formaldehida Etilen glikol Propilen glikol Heksilen glikol Gliserol Zr-MOF Benzaldehida Metanol Arrozi dkk. (2015) Resin polistrirena MOR, Asetaldehida Etanol Capeletti dkk. (2000) Zeolit beta 2-asetonafton Propilen glikol Climent dkk. (2004) Katalis SKRIPSI Alkohol Daftar pustaka Ajaikumar dan pandurangan (2008) Agirre dkk. (2011) Amberlis 70, Etil levulinat Zeolit, H-ZSM 5 Etilen glikol, Freitas dkk. (2016) 1,2dodekanadiol Zeolite H-FAU Methanol Sikloheksanon Asetofenon Benzofenon Thomas dkk. (2004) UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10 2.4 Aluminosilikat Aluminosilikat sebagai bahan geopolimer anorganik yang terdiri dari struktur amorf tiga-dimensi yang diakibatkan polimerisasi aluminosilikat monomer dalam larutan basa. Aluminosilikat mempunyai komposisi kimia yang sama dan setiap molekul mempunyai sifat yang berbeda. Selain itu, aluminosilikat diperoleh dengan cara sintesis antara aluminium dan silika. Beberapa sintesis menggunakan sumber aluminium seperti natrium aluminat, aluminium sulfat, aluminium oksida hidroksida, dan alkoksida aluminium. Senyawa yang mengandung aluminium oksida dan oksida silikon dikenal sebagai aluminosilikat (Rowles dkk., 2003). Senyawa aluminosilikat terbentuk dari penggantian beberapa ion Si4+ dalam silikat oleh ion Al3+ (Lopes dkk., 2014). Atom aluminium menggantikan atom silikon dalam struktur tetrahedral atau menempati lubang oktahedral atom oksigen yang membuat struktur lebih kompleks. Substitusi silikon tetravalen dengan aluminium trivalen menyebabkan kekurangan muatan yang harus dikompensasi dengan kation lain seperti H+, Na+, dan Ca2+ (Rowles dkk., 2003). Pada umumnya aluminosilikat diaplikasikan dalam berbagai bidang terutama dalam bidang katalis. Kandungan aluminosilikat dapat ditemukan di zeolit dan aluminosilikat mesopori. Suharso dkk. (2011) menyatakan bahwa aluminosilikat memiliki luas permukaan yang tinggi dan ukuran pori yang besar. Potensi penggunaan aluminosilikat mesopori sebagai katalis sangat diminati oleh beberapa peneliti. Banyak penelitian berupaya menfokuskan pengembangan pada aluminosilikat mesoporori karena memiliki keunggulan seperti kandungan aluminium yang tinggi dan stabilitas hidrotermal tinggi (Tanaka dkk., 2008). SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11 Menurut Neelakandeswari, dkk., 2012 aluminosilikat mesopori mempunyai kinerja tinggi sekitar 94-99% saat digunakan sebagai katalis dan aluminosilikat dalam bentuk amorf dapat digunakan sebagai katalis (Corma, dkk., 1994). Rasio mol Si/Al pada aluminosilikat merupakan parameter yang menunjukkan karakter aluminosilikat dalam hasil sintesisnya. Tinggi rendahnya rasio mol Si/Al akan mempengaruhi kekuatan kerangkanya, keasaman, dan luas permukaan (Li, dkk., 2010). Menurut Zhao, dkk., 2011 melaporkan tentang pengaruh rasio mol Si/Al pada zeolit bahwa luas permukaan dan volume pori akan semakin besar dengan berkurangnya rasio mol Si/Al, hal ini akan mempengaruhi aktivitas aluminosilikat pada proses transformasi katalitik. Semakin tinggi keasaman, luas permukaan, dan volume pori yang semakin besar, maka sisi aktif zeolit akan semakin banyak sehingga aktivitas katalitiknya akan semakin tinggi (Cejka, dkk., 2007). 2.5 Pertukaran Kation Aluminosilikat mengandung kation-kation K+ Na+ Ca2+ atau Mg2+ (Rowles dkk., 2003) selain itu terdapat molekul air didalam pori dan oksida bebas di permukaan seperti Al2O3, SiO2, CaO, MgO, Na2O dan K2O yang dapat menutupi pori-pori atau sisi asam aktif dari aluminosilikat sehingga dapat menurunkan kapasitas adsorpsi maupun sifat katalisisnya maka dari itu pertu diaktivasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Aktivasi dapat dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu 300-400 C untuk melepaskan molekul air. Selanjutnya dilakukan pertukaran kation antara ion Na+ dalam aluminosilikat dengan larutan garam (Augustine., 1996). Saat direndam dengan larutan NH4Cl akan menyebabkan terjadinya SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12 pertukaran ion antara ion Na+ dalam aluminosilikat diganti oleh ion amonium dari larutan NH4Cl. Pada saat kalsinasi dengan suhu 550 ºC, ion amonium akan terurai menjadi ion H+ dan Gas NH3 dapat lepas sedangkan ion H+ tetap berada dalam aluminosilikat (Augustine., 1996). Selanjutnya dilakukan adsorpsi desorpsi piridina yang berfungsi mengetahui sisi asam Lewis dan sisi asam Bronsted pada permukaan katalis. 2.6 Uji Keasaman Keasaman pada permukaan padatan katalis dapat ditinjau dari sisi asam Lewis dan sisi asam Bronsted. Jumlah keasaman sisi asam total diwakili oleh jumlah basa yang teradsorpsi secara keseluruhan. Uji keasaman dengan cara adsorpsi desorpsi piridina FTIR. Permukaan katalis dapat teradsorpsi dengan adanya piridina sebab permukaan katalis mempunyai ion H+ bebas yang dapat berikatan dengan pasangan elektron bebas dari basa piridina. Jika adanya interaksi sisi asam Lewis maka permukaan katalis dapat menerima pasangan elektron bebas dari basa piridina dan jika ada interaksi sisi asam Bronsted maka permukaan katalis mendonorkan ion H+ ke basa piridina. Interaksi sisi asam Lewis dan sisi asam Bronsted dapat dilihat pada Gambar 2.4 Gambar 2.4 Interaksi katalis dengan basa piridina (Layman dkk., 2003) SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13 Pada umumnya pengukuran keasaman menggunakan radiasi sinar inframerah yang termasuk ke dalam radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang antara 0,07 µm sampai 500 µm. Spektrofotometri inframerah digunakan sebagai metode karakterisasi untuk mengidentifikasi sisi asam Lewis dan sisi asam Bronsted yang berada pada permukaan katalis. Analisis dilakukan dengan FTIR pada daerah bilangan gelombang sekitar 700-2000 cm-1. Ajaikumar dan Pandurangan. (2008) menyatakan bahwa pita serapan yang muncul di bilangan gelombang 1545 cm- 1 menunjukkan adsorpsi piridina pada asam Bronsted, dan pita serapan yang muncul di bilangan gelombang 1455 cm-1 dan 1623 cm-1 menunjukkan piridina teradsorpsi pada asam Lewis serta pita serapan yang muncul di sekitar 1500 cm-1 adalah pita kombinasi keduanya antara asam Bronsted dan asam Lewis. Hasil penelitian Liu dkk. (2014) mengatakan bahwa analisis dengan FTIR menghasilkan dua pita yang terdeteksi pada sekitar 1540 cm-1 dan sekitar 1455 cm1 dari hasil 2 pita yang terdeteksi dapat disimpulkan bahwa sisi asam Bronsted dan sisi asam Lewis saling berinteraksi yang dapat dijelaskan pada Gambar 2.5. Setelah dilakukan proses adsorpsi-desorpsi piridina maka akan dilakukan perhitungan jumlah sisi asam Lewis dan sisi asam Bronsted berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Emeis dkk., 1993) Jumlah sisi asam ( mmol gram ) = B x L x 10-3 KxG ………… ( 2.1 ) Penjelasan dari rumus diatas adalah: B = Luas puncak pita Bronsted atau Lewis (cm-1) L = Luas pelet sampel (cm2) = 0,785 cm2 K = Koefisien asam (Lewis = 1,42 cm.mmol-1 dan Bronsted = 1,88 cm.mmol-1) G = Massa sampel (gram) SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14 Lewis %T Bronsted -1 -1 Bilangan gelombang Bilangan gelombang (cmcm ) Gambar 2.5 Hasil analisis adsorpsi-desorpsi piridina dengan metode FTIR (Liu dkk., 2014) 2.7 Karakterisasi Katalis Aluminosilikat 2.7.1 Kromatografi lapis tipis Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kepolaran komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponenkomponennya dapat dipisahkan antara dua buah fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam menahan komponen campuran sedangkan fasa gerak dapat melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fasa diam dapat tertinggal dan komponen yang mudah larut dalam fasa gerak akan bergerak lebih cepat (Kantasubrata dkk., 1993). Fasa diam yang digunakan adalah lapis tipis silika yang sama dengan sebuah lempengan logam yang keras. Silika gel yang digunakan SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15 adalah silika gel GF254 sebab mengandung indikator/substansi bila diperiksa dibawah sinar UV dapat berfluoresensi. Silika gel tersebut ditambahkan indikator seperti timah-kadmium sulfide atau mangan-timah silikat agar dapat berpendar. Noda yang dihasilkan berwarna gelap dan yang dapat berfluoresensi adalah silika gel bukan sampelnya (Hu Bin dkk., 2015) Fasa gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai dan disebut juga sebagai eluen. eluen adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorben). Pemisahan komponen sangat dipengaruhi adanya interaksi antara adsorbent dengan eluen (Kantasubrata dkk., 1993). Pada umumnya eluen yang digunakan yaitu etil asetat dan n-heksana. Kepolaran suatu eluen dipengaruhi oleh faktor retensi (Rf). Nilai Rf bertujuan untuk mengetahui posisi zat terlarut pada kromatografi lapis tipis (Hu Bin dkk., 2015) dan nilai Rf dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Rf = jarak yang ditempuh substansi jarak yang ditempuh pelarut ………… ( 2.2 ) 2.7.2 Gas Kromatografi (GC) GC (Gas Chromatography) yang biasa disebut juga Kromatografi gas merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950an. GC merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawasenyawa organik yang mudah menguap serta senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Dengan perkembangan zaman teknologi alat gas kromatografi menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16 meningkat. GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya (Eiceman dkk., 2013). Neelakandeswari dkk. (2012) menyatakan bahwa hasil analisis katalis heterogen diperoleh adanya sinyal yang signifikansi yang menunjukkan aktivitas katalis heterogen dengan metode gas kromatografi. Hasil kromatogram pada gambar 2.6 menunjukkan hasil penambahan katalis asam (Van boxtel., 2015) dan mekanisme analisis dengan instrumen kromatografi gas seperti Gambar 2.5. Injeksi sampel Gas Detektor Kolom System data Pengontrol suhu Gambar 2.6 Mekanisme analisis dengan menggunakan GC (Chromatography Gas) (Van boxtel., 2015) 2.7.3 Gas Kromatografi Spektrofotometer Massa (GC-MS) Kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) adalah metode yang mengkombinasikan kromatografi gas dan spektrometri massa untuk mengidentifikasi senyawa yang berbeda dalam sampel. Paduan antara alat GC dan MS menghasilkan data yang lebih akurat dalam mengidentifikasi senyawa yang dilengakapi dengan fragmen-fragmen molekulnya. Sampel yang dibutuhkan dalam bentuk fasa uap dalam jumlah yang sedikit (umumnya kurang dari 1 mg). Kromatografi gas menggunakan gas pembawa dalam alat GC pada tekanan kurang lebih 760 torr dan spektrometer massa beroperasi pada kondisi vakum di tekanan 10-6 – 10-5 torr (Douglas A dkk, 1991). Setiap molekul membutuhkan jumlah waktu (waktu retensi) yang berbeda untuk keluar dari kromatografi gas. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17 Kegunaan alat spektrometer massa untuk menangkap, mengionisasi, mempercepat, membelokkan, dan mendeteksi molekul yang terionisasi secara terpisah. Prinsip kerja spektrometer massa dengan cara pemecahan masing-masing molekul yang terionisasi sehingga dapat terdeteksi fragmen untuk mengetahui berat molekul. Berikut ini diagram skematik instrumen GC-MS. Gas Injeksi sampel Pipa kapiler Sistem Data Gambar 2.7 Mekanisme analisis dengan menggunakan GC-MS (Van boxtel., 2015) SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium kimia analatik, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Selanjutnya karakterisasi Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi, Jurusan kimia, Institut Teknologi Sepuluh November, karakterisasi Chromatography gas (GC) dilaksanakan di Laboratorium Energi, Institut Teknologi Sepuluh November dan Analisis Kromatografi lapis tipis (KLT) di laboratorium kimia analatik, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, karakterisasi Chromatography gas- mass spectrometer (GC-MS) dilaksanakan di laboratorium PT. Gelora Jaya Wismilak. Penelitian dilaksanakan hingga bulan Mei 2016 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat penelitian Pada penelitian ini digunakan beberapa alat untuk pertukaran kation antara lain refluks, termometer, oven merk Memmert UNB 400, hotplate merk Cimarec, peralatan gelas, stirrer magnetic, centrifuge merk Hittech, tabung gas nitrogen yang dilengkapi dengan pengatur aliran gas, timbangan analitik merk Ohauss Analytical Balance. Selanjutnya digunakan beberapa alat saat uji keasaman antara lain tabung gelas boro-silikat yang dilengkapi dengan wadah piridina, tabung gas nitrogen yang dilengkapi dengan pengatur aliran gas, mortar agat, timbangan analitik Ohauss Analytical Balance, cincin baja (cetakan pellet), termometer, furnace merk 18 SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19 Nabartherm. Selanjutnya digunakan beberapa alat saat uji aktivitas antara lain hotplate merk Cimarec, labu alas bulat leher tiga, pengaduk magnetik, termometer dengan suhu 150 °C, refluks, alat Dean Stark, pendingin dengan bentuk spiral, tutup karet untuk labu, lembaran paraffin, syringe berukuran 250 µL dengan jarum sepanjang 10 cm. 3.2.2 Alat Instrumen Instrumen yang digunakan untuk karakterisasi adalah Gas chromatography tipe GC7900, detektor FID, inlet PIP, dan kolom BD – ASTMD6584, Instrumen Gas Chromatography – mass spectrometry (GCMS) tipe HP 6890 series plus Agilent S/N : US0003614 dan kolom Agilent 190915-433, Instrumen Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) tipe Shimadzu 84005. 3.2.3 Bahan Penelitian Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain; Aluminosilikat hasil sintesis dengan rasio mol Si/Al tinggi (80,100,120), senyawa furfuraldehida (C5H4O2, Sigma aldrich 99%), senyawa 2-asetil furan (C6H6O2, Sigma aldrich 99%), propilen glikol (C3H802, Merck, 99%), amonium asetat (NH4CH3CO2, Sigma aldrich, 99%) nitrobenzena (C6H5NO2, Merck, 99%), toluena (C6H5CH3, Merck, 99%), piridina (C5H5N, Sigma aldrich, 99%), Kromatografi lapis tipis (GF254) etil asetat (CH3CH2OC(O)CH3, Sigma aldrich, 99 %), n-heksana (C6H14, Sigma aldrich, 95%) SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20 3.3 Diagram Alir Penelitian 3.3.1 Pertukaran kation Aluminosilikat mesopori sebanyak 0,5 gram Direfluks menggunakan 20 ml larutan amonium asetat 0,5 M pada suhu 60 °C selama tiga jam Hasil campuran Disentrifuge selama 5 menit 40 rpm Dikeringkan pada suhu 110 °C selama 12 jam Hasil campuran kering Dikalsinasi pada suhu 550 °C selama satu jam Katalis H-Aluminosilikat SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21 3.3.2 Uji keasaman Katalis aluminosilikat hasil pertukaran kation sekitar ±15 mg Dihaluskan dengan mortar lalu di press Pelet Dimasukkan ke dalam holder pelet lalu dialiri gas nitrogen dan dipanaskan dalam furnace dengan suhu 400 °C selama tiga jam Pelet kering Dikeringkan di suhu ruangan, dialirkan gas piridina selama 1 jam dan didiamkan selama satu jam (gas nitrogen dimatikan) Pelet hasil teradsorpsi piridina Dipanaskan kembali di dalam furnace (gas nitrogen dialirkan) selama tiga jam pada suhu 150 °C. Pelet hasil terdesorpsi Didinginkan dan dianalisis dengan FTIR Analisis data SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22 3.3.3 Uji aktivitas katalis 3.3.3.1 Uji aktivitas dalam reaksi asetal Senyawa furfuraldehida (1,12 mmol) Propilen glikol (2,15 mmol) Nitrobenzena sebanyak 100µL Toluena (20 ml) Katalis 0,02 gram Dalam labu alas bulat 50 ml Direfluks dengan peralatan Dean Stark pada suhu 105106 °C selama empat jam Dilakukan sampling sebanyak 200 µL pada menit ke 0, 15, 30, 60, 120, 240. Hasil uji aktivitas Analisis dengan kromatografi lapis tipis, GC, dan GC-MS Analisis data SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23 3.3.3.2 Uji aktivitas dalam reaksi ketal Senyawa 2-asetil-furan (1,12 mmol) Propilen glikol (2,15 mmol) Nitrobenzena sebanyak 100µL Toluena (20 ml) Katalis 0,02 gram Dalam labu alas bulat 50 ml Direfluks dengan peralatan Dean Stark pada suhu 105106 °C selama empat jam Dilakukan sampling sebanyak 200 µL pada menit ke 0, 15, 30, 60, 120, 240. Hasil uji aktivitas Analisis dengan kromatografi lapis tipis, GC, dan GC-MS Analisis data SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pertukaran kation pada katalis Dalam pembentukan suatu reaksi digunakan katalis, agar katalis dapat dipakai maka dilakukan pertukaran kation. Langkah awal pertukaran kation dengan cara merefluks masing-masing padatan katalis aluminosilikat hasil sintesis dengan rasio mol Si/Al tinggi dalam larutan amonium asetat 0,5 M pada suhu 60 °C selama tiga jam. Selanjutnya hasil padatan dari pertukaran kation dipisahkan dengan centrifuge selama 5 menit 40 rpm, lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 110 °C selama 12 jam kemudian dilakukan kalsinasi bertahap pada suhu 550 °C. Hasil padatan digunakan uji keasaman piridina. 3.4.2 Uji keasaman katalis Uji keasaman sangat penting untuk mengetahui sisi asam Lewis dan sisi asam Bronsted yang terdapat pada sampel. Keasaman permukaan katalis dapat ditentukan dengan metode adsorpsi-desorpsi piridina yang dianalisis dengan FTIR. Langkah awal yang dilakukan adalah sampel yang telah ditukar kation ditimbang sekitar ± 15 mg dan dihaluskan selanjutnya sampel dibuat menjadi pelet dengan cara di press didalam holder pelet yang berdiameter 10 nm. Kemudian pelet yang sudah terbentuk dimasukkan ke cincin baja yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung gelas tahan panas dan furnace dinyalakan, dialiri gas nitrogen pada suhu 400 °C selama empat jam. Setelah pelet direaksikan maka didiamkan sampai dingin dalam suhu ruang kemudian dialirkan gas piridina selama 1 jam dan dikeringkan dengan cara menutup lubang tabung selama 1 jam. Adsorpsi piridina dapat terjadi jika dilakukan setelah pelet dalam keadaan dingin. Selanjutnya tabung yang berisi SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25 pelet dimasukkan kembali ke dalam furnace pada suhu 150 °C selama tiga jam dan dialiri gas nitrogen. Proses tersebut termasuk proses desorpsi piridina. Hasilnya didinginkan dan dianalisis dengan instrumen FTIR. 3.4.3 Uji aktivitas katalis 3.4.3.1 Uji aktivitas katalis dalam pembentukan asetal Uji aktivitas katalis dilakukan dalam reaksi pembentukan asetal. Sampel yang telah ditukar kation ditimbang sebanyak 0,02 gram lalu diaktivasi pada suhu 100oC selama 24 jam. Uji aktivitas katalis dengan cara mereaksikan bahan yang dianalisis ke dalam 50 mL labu alas bulat berleher tiga, kemudian selama reaksi digunakan alat Dean Stark untuk menjebak air yang terbentuk selama reaksi agar tidak kembali ke reaksi. Tahapan uji katalis dalam pembentukan reaksi asetal seperti berikut: dicampurkan senyawa furfuraldehida sebanyak 1,12 mmol, propilen glikol 2,15 mmol, 100 µL nitrobenzena, 20 mL toluena dan 0,02 g katalis yang telah dikeringkan kemudian direfluks pada suhu 105-106 °C selama empat jam. Saat reaksi berlangsung dilakukan sampling sebanyak 200 µL dengan syringe berukuran 250 µL pada menit ke 0, 15, 30, 60, 120, 240 yang selanjutnya dianalisis dengan gas chromatography (GC) yang berfungsi untuk uji kualitatif. Kemudian hasil uji aktivitas katalis dianalisis dengan menggunakan kromatografi lapis tipis untuk mengetahui senyawa asetal telah terbentuk dan dianalisis dengan gas chromatography – mass spectrometer (GC-MS) yang berfungsi untuk uji kuantitatif sehingga dapat mengetahui massa molekul relatif. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26 3.4.3.1 Uji aktivitas katalis dalam pembentukan ketal Uji aktivitas katalis dilakukan dalam reaksi pembentukan ketal. Sampel yang telah ditukar kation ditimbang sebanyak 0,02 gram lalu diaktivasi pada suhu 100oC selama 24 jam. Uji aktivitas katalis dilakukan dengan cara dimasukkan semua bahan yang dianalisis ke dalam 50 mL labu alas bulat berleher tiga, kemudian selama reaksi dibutuhkan alat Dean Stark untuk menjebak air yang terbentuk selama reaksi agar tidak kembali ke reaksi. Tahapan uji katalis dalam pembentukan reaksi ketal seperti berikut: mencampurkan senyawa 2-asetil furan sebanyak 1,12 mmol, propilen glikol 2,15 mmol, 100 µL nitrobenzena, 20 mL toluena, dan 0,02 g katalis yang telah dikeringkan kemudian direfluks pada suhu 105-106 °C selama empat jam. reaksi berlangsung dilakukan sampling sebanyak 200 µL dengan syringe berukuran 250 µL pada menit ke 0, 15, 30, 60, 120, 240 yang selanjutnya dianalisis dengan gas chromatography (GC) yang berfungsi untuk uji kualitatif. Kemudian hasil uji aktivitas katalis dianalisis dengan menggunakan kromatografi lapis tipis untuk mengetahui senyawa ketal telah terbentuk dan dianalisis dengan gas chromatography – mass spectrometer (GC-MS) yang berfungsi untuk uji kuantitatif sehingga dapat mengetahui massa molekul relatif. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27 3.5 Analisis Hasil Reaksi 3.5.1 Kromatografi Lapis Tipis Sampel dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis untuk mengetahui senyawa asetal dan ketal dapat terbentuk atau tidak. Prinsip kerja kromatografi lapis tipis yaitu memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Dengan cara menotolkan standar furfuraldehida/2-asetil-furan dan hasil reaksi asetal/ketal pada silika gel. silika dielusi dengan eluen n-heksana:etil asetat (4:1) dan noda yang terbentuk dapat dilihat dibawah lampu UV. Pada umumnya senyawa yang disinari dibawah lampu UV akan berwarna gelap. Analisis kromatografi lapis tipis ini hanya melihat bercak noda yang dihasilkan bertambah atau tidak. 3.5.2 Kromatografi Gas (GC) Selama proses sintesis berlangsung beberapa menit dilakukan sampling pada menit ke 0 dan 240. Saat pengambilan sampel sebanyak 200 µL yang menggunakan syringe berukuran 250 µL dengan jarum sepanjang 10 cm. Pengambilan melalui tutup karet silicon yang dipasang di salah satu mulut labu, setelah pengambilan sampel lubang bekas jarum ditutup menggunakan lembar parafilm agar tidak terjadi penguapan larutan, Selanjutnya dianalisis menggunakan kromatografi gas (GC) tech comp 7900 dengan detector F10. Saat dianalisis menggunakan kolom Agilent HP 88 dengan panjang sekitar 60 m dengan diameter 0,250 mm yang berisi 88% sianopropil-aril-polisikloheksan. Mula-mula mengatur suhu inlet yang berada di dalam detektor pada suhu 250 ºC dan suhu oven diatur pada suhu 80 ºC selama 1 menit dan diprogram sampai suhu 220 ºC dengan laju SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28 kenaikan 10 ºC per menit. Volume sampel hasil reaksi uji aktivitas diinjekkan sekitar 1,0 µL dengan laju alir gas pembawa 2 ml per menit. 3.5.3 Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS) Analisis dengan GC-MS ini berfungsi untuk analisis secara kuantitatif yang hasilnya didapatkan berupa kromatogram dan spektra masaa antara m/z dengan intensitas (%) yang dapat memprediksi masaa molekul relatif dari suatu senyawa. Analisis menggunakan peralatan HP 6890 series plus Agilent S/N : US0003614 dan kolom Agilent 190915-433 HP- 5MS 5%. Langkah awal adalah mengatur suhu oven diatur pada suhu 10 ºC selama 1 menit dan diprogram sampai suhu 230 ºC dengan laju kenaikan 10 ºC per menit. Kemudian ditahan selama 10 menit di dalam inlet yang menggunakan mode split pada suhu 300 ºC, tekanan 10,5 psi, perbandingan rasio split 50 : 1, aliran split 50 ml per menit, aliran total 54,2 ml per menit dengan gas pembawa helium. Volume sampel hasil reaksi uji aktivitas diinjekkan sekitar 1,0 µL pada alat GC-MS. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ada beberapa tahap yang telah dilakukan pada penelitian ini, diantaranya yaitu proses pertukaran kation hasil sintesis aluminosilikat mesopori, uji keasaman katalis, uji aktivitas katalis aluminosilikat dalam pembentukan asetal dan ketal. Hasil uji aktivitas katalis di analisis dengan kromatografi lapis tipis, GC, dan GCMS. 4.1 Hasil Pertukaran Kation pada Aluminosilikat mesopori. Hasil sintesis aluminosilikat mesopori dengan rasio mol Si/Al tinggi (80,100,120) di tukar kation dengan larutan amonium asetat yang berfungsi memberi sisi asam pada aluminosilikat. Proses pertukaran kation dilakukan dengan cara mereaksikan aluminosilikat mesopori sebanyak 0,5 gram dengan larutan amonium asetat sebanyak 20 ml selama 3 jam pada suhu 60°C (Liu Y dkk, 2010). Pada proses pertukaran kation ini menggunakan larutan amonium asetat (CH3COONH4) yang memliki titik leleh sebesar 114°C sehingga akan terjadi pertukaran ion antara ion Na+ pada aluminosilikat mesopori dengan ion NH4+ pada amonium asetat (Augustine, 1996). Saat proses pertukaran kation telah selesai ion NH4+ akan menempel pada aluminosilikat, berikut reaksi yang terjadi: Na+ [Si-O-Al](s) + CH3COONH4(aq) NH4[Si-O-Al](s) + CH3COONa(aq) Setelah proses refluks selesai, campuran dipisahkan dari padatan dengan di sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 40 rpm. Padatan yang diperoleh berwarna putih, filtrat yang diperoleh berwarna keruh. Kemudian filtrat di simpan SKRIPSI 29 UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30 di botol coklat 50 ml dan padatan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 110°C selama 24 jam. Gambar 4.1 menunjukkan reaksi pertukaran kation antara aluminosilikat mesopori dengan amonium asetat. Na+ HO O Si O O Al O O Si O O Si O O OH Na+ O O O Si Al O O O O + CH3COONH4 O Si O Al O O O O O Si O O O Si O O Si Al O O O O Kalsinasi -NH3 H+ HO Si O OH NH4+ NH4+ HO O O O Al OH O O O Si O O O Si O O Si Al O O O O Gambar 4.1 Reaksi Pertukaran Kation (Augustine, 1996). SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31 Selanjutnya dilakukan kalsinasi secara bertahap dengan menggunakan furnace selama 6 jam pada suhu 550°C. Fungsi dilakukan kalsinasi agar ion amonium (NH4+) akan terurai menjadi ion H+ dan gas NH3 akan lepas, sedangkan ion H+ akan tetap berada dalam struktur aluminosilikat (Augustine, 1996). Padatan yang telah kering ini dinamakan KAM (katalis aluminosilikat mesopori). Hasil pertukaran kation pada salah satu katalis yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 Sebelum pertukaran kation Sesudah pertukaran kation Gambar 4.2 Hasil pertukaran kation pada aluminosilikat 4.2 Uji Keasaman Hasil pertukaran kation aluminoslikat mesopori digunakan untuk uji keasaman dengan piridina. Uji keasaman ini menggunakan prinsip adsorpsi desorpsi dengan bantuan piridina. Tujuan dilakukan uji keasaman adalah untuk mengetahui sisi asam Lewis maupun sisi asam Bronsted yang terdapat dalam sampel, yang ditentukan berdasarkan spektra FTIR. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32 Langkah awal yang dilakukan yaitu ditimbang sampel sekitar ±15 mg, dihaluskan dengan mortar, dan dibuat menjadi pelet dengan cara di press, lalu di letakkan di cincin baja (holder pelet) yang berdiameter 10 nm kemudian dimasukkan ke tabung gelas tahan panas dengan bantuan kawat tipis agar holder pelet dapat berada di tempat yang diinginkan dan pelet tidak rusak. Tabung gelas yang berisi holder sampel dimasukkan ke dalam furnace, suhu diatur sampai 400 °C selama 3-4 jam dan dialiri gas nitrogen. Gambar 4.3 menunjukkan pelet yang akan digunakan saat uji keasaman. Gambar 4.3 Pelet aluminosilikat Setelah proses tersebut selesai suhu furnace diturunkan sampai 30 °C (suhu ruangan), lalu dialiri gas piridina selama 1 jam. Saat proses tersebut piridina akan teradsorpsi pada permukaan aluminosilikat yang mempunyai ion H+ bebas yang dapat berikatan dengan pasangan elektron bebas dari piridina. Selanjutnya gas nitrogen dimatikan selama 1 jam dan suhu furnace diatur kembali sampai 150 °C selama 3 jam. Saat proses tersebut piridina akan terdesorpsi dengan adanya pemanasan. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33 Saat ion H+ pada permukaan sampel menerima pasangan elektron bebas dari basa piridina maka sampel bersifat asam Lewis (Layman dkk., 2003). Mekanisme reaksi yang terjadi pada permukaan katalis yang bersifat asam Lewis ditunjukkan pada Gambar 4.4 H+ HO Si O O O Al O OH H+ O O O Si O O O Si O O Si Al O O O O + N Si O OH N HO O O Al O O O O Si O O O Si O O Si Al O O O O Kalsinasi Si O OH H+ HO O O O Al O O O Si O O O Si O O Si Al O O O O Gambar 4.4 Permukaan katalis bersifat asam Lewis (Layman dkk., 2003). SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34 Pada saat permukaan sampel mendonorkan ion H+ pada basa piridina maka sampel bersifat asam Bronsted (Layman dkk., 2003). Gambar 4.5 menunjukkan mekanisme reaksi yang terjadi pada permukaan katalis yang bersifat asam Bronsted. H+ HO Si O O O Al O OH H+ O O O Si O O O Si O O Si Al O O O O + N Si O OH N HO O O Al O O O O Si O O O Si O O Si Al O O O O Kalsinasi Si O OH H+ HO O O O Al O O O Si O O O Si O O Si Al O O O O Gambar 4.5 Permukaan katalis bersifat asam Bronsted (Layman dkk., 2003). SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35 Setelah proses pemanasan selesai sampel didinginkan dan dianalisis. Sampel yang berada pada holder pelet akan dimasukkan pada holder FTIR agar dapat dimasukkan dalam instrumen FTIR. Gambar 4.6 menunjukkan rangkaian alat uji keasaman piridina. 2 5 3 1 4 6 Gambar 4.6 Rangkaian alat uji keasaman Keterangan: 1. Pipa menuju tabung gas N2 2. Kran penutup tabung 3. Tabung gelas tahan panas SKRIPSI 4. Tabung cairan piridina 5. Tubular furnace 6. Selang gas N2 UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36 Hasil spektra FTIR pada Gambar 4.7 menunjukkan bilangan gelombang di sekitar 1450 cm-1 yang menandakan adanya sisi asam Lewis pada permukaan katalis. Pada katalis rasio mol Si/Al 80 menunjukkan intensitas spektra yang kecil sedangkan untuk rasio mol Si/Al 100 dan rasio mol Si/Al 120 menunjukkan intensitas spektra yang tinggi. Selanjutnya pada katalis rasio mol Si/Al 80, 100, dan 120 dihasilkan spektra pada bilangan gelombang di sekitar 1550 cm -1 dengan intensitas yang kecil dan menandakan adanya sisi asam Bronsted pada permukaan katalis. Selain itu dihasilkan spektra pada bilangan gelombang sekitar 1490 cm-1 yang menandakan gabungan sisi asam Lewis dan sisi asam Bronsted. Untuk rasio mol Si/Al 80 menunjukkan intensitas spektra yang lebih tinggi daripada rasio mol Si/Al 100 dan rasio 120. Berikut Gambar hasil spektra FTIR setelah dilakukan uji keasamaan piridina. Asam Lewis dan Bronsted Asam Lewis Asam Bronsted 1.4 1.3 Absorbans 1.2 1.1 KAM-120 1.0 0.9 KAM-100 0.8 KAM-80 0.7 0.6 1600 1580 1560 1540 1520 1500 1480 1460 1440 1420 1400 Bilangan gelombang (cm-1) Gambar 4.7 Hasil FTIR Uji keasaman piridina senyawa aluminosilikat. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 37 Spektra yang muncul pada panjang gelombang sekitar 1450 cm-1 dapat terjadi karena permukaan sampel menerima pasangan elektron bebas dari basa piridina (sisi asam Lewis) sedangkan pada panjang gelombang sekitar 1550 cm-1 dapat terjadi karena permukaan sampel mendonorkan ion H+ kepada basa piridina (sisi asam Bronsted) (Hense dkk., 2012) Dari hasil spektra yang dihasilkan dapat digunakan untuk perhitungan jumlah sisi asam Lewis dan asam Bronsted dengan rumus seperti persamaan 2.1 (Emeis dkk., 1993), Penjelasan rumus B merupakan luas puncak pita Lewis atau Bronted, nilai L sebesar 0,785 cm2 (luas pelet sampel), Koefisien asam Lewis sebesar 1,42 cm.mmol-1 dan asam Bronsted sebesar 1,88 cm.mmol-1, dan G adalah massa sampel yang digunakan. Didapatkan luas puncak pita Lewis dan Bronsted pada aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al yang berbeda. Pada rasio mol Si/Al 80 luas puncak Lewis sebesar 0,0 cm-1 dan luas puncak Bronsted sebesar 0,99853 cm-1. Untuk rasio mol Si/Al 100 luas puncak Lewis sebesar 2,418 cm-1 dan luas puncak Bronsted sebesar 0,9565 cm-1, selanjutnya untuk rasio mol Si/Al 120 luas puncak Lewis sebesar 2,6843 cm-1 dan luas puncak Bronsted sebesar 0,9923 cm-1. Sehungga didapatkan jumlah sisi asam dari perhitungan tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Jumlah Sisi Asam SKRIPSI Nama Sampel Massa sampel (gram) KAM-80 KAM-100 KAM-120 0,0142 0,0121 0,0123 Jumlah Sisi Asam (mmol/g) Lewis Bronsted 0,000 0,0293 0,110 0,0330 0,120 0,0336 UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38 Dari hasil uji keasaman dapat diketahui jumlah sisi asam Lewis maupun sisi asam Bronsted yang berada pada katalis aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al. Hasil yang diperoleh pada rasio mol Si/Al 100 dan 120 menunjukkan sisi asam Lewis dan asam Bronsted lebih besar daripada rasio mol Si/Al 80. Dari perhitungan jumlah sisi asam tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio Si/Al dapat menghasilkan sisi asam Lewis maupun asam Bronsted lebih banyak (Ramirez dkk., 2011). 4.3 Uji Aktivitas Katalis dalam reaksi asetalisasi dan reaksi ketalisasi Sebelum dilakukan uji aktivitas katalis maka katalis diaktivasi terlebih dahulu dengan cara dipanaskan pada suhu 100°C selama 24 jam. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk mengaktifkan permukaan katalis. Peralatan yang digunakan dalam uji aktivitas antara lain: seperangkat alat refluks yang dilengkapi dengan alat Dean Stark dan peralatan alat gelas lainnya. Penggunaan alat Dean Stark ini bertujuan untuk menjebak air yang terbentuk selama reaksi agar tidak kembali ke reaksi. Pada Gambar 4.8 dijelaskan peralatan uji aktivitas katalis, dalam reaksi ini menggunakan kondensor berbentuk spiral yang bertujuan untuk mengembunkan kembali pelarut yang mudah menguap dengan lebih baik, sehingga resiko pelarut hilang ke lingkungan semakin kecil dan dapat kembali melarutkan bahan yang akan di sintesis. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 39 Air terjebak didalam alat Dean Stark selama reaksi berlangsung 1 3 4 2 5 Gambar 4.8 Serangkaian alat uji aktivitas katalis. Keterangan : 1. Kondensor berbentuk spiral 2. Alat Dean Stark 3. Labu alas bulat leher 3 4. Termometer 5. Hotplate Langkah awal uji aktivitas katalis adalah ditimbang sampel sesuai prosedur 3.4.3 di timbangan analitik, dimasukkan ke dalam labu alas bulat leher 3, diatur posisi alat refluks yang dilengkapi alat Dean Stark dan posisi pemanas listrik. Kemudian direfluks pada suhu 105-106 °C selama 4 jam. Suhu yang digunakan bertujuan agar H2O yang terbentuk dapat menguap, dapat terkondensasi kembali dan terperangkap di dalam alat Dean Stark sehingga dapat terpisah dari hasil sintesis. Sintesis asetal dari bahan furfuraldehida sebanyak 0,1076 gram, propilen glikol sebanyak 0,1634 gram dan nitrobenzena sebanyak 100 µL sebagai standart internal untuk pembanding saat analisa GC. Digunakan pelarut toluena sebanyak 20 ml dan katalis sebanyak 0,02 gram. Sedangkan sintesis ketal dari bahan 2-asetil SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 40 furan sebanyak 0,1233 gram, propilen glikol sebanyak 0,1634 gram, nitrobenzena sebanyak 100 µL, pelarut toluena sebanyak 20 ml, dan katalis 0,02 gram. Reaksi berlangsung selama 4 jam dengan dilakukan sampling pada menit 0,15,30,60,120, dan 240. Pengambilan sampling menggunakan syringe berukuran 250 µL dengan jarum sepanjang 10 cm melalui tutup karet silikon, setelah dilakukan sampling bekas jarum ditutup dengan lembar parafilm agar tidak terjadi penguapan larutan. Sampling campuran reaksi diambil sebanyak 200 µL agar total sampling maksimal 4 % dari total volume larutan. Setelah reaksi berlangsung selama 4 jam, hasil uji aktivitas dianalisis menggunakan KLT, GC, dan GC-MS. Dalam pembentukan senyawa asetal terdapat mekanisme reaksi yang terjadi melalui 2 tahap yaitu protonasi oksigen dari gugus karbonil pada aldehida oleh katalis asam yang bereaksi dengan propilen glikol yang menghasilkan hemiasetal selanjutnya hemiasetal bereaksi kembali dengan katalis asam yang digunakan sehingga melepaskan molekul air dan terdeprotonasi menghasilkan senyawa asetal (Liu dkk., 2014). Berikut ini mekanisme reaksi asetalisasi antara furfuraldehida dan propilen glikol dengan menggunakan katalis asam. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41 H O O H O C H O + H+ O O C H H HO H + H+ H O O O OH O H OH - H+ O OH O H H O O O OH O OH O - H20 - H+ O O O Gambar 4.9 Mekanisme reaksi asetalisasi (O’Driscoll dkk., 2016). Sama hal nya dalam pembentukan ketal melalui 2 tahap yaitu protonasi oksigen dari gugus karbonil pada keton oleh katalis asam yang bereaksi dengan propilen glikol yang menghasilkan hemiketal selanjutnya hemiketal bereaksi kembali dengan katalis asam yang digunakan sehingga melepaskan molekul air dan terdeprotonasi menghasilkan senyawa ketal (Liu dkk., 2014). Berikut ini mekanisme reaksi ketalisasi antara 2-asetil-furan dan propilen glikol dengan menggunakan katalis asam. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42 H O O H O C + H+ CH3 O O O C CH3 CH3 HO H + H+ H O O O OH O - H+ O OH CH3 H OH CH3 O H H O O O OH O OH - H20 O CH3 CH3 - H+ O O O CH3 Gambar 4.10 Mekanisme reaksi ketalisasi (Liu dkk., 2014). 4.4 Analisis hasil uji aktivitas katalis Hasil uji aktivitas katalis dalam pembentukan asetal dan ketal telah dianalisis dengan kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, dan kromatografi gasspektrometri massa. Hasil sintesis berupa larutan yang berwarna bening pada asetal dan larutan berwarna coklat muda pada ketal. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43 4.4.1 Analisis dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi lapis tipis berfungsi untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan kepolaran komponen (Kantasubrata dkk., 1993). Dalam analisis ini menggunakan silika gel ( GF254 ) sebagai fasa diam dan menggunakan eluen n-heksana : etil asetat sebanyak 4 ml : 1 ml. Langkah awal yang dilakukan adalah mempersiapkan wadah chamber yang dijenuhkan dengan eluen yang berisi n-heksana : etil asetat lalu menotolkan larutan standar sampel dan hasil uji aktivitas katalis pada silika gel yang telah diberi tanda batas selanjutnya silika gel dimasukkan dalam wadah chamber dan ditunggu sampai terelusi. Setelah silika gel terelusi dikeringkan dan dilihat dibawah sinar UV (λ = 254 nm). Warna noda yang dihasilkan berwarna gelap sebab indikator yang berada pada silika gel terfluoresensi dibawah sinar UV (Hu Bin dkk., 2015). Dilakukan analisis kromatografi lapis tipis berfungsi agar mengetahui produk yang diinginkan telah terbentuk atau belum dengan adanya noda yang ditimbulkan. Hasil analisis KLT pada senyawa asetal yang diperoleh terlihat pada Gambar 4.11. Gambar 4.11 Hasil KLT senyawa asetal (a) larutan standart furfuraldehida (b) hasil sintesis senyawa asetal. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44 Dari hasil analisis senyawa asetal nampak bahwa reaksi telah berjalan sesuai harapan sebab dihasilkan noda baru pada totolan hasil sintesis. Sedangkan pada hasil analisis senyawa ketal dihasilkan noda yang sama dengan noda larutan standar 2-aseti-furan sehingga belum terbentuk senyawa ketal yang diharapkan. Dapat dilihat pada Gambar 4.12 Gambar 4.12 Hasil KLT senyawa ketal (a) larutan standart 2-asetil furan (b) hasil sintesis senyawa ketal. Dilakukan analisis kuantitatif dengan menghitung nilai Rf pada noda yang dihasilkan. Nilai Rf bertujuan untuk mengetahui posisi zat terlarut pada kromatografi lapis tipis (Mohamen dkk., 2015). Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut ini. Rf = SKRIPSI jarak yang ditempuh substansi jarak yang ditempuh pelarut UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45 Nilai Rf yang dihasilkan pada senyawa asetal hasil sintesis sebesar 0,67 sedangkan nilai Rf larutan standar furfuraldehida sebesar 0,45. Dapat simpulkan bahwa adanya perbedaan antara nilai Rf larutan standar furfuraldehida dengan nilai Rf hasil sintesis sehingga produk yang diinginkan telah terbentuk. Pada senyawa ketal tidak dihasilkan nilai Rf karena tidak dihasilkan noda yang jelas seperti Gambar 4.12. 4.4.2 Analisis dengan Kromatografi Gas Kromatografi gas adalah suatu metode pemisahan untuk mendeteksi senyawasenyawa organik yang mudah menguap dalam suatu campuran (Eiceman dkk., 2013). Berdasarkan hasil sintesis senyawa asetal dan ketal yang telah dianalisis, tidak dihasilkan kromatogram yang sesuai. Dari hasil tersebut tidak memberikan kromatogram yang baik karena pemilihan kolom yang tidak sesuai dengan senyawa yang dianalisis. 4.4.3 Analisis dengan GC-MS Analisis kromatografi gas – spektrometri massa (GC-MS) bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa yang terdapat di dalam sampel. Pemisahan berdasarkan beda kepolaran yang akan menghasilkan waktu retensi yang berbeda tiap senyawa dan menghasilkan fragmen-fragmen senyawa yang terionisasi sehingga didapatkan suatu massa molekul relatif tiap senyawa (Van boxtel., 2015). Fasa diam yang digunakan yaitu larutan sampel yang dianalisis sedangkan fasa gerak yang digunakan yaitu gas helium. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46 1.8e+07 CH3 2,190 menit 1.4e+07 NO2 3,882 menit Intensitas 1.2e+07 8000000 O 6000000 O O 3,979 menit 4000000 2000000 2.0 0 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Waktu retensi Gambar 4.13 Kromatogram hasil reaksi asetalisasi. Berdasarkan hasil kromatogram pada Gambar 4.13 dari senyawa furfuraldehida yang telah disintesis, terdapat 3 puncak yang muncul. Puncak pertama yaitu pada waktu retensi 2,190 menit menunjukkan puncak toluena, puncak kedua pada waktu retensi 3,882 menit menunjukkan puncak nitrobenzene, puncak ketiga pada waktu retensi 3,979 menit menunjukkan puncak senyawa asetal. Spektra massa pada Gambar 4.14 menunjukkan ion molekul m/z 154 yang sesuai dengan massa molekul relatif dari 2-furan-2-furyl-4-metil-(1,3)-dioksolan. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47 13.000 12.000 O 11.000 10.000 m/z 110 O 9000 Intensitas O C H O C H 8000 O O 7000 m/z 96 m/z 126 6000 O O 5000 CH2 O O 4000 m/z 81 m/z 154 3000 2000 1000 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 m/z Gambar 4.14 Spektra massa hasil reaksi asetalisasi. Hasil spektra massa pada Gambar 4.14 menghasilkan puncak-puncak utama dengan m/z 153, 126, 110, 96, dan 81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sintesis senyawa asetal dari furfuraldehida telah terbentuk dengan adanya puncak asetal yang ditandai m/z 154 untuk ion molekul hasilnya dan senyawa yang terbentuk sesuai dengan hasil mekanisme reaksi yang terjadi pada Gambar 4.9 serta adanya noda baru pada analisis KLT. Pada Gambar 4.15 menunjukkan fragmen-fragmen yang dihasilkan dari spektra massa senyawa asetal. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48 O O O O m/z 154 O O - CH3CH2COO - CH3CHO O - CO O m/z 154 O O m/z 110 C - H+ CH2 O - (CH3)2CO m/z 126 O C H O O m/z 81 O C H - H+ O C O m/z 96 O m/z 95 m/z 153 Gambar 4.15 Fragmentasi senyawa 2-furan-2-furyl-4-metil-(1,3)-dioksolan (O’Driscoll dkk., 2016). 1.8e+07 CH3 2,190 menit 1.4e+07 O O CH3 Intensitas 1.2e+07 2,382 menit NO2 8000000 3,882 menit 6000000 4000000 2000000 2.0 0 SKRIPSI 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Waktu retensi Gambar 4.16 Kromatogram hasil reaksi ketalisasi. UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49 13.000 12.000 11.000 10.000 O Intensitas 9000 m/z 81 C O O 8000 C 7000 m/z 123 CH3 6000 O O O C 5000 O 4000 3000 m/z 153 m/z 67 2000 1000 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 m/z Gambar 4.17 Spektra massa hasil reaksi ketalisasi Hasil kromatogram pada Gambar 4.16 menunjukkan kromatogram dari senyawa 2-asetil furan yang telah disintesis, terdapat 3 puncak yang muncul. Puncak pertama yaitu pada waktu retensi 2,190 menit menunjukkan puncak toluena, puncak kedua pada waktu retensi 2,382 menit menunjukkan puncak 2asetil-furan dan puncak ketiga pada waktu retensi 3,882 menit menunjukkan puncak nitrobenzena. Selanjutnya hasil spektra massa pada Gambar 4.17 yang menunjukkan fragmen-fragmen yang membentuk senyawa ketal dengan m/z 153,123,81, dan 67. Dari hasil analisis KLT dan hasil analisis GC-MS dapat disimpulkan bahwa senyawa ketal tidak terbentuk. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Uji aktivitas katalis dengan cara menambahkan aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al tinggi sebagai katalis ke dalam reaksi furfuraldehida dan 2-asetilfuran dengan propilen glikol untuk membentuk asetal dan ketal melalui refluks yang disertai peralatan Dean Stark untuk memisahkan air dari hasil reaksi. 2. Kemampuan aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al tinggi dapat mengkonversi furfuraldehida menjadi senyawa asetal yang ditandai dengan adanya noda produk pada analisis KLT dan adanya puncak senyawa asetal saat analisis GC-MS, Sedangkan aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al tinggi tidak dapat mengkonversi 2-asetil-furan menjadi senyawa ketal. SKRIPSI 50 UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 51 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut. 1. Penggunaan katalis aluminosilikat dengan rasio mol Si/Al tinggi dapat digunakan dalam aplikasi di bidang industri lainnya 2. Untuk keperluan karakterisasi senyawa asetal dan ketal selanjutnya perlu ditambahkan instrument yang lebih tepat untuk mendeteksi terbentuknya suatu produk yang diharapkan. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR PUSTAKA Agirre, I., Güemez, M. B., Ugarte, A., Requies, J., Barrio, V. L., Cambra, J. F., & Arias, P. L. (2013). Glycerol acetals as diesel additives: Kinetic study of the reaction between glycerol and acetaldehyde. Fuel Processing Technology, 116, 182-188. Ajaikumar, S., & Pandurangan, A. (2008). Reaction of benzaldehyde with various aliphatic glycols in the presence of hydrophobic Al-MCM-41: A convenient synthesis of cyclic acetals. Journal of Molecular Catalysis A: Chemical, 290(1), 35-43. Arrozi, U. S., Wijaya, H. W., Patah, A., & Permana, Y. (2015). Efficient acetalization of benzaldehydes using UiO-66 and UiO-67: Substrates accessibility or Lewis acidity of zirconium. Applied Catalysis A: General, 506, 77-84. Augustine, R.L., 1996,Heterogeneous Catalysis for Chemist, Marcel Dekker Inc., New York. Braun, R., 1987, Introduction to Instrumental Analysis, McGraw-Hill, Hal. 346582 Capeletti, M. R., Balzano, L., de la Puente, G., Laborde, M., & Sedran, U. (2000). Synthesis of acetal (1, 1-diethoxyethane) from ethanol and acetaldehyde over acidic catalysts. Applied Catalysis A: General, 198(1), L1-L4. Cejka, J., Bekkum, H., Corma, Avelino., Schuth, F., (2007). Introduction to Zeolite Science and Practice. 3rd Revised Edition. Studies in Surface Science and Catalysis. Elseiver, Amsterdam, 168. Corma, A., Fornes, V., Navarro, M. T., & Perezpariente, J. (1994). Acidity and stability of MCM-41 crystalline aluminosilicates. Journal of Catalysis, 148(2), 569-574. Climent, M. J., Corma, A., & Velty, A. 2004. Synthesis of hyacinth, vanilla, and blossom orange fragrances: the benefit of using zeolites and delaminated zeolites as catalysts. Applied Catalysis A: General, 263(2), 155-161. De Torres, M., Jiménez-osés, G., Mayoral, J.A., Pires, E., de los Santos, M., 2012, Glycerol ketals: Synthesis and profits in biodiesel blends, 94; 614–616 SKRIPSI 52 UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 53 Douglas A, S., West, D.M., James Holler, F., 1991. Fundamental of Analytical Chemistry. Seventh Edition. New York: Saunders College Publishing Eiceman, G. A., Karpas, Z., & Hill Jr, H. H. (2013). Ion mobility spectrometry. CRC press. Emeis, C. A. (1993). Determination of integrated molar extinction coefficients for infrared absorption bands of pyridine adsorbed on solid acid catalysts.Journal of Catalysis, 141(2), 347-354. Freitas, F. A., Licursi, D., Lachter, E. R., Galletti, A. M. R., Antonetti, C., Brito, T. C., & Nascimento, R. S. V. (2016). Heterogeneous catalysis for the ketalisation of ethyl levulinate with 1, 2-dodecanediol: Opening the way to a new class of bio-degradable surfactants. Catalysis Communications, 73, 84-87. Gandi, G. K., Silva, V. M., & Rodrigues, A. E. (2007). Acetaldehyde dimethylacetal synthesis with Smopex 101 fibres as catalyst/adsorbent.Chemical engineering science, 62(4), 907-918. Guan, J., Yang, G., Zhou, D., Zhang, W., Liu, X., Han, X., & Bao, X. (2009). The formation mechanism of Mo-methylidene species over Mo/HBeta catalysts for heterogeneous olefin metathesis: A density functional theory study. Journal of Molecular Catalysis A: Chemical, 300(1), 41-47. Hartati., Prasetyoko, Didik., Santoso, Mardi., Bahruji, Hasliza., Triwahyono, Sugeng., (2014). Highly Active Aluminosilicate with a hierarchical Porous Structure for Acetalization of 3,4-dimethoxybenzaldehyde, Jurnal Teknologi Hensen, E.J.M., Poduval, D.G., Degirmenci, V., Ligthart, D.A.J.M., Chen, W., Mauge, F., Rigutto, M.S., Van veen, J.A. (2012). Acidity Characterization of Amorphous Silica–Alumina. Journal of Physical Chemistry, 116(40). Hu, B., Xin, G. Z., So, P. K., & Yao, Z. P. (2015). Thin layer chromatography coupled with electrospray ionization mass spectrometry for direct analysis of raw samples. Journal of Chromatography A, 1415, 155-160. Kantasubrata, Julia. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs Web Resmi Kimia Analitik : Pusat Penelitian Kimia LIPI Layman, K. A., Ivey, M. M., & Hemminger, J. C. (2003). Pyridine adsorption and acid/base complex formation on ultrathin films of γ-Al2O3 on NiAl 100). The Journal of Physical Chemistry B, 107(33), 8538-8546. SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 54 Li, Qiang., Wu, Zhangxiong., Tu, Bo., Park, Sung Soo., Ha, Chang-sik., Zhao, Dongyuan. (2010). Highly Hydrotermal Stability of Ordered Mesoporous Aluminosilicates Al-SBA-15 with High Si/Al Ratio. Microporous and Mesoporous Materials, 135, 95-104. Lin, F. A. N. G., ZHANG, K., Lu, C. H. E. N., & Peng, W. U. (2013). Carboncoated mesoporous silica functionalized with sulfonic acid groups and its application to acetalization. Chinese Journal of Catalysis, 34(5), 932941. Liu, H., Guo, K., Li, X., Liu, S., Gao, X., Liu, H., ... & Xu, C. (2014). Understanding and direct strategy to synthesize hydrothermally stable micro-mesoporous aluminosilicates with largely enhanced acidity. Microporous and Mesoporous Materials, 188, 108-117. Lopes, A. C., Martins, P., & Lanceros-Mendez, S. (2014). Aluminosilicate and aluminosilicate based polymer composites: present status, applications and future trends. Progress in Surface Science, 89(3), 239-277. Moheman, A., Alam, M. S., & Mohammad, A. (2015). Recent trends in electrospinning of polymer nanofibers and their applications in ultra thin layer chromatography. Advances in Colloid and Interface Science. Neelakandeswaria, N., Sangamia, G., Emayavarambana, S.P., Babub, G., Karvembub, R., Dharmaraj, N., 2012, Preparation and characterization of nickel aluminosilicate nanocomposites for transfer hydrogenation of carbonyl compounds, 356; 90-99 O’Driscoll, A., Leahy, J. J., Curtin, T., 2016, The influence of metal selection on catalyst activity for the liquidphase hydrogenation of furfural to furfuryl alcohol. Ponnam, D., Shilpi, S., Srinivas, K. V. N. S., Suiab, L., Alam, S., Amtul, Z., ... & Tiwari, A. K. (2014). Synthesis of cyclic 1, 9-acetal derivatives of forskolin and their bioactivity evaluation. European journal of medicinal chemistry, 87, 735-744. Ramirez, A., Sifuentes, C., Manciu, F.S., Komarneni, S., Pannell, K.H., Chianelli, R.R., 2011, The effect of Si/Al ratio and moisture on an organic/inorganic hybrid material: Thioindigo/ montmorillonite, 51; 61-67 Rodriguez, I., Climent, M.J., Iborra, S., Fornds, V., Corma, A., 2000, Mesoporous Molecular Sieves in the Production of Fine Chemicals: Preparation of Dimethylacetals and Tetrahydropyranylation of Alcohols and Phenols, 192; 441-447 SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55 Rowles, M., & O'connor, B. (2003). Chemical optimisation of the compressive strength of aluminosilicate geopolymers synthesised by sodium silicate activation of metakaolinite. Journal of Materials Chemistry, 13(5), 11611165. Suharso., Buhani., Bahri, S., Endaryanto.T., 2011, Gambier extracts as an inhibitor of calcium carbonate (CaCO3) scale formation, 265; 102– 106Use Susidarti, R.A., 2012, Reaksi pembentukan aldehida dan keton. Penerbit UGM. Yogyakarta. Tanaka, S., Okada, H., Nakatani, N., Maruo, T., Nishiyama, N., & Miyake, Y. (2009). Mesoporous aluminosilicates assembled from dissolved LTA zeolite and triblock copolymer in the presence of tetramethylammonium hydroxide.Journal of colloid and interface science, 333(2), 491-496. Thomas, B., Prathapan, S., & Sugunan, S. (2004). Effect of pore size on the catalytic activities of K-10 clay and H-zeolites for the acetalization of ketones with methanol. Applied Catalysis A: General, 277(1), 247-252. Van boxtel, N., Wolfs, K., Van Schepdael, A., & Adams, E. (2015). Application of acetone acetals as water scavengers and derivatization agents prior to the gas chromatographic analysis of polar residual solvents in aqueous samples.Journal of Chromatography A, 1425, 62-72. Wilbraham, A. C., & Matta, M. S. (1992). Pengantar Kimia Organik dan Hayati.Terjemahan Suminar A. Penerbit ITB. Bandung. Wilson, K., Clark, J. H. 2000. Solid acids and their use as environmentally friendly catalysts in organic synthesis. Pure and applied chemistry, 72(7), 1313-1319. Zhao, L., Gao, J., Xu, C., Shen, B., (2011). Alkali treatment of ZSM-5 Zeolite with Different SIO2/Al2O3 Ratios and Light Olefin Production by Heavy Oil Cracking. Fuel Processing Technology, 92, 414-420. Zhang Kun, F.L., WU Peng, C.L., 2013, Carbon‐coated mesoporous silica functionalized with sulfonic acid groups and its application to acetalization, 34; 932–941 SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 1 Perhitungan Sintesis Asetal dan Ketal a. Senyawa furfuraldehida mol = gram Mr , mol x 1000 = mmol 1,12 mmol x Mr = mg 1,12 mmol x 96,08 = 107,6096 mg Gram = 107,6096 1000 = 0,1076 gram b. Senyawa 2-asetil-furan mol = gram Mr , mol x 1000 = mmol 1,12 mmol x Mr = mg 1,12 mmol x 110,11 = 123,3232 mg Gram = 123,3232 1000 = 0,1233 gram c. Propilen glikol mol = gram Mr , mol x 1000 = mmol 2,15 mmol x Mr = mg 2,15 mmol x 76 = 163,4 mg Gram = 163,4 1000 Volume = SKRIPSI = 0,1634 gram massa sampel massa jenis = 0,1634 gram 1,04 gram/cm3 = 0,1571 cm3 = 0,1571 ml UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 2 Perhitungan Jumlah Sisi Asam Lewis dan Bronsted Nama sampel KAM80 KAM100 KAM120 massa sampel (gr) luas pelet 0.0142 0.785 0.0121 0.785 0.0123 0.785 jenis sisi asam range bil gelombang luas asam lewis bronsted lewis bronsted lewis bronsted 1446-1454 1548-1552 1435-1454 1548-1552 1435-1454 1548-1552 0 0.99853 2.418 0.9565 2.6843 0.9923 jumlah jumlah sisi sisi Lewis Bronsted 0.00000 0.02936 0.11047 0.03301 0.12064 0.03369 Contoh perhitungan jumlah sisi asam Lewis Jumlah sisi asam ( mmol gram ) = B x L x 10-3 KxG Dimana : B = Luas puncak pita Bronsted atau Lewis (cm-1) L = Luas pelet sampel (cm2) = 0,785 cm2 K = Koefisien asam (Lewis = 1,42 cm.mmol-1 dan Bronsted = 1,88 cm.mmol-1) G = Massa sampel (gram) Jumlah sisi asam ( SKRIPSI mmol gram ) = 2,418 x 0,785 x 10-3 1,42 x 0,0121 = 0,110 mmol/g UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Contoh perhitungan jumlah sisi asam Bronsted Jumlah sisi asam ( mmol gram ) = B x L x 10-3 KxG Dimana : B = Luas puncak pita Bronsted atau Lewis (cm-1) L = Luas pelet sampel (cm2) = 0,785 cm2 K = Koefisien asam (Lewis = 1,42 cm.mmol-1 dan Bronsted = 1,88 cm.mmol-1) G = Massa sampel (gram) Jumlah sisi asam ( SKRIPSI mmol gram ) = 0,9923 x 0,785 x 10-3 1,88 x 0,0123 = 0,0336 mmol/g UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 3 Perhitungan larutan standar internal Pembuatan larutan standar internal furfuraldehida 0,0966 gram furfuraldehida yang dilarutkan dengan toluena dalam labu ukur 10 ml kemudian dikocok hingga homogen kemudian diambil sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, ditambahkan nitrobenzene sebanyak 50 µL dan toluena sampai tanda batas kemudian dikocok hingga homogen. Pembuatan larutan standar internal 2-asetil furan 0,1095 gram 2-asetil furan yang dilarutkan dengan toluena dalam labu ukur 10 ml kemudian dikocok hingga homogen kemudian diambil sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, ditambahkan nitrobenzene sebanyak 50 µL dan toluena sampai tanda batas kemudian dikocok hingga homogen. Diketahui : Mr furfuraldehida = 96,08 (kemurnian 99%) Mr 2-asetil furan = 110,11 (kemurnian 99%) Konsentrasi larutan induk Furfuraldehida 99 1 0,0966 x (100 ) x (96,08 ) x ( 1000 ) = 0,0995 M (0,1 M) 2-asetil furan 99 1 0,1095 x (100 ) x (110,11) x ( SKRIPSI 10 1000 10 ) = 0,0984 M (0,1 M) UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 4 4.1 Hasil FT-IR piridin Rasio 80 SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 5 Hasil FT-IR piridin Rasio 100 SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 6 Hasil FT-IR piridin Rasio 120 SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 7 Hasil Karakterisasi GC-MS senyawa asetal SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Puncak toluena SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Puncak nitrobenzena SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Puncak senyawa asetal SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 8 Hasil Karakterisasi GC-MS senyawa ketal SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Puncak toluena Puncak 2-asetil-furan SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Puncak nitrobenzena SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 9 Hasil GC larutan standar furfuraldehida SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 10 Hasil GC larutan standar 2-asetil-furan SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 11 Hasil GC senyawa asetal SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 12 Hasil GC senyawa ketal SKRIPSI UJI AKTIVITAS ALUMINOSILIKAT.... NURMA MALINDA P.