BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Media Pembelajaran Menurut Arsyat (2011: 3) mengemukakan bahwa: kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa arab (wasail), media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Menurut Gagne dan Briggs dalam bukunya Arsyat (2011: 4) mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, televise, dan computer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dilain pihak, National Edukation Association memberikan devinisi media sebagai bentuk6 7 bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual dan peralatanya; dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar atau dibaca. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audiens (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 2.1 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Menurut Levie & Lenstz dalam (Arsyad, 2011: 16-17) terdapat empat fungsi media dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Fungsi Atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi ada pelajaran yang berkaitan dengan maksna visual yang di tampilkan atau menyertai teks materi pembelajaran. 2. Fungsi afektif, media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi menyangkut masalah sosial. 3. Fungsi kognitif, media dapat terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 8 4. Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca atau mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal Sujana & Rivai dalam (Arsyad 2011: 24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran siswa berikut : 1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga data dipahami oleh siswa dan memungkinkannya meguwasai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalaw guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendegarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain. 2.2 Keutamaan Penggunaan Media Pembelajaran Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa untuk bertukar pikiran dalam mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga 9 komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecendrungan verbalisme, ketidakpastian siswa, kurangnya minat belajar dan sebagainya (Rafdhi Ch 2012: 5). Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses pembelajaran, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut di samping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Bahkan dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik. Menurut Abdul Halim dalam (Rafdhi Ch, 2012: 5) dalam Penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut: 1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa (warga belajar). Dua orang yang hidup di dua lingkungan yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda pula. Dalam hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut. 2. Media dapat mengatasi ruang kelas. 3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. 6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. 7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. 10 8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang kongkrit sampai kepada yang abstrak. 2.3 Video Interaktif Video interaktif adalah suatu sistem penyampaian pengajaran dimana materi video rekaman disajikan dengan pengendalian computer kepada penonton (siswa) yang tidak hannya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga memberikan respon yang aktif, dan respon itu yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian. Peralatan yang diperlukan antara lain computer, videodisc laser, dan layar monitor (Arsyad 2011: 36). Media yang menggabungkan dengan menggabungkan suara memerlukan pekerjaan tambahan dan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang dilakukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyoard yang memerlukan persiapan banyak, rencangan dan penelitian. Menurut Arsyat (2011: 49) Film, video atau gambar hidup merupakan gambargambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Sama halnya dengan film dan video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau yang sesuai. Kemampuan film dan video untuk melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Video atau film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu sehingga menjadi urutan tingkatan yang berjalan terus sehingga 11 menggambarkan pergerakan yang tampak normal. Film dan video pada hakikatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar mengajar yang mengkombinasikan dua macam indra pada saat yang sama. video yang dimaksudkan di sini adalah video/film sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan, tentang proses terjadianya suatu peristiwa, contohnya kejadian peristiwa terjadinya alam semesta, proses hidrologi yang terjadi di permukaan bumi dan fenomena-fenomena alam lainya yang dapat diperlihatkan melalui media film atau vidio. Keutamaan Film dan Video 1. Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat. 2. Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang disajikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. 3. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainya. 4. Film dan video yang mengandug nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pebahasan dalam siswa. Bahkan film, seperti selogan yang sering di dengar, dapat membawa dunia ke dalam kelas. 5. Film dan video dapat mensajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung. 12 6. Film dan video dapat ditunjukan kepada kolompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen atau perorangan. 2.4 Kartu Indeks Salah satu inovasi pembelajaran yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan kartu indeks. Kartu indeks dipergunakan sebagai upaya memudahkan peserta didik untuk mengingat konsep-konsep materi yang sedang dipelajari. Kartu indeks yang digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah kartu-kartu yang berisi kata-kata penting untuk membantu peserta didik memahami konsep yang sedang dipelajari yang dinarasikan melalui bahasa atau kata-kata sendiri. Kegiatan pemilahan kartu indeks dilakukan melalui kinerja kelompok. Belajar berkelompok merupakan salah satu cara belajar yang efektif untuk meningkatkan aktivitas peserta didik. Manfaat kerja kelompok menurut Nasution (1995) adalah : (1) mempertinggi hasil belajar baik secara kuantitatif atau kualitatif, (2) keputusan kelompok lebih mudah diterima oleh setiap anggota bila mereka turut memikirkan dan memutuskan bersamasama, (3) mengembangkan perasaan sosial dan pergaulan sosial yang baik, serta (4) individu dalam kelompok saling membantu mengkoreksi kesalahan, ada toleransi satu sama lain, dan saling membangkitkan minat. Kartu indeks (card sort) adalah merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengerjakan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi. (Silberman 2009: 157). 13 Prosedur atau langkah-langkah : 1. Berilah masing-masing peserta didik kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih kategori. 2. Mintalah peserta didik untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori yang sama (anda bisa mengumumkan kategori tersebut sebelum atau biarkan peserta mencarinya. 3. Biarkan peserta didik dengan kartu kategorinya yang sama mensajikan sendiri pada orang lain. 4. Selagi masing-masing kategori dipresentasikan, buatlah beberapa poin mengajar yang anda rasa penting. Variasi : 1. Mintalah setiap kelompok untuk membuat prsentasi mengajar tentang kategori tersebut. 2. Pada awal kegiatan, bentuklah tim. Berilah masing-masing tim satu set kartu yang lengkap. Pastikan kartu tersebut di kocok, sehingga kartu yang mereka sortir tidak jelas. Mintalah setiap untuk menyortir kartu kedalam kategori. Setiap siswa bisa memperoleh nilai untuk nomor kartu yang di sortir dengan benar. 2.6 Pembelajaran Kooperatif Menurut Suprijono (2012: 54) mengemukakan ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran sosial yaitu pembelajaran kooperatif (Kooperative Learning) dan pembelajaran kolabratif. Panitz membedakan kedua pembelajaran tersebut. 14 Pembelajaran kolaboratif didevinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik harus bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak tidak mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentuk asesmen oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipahami oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas titik. Seorang ahli dinamika kelompok bernama Shaw memberikan pengertian kelompok “as tow or more people who interact with and influence one another”. Menurut shaw satu ciri yang dipunyai oleh semua kelompok yaitu anggotanya saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Roger dan David Jonson dalam bukunya (Suprijono 2012: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, 5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah : 15 1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) 2. Personal responsibility (tanggung jawab persoorangan) 3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif) 4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) 5. Group Processing (pemrosesan kelompok). Model pembelajaran kooperatif dikembengkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keagamaan, dan pengembengan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhunggan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerjasama atau kopetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward. Tabel 1. Sintaks model pembelajaran kooperatif (Kooperative Learning) Agus Suprijono (2012: 65) Fase-Fase Fase 1 : Present goals and set Menyampaikan tujuan mempersiapkan peserta didik Perilaku guru Menjelaskan tujuan pembelajaran, dan dan mempersiapkan peserta didik siap belajar Fase 2 : Presen informasion Menyajikan informasi Memprsentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Fase 3 : Organize students into Memberikan penjelasan kepada learning teams peserta didik tentang tata cara Mengorganisir peserta didik ke pembentukan tim belajar dan dalam tim-tim. membantu kelompok untuk melakukan transisi yang evesien. Fase 4 : Assist team work and study Membantu tim-tim belajar selama 16 Membantu kerja tim dan belajar. peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai beberapa materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjaya. Fase 6 : provide recognition Menberkan pengakuan atau penghargaan. Mempersiapkan cara untuk mengekui usaha dan presentasi individu maupun kelompok 2.7 Hasil Belajar 2.7.1 Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Penilaian Hasil Menurut Sujana (2006: 2) mengemukakan bahwa belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diarkan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk mendapatkan suatu nilai atau harga-harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang dan kurang, diperlukan adanya ketentuan atau ukuran yang jelas bagaimana yang baik, kurang dan sedang. Dari pengertian tersebut dapat dikatakana bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria atau apa harusnya. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kreteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut 17 berlangsung dalam bentuk interpretasi yang di akhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya satu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku seperti telah dijelaskan di muka. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mecakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Penilaian proses belajar adalah upayah memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai : a. Alat untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan instruksional. b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, dan strategi mengajar guru. c. Dasar dalam penyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya. 18 Sedangkan tujuan penilaian adalah untuk : a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang di tempuhnya. b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan. c. Menentukan tindaklanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. d. Memberikan pertanggungjawaban atau (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa. 2.7.2 Jenis penilaian Menurut Nana Sujana (2006: 5) mengetakan bahwa dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnotik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan : Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, akhir tahun. Tujuannya adalah 19 untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada Produk bukan kepada proses. Penilaian diaknostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan mengajar untuk program itu. 2.7.3 Ranah Kognitif Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam buku Nana Sujana (2006: 22). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sitesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama tersebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termaksud kognitif tingkat tinggi. 1. Pengetahuan Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari knowledge dalam Taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termaksud pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah dan sebagainnya. Dilihat dari segi belajar istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan dingat agar 20 dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. 2. Pemahaman Pemahaman dapat dibedakan dalam tiga kategori sebagai berikut : Tingkat rendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa inggris kedalam bahasa Indonesia, mengartikan Bineka Tunggal Ika, mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsipprinsip listrik dalam memasang sakelar. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yakni menghubungkan bagianbagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok. Tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi. 3. Aplikasi Adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkrit atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. 21 4. Analisis Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunanya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Mengetes kecakapan analisis Untuk membuat item tes kecakapan analisis perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis sebagai berikut: 1) Dapat mengklasifikasikan kata-kata, fase-fase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu. 2) Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebut secara jelas. 3) Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang emplisit atau perlu yang ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya. 4) Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan mengetengahkan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat atau peruntutan. 5) Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang dihadapannya. 6) Dapat meramalkan sudut pandang, kerangka acuan dan tujuan materi yang diharapkanya. 5. Sintesis Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Memastikan unit-unit tersebar 22 tidak sama dengan mengumpulkan ke dalam satu kelompok besar. Mengartikan analisi sebagai sebagai memecah integritas menjadi bagian-bagian dan sintesis sebagai menyatukan unsur-unsur menjadi integritas secara hati-hati dan telaah. 6. Evaluasi Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai suatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan metode,dan materi. Mengetes kecakapan evaluasi 1) Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen 2) Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan, juga keajegan logika dan organisasinya. 3) Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang diakai orang dalam mengambil suatu keputusan. 4) Dapat mengevaluasi suatu karya dengan memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan. 5) Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. 6) Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan meggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit. 2.8 Hidrosfer Hidrosfer merupakan wilayah perairan yang mengelilingi bumi. Hidrosfer meliputi samudra, laut, sungai, danau, air tanah, mata air, hujan, dan air yang berada di atmosfer. Sekitar tiga perempat dari permukaan bumi ditutupi oleh air. Air di bumi 23 bersirkulasi dalam lingkaran hidrologi, di mana air jatuh sebagai hujan dan mengalir ke samudra-samudra sebagai sungai dan menguap kembali ke atmosfer. Air di alam terbagi menjadi tiga, sebagai berikut. 1. Air di permukaan bumi, meliputi laut, sungai, danau, rawa, salju, es, dan gletser. 2. Air di udara, meliputi uap air, kabut, dan berbagai macam awan. 3. Air di dalam tanah, meliputi air tanah, air kapiler, geiser, dan artois. 2.8.1 Umum Menurut Triatmodjo (2008: 1-2), hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi. Baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungannya dengan lingkungannya terutama dengan maklhuk hidup. Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air, drainase, pengendalian polusi dan air limbah, dsb. Hidrologi banyak dipelajari oleh para ahli dibidang teknik sipil dan pertanian. Ilmu tersebut dapat dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan berikut: 1. Memperkirakan besarnya banjir yang ditimbulkan oleh hujan deras, sehingga dapat direncanakan bangunan-bangunan untuk mengendalikannya seperti pembuatan tanggul banjir, saluran draenasi, gorong-gorong dan jembatan. 2. Memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan oleh jenis tanaman, sehingga dapat direncanakan begunan untuk melayani kebutuhan tersebut. 24 3. Memperkirakan jumlah air yang tersedia disuatu sumber air (mata iar, sungai, danau, dsb) untuk dapat dimanfaatkan guna berbagai keperluan seperti air baku (air untuk keperluan rumah tangga, perdagangan dan industri), irigasi, pembengkit listrik tenaga air, perikanan peternakan. Ilmu hidrologi lebih banyak didasarkan pada pengetahuan empiris dari pada teoritis. Hal ini karena banyaknya parameter yang berpengaruh pada kondisi hidrologi di suatu daerah, seperti kondisi klimatologi (angin, suhu udara, kelembaban udara, penyinaran matahari), kondisi lahan daerah aliran sungai, DAS) seperti jenis tanah, tataguna lahan kemiringan lahan, dsb. Banyak parameter tersebut mengakibatkan analisis hidrologi sulit diselesaikan secara analitis. Selain itu kondisi hidrologi juga sangat dinamis yang tergantung pada perubahan/kegiatan yang dilakukan oleh manusia, seperti perubahan tataguna lahan penggundulan hutan, penghijauan, perubahan lahan sawah menjadi daerah pemukiman atau industri, perubahan hujan menjadi sawah atau fungsi lainya), perubahan menutup permukaan tanah (dari tanah, rumput, atau pepohonan menjadi permukaan aspal atau beton) dsb. 2.8.2 Siklus Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008: 2), Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke atmosfer dan kemudian kembeli ke bumi lagi. Menurut Asdak (2010: 7), daur hidrologi yaitu gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang prosesnya tidak pernah berhenti, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, 25 dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup lainya. Dalam daur hidrologi energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau badan air lainya. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa olah angin melitasi daratan yang bergunung-gunung maupun datar, dan apbila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian dari uap air tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai air hujan. Sebelum sampai permukaan tanah, air hujan tersebut akan tertahan oleh tajuk vegetasi. Sebagian air hujan tersebut akan tersimpan di tajuk vegetas/daun selama proses pembasahan tanjuk, dan sebagian lainya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun (Trhoughfall) atau mengalir ke bawah melalui permukaan pohon (Stemflow). Sebagian air hujan tidak akan pernah sampai ke permukaan tanah, melainkan terevaporasi kembali ke atmofer (dari tajuk dan batang) selama dan setelah berlangsungnya hujan (interception loss). Air hujan yang mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk (terserap) ke dalam tanah (Infiltration). Sedangkan air hujan yang tidak terserap dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk kedalam sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah.apabila kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan baru akan 26 masuk kedalam tanah bergerak secara lateral (Horisontal). Untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi kepermukaan tanah (subsurface flow) dan akhirnya mengalir ke sungai. Alternatife lainnya, air hujan yang masuk kedalam tanah tersebut akan bergerak vertikal ketanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Air tanah tersebut, terutama pada musim kemarau, akan mengalir pelan-pelan ke sungai, danau atau tempat penampungan air alamiah lainnya (baseflow). Siklus air atau siklus hidrologi adalah siklus yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi (evapotranspirasi). Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Tersedia di situs(http://soerya.surabaya.go.id/AuP/eDU.KONTEN/edukasi.net/Geografi/Hidrosfe ra), diupdate tanggal 16 maret 2013. Selama dalam perjalanan siklus hidrologi, air ada yang tertahan diberbagai tubuh perairan, ada pula yang langsung kembali masuk pada siklus hidrologi. Nah, berdasarkan lama peredaran air, siklus hidrologi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu siklus pendek, sedang, dan panjang. 1. Siklus Pendek (Kecil) Siklus pendek adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut; Penguapan air laut karena pemanasan matahari di permukaan laut - air laut mengalami perubahan bentuk menjadi gas - terjadi kondensasi - pembentukan awan turun hujan (presipitasi) - hujan jatuh di permukaan air laut. 27 Gambar 1. Siklus pendek menghasilkan hujan di atas permukaan air laut Sumber 2. : http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/Geografi/Hidrosfera/ Siklus Sedang Siklus sedang adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut; Penguapan air laut - terjadi kondensasi - angin menggerakkan uap air menuju daratan - pembentukan awan - turun hujan di daerah daratan - air hujan akan mengalir kembali ke laut melalui sungai. Gambar 2. Siklus sedang menghasilkan hujan yang turun didaratan Sumber : http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/Geografi/Hidrosfera/ 28 3. Siklus Panjang Siklus panjang adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut; Penguapan - terjadi sublimasi - terbentuk awan yang mengandung kristal es - angin menggerakan kristal es ke daratan - turun hujan es ( hujan salju) pembentukan gletser - gletser yang mencair membentuk aliran sungai – kemudian air sungai mengalir menuju daratan. Gambar 3. Siklus penjang menghasilkan hujan es atau hujan salju Sumber : http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/Geografi/Hidrosfera/ 2.8.3 Perairan Darat Perairan yang ada di daratan, pasti kamu sudah sering menjumpainya. Pada intinya, yang dimaksud dengan perairan yang ada di daratan adalah semua tubuh perairan yang terjadi dan berada di daratan, seperti sungai, rawa, danau, serta air tanah. 1) Air Tanah Menurut Purnama (2000: 2), dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi (tidak termasuk es di kutup), 96 % merupakan air tanah. Empat persen sisanya terdapat di waduk, danau, sungai serta uap air di udara. Air tanah adalah air yang berada di 29 bawah permukaan tanah pada zona jenuh air, dengan tekanan hipotesis atau lebih besar dari pada tekanan udara. Sumber utama dari tanah adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah mengikuti proses yang disebut daur hidrologi. Selain berasal dari hujan, air tanah dapat pula berasal dari air yang berada di luar daur hidrologi. Jenis air tanah yang tidak mengikuti daur hidrologi antara lain adalah air yang berasal dari magma yang sering disebut dengan istilah air magma. Selain itu ada pula yang berasal dari luar angkasa yang disebut dengan air kosmik. Kedua jenis air tersebut air jufenil yang merupakan air baru. Disamping kedua jenis tersebut ada pula yang disebut jenis air fosil. Air jenis ini biasanya merupakan kantong air yang terjadi akibat air laut terperangkap di suatu cekungan pada suatu peristiwa geologi di masa lalu. Air fosil biasanya mempunyai kandungan mineral tinggi. Terakhir adalah yang disebut dengan air metamorfik yaitu air yang terdapat pada batuan selama metamorfose. Berdasarkan sebenarnya di permukaan bumi, ternyata ketersediaan air di suatu daerah tidak sama. Ada daerah yang mempunyai potensi air tanah tinggi, tetapi ada pula yang potensinya rendah. Tinggi rendahnya potensi air anah di suatu daerah terganung pada, 1. Besar kecilnya curah hujan 2. Banyak sedikitnya vegetasi 3. Kemiringan lereng dan 4. Derajat kesarangan dan kelulus batuan. 30 2) Sungai Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau atau sungai yang lebih besar. Arus air di bagian hulu sungai (umumnya terletak di daerah pegunungan) biasanya lebih deras dibandingkan dengan arus sungai di bagian hilir. Aliran sungai seringkali berliku-liku karena terjadinya proses pengikisan dan pengendapan di sepanjang sungai. Berdasarkan arah aliran airnya terkait dengan posisi kemiringan perlapisannya dan tektonik adalah sebagai berikut. o Sungai konsekuen adalah sungai yang arah aliran airnya searah dengan kemiringan lerengnya. o Sungai subsekuen adalah sungai yang arah aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekuen. o Sungai resekuen adalah sungai yang arah aliran airnya sejajar dengan sungai konsekuen. o Sungai obsekuen adalah sungai arah aliran airnya berlawanan dengan sungai konsekuen. o Sungai anteseden adalah sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. o Sungai reverse adalah sungai yang kekuatan erosi ke dalammya tidak mampu mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. Oleh karena itu arah aliran sungai ini berbelok menuju ke tempat lain yang lebih rendah. 31 Ada beberapa pola aliran sungai, antara lain sebagai berikut. Gambar 4: Jenis-Jenis Pola Aliran Sungai Sumber : Endanrto 2009 o Pola dendritik ialah pola aliran sungai yang anak-anak sungainya bermuara pada sungai induk secara tidak teratur. Pola aliran ini terdapat di daerah yang batuannya homogen dan lerengnya tidak begitu terjal. o Pola trellis ialah suatu pola aliran sungai yang sungai-sungai induknya hampir sejajar dan anak-anak sungainya. Anak-anak sungai ini hampir membentuk sudut 90° dengan sungai induknya. o Pola rectangular ialah suatu pola aliran sungai yang terdapat di daerah yang berstruktur patahan. Pola aliran air membentuk sudut siku-siku. o Pola radial sentrifugal ialah suatu pola aliran sungai yang arahnya menyebar. Pola aliran ini terdapat di kerucut gunung berapi atau dome yang berstadium muda, pola alirannya menuruni lereng-lereng pegunungan. o Pola radial sentripetal ialah pola aliran sungai yang arah alirannya menuju ke pusat. Pola aliran ini terdapat di daerah-daerah cekungan. o Pola paralel ialah pola aliran sungai yang arah alirannya hampir sejajar antara sungai yang satu dengan sungai yang lain. Pola aliran ini terdapat di daerah perbukitan dengan lereng yang terjal. 32 3) Danau Danau adalah tubuh perairan di daratan yang berupa cekungan alami dan terisi oleh air yang menggenang. Dalam batas ekologi danau di definisikan sebagai habitat lentik atau yang tergenang. Sumber danau berasal dari air hujan, air tanah, mata air atau air sungai. Gambar 5. Danau Limboto Sumber : Dokumen Penulis Danau alami dibedakan menjadi danau tektonik, vulkanik, karst, erosi, tapal kuda o Danau Tektonik Danau tektonik terbentuk oleh proses-proses tektonik seperti lipatan, patahan, dan gerakan kulit Bumi, sehingga terjadi penurunan. Contoh: Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Kerinci, Danau Poso. o Danau Vulkanik Danau vulkanik terbentuk dari kawah atau kepundan gunung api yang masih aktif ataupun yang sudah mati kemudian terisi air. Contoh: Danau Kelud, Danau Segara, Danau Telaga. 33 o Danau Karst Danau karst terbentuk karena adanya pelarutan batuan kapur oleh air sehingga membentuk cekungan. Bila cekungan ini terisi oleh air, maka terbentuk danau yang disebut dolina. Contoh: Danau Pegunungan Seribu, Daerah Istimewa Yogyakarta. o Danau Erosi Danau yang terbentuk karena adanya erosi atau pendalaman dasar lembah oleh gletser (massa es yang besar). Pada musim panas atau musim gugur, gletser yang mencair mengisi cekungan, sehingga membentuk danau. Contoh: Danau Great (The Great Lake) di Amerika Utara, Danau Finger di New York. o Danau Tapal Kuda Danau tapal kuda terbentuk karena adanya sedimen pada sungai meander saat aliran sungai menurun. Adanya sedimen menyebabkan terpisah dengan aliran sungai yang baru. Meander sungai yang terpisah dan terisi air membentuk suatu danau tapal kuda (oxbow lake). Proses terbentuknya danau tapal kuda dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 4) Rawa Rawa adalah tubuh perairan dangkal di daratan, terbentuk pada daerah drainasenya kurang baik, letaknya rendah dan dimuara sungai-sungai besar. Draenasenya kurang baik karena diakibatkan oleh lerengnya datar bahkan berupa cekungan, gradient rendah karena dekat dengan pantai, aliran ainya terhalang oleh bentukan alam atau buatan manusia, material penyusun halus (lempung) dan curah hujannya tinggi. Sumber air pada rawa dapat berasal dari air hujan, banjir, atau air 34 pasut. Oleh karena itu rawa tergenang cukup lama dan drainasenya jelek maka airnya tergolong asam, (PHnya rendah). Rawa dapat dikelompokan atas dasar lingkungan terbentuk sebagai berikut: a. Rawa pantai, yaitu rawa yang terdapat di pantai ciri rawa di pantai airnya payau, terpengaruh oleh pasang surut, material dasar atau supstratnya lumpur. b. Rawa pedalaman, yaitu rawa yang terbentuk jauh dari pantai, kedalaman air rawa pedalaman umumnya terpengaruh oleh air hujan. Gambar 6 : Air Rawa Sumber : Dokumen Penulis 2.9 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ”Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan kartu indeks dan media video interaktif dengan kelas yang menerapkan model pengajaran kooperatif dengan media gambar pada materi hidrosfer. 2.10 Kajian Penelitian yang Relevan Sebelumnya penelitian dengan menggunakan “Kartu Indeks dan Media Film” dalam meningkatkan hasil belajar siswa sudah ada yang meneliti dengan formulasi judul “Meningkatkan Hasil Belajar Geografi pada Materi Sejarah Pembentukan Bumi 35 dengan Kartu Indeks dan Media Film” suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SMA Negeri 1 Dramaga Kabupaten Bogor oleh Ana Widiyanti. Oleh karena itu peneliti ingin menguji coba dengan menggunakan metode pemebelajaran dengan “Kartu Indeks dan Media Video Interaktif” dalam bentuk penelitian eksperimen di SMA Negeri 1 Kwandang Kab. Gorontalo Utara dengan formulasi judul “Pengaruh Penggunaan Kartu Indeks dan Media Video Interaktif Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi Materi Materi Hidrosfer. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan antara Ana Widiyanti dengan peneliti terdapat pada perbedaan formulasi judul, untuk Ana Widiyanti dalam penelitiannya menggunakan media film yang memiliki durasi waktu lebih panjang dibandingkan dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan Video Interaktif yang mamiliki durasi waktu yang lebih pendek, penelitian sebelumnya adalah merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan betuk eksperimen. Selain itu terdapat perbedaan pada lokasi penelitian dimana penelitian yang dilakukan oleh Ana Widiyanti berada di SMA Negeri 1 Dramaga Kabupaten Bogor sedangkan yang dilakukan oleh peneliti terdapat di lokasi SMA Negeri 1 Kwandang Kab. Gorontalo Utara.