BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo (C. gariepinus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele Dumbo Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1968,1984) sebagai berikut. Kingdom : Animalia Phyllum : Chordata Classis : Pisces Ordo : Ostariopshysi Sub ordo : Siluroidae Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias gariepinus 2.1.2 Morfologi Ikan Lele Dumbo Menurut Suyanto & Rahman (2007), ikan lele dumbo termasuk salah satu jenis ikan yang memiliki kulit berlendir, namun tidak memiliki sisik. Apabila kulit ikan ini terkena sinar maka warnanya akan berubah menjadi pucat, sedangkan ketika terkejut, warna kulitnya menjadi loreng seperti mozaik hitam-putih. Bagian dari mulut lele dumbo berukuran sekitar seperempat dari panjang tubuhnya. Terdapat empat pasang kumis di daerah sekitaar mulut, kumis ini memiliki fungsi sebagai alat peraba. Selain itu pada bagian tubuh juga dilengkapi dengan sirip tunggal maupun Pengaruh Pemberian Bawang …, Riski Putri Sulistyaningrum, FKIP UMP, 2016 sirip berpasangan. Pada sirip tunggal meliputi sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur yang memiliki fungsi sebagai alat bantu berenang. Selanjutnya sirip yang berpasangan yaitu sirip dada dan juga sirip perut. Sirip pada bagian dada dilengkapi dengan sirip yang bertekstur keras dan runcing, orang biasa menyebutnya dengan patil. Patil dapat berguna sebagai senjata dan alat bantu bergerak lele. Ikan lele dumbo mempunyai alat pernapasan tambahan yaitu arborescent yang merupakan kulit tipis, menyerupai spon di sebelah insang. Dengan alat pernapasan tambahan inilah ikan lele dumbo bisa mengambil oksigen langsung dari udara sehingga menyebabkan lele dumbo dapat hidup pada air dengan kondisi oksigen yang rendah (Suyanto & Rahman, 2007). Gambar. 2.1. Lele Dumbo (C. gariepinus) Suhu perairan yang ideal untuk ikan lele dumbo berkisar antara 20-30oC, atau pada suhu optimum 27oC. Pada umnya, lele dumbo bisa hidup di perairan yang mengandung karbondioksida (CO2) 15 ppm (miligram per liter), NH3 sebesar 0,05 Pengaruh Pemberian Bawang …, Riski Putri Sulistyaningrum, FKIP UMP, 2016 ppm, NO2 sebesar 0,25 ppm, NO-3 sebesar 250 ppm, dan oksigen minimum 3 ppm serta dengan tingkat keasaman tanah (pH) 6,6-8 (Khairuman & Khairul, 2008). 2.1.3 Habitat Ikan Lele Dumbo Aslinya ikan lele dumbo berasal dari Afrika. Ikan ini, dapat hidup di hampir semua perairan tawar seperti sungai, rawa, danau, sampai perairan yang sedikit payau. Ikan ini lebih suka hidup di perairan yang tenang, terlindung dari cahaya serta suka tinggal di dalam lubang. Ikan lele dumbo bisa dibudidayakan baik di kolam tanah, kolam semen maupun kolam plastik/terpal (Suyanto & Rahman, 2007). 2.2 Bawang Putih (A. sativum) 2.2.1 Kasifikasi Bawang Putih Klasifikasi bawang putih (Cronquist, 1981), sebagai berikut. Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Ordo : Liliales Familia : Liliceae Genus : Allium Species : Alllium sativum 2.2.2 Morfologi Bawang Putih Bawang putih merupakan tanaman herba parenial yang membentuk umbi lapis. Tanaman ini tumbuhnya dengan cara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30-75 cm. Batang yang nampak di atas permukaan tanah adalah batang semu Pengaruh Pemberian Bawang …, Riski Putri Sulistyaningrum, FKIP UMP, 2016 yang terdiri dari pelepah–pelepah daun. Batang yang sesungguhnya berada di dalam tanah. Dari pangkal batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang banyak dengan panjang kurang dari 10 cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok memiliki fungsi sebagai alat penghisap makanan (Santoso, 2000 dalam Hernawan & Ahmad D.S, 2003). Bawang putih umumnya tumbuh di dataran tinggi, tetapi varietas tertentu mampu tumbuh di dataran rendah. Tanah yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan pH netral menjadi media tumbuh yang baik. Lahan tanaman ini tidak boleh tergenang air. Suhu yang optimum bagi budidaya bawang putih berada di dataran tinggi berkisar antara 20–25oC dengan curah hujan sekitar 1.200–2.400 mm pertahun, sedangkan suhu untuk dataran rendah berkisar antara 27–30oC (Hernawan & Ahmad D.S, 2003). Gambar 2.2 Bawang Putih (A. sativum) Pengaruh Pemberian Bawang …, Riski Putri Sulistyaningrum, FKIP UMP, 2016 2.2.3 Kandungan Kimia Bawang Putih Umbi bawang putih mengandung polisakarida, enzim, protein, asam-amino, S-alilsistein, sulfoksida dan γ-glutamylcysteines. Kandungan tersebut dapat membentuk alliin melalui pemecahan sel. Apabila bawang putih mengalami proses pemotongan, enzim allinase dengan cepat menguraikan alliin untuk membentuk cytotoxic dan odoriferus alkyl alkane-thiosulfinates seperti allicin. Kandungan lain bawang putih berupa: air, protein, lemak, dan karbohidrat; vitamin B1 dan vitamin C; mineral kalsium, fosfor, magnesium, dan kalium; serta zat-zat aktif pada bawang putih (Amagase et al., 2001). Tabel 2.1. Jenis dan fungsi zat aktif pada bawang putih Zat aktif Alliil (Propenyl alanina) Skordinin Fungsi Senyawa yang memberikan bau khas pada bawang putih serta berfungsi sebagai antiseptik dan antioksidan. Senyawa yang memberikan bau tidak sedap pada bawang putih, namun berkhasiat sebagai antiseptik. Diallyl sulfida & Dua senyawa tersebut bersifat trombolik dan juga Prophyl allyl sulfida penghancur gumpalan darah. Allicin (Thiopropen Merupakan senyawa yang diduga bisa menurunkan kadar sulfinic acid allyl ester) kolesterol darah juga bersifat anti bakteri Saponin Kandungan saponin dalam bubuk bawang putih dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis Methilalil trisulfida Zat yang dapat mencegah terjadinya perlengketan sel darah merah. Sumber : Hastuti (2008) Pengaruh Pemberian Bawang …, Riski Putri Sulistyaningrum, FKIP UMP, 2016 Berikut merupakan komposisi kimia bawang putih per 100 gram yang dapat dimakan, baik mentah maupun bubuk. Dapat dilihat dalam Tabel 2.2 Tabel 2.2 Komposisi Kimia Bawang Putih per 100 gram yang Dapat Dimakan Komponen Air (g) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Energi (kkal) Kalium (mg) Fosfor (mg) Sumber : Asiamaya (2000) Jumlah Mentah 58,58 6,36 0,5 33,07 181 149 401 153 Bubuk 6,446 16,798 0,759 72,711 79,5 332,261 1.101,25 416,667 2.3 Hematologi Gambaran parameter darah (hematologis) adalah aspek pendukung di dalam menentukan status dari kesehatan ikan. Hematologi adalah ilmu yang mempelajari komponen sel darah dan juga kelainan fungsional dari sel-sel tersebut. Darah merupakan salah satu komponen pertahanan dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh ikan. Evaluasi kondisi kesehatan ikan dapat diketahui melalui diagnosa gambaran darah. Pemeriksaan darah dilakukan untuk memastikan diagnosa suatu penyakit (Purwanto, 2006). Analisis karakteristik sel-sel darah dapat memberikan beberapa petunjuk mengenai keberadaan penyakit yang ditemukan dalam tubuh organisme (Anderson & Siwicki, 1995). Pemeriksaan darah sangat diperlukan terutama pada keadaan patologis tertentu. Pemeriksaan darah ikan dapat meliputi : Pengaruh Pemberian Bawang …, Riski Putri Sulistyaningrum, FKIP UMP, 2016 Jumlah eritrosit, jumlah leukosit, dan total perhitungan differensial leukosit. Pemeriksaan sel-sel darah biasanya dilakukan secara diagnosistik perhitungan sel darah sangat berarti dan melalui preparat ulas. Akan tetapi susunan dari sel-sel darah sangat bervariasi antar spesies ikan (Nabib & Pasaribu, 1989). 2.4 Imunostimulan Imunostimulan adalah senyawa kimia, obat atau bahan lainnya yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh ikan (Septarina, 2015). Menurut Johnny et al. (2005) imunostimulan dapat berupa sekelompok senyawa alami atau sintetis yang dapat meningkatkan respons imun nonspesifik. Imunostimulan yang dikenal antara lain adalah lipopolisakarida, peptidoglikan, glukan, dan sebagainya. Kemampuan imunostimulan salah satunya dapat meningkatkan sistem imun ikan dilihat dari meningkatnya aktivitas sel-sel fagosit (Donando, 2002). Imunostimulan dapat mengatur kemampuan sistem kekebalan tubuh dengan cara meningkatkan kemampuan inang dalam melawan penyakit yang disebabkan oleh patogen (Irianto, 2005). Imunostimulan berbeda dengan vaksin, yaitu dengan cara tidak direspons ikan dengan mensintesis antibodi, melainkan dengan cara meningkatan aktivitas dan reaktivitas sel pertahanan seluler (Alifuddin, 1999). Mirip seperti dengan vaksin, imunostimulan juga dapat diberikan melalui perendaman, dicampurkan dengan pakan (secara oral), dan injeksi. Immunostimulan yang digunakan sebagai suplemen dalam pakan dapat meningkatkan pertahanan ikan terhadap resistensi patogen pada saat stres, seperti pada saat pemindahan, vaksinasi, grading, dan reproduksi. Pengaruh Pemberian Bawang …, Riski Putri Sulistyaningrum, FKIP UMP, 2016 2.5 Sistem Imun / Pertahanan Tubuh Sistem pertahanan tubuh ikan atau sitem imun ikan terdiri dari dua macam, yaitu sistem pertahanan spesifik dan non spesifik (Davies, 1997 dalam Mulia, 2012). 2.5.1 Sistem Pertahanan Nonspesifik Sistem pertahanan non spesifik merupakan pertahanan tubuh yang mendasar bagi ikan. Sistem tersebut memiliki reseptor protein yang dapat mengenal tipe molekul dari mikroorganisme patogen seperti DNA bakteri, virus RNA, peptidoglycan, lipopolisakarida (LPS), dan suatu organisme. Respons non spesifik terhadap molekul asing tersebut dibedakan menjadi pertahanan seluler, pertahanan fisik, dan humoral (Uribe et al., 2011). Menurut Kamiso (2001) bahwa sistem pertahanan non spesifik berfungsi untuk melawan segala jenis patogen yang menyerang bahkan terhadap beberapa penyakit non-hayati. Sistem pertahanan ini bersifat permanen dan tidak perlu rangsangan terlebih dahulu, serta berbeda antara ikan satu dengan lainnya. Menurut Kresno (2001) respons imun non spesifik berupa pertahanan secara kimiawi dan fisik. Salah satu upaya tubuh untuk dapat mempertahankan diri terhadap masuknya antigen adalah dengan cara menghancurkan bakteri yang bersangkutan secara fagositosis, tanpa memperdulikan adanya perbedaan-perbedaan kecil yang ada di antara substansi-substansi asing tersebut. 2.5.2 Sistem Pertahanan Spesifik Sistem pertahanan spesifik berfungsi untuk mempertahankan diri terhadap penyakit tertentu dan pembentukannya dibutuhkan rangsangan terlebih dahulu. Rangsangan dapat terjadi secara alami dan buatan atau dengan vaksinasi (Ellis, 1989 Pengaruh Pemberian Bawang …, Riski Putri Sulistyaningrum, FKIP UMP, 2016 dalam Mulia, 2012). Antibodi merupakan salah satu molekul yang dibentuk sebagai respons spesifik suatu hewan terhadap patogen. Pada saat pertama kali ikan terpapar pada protein asing atau patogen, maka akan dibentuk antibodi dan berfungsi pada infeksi patogen sejenis berikutnya (Irianto, 2005). Respons imun spesifik merupakan suatu mekanisme yang kompleks dari protein, respon biokimia, sel tertentu, dan gen yang berfungsi untuk memberikan pertahanan tubuh terhadap sel penerima dengan spesifitas dan affinitas yang tinggi antibodi, dan antigen tertentu (Uribe et al., 2011). Respons imun spesifik dapat dihasilkan secara bawaan (innate immunity) yang berfungsi untuk melawan penyakit tetapi memerlukan rangsangan terlebih dahulu (Donando, 2002). 2.6 Kualitas Air Kualitas air merupakan suatu perubahan yang dapat mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup, pembenihan, serta produksi ikan. Kondisi air harus disesuaikan dengan kondisi optimal bagi kebutuhan organisme yang akan dipelihara (Mutia, 2012). Seperti hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu suhu, oksigen terlarut (DO), dan pH. a. Suhu Dalam kehidupan ikan, temperatur sangat berpengaruh karena keadaan umum menunjukkan bahwa reaksi biologi dan kimia meningkat dua kali, untuk kenaikan ideal suhu sebesar 10oC. Kisaran suhu air yang baik untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara 23-32oC (Barus, 2002 dalam Mutia, 2012). Pengaruh Pemberian Bawang …, Riski Putri Sulistyaningrum, FKIP UMP, 2016 b. Oksigen Terlarut / Dissolved Oxygen (DO) Kandungan oksigen terlarut optimal adalah 5 mg/L dan lebih baik jika 7 mg/L. Oksigen terlarut dalam air sebanyak 5-6 mg/L dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembang biak ikan dalam kolam (Mutia, 2012). c. Derajat Keasaman (pH) pH optimal untuk kehidupan ikan berkisar antara 6,5-9. Derajat keasaman air sangat rendah atau sangat asam dapat menyebabkan kematian ikan. Keadaan air yang sangat basa juga dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat (Mutia, 2012). Pengaruh Pemberian Bawang …, Riski Putri Sulistyaningrum, FKIP UMP, 2016