BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Salah satu tujuan manajemen keuangan terkait dengan keputusan untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham, namun seringkali terjadi konfik
antara pemegang saham (principals) dan manajer (agent). Salah satu mekanisme
dalam mengurangi konflik keganenan dapat melalui kebijakan dividen.
Easterbook (1984) menyatakan bahwa untuk mengurangi biaya keagenan
diperlukan pembayaran dividen. Hal ini dikarenakan dividend payout ratio (DPR)
besar menyebabkan rasio laba ditahan kecil dan perusahaan menambah dana
eksternal seperti penerbitan saham baru. Penambahan dana menyebabkan kinerja
manajer dimonitor oleh bursa, komisi sekuritas dan penyedia dana baru.
Pengawasan kinerja menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan
pemegang saham sehingga mengurangi biaya keagenan. Konsekuensi dari
tindakan ini, perusahaan menanggung biaya yang berkaitan dengan emisi saham
baru (Cruthley et al., 1989). Maka dari itu dapat dikatakan bahwa dividen
membuat pemegang saham memiliki kepastian pendapatan dan mengurangi
konflik keagenan ekuitas terutama karena tindakan perquisites yang dilakukan
manajemen yang menggunakan aliran kas perusahaan.
Kebijakan dividen memiliki peranan penting dalam suatu perusahaan karena
berkaitan erat dan berinteraksi dengan keputusan investasi perusahaan. Hal ini
dikarenakan sebagian keuntungan yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
1
kepada pemegang saham sebagai imbal hasil atas menanamkan modalnya di
perusahaan (dividen). Proporsi sebagian lainnya merupakan sebagai laba ditahan
yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan aktivitas terkait dengan
pendanaan, investasi maupun likuiditas. Semakin besar proporsi laba ditahan
perusahaan karena adanya kesempatan investasi, maka akan semakin kecil
proporsi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Sebaliknya, apabila
perusahaan membayarkan dividen lebih besar, maka laba ditahan yang digunakan
untuk aktivitas pendanaan akan semakin kecil. Maka dari itu, dividen yang
dibayarkan kepada perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba sehingga tercipta kebijakan dividen yang optimal. Menurut
Brigham et al. (2010) kebijakan dividen optimal merupakan keseimbangan antara
dividen saat ini dan pertumbuhan masa yang akan datang dan memaksimalkan
harga saham perusahaan.
Berdasarkan data ringkasan kinerja keuangan selama tahun 2008-2011,
dapat diketahui bahwa tidak semua perusahaan publik di Indonesia membagikan
dividen setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Baker dan Powell (2009)
menemukan bahwa manajer memandang penentuan dividen merupakan hal
penting karena terkait dengan stabilitas pendapatan dan berpengaruh pada nilai
perusahaan. Dengan kata lain, kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan
memiliki sinyal bagi investor. Pembayaran dividen juga merupakan alat
komunikasi kepada pasar mengenai kesehatan ekonomi suatu perusahaan.
Kenaikan dividen dinilai sebagai peningkatan prospek perusahaan di masa yang
akan datang, sehingga aliran kas yang diharapkan akan meningkat (Brigham et al.,
2
2010). Sehingga dapat dikatakan bahwa melalui dividen, manajer menyampaikan
informasi yang tidak dapat dikatakan secara eksplisit. Menurut Black (1976)
manajer dan direktur tidak menyukai adanya penurunan dividen, mereka akan
berusaha untuk meningkatkan dividen apabila mereka merasa prospek perusahaan
cukup baik untuk mendukung pembayaran dividen lebih tinggi. Disini terdapat
perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Manajemen
menginginkan pembayaran dividen yang lebih rendah karena keuntungan tersebut
dapat digunakan untuk meningkatkan investasi yang dapat memberikan aliran kas
masuk yang lebih banyak.
Dividen yang dibayarkan kepada investor merupakan aliran kas bebas
karena tidak diperlukan untuk modal kerja dan investasi aset tetap (Ross, 2008).
Menurut Jensen (1986) aliran kas bebas merupakan kas yang tersisa setelah
seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif dilakukan.
Dalam hal ini, pemegang saham akan mendapatkan bagian dari aliran kas bebas
setelah pemegang utang. Aliran kas yang diterima oleh pemegang saham
merupakan aliran kas setelah dikurangkan dengan pembayaran kepada pemegang
utang dan kesempatan investasi. Pemegang saham cenderung mempertimbangkan
peningkatan dividen dengan penurunan aliran kas bebas yang tersedia untuk
manajer. Apabila perusahaan memiliki aliran kas bebas yang tinggi dengan
tingkat pertumbuhan rendah, maka sebaiknya perusahaan membagikan dividen,
begitu juga sebaliknya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa aliran kas bebas
yang besar belum tentu menunjukkan perusahaan akan membagikan dividen
dalam jumlah yang besar.
3
Set kesempatan investasi memiliki peranan penting dalam penentuan
pembayaran dividen. Asumsi mengenai set kesempatan investasi adalah
menjadikan belanja modal untuk memproduksi produk baru atau ekspansi lini
produksi yang ada (Kallapur et al., 2001). Set kesempatan investasi ini memiliki
dampak terhadap pembayaran dividen maupun dividend yield. Peningkatan pada
set kesempatan investasi merupakan hasil dari peningkatan rasio pembayaran
dividen maupun yield dividen. Gaver et al. (1993) meyakini bahwa investasi dan
rasio pembayaran dividen merupakan pesaing dalam mendapatkan sumber daya
perusahaan yang memungkinkan perusahaan untuk mengurangi rasio pembayaran
dividennya untuk mengambil kesempatan investasi. Apabila perusahaan
mengurangi rasio pembayaran dividen untuk pertumbuhan investasi, pemegang
saham akan memandang hal ini sebagai pertumbuhan. Apabila perusahaan
mengurangi rasio pembayaran dividen, namun tidak ada pertumbuhan investasi,
pemegang saham akan memandang ini sebagai penurunan kinerja perusahaan.
Keputusan pembayaran dividen pada umumnya tidak terlepas dari struktur
kepemilikan saham perusahaan. Struktur kepemilikan dari satu perusahaan akan
menentukan bagaimana para pemegang saham melakukan kontrol terhadap
kinerja manajer yang erat kaitannya dengan kinerja perusahaan. Struktur
kepemilikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kepemilikan terkonsentrasi dan
tersebar. Pada perusahaan dengan struktur kepemilikan terkonsentrasi, pemegang
saham pengendali secara efektif dapat menentukan keputusan manajer, salah
satunya adalah dividen. Menurut La Porta et al. (1999) pemilik terkonsentrasi
memiliki 20% atau lebih dari jumlah saham beredar dalam mengontrol perusahaan
4
dan memiliki kemampuan untuk memenangkan voting. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pemilik terkonsentrasi memiliki hak suara lebih besar pada saat
penentuan pembayaran dividen. Pemilik terkonsentrasi memiliki kepentingan
yang besar pada perusahaan yang sahamnya dimiliki karena memiliki saham
dalam jumlah yang besar, sehingga kekayaan mereka sangat terikat pada naik
turunnya nilai perusahaan
La Porta et al. (1999) menemukan bahwa sebagian besar perusahaan di Asia
Tenggara mempunyai pemegang saham pengendali yang bertindak sesuai dengan
kepentingannya dan mengakibatkan kepentingan pemegang saham lainnya.
Claessnes et al. (2000) dalam Laporan Studi Badan Pengawas Pasar Modal (2011)
menyatakan bahwa sebagaimana negara-negara lain di Asia Timur dan Asia
Tenggara, emiten di pasar modal Indonesia memiliki struktur kepemilikan yang
cenderung terkonsentrasi pada satu atau sedikit pemegang saham. Kedua
penelitian tersebut menunjukkan struktur kepemilikan negara-negara di Asia
berebda dengan di Amerika dan Eropa, sehingga akan berpengaruh terhadap
keputusan yang ditentukan pada saat RUPS dimana salah satunya adalah dividen.
Dalam penentuan besarnya rasio pembayaran dividen, manajer juga
memiliki peranan penting didalamnya. Ketika para manajer memiliki saham pada
sebuah perusahaan, kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan dapat
bertindak sebagai mekanisme yang dapat memberikan dampak pada keselarasan
kepentingan antara para pemilik dan para manajer (Morck et al., 1988). Rozeff’s
(1982) menyatakan bahwa preposisi manfaat dividen pada perusahaan dengan
kepemilkan manajerial lebih tinggi memiliki dampak yang lebih kecil terhadap
5
biaya keagenan. Hal tersebut dikarenakan kecenderungan insider atau manajemen
menginginkan pembagian dividen rendah agar aliran kas dapat digunakan untuk
investasi. Disisi lain pemegang saham menginginkan pembagian dividen yang
lebih besar. Apabila manajemen memiliki saham perusahaan lebih banyak
dibandingkan dengan publik, maka dapat diminimalisir konflik kepentingan
tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Shleifer et al. (1986) menemukan bahwa
struktur kepemikan berhubungan positif terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan Amerika Serikat dan Jerman. Jensen et al. (1992) dalam Mahadwartha
(2002) menyatakan bahwa insider ownership tidak berhubungan dengan dividen.
Chen et al. (2005) melakukan penelitian di Hongkong dan menemukan adanya
hubungan signifikan positif antara kepemilikan manajerial dengan dividend
payout ratio (DPR) yang diterapkan oleh perusahaan. Khan (2006) menguji
adanya hubungan signifikan negatif antara struktur kepemilikan terkonsentrasi
dengan kebijakan dividen pada perusahaan yang listing di London Stock
Exchange. Hasil berbeda ditemukan oleh Short et al. (2002) dan Wei (2003) yang
menemukan adanya hubungan positif signifikan antara struktur kepemilikan
dengan kebijakan dividen. Harada et al. (2011) menemukan bahwa perusahaan
dengan kepemilikan terkonsentrasi akan membayarkan proporsi dividen lebih
rendah, namun memungkinkan untuk meningkatkan dividen ketika terjadi
peningkatan pendapatan atau penurunan utang.
Berdasarkan uraian tersebut, terdapat perbedaan hasil penelitian pada setiap
negara. Negara-negara di Asia memiliki struktur kepemilikan yang berbeda
6
dengan negara-negara di Eropa dan Amerika. Perbedaan tersebut tentunya akan
berpengaruh terhadap keputusan dividen yang ditetapkan. Selain itu terdapat
ketidakkonsistenan pandangan manajer terhadap pembayaran dividen dengan
konsistensi pembayaran dividen perusahaan setiap tahunnya. Maka dari itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian beberapa faktor yang mempengaruhi
penentuan kebijakan dividen “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage, Set
Kesempatan Investasi, dan Aliran Kas terhadap Kebijakan Dividen”.
1.2. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, permasalahan dalam penelitian ini
adalah mengenai adanya kondisi yang tidak konsisten antara pembayaran dividen
di Indonesia dengan pandangan manajemen atas pentingnya dividen pada
perusahaan. Selain itu, Indonesia memiliki struktur kepemilikan terkonsentrasi
yang berbeda dengan di Amerika Serikat dan Eropa, sehingga akan berpengaruh
pada perbedaan kebijakan dividen yang ditetapkan.
1.3. Motivasi Penelitian
Perusahaan-perusahaan di Indonesia memiliki struktur kepemilikan yang
berbeda-beda yaitu terkonsentrasi dan tersebar. Tipe kepemilikan tersebut
memungkinkan adanya preferensi yang berbeda terhadap dividen. Struktur
kepemilikan yang ada di negara-negara seperti Eropa dan Amerika memiliki
karakteristik berbeda dengan di Asia karena negara-negara di Asia Timur dan
Asia Tenggara memiliki karakteristik kepemilikan terkonsentrasi (Claessens et al.,
2000 dalam Laporan Studi Badan Pengawas Pasar Modal, 2011). Selain itu,
penelitian terdahulu menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian (research
7
gap) antar negara yang terjadi pada negara-negara besar seperti Amerika Serikat,
Inggris, dan Jerman. Pada tesis sebelumnya hanya menguji pada kepemilkan
institusional, padahal kepemilikan terkonsentrasi lebih memiliki kontrol terhadap
penentuan kebijakan dalam perusahaan. Dengan adanya perbedaan faktor-faktor
yang mempengaruhi dividend payout ratio (DPR), maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor tersebut terutama di Indonesia.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1. Menguji pengaruh kepemilikan terkonsentrasi terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan publik di Indonesia.
1.4.2. Menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan publik di Indonesia.
1.4.3. Menguji pengaruh set kesempatan investasi terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan publik di Indonesia.
1.4.4. Menguji
pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan publik di Indonesia.
1.4.5. Menguji pengaruh aliran kas terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan publik di Indonesia.
1.5. Kontribusi Penelitian
Adapun manfaat yang diberikan oleh peneliti melalui penelitian ini sebagai
berikut.
8
1.5.1. Bagi investor dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan keputusan investasinya dalam memilih saham, terutama
bagi pemegang saham yang memiliki tujuan investasi untuk
memperoleh dividen.
1.5.2. Bagi emiten dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan keputusan DPR yang dapat memaksimalkan nilai
pemegang saham.
1.5.3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti
empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen, sehingga dapat digunakan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya.
9
Download