bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan antar negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan
investasi semakin ketat. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya investor
asing yang menanamkan dana pada perusahaan domestik serta banyaknya
investor domestik yang mulai menanamkan dana pada perusahaan asing. Hal
tersebut menuntut penguatan perekonomian domestik serta peningkatan daya
saing antar perusahaan di tingkat global maupun di dalam negeri
(www.ditkumham.bappenas.go.id).
Dalam
rangka
mempertahankan
kondisinya dalam persaingan global yang amat ketat, setiap perusahaan baik
kecil maupun besar perlu melakukan kegiatan investasi dan pengembangan
usaha (ekspansi). Perusahaan perlu memiliki manajemen keuangan yang baik
dalam hal menentukan kebijakan pendanaan yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan dana akan investasi dan pengembangan usaha tersebut.
Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam
kegiatan perusahaan. Dalam mengelola keuangan salah satu unsur yang perlu
diperhatikan adalah seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan
usahanya (Kartika, 2009:106). Sumber dana perusahaan dapat berasal dari
internal (dalam perusahaan) maupun eksternal (luar perusahaan). Sumber
dana internal (dalam perusahaan) berasal dari laba ditahan serta depresiasi
1
(Joni dan Lina, 2010:81). Laba ditahan merupakan akumulasi laba setelah
pajak setelah dikurangi dividen yang tidak dibagikan tetapi diinvestasikan
kembali ke dalam perusahaan (Gitman, 2009:50). Sedangkan sumber dana
yang tersedia dari depresiasi didapatkan karena depresiasi merupakan beban
non kas. Menurut Brealey, et al. (2008:386), sumber dana internal perusahaan
dihitung dengan menambahkan depresiasi pada laba ditahan karena depresiasi
merupakan noncash expense sehingga laba ditahan merupakan bentuk
understatement dari arus kas yang tersedia untuk diinvestasikan kembali.
Sumber dana eksternal (luar perusahaan) dapat berasal dari kreditur
dalam bentuk hutang maupun dari pemilik modal dalam bentuk penyertaan
saham. Dalam menentukan sumber pendanaannya, terdapat perusahaan yang
sumber dananya didominasi oleh hutang dan terdapat perusahaan yang
sumber dananya didominasi oleh modal sendiri. Keputusan pendanaan
tersebut dapat diukur dalam bentuk perbandingan antara hutang jangka
panjang terhadap modal sendiri yang selanjutnya dikenal sebagai struktur
modal (Gitman, 2009:546). Terdapat dua tipe modal menurut Gitman
(2009:561), yaitu modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity
capital). Dalam kaitannya dengan struktur modal, jenis modal hutang yang
diperhitungkan hanya hutang jangka panjang karena merupakan sumber
pendanaan jangka panjang (permanen) yang membiayai investasi aset tetap
perusahaan (Gitman, 2009:506).
Keputusan dan pengelolaan struktur modal sangat penting karena
berkaitan dengan jumlah biaya modal yang harus dikeluarkan dan nilai
2
perusahaan. Manajer harus mampu menghimpun dana, baik yang berasal dari
dalam maupun luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan
pendanaan tersebut harus meminimalkan biaya modal yang dikeluarkan
perusahaan dan memaksimalkan nilai perusahaan (Wijayati dan Janie,
2012:30). Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh
penyedia dana untuk berinvestasi pada perusahaan (Gitman, 2009:504).
Apabila perusahaan bermaksud melakukan kombinasi atas struktur modal
yang ada, biaya modal dihitung dengan menghitung rata-rata tertimbang
biaya modal (weighted average cost of capital) berupa akumulasi hasil
perkalian dari proporsi penggunaan modal saham terhadap biaya modal
saham dengan proporsi penggunaan hutang terhadap biaya modal hutang
setelah pajak (Berk dan De Marzo, 2009:465). Struktur modal yang optimal
diperoleh ketika rata-rata tertimbang biaya modal mencapai nilai terendah
yang memungkinkan (Ross, et al., 2007:553). Keputusan pendanaan yang
tidak cermat (terlalu banyak hutang maupun saham atau modal sendiri) akan
menimbulkan biaya modal yang tinggi dan rendahnya nilai perusahaan.
Keputusan pendanaan perusahaan akan sangat menentukan
kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya dan juga
berpengaruh terhadap risiko yang dihadapi perusahaan itu sendiri (Kartika,
2009:106). Apabila perusahaan memutuskan untuk meningkatkan rasio
hutang terhadap modal sendiri maka risiko keuangan perusahaan akan
meningkat dalam bentuk tekanan finansial terkait pembayaran pokok dan
bunga pinjaman di masa mendatang. Rasio hutang yang terlalu tinggi dapat
3
mengakibatkan kebangkrutan (default), yaitu kegagalan perusahaan dalam
membayar bunga serta pokok pinjaman dari hutang (Berk dan De Marzo,
2009:492). Sebaliknya, penggunaan modal sendiri yang berlebihan dapat
menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan karena perusahaan akan
menanggung opportunity cost berupa kehilangan manfaat pengurangan pajak
dari penggunaan hutang. Oleh karena itu, manajer tidak dapat mengandalkan
satu sumber pendanaan saja. Manajer perlu menyeimbangkan keuntungan
yang diperoleh dari penghematan pajak atas penggunaan hutang dan risiko
yang harus ditanggung perusahaan atas pendanaan dari hutang tersebut.
Keputusan tersebut sejalan dengan Balance Theory yaitu perusahaan
mendasarkan diri pada keputusan suatu struktur modal yang optimal (Myers,
1999 dalam Kartika, 2009:106).
Keputusan untuk memilih pendanaan sering mendatangkan dilema
bagi manajer keuangan (Nurrohim, 2008:12). Hingga kini belum ada rumus
matematika yang tepat untuk menentukan jumlah optimal dari hutang dan
ekuitas dalam struktur modal (Seitz, 1984 dalam Safithri dan Siregar,
2010:32). Menurut Indrajaya dkk. (2011:3), dalam praktiknya menentukan
struktur modal memerlukan banyak faktor yang bersifat judgemental, maka
penentuan struktur modal dalam perusahaan membutuhkan lebih dari sekedar
perhitungan
matematis
saja.
Oleh
karena
itu,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi struktur modal menjadi penting untuk diteliti. Berdasarkan
penelitian-penelitian sebelumnya, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
4
struktur modal adalah struktur aset, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, profitabilitas, dan kebijakan dividen.
Struktur
aset
adalah komposisi relatif aset
tetap
berupa
perbandingan aset tetap terhadap total aset yang dimiliki perusahaan (Umar
Mai, 2006 dalam Febriyani dan Srimindarti, 2010:141). Aset tetap yang
dimiliki perusahaan bersifat tangible (berwujud) sehingga dapat dijadikan
jaminan bagi kreditur seandainya perusahaan mengalami kesulitan keuangan
dan tidak mampu membayar hutangnya. Perusahaan-perusahaan yang
memiliki lebih banyak aset tetap lebih mudah dalam memperoleh pinjaman
atau hutang sehingga struktur aset berpengaruh positif terhadap struktur
modal. Struktur aset dinyatakan terbukti secara positif dan signifikan
berpengaruh terhadap struktur modal pada penelitian Indrajaya dkk. (2011).
Struktur aset dinyatakan berpengaruh positif terhadap struktur modal
(leverage) pada penelitian Joni dan Lina (2010) dan dinyatakan berpengaruh
secara signifikan terhadap struktur modal pada penelitian Kartika (2009).
Sebaliknya, struktur aktiva perusahaan dinyatakan memiliki pengaruh
terhadap kebijakan pendanaan ke arah yang negatif pada penelitian Wijayati
dan Janie (2012) dan dinyatakan tidak berpengaruh terhadap struktur modal
pada penelitian Nurrohim (2008).
Ukuran perusahaan adalah tingkat penjualan, jumlah tenaga kerja
yang terlibat, dan total aset (Umar Mai, 2006 dalam Febriyani dan
Srimindarti, 2010:142). Selain menunjukkan besar kecilnya perusahaan,
ukuran perusahaan juga bisa menjadi ukuran dalam kemampuan perusahaan
5
dalam melunasi kewajibannya. Perusahaan yang besar biasanya memiliki
ketahanan dan stabilitas finansial yang lebih baik sehingga lebih dipercaya
kreditor dan lebih mudah memperoleh pinjaman sehingga dapat dikatakan
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Ukuran
perusahaan dinyatakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
modal pada penelitian Indrajaya,dkk. (2011). Ukuran perusahaan dinyatakan
berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada penelitian
Kartika (2009) dan dinyatakan mempengaruhi struktur modal pada penelitian
Seftiane dan Handayani (2011). Ukuran perusahaan dinyatakan mempunyai
pengaruh terhadap struktur modal ke arah yang positif pada penelitian
Wijayati dan Janie (2012). Sebaliknya, ukuran perusahaan dinyatakan
berpengaruh negatif dan signifikan pada penelitian Febriyani dan Srimindarti
(2010), tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal pada
penelitian Finanti (2011), dan dinyatakan tidak memiliki pengaruh terhadap
struktur modal pada penelitian Utami (2009) serta Joni dan Lina (2010).
Pertumbuhan perusahaan biasa diukur dengan pertumbuhan aset
maupun pertumbuhan penjualan. Perusahaan dengan kenaikan aset maupun
penjualan
yang
tinggi
mengindikasikan
adanya
kenaikan
performa
perusahaan sehingga dinilai lebih prospektif oleh kreditor dibandingkan
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Oleh karena itu,
perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi lebih
mudah
memperoleh pendanaan dari hutang dan struktur modalnya lebih banyak
menggunakan hutang dari pada modal sendiri sehingga pertumbuhan
6
perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Pertumbuhan
perusahaan yang ditunjukkan dengan pertumbuhan aktiva dinyatakan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal pada penelitian
Joni dan Lina (2010) dan dinyatakan berpengaruh terhadap struktur modal
pada penelitian Firnanti (2011) serta Yeniatie dan Destriana (2010).
Sebaliknya, pertumbuhan aset dinyatakan tidak berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pendanaan pada penelitian Wijayati dan Janie (2012) dan
Indrajaya dkk. (2011), serta pertumbuhan perusahaan dinyatakan tidak
berpengaruh terhadap struktur modal pada penelitian Steven dan Lina (2011)
dan Utami (2009).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aset, maupun modal sendiri
(Sartono, 2001 dalam Febriyani dan Srimindarti, 2010:142). Perusahaan yang
lebih profitable menggunakan hutang yang relatif lebih kecil karena sumber
pembiayaan kegiatan operasional dan investasinya dapat dihasilkan secara
internal dalam bentuk laba ditahan sehingga profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap struktur modal. Profitabilitas dinyatakan terbukti berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap struktur modal pada penelitian Firnanti (2011)
serta Febriyani dan Srimindarti (2010). Profitabilitas dinyatakan berpengaruh
secara signifikan pada penelitian Kartika (2009) dan berpengaruh terhadap
struktur modal pada penelitian Nurrohim (2008). Sebaliknya, profitabilitas
dinyatakan berpengaruh positif terhadap struktur modal pada penelitian
7
Utami (2009) dan dinyatakan tidak mempengaruhi struktur modal pada
penelitian Seftianne dan Handayani (2009).
Dividen adalah distribusi kas maupun saham oleh perusahaan
kepada pemegang saham secara proporsional (Kieso, 2013:538). Dalam
Kieso (2011:785), terdapat berbagai macam bentuk dividen seperti dividen
tunai (cash dividend), dividen saham (share dividend), dividen properti
(property dividend) dan dividen likuidasi (liquidating dividend). Dividen
tunai merupakan bentuk dividen yang paling umum dibagikan. Dividen tunai
dalam jumlah yang besar cenderung dibagikan oleh perusahaan-perusahaan
yang memiliki kinerja operasional yang baik. Untuk mempertahankan dan
meningkatkan kinerja operasionalnya seringkali perusahaan memerlukan
pendanaan dari pihak eksternal yang dapat diperoleh dalam bentuk hutang.
Sejalan dengan pecking order theory bahwa perusahaan cenderung
menggunakan sekuritas yang lebih aman yaitu hutang dibandingkan dengan
modal sendiri untuk memenuhi kebutuhan dana eksternal, dapat dikatakan
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap struktur modal. Kebijakan
dividen dinyatakan terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal pada penelitian Mardi (2008) dan dinyatakan berpengaruh
terhadap struktur modal pada penelitian Steven dan Lina (2011). Sebaliknya,
kebijakan dividen dinyatakan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur
modal pada penelitian Joni dan Lina (2010) serta Yeniatie dan Destriana
(2010).
8
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan
oleh Febriyani dan Srimindarti (2010) dengan sejumlah perbedaan yaitu:
1. Penelitian ini menambahkan variabel independen yaitu kebijakan dividen
yang mengacu pada penelitian Steven dan Lina (2011).
2. Penelitian
ini
menggunakan
variabel
independen
pertumbuhan
perusahaan yang mengacu pada penelitian Wijayati dan Janie (2012)
untuk menggantikan variabel independen peluang pertumbuhan karena
hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen peluang
pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
3. Periode penelitian ini adalah 2010-2012, sedangkan periode penelitian
yang direplikasi adalah 2006-2008.
4. Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek penelitian yang direplikasi adalah
perusahaanperusahaan dengan indeks LQ 45.
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi selama
sepuluh tahun terakhir hingga tahun 2010 sebesar 1,49% (www.bps.go.id),
kenaikan daya beli masyarakat yang ditandai dengan rata-rata kenaikan
pendapatan nasional per kapita selama 3 tahun terakhir hingga tahun 2012
sebesar
13,76%
(www.bps.go.id),
serta
rata-rata
penurunan
tingkat
pengangguran selama tiga tahun terakhir hingga tahun 2013 sebesar 3,67%
dengan tren penurunan terus-menerus selama delapan tahun terakhir
(www.bps.go.id) dapat memicu kenaikan konsumsi masyarakat di masa
9
mendatang terutama terkait kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman,
rokok, obat-obatan, barang keperluan rumah tangga, pakaian, barang-barang
elektronik, serta kendaraan. Makanan dan minuman, rokok, obat-obatan, dan
barang keperluan rumah tangga diproduksi oleh perusahaan manufaktur
sektor industri barang konsumsi sedangkan pakaian, barangbarang
elektronik, serta kendaraan diproduksi oleh perusahaan manufaktur sektor
aneka industri. Kenaikan konsumsi pada kedua sektor tersebut akan
menyebabkan kenaikan permintaan dan memberikan tambahan pendapatan
bagi perusahaanperusahaan yang bergerak di sektor tersebut sehingga dapat
dikatakan perusahaan-perusahaan sektor industri barang konsumsi dan sektor
aneka industri memiliki prokpek yang baik di masa mendatang. Maka, sektor
industri barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dipilih sebagai objek penelitian ini.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan masih terdapat
perbedaan hasil penelitian (research gap) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal. Oleh karena itu, pengujian dan analisis lebih
lanjut dilakukan oleh peneliti dengan merumuskan judul penelitian:
“Pengaruh
Struktur
Aset,
Ukuran
Perusahaan,
Pertumbuhan
Perusahaan, Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur
Modal (Studi pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi dan
Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012).”
10
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian terbatas pada perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada periode 20102012.
2. Variabel dependen yang diteliti adalah struktur modal yang diproksikan
dengan Long Term Debt to Equity Ratio.
3. Variabel independen yang diteliti terbatas pada struktur aset yang
diproksikan dengan Asset Tangibility, ukuran perusahaan yang diproksikan
dengan Total Assets, pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan
Asset Growth, profitabilitas yang diproksikan dengan Profit Margin, dan
kebijakan dividen yang diproksikan dengan Payout Ratio.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah struktur aset yang diproksikan dengan Asset Tangibility
berpengaruh positif terhadap stuktur modal?
2. Apakah ukuran perusahaan yang diproksikan dengan Total Assets
berpengaruh positif terhadap struktur modal?
3. Apakah pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan Asset Growth
berpengaruh positif terhadap struktur modal?
11
4. Apakah profitabilitas yang diproksikan dengan Profit Margin berpengaruh
negatif terhadap struktur modal?
5. Apakah kebijakan dividen yang diproksikan dengan Payout Ratio
berpengaruh positif terhadap struktur modal?
6. Apakah struktur aset yang diproksikan dengan Asset Tangibility, ukuran
perusahaan yang diproksikan dengan Total
Assets, pertumbuhan
perusahaan yang diproksikan dengan Asset Growth, profitabilitas yang
diproksikan dengan Profit Margin, dan kebijakan dividen yang
diproksikan dengan Payout Ratio secara simultan berpengaruh terhadap
struktur modal?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh struktur aset yang
diproksikan dengan Asset Tangibility terhadap struktur modal.
2. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan
yang diproksikan dengan Total Assets terhadap struktur modal.
3. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh pertumbuhan
perusahaan yang diproksikan dengan Asset Growth terhadap struktur
modal.
4. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas yang
diproksikan dengan Profit Margin terhadap struktur modal.
12
5. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kebijakan dividen
yang diproksikan dengan Payout Ratio terhadap struktur modal.
6. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh struktur aset yang
diproksikan dengan Asset Tangibility, ukuran perusahaan yang diproksikan
dengan Total Assets, pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan
Asset Growth, profitabilitas yang diproksikan dengan Profit Margin, dan
kebijakan dividen yang diproksikan dengan Payout Ratio secara simultan
terhadap struktur modal.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Manajer perusahaan
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan struktur
modal yang optimal berdasarkan faktor-faktor yang diteliti antara lain
struktur aset, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas,
dan kebijakan dividen. Komposisi struktur modal yang optimal dapat
meningkatkan nilai perusahaan sehingga tujuan pihak manajemen untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat tercapai.
2. Investor
Sebagai bahan pertimbangan terhadap keputusan investasi melalui
penilaian terhadap struktur modal perusahaan yang akan memperoleh
penempatan dana berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
13
antara lain struktur aset, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas, dan kebijakan dividen.
3. Mahasiswa dan akademisi
Sebagai tambahan informasi, pengetahuan, maupun referensi bukti
empiris yang berkaitan dengan pengaruh struktur aset, ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan kebijakan
dividen terhadap struktur modal. Penelitian ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa dan akademisi dalam menentukan variabel
independen yang memiliki pengaruh dan layak diujikan pada penelitian
selanjutnya.
1.6 Sistematika Penulisan
Agar memperoleh gambaran yang utuh tentang penulisan skripsi ini, maka
penulisannya dibagi menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut.
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II
TELAAH LITERATUR
Bab ini menjelaskan teori yang melandasi penelitian, hipotesis
terkait pengaruh struktur aset, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, profitabilitas, dan kebijakan dividen terhadap struktur
modal, serta model penelitian.
14
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan gambaran umum objek penelitian, metode
penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
pengambilan sampel, serta teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian.
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil penelitian dari tahap analisis, desain,
hasil pengujian dan implementasinya. Dalam bab ini dikemukakan
argumen peneliti atas pokok bahasan dari objek penelitian serta
temuan hubungan antara variabel-variabel penelitian.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi simpulan yang berisi jawaban atas rumusan masalah
serta tujuan penelitian yang dikemukakan pada pendahuluan. Pada
bab ini juga dibahas mengenai keterbatasan penelitian serta saran
yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil
penelitian ini dan bagi penelitian selanjutnya.
15
16
Download