IX. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.1 Kesimpulan Kemandirian kelompok tani Sidomulyo IV dicirikan oleh kemampuannya dalam: 1. Memenuhi kebutuhan informasi kebutuhan sarana produksi. Informasi agribisnis Jeruk diperoleh dari sesama petani, kelompok tani, pedagang maupun instansi terkait terutama Dinas Pertanian, Balai Penelitian dan Laboratorium Hama dan Penyakit. Informasi yang dapat dipenuhi dengan baik adalah informasi mengenai teknik budidaya Jeruk, sedangkan informasi pasar kurang dapat dipenuhi oleh kelompok. Kebutuhan pupuk dan pestisida dapat dipenuhi melalui kerjasama dengan kios, kebutuhan agen hayati dipenuhi melalui kerjasama dengan PPAH. 2. Meningkatkan pengetahuan agribisnis Jeruk. Kelompok mampu meningkatkan pengetahuan dengan baik dalam pembongkaran tanaman, pemupukan dan pengairan, sedangkan pengetahuan petani mengenai bibit, pengelolaan hama penyakit, dan pemangkasan masih perlu ditingkatkan lagi. 3. Meningkatkan keterampilan anggota kelompok tani. Peningkatan keterampilan yang utama diperoleh petani dari kegiatan SL. SL yang banyak diterima petani adalah SLPTT dan SLPHT, sementara itu yang sesuai dengan kebutuhan petani berupa SLGAP belum pernah diterima oleh kelompok tani Sidomulyo IV. 209 210 4. Merubah sikap anggota. Sikap anggota yang semula kurang aktif dapat berubah menjadi aktif karena petani merasakan banyak keuntungan yang diperoleh ketika aktif dalam kelompok, selain itu petani mematuhi aturan kelompok. Kelompok juga mampu merubah sikap petani yang semula menolak inovasi menjadi mau menerima inovasi dalam budidaya Jeruk, namun keterbatasan sumber daya petani menjadi kendala dalam adopsi inovasi. 5. Menyelesaikan masalah anggota. Masalah anggota yang dapat diselesaikan dengan baik oleh kelompok adalah modal untuk perawatan tanaman, keamanan tanaman, pengairan, penyediaan sarana produksi (pupuk dan pestisida), dan pembangunan prasarana. Namun demikian kelompok tani kurang mampu menyelesaikan masalah modal untuk bongkar dan tanam kembali serta pengelolaan hama dan penyakit. 6. Membangun jaringan sosial yang sinergis untuk memenuhi kebutuhan kelompok. Jaringan sosial yang terbangun dengan baik adalah dengan sesama petani, antar kelompok tani yang tergabung dalam satu gapoktan, kios, Hippa, PPH, perbankan, Dinas Pertanian, Balai penelitian dan Labratorium hama dan penyakit. Kelompok kurang mampu membangun jaringan yang sinergis dengan pedagang dan Perguruan Tinggi. 7. Meningkatkan produksi Jeruk dan pendapatan petani. Ketika anggota kelompok tani mau mengadopsi inovasi dan memadukan dengan 211 pengalamannya maka kondisi tanaman Jeruk menjadi lebih baik sehingga produksinya juga meningkat, dan selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan. Santosa atau sejahtera merupakan wujud dari kemandirian kelompok tani Sidomulyo IV. Agribisnis Jeruk mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitarnya yang melayani kebutuhan petani. Usahatani Jeruk memberikan hasil tiga kali lebih besar apabila dibandingkan dengan usahatani padi. Peningkatan pendapatan petani dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder serta untuk pengembangan usaha. Terpenuhinya kebutuhan petani menunjukkan kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan tidak hanya dirasakan oleh petani, namun juga dirasakan oleh masyarakat sekitarnya yang melayani semua kebutuhan petani. Kesejahteraan dirasakan oleh: (1) pedagang Jeruk, (2) pedagang sarana produksi, (3) buruh yang mempunyai peluang kerja lebih banyak; (4) warung yang menyediakan makan para pekerja; (5) tukang kayu/batu yang membangun rumah; (6) toko bangunan, toko elektronik, dieler motor dan lain-lain yang menyediakan kebutuhan petani. Kerukunan merupakan modal sosial yang mendasari kemandirian kelompok tani Sidomulyo IV. Kerukunan merupakan energi sosial yang dimanfaatkan untuk menggerakkan kerjasama dalam menuhi kebutuhan anggota kelompok tani. Terpenuhinya kebutuhan anggota berdasarkan inisiatif dan usaha dari kelompok itu sendiri menunjukkan kemandirian. Energi sosial berasal dari dalam kelompok maupun dari luar kelompok. Energi sosial dari dalam kelompok menggerakkan kerjasama antar anggota dalam kelompok, sedangkan energi sosial 212 di luar kelompok menggerakkan kerjasama dengan berbagai lembaga yang terkait dengan agribisnis Jeruk seperti pedagang Jeruk, kios, Dinas Pertanian Kabupaten Jember, Balitjestro, lembaga keuangan, Hippa, gapoktan dan PPAH. Kemandirian kelompok tani Jeruk dapat terbentuk ketika anggota kelompok tani rukun untuk mencapai santosa melalui kerjasama yang dikelola oleh pemimpin yang lahir dari kelompok itu sendiri. Rukun agawe santosa merupakan modal sosial yang khas bagi kelompok tani Jeruk. 9.2 Rekomendasi 9.2.1. Kontribusi Akademik Berdasarkan beberapa kajian teoritis dari para pakar modal sosial, unsurunsur modal sosial adalah sebagai berikut; (1) menurut Ostrom (1994) adalah pengetahuan bersama, pengertian, norma, aturan dan ekspektasi ;(2) menurut Brehm dan Rahn (1977) adalah jaringan; (3) menurut Fukuyama (1997) adalah kepercayaan, nilai dan norma; (4) menurut Woolcock (1998) adalah informasi, kepercayaan, norma, resiprositas dan jaringan; (5) menurut Coleman (1990) adalah norma dan jaringan; (6) menurut Bourdieu dan Wacquant (1992) adalah sumber daya, jaringan dan resiprositas; (7) menurut Putnam (1996) adalah jaringan, norma dan kepercayaan; (8) menurut Cohen dan Prusak (2001) adalah rasa percaya, saling pengertian, kesamaan nilai, dan jaringan. Semua pendapat tersebut belum ada yang menyatakan unsur kerukunan sebagai modal sosial. Temuan penelitian ini adalah kerukunan sebagai salah satu unsur modal sosial yang menggerakkan kerjasama. 213 Modal sosial khas dalam kelompok tani Jeruk yaitu rukun agawe santosa, yang merupakan kearifan lokal masyarakat Jawa pada umumnya. Kerukunan merupakan modal sosial yang dapat dijadikan sumber energi untuk menggerakkan kerjasama anggota kelompok tani dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk mencapai kesejahteraan (santosa). Kerukunan tidak dapat dicapai secara individu namun melibatkan banyak petani. Keterlibatan banyak petani merupakan jaringan sosial. Agar petani anggota kelompok tani rukun dibutuhkan norma yang mengatur hubungan diantara mereka. Kerukunan bisa dicapai apabila diantara mereka saling percaya. Temuan ini memberikan gambaran bahwa modal sosial dalam suatu masyarakat terkait dengan kearifan lokal yang sudah ada dalam masyarakat tersebut. 9.2.2 Implikasi Kebijakan Jeruk merupakan komoditas unggulan Kabupaten Jember sekaligus merupakan unggulan nasional. Agribisnis Jeruk terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar yang melayani kebutuhan petani. Namun demikian petani Jeruk di Kabupaten Jember masih tetap harus bersaing dengan Jeruk impor yang masuk ke Indonesia dan mendominasi pasar-pasar modern serta bersaing dengan Jeruk sejenis yang berasal dari wilayah lain. Pangsa pasar Jeruk Jember adalah pasar tradisional. Kenyataan ini memerlukan pemikiran serius dari berbagai pihak agar keberlanjutan agribisnis Jeruk di Kabupaten Jember terjaga. Jeruk Jember belum mampu menembus pasar modern karena kualitas buahnya yang masih rendah. Penampilan Jeruk Jember kurang menarik, kulitnya kotor terbalut embun jelaga. Petani memerlukan inovasi yang tepat untuk 214 meningkatkan kualitas buah Jeruk Jember. Lembaga penelitian mempunyai peranan yang penting untuk membantu menyelesaikan masalah petani. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai cara budidaya Jeruk yang baik, termasuk untuk mengatasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman dan buah (khususnya embun jelaga) yang tepat guna sehingga kualitas Jeruk Jember meningkat. Temuan dari lembaga penelitian perlu dikenalkan kepada petani melalui kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan yang disukai petani adalah sekolah lapang. SL disukai petani karena selain mendapatkan pengetahuan, petani juga diajari praktek di lahan. Sekolah lapang yang pernah diterima oleh petani adalah SLPTT dan SLPHT. SLPTT merupakan SL untuk tanaman pangan, sedangkan SLHPT merupakan SL untuk pengelolaan hama dan penyakit tanaman Jeruk. SL yang paling dibutuhkan petani adalah SLGAP yang merupakan SL khusus untuk tanaman Jeruk. Di Kecamatan Umbulsari pernah melaksanakan 2 kali SLGAP yaitu di Desa Sukoreno dan Desa Gadingrejo. Untuk itu pemerintah hendaknya lebih memprioritaskan SLGAP yang khusus untuk tanaman Jeruk di wilayah sentra Jeruk. Teknologi tepat guna yang dibutuhkan petani Jeruk dalam SL adalah teknologi budidaya Jeruk secara keseluruhan mulai pengolahan lahan, pemilihan bibit Jeruk yang baik, pemupukan (kimia dan organik), pengelolaan hama dan penyakit (kimia dan organik) dan pemangkasan tanaman. Petani perlu diajarkan pertanian organik seperti cara membuat pupuk bokasi, cara membuat bubur california dan cara mengaplikasikan agen hayati. Interaksi intensif petani dalam kegiatan SL dapat menguatkan modal sosial. Peningkatan sumberdaya petani 215 dapat menunjang pencapaian tujuan kelompok. Kemampuan kelompok untuk meningkatkan sumberdaya petani dan mencapai tujuan kelompok menunjukkan kemandirian. Sekolah lapang yang sesuai dengan komoditas unggulan wilayahnya dapat menguatkan modal sosial yang merupakan energi sosial untuk membentuk kemandirian kelompok tani. Kelompok tani pernah mengelola pemasaran Jeruk bersama namun tidak berkelanjutan, sehingga saat penelitian ini dilakukan, petani memasarkan Jeruknya secara individu. Akibat dari pemasaran secara individu adalah rendahnya daya tawar petani kepada pedagang Jeruk. Selain itu petani menghadapi resiko rendahnya harga jual ketika panen raya. Kelompok tani dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan membentuk usaha bersama berupa industri pengolahan Jeruk. Pengolahan buah Jeruk menjadi produk makanan dan minuman dapat mengantisipasi rendahnya harga Jeruk pada saat panen raya, meningkatkan daya tawar, meningkatkan pendapatan petani sekaligus dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Kelompok tani Sidomulyo IV belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai pengolahan buah Jeruk menjadi produk lain yang lebih tahan lama dan berdaya jual tinggi. Untuk itu kelompok tani perlu diberikan pelatihan pengolahan Jeruk dan peralatan yang memadai. Kemampuan kelompok tani untuk mengolah Jeruk dapat meningkatkan daya saing agribisnis Jeruk di Kabupaten Jember. Usaha bersama yang dikelola oleh kelompok tani dapat menguatkan modal sosial dalam membentuk kemandirian kelompok tani. 216 Petani Jeruk umumnya membongkar dan menanam kembali tanaman Jeruk dalam waktu bersamaan. Kondisi ini mengakibatkan tidak terjaminnya kontinyuitas produksi Jeruk per tahunnya. Untuk itu petani yang tergabung dalam asosiasi petani Jeruk hendaknya membuat perencanaan penaman Jeruk. Perencanaan berisi pengaturan tahun penanaman kembali per wilayah sehingga umur tanaman bervariasi. Selain itu perlu direncanakan waktu pembungaan Jeruk sehingga kontinyuitas produksi depanjang tahun terjaga. Modal sosial dapat digunakan sebagai dasar kemandirian kelompok tani dengan menguatkan prinsip kerukunan. Kerukunan merupakan energi sosial untuk menggerakkan kerjasama dalam memenuhi kubutuhan kelompok. Kerjasama juga dapat menunjang pencapaian tujuan kelompok berupa peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan anggotanya. Modal sosial dapat dijadikan dasar kemandirian kelompok dengan cara menguatkan kerukunan diantara sesama anggota maupun kerukunan dengan pihak di luar kelompok tani yang mampu menunjang pemenuhan kebutuhan petani. Suasana rukun mendorong kerjasama yang saling menguntungkan. Interaksi dalam suasana rukun dapat menjaga kestabilan kerjasama. Kestabilan kerjasama inilah yang membentuk kemandirian kelompok. Kestabilan kerjasama dalam sasana rukun dapat tercipta apabila: (1) antar aktor saling percaya; (2) setiap aktor dapat memahami pentingnya hubungan timbal balik dalam kerjasama; (3) setiap aktor merasakan manfaat dari kerjasama; (4) tindakan dalam kerjasama dapat dilihat oleh mitra yang lain; (5) kerjasama mengunakan prinsip kesetaraan.