HIV - ETD UGM

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah anggota Genus Lentivirus
dari Familia Retroviridae. Virus ini merupakan virus yang menginfeksi manusia
dan merupakan agen penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
(Gallo et al., 1984). Virus HIV menyerang sel imunokompeten, khususnya pada
sel T helper melalui reseptor CD4+ yang berinteraksi pada koreseptor CXCR4. Sel
T helper merupakan sel target utama yang diserang virus HIV, setelah itu virus
HIV akan menyerang makrofag, dendritik dan monosit.
Dewasa ini, banyak obat antiviral yang telah diketahui dapat menghambat
replikasi virus HIV-1. Obat-obat tersebut menghambat kinerja enzim pada saat
proses replikasi virus, yang dibagi menjadi beberapa kelompok, seperti Entry
Inhibitors (EIs), Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors
(NtRTIs),
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTIs), Nonnucleoside Reverse
Transcriptase Inhibitors (NNRTIs), Integrase Inhibitors, dan Protease Inhibitors
(PIs). Dewasa ini, juga terdapat terapi kombinasi yang digunakan sebagai
penanganan HIV utama di seluruh dunia, yaitu Highly Active Antiretroviral
Therapy (HAART). Obat ini merupakan gabungan dari 2 RT-blockers dan 1
protease-blockers yang ternyata sangat efektif menghambat perkembangan HIV.
Saat ini, obat HAART masih lebih baik, untuk memperpanjang usia penderita
AIDS, namun obat ini masih memiliki efek samping, dikhawatirkan juga adanya
resistensi apabila obat ini tidak dikonsumsi secara teratur. Efek samping dari obat
HAART ini antara lain supresi sumsum tulang dengan anemia dan gangguan sel
darah, neuropati, pankreatitis, mual, muntah, anoreksia, sulit tidur, dan pikiran
kalut. Selain itu, dalam jangka panjang juga menyebabkan lipodystrofia
(berkurangnya lemak pada muka, lengan, tungkai, dan bokong), dan lemak
menumpuk di tengkuk (buffalo hump), perut, glandula mammae atau di bagian
lain (Tjay dan Rahardja, 2007). Selain itu, pasien yang mengkonsumsi HAART,
masih memiliki virus yang laten karena obat HAART tidak diperuntukkan untuk
mengobati virus yang laten. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
1
mengenai obat-obatan herbal yang dapat menghambat replikasi virus HIV, dan
memiliki efek negatif yang rendah. Pengembangan obat alternatif anti-HIV dari
bahan alam diharapkan dapat berperan sebagai obat anti-HIV dari Indonesia, yang
memiliki efek samping kecil, sehingga mendukung stok obat nasional yang masih
di suplai dari Internasional.
Jalur transmisi HIV-1 primer dapat ditransmisikan melalui bagian mukosa
dalam tubuh (Chomont et al., 2007). Membran mukosa adalah bagian membran
yang mensekresikan mukus dalam rongga tubuh, atau bagian tubuh yang memiliki
hubungan dengan luar tubuh. Jaringan mukosa ini melimpah di saluran
pencernaan, saluran urogenital, saluran pernafasan, serta bagian tubuh yang dapat
menjadi saluran masuk organisme penyebab penyakit.
Sel HT29 merupakan sel line epitel kolon, yang memiliki reseptor
galactocylceramide (GalCer) yang dapat berikatan dengan protein rekombinan
envelope HIV, gp120. Sel HT29 ini merupakan sel epitel di saluran pencernaan,
sehingga dapat digunakan sebagai model penelitian primer HIV pada sel negatif
CD4. Dalam penelitian ini, sel HT29 diinfeksi dengan HIV-1 NL4-3, yang berasal
dari plasmid yaitu pNL4-3, yang sebelumnya ditransfeksi ke dalam sel HT29.
Plasmid pNL4-3 merupakan plasmid yang mengandung whole genome HIV-1,
host strain HXB2.
Ekstrak akuades Heliceteres isora L. terbukti memiliki aktivitas
penghambatan enzim Reverse Transcriptase HIV-1 pada sel MT-4 (Otake et al.,
1995). Berdasarkan virtual screening dengan menggunakan software AutoDock,
senyawa
yg
dihasilkan
8(2'',4''disulfatoglucuronide)
Helicteres
dan
isora
Isoscutellarein
L.
(8-Hydroxyapigenin
4'-methyl
ether
8-
(2'',4''disulfatoglucuronide)) menempati urutan pertama dan kedua yang
berpotensi sebagai HIV-1 protease inhibitor (Yanuar et al., 2014). Menurut
penelitian Kusumoto et al., (1992), ekstrak metanol Heliceteres isora L. yang
diuji dengan metode HPLC memiliki potensi sebagai protease inhibitor.
Sedangkan, pengujian potensi protease inhibitor ekstrak metanol Helicteres isora
L. secara in vitro belum dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian
untuk mengetahui aktivitas penghambatan proliferasi HIV-1 oleh ekstrak metanol
2
Helicteres isora L. secara in vitro dengan menggunakan sel HT29 yang diinfeksi
dengan HIV-1 NL4-3.
B. Permasalahan
Apakah ekstrak metanol Helicteres isora L. dapat menghambat proliferasi
HIV-1, dalam sel HT29 (human colon epithelial cell line) yang diinfeksi HIV-1
NL4-3?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui dan mempelajari efek penghambatan proliferasi HIV-1 oleh
ekstrak metanol Helicteres isora L., pada sel HT29 (human colon epithelial cell
line) yang diinfeksi HIV-1 NL4-3.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan informasi mengenai potensi sumberdaya hayati
Indonesia yang dapat berperan dalam pengobatan HIV/AIDS. Selain itu, juga
memicu produksi obat anti HIV yang berasal dari bahan alam asli Indonesia,
sehingga dapat menekan pengeluaran biaya pengobatan HIV/AIDS di Indonesia.
3
Download