1 BAB I PENDAHULUAN Stroke adalah keadaan darurat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah keadaan darurat medis dan dapat menyebabkan kerusakan
neurologis yang permanen, komplikasi dan kematian. Ini adalah penyebab utama
kecacatan orang dewasa di Amerika Serikat dan Eropa dan penyebab utama kedua
kematian di seluruh dunia.1 Di negara berkembang dimana jumlah penduduknya
adalah lebih dari 2/3 penduduk dunia, insiden stroke makin meningkat. Di
Indonesia, walaupun belum diketahui angka kejadian yang pasti, beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyakit yang umum
dinegara kita dan merupakan penyebab kematian yang terbesar dan kecacatan
jangka panjang. Rehabilitasi diperlukan untuk memperbaiki fungsi akibat
gangguan ini.1
Pengobatan yang tepat dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup
dan meningkatkan tingkat pemulihan yang dapat diharapkan. Peningkatan
pengobatan dari semua jenis stroke telah menghasilkan penurunan drastis dalam
tingkat kematian dalam beberapa dekade terakhir.2
Stroke sebelumnya dikenal medis sebagai kecelakaan serebrovaskular atau
cerebrovascular disease (CVD), adalah kerusakan yang cepat dari fungsi otak
akibat gangguan pada aliran darah yang menuju ke otak. Hal ini dapat disebabkan
oleh iskemia yang disebabkan oleh penyumbatan (trombosis, emboli arteri), atau
perdarahan (kebocoran darah).3 Menurut World Health Organization (WHO)
stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler.2
Menurut WHO, rehabilitasi ialah semua tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi dampak disabilitas/handicap, agar memungkinkan penyandang cacat
berintegrasi dengan masyarakat. Prinsip rehabilitasi medik pada stroke ialah
mengusahakan agar sedapat mungkin pasien tidak bergantung pada orang lain.3
1
Tujuan rehabilitasi stroke adalah lebih ke arah meningkatkan kemampuan
fungsionalnya daripada ke arah memperbaiki defisit neurologisnya.3
Dalam penanganan penderita diperlukan adanya satu tim yang terdiri dari
berbagai disiplin keahlian, agar tercapai hasil yang sebaik-baiknya. Tim
rehabilitasi medik terdiri dari dokter, fisioterapis, terapi okupasi, ortotis prostetis,
ahli bina wicara, psikolog, pekerja sosial medik, dan perawat rehabilitasi.3
2
BAB II
STROKE
1. Definisi
Stroke menurut WHO didefiniskan sebagai tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.2
2. Epidemiologi
Stroke merupakan masalah neurologis serius yang utama di Amerika
Serikat. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus
stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit,
ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke.
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan
meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir.
Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan
berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan
terganggunya sosial ekonomi keluarga.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh nomor satu di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut,
sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan
fungsional berat.
Menurut berbagai literatur, insidens stroke hemoragik antara 15%-30%
dan stroke non hemoragik antara 70%-80%, tetapi untuk negara-negara
berkembang atau Asia, kejadian stroke hemoragik sekitar 30% dan stroke non
hemoragik 70%, terdiri dari trombosis serebri 60%, emboli serebri 5%, dan lainlain 35%.2
3
Insidens stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Setelah umur 55
tahun, resiko stroke iskemik meningkat dua kali lipat setiap dekade. Menurut
Schultz, penderita yang berumur antara 70-79 tahun banyak menderita perdarahan
intrakranial. Kejadian stroke lebih banyak pada laki-laki dengan perbandingan
1,3:1, kecuali pada usia lanjut dimana rasionya sudah tidak jauh berbeda.
3. Etiologi
Berdasarkan
proses
patologi
dan
gejala
klinisnya
stroke
dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Stroke Hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid
yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Pembuluh darah yang
pecah menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke
dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70% kasus stroke
hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Umumnya terjadi pada saat
melakukan aktivitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat.
Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah
akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Stroke hemoragik terbagi menjadi
intracerebral hemorrhage (ICH), subarachnoid hemorrhage (SAH), dan
cerebral venous thrombosis.3
2. Stroke Non Hemoragik
Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah
menyumbat di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke
otak. Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun trombus pembuluh
darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun
tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi
proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Hampir sebagian
besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.
Klasifikasi Oxford Community Stroke Project (OCSP) juga dikenal
sebagai Bamford atau Klasifikasi Oxford, membaginya berdasarkan
4
gejala awal dan episode stroke yaitu total anterior circulation infarct
(TACI), partial anterior circulation infarct (PACI), lacunar infarct
(LACI), dan posterior circulation infarct (POCI).3
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu:
1. TIA (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologi sesaat, beberapa menit atau beberapa jam
saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologis Deficit)
Gangguan neurologi setempat yang akan hilang secara sempurna
dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
3. Stroke in Evolution (Progressive Stroke)
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang
muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya
berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.
4. Stroke Komplit
Gangguan neurologi yang timbul bersifat menetap atau permanent.3
4. Faktor Resiko
Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan
terhadap serangan stroke. Faktor resiko umumnya dibagi menjadi 2 golongan
besar yaitu:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi:4

Umur, jenis kelamin, dan ras
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk
pembuluh darah otak. Pria lebih cenderung terkena stroke dibanding
wanita pada segala umur. Namun wanita dua kali lebih mungkin
menderita stroke
fatal daripada
pria. Perbedaan
ras terdapat
pada insiden stroke. Orang Jepang dan Cina mempunyai angka stroke
tertinggi di dunia.
5

Faktor genetik
Adanya riwayat keluarga yang menderita stroke dapat meningkatkan
risiko terjadinya stroke pada anak-cucunya, faktor genetik yang
menentukan dalam timbulnya stroke masih belum jelas.
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi:5

Hipertensi
Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya trombus
sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral.

Kelainan jantung / penyakit jantung
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan cardiac output dan
menurunkan aliran darah ke otak. Di samping itu dapat terjadi proses
embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh
darah.

Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yaitu
terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat
aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan mikrovaskuler
sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada
pembuluh darah serebral.

Polisitemia
Pada polisitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi
lambat sehingga perfusi otak menurun.

Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan
terbentuknya embolus dari lemak.

Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah
satunya pembuluh darah otak.
6

Merokok
Merokok akan menimbulkan plaque pada pembuluh darah oleh
nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.

Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik
termasuk kelenturan pembuluh darah (pembuluh darah menjadi kaku),
salah satunya pembuluh darah otak.
5. Manifestasi Klinik
Stroke hemoragik biasanya bermanifestasi sebagai :7

Kelumpuhan wajah dan anggota gerak yang mendadak.

Serangan pada saat aktif disertai nyeri kepala yang hebat.

Gangguan sensibilitas daerah yang mengalami kelumpuhan.

Ataksia, disartria.

Mual, muntah yang nyata.

Gangguan penglihatan.

Gangguan kesadaran, kejang.

Kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan meningeal.
Gejala klinis yang biasanya ditemui pada stroke non hemoragik :7

Kelumpuhan wajah dan anggota gerak.

Terjadi pada saat santai atau terjadi pada pagi hari.

Gangguan sensibilitas daerah yang lumpuh

Disartria

Adanya riwayat TIA sebelumnya.

Tidak biasanya ditemukan nyeri kepala, muntah, kejang dan kesadaran
yang menurun.

Tidak ditemui adanya tanda rangsangan meningeal.
7
6. Diagnosis
Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan
pemeriksaan klinis
yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan penunjang.8
Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan pasien
dengan rehabilitasi yang intensif. Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan
fleksibel sebab status neorologis dari pasien dan derajat kelainan biasanya
berubah seiring waktu. Hal terbaik didapatkan jika pasien dan keluarga
berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi.9
7. Evaluasi Penderita Stroke dari Segi Rehabilitasi Medik
Tujuan rehabilitasi medik adalah tercapainya sasaran fungsional yang
realistik dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan
sasaran tersebut.
Pemeriksaan penderita meliputi empat bidang evaluasi:9
1. Evaluasi neuromuskuloskeletal
Evaluasi ini mencakup evaluasi neurologi secara umum dengan perhatian
khusus pada:

Tingkat kesadaran

Fungsi mental termasuk intelektual.

Kemampuan bicara.

Nervus kranialis.

Pemeriksaan sensorik.

Pemeriksaan fungsi persepsi.

Pemeriksaan motorik

Pemeriksaan gerak sendi.

Pemeriksaan fungsi vegetatif.
8
2. Evaluasi medik umum
Mencakup sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem endokrin serta
sistem saluran urogenital.
3. Evaluasi kemampuan fungsional
Meliputi aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) seperti makan dan minum,
mencuci, kebersihan diri, transfer dan ambulasi. Untuk setiap jenis aktivitas
tersebut ditentukan derajat kemandirian dan ketergantungan penderita juga
kebutuhan alat bantu.
4. Evaluasi psikososial-vokasional
Mencakup faktor psikologis, vokasional dan aktifitas rekreasi, hubungan
dengan keluarga, sumber daya ekonomi dan sumber daya lingkungan Evaluasi
psikososial dapat dilakukan dengan menyuruh penderita mengerjakan suatu
hal sederhana yang dapat dipakai untuk penilaian tentang kemampuan
mengeluarkan pendapat, kemampuan daya ingat dan orientasi.
8. Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke 10
 Fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi
fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan
umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan
adalah proper bed positioning, latihan lingkup gerak sendi, stimulasi elektrikal
dan begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah emosional.
 Fase lanjutan
Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi
dan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu
penderita secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke
trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah
stroke. Penderita dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15
hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi :
9
a. Fisioterapi
1) Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2
kebawah)
2) Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot.
3) Latihan lingkup gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif
tergantung dari kekuatan otot.
4) Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
5) Latihan fasilitasi / reedukasi otot
6) Latihan mobilisasi.
b. Okupasi Terapi (aktivitas kehidupan sehari-hari/AKS)
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS,
meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena
belum tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS dengan
menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian
dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.
c. Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini
dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara:
1) Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas,
menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
2) Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan
mengucapkan kata-kata.
3) Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi
mengucapkan kata-kata.
4) Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
d. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam
membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering
digunakan antara lain: arm sling, hand sling, walker, wheel chair, knee
back slap, short leg brace, cock-up splint, ankle foot orthotic (AFO), knee
ankle foot orthotic (KAFO).
10
e. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian
dan fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut
secara cepat, sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti
pada salah satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita
harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima
rehabilitasi.
f. Sosial Medik dan Vokasional
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,
keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan
hidup serta keadaan rumah penderita.
9. Prognosis
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis yaitu :10
a.
Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24
jam maka pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari
14 jam maka kemampuan memelihara diri akan kembali lebih
dahulu.
b.
Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila
ditemukan adanya : 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6
minggu fungsi tangan belum kembali dan adanya hipotonia dan
arefleksia yang menetap.
11
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Penderita
Nama
: Tn. H. K
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 65 tahun
Alamat
: Kairagi I Lingkungan 4
Agama
: Kristen Protestan
Pendidikan
: s1
Pekerjaan
: Pensiunan Angkatan Udara + penjual makanan
Tanggal MRS
: 17 Juni 2013
Tanggal pemeriksaan : 24 Juni 2013
2. Anamnesis
Keluhan utama
: Kelemahan anggota gerak kanan
Riwayat penyakit sekarang:
Kelemahan anggota gerak kanan dialami penderita sejak 7 hari lalu (17
juni 2013). Kelemahan dirasakan secara tiba-tiba saat penderita tidur di malam
hari. Penderita tiba – tiba terbangun merasakan kram dan diikuti dengan
kelemahan anggota gerak kanan. Kelemahan ini disertai dengan bicara pelo dan
mulut mencong. Penderita juga mengeluh kepala seperti ditusuk – tusuk dan
muntah sebanyak 3 kali berisi cairan dan sisa makanan. Kemudian penderita
dibawa ke Rumah Sakit Siloam untuk mendapat pertolongan pertama. Keesokan
harinya penderita di rujuk ke Rumah Sakit Prof. Dr.R. D. Kandou. Tekanan darah
saat masuk rumah sakit 130/100 mmHg. Kejang, penurunan kesadaran
dan
trauma tidak ada. Saat pemeriksaan (24 juni 2013), penderita masih merasakan
kelemahan pada anggota gerak kanannya, miring kanan kiri dan duduk dengan
dibantu. Belum bisa berdiri dan berjalan walaupun dibantu orang lain. Buang air
kecil dan buang air besar normal.
12
Riwayat Penyakit Dahulu:

Penyakit hipertensi (+), diketahui sejak ±2 tahun lalu, tidak tertatur minum
obat

Penyakit paru, penyakit jantung, diabetes mellitus, hati, ginjal tidak ada

Riwayat stroke sebelumnya tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga

Hanya penderita yang sakit seperti ini di keluarga
Riwayat Kebiasaan:

Merokok (+) ± 20 tahun, 1 bungkus dalam sehari

Minum alkohol (-) sudah berhenti ±1 tahun yang lalu

Makan makanan berlemak (+)

Penderita dominan menggunakan tangan kanan untuk beraktivitas
Riwayat Sosial Ekonomi:

Penderita merupakan pensiunan dan sekarang bekerja sebagai penjual
makanan di kantin sekolah. Penderita tinggal bersama seorang istri,2 orang
anak , 1 anak menantu dan seorang cucu. Penderita tinggal di rumah
permanen milik pribadi, dua lantai, dinding tembok, lantai ubin, 1 kamar
mandi dan 1 water closet (WC) jongkok. Biaya pengobatan rumah sakit
menggunakan jaminan Askes
Riwayat Psikologis :

Penderita cenderung emosional ( marah – marah)

Penderita cemas akan keadaan sakitnya.
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
: Tekanan darah = 150/80 mmHg
Pernapasan = 24x/mnt
Frekuensi nadi = 72x/mnt, regular, isi cukup
13
Suhu badan = 36,5 oC
Kulit
: Sawo matang
Kepala
: Bentuk bulat, simetris
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm.
refleks cahaya (RC) +/+ ; refleks cahaya
tidak langsung (RCTL) +/+
Hidung
: sekret (-)
Telinga
: sekret (-)
Mulut
: karies (-), lidah deviasi ke kanan,
tonsil T1-T1,
hiperemis (-), bicara pelo (+)
Leher
: Trakea letak di tengah,
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks
: Simetris kiri = kanan, retraksi (-)
Jantung
: bunyi jantung I-II normal, bising (-)
Paru-paru
: suara pernapasan vesikuler, rhonki -/-,
wheezing-/-
Abdomen
: Datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tak
teraba
Ekstremitas
: Akral hangat, udema -/-
Status Neurologis
Kesadaran
: Glasgow Coma Scale (GCS) :
Eye4 Movement6 Verbal5
Tanda Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-), Laseque (-), Kernig (-)
Nervus kranialis
: Paresis N. VII dan XII Sentral Dextra
14
Status Motorik, Sensorik, dan Sensibilitas
Ekstremitas superior
No
Pemeriksaan
Ekstremitas Inferior
Dekstra
Sinistra
Dekstra
Sinistra
Menurun
Normal
Menurun
Normal
2/2/2/2
5/5/5/5
2/2/2/2
5/5/5/5
+↓
normal
+↓
Normal
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Motorik
1
Gerakan
2
Kekuatan Otot
3
Tonus otot
4
Trofi
5
Refleks Fisiologi
+↓
normal
+↓
Normal
6
Refleks Patologi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sensorik
7
Proprioseptik
Normal
Normal
Normal
Normal
8
Protopatik
Normal
Normal
Normal
Normal
Indeks Barthel :
Aktivitas
Bladder
Bowel /
BAB
Tingkat Kemandirian
(N)
Nilai
Kontinensia, tanpa memakai alat bantu
10
5
Kadang-kadang ngompol
5
Inkontinensia urin
0
Kontinensia, supositoria memakai alat bantu
10
Dibantu
5
Mandiri
0
Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tidak
10
10
mengotori baju), boleh berpegangan pada dinding, benda,
Toileting
memakai bad pan. Dibantu hanya salah satu kegiatan
diatas
Kebersihan
diri
Berpakaian
Dibantu
5
5
Tanpa dibantu cuci muka, menyisir rambut, menyisir
5
0
hias, gosok gigi, termasuk persiapan alat-alat tersebut
Dibantu
0
Tanpa dibantu
10
15
Dibantu
5
Tanpa dibantu
10
Memakai alat-alat makan dibantu sebagian
5
Dibantu
0
Tanpa dibantu berpindah
15
Bantuan minor secara fisik atau verbal
10
Transfer /
Bantuan mayor secara fisik, tetapi dapat duduk tanpa
5
berpindah
dibantu
Makan
Mobilitas
Tidak dapat duduk / berpindah
0
Berjalan 16m di tempat datar, boleh dengan alat bantu
10
5
0
5
kecuali rolling walker, berjalan tanpa dibantu
Menguasai alat bantunya, memakai kursi roda dengan
Naik turun
tangga
Mandi
dibantu
5
Immobile
0
Tanpa dibantu
10
Dibantu secara fisik / verbal
5
Tidak dapat
0
Tanpa dibantu
5
Dibantu
0
0
100
35
Total
Referensi:
0-20
: Ketergantungan total
25-45
: Ketergantungan berat
50-75
: Ketergantungan sedang
80-95
: Ketergantungan ringan
100
: Mandiri
16
0
0
Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) :
Item
Tes
Nilai
Max
Nilai
ORIENTASI
1
Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?
5
5
2
Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (gedung),
(ruang)
5
5
3
3
5
3
3
3
2
2
1
1
3
2
1
1
1
0
REGISTRASI
3
Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya
selang 1 detik (misal apel, uang, meja) responden diminta
mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar.
Ulangi sampai responden dapat menyebutkan dengan benar
dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4
Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1 untuk
tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban.
Atau responden diminta mengeja terbalik kata “WAHYU”
(nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan;
misalnya uyahw = 2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5
Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas
BAHASA
6
7
8
9
10
Responden diminta menyebutkan nama benda yang
ditunjukkan (perlihatkan pensil dan jam tangan)
Responden diminta mengulang kalimat ”tanpa kalau dan
atau tetapi”
Responden diminta melakukan perintah “Ambil kertas ini
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di
lantai”
Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya:
“Pejamkanlah mata Anda”
Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan
17
11
Responden diminta menyalin gambar
Skor Total
Penilaian
: < 24 terdapat gangguan kognitif
> 24 dianggap tidak terdapat gangguan kognitif
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (17 juni 2013) :
Hb
: 15,6g/dl
(12,0-16,0g/dL)
Leukosit
: 10200 /mm3
(4.000-10.000/mm3)
Trombosit : 288000/mm3
(150.000-450.000/mm3)
Hct
: 42,5%
(37,0-47,0%)
Ureum
: 72mg/dL
(20-40mg/dL)
Kreatinin : 0,8mg/dL
(0,6-1,1mg/dL)
GDS
(70-125mg/dL)
: 131mg/dL
Total Chol
: 198 mg/dL
(160-200mg/dL)
HDL Chol
: 46mg/dL
(0-40mg/dL)
Natrium serum : 141 mmol/L
(135-153mmol/L)
Kalium serum : 5,8mmol/L
(3-5mmol/L)
Chlorida serum : 105mmol/L
(98-109mmol)
18
1
0
30
25
Brain CT Scan (18 juni 2013) : Intra cranial haemoragic capsula interna
sinistra
5. Resume
Seorang laki-laki, umur 65 tahun, dengan keluhan kelemahan anggota
gerak kanan sejak 7 hari yang lalu disertai dengan mulut mencong dan bicara
pelo. Riwayat penyakit dahulu : hipertensi (+) sejak 2 tahun yang lalu tidak
minum obat teratur.
Pada pemeriksaan fisik (24 juni 2013) tanda vital TD : 150/80 mmHg, N :
72 x/m, R : 24 x/m dan SB 36,5oC. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan
motorik : gerakan ekstremitas superior dan inferior menurun. Kekuatan otot
ekstremitas superior dextra 2/2/2/2 dan ektremitas inferior dextra 2/2/2/2. Tonus
otot dan refleks ekstremitas inferior dextra menurun. Penilaian Indeks Barthel
mendapat nila 35 (disability berat) dan pada penilaian MMSE didapatkan nilai 25
( tidak ada gangguan kognitif)
19
6. Diagnosis
Diagnosis Klinis
: Hemiparesis dextra + paresis nervus VII & XII sentral
dextra.
Diagnosis Topik
: Subkortikal
Diagnosis Etiologi
: Stroke Hemoragik hari ke VII.
Diagnosis Fungsional
: Disabilitas berat (toileting, berpakaian, makan,
transfer, mobilitas, naik turun tangga, mandi).
7. Problem
1. Kelemahan anggota gerak kanan.
2. Kelemahan otot wajah ( mulut mencong)
3. Gangguan bicara ( bicara pelo)
4. Gangguan mobilisasi.
5. Gangguan transfer dan ambulasi.
6. Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari / AKS (toileting, berpakaian,
makan, transfer, mobilitas, naik turun tangga, mandi).
7. Cemas dengan penyakitnya.
8. Penatalaksanaan
a. Fisioterapi
Evaluasi : - Kontak, pengertian, dan komunikasi baik.
- Kelemahan anggota gerak kanan :

Kekuatan otot anggota gerak atas (2/2/2/2)

Kekuatan otot anggota gerak bawah (2/2/2/2)
- Gangguan mobilisasi (penderita belum bisa memiringkan badan).
- Gangguan transfer dan ambulasi (penderita belum bisa duduk dan
berjalan sendiri tanpa dibantu).
Program : - Breathing exercise.
- Proper bed positioning.
- Alih baring tiap 2 jam.
- Mobilisasi bertahap sesuai kondisi
20
- Latihan lingkup gerak sendi (LGS) aktif dibantu pada ekstermitas
dekstra
- Rencana infrared (IR) & faradisasi ekstremitas superior – inferior
dekstra
b. Okupasi Terapi
Evaluasi : - Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
- Kelemahan anggota gerak kanan ( kekuatan otot ekstremitas
superior 2/2/2/2, inferior 2/2/2/2
- Gangguang aktivitas kehidupan sehari – hari ( disabilitas berat)
Program : Latihan peningkatan aktivitas kehidupan sehari –hari dengan
ketrampilan
c. Terapi Wicara
Evaluasi : - Kontak dan pengertian baik.
- Bicara pelo
- Mulut mencong
Program : Latihan bicara dan aktivitas
d. Orthotik Prostetik
Evaluasi : - Kelemahan anggota gerak kanan.
▪
Kekuatan otot anggota gerak atas (2/2/2/2)
▪
Kekuatan otot anggota gerak bawah (2/2/2/2)
Program : - Rencana penggunaan wheel chair
e. Psikologi
Evaluasi : - Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
- Cemas dengan penyakit yang dideritanya.
Program : - Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga bahwa proses
rehabilitasi memerlukan waktu yang agak lama sehingga
dibutuhkan kesabaran dan ketaatan dalam menjalankan program di
rehabilitasi medik.
- Memberikan dukungan mental agar penderita tidak cemas dengan
penyakitnya dan rajin melakukan latihan di rumah seperti yang
telah diajarkan dan dianjurkan.
21
f. Sosial Medik
Evaluasi : - Penderita adalah seorang pensiunan dan penjual makanan.
- Penderita tinggal di rumah permanen 2 lantai dengan wc jongkok
bersama 2 orang anak. Biaya kebutuhan sehari – hari cukup. Biaya
pengobatan di tanggung Askes
Program : - Rencana home visite..
- Modifikasi WC jongkok menjadi WC duduk.
- Mengusahakan agar penderita dapat beraktivitas kembali dan
dapata berintegrasi dengan lingkungan sosial.
- Edukasi mengenai penyakit yang diderita untuk mencegah
stroke berulang.
9. Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Siwi RC. Epidemiologi Stroke. Dalam Siwi R, Supit W, et all eds. Stroke Up
Date. Perdossi. Manado, 2001 : 1-7
2. Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro Klinis Dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian Rakyat,
1995 ; 269 – 302
3. Misbach J, Wendra A. Stroke In Indonesia. A First Large Prospective Hospital
Based Study of Acute Stroke in 28 Hospitals in Indonesia. Jakarta ; 1996
4. Walelang TH. Faktor Resiko dan Pencegahan Stroke. Poceeding symposium
stroke up date. Manado. Perdosi, 2001.
5. Amarenco, P., Bogousslavsky, J., Caplan, L.R., Donnan, G.A., Hennerici,
M.G. Classification of stroke subtypes. Department of Neurology and Stroke
Center, INSERM U-698 and Paris-Diderot University, Bichat University
Hospital;. Diakses pada 4 Maret 2013.
6. Karema W. Diagnosis dan Klasifikasi Stroke. Dalam : Siwi R, Supit W. Et all
eds. Stroke Up Date. Bagian Neurologi / SMF FK UNSRAT / RSUP Manado.
Perdossi. Manado, 2002 ; 1-5
7. Kotambunan RC. Diagnosis Stroke. Bagian Neurologi FK UNSRAT / SMF
RSUP Manado. Manado, 1995 ; 1-12
8. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical Neurology, 3 th ed.
Appleton and Lange. Stanford ; 1996 : 255-87.
9. Angliadi LS. Rehabilitasi Medik Pada Stroke. Proceeding symposium stroke
up date. Manado. Perdosi, 2001.
10. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation after Sroke. In : Basic Clinical
Rehabilitation Medicine. Philadelphia. Mosby, 1993 ; p. 87-8
23
Download