Kepemimpinan - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kognisi Sosial
Kepemimpinan
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
07
Kode MK
Disusun Oleh
61017
Filino Firmansyah, M.Psi
Abstract
Kompetensi
Materi tentang Pengertian
Kepemimpinan, Perbedaan Pemimpin
dan Menejer, Berbagai Persepktif dan
Teori tentang Kepemimpinan
Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan kembali mengenai
Pengertian Kepemimpinan, Perbedaan
Pemimpin dan Menejer, Berbagai
Persepktif dan Teori tentang
Kepemimpinan
Kepemimpinan
Pada modul ini akan dibahas beberapa teori Kepemimpinan. Materi diambil dari Buku
Psikologi Sosial karangan Sarlito WIrawan Sarwono dan Eko Meinanrno (2009).
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Walaupun fenomena kepemimpinan sudak ada sejak manusia mulai hidup
berkelompok, sampai saat ini belum ada konsensus di antara para ahli mengenai definisi
kepemimpinan. Beberapa definisi yang ada dalam literatur mengenai kepemimpinan adalah
(Sarwono & Meinarno, 2009) :
“... the process of influence between a leader and followers to attain group,
organizational, or societal goals,” (Hollander dalam Sarwono & Meinarno, 2009).
["... proses memengaruhi antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan
kelompok, organisasi, atau sosial.”]
“... a complex interaction between the leader, the followers, and the group to
which they belong,” (Markus, Allison, dan Eylon dalam Sarwono & Meinarno,
2009). [“... sebuah interaksi yang kompleks antara pemimpin, pengikut, dan
kelompok mereka.”]
“... is about dealing with people, usually within a group, and about changing
people's behaviors and attitudes to conform to the leader's vision for the
group,” (Hogg dalam Sarwono & Meinarno, 2009). [“... adalah tentang berurusan
dengan orang, umumnya dalam kelompok, serta tentang mengubah sikap don
kebiasaan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap visi pimpinan terhadap
kelompok.”]
“... a process of social influence through which an individual enlist and
mobilizes the aid of others in the attainment of a collective goal,” (Chemers
dalam Sarwono & Meinarno, 2009). [“... sebuah proses pengaruh sosial melalui
tempat di mana individu mendaftar dan memobilisasi bantuan kepada orang lain
untuk mencapai tujuan bersama.”]
‘13
2
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari pemaparan di atas, sementara ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan upaya seseorang memengaruhi sekelompok orang untuk bersama-sama
mencapai sebuah tujuan. Menurut Chemers, fungsi dari kepemimpinan adalah untuk
mempertahankan keutuhan internal organisasi dan membawa sebuah organisasi agar dapat
beradaptasi dengan perubahan lingkungan luarnya.
Kemampuan seseorang untuk mengajak sekelompok orang mencapai sebuah tujuan
kolektif menjadi salah satu pertanyaan para ilmuwan psikologi sosial. Menurut Seters dan
Field (dalam Sarwono & Meinarno, 2009), teori yang menjelaskan kepemimpinan ber-evolusi
dari era yang membahas kepribadian pemimpin (personality era) hingga era yang
membahas kemampuan pemimpin melakukan perubahan dalam kelompok (transformational
era). Apabila melihat perkembangannya, teori-teori kepemimpinan dapat dikelompokan
menjadi teori-teori mengenai kepribadian pemimpin (perspektif kepribadian), teori-teori yang
membahas pengaruh situasi terhadap kepemimpinan (perspektif situasional), dan teori-teori
mengenai kepemimpinan sebagai proses kelompok.
Perbedaan Manajer dan Pemimpin
Menurut Hickman (dalam Ancok, 2012) gaya kepemimpinan dalam organisasi dapat
dibedakan dalam dua bentuk, yakni gaya manajer dan gaya leader. Tentu saja keduanya
diperlukan. Keduanya tidak menegasikan keberadaan yang lainnya. Artinya, tidak berarti
gaya manajer lebih baik dari gaya leader atau sebaliknya. Kedua gaya tersebut ada dalam
setiap pemimpin. Yang membedakan hanya pada ke arah mana fokus perhatian si
pemimpin. Ada pemimpin yang lebih menerapkan gaya manajer dan ada juga pemimpin
yang lebih menekankan gaya leader.
Secara garis besar, perbedaan antara manajer dan pemimpin adalah sebagai berikut (dalam
Ancok, 2012) :
1. Fungsi
Manajer
Fokus perhatian manajer lebih tertuju pada tugas rutin yang berdimensi jangka pendek,
melaksanakan tugas yang sudah disepakati bersama dalam sebuah keputusan rapat
‘13
3
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kerja. Penempatan staf dalam sebuah jabatan lebih menekankan pada persyaratan
normal seperti kepangkatan dan senioritas dibandingkan dengan penekanan pada
kompetensi yang dimiliki oleh seorang. Seorang menejer akan mengisi jabatan kosong
dengan siapa saja asal memenuhi persyaratan formal kepangkatan dan senioritas. Ciri
yang lain, manajer merasa bahwa bawahannya adalah orang yang harus diberi perintah.
Manajer mengawasi para bawahannya dengan ketat agar pekerjaan terlaksana sesuai
dengan sistem, prosedur, dan standar kerja yang diharapkan. Gaya kepemimpinan
seperti ini menyebabkan inovasi dalam perusahaan akan kurang berkembang, karena
karyawan tidak memiliki kebebasan untuk mengembangkan kreativitas dirinya. Selain
itu, kerja tim untuk tujuan menghasilkan gagasan, inovasi kurang mendapat tempat.
Pemimpin
Berbeda dengan gaya manajer yang lebih memfokuskan perhatian pada hal-hal yang
bersifat jangka pendek, seorang leader lebih berpandangan jauh ke depan dan dengan
perencanaan yang lebih bersifat jangka panjang. Penempatan seseorang dalam jabatan
tertentu lebih berdasarkan pada kompetensi dan profesionalisme karyawan, agar
keefektifan dan kekuatan organisasi bisa terwujud. Sebagai leader, dia tidak mengisi
jabatan kosong dengan sembarangan orang. Dia hanya akan menempatkan seseorang
di posisi yang lowong kalau orang tersebut memiliki kompetensi untuk menjalankan
tugas. Dalam memberikan tugas pada bawahannya, leader tidak memberikan perintah ,
tetapi memberikan penjelasan mengapa sebuah pekerjaan harus dilakukan. Selain itu,
dia juga menjelaskan apa manfaat pekerjaan itu bagi perusahaan dan kepentingan
bersama. Seorang leader juga memberikan kebebasan pada bawahannya agar dapat
berinovasi dalam mencapai tujuan.
2. Perilaku
Manajer
Seorang pemimpin yang bergaya manajer biasa hanya mengerjakan tugas yang sudah
ditetapkan, lalu bekerja dengan ketentuan dan prosedur yang sudah digariskan. Di mata
pemimpin yang bergaya manajer, tugasnya hanyalah menjalankan amanah yang sudah
digariskan dalam rapat tahunan yang diselenggarakan oleh perusahaan. Dia tidak
memperdulikan perubahan yang terjadi dalam lingkungan strategis bisnis yang dapat
membuat sebagian hasil rapat kerja tidak relevan lagi dengan kondisi perubahan
‘13
4
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lingkungan. Banyak sekali kemunduran perusahaan terjadi karena sang pemimpin tidak
mau beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Dimata seorang manajer, tugas yang
harus dia lakukan adalah melaksanakan amanah yang sudah digariskan dalam rapat
kerja tahunan dan yang sudah disetujui dewan komisaris. Dalam istilah manajemen, apa
yang sudah disetujui dewan komisaris. Dalam istilah manajemen, apa yang dilakukan
manajemen, apa yang dilakukan manajer seperti ini disebut dengan istilah do the things
right yakni manjaer melakukan sesuatu dengan benar, sesuai dengan aturan yang
berlaku. Dalam kondisi perubahan yang sangat cepat, gaya kepemimpinan seperti ini
akan membuat perusahaan cepat mundur, karena gagasan untuk berubah dengan
menerapkan berbagai inovasi baru tidak mendapat dukungan sang pemimpin.
Leader
Berbeda dengan pemimpin yang bergaya manajer, seorang pemimpin yang bergaya
leader dalam bekerja ingin berbuat sesuatu melebihi dari harapan yang ditetapkan, dan
dia akan mencari terobosan demi berbuat melebihi ekspektasi. Leader paham betul
kalau lingkungan bisnis it uterus berubah, dan perubahan itu memerlukan sebuah
adaptasi agar sukses. Seorang pemimpin yang bergaya leader akan melakukan sesuatu
yang benar sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan strategis. Dalam bahasa
manajemen, ini disebut dengan “do the right thing”. Leader melakukan sesuatu yang
benar bagi organisasi, walaupun dia harus berbuat melebihi ketentuan yang ada yang
sudah ditetapkan oleh rapat kerja tahunan dan sudah disetujui oleh dewan komisaris.
Inovasi dalam perusahaan akan berkembang dengan baik kalau sang pemimpin
perusahaan serta para pemimpin di bawahnya bergaya seorang leader.
3. Minat
Manajer
Seorang manajer dalam melaksanakan tugasnya lebih berfokus pada kondisi internal
organisasi, lebih memperhatikan penyelesaian masalah jangka pendek daripada
pemikiran jangka panjang. Menajer, karena orientasinya berfokus pada jangka pendek,
dalam berhadapan dengan konflik, lebih memilih menghindari konflik, daripada
menyelesaikan konflik yang terjadi. Tentu saja orientasi yang demikian ini akan
menyebabkan seorang manajer kruang antusias untuk mencari sebuah terobosan baru
dalam mengelola perusahaan. Akibat selanjutnya, inovasi dalam perusahaan akan
terhambat kehadirannya. Minat seorang manajer tertuju pada ketertiban organisasi
‘13
5
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam pelaksanaan segala sesuatu yang berdasarkan pada sistem prosedur dan aturan
yang sudahditetapkan.
Leader
Berbeda dengan manajer yang melibatkan peraturan sebagai sebuah larangan yang
harus dipatuhi, seorang leader melihat peraturan sebagai alat pengatur kebebasan.
Dengan cara pendang yang demikian terhadap peraturan, seorang leader berani
melakukan terobosan dengan membengkokkan aturan (bending the rules) demi
pencapaian tujuan organisasi. Di mata seorang leader, peraturan tidak harus kaku,
karena fungsi peraturan adalah memfasilitasi pelaksanaan tugas agar tujuan organisasi
tercapai. Seorang pemimpin yang bergaya leader lebih tertarik pada upaya memobilitasi
dukungan para konstituen (karyawan, pemiliki modal, mitra bisnis, pemerintah dan
pelanggan). Perhatiannya lebih tertuju pada hubungan antarmanusia. Dia lebih toleran
pada kegagalan dalam bekerja dan mengajak karyawan untuk belajar dari kesalahan.
Dia tidak menghindari konflik yang terjadi, tetapi menyelesaikannya. Bagi dia, konflik
adalah sumber kemajuan bila dapat diselesaikan dengan baik. Dari sebuah konflik,
seorang pemimpin bergaya leader menemukan pengalaman baru dalam mengelola
organisasi.
Seorang pemimpin negara bergaya leader memperlakuan bawahan sebagai mitra kerja
dan mengajak pengikut untuk membangun cita-cita bersama dalam membangun
organisasi, kemudian mengambil langkah-langkah nyata untuk mencapai visi bersama
tersebut. Orientasi si pemimpin yang demikian ini memberi peluang pada karyawan
untuk mengekspresikan potensi dirinya dalam mencari hal yang baik bagi perusahaan.
4. Melihat Kekuasaan (Power)
Manajer
Seorang pemimpin bergaya manajer melihat dirinya sebagai pemegang kekuasaan. Dia
memperlakukan karyawan sebagai bawahan yang harus mengikuti perintah. Posisi
dalam organisasi dianggap sebagai indicator kekuasaannya. Kekuasaan akan dia
gunakan untuk membuat orang patuh pada dirinya. Demi stabilitas dan adanya
kepastian organisasi, seorang manajer akan menggunakan kekuasaannya sebagai alat
kontrol. Seorang manajer tidak suka akan perubahan, dia hanya menjaga stabilitas
tanpa memperhatikan bahwa organisasi tidak lagi sesuai dengan tuntutan kondisi
lingkungan strategis bisnis. Selain itu, seorang pemimpin bergaya manajer tidak
‘13
6
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menoleransi adanya kesalahan kerja. Mereka yang melakukan kesalahan akan
menanggung konsekuensi dari kesalahannya.
Dalam kaitan dengan inovasi, orientasi pemimpin yang demikian akan menyebabkan
karyawan tidak berani mencoba sesuatu yang baru karena takut dianggap melanggar
kehendak pemimpin.
Leader
Seorang pemimpin yang bergaya leader menempatkan sumber kekuasaannya bukan
pada posisi jabatan sebagai pemimpin tetapi pada keahlian dan intelektualitas yang
dimilikinya. Kekuasaan yang dimilikinya digunakan secara fleksibel untuk memajukan
organisasi. Dimata seorang leader, perubahan adalah sebuah keharusan bila lingkungan
strategis organisasi sudah tidak sesuai lagi. Kesalahan yang dilakukan karyawan tidak
dilihat sebagai sesuatu masalah yang tidak terampuni. Berbuat kesalahan adalah sifat
manusia yang tidak selamanya bisa dihindari. Belajar dari kesalahan adalah cara yang
baik untuk mengembangkan karyawan dan membuat organisasi maju.
Orientasi pemimpin yang bergaya demikian akan memacu semangat karyawan untuk
mencari hal dan cara baru dalam memajukan perusahaan. Ini adalah sumber inovasi
yang bermanfaat bagi kemajuan perusahaan.
5. Pola Pikir
Manajer
Lebih berfokus pada tugas analitis dan mencari sebuah solusi yang terbaik.
Perhatiannya hanya pada sebuah keputusan dari segi benar dan yang terbaik.
Perhatiannya hanya pada sebuah keputusan dari segi benar dan salah. Di mata seorang
manajer, wilayah abu-abu bukanlah wilayah yang bisa ditoleransi. Di mata seorang
manajer, hanya ada satu jawaban yang benar untuk suatu permasalahan yang
dihadapinya.
Selain itu, seorang pemimpin yang bergaya manajer lebih banyak mengarahkan
bawahannya untuk melakukan apa yang harus dikerjakan dan memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh bawahannya. Dia bukan tipe pemimpin yang suka
berimijinasi tentang sesuatu yang belum jelas hakikatnya. Dia lebih menyukai sesuatu
yang resional dan nyata. Orientasi berpikir dan tindakannya lebih berfokus pada urusan
‘13
7
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
jangka pendek. Dia menerima apa adanya ketentuan atau aturan yang harus diikuti,
termasuk struktur organisasi, prosedur dan cara kerja yang sudah ditentukan.
Leader
Seorang pemimpin bergaya leader lebih menekankan pada aspek intuisi dalam
menghadapi pekerjaannya sebagai pemimpin. Dia melihat berbagai kemungkinan yang
sudah dilakukan, selain ketentuan yang sudah ditetapkan dan berlaku di perusahaan.
Dia tipe orang yang mencari terobosan baru yang tidak menyukai sesuatu yang sudah
mapan yang dianggapnya bisa membuat kemajuan perusahaan terhenti. Dia selalu
mencari cara baru yang lebih baik. Orientasinya berjangka panjang. Dia melihat jauh ke
depan. Melihat apa yang akan terjadi pada perusahaan di masa depan. Pegangan dia
adalah pada visi, misi dan tata nilai perusahaan. Pemaknaan dia atas visi, misi dan tata
nilai memberi arahan dan memberdayakan karyawan untuk merealisasikan karyawan
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya, juga memacu mereka untuk
beradaptasi dengan masa depan. Orientasi pemimpin seperti ini akan memacu
berkembangnya inovasi dalam perusahaan.
Teori Kepemimpinan
1. Perspektif kepribadian
Perspektif kepribadian berasumsi bahwa keberhasilan sebuah kelompok untuk
mencapai tujuannya bergantung pada sifat-sifat bawaan (traits) si pemimpin. Anggapan
dalam perspektif ini adalah “good leaders were born, not made”. Perspektif ini terbagi
menjadi dua pandangan yaitu: the great person theory dan trait theory (Seters dan Field,
1990). The great person theory berasumsi bahwa untuk menjadi pemimpin yang berhasil,
seseorang harus mencontoh kepribadian dan perilaku pemimpin yang hebat, misalnya
mencontoh kepribadian mantan presiden Amerika Serikat John F. Kennedy yang terkenal
karismatik. Sedangkan trait theory berusaha untuk mencari karakteristik atau sifat bawaan
yang membedakan pemimpin yang bagus dengan orang-orang awam. Beberapa sifat
bawaan yang diasumsikan berpengaruh terhadap kepemimpinan adalah keinginan yang
kuat, pengetahuan yang luas, dan kemandirian (Beam dalam Sarwono & Meinarno, 2009).
Walaupun tidak bisa disangkal bahwa kepribadian dan sifat pemimpin memengaruhi
fungsi dari sebuah kelompok/organisasi, faktor ini ternyata hanya memegang peranan yang
‘13
8
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kecil. Penelitian-penelitian mengenai the great person theory atau trait theory menunjukkan
bahwa kepribadian dan perilaku pemimpin yang dianggap berhasil terlalu beragam jika
digunakan untuk dapat menemukan sekumpulan karakteristik yang menonjol (Seters dan
Field, 1990; Vaughan dan Hogg dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Oleh karena itu,
penelitian-penelitian selanjutnya mencoba untuk menjelaskan faktor-faktor lain yang dapat
memengaruhi kepemimpinan selain kepribadian pemimpinnya.
2. Perspektif situasional
Menurut
kelompoknya
perspektif
untuk
situasional,
mencapai
sebuah
keberhasilan
tujuan
seseorang
bukan
hanya
dalam
memimpin
bergantung
pada
karakteristiknya, tetapi lebih pada interaksi antara pemimpin dengan kondisi situasional,
kultur, dan konteks dari kelompok. Berbeda dengan perspektif kepribadian, perspektif
situasional tidak melihat faktor bawaan pemimpin tetapi lebih berfokus pada perilaku yang
diperlihatkan oleh pemimpin (Beam dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Menurut perspektif
ini, semua orang mampu menjadi pemimpin asal mau memelajari kelompok atau
organisasinya serta mengembangkan perilaku yang sesuai dengan situasi kelompok (Hogg
dalam Sarwono & Meinarno, 2009)
Penelitian awal mengenai perspektif ini menunjukkan bahwa pemimpin dapat
memperlihatkan tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu autokratis,
demokratis, dan laissez-faire (Vaughan & Hogg dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Gayagaya kepemimpinan ini disimpulkan berdasarkan penelitian mengenai interaksi sosial pada
anak-anak (untuk keterangan lebih lanjut lihat Lippitt dan White dalam Sarwono & Meinarno,
2009). Menurut Lippit dan White, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut, gaya
kepemimpinan demokratis lebih efektif dibandingkan yang lainnya. Tabel 10.1 menunjukkan
perbedaan karakteristik gaya autokratis, demokratis, dan laissez-faire.
‘13
9
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Autokratis

Pemimpin menentukan
Demokratis

Pemimpin mendukung
Laissez-faire

Anggota kelompok
semua kebijakan untuk
anggota kelompok
diberikan kebebasan
masing-masing
untuk membuat
yang seutuhnya
anggota kelompok
kebijakan bagi
kelompok

Pemimpin menentukan

Pemimpin memberikan

Sumber daya diberikan
dengan detail cara-cara
gambaran umum
kepada anggota
untuk mencapai tujuan
mengenai tugas dan
kelompok tetapi
kelompok
langkah-langkah
pemimpin memberikan
sebelum anggota
informasi hanya jika
kelompok mulai
ditanyakan
mengerjakan tugas



Pemimpin memiliki

Anggota kelompok
Tidak memberikan
pandangan umum serta
memiliki aksi dan
umpan balik apabila
tahapan metode yang
interaksi yang
anggota kelompok tidak
diperlukan untuk
memfasilitasi demi
bertanya
mencapai tujuan
mencapai tujuan
kelompok
kelompok
Pemimpin menentukan

Umpan balik yang
aksi dan interaksi yang
diberikan objektif dan
diperbolehkan dalam
sesuai dengan
kelompok
kenyataan
Pemimpin memberikan

pujian dan kritik kepada
‘13

10
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
anggota kelompok
Penelitian mengenai gaya kepemimpinan kemudian dilanjutkan oleh The Ohio State
and Michigan Studies, menurut kedua penelitian tersebut, pemimpin yang baik adalah
mereka yang memfokuskan kelompok pada penyelesaian tugas (initiating structure),
memperhatikan individu dalam kelompok, serta memperhatikan keutuhan kelompok
(consideration) (Griffin, Sherington, dan Moorhead dalam Sarwono & Meinarno, 2009).
Walaupun lebih luas dibandingkan dengan perspekif kepribadian, kedua penelitian di
atas (Lippit dan White dan The Ohio State and Michigan Studies) belum terlalu
memperhitungkan faktor situasi. Baru setelah Fielder (dalam Sarwono & Meinarno, 2009)
mengemukakan
contingency
theory,
faktor-faktor
situasional
yang
memengaruhi
kepemimpinan mulai dipelajari. Menurut Fielder, dalam sebuah organisasi, gaya
kepemimpinan dipengaruhi oleh (1) hubungan pemimpin dengan anggota kelompok, (2)
terstruktur atau tidaknya tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok, dan (3) kekuatan
dari posisi pemimpin. Menurut model ini, terdapat 8 kemungkinan situasi, tetapi situasi yang
paling menguntungkan adalah jika kontrol pemimpin terhadap ketiga faktor-faktor situasional
di atas tinggi.
Dalam contingency theory, gaya kepemimpinan diukur dengan skala Least Prefered
Co-worker (LPC). Skor LPC rendah menunjukkan seseorang yang fokus utamanya adalah
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya, sedangkan skor LPC yang tinggi
menunjukkan seseorang yang fokus utamanya adalah membangun hubungan yang baik
dengan koleganya (Chemers, 2001). Pemimpin yang fokus utamanya adalah menyelesaikan
tugas yang diberikan kepadanya, akan menunjukkan performa maksimal dalam situasisituasi yang sangat menguntungkan atau yang sangat merugikan baginya. Sedangkan
pemimpin yang fokus utamanya adalah membangun hubungan baik dengan koleganya akan
menunjukkan performa maksimal dalam situasi-situasi yang tidak menguntungkan ataupun
yang tidak merugikan baginya.
3. Perspektif proses kelompok
Perspektif ini menganggap bahwa di samping kepribadian pemimpin dan situasi
organisasi atau kelompok, proses di dalam kelompok juga memengaruhi kepemimpinan.
Terdapat tiga faktor dalam kelompok yang diperhitungkan oleh persepktif ini, yaitu:
‘13
11
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. hubungan antara pemimpin dan pengikut;
b. apakah pemimpin merupakan prototipe dari kelompok;
c. kepemimpinan transformation vs. transactional.
HUBUNGAN ANTARA PEMIMPIN DAN PENGIKUT
Dalam hubungan antara pemimpin dan pengikut, terdapat tiga hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu: transaksi, keadilan, dan kekuasaan. Pemimpin adalah anggota
kelompok yang memberikan kontribusi lebih kepada kelompok. Oleh karena itu, pemimpin
diberikan jabatan, kekuasaan, dan status. Ketidakseimbangan kekuasaan ini dapat
menyebabkan pemimpin memiliki karisma. Adanya karisma ini menyebabkan anggota
kelompok akan mencoba mengikuti karakteristik-karakteristik pemimpinnya (Vaughan &
Hogg, 2005). Karisma pemimpin menurut teori ini bukan merupakan karakteristik bawaan
atau kepribadian, melainkan akibat dari kekuasaan yang dimiliki pemimpin.
Hubungan timbal balik antara pemimpin dan anggota kelompok dibahas lebih lanjut
oleh model vertical dyad linkage (VDL), yang selanjutnya berkembang menjadi teori leader
member exchange (LMX). Teori LMX melihat kualitas hubungan diadik antara pemimpin dan
bawahannya dan berada dalam kontinum kualitas LMX tinggi sampai dengan kualitas LMX
rendah. Kualitas LMX tinggi ditandai oleh hubungan antara pemimpin dan bawahan yang
berlandaskan saling percaya, rasa hormat, dan tanggung jawab. Kualitas LMX rendah
ditandai oleh hubungan yang hanya berdasarkan ikatan kontrak antara pemimpin dan
bawahan (Hogg dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Teori LMX ditemukan berkorelasi
dengan kepuasan bawahan, peningkatan performa bawahan, dan berkurangnya keinginan
untuk berhenti bekerja pada karyawan-karyawan di dalam sebuah organisasi. Walaupun
demikian, penelitian-penelitian mengenai teori ini sering kali diragukan karena sering tidak
berlandaskan asumsi teoretis yang kuat (Schriesheim, Castro, dan Cogliser dalam Sarwono
& Meinarno, 2009). Selain itu, Hogg juga mengemukakan bahwa fokus teori LMX hanya
pada hubungan dua arah, bukan pada hubungan organisasi secara keseluruhan. Oleh
karena itu, Hogg mengemukakan teori “identitas sosial” untuk kepemimpinan yang lebih
mampu menjelaskan kepemimpinan dalam perspektif kelompok.
IDENTITAS SOSIAL DAN PROTOTIPIKAL KELOMPOK
‘13
12
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut teori identitas sosial, sebuah kelompok disebut “ada” secara psikologis
ketika terdapat sekumpulan orang dengan memiliki konsep diri yang sama sebagai ciri
utama kategori sosial pembentuk kelompok tersebut. Representasi kelompok ini merupakan
prototipe kelompok atau sekelompok ciri yang mendefinisikan persamaan dalam kelompok
dan perbedaan kelompok tersebut dengan kelompok lain terutama yang menyangkut sistem
kepercayaan, sikap, perilaku, dan perasaan. Prototipe kelompok dirancang sedemikian rupa
agar memaksimalkan perbedaan antar kelompok dan meminimalkan perbedaan di dalam
kelompok (Hogg dalam Sarwono & Meinarno, 2009).
Dalam sebuah kelompok yang memiliki prototipe yang jelas dan kuat, seseorang
dengan karakteristik yang sangat mirip dengan prototipe kelompoknya akan mudah
memengaruhi anggota lain agar melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan visi
orang tersebut. Walaupun demikian, pada kelompok yang memiliki prototipe yang jelas,
seseorang dengan karakteristik yang sesuai dengan prototipe kelompok dapat menjadi
pemimpin yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang karakteristiknya kurang sesuai
dengan prototipe kelompok. Dalam sebuah kelompok yang prototipenya kurang jelas, posisi
seorang pemimpin sebenarnya kurang kuat, karena tidak adanya konsensus antar anggota
kelompoknya. Menurut Hogg, untuk menjadi pemimpin yang berhasil, selain memiliki
prototipe kelompok, seseorang juga harus menunjukkan perilaku yang sesuai dengan
stereotip “pemimpin” atau skema pemimpin (leader schemas). Walaupun demikian,
pengaruh skema pemimpin terhadap keberhasilan kepemimpinan akan berkurang jika
kelompok memiliki prototipe yang sangat jelas.
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL VERSI TRANSAKSIONAL
Pemimpin dapat menunjukkan dua karakteristik ketika berhubungan dengan
anggotanya, yaitu pemimpin transformasional dan pemimpin transaksional (Burns dalam
Sarwono & Meinarno, 2009).
‘13
13
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
TRANSFORMASIONAL

Menawarkan sebuah tujuan yang
TRANSAKSIONAL

melebihi target-target jangka pendek.
Berfokus pada pertukaran sumbersumber yang dimiliki oleh pemimpin
dan anggota kelompok.

Berfokus pada kebutuhan intrinsik
yang lebih tinggi.

Melakukan kegiatan-kegiatan yang
mendukung penyelesaian tugas

bersama.
Mengembangkan dan meningkatkan
minat para anggotanya untuk
melupakan keinginan pribadi mereka

Menggunakan penghargaan dan
agar bekerja demi kepentingan
penalti sebagai alat untuk membuat
kelompok.
para anggota kelompok bekerja dan
berusaha.

Memiliki karakteristik: berkarisma,
mencukupi kebutuhan emosional

Memberikan kepada anggotanya apa
anggotanya, menstimulasi anggota
yang mereka inginkan agar ia
kelompok secara intelektual.
mendapatkan keinginannya.

Transaksi antara pemimpin dan
anggota kelompok tidak harus selalu
yang memiliki nilai uang (misal jam
kerja atau gaji) tetapi juga rasa
percaya,komitmen,dan rasa hormat.
Penelitian-penelitian awal mengenai kedua jenis kepemimpinan ini mengatakan
bahwa pemimpin transformasional lebih berhasil memengaruhi anggota kelompoknya
dibandingkan pemimpin transaksional karena dipersepsikan sebagai seseorang yang
karismatik. Walaupun begitu, menurut Bass (1999), kedua bentuk kepemimpinan ini
bukanlah melambangkan dua hal yang berbeda atau bersebrangan dalam satu kontinum,
‘13
14
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sehingga pemimpin yang
baik
adalah mereka yang
melakukan kedua perilaku
kepemimpinan ini.
Daftar Pustaka
Sarwono, S.W., & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
‘13
15
Psikologi Sosial 2
Filino Firmansyah, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download