ANALISIS KESESUAIAN PEMASOK BAHAN BAKU

advertisement
ANALISIS KESESUAIAN PEMASOK BAHAN BAKU ROTI
TAWAR SPESIAL(RTS) DENGAN KRITERIA YANG
DITETAPKAN OLEH PERUSAHAAN
(Studi Kasus: PT Nippon Indosari Corpindo)
Oleh
EKA ASTRIANI
H24097036
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
EKA ASTRIANI. H24097036. Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti
Tawar Spesial (RTS) Dengan Kriteria yang ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus:
PT Nippon Indosari Corpindo). Di bawah bimbingan HETI MULYATI dan ALIM
SETIAWAN S
PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC) adalah sebuah perusahaan yang
memproduksi roti yang permintaannya selalu meningkat. Salah satu produk yang
diproduksi PT NIC yang permintaannya terus meningkat adalah roti tawar spesial
(RTS). Meningkatnya permintaan RTS, mendorong PT NIC untuk memenuhi
permintaan pasar dan pelanggan. Salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut
adalah dengan pengelolaan rantai pasokan, khususnya analisis kriteria dan pemilihan
pemasok bahan baku RTS. Pemasok berperan sangat penting bagi kelancaran
operasional perusahaan. Pemasok bahan baku yang akan dinilai adalah PT
Adyaceda,PT Jaya Fermex, dan PT Nusa Indah. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC, (2) mengidentifikasi proses
pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT NIC, (3) menganalisis
pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria bahan baku yang
sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS.
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk
menganalisis kondisi rantai pasokan PT NIC, dan metode Proses Hirarki Analitik
(PHA) untuk memilih pemasok, kriteria, dan subkriteria yang dipertimbangkan PT
NIC dalam memilih pemasok. Responden untuk kuesioner identifikasi rantai pasokan
dan PHA adalah Spv. PPIC, Purchasing dan QC PT NIC.
Metode pengambilan sampel tersebut menggunakan metode pengambilan
sampel non acak yaitu judgement sampling. Pengolahan data secara horizontal
menggunakan Proses Hirarki Analitik dan untuk pengolahan data secara vertikal
menggunakan Microsoft Excel.
Pemilihan pemasok yang selama ini berlangsung di PT NIC dilakukan dengan
mengaudit pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas perusahaan pemasok
tersebut, PT NIC melakukan audit tentang status kehalalan dari bahan yang akan
dipasok oleh pemasok, kesesuaian produk yang dihasilkan dari pemasok dengan
kebutuhan perusahaan, kesesuaian harga antara yang ditawarkan pemasok dengan
kemampuan perusahaan, referensi dari pihak ketiga atas kemampuan dan prestasi
pemasok.
Analisis PHA menunjukkan Kriteria yang menjadi prioritas utama dalam
memilih pemasok bahan baku RTS di PT NIC adalah kualitas dengan bobot 0,216.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama adalah perusahaan pemasok dan produknya
sudah banyak dikenal dengan bobot 0,712. Pemasok dengan kinerja paling baik yaitu
PT Jaya Fermex dengan bobot 0,337.
ANALISIS KESESUAIAN PEMASOK BAHAN BAKU ROTI
TAWAR SPESIAL(RTS) DENGAN KRITERIA YANG
DITETAPKAN OLEH PERUSAHAAN
(Studi Kasus: PT Nippon Indosari Corpindo)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
EKA ASTRIANI
H24097036
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar
Spesial (RTS) dengan Kriteria yang ditetapkan oleh
Perusahaan (Studi Kasus: PT Nippon Indosari Corpindo)
: Eka Astriani
: H24097036
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
(Heti Mulyati, S.TP, MT)
(Alim Setiawan S, S.TP, M.Si.)
NIP 19770812 200501 2 001
NIP 19820227 200912 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)
NIP 19610123 198601 1 0002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 1 Juni 1988. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara, anak dari pasangan Bapak Abdul Chalik dan
Ibu Fakhiroh.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2000 di
Sekolah Dasar Negeri Bekasi Timur 3. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah pertama pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Negeri (SLTPN) 3 Bekasi. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) pada tahun 2006 di SMA Yayasan Pendidikan Islam
(YPI) “45” Bekasi. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi
Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Diploma (D3) melalui Jalur Undangan
Seleksi Masuk (USM) IPB dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Keahlian
Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/Jasa. Pada tahun 2009
penulis menyelesaikan pendidikan (D3) dan pada tahun yang sama penulis
diterima sebagai mahasiswi Program Alih Jenis Manajemen, Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB).
Saat duduk dibangku kuliah, penulis menjadi pengurus dalam acara Tour de Java
PPMJ Field Trip sebagai Seksi Konsumsi pada tahun 2008.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur panjatkan kehadirat
Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar
Spesial dengan Kriteria yang ditetapkan oleh Perusahaan”. Penelitian ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada
Departemen, FEM IPB.
Pemilihan pemasok PT NIC merupakan hal yang strategis untuk
keberlangsungan perusahaan. Kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan perusahaan
dalam memilih pemasok digunakan sebagai dasar untuk menilai pemasok bahan
baku utama Roti Tawar Spesial (RTS). Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang kriteria pemilihan pemasok di PT NIC dengan
kriteria dan sub kriteria yang telah ditentukan. RTS merupakan produk PT NIC,
dimana trend permintaan setiap tahunnya meningkat.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh
penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin Ya Robbal Alamin
Bogor, Desember 2011
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis banyak dibantu oleh beberapa pihak baik
secara moril maupun materil dan tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1.
Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT dan Bapak Alim Setiawan S, S.TP, MSi
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
2.
Bapak R.Dikky Indrawan, SP, MM, sebagai dosen penguji yang telah
banyak memberikan pengarahan, saran, dan motivasi
untuk terus
berprestasi.
3.
Kedua orang tua dan adikku Fikri Hidayat atas kasih sayang dan ketulusan
atas segala dukungan moril, materil, waktu, tenaga, dan doa yang tak
terbatas.
4.
Bapak Ir. Yusuf Hadi, MM sebagai Direktur Utama yang memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian di PT Nippon Indosari Corpindo.
5.
Supervisor Production Planning and Inventory Control Ibu Wahyuni, SE
atas bimbingan dan arahan selama penulis melakukan penelitian.
6.
Staf Departemen SCM dan staf Production Planning and Inventory
Control (PPIC) yang banyak membantu dalam pengumpulan data,
wawancara dan bimbingan untuk penulisan skripsi ini.
7.
Seluruh karyawan PT. Nippon Indosari Corpindo yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
8.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM
IPB atas segala bantuan yang diberikan selama penulis jadi mahasiswa.
9.
Riki Ariwanda yang senantiasa meluangkan waktu dan memberi semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Rekan-rekan satu bimbingan: Nola Noviawati dan M. Rivaldi, Mursaliena
Noor Laela, Izni Sorfina, Intan Sudarwati, Irma Oktavia, R.M Farida yang
telah bersama-sama saling memberikan motivasi selama proses bimbingan
dan
penyusunan
skripsi
ini.
Sahabat-sahabatku
Firsty
Dilliana
Romadhanti, Febri Ani Anggari, dan Gita pertiwi yang telah memberikan
v
semangat, mengarahkan, dan doa yang diberikan. Teman-teman terbaik
Program alih Jenis Manajemen, FEM IPB Angkatan 7 yang selalu
bersama-sama membuat kenangan dan memberikan dukungannya.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya,
khususnya yang terkait dengan kriteria pemasok.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................
v
DAFTAR ISI .........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xi
PENDAHULUAN ...........................................................................
1.1. Latar Belakang ........................................................................
1.2. Perumusan Masalah ................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................
1.4. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................
1
1
3
3
3
4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
2.1. Rantai Pasok ...........................................................................
2.2. Manajemen Rantai Pasokan ....................................................
2.2.1 Prinsip Dasar Manajemen Rantai Pasokan ...................
2.2.2 Tujuan Strategis Pada Manajemen Rantai Pasokan ......
2.3. Kriteria Pemilihan Pemasok ....................................................
2.4. Proses Hirarki Analitik ............................................................
2.5. Penelitian Terdahulu ...............................................................
5
5
6
9
9
10
12
15
III. METODE PENELITIAN ...............................................................
3.1. Kerangka Pemikiran ................................................................
3.2. Tahapan Penelitian ...................................................................
3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................
3.4. Jenis dan Metode Pengambilan data .........................................
3.5. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................
3.6. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................
17
17
18
20
20
21
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
4.1. Gambar Umum Perusahaan .....................................................
4.1.1 Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan ...............................
4.1.2 Sumber Daya Manusia ..................................................
4.2. Identifikasi Rantai Pasokan ......................................................
26
26
26
26
29
I.
vii
Halaman
4.2.1 Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku
4.2.2 Analisis Proses Pengendalian Bahan Baku ...................
4.2.3 Proses Produksi RTS ....................................................
4.2.4 Distribusi .....................................................................
4.2.5 Aliran Informasi ..........................................................
4.2.6 Sistem Pembayaran Bahan Baku dan Produk ...............
4.3. Analisis Pemilihan Pemasok, Kriteria-kriteria, dan Sub kriteria
Bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam
memilih pemasok RTS .............................................................
4.3.1 Identifikasi Kriteria Pemasok .......................................
4.3.2 Identifikasi Sub Kriteria dalam Memilih Pemasok .......
4.3.3 Hasil Pengolahan Data Secara Horizontal ....................
4.4. Pemasok yang Memiliki Kriteria Tertinggi ..............................
4.5. Implikasi Manajerial ...............................................................
32
35
37
46
46
47
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
1. Kesimpulan .............................................................................
2. Saran .......................................................................................
62
62
62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
63
LAMPIRAN ..........................................................................................
65
viii
48
48
50
54
60
61
DAFTAR TABEL
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Halaman
Kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok ......................................
Tujuan, jenis dan metode pengumpulan dan analisis data ................
Nilai skala banding berpasangan ....................................................
Bahan baku dan pemasok untuk produksi RTS di PT NIC...............
Produk roti PT NIC .........................................................................
Standar proses make up roti tawar (dividing) PT NIC ......................
Standar proses make up roti tawar (slicing) PT NIC ........................
Standar proses pengemasan roti tawar PT NIC ................................
Bobot dan prioritas elemen kriteria pemilihan pemasok RTS ..........
Bobot dan prioritas elemen sub kriteria pemilihan pemasok RTS ....
Pemasok yang memiliki kesesuaian tinggi dengan kriteria
perusahaan ......................................................................................
ix
10
21
23
31
37
39
41
41
55
56
60
DAFTAR GAMBAR
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Halaman
Aliran rantai pasokan .....................................................................
Rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal
sampai konsumen akhir ..................................................................
Struktur hirarki fungsional .............................................................
Kerangka pemikiran penelitian........................................................
Tahapan penelitian .........................................................................
Struktur hirarki ..............................................................................
Identifikasi rantai pasokan PT NIC .................................................
Skema aliran barang, finansial, dan informasi pada rantai pasok
PT NIC ..........................................................................................
Bagan alir proses pembelian bahan baku PT NIC ............................
Mekanisme penerimaan bahan baku ................................................
Peta proses operasi pembuatan RTS PT NIC ...................................
Struktur hirarki pemilihan pemasok RTS di PT NIC .......................
Bobot kriteria dan sub kriteria berdasarkan metode PHA ...............
x
5
8
14
18
19
22
30
30
34
36
44
54
55
DAFTAR LAMPIRAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
Halaman
Kuesioner identifikasi rantai pasokan .............................................
Kuesioner proses hirarki analitik .....................................................
Struktur organisasi PT NIC .............................................................
Hasil olah data kriteria pemasok menggunakan Expert Choice .......
Hasil olah data kriteria pemasok secara vertikal menggunakan
Microsoft Excel ..............................................................................
xi
66
72
84
85
89
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan
industri nasional. Industri makanan, minuman dan tembakau memberikan
kontribusi 34,35 persen atas pertumbuhan industri nasional non-migas
berdasarkan data Kementerian Perindustrian
(Kemenperin)
tahun 2010.
Pertumbuhan tersebut diiringi dengan volume peningkatan penjualan pada tahun
2007 yang mencapai Rp 383 triliun, volume tersebut meningkat sampai dengan 58
persen pada tahun 2010 yaitu mencapai Rp 605 triliun (GAPMMI, 2011).
Industri roti atau bakery merupakan salah satu jenis industri yang bergerak
dalam bidang makanan dan minuman. Industri roti di Indonesia dapat dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Industri roti rumahan (home industry), biasanya
produk roti yang dikeluarkan tanpa merek dagang dengan area distribusi mencapai
20 km, (2) industri roti masal (industrial), industri ini tidak terlalu banyak dengan
area distribusi 100-150 km, dan (3) Industri Boutique Bakery, ditandai dengan
adanya toko sendiri dan oven biasanya ada di toko serta menjual jenis kue juga
(Halomoan, 2007)
Roti tidak lagi hanya menjadi bahan makanan tambahan, tetapi sudah
dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti makanan pokok. Berdasarkan data
Kemenperin (2010) industri roti dan sejenisnya telah mampu menghasilkan output
total sebesar Rp 7,69 triliun dengan nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp 2,29
triliun dari 718 perusahaan yang terdaftar.
PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC) merupakan perusahaan industri roti
berskala usaha besar dan area distribusinya sekitar 100-150 km dari pabriknya.
PT NIC merupakan perusahaan roti besar dan mempunyai visi untuk menjadi
pimpinan pasar penjualan roti untuk daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi (Jabodetabek), Jawa Barat, dan Lampung. Roti yang diproduksi PT NIC
terkenal dengan nama “Sari Roti”. PT NIC memproduksi roti dengan karakteristik
umur simpan yang sangat singkat yaitu maksimum 5 (lima) hari. Dengan
demikian, kecepatan dan ketepatan dalam hal pengadaan bahan baku, produksi,
sampai distribusi sangat diperlukan. PT NIC dituntut untuk memberikan jaminan
2
mutu produk yang berkualitas serta pelayanan yang memuaskan bagi konsumen.
Hal tersebut tidak lepas dari peranan pemasok bahan baku yang berkomitmen
untuk menjaga agar pengiriman pasokan tidak terhambat, serta waktu pengiriman
yang tepat sehingga proses produksi dapat tercapai.
Salah satu roti produksi PT NIC adalah roti tawar spesial (RTS), RTS
merupakan roti tawar yang mempunyai perbedaan rasa dengan roti tawar lainnya
yaitu tidak terdapat tambahan cokelat atau kismis sehingga banyak konsumen
yang
menyukainya.
Data
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),
menunjukkan pada tahun 2005 konsumsi nasional roti tawar sekitar 460 juta pcs.
Angka ini meningkat sebesar 61 persen pada tahun 2008 sehingga menjadi sekitar
742 juta pcs (Mulyadi 2010). Permintaan RTS sebesar 2.359.926 pcs untuk bulan
Februari 2011, 2.724.121 pcs untuk bulan Maret 2011 dan 2.592.915 pcs untuk
bulan April 2011. Permintaan tersebut sangat signifikan apabila dibandingkan
dengan permintaan roti tawar lainnya di PT NIC seperti Roti Tawar Kupas (RKU)
yang rata-rata hanya sekitar 900.000 pcs perbulan.
Saat ini konsumen roti tidak lagi identik dengan masyarakat perkotaan tetapi
juga sudah merambah ke masyarakat pedesaan. Roti yang dihasilkan PT NIC
didistribusikan ke agen, regular outlet seperti supermarket, minimarket dan
Proviand en Drank/P&D, serta institusi pemerintah dan pendidikan. Perusahaaan
telah menerapkan manajemen rantai pasokan yang merupakan konsep atau
mekanisme dalam koordinasi, kooperasi, dan kolaborasi antar pemasok,
manufaktur, dan jaringan dari distribusi dan ritel.
Perusahaan yang memprioritaskan manajemen rantai pasokan menawarkan
peluang baru sehingga dapat mengurangi biaya, meningkatkan mutu dan
tanggapan mengenai pengurangan waktu pengiriman (Hatani, 2008). Rantai
pasokan dapat memberikan kesempatan bagi peningkatan keseluruhan kinerja
secara hati-hati dalam mengatur mata rantai antara organisasi daripada hanya
memfokuskan perhatian terhadap isu operasi di dalam setiap perusahaan (Tracey
dan Vonderembse, 2004). Selain itu, pemilihan pemasok juga merupakan sebuah
strategi dalam meningkatkan kinerja sebuah perusahaan. Dengan pemilihan
pemasok yang tepat diharapkan dapat mendukung rencana perusahaan.
3
Pada saat ini PT NIC belum memiliki suatu sistem penilaian kriteria
pemasok yang sudah baku. Selama ini PT NIC melakukan pemilihan dan
penilaian pemasok bahan baku berdasarkan kepercayaan dan hubungan yang telah
terjalin antara PT NIC dengan pemasok yang sudah ada, sampai saat ini analisis
yang memadai terhadap kriteria pemasok dan pemilihan pemasok belum
dilakukan di PT NIC.
Oleh karena itu, penulis mengambil judul penelitian ”Analisis Kesesuaian
Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) dengan Kriteria yang
ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus: PT NIC)”.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan Masalah dari penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana kondisi rantai pasokan untuk produk RTS di PT NIC?
2.
Bagaimana proses pemilihan pemasok bahan baku yang selama ini
dilakukan oleh PT NIC?
3.
Siapa pemasok yang dipilih oleh PT NIC, yang disesuaikan berdasarkan
kriteria dan sub kriteria yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam
memilih pemasok bahan baku RTS?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC.
2.
Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan
oleh PT NIC.
3.
Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan
sub kriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam
memilih pemasok bahan baku RTS.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Departemen Supply Chain Management (SCM)
yang mengelola persediaan dan pengendalian bahan baku. Kriteria yang
diidentifikasi difokuskan kepada pemilihan pemasok RTS. Teknik pengambilan
keputusan menggunakan teknik Proses Hirarki Analitik (PHA).
4
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai
berikut:
1.
Bagi Penulis
Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam
mengidentifikasi masalah, menganalisis dan menemukan solusi sebagai
perwujudan dari aplikasi ilmu yang diperoleh.
2.
Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dan masukan
mengenai bahan pertimbangan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
operasional perusahaan, menjaga hubungan kerjasama dengan pemasok
dan pelanggannya.
3.
Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, dan referensi penelitian khususnya
manajemen rantai pasokan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan penelitian selanjutnya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rantai Pasok
Rantai pasokan atau rantai pengadaan adalah sistem yang dilalui organisasi
bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke pelanggan. Mata rantai ini
juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan, yang
mempunyai tujuan sama yaitu seefektif dan seefisien mungkin menyelenggarakan
pengadaan atau penyaluran barang atau jasa tersebut (Indrajit, 2002).
Konsep rantai pasokan merupakan konsep baru dalam melihat persoalan
logistik. Konsep lama melihat logistik sebagai persoalan internal masing-masing
perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara internal di
perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru masalah logistik dilihat sebagai
masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang dari bahan dasar sampai
bahan jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan
barang (Indrajit, 2002). Gambar 1 menunjukkan aliran yang terjadi pada rantai
pasokan.
Informasi Penjadwalan
Pemasok
Konsumen
Arus Kas
Persediaan
Arus Pesanan
Arus Kredit
Arus Bahan Baku
Pemasok
Persediaan
Perusahaan
Manufaktur
Konsumen
Persediaan
Pemasok
Persediaan
Distributor
Konsumen
Gambar 1. Aliran rantai pasokan (Heizer dan Render, 2006)
Menurut Chopra dkk. (2001), tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai
pasokan adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan.
Rantai suplai yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang
dihasilkan oleh rantai suplai tersebut. Dalam sebuah rantai pasokan, jaringan
6
perusahaan-perusahaan secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan
tersebut biasanya termasuk pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta
perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.
Strategi rantai pasokan adalah kumpulan kegiatan dan aksi strategis di
sepanjang rantai pasokan yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan
sumber daya yang ada pada rantai pasokan tersebut (Pujawan 2005). Strategi tidak
bisa dilepaskan dari tujuan jangka panjang. Tujuan inilah yang diharapkan akan
tercapai, untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka rantai pasokan harus
bisa menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi.
2.2. Manajemen Rantai Pasokan
Manajemen rantai pasokan adalah sebuah sistem untuk membuat suatu
produk dan menyampaikannya kepada konsumen dari sudut struktural (Kalakota,
dalam Irghandi, 2008). Menurut Irghandi (2008) munculnya manajemen rantai
pasokan dilatar belakangi oleh 2 (dua) hal pokok, yaitu:
1. Praktik manajemen logistik tradisional pada era modern ini sudah tidak
relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif
2. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang
semakin ketat.
Kuatnya sebuah rantai pasokan tergantung pada kekuatan seluruh elemen
yang ada di dalamnya. Sebuah pabrik yang sehat dan efisien tidak akan banyak
berarti apabila pemasoknya tidak mampu memenuhi pengiriman tepat waktu
(Pujawan, 2005). Menurut Jebarus dalam Yusman (2009), manajemen rantai
pasokan merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk
untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola
terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari pemasok, manufaktur, retailer
hingga kepada konsumen.
Menurut Kalakota dalam Irghandi (2008), manajemen rantai pasokan
merupakan koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan
yang berpartisipasi. Manajemen rantai pasokan bisa juga berarti seluruh jenis
kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk
mendaur ulang produk yang sudah dipakai, yaitu:
7
x Arus bahan melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan,
daur ulang dan pembuangan.
x Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan
penyedia material mentah.
x Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman.
Menurut Turban, Rainer dan Porter (2004), terdapat 3 (tiga) macam
komponen rantai pasokan, yaitu:
a. Bagian Hulu Rantai Pasokan
Bagian hulu rantai pasokan meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufaktur dengan para penyalurannya (dapat berupa manufaktur,
assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur
mereka (para penyalur second-tier). Hubungan pada penyalur dapat
diperluas menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan semua
jalur asal material. Contohnya langsung dari pertambangan, perkebunan dan
lain-lain. Pada bagian hulu rantai pasokan, pengadaan merupakan aktivitas
yang mendapat prioritas utama.
b. Bagian Internal Rantai Pasokan
Bagian internal rantai pasokan meliputi semua proses pemasukan barang ke
gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para
penyalur menjadi produk perusahaan itu. Pada bagian internal rantai
pasokan, perhatian utama difokuskan pada manajemen produksi, pabrikasi,
dan pengendalian persediaan.
c. Bagian Hilir Rantai Pasokan
Bagian hilir rantai pasok meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Pada bagian hilir rantai
pasokan, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan
pelayanan purna jual.
Menurut Pujawan (2005) pada suatu rantai pasokan biasanya ada 3 (tiga)
macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir
8
dari hulu ke hilir (downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang
mengalir dari hilir ke hulu (upstream). Yang ketiga adalaran aliran informasi yang
terjadi dari hulu kehilir maupun sebaliknya. Rantai pasok adalah sistem yang
terdiri dari pemasok, produsen, transportasi, distributor dan ritel yang ada untuk
mengubah bahan baku menjadi produk. Gambar 2 menunjukkan rancangan
manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai konsumen akhir.
Kelompok 2
Pemasok
Kelompok 1
Pemasok
Kelompok 1
Konsumen
1
2
P
E
M
A
S
O
K
P
e
m
a
s
o
k
A
W
A
L
Kelompok 2
Konsumen
Kelompok 3
Konsumen Akhir
1
1
1
2
n
n
1
K
O
N
S
U
M
E
N
1
2
2
n
n
1
2
3
3
1
n
1
n
2
n
n
n
1
1
n
n
K
o
n
s
u
m
e
n
A
K
H
I
R
Keterangan:
Hubungan pengelolaan
Inti perusahaan
Hubungan monitoring
Anggota inti perusahaan
Tidak ada hubungan
Bukan anggota inti perusahaan
Bukan Anggota
Gambar 2. Rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai
konsumen akhir (Lambert, Cooper dan Pagh, 1998)
9
2.2.1 Prinsip Dasar Manajemen Rantai Pasokan
Manajemen rantai pasokan adalah pengelolaan informasi, barang dan jasa
mulai dari pemasok paling ideal sampai ke konsumen paling akhir dengan
menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan tujuan yang sama.
Berdasarkan hal tersebut, Said (2006) menyatakan bahwa prinsip dasar
manajemen rantai pasokan meliputi 5 (lima) hal yaitu:
1. Prinsip integrasi artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian
manajemen rantai pasokan berada dalam satu kesatuan yang kompak dan
menyadari adanya saling ketergantungan.
2. Prinsip jejaring artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang
selaras.
3. Prinsip ujung ke ujung artinya proses operasinya mencakup elemen
pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.
4. Prinsip saling tergantung artinya setiap elemen dalam manajemen rantai
pasokan menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan
kerja sama yang saling menguntungkan.
5. Prinsip komunikasi artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan
untuk menjadi ketepatan informasi dan material.
2.2.2 Tujuan Strategis Pada Manajemen Rantai Pasokan
Tujuan utama manajemen rantai pasokan adalah untuk memenuhi
permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang paling efisien,
termasuk kapasitas distribusi, persediaan, dan sumber daya manusia. Beberapa
perusahaan memilih untuk mengalihdayakan manajemen rantai pasokan mereka
dengan bekerja sama dengan penyedia jasa logistik pihak ketiga (Poluha dalam
Hatani, 2008).
Menurut Jebarus dalam Yusman (2009), manajemen rantai pasokan
menerapkan sebuah pola yang memungkinkan ada interaksi yang harmonis dan
selaras antara pihak perusahaan dan pemasok sehingga manajemen logistiknya
tidak lagi bersifat adversarial. Pemilihan pemasok dilakukan dengan tujuan
mendapatkan jaminan akan ketersediaan barang yang bisa mendukung
kelangsungan produksi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan
kemampuan perusahaan, sehingga perlu upaya kedua belah pihak untuk mencapai
10
komitmen menjadi mata rantai yang saling berkoordinasi untuk menyalurkan
seluruh kebutuhan bahan sesuai yang dibutuhkan.
2.3. Kriteria Pemilihan Pemasok
Pemilihan pemasok merupakan kegiatan strategis, terutama apabila pemasok
tersebut akan memasok bahan baku yang akan digunakan dalam kegiatan
produksi. Kriteria pemilihan merupakan salah satu hal penting dalam pemilihan
pemasok (Pujawan, 2005)
Menurut Pujawan (2005), secara umum banyak permintaan yang
menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan,
harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Bagaimanapun juga, seringkali pemilihan
pemasok membutuhkan berbagai kriteria lain yang dianggap penting oleh
perusahaan. Tabel 1 menunjukkan kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok yang
bisa digunakan untuk memilih pemasok.
Tabel 1. Kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok
No
Kriteria
1
Kualitas
2
Pengiriman
3
Sejarah kinerja
4
Garansi dan kebijakan tuntutan
5
Harga
6
Kemampuan teknis
7
Posisi keuangan
8
Prosedur komplain
9
Sistem komunikasi
10
Reputasi dan posisi di dunia industri
11
Keinginan untuk berbisnis
12
Manajemen dan organisasi
13
Kontrol operasi
14
Perbaikan layanan
15
Sikap
16
Kesan
17
Kemampuan pengemasan
18
Catatan terkait dengan tenaga kerja
19
Lokasi geografis
20
Jumlah usaha di masa lalu
21
Bantuan pelatihan
22
Perencanaan timbal balik
Sumber: Dickson dalam Pujawan (2005)
Nilai
3,5
3,4
3,0
2,8
2,8
2,8
2,5
2,5
2,5
2,4
2,4
2,3
2,2
2,2
2,1
2,1
2,0
2,0
1,9
1,6
1,5
0,6
11
Setelah kriteria ditetapkan dan beberapa kandidat pemasok diperoleh, maka
perusahaan harus melakukan pemilihan. Perusahaan akan memilih satu atau
beberapa dari alternatif yang ada melalui perengkingan. Perengkingan dilakukan
untuk memnentukan mana pemasok yang akan dipilih atau mana yang akan
dijadikan sebagai pemasok utama dan mana yang akan dijadikan pemasok
cadangan (Pujawan 2005).
Pemilihan pemasok dalam manajemen ratai pasokan menjadi pemting
sebagai akibat adanya kompetisi antara rantai pasokan pada perusahaan. Trend
menunjukkan bahwa konsumen menginginkan harga yang lebih murah, produk
yang berkualitas tinggi, pengiriman yang tepat waktu serta pelayanan purna jual
yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut
adalah dengan melakukan pemilihan pemasok (Vani, 2007). Evaluasi pemasok
dilakukan apabila bahan baku yang sama dapat diperoleh lebih dari satu pemasok
(Gaspersz dalam Irghandi 2008).
Menurut Chopra dkk (2006), perusahaan dapat memilih pemasok
berdasarkan beberapa mekanisme yaitu penawaran kompetetif, sistem lelang, atau
negosiasi langsung. Mekanisme yang digunakan harus tetap menekankan pada
biaya total yang dikeluarkan oleh pemasok dan tidak hanya pada harga
penjualannya. Sebelum memilih pemasok, perusahaan harus memutuskan akan
menggunakan pemasok tunggal atau banyak pemasok sebagai sumber dari
produk. Pemasok tunggal hanya melayani pemesanan produk yang spesifik.
Sedangkan
banyak
pemasok
dapat
meningkatkan
persaingan
dan
ada
kemungkinan produk gagal untuk dikirim.
Trend globalisasi menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang
berskala besar telah menghubungkan rantai pasokan di hulu ke hilir untuk
mengefisienkan biaya. Kerjasama dengan sedikit pemasok dapat meningkatkan
kualitas dengan menggunakan sumber pasokan yang berbiaya rendah (Chopra
dkk, 2006).
12
2.4. Proses Hirarki Analitik
Proses hirarki analitik (PHA) adalah sebuah teknik pengambilan keputusan,
dimana dilakukan penstrukturan persoalan, penentuan alternatif-alternatif,
penetapan nilai kemungkinan untuk variabel, dan penetapan nilai yang semuanya
bertujuan untuk mendapatkan alternatif terbaik . Teknik PHA menyediakan
prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan
prioritas dalam pengambilan keputusan yang kompleks. Teknik ini juga
menyediakan prosedur untuk memeriksa kekonsistenan dalam penilaian sehingga
mengurangi bias dalam pengambilan keputusan (Firdaus dan Farid, 2008).
PHA telah digunakan secara luas karena memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1.
Structuring Complexity
PHA membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang komplek
dengan menyusunnya menjadi hirarki yang lebih terstruktur.
2.
Measurement on a Ratio Scale
Setiap elemen-elemen yang ada dalam hirarki memiliki prioritas yang
diukur menggunakan rasio skala prioritas.
3.
Synthesis
Dalam membuat keputusan atas masalah dengan berbagai elemen
pembentuknya, PHA dapat mengkombinasikannya.
PHA adalah salah satu model pengambilan keputusan yang berusaha
menutupi semua kekurangan dari model-model berikutnya. Peralatan utama dari
model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi
manusia. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah kedalam
kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi satu bentuk hirarki. Model
PHA adalah suatu model pengambilan keputusan komprehensif, artinya
memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif sekaligus.
Menurut Permadi (1992), keunggulan dan kelemahan PHA dibandingkan
dengan metode pengambilan keputusan pengambilan keputusan yang lain sebagai
berikut:
13
a. Keunggulan
ƒ Memiliki sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah
persepsi manusia. Sedangkan model sebelumnya hanya menggunakan
input yang kuantitatif atau berasal dari data sekunder.
ƒ Suatu
model
pengambilan
keputusan
yang
komprehensif,
memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif.
ƒ Mampu memcahkan masalah yang multi objectives dan multi
criterias. Kebanyakan model yang sudah ada hanya memakai single
objectives dengan multi criteria.
b. Kelemahan
ƒ Ketergantungan PHA kepada input berupa persepsi seseorang yang
expert akan membuat hasil akhir dari model ini menjadi tidak ada
artinya apabila pakar memberikan penilaian yang keliru.
ƒ Bentuk struktur hirarkinya sangat sederhana. Bagi para pengambil
keputusan yang terbiasa dengan model PHA yang terlihat sederhana
bukan model yang sesuai untuk pengambilan keputusan.
2.4.1 Hirarki
Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang
kompleks dimana masalah tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen yang
bersangkutan, menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarkis dan akhirnya
melakukan penilaian atas elemen-elemen tersebut sekaligus menentukan
keputusan apa yang akan diambil. Bentuk hirarki ada yang linear atau non linear.
Bentuk hirarki yang linear atau satu arah misalnya elemen terpenting atau yang
paling utama terletak paling atas, elemen yang kurang penting di bawahnya dan
yang paling tidak penting terletak paling bawah. Elemen-elemen pada level teratas
akan mempengaruhi elemen-elemen dibawahnya dan seterusnya sampai level
terakhir. Selain bentuk linear ada juga bentuk hirarki non linear dimana
hubungannya lebih dari satu arah. Pada jenis hirarki ini dapat diketahui dengan
pasti, mana elemen-elemen terpenting mana yang kurang penting atau dimana
level satu, level dua, dan level terakhir. Pada bentuk ini, alternatif keputusan yang
akan diambil tidak cukup dengan melihat hanya satu level saja seperti level
14
terakhir pada hirarki linear, melainkan harus melihat semua level atau keseluruhan
hirarki (Permadi, 1992).
Secara umum, hirarki dapat dibagi menjadi dua jenis (Saaty, 1991):
ƒ Hirarki Struktural
Dalam hirarki ini, masalah yang kompleks diuraikan menjadi komponenkomponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat strukturalnya.
Misalnya membagi-bagi objek menjadi sejumlah gugusan, sub gugusan, dan
gugusan yang lebih kecil lagi.
ƒ Hirarki fungsional
Hirarki fungsional menguraikan masalah yang kompleks menjadi elemenelemen pokoknya menurut hubungan esensial mereka. Setiap perangkat elemen
dalam hirarki fungsional menduduki satu tingkat hirarki. Tingkat puncak
disebut fokus, terdiri atas satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya
luas. Tingkat-tingkat berikutnya masing-masing dapat memiliki beberapa
elemen.
Gambar 3 merupakan contoh struktur hirarki fungsional (Permadi 1992)
Utimate Goal
Kriteria
Kriteria
Kriteria
Sub Kriteria
Sub Kriteria
Sub Kriteria
Alternatif
Alternatif
Alternatif
Gambar 3. Struktur hirarki fungsional (Permadi, 1992)
15
2.5. Penelitian Terdahulu
Studi tentang analisis pemilihan pemasok dilakukan oleh Suryani (2010).
Peneliti melakukan analisis pemilihan pemasok brokoli pada PT XYZ dengan
menggunakan proses hirarki analitik. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT XYZ, dan
metode hirarki analitik untuk memilih pemasok, kriteria, dan subkriteria yang
dipertimbangkan PT XYZ dalam memilih pemasok. Responden untuk kuesioner
identifikasi rantai pasokan adalah Direktur Utama PT XYZ. Sedangkan untuk
responden kuesioner PHA adalah Direktur Utama, Manajer Kebun, dan
Supervisor Panen dan Pascapanen. Metode pengambilan sampel tersebut
menggunakan metode pengambilan sampel non acak yaitu judgement sampling.
Bungsu (2010), melakukan penelitian mengenai Kajian kriteria pemasok
Buah-buahan dengan Proses Hirarki Analitis (Studi kasus Divisi Produce, Giant
Hypermarket Botani Square Bogor). Penelitian inibertujuan untuk (1)
Menganalisa proses pengadaan dan pengendalian buah-buahn dan pengendalian di
Giant
Hypermarket
Botani
Square
khususnya
Divisi
Produce,
(2)
Mengidentifikasikan kriteria yang diprioritaskan Giant dalam memilih pemasok
buah-buahan, (3) Menyusun struktur hirarki dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh Giant dengan Proses Hirarki Analitis.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proses pengadaan buah-buahan di
Giant Hypermarket Botani Square diawali dengan perencanaan pembelian yang
dilakukan oleh Divisi Produce. Tahap selanjutnya yaitu memeriksa kualitas buahbuahan. Apabila ada cacat, maka dikembalikan ke pemasok. Selanjutnya buahbuahan yang diterima sebagian disimpan kegudang dan sebagian lagi diletakkan
dikeranjang. Struktur Hirarki dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
Giant dengan PHA terdiri atas kriteria (kualitas, biaya operasional, lead time,
kemitraan dan sistem pembayaran), sub kriteria dan alternatif (pemasok A, B, C,
dan D). Alternatif pemasok yang diprioritaskan Giant dalam pengadaan dan
pengendalian buah-buahan yaitu pemasok D (0,488) yang memiliki beberapa
kriteria yaitu buah-buahan yang dipasok merupakan buah-buahan yang
berkualitas, mudah bernegosiasi dalam hal biaya operasional, tepat waktu, dan
16
sesuai pesanan, menjaga kemitraan, dan bersedia untuk dibayar dalam jangka 28
hari setelah penerimaan buah-buahan di Giant.
17
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS).
Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat
sebanyak 6 persen yaitu dari 24.652.480 pcs pada tahun 2009 naik menjadi
26.137.030 pcs pada tahun 2010. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk
memberikan pelayanan yang prima, pengiriman tepat waktu dengan produk yang
berkualitas, sehingga konsumen merasa puas sehingga perusahaan dapat
memenangkan persaingan.
Kelancaran sistem produksi umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor
ini merupakan komponen-komponen proses produksi dan
pengelolaan rantai pasok. Beberapa komponen yang memiliki pengaruh terhadap
kelancaran sistem produksi yaitu, pelayanan operator/mesin, tata letak,
penanganan bahan baku dan bahan jadi, pengadaan bahan baku, pengiriman dan
lain-lain. Rantai pasokan berkaitan langsung dengan siklus lengkap bahan baku
dari pemasok ke produksi, gudang dan distribusi kemudian sampai ke konsumen.
Rantai pasokan melibatkan interaksi dengan aliran informasi dan aliran
kredit. Selain itu rantai pasokan juga melibatkan hubungan antara perusahaan
dengan pemasok. Hubungan dengan pemasok sebaiknya harus dibina secara
intensif untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Penilaian kinerja
pemasok merupakan komponen yang penting untuk meningkatkan daya saing
perusahaan, mengefisienkan proses dan waktu produksi, dan menjamin kualitas
produk sehingga perusahaan bisa siap untuk menghadapi persaingan yang
kompetitif. Selain itu, efisiensi waktu dalam proses pengiriman bahan baku juga
termasuk dalam kriteria penilaian kinerja pemasok. Oleh karena itu, perusahaan
akan mengambil keputusan untuk melakukan kontrak jangka panjang dengan
pemasok atau mencari pemasok yang lebih baik dari pemasok sebelumnya.
Analisis rantai pasokan dan kriteria pemilihan pemasok bahan baku untuk
RTS pada PT NIC diperlukan karena produk tersebut merupakan produk yang
memiliki permintaan paling besar dibandingkan dengan produk lainnya yang
sejenis. Kesesuaian pemasok dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh
18
perusahaan merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa perusahaan
mendapatkan keuntungan optimal dari pemasok karena pemasok yang dipilih oleh
perusahaan memenuhi kriteria pemasok yang ditetapkan oleh perusahaan dengan
nilai paling tinggi. Rantai pasokan akan sangat mempengaruhi proses rantai
pasokan secara menyeluruh. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 4.
Peningkatan jumlah permintan RTS
Persaingan antara industri roti
Visi dan Misi PT NIC untuk menjadi perusahaan
terbesar di Indonesia di bidang bakery product
Mengelola rantai pasokan
Distributor
Perusahaan
Pemasok
Wholesaler
Retailer
Konsumen
akhir
Pemasok merupakan bagian strategis
perusahaan
Pemilihan kriteria pemasok untuk
kelancaran produksi PT NIC
Kriteria yang sudah ditetapkan oleh
perusahaan
Peningkatan daya saing, mengefisienkan proses
dan waktu produksi, peningkatan kualitas PT NIC
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap, mulai dari penentuan topik sampai
dengan kesimpulan. Tahapan-tahapan penelitian tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.
19
Identifikasi minat penelitian
Penentuan objek penelitian
Studi pustaka dan
diskusi
Pemilihan topik penelitian
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Perumusan Masalah:
Bagaimana proses pengadaan bahan baku RTS di PT NIC?
Bagaimana proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT
NIC?
Siapa pemasok yang dipilih oleh PT NIC, yang disesuaikan berdasarkan
kriteria dan sub kriteria yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih
pemasok bahan baku RTS?
Tujuan Penelitian:
Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC.
Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan PT NIC
Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria
bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok RTS
Rancangan pengumpulan data:
Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data
Penyusunan kuesioner dan panduan wawancara
Pengumpulan data lapangan
x Pengisian kuesioner
x Observasi dan wawancara
Input data
Pengolahan data
Kualitatif
Kuantitatif
Identifikasi rantai pasokan dan
proses pemilihan bahan baku
Kesesuaian pemasok dengan
kriteria yang ditetapkan oleh
perusahaaan dengan PHA
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 5. Tahapan penelitian
20
3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT NIC, yang berlangsung selama empat bulan
mulai April hingga Juli 2011 di Cikarang Industrial Estate , Bekasi – Jawa Barat.
3.4. Jenis dan Metode Pengambilan data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
dan wawancara. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara studi
pustaka dan diperoleh dari dokumen-dokumen
PT NIC, jurnal, hasil penelitian
terdahulu, internet maupun BPS. Metode pengambilan data yang digunakan
adalah:
1. Wawancara dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan,
identifikasi rantai pasokan RTS dan analisis kriteria pemilihan pemasok
dengan pendekatan PHA. Responden Supervisor PPIC,
purchasing,
Supervisor QC raw material. Wawancara dilakukan berdasarkan pada
kuesioner ang dibuat.
2. Observasi lapang. Teknik ini dilakukan dengan pengamatan di lapangan
oleh peneliti terhadap rantai pasokan dan analisis kriteria pemilihan
pemasok di PT NIC.
3. Studi literatur berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Peneliti mencari
literatur yang sesuai dengan permasalahan topik penelitian, diantaranya
literatur yang berjudul manajemen rantai pasokan, pengambilan keputusan
yang dianggap berkaitan dengan objek yang diteliti.
Kuesioner terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu
a. Kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasok, proses pemilihan
pemasok bahan baku di PT NIC, dan
b. Kuesioner untuk menilai kesesuaian kriteria yang sudah ditetapkan
perusahaan dengan pemasok bahan baku RTS.
Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
Tabel 2 menunjukkan tujuan, jenis, metode pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan.
21
Tabel 2. Tujuan, jenis, metode pengumpulan dan analisis data
No
Tujuan
Jenis
Data
1
Menganalisis rantai pasokan untuk
RTS di PT NIC
Primer
dan
sekunder
2
Mengidentifikasi proses pemilihan
pemasok yang selama ini dilakukan
oleh PT NIC.
Primer
3
Menganalisis pemasok yang dipilih
oleh PT NIC, beserta kriteria dan
sub kriteria bahan baku yang sudah
ditetapkan oleh PT NIC dalam
memilih pemasok RTS
Primer
Metode
Pengumpulan
Data
x Wawancara
x Observasi
langsung
x Kuesioner
x Studi
pustaka
x Wawancara
x Observasi
langsung
x
x
x
x
Wawancara
Observasi
langsung
Kuesioner
Studi
pustaka
Analisis
Data
Deskriptif
Deskriptif
Metode
PHA
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling yaitu semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini juga biasa disebut sebagai
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan. Ada beberapa jenis cara
pengambilan sampel dengan teknik ini, namun untuk penelitian ini menggunakan
judgement sampling. Peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan
diantaranya responden memahami kondisi pemasok perusahaan dan menjadi
pengambil keputusan dalam memilih pemasok perusahaan. Jumlah responden
yang digunakan untuk mengetahui kriteria pemilihan pemasok bahan baku RTS
adalah 3 (tiga) orang terdiri dari Supervisor Planning Production Inventory
Control (PPIC), bagian purchasing, dan Supervisor QC raw material.
3.6. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis
kualitatif dan kuantitatif.
Analisis
kualitatif dilakukan dengan
menggunakan metode proses hirarki analitik (PHA). Sedangkan analisis
kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi rantai pasokan pada
22
PT NIC, pemasok bahan baku RTS dan kriteria-kriteria yang digunakan untuk
menilai kinerja pemasok pada RTS. Tujuan PHA dalam penelitian ini adalah
untuk menilai kinerja pemasok yang terbaik pada pemasok RTS.
PHA cukup mengandalkan intuisi sebagi input utamanya. Namun, intuisi
tersebut harus cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi.
Tahapannya dalam menyelesaikan masalah dengan metode PHA adalah sebagai
berikut:
1.
Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem dapat dilakukan dengan mempelajari literatur, berdiskusi
dengan para pakar, untuk memperkaya ide dan konsep yang relevan dengan
masalah.
2.
Penyusunan Struktur
Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran
utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub
tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku
dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario.
Abstraksi dari sebuah struktur hirarki dapat dilihat dari Gambar 6.
G
F1
F2
F3
Fn
Faktor
A1
A2
A3
An
Aktor
T1
T2
T3
Tn
Tujuan
S1
S2
S3
Sn
Skenario
Gambar 6. Struktur hirarki (Saaty dalam Bungsu, 2010)
23
Keterangan:
Goal (G)
: Tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan
F1, F2, F3, Fn
: Faktor-faktor atau kriteria yang dapat mempengaruhi
tujuan utama (G)
A1, A2, A3, An
: Aktor yang berpengaruh dalam mengambil keputusan
T1, T2, T3, Tn
: Beberapa tujuan yang ingin dicapai perusahaan
S1, S2, S3, Sn
: Skenario atau alternatif yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan
3.
Membuat matriks banding berpasangan
Untuk mengisi matriks banding berpasangan digunakan skala banding yang
tertera pada Tabel 3. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif
pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan
dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian
di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.
Tabel 3. Nilai skala banding berpasangan
Tingkat
Kepentingan
1
Definisi
Penjelasan
Kedua elemen sama
Dua elemen menyumbangkan sama
pentingnya
besar pada sifat itu
Pengalaman dan pertimbangan sedikit
3
Daripada elemen yang
menyokong satu elemen atas yang
lainnya, elemen yang satu
lainnya
sedikit penting
Pengalaman dan pertimbangan kuat
5
Elemen yang satu sangat
menyokong satu elemen atas yang
penting daripada yang
lainnya
lainnya
Suatu elemen dengan kuat disokong
7
Suatu elemen jelas lebih
dan dominannya telah terlibat dalam
penting dibanding yang
praktek
lainnya
9
Suatu elemen mutlak lebih Bukti yang menyokong elemen yang
penting dibanding yang
satu atas yang lainnya memiliki tingkat
lain
penegasan yang kuat
2, 4, 6, 8
Nilai antara dua penilaian
Kompromi diperlukan diantara dua
yang berdekatan
pertimbangan
Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan
aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan
dengan i
Sumber: Saaty dalam Bungsu (2010)
24
4.
Melakukan perbandingan dan penilaian
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan semua pertimbangan yang
diperlukan untuk mengembangkan peringkat matriks di langkah 3.
5.
Mensintesis berbagai pertimbangan dan membobotkan
vektor-vektor
prioritas, yaitu memasukkan nilai-nilai berdasarkan nilai skala banding
berpasangan.
Dalam proses ini terdapat dua tahap pengolahan, yaitu pengolahan horizontal
dan vertikal. Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas
elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan. Tahapannya adalah
sebagai berikut:
a. Perkalian baris (z) dengan rumus:
........................................................(1)
b. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen
…………………………………………… (2)
eVPi adalah elemen vektor prioritas ke-1
c. Perhitungan nilai eigen maksimum
VA = aij u VP dengan VA = (Vai) ………………………………… (3)
VB = VA/VP dengan VB = (Vbi) ………………………………… (4)
………………………... (5)
VA = VB = vektor antara
d. Perhitungan Indeks Konsistensi (CI):
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban
yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai
berikut:
25
…………………………………………………… (6)
Untuk mengetahui CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak,
perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR § Rumus CR adalah:
…………………………………………………………. (7)
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh
Oarkridge Laboratory yang berupa tabel berikut ini:
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
RI
0,00
0,00
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
1,49
1,51
1,48
1,56
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan
PT NIC secara resmi didirikan pada tahun 1994, yang dibuat di hadapan
Notaris Liliana Arif Gondoutomo, SH dan telah mendapatkan persetujuan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. C2.11.525.NT.01.01.Th.94 pada tanggal 2
Agustus 1994. Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan Indonesia-Jepang,
yaitu antara PT. Sari Indoroti dengan Nissho Iwai Corporation dan Shikishima
Banking Co. Ltd.
Visi PT NIC yaitu “menjadi perusahaan terbesar di Indonesia di bidang
bakery products dengan menghasilkan dan mendistribusikan produk-produk
berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau bagi rakyat Indonesia”.
Sedangkan misinya yaitu membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa
Indonesia dengan memproduksi dan mendistribusikan makanan yang bermutu
tinggi, sehat, halal dan aman bagi pelanggan.
Perusahaan ini bergerak di bidang industri makanan, khususnya produk
bakeri. Perusahaan didirikan diatas lahan seluas 10.277 m2 di Cikarang Industrial
Estate, Bekasi – Jawa Barat. Pabrik utama PT NIC memiliki luas tanah 13.515 m2
dengan luas bangunan 10.277 m2, dengan bangunan yang terdiri dari produksi roti
tawar, area produksi roti manis, ruangan gudang dan silo, area teknik, serta
gudang finish good. Perusahaan ini mempunyai kapasitas awal produksi sebesar
3138 ton/tahun. PT NIC saat ini mempunyai 4 (empat) pabrik dengan pabrik
utama berlokasi di Jl. Jababeka XIIA Blok W.
4.1.2 Sumber Daya Manusia
Dalam pencapaian visi, misi dan kebijakan mutu yang sudah ditetapkan,
disusun suatu struktur organisasi yang berfungsi sebagai sistem pengaturan umpan
balik antara atasan dan karyawan. Struktur organisasi PT NIC dapat dilihat pada
Lampiran 3.
27
Tugas dan tanggungjawab yang dimiliki masing-masing jabatan adalah
sebagai berikut:
1. Presiden Direktur
Presiden Direktur memiliki wewenang penuh terhadap perusahaan. Dalam
tugasnya, presiden direktur dibantu oleh seorang direktur.
2. Direktur
Direktur memiliki tugas dan tanggungjawab atas jalannya kegiatan
operasional perusahaan. Dalam tugasnya, direktur dibantu oleh seorang
General Manager.
3. General Manager (GM)
GM merupakan pemimpin dalam suatu perusahaan. Dalam melakukan
tugasnya GM dibantu oleh seorang sekretaris. GM bertanggungjawab atas
berlangsungnya segala kegiatan perusahaan untuk mencapai prestasi yang
tinggi
dalam
menghasilkan
produk-produk
yang
berkualitas.
GM
bertanggung jawab langsung kepada direktur.
4. Asistant General Manager (AGM) Finance and Accounting
AGM Finance and Accounting bertanggung jawab atas cash flow keuangan
yang dilakukan oleh PT NIC termasuk pembukuannya.
5. Product Development and Quality Assurance (PDQA) Manager
PDQA Manager bertanggungjawab terhadap pengembangan produk,
menciptakan produk baru, dan pengawasan bahan baku, pengawasan mutu
produk.
6. Sales and Marketing Manager
Sales and Marketing Manager bertanggung jawab terhadap penjualan
produk, biasanya dilakukan penargetan jumlah penjualan yang harus
dicapai.
7. Supply Chain Management (SCM) Manager
SCM Manager ini bertugas dalam hal inventori bahan baku, pendistribusian
produk jadi. SCM Manager membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu :
a. Product Planning and Inventory Control (PPIC)
b. Distribution Superindent
c. Finish Good (FG) dan Krat
28
8. Assistant General Manager (AGM) Plant
AGM Plant bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional produksi roti.
9. Human Resources and Development-General Affair (HRD-GA) Manager
HRD-GA Manager bertanggung jawab terhadap hal yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban SDM PT NIC serta kegiatan operasional
perusahaan secara umum.
Setiap manager masing-masing departemen dibantu oleh beberapa orang
Supervisor untuk setiap Sub Departemen yang dipimpinnya. Dalam menjalankan
tugasnya, Supervisor dibantu oleh group leader yang memimpin beberapa
karyawan sebagai crew. Jumlah tenaga kerja PT NIC adalah 914 karyawan (pada
periode April 2009). Latar belakang pendidikan tenaga kerja PT NIC sangat
beragam, dengan presentasi masing-masing yaitu SLTA sebesar 50%, D1 – D3
sebesar 20 persen, S1 sebesar 25 persen dan S2 atau lebih tinggi sebesar 5 persen.
Keragaman ini karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
perusahaan. Untuk Jumlah Karyawan periode Maret 2011 untuk Cikarang Plant 1
: ± 250 orang, Cikarang Plant 2 : ± 350 orang, Pasuruan plant
: ± 250 orang,
Semarang Plant : ± 100 orang.
Penetapan waktu dan jam kerja karyawan di PT NIC adalah:
1. Lima hari kerja dan dua hari libur berlaku bagi staff office, dengan jam
kerja normal adalah sebagai berikut: hari Senin sampai hari Kamis pukul
08.00 – 17.00 WIB dengan istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB. Hari
Jumat mulai bekerja pada pukul 08.00 – 17.00 WIB dengan istirahat
pukul 11.30 – 13.00 WIB. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu merupakan
hari libur.
2. Enam hari kerja dalam seminggu dengan jumlah jam kerja sebanyak 7
(tujuh) jam sehari dan waktu istirahat selama 1 (satu) jam untuk
karyawan non staff. Pembagian waktu kerja menjadi 3 (tiga) shift, yaitu
shift pertama mulai pukul 07.00 – 15.00 WIB, shift kedua dimulai pada
pukul 15.00 – 23.00 WIB, dan shift ketiga dimulai pada pukul
23.00 – 07.00 WIB.
Sistem upah kerja untuk karyawan produksi PT NIC berdasarkan pada Upah
Minimum Regional (UMR) yang berlaku di Cikarang, Bekasi. Gaji pokok
29
ditetapkan berdasarkan jabatan, golongan, pendidikan, keahlian, prestasi dan
pengalaman kerja. Selain gaji pokok, karyawan juga mendapatkan tunjangan
seperti tunjangan kesehatan, tunjangan premi hadir, tunjangan transportasi dan
tunjangan hari raya. Sistem penggajian dilakukan pada setiap bulannya.
4.2. Identifikasi Rantai Pasokan
Pada penyediaan bahan baku perusahaan, PT NIC harus mampu
menyediakan kebutuhan dengan cepat agar proses produksi tidak terhambat.
Komunikasi antara PT NIC dengan pemasok harus berjalan dengan baik, agar
pemenuhan kebutuhan untuk proses produksi berjalan baik.
Pemakaian bahan-bahan untuk proses produksi RTS berasal dari dalam
maupun luar negeri. Bahan pengemas seperti kwick lock, yaitu segel untuk
mengunci kemasan roti PT NIC agar roti yang diproduksi tidak terkontaminasi
diimpor dari Malaysia dan Australia. Pemesanan kwick lock dilakukan dengan
waktu tunggu yang cukup lama yaitu 3 (tiga) bulan dengan jumlah besar.
Waktu pengiriman bahan baku juga ditentukan dan dipengaruhi oleh
kapasitas gudang dan kebutuhan produksi. Bahan baku utama seperti terigu
dikirim setiap hari. Sedangkan bahan baku lainnya seperti garam rata-rata 3 (tiga)
kali dalam seminggu dan calcium provionat rata-rata 1 (satu) kali dalam
seminggu. Frekuensi kedatangan bahan baku ditentukan berdasarkan kontrak
kerjasama yang dilakukan oleh PT NIC dengan pemasok.
Pemasok yang bekerja sama dengan PT NIC tahun 2011 antara lain
PT Bogasari, PT Jaya Fermex, PT Adyaceda, PT Sumber Laut, dan lain-lain.
Beberapa pemasok yang menyediakan lebih dari satu bahan baku diantaranya
adalah PT Adyaceda dan PT Jaya Fermex. Hal tersebut bisa membuat pemasok
yang terlibat semakin sedikit, karena dengan sedikitnya pemasok yang terlibat
dalam rantai pasokan, maka kontrak kerjasama dapat lebih ditingkatkan dan
loyalitas dari pemasok dapat meningkat. Walaupun demikian, PT NIC sendiri
memiliki beberapa alternatif pemasok. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
ketergantungan pada satu pemasok saja dan kebijakan tersebut dilakukan agar
tidak ada permainan harga dari pemasok.
30
Gambar 7 memperlihatkan identifikasi rantai pasok yang dilakukan pada
PT NIC dan Gambar 8 menunjukkan aliran barang, finansial dan informasi pada
rantai pasokan PT NIC. Pada Tabel 4 diperlihatkan jenis bahan baku yang
digunakan untuk produksi RTS dan pemasok yang terlibat pada PT NIC.
Supermarket
Minimarket
K O N S U M E N
Pemasok lokal:
1. PT Bogasari
2. PT Jaya Fermex
3. PT Sumber laut
4. PT Nusa Indah
5. PT Super Exim
6. PT Sumber Roso
7. PT Antar Tirta
8. PT Supernova
9. PT Perkasa Teknik
10. PT Puratos
11. PT Halim Sakti
12. PT Adyaceda
13. PT Sinar Meadow
Distribution
Channel
PT NIC
(Dept. SCM)
Sales
Office
Institusi
Pemerintah
Agen
Pemasok internasional:
1. Kwick lock Australia
2. Kwick lock Malaysia
Sample
Gambar 7. Identifikasi rantai pasokan PT NIC (PT NIC, 2011)
Konsumen Akhir
Dept. SCM
Produksi
Sales Office
Pemasok
Purchasing
Agen &
Regular
Outlet
PT NIC
Keterangan:
Aliran Barang
Aliran Informasi
Aliran Finansial
Gambar 8. Skema aliran barang, finansial, dan informasi pada rantai pasok PT NIC
(PT NIC, 2011)
31
Tabel 4. Bahan baku dan pemasok untuk produksi RTS di PT NIC
No.
Bahan Baku
Pemasok Lokal
1
Tepung Terigu
2
Ragi
3
Garam
4
Gula
Nama Perusahaan
PT Bogasari
PT Jaya Fermex
PT Sumber Laut
PT Nusa Indah
5
Milk Skim Powder
PT Sumber Roso
PT Antatirta
6
Shortening
PT Sinar Meadow
7
8
9
Palmia Olex
PT Adyaceda
PT Adyaceda
10
Bread Improver
11
12
Shortening
Vegetable Oil
PT Sinar Meadow
PT Sinar Meadow
PT Adyaceda
13
Malinda Baker Fat
PT Adyaceda
Coding Foil Roti Tawar
Etiket RTS
PT Perkasa Teknik
PT Super Exim
PT Supernova
PT Puratos
PT Jaya Fermex
Pemasok Luar Negeri
1
Kwick Lock
PT Kwick Lock Ltd Australia
PT Kwick Lock Ltd Malaysia
Sumber : PT NIC (2011)
Peluang terjadinya suatu permasalahan pada rantai pasokan sangat besar,
dari masalah pengiriman bahan baku oleh pemasok sampai pada pengiriman
produk ke konsumen. Berikut ini adalah identifikasi permasalahan rantai pasok
pada PT NIC berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara:
1.
Pengiriman bahan baku mengalami keterlambatan, disebabkan oleh:
a. Masalah transportasi, seperti transportasi pemasok tidak tersedia, dan
kemacetan lalu lintas.
b. Pihak PT NIC terlambat dalam pemberian PO kepada pemasok.
2.
Pengiriman bahan baku terlalu cepat dari yang dijadwalkan oleh pemasok,
disebabkan oleh keterbatasan sarana transportasi pemasok, sehingga
pemasok memaksakan untuk melakukan pengiriman sebelum waktu yang
dijadwalkan.
3.
Ketidaksesuaian jumlah dan jenis bahan baku yang dikirimkan pemasok,
disebabkan oleh beberapa bahan baku yang rusak selama perjalanan menuju
PT NIC, contohnya telur pecah, ragi rusak, dan lain-lain.
32
4.
Keterlambatan pengiriman produk ke distributor dan konsumen, disebabkan
oleh:
a. Keterlambatan atau pengiriman bahan baku terlalu cepat oleh pemasok
sehingga terjadi perubahan jadwal produksi.
b. Proses produksi tidak berjalan dengan lancer yang diakibatkan oleh
adanya hal-hal yang tidak diduga seperti kerusakan mesin dan lain-lain.
Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat bahwa permasalahan pada rantai
pasokan PT NIC terdapat pada proses penyaluran bahan baku oleh pemasok,
ketidaksesuaian bahan baku yang dikirimkan pemasok, dan penyaluran produk
dari PT NIC ke distributor dan konsumen. Masalah-masalah tersebut akan
menyebabkan terganggunya proses produksi dari rencana yang telah ditetapkan.
4.2.1 Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku
Mekanisme pengadaan bahan baku yang dilakukan PT NIC yaitu dengan
melihat persediaan bahan baku yang ada di gudang setiap hari (stock opname
daily), kemudian secara periodik bagian PPIC akan menganalisa persediaan
perbandingan dengan menggunakan software System Application Product in Data
Processing (SAP). Apabila di dalam planning sheet Began on Hand (BOH) sudah
menunjukan mendekati lead time pemesanannya maka bagian PPIC akan
mengeluarkan Purchase Requisition (PR) ke bagian Purchasing yang akan
mengeluarkan PO untuk pemesanan barang kemudian di release oleh bagian
Accounting.
Pemakaian bahan-bahan untuk proses produksi RTS berasal dari dalam
maupun luar negeri. Sistem pembelian bahan baku yang dilakukan PT NIC
melalui beberapa proses, yaitu:
a.
Team Sales mengeluarkan Order to Factory (OTF) kepada Bagian PPIC.
b.
Bagian PPIC melakukan perhitungan Material Requirement Planning
(MRP) atas dasar Order To Factory (OTF) yang telah dibuat.
c.
Berdasarkan perhitungan MRP maka bagian PPIC akan menerbitkan PR
untuk bahan baku meminta persetujuan dari Manager SCM.
33
d.
Apabila PR tersebut disetujui maka akan diberikan kepada Bagian
Purchasing. Bagian Purchasing akan mencari pemasok dan melakukan
negosiasi dengan surat penawaran barang berikut harga, perincian
spesifikasi dan term of payment.
e.
Bagian Purchasing kemudian membuat Canvas Sheet minimal beberapa
pemasok yang akan dibandingkan untuk spesifikasi barang yang sama.
f.
Bagian Purchasing kemudian menerbitkan form Purchase Order (PO)
pada modul purchase order sub- menu purchase order entry.
g.
Setelah menerbitkan PO, bagian Purchasing melakukan pengisian kolom
kuantitas dan harga sesuai permintaan dan melakukan posting ke sistem
Accpac lalu mengirim form PO.
h.
PO kemudian dikirim kepada pihak manajemen terkait, yaitu Departemen
Keuangan dan General Manager untuk meminta persetujuan.
i.
Apabila PO disetujui oleh pihak manjemen sesuai dengan ketentuan, maka
dilakukan pemesanan bahan baku dengan mengirimkan PO ke pemasok
yang dipilih.
j.
Apabila PO yang diterima oleh pemasok disetujui, maka pengiriman bahan
baku dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
k.
Bahan baku yang telah dikirim oleh pemasok akan diterima oleh Bagian
Bahan Baku untuk diperiksa apakah barang yang dikirim sesuai dengan
PO yang dikirim beserta keadaan dari bahan baku yang dikirim.
Proses pembelian bahan baku ini sesuatu yang sangat penting karena apabila
terjadi keterlambatan terhadap bahan baku dapat mengganggu proses produksi dan
berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan konsumen. Bagan proses
pembelian bahan baku dapat dilihat pada Gambar 9.
34
Departemen PPIC
Departemen
Purchasing
Bagian Gudang
Bahan Baku
Pemasok
Proses Persetujuan
OTF Lengkap
Proses MRP
Persetujuan
Proses
menerbitkan
Proses
menerbitkan
Purchase Order
Purchase
Requisition
Proses Verifikasi
Didaftarkan untuk
persetujuan
Setuju?
Tidak
Setuju?
Tidak
Ya
Proses Penerimaan
Disetujui
Ya
Konfirmasi
Pemesanan
Proses Persetujuan
Didaftarkan untuk
persetujuan
Setuju?
Tidak
Ya
Persiapan
pengiriman PO
Pengiriman PO ke
pemasok via fax
Ya
Tidak
Setuju?
Penerimaan PO
Sumber: PT NIC (2011)
34
Gambar 9. Bagan alir proses pembelian bahan baku PT NIC
35
4.2.2 Analisis Proses Pengendalian Bahan Baku
Bahan baku yang dipakai oleh PT NIC diperoleh dari pemasok lokal dan
internasional. Tahapan Instruksi Kerja Penerimaan Bahan Baku (Incoming RM/
Raw material) :
1. Setiap kedatangan bahan baku atau kemasan, petugas QA yang ditunjuk
melakukan pemeriksaan terhadap jumlah serta satuan kedatangan barang
seperti karton, sak, pack, jerigen dan lain-lain serta memeriksa surat jalan
dari pemasok.
2. Setelah mengetahui jumlah kedatangan barang maka dilakukan sampling
untuk memeriksa sampel yang dilakukan sesuai dengan prosedur sampling
dan Table Military Standard. Sistem inspeksi
bahan baku yang masuk
memiliki pengecualian yaitu untuk bahan baku bulk seperti tepung terigu.
3. Menyiapkan lembar inspeksi (Incoming RM Inspection Report) yaitu
pemeriksaan kualitas bahan baku dan atau kesesuaian parameter peneriksaan
dengan Certificate of Analysis (COA).
4. Mengisi hasil pemeriksaan pada lembar tersebut. Bahan baku dan kemasan
yang telah dibuka kemasannya untuk keperluan pemeriksaan harus ditutup
kembali dengan baik untuk mencegah kontaminasi dan penurunan kualitas.
Selain itu, menempelkan stiker “Quality Inspection” pada kemasan bahan
baku dan kemasan.
5. Menentukan jumlah penolakan dan penerimaan bahan baku dan kemasan
dengan berpedoman pada Table Military Standar.
a. AC: Acceptable Number yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan
baku yang tidak mengakibatkan penolakan seluruh bahan yang dikirim,
melainkan penolakan hanya terhadap bahan baku dan kemasan yang
tidak sesuai saja.
b. RE: Rejection Number yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan
baku dan kemasan yang tidak sesuai yang mengakibatkan penolakan
seluruh bahan yang dikirim.
6. Setiap penolakan RM dibuat surat keluhan tertulis oleh bagian QA dan
didistribusikan ke purchasing, PPIC dan pemasok.
36
7. Setelah dapat dipastikan jumlah bahan baku dan kemasan yang dapat
diterima, maka akan diterbitkan surat penerimaan (Receiving Slip) oleh
bagian gudang bahan baku. Petugas QA yang ditunjuk membubuhkan
stempel “QC Passed” pada Receiving Slip dan surat jalan. Stempel QC
passed harus dilengkapi dengan nama, paraf dan tanggal penerimaan oleh
petugas sebagai bukti bahwa bahan baku dan kemasan telah lolos dari
pemeriksaan kualitas pada saat kedatangan.
Bagan Proses Penerimaan bahan baku PT NIC dapat dilihat pada
Gambar 10.
Bahan baku datang
2. Diperiksa barang yang diterima sesuai
jumlahnya.
3. Memeriksa surat jalan dari pemasok.
Melakukan sampling
Menyiapkan lembar inspeksi
(Incoming RM Inspection Report)
Mengisi hasil pemeriksaan
Tidak
OK
Ya
Menentukan jumlah
penolakan dan di
distribusikan kepada
purchasing, PPIC, dan
pemasok
Penerbitan surat penerimaan
(receiving slip) oleh bagian
gudang bahan baku
Gambar 10. Mekanisme penerimaan bahan baku (PT NIC, 2011)
37
4.2.3 Proses Produksi RTS
Sistem produksi di PT NIC termasuk jenis produksi kelompok (batch), yaitu
memproduksi dalam kelompok-kelompok yang memiliki kisaran berat tertentu
berdasarkan jumlah bahan baku yang digunakan. Proses produksi untuk suatu
kelompok roti tidak menunggu kelompok roti sebelumnya selesai, tetapi
dilakukan secara kontinyu dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan alat
dan mempersingkat waktu kerja. PT NIC memproduksi berbagai jenis roti yaitu
roti tawar (white bread), roti manis (sweet bread), atau roti isi (filled bread), roti
krim (sandroll), roti sobek (tear of bread), roti burger (bun bread), roti plain roll
dan remah roti (bread crumb). Tabel 5 menyajikan berbagai jenis dan kode roti
yang diproduksi oleh PT NIC.
Tabel 5. Produk roti PT NIC
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jenis Roti
Roti Tawar Spesial
Roti Tawar Kupas
Roti Tawar Gandum
Roti Cokelat Chips
Roti Isi Sarikaya
Roti Isi Strawberry
Roti Isi Cokelat
Roti Isi Keju
Roti Isi Kelapa
Roti Isi Cokelat Keju
Roti Isi Beef Barbeque
Roti Isi Chicken Teriyaki
Roti Isi Krim Cokelat
Roti Isi Krim Mocca
Roti Isi Krim Cokelat Vanilla
Roti Isi Krim Keju
Kode
RTS
RKU
RTG
RCC
ISK
IST
ICK
IKJ
IKL
ICC
IBQ
ICT
SRC
SRM
SCV
SCC
No
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Jenis Roti
Roti Sobek Cokelat Srikaya
Roti Sobek Cokelat Cokelat
Roti Sobek Cokelat Keju
Roti Sobek Isi Cokelat Strawberry
Roti Sobek Isi Cokelat Nanas
Roti Sobek Isi Cokelat Blueberry
Sandwich Cokelat
Sandwich Peanut
Unbreanded Burger
Roti Kasur Keju
Roti Plain Roll
Roti Burger SR
Roti Burger Wijen
Chiffon Cake Pandan
Chiffon Cake Cokelat
Chiffon Cake Strawberry
Kode
TCS
TOC
TCC
TST
TCN
TCB
SCK
SAP
UBB
RKJ
PR
BUR
BWI
CCP
CCC
CCS
Sumber : PT NIC (2011)
Proses produksi RTS di PT NIC yang terdiri dari beberapa tahap proses
pembuatan yaitu:
1.
Scalling
Scalling adalah proses penimbangan dan penyiapan bahan baku.
Penimbangan bahan baku dilakukan berdasarkan formula yang dikeluarkan oleh
Sub Departemen Product Development. Bahan baku yang telah ditimbang
diperiksa oleh petugas Quality Control (QC), kemudian dibungkus rapi plastik
dan disimpan atau diletakkan dalam krat sebelum diserahkan ke bagian produksi.
38
Penyiapan bahan baku memerlukan waktu ± 10 jam. Dalam 1 (satu) hari
terdapat 2 (dua) kali serah terima bahan baku kepada produksi. Estimasi waktu
yang diperlukan untuk melakukan proses penimbangan dan penyiapan bahan baku
adalah sebagai berikut: Pukul 07.00 – 15.00 WIB dilakukan penyiapan bahan
baku, pukul 15.00 – 16.00 WIB (rit 1) dilakukan serah terima bahan baku untuk
produksi pada pukul 17.00 dan pukul 22.00 – 23.00 WIB (rit 2) dilakukan serah
terima bahan baku untuk produksi pukul 23.00 WIB.
2.
Sponge Mixing
Proses pengadukan dalam pembuatan adonan roti di PT NIC dilakukan
dalam dua tahapan proses yaitu sponge dan dough mixing. Sponge mixing adalah
proses pengadukan pertama, yaitu bahan baku diaduk agar tercampur secara
merata. Pembentukan sponge meliputi pencampuran sebagian adonan seperti ragi,
terigu (yang dialirkan dari silo), air, softer, emulsifier dengan waktu pengadukan
selama 5 menit (low speed selama 3 menit dan high speed 2 menit) dengan suhu
sekitar ± 23°C. Tujuan dari proses sponge mixing adalah untuk mencampurkan
bahan baku serta memperbanyak sel secara merata untuk menimbulkan aroma
atau karakteristik dari adonan.
3.
Fermentasi
Setelah adonan sponge terbentuk kemudian dibawa menggunakan box
menuju ke ruangan fermentasi awal dan difermentasi selama 2,5 jam pada suhu
27,75°C. Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat dengan bantuan
mikroorganisme menghasilkan gas CO2, alkohol, dan asam.
4.
Dough Mixing
Dough mixing merupakan proses pengadukan kedua. Setelah difermentasi
dan adonan mulai mengembang, adonan mengalami proses pengadukan kedua
dengan penambahan terigu, gula, garam, skim milk powder, calcium, full cream,
shortening, dan Palmia BOS untuk dicampur manjadi adonan dough dengan
waktu mixing 9 (sembilan) menit. Standar
proses mixing tersebut dibuat
berdasarkan hasil riset dari bagian Pengembangan Produk dari Departemen
Product Development and Quality Assurance (PDQA).
39
5.
Floor Time
Floor time adalah proses pengistirahatan adonan, adonan yang sudah
terbentuk didiamkan sejenak selama lima menit.
6.
Dividing
Proses dividing adalah pemotongan adonan dengan berat sesuai dengan
standar adonan (memperkecil ukuran sesuai dengan standar, menjaga konsistensi
berat adonan). Setelah adonan melewati masa floor time kemudian adonan
tersebut dinaikkan ke dalam devider yang secara bertahap akan memotongmotong adonan sesuai dengan berat yang sudah ditetapkan. Persyaratan standar
proses make up (pemotongan adonan) di PT NIC dapat dilihat pada pada Tabel 6.
Tabel 6. Standar proses make up roti tawar (dividing) PT NIC
Jenis Roti
Kode
Roti Tawar Spesial
Roti Tawar Gandum
Roti Cokelat Chips
Roti Tawar Kupas
Sumber : PT NIC (2011)
RTS
RTG
RCC
RKU
7.
Devider Speed
(Stoke/menit)
17
16
15
16
Berat
(gram)
337,5 ± 2,5
315,0 ± 2,5
313,0 ± 2,5
337,5 ± 2,5
Floor Time
(menit)
5
5
5
5
Rounding
Rounding adalah proses pembulatan adonan sehingga membentuk lapisan
tipis pada permukaan adonan, kemudian adonan tersebut masuk ke dalam wadahwadah pada mesin Over Head Proofing (OHP) sebagai proses intermediate
proofing, yaitu proses relaksasi adonan atau pengistirahatan adonan sehingga
adonan mudah untuk dibentuk, dengan waktu 17 – 18 menit.
8.
Sheeting
Proses sheeting yaitu proses pemipihan adonan yang bertujuan agar gas
yang terbentuk tersalurkan secara merata pada adonan sehingga produk akhir yang
dihasilkan memiliki pori-pori yang halus dan seragam.
9.
Moulding
Setelah adonan melalui proses sheeting kemudian adonan dibentuk sesuai
dengan bentuk produk akhir yang diinginkan yang disebut dengan proses
moulding.
40
10.
Panning
Panning adalah proses peletakkan adonan pada loyang dengan posisi
rekatan adonan di bagian bawah.
11.
Final Proofing
Adonan yang sudah masuk ke dalam loyang kemudian disusun ke dalam rak
dengan jumlah penyusunan pada berjumlah 5 (lima) baris dan disimpan di dalam
ruang fermentasi dengan suhu 38°C dan kelembapan ruangan 80 persen selama 50
menit. Fermentasi ini merupakan fermentasi akhir yaitu untuk mengembangkan
adonan hingga mencapai volume yang diinginkan. Pada waktu fermentasi
terkadang adonan lambat mengembang, oleh karena itu waktu tidak selalu
mempengaruhi pengembangan adonan, PT NIC mempunyai indikator selain
waktu untuk mengetahui selesainya proses fermentasi yaitu dengan ketinggian
adonan ± 80 persen dari tinggi loyang.
12.
Baking
Baking merupakan proses pemanggangan adonan. Adonan yang sudah
melewati proses fermentasi yang kedua di masukkan ke dalam oven dengan suhu
150°C untuk Zone I, Zone II 165°C dan Zone III 170°C selama 35 menit 33 detik
13.
Deppaning
Setelah roti keluar dari oven, maka roti sudah matang dan dilakukan proses
pengeluaran roti dari cetakannya proses ini disebut deppaning.
14.
Cooling
Roti yang telah matang selanjutnya didinginkan dalam suhu ruang dengan
cooling conveyor dan roti berputar-putar mengikuti aliran conveyor selama ±4 jam
sampai roti bersuhu 33 ± 2°C. Proses cooling tersebut bertujuan agar
mempermudah proses slicing (proses pemotongan roti) tanpa adanya kerusakan
serta mencegah kondensasi setelah produk dikemas. Kadar air yang hilang selama
pendinginan sekitar 2 – 3%.
15.
Sortasi
Sortasi adalah proses pemisahan produk RTS yang tidak sesuai dengan
standar PT NIC contohnya roti penyok atau bentuk roti tidak sesuai ukuran
standar RTS PT NIC.
41
16.
Slicing
Proses slicing adalah proses pemotongan RTS setelah pendinginan. Pada
RTS pemotongan dilakukan hingga roti menjadi 10 irisan. Persyaratan standar
proses slicing (pemotongan produk akhir) PT NIC dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Standar proses make up roti tawar (slicing) PT NIC
Jenis Roti
Kode
Roti Tawar Spesial
Roti Tawar Gandum
Roti Cokelat Chips
Roti Tawar Kupas
Sumber : PT NIC (2011)
RTS
RTG
RCC
RKU
17.
Jumlah
Slice/Pack
10
10
10
10
Target Berat Bersih (gram)
Standard
Minimum
370
359
366
355
275
267
200
194
Packaging
Setelah proses slicing RTS selesai dan sesuai dengan ukuran standar roti,
proses selanjutnya adalah proses pengemasan roti. Roti yang sudah berada dalam
kemasan disegel dan dikunci menggunakan kwick lock. Proses pengemasan ini
dilakukan
agar
roti
yang
sudah
dikemas
tidak
terkontaminasi
dan
mempertahankan kadar air dalam produk. Standar proses pengemasan roti tawar
di PT NIC selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Standar proses pengemasan roti tawar PT NIC
Jenis Roti
Kode
Roti Tawar Spesial
Roti Tawar Gandum
Roti Cokelat Chips
Roti Tawar Kupas
Sumber : PT NIC(2011)
RTS
RTG
RCC
RKU
Cooling Time
(Jam)
2 – 2,5
2 – 2,5
2 – 2,5
4–5
Temperatur Roti
(°C)
33 – 37
33 – 37
33 – 37
< 28
Kadaluwarsa
(Hari)
H+5
H+5
H+5
H+5
Pemakaian kwick lock yang berwarna bertujuan agar mempermudah dalam
membedakan tanggal kadaluwarsa produk yang berada di pasaran dan agar lebih
terlihat produk mana yang masih fresh dan produk mana yang sudah melewati
tanggal kadaluarsa harus sudah ditarik. Pemakaian kwick lock didasarkan pada
hari produksi yaitu: Senin berwarna kuning, Selasa berwarna biru, Rabu berwarna
merah, Kamis berwarna hijau, Jumat berwarna oranye, Sabtu berwarna cokelat,
dan Minggu berwarna putih.
42
18.
Metal detecting
Produk yang sudah terkemas dilewatkan ke alat metal detector (pendeteksi
logam) untuk mendeteksi apabila terdapat campuran logam dalam produk. Hal ini
dikarenakan untuk menghindari adanya bahaya logam yang masuk ke dalam
adonan yang bisa berasal dari mesin produksi, loyang dan lain sebagainya.
19.
Sortasi II
Proses ini adalah pemisahan produk RTS yang telah dikemas atau dalam
pengemasannya tidak sesuai standar dan kebijakan PT NIC, contohnya dalam
penguncian kwick lock terkadang sering tidak terkunci rapat atau kemasan yang
rusak proses tersebut dilakukan oleh bagian Quality Control.
20.
Kratting
Produk yang telah melewati proses sortasi yang kedua kemudian disimpan
di dalam krat-krat dan siap untuk didistribusikan, proses ini disebut kratting.
21.
Finish Goods
Produk akhir yang sudah dikemas dan disimpan di krat sesuai dengan
Standard Operating Procedure (SOP), kemudian dilakukan serah terima dari
bagian Produksi ke bagian Gudang Finish Goods (FG) dan dilakukan proses
penyimpanan sementara untuk setiap jenis produk. Sebelum roti didistribusikan ke
pelanggan, terlebih dahulu harus dilakukan proses picking, yaitu pemisahan dan
pengelompokkan roti sesuai dengan permintaan pelanggan, berdasarkan pada
pesanan yang ada.
Proses picking produk akhir harus sesuai dengan estimasi yang merupakan
data permintaan aktual dari konsumen. Selanjutnya dilakukan proses loading yaitu
gudang mengeluarkan barang berdasarkan Delivery Note (DN) atau surat jalan
yang disediakan oleh Administration Sales. Pada saat yang sama juga ada proses
unloading artinya menerima barang dari luar atau konsumen yang akan dicocokan
antara fisik dengan Delivery Note atau Nota Pengembalian Barang.
Langkah-langkah dalam proses serah terima roti antara bagian Produksi –
Gudang FG yaitu:
1. Roti keluar dari produksi dilakukan pencatatan dan penghitungan pada
Product Output Control (POC).
43
2. Roti yang sudah terhitung dan tercatat ditempatkan sesuai jenis, rasa dan
tempat penempatannya berdasarkan kriteria roti yaitu: penempatan roti
fresh, penempatan roti First In First Out (FIFO), penempatan roti H+2,
penempatan roti saat dilakukan receiving.
Dalam penyimpanan finish goods seringkali terdapat kelebihan persediaan
akibat kelebihan produksi. Jumlah stock berlebih tersebut biasanya sisa poduk
hari sebelumnya ditambah dengan POC setelah dikurangi produk yang
didistribusikan tiap 24 jam. Waktu penyimpanan maksimum stock adalah 2 (dua)
hari dikarenakan usia roti hanya 5 (lima) hari dari tanggal produksi. Peta proses
operasi pembuatan RTS di PT NIC ditunjukkan pada Gambar 11.
44
PETA PROSES OPERASI
Nama Obyek
: Roti Tawar Spesial
Dibuat Oleh
: Eka Astriani
Tanggal Dipetakan
: 20 Juli 2011
O.1 = Penimbangan Bahan Baku dan Persiapan
10 jam
I.1
= Pemeriksaan Penimbangan
O.2 = Sponge Mixing
5’
2,5 jam
O.3 = Fermentasi
9’
O.4 = Dough Mixing
5’
D.1 = Floor Time
5’
O.5 = Dividing
5’
O.6 = Rounding
13’
D.2 = Intermediate Proofing
5’
O.7 = Sheeting
30’
O.8 = Moulding
15’
O.9 = Panning
1
Gambar 11. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC
45
1
60’
35’ 33”
30’
2,5 jam
D.3 = Final Proofing
O.10 = Baking
O.11 = Depanning
D.4 = Cooling
10’
I.2
30’
O.12 = Slicing
30’
O.13 = Packaging
15’
I.3
= Metal Detecting
10’
I.4
= Sortasi
20’
O.14 = Krating
= Sortasi
S.1 = Storage Finish Goods
Ringkasan = Total Kegiatan
= 14
Total Waktu = 20 jam 32 menit 33 detik
= 4
= 4
= 1
Lanjutan Gambar 11. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC
46
4.2.4 Distribusi
Proses distribusi dilakukan dengan bantuan perusahaan rekanan yang diatur
untuk mendistribusikan ke masing-masing wilayah distribusi. Distribusi
menggunakan truk berukuran sedang pengiriman ke distributor dapat dilakukan
hanya sekali atau beberapa transit tergantung dari distributor yang dituju. Setiap
armada truk transit hanya di outlet untuk Distribution Channel (DC) dan stock
point. Sedangkan untuk RO dan institusi, setiap armada transit bisa
mendistribusikan lebih dari 8 (delapan) outlet. Sedangkan untuk agen, setiap
armada truk transit di 3 atau 4 outlet, hal ini disebabkan jumlah pesanan dari
setiap outlet berbeda. Produk yang telah sampai kepada distributor, pada hari yang
sama juga disalurkan ke konsumen akhir. Perusahaan rekanan untuk proses
distribusi tersebut antara lain PT Bangun Putra Karawang (BPK), PT Adira
Logistic dan PT. Wira Logistic (Astriani, 2009).
4.2.5 Aliran Informasi
Aliran informasi merupakan hal yang wajib dan dibutuhkan dilakukan oleh
PT NIC, baik informasi yang diperoleh dari pemasok maupun pelanggan. Hal
yang pertama yaitu komunikasi dengan pelanggan, dilakukan dengan penyebaran
informasi produk dengan mengirimkan contoh produk, informasi produk dan
perusahaan. Hal selanjutnya adalah komunikasi dengan pemasok. Teknik
komunikasi PT NIC dengan pemasok antara lain: setiap bulan bagian QC bahan
baku mendatangi pemasok untuk memeriksa dan mengaudit pemasok,
mengirimkan PO kepada pemasok, seperti jenis produk, jumlah produk yang
dipesan, hingga tanggal pengiriman dan penerimaan produk dari pemasok. Alat
komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pemasok adalah berupa
telepon, faximile, dan surat elektronik (Astriani, 2009).
PT NIC melakukan kontrak dengan pemasok per 1 (satu) tahun yang
bertujuan untuk efisiensi biaya karena adanya potongan harga. Kontrak tersebut
hanya berlaku untuk bahan baku tertentu saja, seperti keju, cokelat dan tepung.
Kontrak tersebut akan diperbaharui kembali setelah 1 (satu) tahun dengan
mengkaji hasil yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Kontrak dapat dilakukan
untuk membuat kesepakatan frekuensi kedatangan bahan baku dalam jumlah yang
lebih kecil untuk setiap pengirimannya. Selain itu, masalah kualitas dapat
47
ditingkatkan dari pihak pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi salah
satu tindakan pemborosan yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap bahan
yang datang.
Pemeriksaan penerimaan bahan yang datang dapat dikurangi atau mungkin
dapat dihilangkan apabila pemasok bertanggung jawab penuh terhadap kualitas
bahan baku yang disepakati dalam kontrak yang lebih efektif dan efisien. Dalam
kasus yang ditemui di lapangan saat terjadi ketidaksesuaian berat, jumlah atau
kerusakan material yang datang, diperlukan waktu menunggu untuk memutuskan
apakah bahan baku diterima atau tidak. Dengan adanya kontrak jangka panjang
dapat diatur dan disepakati mengenai penanganan kasus tersebut, sehingga tidak
terjadi waktu menunggu yang cukup lama (Astriani 2009).
4.2.6 Sistem Pembayaran Bahan Baku dan Produk
Pembayaran kepada pemasok dilakukan dengan menggunakan jasa
perbankan. Pembayaran oleh PT NIC kepada pemasok baik lokal maupun luar
negeri dilakukan 1 (satu) bulan setelah bahan baku diterima. Pembayaran
dilakukan secara satu kali bayar setelah dilakukan pengecekan bahan baku dan
faktur pembelian. Tukar tagihan pada PT NIC dilakukan setiap tanggal 10 dan 25
setiap bulannya.
Sistem pembayaran oleh distributor dan konsumen dilakukan secara transfer
ke rekening bank milik PT NIC. Pembayaran oleh distributor dilakukan setelah
penghitungan jenis roti yang dikirimkan dan yang dikembalikan. Sedangkan untuk
institusi tidak ada pengembalian roti. Hal yang serupa juga berlaku untuk agen,
kecuali sedang ada promosi jenis roti baru oleh PT NIC. Jangka pembayaran
adalah 30 hari untuk Channels Dc and Ro (supermarket, minimarket, dan P&D).
Pembayaran untuk agen dan institusi dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari
(Astriani, 2009).
48
4.3. Analisis Pemilihan Pemasok, Kriteria-kriteria, dan Subkriteria bahan
baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam Memilih Pemasok
RTS
Kriteria pemilihan pemasok merupakan hal yang dipertimbangkan oleh PT
NIC dalam memilih perusahaan sebagai rekanan kerjasama untuk memasok bahan
baku yang diperlukan. Tujuan utama pemilihan pemasok yaitu agar didapatkan
kontinuitas produksi, keterjaminan kualitas bahan baku, dan juga kualitas produk
yang dihasilkan.
4.3.1 Identifikasi Kriteria Pemasok
Pemasok yang memasok bahan-bahan ke PT NIC akan berhubungan
langsung dengan bagian proses produksi. Oleh karena itu pemilihan pemasok
yang akan bekerjasama dengan PT NIC dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti
prosedur pemilihan berikut ini:
1.
Sebelum melakukan pesanan pada pemasok baru, PT NIC melakukan audit
pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas perusahaan pemasok
tersebut.
2.
PT NIC melakukan audit tentang status kehalalan dari bahan yang akan
dipasok oleh pemasok melalui sertifikasi halal dari badan yang disetujui
oleh Majelis Ulama Indonesia.
3.
Mengutamakan perusahaan yang telah memiliki sertifikat ISO. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan yang belum memiliki
sertifikat ISO dapat bekerjasama dengan PT NIC selama sistem yang
dijalankan oleh perusahaannya berjalan dengan baik.
4.
Kesesuaian produk yang dihasilkan dari pemasok dengan kebutuhan
perusahaan.
5.
Kesesuaian harga antara yang ditawarkan pemasok dengan kemampuan
perusahaan.
6.
Referensi dari pihak ketiga atas kemampuan dan prestasi pemasok.
49
Pemilihan pemasok di PT NIC dilakuan dengan berbagai pertimbangan
tertentu. Kriteria yang digunakan PT NIC dalam pemilihan pemasok RTS yaitu:
1. Kehalalan (P)
Kriteria kehalalan merupakan kriteria yang penting dalam pemilihan
pemasok RTS. Hal utama yang dipertimbangkan dalam pemilihan pemasok
RTS di PT NIC karena bahan baku yang digunakan harus mempunyai
sertifikat halal. Produk halal ialah produk yang memenuhi syarat kehalalan
sesuai dengan syariat agama Islam.
2. Kualitas (Q)
Kualitas merupakan salah satu kriteria yang dipertimbangkan dalam
pemilihan pemasok RTS yang dilakukan oleh PT NIC. Pemasok RTS harus
memberikan kualitas bahan baku yang terbaik untuk menghasilkan produk
yang enak dan bergizi sesuai dengan slogan dari PT NIC itu sendiri.
3. Harga (R)
Kriteria harga merupakan kriteria yang dipertimbangkan PT NIC dalam
pemilihan pemasok bahan baku RTS. Harga sering kali merupakan salah
satu penentu utama dalam menentukan pemasok. Hal ini karena harga bahan
baku akan menentukan besar biaya produksi dan akhirnya mempengaruhi
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dalam penjualan.
4. Ketersediaan Barang (S)
Kriteria ini menunjukkan kemampuan pemasok dalam menyediakan bahan
baku yang dipesan oleh PT NIC, baik itu memenuhi pesanan yang rutin
ataupun pesanan mendadak. Kemampuan pemasok dalam menyediakan
bahan baku jika PT NIC melakukan pesanan yang mendadak terkait dengan
kapasitas persediaan yang dimiliki pemasok tersebut. PT NIC akan memilih
pemasok dengan pengololaan manajemen persediaan yang baik.
5. Reputasi Pemasok (T)
Reputasi pemasok merupakan kemampuan pemasok membangun citra yang
baik sehingga dipercaya PT NIC untuk dipilih menjadi pemasok. Apabila
reputasi pemasok tersebut baik maka secara otomatis PT NIC akan
mempertimbangkannya untuk dijadikan pemasok tetap. Reputasi pemasok
50
terkait dengan perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal,
dan dipercaya oleh perusahaan.
6. Waktu Pengiriman (U)
Ketepatan waktu pengiriman juga banyak dipertimbangkan PT NIC dalam
pemilihan pemasok RTS. Ketepatan waktu pengiriman yang dimaksud
adalah kemampuan pemasok dalam pengiriman bahan baku tepat waktu,
tepat jumlah dan tepat sasaran, sehingga tidak mengganggu kelancaran
kegiatan produksi PT NIC.
4.3.2 Identifikasi Sub Kriteria dalam Memilih Pemasok RTS
a.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Halal
Sub kriteria yang dipertimbangkan adalah dokumen pendukung lengkap,
audit lapangan dan sertifikat kehalalan internasional yang diakui oleh Lembaga
Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia
(LPPOM MUI).
1. Dokumen Pendukung Lengkap (P1)
Kemampuan pemasok untuk menunjukkan dan menyediakan dokumen
pendukung yang lengkap yang berhubungan dengan kehalalan bahan
baku akan menjadi pertimbangan PT NIC untuk memilihnya menjadi
pemasok bahan baku PT NIC.
2. Audit Lapangan (P2)
Kemampuan pemasok untuk menunjukkan kesesuaian antara dokumen
yang diberikan pemasok dengan kondisi aktual di lapangan yang
berhubungan dengan kehalalan bahan baku juga merupakan faktor yang
dipertimbangkan pemasok yang bersangkutan.
3. Sertifikasi kehalalan internasional yang diakui oleh (LPPOM MUI) (P3)
Pemasok yang mempunyai sertifikat halal yang dikeluarkan atau diakui
oleh LPPOM MUI akan memiliki peluang lebih baik untuk menjadi
pemasok di PT NIC dibandingkan dengan pemasok yang tidak
mempunyai sertifikat kehalalan produk.
51
b.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Kualitas
1. Kesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1)
Perjanjian tertulis antara PT NIC dan pemasok mengenai spesifikasi
bahan baku merupakan suatu pedoman bagi pemasok untuk menyediakan
bahan baku seperti yang tertulis dalam perjanjian. Apabila pemasok
sudah bisa memenuhi spesifikasi bahan baku maka PT NIC akan lebih
mempercayainya untuk menjadi pemasok di PT NIC.
2. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q2)
Kemampuan pemasok untuk memberikan kualitas yang konsisten juga
memperbesar peluang pemasok untuk terpilih menjadi pemasok yang
akan digunakan PT NIC. Jika pemasok sudah bisa menyediakan bahan
baku dengan kualitas konsisten maka akan membuat PT NIC akan lebih
memprioritaskan pemasok tersebut dan akan menggunakan pemasok
tersebut untuk jangka panjang jika mampu mempertahankan kualitas
dengan konsisten.
3. Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan babas bakteri (Q3)
Kemampuan pemasok menyediakan bahan baku yang bebas dari cacat
dan bebas bakteri akan memperbesar kemungkinan pemasok tersebut
menjadi pemasok PT NIC.
c.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Harga
1. Kesesuaian harga (R1)
Kemampuan pemasok dalam memberikan harga yang sesuai dengan
kulitas bahan baku yang ditawarkan, sehingga akan menarik minat PT
NIC untuk memilihnya menjadi pemasok PT NIC. Harga bahan baku
yang lebih mahal tidak menjadi masalah jika pemasok bisa menyesuaikan
harga tersebut dengan kualitas bahan baku yang disediakan.
2. Kemampuan memberikan diskon (R2)
Pemasok yang bisa memberikan potongan harga atau diskon kepada
pelanggan yang memesan dalam jumlah tertentu akan menarik minat PT
NIC untuk memilih pemasok tersebut.
3. Mekanisme pembayaran yang mudah (R3)
52
PT NIC akan lebih tertarik dengan pemasok yang bisa memberikan
kemudahan dalam melakukan transsaksi. Jika pemasok bisa memberikan
sistem pembayaran yang mudah baik itu jangku waktu pembayaran
transaksi yang tidak rumit akan lebih disenangi PT NIC untuk menjadi
pemasoknya.
d.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Ketersediaan Barang
1. Kemampuan memenuhi pesanan (S1)
PT NIC akan memilih pemasok yang bisa memenuhi pesanan rutinnya.
Jika perusahaan memiliki permintaan yang tinggi maka akan mencari
pemasok yang skala produksinya besar untuk memenuhi pesanannya.
2. Persediaan untuk pesanan mendadak (S2)
PT NIC kadang-kadang melakukan pesanan mendadak. Apabila PT NIC
tidak mempunyai persediaan maka akan melakukan pemesanan bahan
baku. Oleh karena itu, PT NIC akan mencari dan memilih pemasok
bahan baku dengan manajemen persediaan yang baik agar bisa
memenuhi pesanan mendadak dari PT NIC.
e.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Reputasi Pemasok
1. Perusahaan pemasok dan produknya telah banyak dikenal (T1)
Apabila perusahaan pemasok dan produknya banyak dikenal berarti salah
satu alasannya adalah banyak perusahaan yang menggunakannya sebagai
pemasok dan berarti pemasok tersebut mempunyai reputasi yang baik.
2. Dipercaya oleh perusahaan (T2)
Kepercayaan sangat susah untuk didapatkan. Kepercayaam yang
dimaksud disini merupakan bentuk keyakinan dari PT NIC pada
pemasok. Misalnya PT NIC menggunakan pemasok Jaya Fermex, karena
PT NIC percaya bahwa pemasok tersebut mampu memenuhi keinginan
pelanggannya dan PT NIC merasa puas.
f.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Waktu Pengiriman
1. Kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu (U1)
PT NIC akan senang kepada pemasok yang mampu mengirimkan
pesanan tepat waktu, karena dengan tepat waktu pesanan datang maka
53
kegiatan produksi juga bisa berjalan dengan lancar. Oleh karena itu sub
kriteria ini perlu dipertimbangkan dalam memilih pemasok.
2. Lead time pengiriman yang singkat(U2)
PT NIC akan lebih lebih cenderung memilih pemasok bahan baku yang
memiliki waktu tunggu yang relatif singkat. Selain itu, waktu tunggu
yang singkat akan menghemat biaya lain-lain.
3. Kemampuan menangani masalah sistem transportasi (U3)
Kemampuan menangani masalah sistem transportasi adalah kemampuan
pemasok dalam mengetahui masalah yang berhubungan dengan distribusi
bahan baku dari perusahaan pemasok ke PT NIC. Bagaimana pemasok
mencari jalan alternatif apabila jalan yang biasa digunakan rusak atau
macet, akan tetapi bahan baku harus sampai tepat waktu. Hal ini penting
untuk diperhatikan, sehingga perlu dipertimbangkan dalam memilih
pemasok.
Struktur hirarki pemilihan pemasok dapat dilihat pada Gambar 12.
54
Pemilihan Pemasok RTS
di PT Nippon Indosari
Corpindo
Goal
Kriteria
SubKriteria
Halal
Kualitas
Harga
Dokumen
pendukung
lengkap
Kesesuaian bhn
baku dgn
spesifikasi
yg sudah
ditetapkan
Kesesuaian harga
Audit
lapangan
Sertifikat
kehalalan
internasio
nal yang
diakui
LPPOM
MUI
Pemasok
Kemampuan
memberi
kualitas yg
konsisten
Kemampuan
memberi
diskon
Mekanisme pembayaran
yang
mudah
Ketersediaan
Barang
Kemampuan
memenuhi
pesanan
Persediaan untuk
pesanan
mendadak
Reputasi
Pemasok
Waktu
Pengiriman
Perusahaan pemasok &
produknya sudah
banyak
dikenal
Dipercaya
perusahaan
PT Jaya Fermex
Lead time
pengiriman yang
singkat
Kemampuan menangani
masalah
sistem
transporttasi
Penyediaan
bhn baku
tanpa cacat
& bebas
bakteri
PT Adyaceda
Kemampuan
mengirim
pesanan
tepat
waktu
PT Nusa Indah
Gambar 12. Struktur hirarki pemilihan pemasok RTS di PT NIC
4.3.3 Hasil Pengolahan Data Secara Horizontal
Berdasarkan hasil pengolahan data secara horizontal pada tingkat kedua
(kriteria) dengan metode PHA maka diperoleh bahwa kriteria yang paling
berpengaruh dalam memilih pemasok bahan baku RTS pada PT NIC adalah
kualitas dengan bobot 0,216. Bobot kriteria dan sub kriteria dapat dilihat pada
Gambar 13 berikut.
55
Pemilihan Pemasok RTS
di PT Nippon Indosari
Corpindo
Goal
Kriteria
Halal
Kualitas
Harga
(0,192)
(0,216)
Ketersediaan
Barang
(0,102)
(0,213)
Kesesuaian harga
Kemampuan
memenuhi
pesanan
Dokumen
pendukung
lengkap
(0,415)
SubKriteria
Kesesuaian bhn
baku dgn
spesifikasi
yg sudah
ditetapkan
Audit
lapangan
(0,333)
(0,344)
Kemampuan
memberi
kualitas yg
konsisten
Sertifikat
kehalalan
internasio
nal yang
diakui
LPPOM
MUI
(0,241)
(0,333)
Penyediaan
bhn baku
tanpa cacat
& bebas
bakteri
(0,336)
(0,542)
Kemampuan
memberi
diskon
Persediaan untuk
pesanan
mendadak
(0,210)
(0,458)
Mekanisme pembayaran
yang
mudah
Reputasi
Pemasok
Waktu
Pengiriman
(0,066)
(0,210)
Perusahaan pemasok &
produknya sudah
banyak
dikenal
(0,416)
(0,712)
Dipercaya
perusahaan
Lead time
pengiriman yang
singkat
(0,291)
(0,288)
Kemampuan menangani
masalah
sistem
transporttasi
(0,454)
(0,333)
Pemasok
Kemampuan
mengirim
pesanan
tepat
waktu
(0,293)
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
(0,333)
(0,337)
(0,328)
Gambar 13. Bobot kriteria dan sub kriteria berdasarkan metode PHA
Tabel 9 dan Tabel 10 berikut menunjukkan bobot dan prioritas untuk masingmasing kriteria dan sub kriteria pemilihan pemasok bahan baku RTS di PT NIC.
Kriteria dan sub kriteria akan dibahas sebagai berikut.
Tabel 9. Bobot dan prioritas elemen kriteria pemilihan pemasok RTS
No
1
2
3
4
5
6
Kriteria
Kualitas
Ketersediaan Barang
Waktu Pengiriman
Halal
Harga
Reputasi Pemasok
Bobot
0,216
0,213
0,210
0,192
0,102
0,066
Prioritas
1
2
3
4
5
6
56
Tabel 10. Bobot dan prioritas elemen sub kriteria pemilihan pemasok RTS
No
1
Kriteria
Kualitas (Q)
2
Ketersediaan
Barang (S)
3
Waktu
Pengiriman
(U)
4
Halal (P)
5
Harga (R)
6
Reputasi
Pemasok (T)
a.
Sub Kriteria
1. Kesesuaian bahan baku dengan
spesifikasi yang sudah ditentukan (Q1)
2. Konsistensi kualitas (Q2)
3. Penyediaan bahan baku tanpa cacat
dan bebas bakteri (Q3)
1. Kemampuan memenuhi pesanan (S1)
2. Persediaan untuk pesanan mendadak
(P2)
Bobot
0,333
0,333
0,333
Prioritas
Sama
PentingNya
0,540
0,460
1
2
1. Kemampuan mengirimkan pesanan
tepat waktu (U1)
2. Leadtime pengiriman yang singkat (U2)
3. Kemampuan menangani masalah sistem
transportasi (U3)
1. Dokumen pendukung lengkap (P1)
2. Audit lapangan (P2)
3. Sertifikasi kehalalan internasional yang
diakui oleh LPPOM MUI (P3)
1. Kesesuaian harga (R1)
2. Kemampuan memberikan diskon (R2)
3. Mekanisme pembayaran yang mudah
(R3)
1. Perusahaan pemasok dan produknya
sudah banyak dikenal (T1)
2. Dipercaya Perusahaan (T2)
0,416
0,291
0,293
1
3
2
0,415
0,344
0,241
1
2
3
0,336
0,210
0,454
2
3
1
0,712
0,288
1
2
Kriteria Kualitas
Kualitas merupakan kriteria yang menjadi prioritas pertama dengan bobot
0,216. Kriteria ini menjadi pertimbangan PT NIC untuk memilih pemasok bahan
baku RTS di PT NIC. Hal ini disebabkan bahwa PT NIC sangat berkomitmen
terhadap tingginya kualitas produk-produk yang dihasilkan. Kualitas bahan baku
yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula. Kriteria-kriteria yang
menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih pemasok bahan baku secara berturutturut adalah ketersediaan barang (0,213), waktu pengiriman (0,210), halal (0,192),
harga (0,102) dan reputasi pemasok (0,066).
Berdasarkan Tabel 11 juga dapat dilihat bahwa pada kriteria kualitas, sub
kriteria kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditentukan,
kemampuan memberikan kualitas yang konsisten dan penyediaan bahan baku
tanpa cacat dan bebas bakteri memperoleh bobot yang sama yaitu 0,333. Hal ini
menegaskan bahwa ketiga sub kriteria tersebut merupakan elemen yang penting
57
dalam pemilihan pemasok, karena tiga elemen tersebut sangat saling keterkaitan
antara yang satu dengan yang lainnya.
b.
Kriteria Ketersediaan Bahan Baku
Kriteria yang menjadi prioritas kedua adalah ketersediaan barang dengan
bobot 0,213. Pemasok harus mampu memenuhi pesanan PT NIC kapan saja, tidak
hanya pesanan rutin yang dilakukan PT NIC. Perusahaan melihat apakah pemasok
mampu menyediakan bahan baku apabila ada pesanan secara mendadak. Hal ini
menjadi pertimbangan karena pada beberapa kondisi tertentu PT NIC akan
melakukan permintaan mendadak terhadap bahan baku untuk memenuhi
permintaan konsumen.
PT NIC akan mencari pemasok yang bisa memenuhi permintaan pesanan
dalam jumlah skala besar untuk memenuhi pesanannya. Sub kriteria yang menjadi
prioritas pertama berdasarkan Tabel 11 adalah kemampuan memenuhi pesanan
dengan bobot 0,542. Sedangkan untuk prioritas yang kedua adalah persediaan
untuk pesanan mendadak dengan bobot 0,458. Pemasok yang bekerjasama dengan
PT NIC harus siap dengan permintaan bahan baku yang mendadak atau diluar
jadwal pengiriman yang sudah ditentukan. Jika pemasok tidak bisa memenuhi
permintaan bahan baku yang mendadak maka PT NIC akan memeriksa buffer
stock yang dimiliki oleh PT NIC di pabrik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan
stock bahan baku di gudang. Jika bahan baku tidak tersedia, maka PT NIC akan
memesan ke pemasok yang lain.
c.
Kriteria Waktu Pengiriman
Kriteria prioritas ketiga adalah waktu pengiriman dengan bobot 0,210.
Waktu merupakan hal yang penting bagi perusahaan. PT NIC yang berada di
Kawasan Industri Jababeka Cikarang sangat membutuhkan pemasok yang bisa
mengirimkan pesanan tepat waktu ke lokasi perusahaan, agar jadwal produksi PT
NIC dapat berjalan dengan lancar. Ketepatan waktu pengiriman bahan baku juga
akan mempengaruhi ketepatan waktu PT NIC untuk memenuhi permintaan RTS
di pasaran.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama untuk kriteria ini adalah
kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu. Besarnya bobot yang dihasilkan
yaitu 0,416. Beberapa waktu pengiriman bahan baku RTS biasanya telah
58
disepakati oleh pemasok dan PT NIC contohnya untuk pengiriman terigu dan ragi
dikirim dari hari senin sampai sabtu, untuk etiket RTS dikirim seminggu sekali.
Sub kriteria dengan prioritas kedua dan ketiga berturut-turut adalah kemampuan
mengatasi masalah sistem transportasi (0,293) dan lead time pengiriman yang
singkat (0,291).
d.
Kriteria Kehalalan Bahan Baku
Kriteria yang menjadi prioritas keempat adalah kriteria kehalalan bahan
baku dengan bobot 0,192. Kehalalan bahan baku juga merupakan faktor yang
sangat dipertimbangkan. Meskipun hanya berada pada prioritas keempat akan
tetapi melihat dari bobotnya yang tidak berbeda jauh dari kriteria-kriteria di
atasnya, maka dapat dilihat bahwa PT NIC sangat memperhatikan aspek kehalalan
bahan baku untuk produksinya. Hal ini diperlukan karena PT NIC merupakan
produsen makanan yang harus memperhatikan aspek kehalalan produknya mulai
dari bahan baku, proses, sampai dengan produk jadinya.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama dalam kriteria halal adalah
dokumen pendukung lengkap dengan bobot 0,415. PT NIC akan memilih
pemasok yang memiliki dokumen pendukung lengkap. Dokumen yang dimaksud
adalah dokumen sistem mutu, yang mencakup panduan mutu dan prosedur baku
yang dibuat oleh perusahaan misalnya SOP produksi pembuatan bahan baku RTS,
dan juga sertifikat kehalalan yang dimiliki oleh pemasok.
Sub kriteria yang kedua adalah audit lapangan dengan bobot 0,344. Pada
waktu yang sudah ditetapkan, tim dari PT NIC yang dilengkapi dengan surat tugas
dan identitas diri, akan mengadakan pemeriksaan (audit) ke pemasok. Selama
pemeriksaan
(audit)
berlangsung,
pemasok
diminta
bantuannya
untuk
memberikan informasi yang jujur dan jelas mengenai spesifikasi bahan baku
tersebut. Sub kriteria yang menjadi prioritas ketiga adalah sertifikat kehalalan
internasional yang diakui LPPOM MUI dengan bobot 0,454.
e.
Kriteria Harga
Kriteria yang menjadi prioritas kelima adalah kriteria harga dengan bobot
0,102. Harga bukan merupakan prioritas utama dalam memilih pemasok bahan
baku RTS pada PT NIC. Namun demikian, harga tetap menjadi pertimbangan PT
NIC dalam memilih pemasok. Harga menjadi prioritas kelima dibawah kualitas,
59
ketersediaan barang, waktu pengiriman, dan halal karena besarnya harga
bergantung pada kualitas bahan baku dan beberapa variabel lainnya sesuai dengan
kriteria prioritas. PT NIC tidak terlalu mempermasalahkan harga dalam mencari
pemasok bahan baku RTS, yang penting pemasok tersebut dapat memenuhi
kualitas, ketersediaan barang, waktu kirim dan kehalalan.
Sub kriteria yang menjadi prioritas pertama adalah mekanisme pembayaran
yang mudah (0,454). Pelaksanaan pembayaran di PT NIC dilakukan dengan
menggunakan sistem yang menggunakan jasa bank. Pembayaran oleh PT NIC
kepada pemasok baik lokal maupun luar negeri dilakukan 1 (satu) bulan setelah
bahan baku diterima. Pembayaran dilakukan secara satu kali bayar setelah
dilakukan pengecekan bahan baku dan faktur pembelian. Tukar tagihan pada PT
NIC dilakukan setiap tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Sub kriteria yang
menjadi prioritas kedua adalah kesesuaian harga dengan bobot 0,336 dan yang
menjadi prioritas ketiga adalah kemampuan memberikan diskon bobot 0,210.
f.
Kriteria Reputasi Pemasok
Kriteria yang menjadi prioritas terakhir adalah reputasi pemasok dengan
bobot 0,066. Kriteria ini tidak terlalu diprioritaskan oleh PT NIC dalam memilih
pemasok RTS. Hal ini karena selama pemasok dapat memenuhi semua permintaan
sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh PT NIC, maka pemasok tersebut tetap
menjadi pemasok di PT NIC walaupun reputasi perusahaan pemasok tersebut
tidaklah terlalu bagus.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama adalah perusahaan pemasok dan
produknya sudah banyak dikenal dengan bobot 0,712. Pemasok dan produknya
yang sudah banyak dikenal berarti memiliki reputasi baik, jujur, dan dikenal
mampu memberikan permintaan bahan baku dengan baik akan dipercaya oleh PT
NIC untuk dijadikan pemasok baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Prioritas kedua adalah pemasok dapat dipercaya oleh perusahaan dengan bobot
0,288. Mendapatkan kepercayaan dari perusahaan lain sangat berarti untuk
membuat perusahaan memilihnya menjadi pemasok salah satunya kepercayaan PT
NIC untuk para pemasoknya.
60
4.4. Pemasok yang Memiliki Kriteria Tertinggi
Pengolahan secara vertikal menunjukkan pengaruh setiap elemen pada
tingkat hirarki tertentu terhadap sasaran utama (ultimate goal). Pengolahan
vertikal menunjukkan pemasok yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh
PT NIC dengan masing-masing bobot yang telah didapatkan dalam masingmasing hirarki. Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pemasok yang memiliki kesesuaian tinggi dengan kriteria
Perusahaan
No
Nama Pemasok
Bobot
Prioritas
1
PT Jaya Fermex
0,337
1
2
PT Adyaceda
0,333
2
3
PT Nusa Indah
0,328
3
Berdasarkan Tabel 12, pemasok PT Jaya Fermex memiliki bobot paling
tinggi dibandingkan dengan pemasok yang lainnya yaitu dengan bobot 0,337. Hal
tersebut dikarenakan pemasok selama ini memperlihatkan kinerja yang baik
terutama dalam hal memenuhi kriteria yang telah diprioritaskan. Kriteria tersebut
yaitu kualitas (0,333), halal (0,333), ketersediaan dalam memenuhi barang
(0,336), waktu pengiriman yang tepat waktu dengan bobot (0,347), penentuan
harga (0,346), dan juga reputasi pemasok yang baik dan jujur (0,325). Demikian
juga apabila dilihat dari bobot sub kriteria yang diperoleh. PT Jaya Fermex juga
memperlihatkan kinerja yang baik pada sub kriteria yang diprioritaskan yaitu
kemampuan memenuhi pesanan (0,333), kemampuan mengirimkan pesanan tepat
waktu (0,333), dokumen pendukung kehalalan lengkap (0,333), mekanisme
pembayaran yang mudah (0,333), perusahaan pemasok dan produknya sudah
banyak dikenal (0,333), serta ketiga sub kriteria pada kriteria kualitas dengan
bobot sebesar 0,333.
Hal ini berarti dilihat berdasarkan analisis kriteria pemasok RTS pada
PT NIC, PT Jaya Fermex merupakan pemasok yang memiliki kesesuaian
berdasarkan penilaian kriteria dengan bobot paling tinggi dibanding dengan PT
Adyaceda (0,333) dan PT Nusa Indah (0,328).
61
4.5. Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian, maka prioritas pemasok bahan baku yang akan
dipilih sebagai pemasok bahan baku RTS adalah pemasok yang mampu
menyediakan bahan baku dengan kualitas yang baik yang sesuai dengan
permintaan PT NIC. Hal ini mengimplikasikan bahwa PT NIC perlu untuk terus
selektif dalam memilih pemasok dengan memperhatikan kualitas bahan baku yang
mampu disediakan oleh pamasok. Di samping itu, komunikasi lebih lanjut yang
intensif dengan pemasok dapat dilakukan PT NIC untuk memperbaiki kinerja
pemasok yang masih dianggap kurang baik. Dilihat dari sisi manajemen sumber
daya, diharapkan kepada perusahaan untuk terus menjaga kualitas bahan baku
yang diterima dari pemasok antara lain dengan melakukan audit lapangan yang
teratur dan efektif serta pendekatan dengan pihak pemasok, sehingga akan
meningkatkan juga kualitas produksi dari perusahaan.
62
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Model rantai pasokan PT NIC terdiri dari 3 (tiga) aliran. (1) aliran barang
dari hulu ke hilir, anggotanya adalah pemasok, perusahaan, distributor,
wholesaler, retailer, dan konsumen akhir, (2) aliran informasi dari hilir ke
hulu, berupa informasi penjadwalan, dan pesanan, (3) aliran finansial dari
hulu ke hilir, berupa aliran uang secara tunai.
b. Pemilihan pemasok yang selama ini berlangsung di PT NIC dilakukan
dengan mengaudit pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas
perusahaan pemasok tersebut, PT NIC melakukan audit tentang status
kehalalan dari bahan yang akan dipasok oleh pemasok, kesesuaian produk
yang dihasilkan dari pemasok dengan kebutuhan perusahaan, kesesuaian
harga antara yang ditawarkan pemasok dengan kemampuan perusahaan,
referensi dari pihak ketiga atas kemampuan dan prestasi pemasok.
c. Kriteria yang menjadi prioritas utama dalam memilih pemasok bahan baku
RTS di PT NIC adalah kualitas dengan bobot 0,216. Sub kriteria yang
menjadi prioritas utama adalah perusahaan pemasok dan produknya sudah
banyak dikenal dengan bobot 0,712. Pemasok dengan kinerja paling baik
yaitu PT Jaya Fermex dengan bobot 0,337.
2. Saran
a. PT NIC sebaiknya melakukan hubungan baik dengan semua pihak yang
terkait dengan perusahaan, khususnya dengan pihak pemasok agar
transaksi bisnis berjalan lancar dan saling menguntungkan, serta berusaha
menciptakan
hubungan
yang
bersifat
kekeluargaan
dan
saling
menghormati agar tercipta kerjasama dalam jangka waktu yang panjang.
b. Komunikasi lebih lanjut dengan pemasok dapat dilakukan untuk
memperbaiki kinerja untuk pemasok yang kurang baik.
63
DAFTAR PUSTAKA
Astriani, E. 2009. Mempelajari Penilaian Kinerja Pemasok Roti Coklat Chip di PT
Nippon Indosari Corpindo, Cikarang, Bekasi. Tugas Akhir pada Program
Keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/Jasa,
Program Diploma, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bungsu, I.P. 2010. Kajian Pemilihan Pemasok Buah- Buahan dengan Proses
Hirarki Analitik (Studi Kasus: Divisi Produce, Giant Hypermarket Botani
Square, Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
dan Manejemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Chopra, S. S. Sodhi. ManMohan. 2001. Supply Chain. http://wikipedia.org/
wiki/Supply_Chain. [11 Juli 2009]
Firdaus, M., dan M.A. Farid. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih Untuk
Manajemen dan Bisnis. IPB Press, Bogor.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI).
2011. Outlook Industry Makanan Minuman 2011: Tantangan Kenaikan
Harga
Bahan
Baku
Pangan
&
Peningkatan
Daya.
http://www.gapmmi.or.id/cetak.php?id=96 [29 Mei 2011].
Halomoan, J.D. 2007. Pengendalian persediaan bahan baku di PT Nippon Indosari
Corpindo, Cikarang Bekasi. Skripsi pada Departemen Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Hatani, L. 2008. Analisis Criteria Supplier-Selection terhadap kinerja perusahaan
perikanan
di
PPS
Kendari.
http://lib.unhalu.ac.id/files/hata/J.1CRITERIA%20 SUPPLIER-SELECTION%20.pdf [2 Juli 2009].
Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh. Salemba
Empat, Jakarta
Indrajit, R.E, Djokopranoto R. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain. PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Irghandi, R. 2008. Proses produksi.
[11 Juli 2009].
http://one.indoskripsi.com/node/6772
Kementerian Perindustrian (Kemenperin). 2010. Karakteristik Penting Data
Industri Besar dan Sedang Tahun 2010. http://www.kemenperin.go.id [29
Mei 2011].
64
Lambert, Cooper, Pagh. 1998. A strategic framework for supply chain oriented
logistics.http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3705/is_200501/ai_n157160
69 / [11 Juli 2009].
Mulyadi, J. 2010. Tren Konsumsi Roti Sebagai Makanan Pokok Masyarakat
Indonesia. http://bataviase.co.id/node/196255 [29 Mei 2011]
Permadi, B.S. 1992. AHP. PAU-EK-UI, Jakarta.
PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC). 2011. Proses Pembuatan Roti Tawar
Spesial. PT. Nippon Indosari Corpindo, Cikarang.
Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya.
Saaty, T.L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka
Binaman Presindo, Jakarta.
Said, A.I. 2006. Produktifitas dan Efisiensi dengan Supply Chain Management.
PPM, Jakarta.
Tracey and Vonderembse. 2004. Building Supply Chain : A Key To Enhancing
Manufacturing Performance. Journal of Business Mid-American 15:10-20.
Turban, Rainer, Porter. 2004. Supply Chain Management. http://id.wikipedia.org/
wiki/ Manajemen_ rantai_suplai. [11 Juli 2009].
Vani, D. 2007. Evaluasi Kinerja Pemasok berdasarkan Tingkat Efisiensi
Menggunakan Metode AHP dan DEA. (Studi Kasus; PT BMS) =
Performance Evaluation of Supplier based on Eficiency Rate Using AHP
and DEA Methods. (Case: PT BMS). http://www.lib.eng.ui.ac.id/
opac/themes/ina/detail.jsp?id=48174&lokasi=lokal [29 Mei 2011].
Yusman. 2009. Manajemen Rantai Pasok. http://www.scribd.com/doc/2238583/
manajemen-rantai-pasokan [11 Juli 2009].
65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner identifikasi rantai pasokan
66
ANALISIS KRITERIA PEMILIHAN PEMASOK ROTI TAWAR SPESIAL
DI PT.NIPPON INDOSARI CORPINDO CIKARANG, BEKASI
Bapak/Ibu yang terhormat,
Saya Eka Astriani/H24097036, adalah mahasiswa manajemen semester 3
di IPB. Pada saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Penilaian Kinerja Pemasok Roti Tawar Spesial dengan Menggunakan Metode
Proses Hirarki Analitik (PHA). Penelitian ini dilakukan dalam rangka
penyelesaian tugas akhir di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, IPB, Bogor.
Saya mohon kerja sama dari Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini agar
bisa membantu proses pengambilan data penelitian yang sedang dilakukan.
Kuesioner ini adalah kuesioner tahap pertama yang disusun untuk
mengidentifikasikan system rantai pasokan di PT NIC, khususnya rantai pasokan
bagian hulu yaitu pemasok. Manajemen rantai pasokan adalah pengelolaan
kegiatan-kegiatan dalam memperoleh bahan mentah menjadi barang yang
setengah jadi dan barang jadi, kemudian bagaimana mengirimkan produk tersebut
ke pelanggan melalui jalur distribusi.
Saya mengharapkan Bapak/Ibu dapat memberikan informasi yang akurat
dan jujur sehingga informasi yang disajikan dapat dipertanggung jawabkan.
Atas perhatian dan kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu, saya ucapkan
terima kasih.
Bogor, July 2011
Identitas Responden
Nama
:………………………………….
Jabatan
:………………………………….
Alamat Kantor :………………………………….
Telepon/Fax :………………………………….
67
Lanjutan Lampiran 1.
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Pada tahun berapa PT NIC berdiri?
2. Ada berapa jenis macam roti
utama?sebutkan!
3. Apa Visi dan Misi PT NIC?
yang
diproduksi
di
pabrik
B. Pemasok Roti Tawar Spesial
1. Bagaimana PT NIC mendapatkan informasi tentang pemasok bahan
baku roti tawar special yang dilakukan oleh perusahaan?
a. Mencari informasi sendiri
b. Melalui media internet
c. Lainnya, sebutkan…………………………………………………
2. Berapa kali dalam sebulan perusahaan melakukan pemesanan bahan
baku RTS?
Jenis Bahan Baku
Waktu Pemesanan
3. Berapa jumlah pengiriman bahan baku dari pemasok dalam sekali
pengiriman?
………………………………………………………………………......
4. Darimana saja pemasok bahan baku RTS?
a. Lokal
b. Impor, sebutkan……………………………………………………..
5. Bagaimana sistem pemesanan bahan baku RTS dari pemasok?
………………………………………………………..............................
6. Bagaimana sistem pegangkutan bahan baku RTS yang sudah dipesan
dari pemasok hingga sampai ke pabrik?
…………………………………………………………………………..
7. Seberapa baik hubungan kemitraan antara perusahaan dengan pemasok
bahan baku RTS?
..................................................................................................................
8. Sebutkan contoh hubungan-hubungan kemitraan antara perusahaan
dengan pemasoknya?
a. ………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………
9. Apa saja faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam
memilih pemasok?
a. ……………………………………………………………………....
b. ………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………
10. Hal-hal apa saja yang dipertimbangkan dalam menentukan faktorfaktor tersebut?
…………………………………………………………………………..
68
Lanjutan Lampiran 1.
11. Siapa saja dalam perusahaan yang berpengaruh dalam mengambil
keputusan memilih pemasok yang digunakan perusahaan?
…………………………………………………………………………..
12. Apa tujuan perusahaan dalam memilih pemasok?
………………………………………………………………………......
13. Apakah perusahaan sudah melakukan pemilihan kriteria pemasok
bahan baku?
a. Ya
b. tidak
14. Jika ya, apa saja kriteria yang dinilai dalam melakukan penilaian
kinerja pemasok?
…………………………………………………………………………..
C. Persediaan
1. Apakah perusahaan mempunyai persedian bahan baku RTS?.................
2. Bagaimana bentuk persediaan yang selama ini dilakukan perusahaan?
a. Stok Produk (persediaan dalam jumlah besar)
b. Just In Time (Persediaan sesuai dalam jumlah besar)
c. Lainnya……………………………………………………………...
3. Bagaimana proses penerimaan bahan baku RTS?
a. Bahan baku diterima oleh perusahaan
b. Bahan baku diambil dari pemasok
c. Lainnya, sebutkan…………………………………………………..
4. Apa yang dilakukan perusahaan jika bahan baku sudah menurun
kualitasnya?
a. Dikembalikan ke pemasok
c. Lainnya, sebutkan…….......
b. Langsung dibuang
D. Produksi
1. Berapa jumlah rata-rata produksi RTS per bulan?...................................
2. Berapa jumlah rata-rata permintaan RTS per bulan?...............................
3. Bagaimana proses penentuan kebijakan produksi?
a. Ditentukan oleh manajemen perusahaan berdasarkan permintaan
b. Kesepakatan antara manajemen perusahaan dan para pekerja
c. Lainnya, sebutkan…………………………………………………..
Lanjutan Lampiran 1.
69
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kelancaran proses produksi
RTS?
a. Keterlambatan bahan baku yang datang
b. Kerusakan alat/mesin
c. Lainnya, sebutkan…………………………………………………..
5. Apa yang dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut?
a. ……………………………………………………….
b. ……………………………………………………….
c. ……………………………………………………….
6. Apabila dilihat dari segi mutu, apakah RTS yang dihasilkan sudah
memenuhi keinginan pelanggan?
a. Ya, adakah standar mutu yang sudah diterima?
Apa?................................................................
b. Tidak, dari segi………………………………
Usaha yang dilakukan untuk mengatasinya?
……………………………………………..
E. Distribusi
1. Bagaimana bentuk distribusi produk yang selama ini digunakan?
a. Menggunakan distributor perusahaan
b. Pelanggan langsung mengambil ke perusahaan
c. Menggunakan perusahaan jasa distributor independen
d. Lainnya, sebutkan…………………………………….
2. Jika menggunakan distributor independen, jenis distributor yang
digunakan?
a. Distributor besar
b. Retailer
c. Agen
d. Lainnya, sebutkan…………………………………………..
3. Jika menggunakan distributor independen untuk menyalurkan roti,
bentuk kerjasama apa yang dilakukan antara perusahaan dengan
distributor?
a. Sistem kontrak
b. Dipesan tanpa ada perjanjian secara langsung
70
Lanjutan Lampiran 1.
4. Permasalahan yang sering dihadapi dalam masalah distribusi?
a. Keterlambatan dalam pendistribusian produk sampai ke pelanggan
b. Kerusakan pada yang didistribusikan
c. Lainnya, sebutkan…………………………………………………..
F. Sumber Daya Manusia
1. Berapa jumlah tenaga kerja yang dimiliki?
Divisi/Bagian
Jumlah pekerja
2. Fasilitas apa saja yang diberikan kepada karyawan selain gaji?
a. …………………………………………………………….
b. …………………………………………………………….
c. …………………………………………………………….
3. Bagaimana pengaturan jam kerja yang berlaku di PT NIC?
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
G. Aliran Informasi
1. Bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh PT NIC terhadap
pemasok?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
2. Bagaimna PT NIC melakukan komunikasi dengan pelanggan?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
3. Berapa lama PT NIC melakukan kontrak kerjasama dengan pemasok?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Lanjutan Lampiran 1.
71
H. Finansial
1. Bagaimana pembayaran yang dilakukan oleh PT NIC terhadap
pemasok?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
2. Bagaimana pembayaran yang dilakukan oleh distributor ke PT NIC?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
KUESIONER PENELITIAN
BAHAN BAKU ROTI TAWAR SPESIAL (RTS) DI
PT NIPPON INDOSARI CORPINDO
DENGAN MENGGUNAKAN
PROSES HIRARKI ANALITIK
Oleh
Eka Astriani
H24097036
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
Dalam rangka menyelesaikan studi/tugas akhir di
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, saya Eka Astriani,
berharap Bapak dan Ibu untuk mengisi kuesioner ini,
yang berjudul “ Analisis Kriteria Pemilihan Pemasok
Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) di PT Nippon
Indosari Corpindo dengan Menggunakan Proses
Hirarki Analitik”.
Kuesioner ini dibuat untuk mendukung proses akhir
pengolahan data dalam rangka pemecahan masalah.
Pengisian kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana dari tingkat kriteria, subkriteria, dan
alternatif strategi untuk memilih kriteria pemasok yang
tepat bagi perusahaan.
Landasan utama pengisian kuesioner ini adalah sebuah
struktur hirarki keputusan dengan komponen –
komponen lengkap yang disusun berdasarkan literatur,
hasil observasi, dan pendapat pihak terkait dalam
perusahaan. Penyusunan hirarki ini sebenarnya
disesuaikan dengan kondisi
perusahaan
yang
sesungguhnya. Untuk itu, saya sangat mengharapkan
kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini.
Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam
mengisi kuesioner ini.
Lampiran 2. Kuesioner proses hirarki analitik
ANALISIS KRITERIA PEMILIHAN PEMASOK
Responden yang terhormat,
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Eka Astriani
H24097036
72
2011
II. PETUNJUK PENGISIAN
1. Pada bagian ini, anda diminta untuk
Nama
:
Jenis Kelamin
: Pria/Wanita
Usia
: a. 25-35 tahun
b. 36-45 tahun
c. 46-55 tahun
d. 56 tahun ke atas
Pendidikan Terakhir
: a. SMA atau Sederajat
b. Diploma
c. Sarjana
d. Pasca Sarjana (S2/S3)
Jabatan
lalu memberi tanda X (silang) nilai
perbandingannya
2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh
responden berdasarkan tingkat kepentingan dari
elemen-elemen yang dibandingkan secara
bersamaan.
3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai
skala 1-9, definisi dari skala yang digunakan
untuk nilai komparasi ditentukan sebagai berikut:
:
Lama Bekerja di Perusahaan ini : a. 2-5 tahun
b. 6-9 tahun
c. > 10 tahun
Tanggal Pengisian
membandingkan antara elemen A dan elemen B,
Lanjutan Lampiran 2.
I. DATA RESPONDEN
:…………………………
Nilai komparasi
(A dibandingkan B)
1
3
5
7
9
2,4,6,8
Definisi
A dan B sama pentingnya
A sedikit lebih penting
daripada B
A lebih penting daripada
B
A sangat jelas lebih
penting daripada B
A mutlak lebih penting
dari B
Nilai-nilai diantara dua
pertimbangan
73
A.
Kriteria
Anda diminta untuk membandingkan tingkat
1.
Halal (P). Kemampuan pemasok untuk
menyediakan bahan baku yang mempunyai
sertifikat halal yang diakui LPPOM MUI.
Kualitas (Q). Kemampuan pemasok dalam
memberikan kualitas bahan baku yang terbaik
untuk memenuhi kepuasaan pelanggan.
Harga (R). Kemampuan pemasok untuk
mengontrol komponen – komponen yang
berhubungan dengan harga.
Ketersediaan Barang (S). Kemampuan pemasok
dalam menyediakan sayuran yang dipesan oleh
perusahaan. Baik itu memenuhi pesanan yang rutin
maupun pesanan yang mendadak.
Reputasi Pemasok (T). Kemampuan pemasok
membangun citra yang baik sehingga dipercaya
untuk dipilih menjadi pemasok.
Waktu Pengiriman (U). Kemampuan pemasok
dalam mengirimkan bahan baku yang tepat waktu,
dan sesuai dengan pesanan yang diminta oleh
perusahaan.
kepentingan antara HARGA dan KUALITAS
A
Harga
Nilai Perbandingan
98765432123456789
B
2.
Kualitas
3.
4.
5.
6.
74
B. Sub Kriteria
1. Sub kriteria dari halal adalah Dokumen pendukung
lengkap (P1), Audit Lapangan (P2), Sertifikat
kehalalan internasional yang diakui LPPOM MUI
(P3).
2. Sub kriteria dari kualitas adalah Kesesuaian bahan
baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1),
Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas
Lanjutan Lampiran 2.
Contoh:
4.
5.
6.
C.
A
P
P
P
P
P
Q
Q
Q
Q
R
R
R
S
S
T
Alternatif
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
B
Q
R
S
T
U
R
S
T
U
S
T
U
T
U
U
Lanjutan Lampiran 2.
3.
bakteri (Q2), Kemampuan memberikan kualitas
yang konsisten (Q3).
Sub kriteria dari harga adalah kesesuaian harga
(R1), kemampuan memberikan diskon (R2),
mekanisme pembayaran yang mudah (R3).
Sub kriteria dari ketersediaan barang adalah
kemampuan memenuhi pesanan (S1), persediaan
untuk pesanan mendadak (S2).
Sub kriteria dari reputasi pemasok adalah
perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak
dikenal (T1), dipercaya perusahaan (T2).
Sub kriteria dari waktu pengiriman adalah
kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu
(U1), leadtime pengiriman yang singkat (U2),
kemampuan
menangani
masalah
sistem
transportasi (U3).
1. Alternatif 1. PT Adyaceda
2. Alternatif 2. PT Jaya Fermex
3. Alternatif 3. PT Nusa Indah
75
III. PENGISIAN KUESIONER
Keterangan :
Dalam menentukan bobot prioritas alternatif terdapat
enam kriteria yang perlu dipertimbangkan, yaitu
aspek Halal (P), kualitas (Q), Harga (R),
Ketersediaan barang (S), Reputasi pemasok (T),
Waktu kirim (U). Bandingkan berdasarkan tingkat
kepentingan/pengaruh relatif antara satu kriteria
a. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub
kriteria yang satu dengan yang lainnya dalam
konteks pengaruh kehalalan (P) untuk strategi
pemilihan pemasok
Memilih Pemasok bahan baku
RTS di PT NIC
Halal
Kualit
as
Harga
Ketersedi
aan
Barang
Reputasi
Pemasok
Kehalalan (P)
Dokumen
Pendukung
Lengkap
(P1)
Waktu
Kirim
Keterangan:
Sub kriteria dari masing-masing kriteria adalah kriteria
P(P1, P2, dan P3), kriteria Q(Q1, Q2, dan Q3), kriteria R
(R1, R2), kriteria S (S1, S2), T (T1,T2,), kriteria U (U1,
U2, dn U3).
A
P1
P1
P2
Audit
Lapangan
(P2)
Sertifikat
kehalalan
internasional
yang diakui
LPPOM MUI
(P3)
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
Lanjutan Lampiran 2.
dengan kriteria lain dalam menentukan bobot
penentuan prioritas alternatif strategi.
B
P2
P3
P3
b. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub
kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh
kualitas (Q) untuk strategi pemilihan pemasok
Kualitas
Penyediaan
bahan baku
tanpa cacat
dan
bebas bakteri
(Q2)
Kemampuan
memberikan
kualitas yang
konsisten
(Q3)
76
Kesesuaian
bahan baku
dengan
spesifikasi yang
sudah ditetapkan
(Q1)
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
B
Q2
Q3
Q3
Ketersediaan Barang (S)
c. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub
kriteria yang satu dengan sub kriteria yang lainnya
dalam konteks pengaruh harga (R) untuk strategi
pemilihan pemasok.
A
S1
Harga (R)
Kesesuaian
Harga
(R1)
Kemampuan
memeberikan
diskon
(R2)
Persediaan untuk
pesanan
mendadak
(S2)
Kemampuan
memenuhi
pesanan
(S1)
Nilai Perbandingan
98765432123456789
Lanjutan Lampiran 2.
A
Q1
Q1
Q2
B
S2
e. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub
kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh
kualitas (T) untuk strategi pemilihan pemasok
Mekanisme
pembayaran
yang mudah
(R3)
Reputasi Pemasok (T)
A
R1
R1
R2
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
Dipercaya
perusahaan
(T1)
B
R2
R3
R3
d. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub
kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh
kualitas (S) untuk strategi pemilihan pemasok
A
T1
Perusahaan
pemasok dan
produknya sudah
banyak dikenal
(T2)
Nilai Perbandingan
98765432123456789
B
T2
77
f. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub
kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh
kualitas (S) untuk strategi pemilihan pemasok
Kemampuan
memenuhi
pesanan
(U1)
A
U1
U1
U2
Kelancaran
dalam
menangani
masalah sistem
transportasi
(U2)
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
Sertifikat kehalalan internasional yang diakui
oleh LPPOM MUI
Persediaan untuk
pesanan
mendadak
(U3)
PT Adyaceda
A
B
U2
U3
U3
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
2.
Keterangan:
Ada tiga alternatif strategi pemilihan pemasok yang akan
dinilai bobot prioritasnya dalam strategi pemilihan
pemasok yaitu: pemasok 1 : PT Adyaceda, pemasok 2:
PT Sinar Meadow, pemasok 3: PT kwick lock
1.
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks seritifikat Sertifikat kehalalan
internasional yang diakui oleh LPPOM MUI
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
B
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
Lanjutan Lampiran 2.
Waktu Pengiriman (U)
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks seritifikat Audit Lapangan (P2).
Audit Lapangan
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
78
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
dalam konteks Kesesuaian bahan baku dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan
B
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
Kesesuaian bahan baku dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
Nilai Perbandingan
98765432123456789
B
PT Adyaceda
3.
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Dokumen Pendukung Lengkap
(P3)
Dokumen pendukung lengkap
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
5.
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
B
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
98765432123456789
98765432123456789
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Penyediaan bahan baku tanpa
cacat dan bebas bakteri
Penyediaan bahan baku tanpa cacat
dan bebas bakteri
PT Adyaceda
4.
Lanjutan Lampiran 2.
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
79
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
6.
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
B
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Kemampuan memberikan kualitas
yang konsisten
Kemampuan memberikan kualitas
yang konsisten
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
Nilai Perbandingan
98765432123456789
B
PT Adyaceda
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
7.
98765432123456789
98765432123456789
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
Nilai Perbandingan
98765432123456789
B
PT Adyaceda
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT JF
8.
98765432123456789
98765432123456789
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Kemampuan memberikan diskon
Kemampuan memberikan diskon
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
80
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Kesesuaian harga
Kesesuaian harga
Lanjutan Lampiran 2.
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
9.
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
B
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Mekanisme pembayaran yang
mudah
Mekanisme pembayaran yang
mudah
PT Adyaceda
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
PT Jaya Fermex
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
PT Nusa
Indah
B
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
PT Adyaceda
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
Nilai Perbandingan
98765432123456789
B
98765432123456789
98765432123456789
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
11. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks persediaan untuk pesanan
mendadak
Persediaan untuk pesanan mendadak
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
81
10. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Kemampuan memenuhi pesanan
Kemampuan memenuhi pesanan
Lanjutan Lampiran 2.
A
Kemampuan memenuhi pesanan
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
Nilai Perbandingan
98765432123456789
B
13. PT Adyaceda
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
98765432123456789
98765432123456789
Dipercaya perusahaan
PT Jaya Fermex
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
B
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
14.Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok
yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam
konteks kemampuan mengirimkan pesanan tepat
waktu
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
13.Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok
yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam
konteks dipercaya perusahaan
PT Adyaceda
A
Lanjutan Lampiran 2.
12. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks perusahaan pemasok dan
produknya sudah banyak dikenal
Kemampuan mengirimkan pesanan
tepat waktu
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
Nilai Perbandingan
98765432123456789
B
PT Adyaceda
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
98765432123456789
98765432123456789
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
82
Leadtime pengiriman yang singkat
PT Jaya Fermex
PT Nusa
Indah
Nilai Perbandingan
98765432123456789
B
PT Adyaceda
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
98765432123456789
98765432123456789
A
PT
Adyaceda
PT
Adyaceda
PT Jaya
Fermex
Nilai Perbandingan
98765432123456789
98765432123456789
98765432123456789
B
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
Lanjutan Lampiran 2.
15. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks leadtime pengiriman yang singkat
PT Jaya
Fermex
PT Nusa
Indah
PT Nusa
Indah
16.Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok
yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam
konteks kemampuan menangani masalah sistem
transportasi
Kemampuan menangani masalah
sistem transportasi
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
83
PT Nusa
Indah
STRUKTUR ORGANISASI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO
Lampiran 3. Struktur organisasi PT NIC
84
Lampiran 4. Hasil olah data kriteria pemasok menggunakan Expert Choice
85
Lanjutan Lampiran 4.
86
Lanjutan Lampiran 4.
87
Lanjutan Lampiran 4.
88
Lampiran 5. Hasil olah data kriteria pemasok secara vertikal menggunakan
Microsoft Excel
Kriteria Halal
VP Kriteria Halal
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Kualitas
VP Kriteria Kualitas
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Kriteria Harga
VP Kriteria Harga
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Kriteria Ketersediaan
Barang
VP Kriteria KB
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Reputasi Pemasok
VP kriteria RP
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Dokumen
Pendukung
0.415
0.333
0.333
0.333
Audit
Lapangan
0.344
0.333
0.333
0.333
Sertifikat
Halal
0.241
0.333
0.333
0.333
Kesesuaian
Bahan Baku
0.333
0.333
0.333
0.333
Kualitas
Konsisten
0.333
0.333
0.333
0.333
Bahan Baku
Tanpa Cacat
0.333
0.333
0.333
0.333
Kesesuaian
Harga
0.336
0.333
0.333
0.333
Kemampuan
Memenuhi
Pesanan
0.542
0.371
0.371
0.257
Perusahaan dan
Produk Sudah
Banyak Dikenal
0.712
0.333
0.333
0.333
Diskon
0.21
0.276
0.394
0.333
Pembayaran
Mudah
0.454
0.333
0.333
0.333
Persediaan
Pesanan
Mendadak
0.458
0.375
0.294
0.332
Bobot
0.333
0.333
0.333
Bobot
0.333
0.333
0.333
Bobot
0.321
0.346
0.333
Bobot
0.373
0.336
0.291
Dipercaya
Perusahaan
Bobot
0.288
0.519
0.304
0.177
0.387
0.325
0.288
89
90
Lanjutan Lampiran 5.
Kriteria Waktu
Pengiriman
VP Kriteria WP
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Pengiriman
Tepat
Waktu
0.416
0.333
0.333
0.333
Lead Time
Singkat
0.291
0.221
0.319
0.46
Menangani
Sistem
Transportasi
0.293
0.274
0.396
0.33
Bobot
0.283
0.347
0.369
R.
Pemasok
0.066
Waktu
Pengiriman
0.21
Bobot
Prioritas
0.102
K.
Barang
0.213
0.333
0.321
0.373
0.387
0.283
0.333
2
0.333
0.333
0.346
0.336
0.325
0.347
0.337
1
0.333
0.333
0.333
0.291
0.288
0.369
0.328
3
Kriteria
Halal
Kualitas
Harga
VP Kriteria
0.192
0.216
PT Adyaceda
0.333
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Download