BAB II URAIAN TEORITIS A. Pengertian Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseoraan terbatas. Saham suatu perusahaan didaftarkan di bursa efek dengan berbagai alasan diantaranya adalah untuk ekspansi usaha, membayar utang atau membiayai kegiatan operasional perusahaan yang tidak dapat tertutupi dari pendapatan perusahaan. Saham yang didaftarkan tersebut kemudian dibeli oleh investor untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diberikan oleh saham adalah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dan capital gain yang diperoleh investor ketika menjual kembali saham tersebut. Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut (Darmadji, 2001). Besar dividen yang dibayarkan per lembar saham ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Investor yang ingin mendapatkan dividen harus setidaknya memegang saham perusahaan sampai periode dimana pembayaran dividen harus setidaknya memegang saham perusahaan sampai periode dimana pembayaran dividen dilakukan. Umumnya dividen adalah daya tarik perusahaan sehingga investor berniat menahan kepemilikan saham (investor dengan orientasi jangka panjang). Dividen yang dibayarkan dapat berupa tunai atau berupa saham. Dividen tunai artinya pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap lembar saham yang Universitas Sumatera Utara dimiliki. Dividen saham berarti setiap pemegang saham diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham. Capital gain merupakan selisih antara harga beli investor atas suatu saham perusahaan dengan harga jual saham di lantai bursa. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan dari kepemilikan saham sebagai capital gain. Misalnya investor membeli saham di pagi hari dan kemudian menjualnya lagi di siang hari jika saham mengalami kenaikan harga. Saham juga memiliki risiko yaitu tidak dibayarnya dividen atau mengalami capital loss. Dividen dibayarkan apabila perusahaan mendapatkan laba bersih perusahaan. Perusahaan yang tidak membayarkan dividen selama tiga tahun berturut-turut akan mendapatkan sanksi dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yaitu sahamnya akan di-delist atau dikeluarkan dari pecatatan bursa efek. Saham yang di-delist tidak dapat diperdagangkan di bursa tetapi dapat diperdagangkan di luar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas. Risiko lain dari saham yaitu apabila saham di-suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Hal ini membuat investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat misalnya satu sesi perdagangan atau dua sesi, namun dapat pula berlangsung selama beberapa hari perdagangan. Suspend biasanya dilakukan apabila saham mengalami lonjakan harga atau apabila terdapat isu bahwa perusahaan dipailitkan oleh kreditornya dan akan dicabut apabila Universitas Sumatera Utara perusahaan telah memberikan konfirmasi sehingga saham dapat diperdagangkan di lantai bursa B. Jenis Saham Umumnya saham yang dikenal sehari-hari adalah saham biasa (common stock) tetapi ada juga jenis saham yang lainnya. Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji, 2001): 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim: a. Saham Biasa (common stocks), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya berada di urutan paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harga kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi. b. Saham Preferen (preferred stocks), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan mendapat dividen. Sedangkan persamaannya antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya; dividennya tetap selama masa berlaku dari saham; memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar. Universitas Sumatera Utara 2. Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas: a. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b. Saham Atas Nama (registered stocks), yaitu saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dibedakan atas: a. Blue Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan oleh perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur mampu membayarkan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham. c. Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi sebagai leader di industri sejenis yang memiliki reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stocks. Universitas Sumatera Utara d. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan tinggi di masa mendatang. e. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagaimana akibat dari kemampuan emiten memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat atau selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok, consumer goods. Ada juga literatur yang menyebutkan saham jenis ini dengan nama defensive stocks. f. Cyclical Stocks, yaitu saham emiten yang mempunyai masa kemakmuran pada masa-masa tertentu saja. Misalnya, perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah akan menghasilkan penjualan pesat menjelang tahun ajaran baru dimulai perusahaan yang memproduksi alat-alat tulis dan buku pelajaran akan kebanjiran order. Begitu juga dengan perusahaan yang memproduksi seragam sekolah. g. Junk Stocks, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang tidak memiliki manajemen yang baik dan seringkali mengalami kerugian. Perusahaan seperti ini memiliki uang yang banyak dan tidak memiliki produk yang berprospek cerah. Kalaupun pernah membagikan dividen jumlahnya kecil dan seringkali dilakukan karena dipaksa akibat adanya peraturan. Universitas Sumatera Utara C. Capital Assets Pricing Model (CAPM) Capital Assets pricing Model (CAPM) dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 oleh William F. Sharpe, Lintner, dan Mossin. Weston, Besley dan Brigham (2004 : 258) mendefinisikan CAPM sebagai berikut: A model based on the proposition that any stock’s required rate of return is equal to the risk free of return plus a risk premium, where risk reflect diversification. yang berarti, CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu aset yang berisiko dengan risiko dari aset tersebut pada pasar yang seimbang. Sementara Halim (2005:74) mendefinisikan Capital Assets Pricing Model adalah model untuk menentukan harga suatu aset pada kondisi ekuilibrium. Tujuannya adalah untuk menentukan tingkat pengembalian yang disyaratkan (required rate of return) minimum dari investasi yang berisiko. Dalam keadaan ekuilibrium, required rate of return investor untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Dalam hal ini risiko yang diperhitungkan hanyalah risiko sistematis atau risko pasar yang diukur dengan beta (β). Sedang risiko yang tidak sistematis dianggap tidak relevan karena risko ini dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Menurut teori CAPM tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Halim, 2005:74): k s R f [ E ( Rm ) R f ] Keterangan simbol: ks Rf = Tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas yang mengandung risiko (required rate of return). = Tingkat pendapatan bebas risiko. Universitas Sumatera Utara β E (Rm) [E (Rm) – Rf] = Tolak ukur risiko yang tidak bisa terdiversifikasi dari surat berharga. = Tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio pasar (expected return). = Premi risiko. D. BETA (β) Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar dan merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas (Jogiyanto, 2000:266). Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas dan return-return pasar pada periode waktu tertentu. Beta suatu saham lebih besar dari satu (β > 1) berarti saham tersebut memiliki risiko lebih tinggi dari risiko rata-rata pasar atau return sekuritas lebih besar dari return pasar (IHSG) dan saham tersebut termasuk saham agresif. Sebaliknya, beta suatu saham lebih kecil dari satu (β < 1), berarti saham tersebut memiliki risiko lebih rendah dari risiko rata-rata pasar atau return sekuritas lebih rendah dari return pasar (IHSG), dan saham tersebut termasuk saham defensif. Koefisien β suatu saham = 1, berarti saham tersebut memiliki risiko yang sama dengan risiko rata-rata pasar atau dengan kata lain jika return pasar bergerak naik atau turun sama besarnya mengikuti return pasar. Beta dapat dihitung dengan menggunakan teknik regresi. Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan volatilitas return sekuritas sebagai variabel dependen dan volatilitas return pasar sebagai variabel independen. Universitas Sumatera Utara Volatilitas ini diukur dengan kovarian, maka kovarian return antara sekuritas ke-i dengan return pasar adalah sebesar im . Jika kovarian ini dihubungan relatif terhadap risiko pasar (yaitu dibagi dengan varian return pasar atau m ), maka hasil ini akan mengukur risiko sekuritas ke-i relatif terhadap 2 risiko pasar atau disebut dengan beta. Dengan demikian beta dapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut: i Cov (i, m) m 2 im m2 (Manurung, 2006:149) Keterangan simbol: β im m2 = Beta koefisien. = Kovarians antara aset i dengan portofolio pasar. = Varians dari portofolio pasar. atau dapat diuraikan sebagai berikut: n i (R t 1 it Rit ) . ( RMt RMt ) n (R t 1 Mt (Jogiyanto, 2003:274) RMt ) 2 Beta saham berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat keberanian investor dalam menanggung risiko dan dapat mengindikasikan tingkat kepekaan suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum. Semakin berani seorang investor menanggung risiko, dia akan memiliih saham-saham agresif (saham yang memiliki beta lebih dari satu). Universitas Sumatera Utara E. Valuasi Harga Wajar Saham Investor sebaiknya tahu harga wajar atau nilai intrinsik dari saham tersebut sebelum berinvestasi pada saham. Analisa nilai intrinsik atau harga wajar saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasar yang berlaku. Tujuan utama dari analisa nilai wajar adalah untuk memilih perusahaan yang sahamnya undervalued atau overvalued. Sekuritas yang ternyata undervalued berarti pasar gagal atau tidak menemukan adanya faktor-faktor yang membenarkan harganya harus lebih tinggi. Artinya nilai sekuritas lebih tinggi dari pada harga jualnya. Segera setelah masyarakat investor menyadari situasi tersebut, misalnya karena manajemen mengumumkan EPS (earning per share) lebih tinggi dari yang diharapkan, para investor akan membeli saham dan akan memaksa harga naik. Perorangan atau perusahaan yang menjual saham pada waktu undervalued akan mendapat keuntungan (capital gain) tetapi investor yang menjual pada saat saham overvalued akan menderita kerugian (capital loss). Sementara investor yang sebelumnya telah memiliki saham dalam portofolionya, jika saham overvalued akan segera melepasnya (cut loss) dan jika undervalued akan tetap mempertahankannya (hold). Adalah bijaksana untuk tidak membeli saham yang overvalued. Sebab lambat atau cepat akan terjadi koreksi pasar. Penilaian harga wajar saham dapat menggunakan analisis fundamental dengan pendekatan dividen, diantaranya adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Dividend Discount Model (DDM) Dividend Discount Model merupakan model untuk menentukan estimasi harga saham dengan mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima di masa datang. Penilaian saham biasa dengan DDM secara teknis memerlukan estimasi dividen masa depan untuk horison waktu yang tidak terbatas dan mampu meramalkan dividen di tahun mendatang serta nilai intrinsik saham. Secara sistematis, model ini bisa dirumuskan sebagai berikut: Variasi lain dari DDM yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan (Halim, 2005): a. Model tanpa pertumbuhan (zero growth) Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dari waktu ke waktu. Rumus untuk menilai saham dengan model ini: P0 D K Keterangan simbol: D = Dividen yang akan diterima dalam jumlah konstan selama periode pembayaran dividen di masa datang k = Tingkat return yang disyaratkan. b. Model pertumbuhan konstan (konstan growth model) Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas. Persamaan modelnya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara D0 (1 g ) D0 (1 g ) 2 D0 (1 g ) N PN P0 ....... (1 k ) (1 k ) 2 (1 k ) N (1 k ) N Keterangan simbol: Po D k n Pn = = = = = Nilai wajar atau nilai teoritis saham Dividen yang diharapkan pada tahun n Required rate of return saham yang dihasilkan melalui CAPM Jumlah periode saham dipegang Harga saham pada periode n c. Model pertumbuhan berganda atau supernormal (multiple growth model) Asumsi perusahaan akan membayarkan dividen secara konstan dalam kenyataannya kadangkala kurang tepat karena pada beberapa tahun awal selama masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu membayarkan dividen dengan pertumbuhan di atas normal dan setelah melewati masa pertumbuhan fantastis di tahun awal tersebut pertumbuhan tingkat dividen yang akan dibayarkan perusahaan mungkin akan menjadi lebih rendah dari masa sebelumnya dan selanjutnya akan bertumbuh secara tetap. Proses untuk menghitung nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan dividen tidak konstan adalah sebagai berikut: n P0 t 1 D0 (1 g1 )t Dn (1 g c ) 1 (1 k )t k g 2 (1 k )n Keterangan simbol: Po Do g1 g2 k n Dn = = = = = = = Harga intrinsik saham Dividen Pertumbuhan dividen di atas normal Pertumbuhan dividen normal Required rate of return Periode pertumbuhan dividen di atas normal Dividen periode pertumbuhan normal Universitas Sumatera Utara 2. P/E Ratio(PER) Alternatif selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan P/E Ratio (Price Earnings Ratio) menunjukkan rasio harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai PER sebesar 5 juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali selama 5 tahun. P/E Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Po P EPS (Tambunan, 2007) Keterangan simbol: Po P EPS = Harga wajar saham. = Harga saham = Eaning per share (laba persaham) F. Strategi Berinvestasi di Pasar Saham Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam berinvestasi di pasar saham (Tambunan, 2007), yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Memilih saham yang undervalued Bijaksana jika memilih saham yang mempunyai pengalaman memberikan earnings yang konsisten dan growing earning yang cepat. Jika nilai saham lebih tinggi dari harganya maka harga disebut undervalued, maka saham ini adalah kandidat untuk dipilih. Saham yang undervalued akan memberikan kesempatan sebagai winner dan menghindari dari risiko bila dibandingkan dengan saham yang overvalued. Bila Harga Pasar Saham > Harga Pasar maka harga saham undervalued Bila strategi beli (buying) Harga Pasar Saham < Harga Pasar maka harga saham overvalued strategi jual (selling) dan strategi mempertahankan (hold) b. Berinvestasi dalam jangka panjang Time horizon panjang akan menyebabkan compounding effect dapat bekerja secara optimum. Sentimen dan tekanan jangka pendek yang mengaburkan dapat dinetralisir dengan investasi jangka panjang. Investasi dalam 1 tahun merupakan pilhan yang cukup baik bagi para investor dan lebih pendek untuk para spekulator. c. Gunakan pialang yang bonafit Ada empat jenis pialang dalam pasar modal, yaitu (1) perantara, (2) penasihat investasi, (3) manajemen investasi, dan (4) underwriter (penjamin emisi). Dalam memilih satu dari 186 pialang di Indonesia perlu diingat bahwa pialang yang berpengalaman dan dapat dipercaya sesuai dengan kebutuhan, didukung oleh permodalan yang cukup dengan sitem operasional yang baik serta fasilitas kemudahan akan amat membantu investor melakukan investasinya. Universitas Sumatera Utara d. Sebaiknya memilih saham yang aman Harga beberapa saham bagaikan sebuah yoyo yang naik turun contohnya saham perbankan yang selalu berfluktuasi (tidak stabil), tetapi ada pula saham yang selalu stabil tenang dan tidak terlalu berflutuasi contohnya Unilever dan HM Sampoerna. Kelompok saham pertama mempunyai volatilitas tinggi sebagai pencerminan kekhawatiran dan ketidakpastian di masa depan sedangkan kelompok lainnya mempunyai track records earnings performance yang stabil. Volatilitas harga dan peningkatan risiko yang disebabkan oleh berbagai macam hal seperti rumors, politik, bencana alam, kondisi keamanan, dan lain sebagainya yang menimbulkan kekalutan dan ketidakpastian. e. Membeli saham yang menawarkan buyback Buyback artinya ada opsi dibeli kembali oleh emiten yang mengeluarkan saham tersebut. Opsi ini menjadi suatu tawaran yang menarik dan menjanjikan di masa depan contoh saham Aqua yang banyak menawarkan buyback walaupun banyak investor yang lebih menyukai untuk mempertahankannya (hold) dari pada menjualnya kembali. Strategi buyback ini sering digunakan oleh emiten untuk meningkatkan harga. Universitas Sumatera Utara