6 BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Komunikasi 2.1.1 Definisi

advertisement
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Kehidupan manusia di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan
tatanan kehidupan sosial dan atau masyarakat.
Aktivitas komunikasi dapat
terlihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia.
Adapun istilah komunikasi dalam bahasa inggris, yaitu Communication
yang berasal dari bahasa latin Communicatio, dan bersumber dari kata
Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
Namun pada kehidupan manusia komunikasi adalah proses pernyataan antar
manusia.
Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan. Jika dianalisis, pesan komunikasi terdiri dari dua (2) aspek,
yaitu isi pesan dan lambang / simbol. Konkritnya, isi pesan itu adalah pikiran
atau perasaan, lambang atau bahasa. Komunikasi dapat terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan
diterima oleh komunikan.
Definisi komunikasi menurut Carl I. Hovland seperti yang dikutip oleh
Onong Uchjana Effendy adalah, “Upaya yang sistematis untuk merumuskan
secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan
sikap” 4
Sedangkan komunikasi menurut James A.F. Stoner: “Komunikasi adalah
proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara
pemindahan pesan”. 5
Sementara Edward Depari seperti dikutip HAW Widjaja mendefinisikan
komunikasi sebagai berikut : “Proses penyampaian pesan, gagasan, dan harapan
4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1998, hal. 10
5
H.A.W. Widjaja, Komunikasi Pengantar Studi, PT Bumi Aksara, Jakarta, 1998, hal. 14
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu yang mengandung arti
yang dilakukan oleh penyampaian pesan dengan maksud mencapai kesamaan”. 6
Selanjutnya pengertian komunikasi menurut Oemi Abdurachman dalam
bukunya Dasar-dasar Public Relations mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses
dimana seseorang individu mengoperkan rangsangan prangsangan
(lambang-lambang) untuk memperoleh perubahan tingakah laku individu yang
lain”. 7
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
komunikasi sebagai proses penyampaian isi pernyataam atau pesan yang berupa
lambang-lambang yang bermakna antara manusia.
Jika penelitian ini
dihubungkan dengan konsep dalam komunikasi, maka akan terdapat suatu unsur
komunikasi yang menyangkut permasalahan pada penelitian ini, yaitu:
a. Unsur Komunikator
Komunikator ialah seseorang yang menyampaikan isi pernyataan ataupun pesan
yang bermakna kepada manusia lain dengan tujuan.
Adapun faktor-faktor
penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu :
1.
Daya tarik sumber
Seseorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu
mengubah sikap, opini, dan prilaku komunikan melalui mekanisme
daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta
dengannya. Dengan perkataan lain, komunikan merasa ada kesamaan
antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada
isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.
2.
Kredibilitas sumber
Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah
kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak
6
H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008
hal. 1
7
Oemi Abdurachman, Dasar-dasar Pr, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002, hal. 10
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang
komunikator. 8
Pendapat mengenai kedua faktor tersebut di atas, dapat dipahami bahwa
seorang komunikator harus bersikap empatik, yaitu kemampuan seseorang untuk
memproyeksikan dirinya kepada maksud, peran dan manfaat orang lain.
Seseorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan
komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, kecewa dan sebagainya.
b. Unsur Pesan
Pesan atau isi pernyataan (message) adalah keseluruhan dari apa yang
ingin disampaikan oleh komunikator. Penyampaian pesan dapat dilakukan
melalui tatap muka (face to face communication) atau melalui media, pada
dasarnya pesan harus memiliki pokok sebagai pengarah dalam usaha mengubah
tingkah laku dan sikap komunikannya. Pesan mempunyai sifat informatif,
persuasif, dan koersif.
Adapun maksud dari pesan memiliki sifat yang
informatif, persuasif, dan koersif, yaitu:
1. Informatif, yaitu berupa pesan yang disampaikan berupa keteranganketerangan yang dipaparkan dan komunikan dapat mengambil
kesimpulannya.
2. Persuasif, yaitu pesan yang berupa bujukan dan ajakan yang dapat
membangkitkan pengertian yang membawa perubahan pada diri atau
sikap komunikannya.
3. Koersif, yaitu pesan yang disampaikan secara paksaan dengan
memberikan sangsi-sangsi atau hukuman.
Agar pesan yang disampaikan tepat pada sasaran, maka pesan tersebut harus
memenuhi beberapa syarat-syarat, diantaranya :
1. Menggunakan bahasa yang mudah untuk dimengerti oleh kedua belah
pihak.
2. Pesan harus menarik bagi penerima dan memiliki nilai lebih atau makna
tertentu.
8
Onong Uchjana Effendy, Op Cit, hal. 38
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Pesan harus direncanakan secara baik.
c. Unsur Saluran
Untuk menyampaikan pesan kepada orang lain dapat menggunakan saluran
komunikasi atau media. Menurut Hamdan Adnan, pengertian media adalah
“alat yang dapat digunakan untuk mengantar pesan dari sumber kepada
penerima” 9
Lebih lanjut Hamdan Adnan menambahkan bahwa komunikasi menurut
saluran / media yang digunakan dapat terbagi menjadi dua (2), yaitu :
1. Komunikasi bermedia massa
Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan
berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya adalah
surat kabar, radio, televisi dan film bioskop, yang beroperasi dalam
bidang informasi, edukasi, dan rekreasi, atau istilah lain: penerangan,
pendidikan,
dan
hiburan.
Keuntungan
komunikasi
dengan
menggunakan media massa adalah, bahwa media massa menimbulkan
keserempakan (simultaety); artinya suatu pesan dapat diterima oleh
komunikan yang jumlahnya relatif sangat banyak, ratusan ribu, jutaan,
bahkan ratusan juta pada saat yang sama secara bersama-sama. Jadi,
untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif, tidak
demikian untuk mengubah sikap, pendapat, dan prilaku komunikan.
2. Komunikasi bermedia nirmassa
Media nirmassa umumnya digunakan dalam komunikasi untuk orangorang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Surat, majalah,
telepon, telegram, telex, papan pengumuman, poster, spanduk, pamflet,
brosur, folder, radio CB atau radio amatir, film dokumenter, kaset
video, kaset audio, dan lain-lain, adalah media media nirmassa karena
9
Hamdan Adnan, Prinsip-Prinsip Humas, PT Usaha Nasional, Surabaya, 1996, hal. 107
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya tidak bersifat
massal. 10
Penulis berpendapat bahwa meskipun intensitas media massa kurang luas
jangkauannya bila dibandingkan dengan media massa, tetapi banyak
dipergunakan. Berkomunikasi dengan media majalah misalnya cukup efektif
untuk menyampaikan suatu pesan (message) kepada orang tertentu (para
pelanggan) yang bertempat tinggal jauh, demikian pula dengan media
nirmassa.
d. Unsur Komunikan
Penerima pesan suatu kegiatan komunikasi disebut komunikan, yaitu
orang yang menjadi obyek kegiatan komunikator dalam berkomunikasi.
Komunikan dalam kegiatan humas sudah jelas adalah publik, baik publik
internal maupun publik eksternal. Untuk itu harus dicatat bahwa komunikan
yang menjadi sasaran kegiatan humas bukanlah individu melainkan kelompok
yang menyatu menjadi publik. Humas dalam melakukan kegiatannya tidak
menganalisa atau merumuskan opini individu, melainkan opini publik dari
kelompok publik tersebut.
e. Unsur Efek
Efek adalah hasil akhir yang diharapkan dari komunikannya. Menurut
Onong
Uchjana Effendy, “yang penting dalam komunikasi adalah
bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu dapat
menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikannya” 11
Keberhasilan dan kesuksesan kegiatan komunikasi dapat diketahui
bahwa apabila dalam suatu penyampaian pesan atau informasi itu sematamata bertujuan agar komunikator dapat merubah komunikan, baik dalam hal
merubah pendapat, menambah pengetahuan, dapat berperilaku sebagaimana
yang diharapkan oleh komunikator. Jadi, efek komunikasi merupakan tolak
ukur untuk mengetahui apa yang berubah dari diri komunikan.
10
Hamdan Adnan, Op Cit, hal. 11
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1989,
hal. 6
11
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan pihak komunikator
diharapkan dapat menimbulkan suatu akibat atau hasil pada diri komunikan
yang sesuai dengan keinginan pihak sumber (komunikator).
Selanjutnya Onong Uchjana Effendy mengemukakan bahwa akibat atau hasil
dari kegiatan komunikasi dapat mencakup tiga (3) aspek, diantaranya yaitu :
• Dampak kognitif adalah dampak yang timbul yang timbul pada
komunikan yang menyebabkan komunikan menjadi tahu atau
meningkat
intelektualisasinya.
Disini
pesan
yang
disampaikan
komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan perkataan
lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah
pikiran diri komunikan.
• Dampak afektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini
tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu,
tetapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.
• Dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. 12
Berdasarkan beberapa definisi komunikasi dan unsur-unsur komunikasi di
atas, dapat penulis simpulkan bahwa komunikasi adalah merupakan prasyarat
kehidupan manusia. Komunikasi dapat terjadi jika ada suatu interaksi yang akan
menghasilkan aksi dan reaksi. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara
perorangan maupun melalui medium atau alat perantara.
Harold.
D.
Lasswell
seperti
dikutip
Onong
Uchjana
Effendy
mengemukakan tentang bagaimana suatu proses komunikasi berlangsung dengan
memberikan suatu formula yang menjelaskan komunikasi dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan, sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect?. Formula Lasswell ini menunjukan unsur-unsur dalam
komunikasi yaitu: Komunikator (Who), Pesan (Says What), Media (In Which
Channel), Komunikan (To Whom), dan Efek (With what effect) atau “siapa
12
Onong Uchjana Effendy, Op Cit, hal. 107
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dan dengan pengaruh
bagaimana”.
2.2
Komunikasi Organisasi
2.2.1 Definisi Komunikasi Organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara
harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling
bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada
juga yang menamakannya sarana.
Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang
kepangkatan, dan pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern
Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana
dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya
manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang. 13
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk
komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa
yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktorfaktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban
bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk
selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi
tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi
dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai
pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi (Wiryanto,2005) 14 . Komunikasi formal adalah komunikasi yang
13
Everet M. Rogers, Communication in Organization.PT.RAJA Grafindo Persada,, jakarta, hal
256
14
Wiryanto,2005
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo,
kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun
komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual.
Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005:98) 15 mengidentifikasikan tiga
komunikasi organisasi sebagai berikut: fungsi perintah; fungsi relasional;
fungsi manajemen ambigu.
1.Fungsi perintah berkenaan dengan angota-anggota organisasi mempunyai
hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak
atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi diantara
sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut.
2.Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan anggotaanggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan
personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan
mempengaruhi kenirja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara.
Misal: kepuasan kerja; aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam
hirarkhi organisasional, dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya
dalam hubungan antarpersona yang baik lebih terasa dalam pekerjaan
ketika anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dlakukan tidak
anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi, sehingga
hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu konflik, kurang ditaati,
dsb.
3.Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi
organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Misal:
motivasi
15
berganda
muncul
karena
Conrad ,dalam Tubbs dan Moss, 2005:98
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pilihan
yang
diambil
akan
mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri sendiri;
tujuan organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya
pilihan tersebut adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi
adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity)
yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya
untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang
membutuhkan perolehan informasi bersama.
• Pengaruh Komunikasi terhadap Perilaku Organisasi.
Sebagai komunikator, seorang pemimpin organisasi, manajer, atau
administrator harus memilih salah satu berbagai metode dan teknik
komunikasi yang disesuaikan dengan situasi pada waktu komunikasi
dilancarkan. Sebagai komunikator, seorang manajer harus menyesuaikan
penyampaian pesannya kepada peranannya yang sedang dilakukannya.
Dalam hubungan ini, Henry Mintzberg seorang profesor manajemen pada
McGill University di Montreal-Kanada, menyatakan wewenang formal
seorang
manajer
menyebabkan
timbulnya
tiga
peranan:
peranan
antarpersona; peranan informasi; dan peranan memutuskan. 16
2.3
Komunikasi Internal
2.3.1 Definisi Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah dalam upaya menyampaikan pesan, ide,
gagasan serta informasi lainnya dapat terjadi dalam kontek secara vertical,
horizontal, maupun secara diagonal di dalam suatu organisasi . Hal itu
menunjukan
terjadinya
komunikasi
di
dalam
organisasi
(Internal
Communication).
Jika kita simpulkan ternyata komunikasi internal ini hanya merupakan
suatu pertukaran informasi didalam organisasi baik dalam kontek secara
16
Hafid cangara, pengantar ilmu komunikasi, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta,1998, hal 18
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
vertical maupun secara horizontal . Gibson, Ivancevid, Dannely (1987 : 440)
menambah satu kontek lagi dalam komunikasi internal itu yakni komunikasi
diagonal .
Meskipun komunikasi internal ini terjadi dalam tiga kontek seperti yang
telah disebutkan diatas, komunikasi internalpun dapat berlangsung secara
interpersonal dan secara kelompok.
2.3.2 Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertical adalah komunikasi yang dilancarkan dari atas ke
bawah (downward communication) dan sebaliknya dari bawah ke atas (upward
communication) atau dengan kata lain komunikasi yang dilancarkan oleh pihak
atasan kepada bawahan atau sebalknya dari bawahan kepada atasan (two way
traffic communication) .
Karena komunikasi menyangkut masalah hubungan manusia dengan manusia,
maka suksesnya komunikasi tergantung pada frame of reference manusiamanusia yang terlibat di dalamnya.
2.3.3 Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang dilakukan secara mendatar
antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan dengan karyawan dan
sebagainya . Untuk memecahkan masalah yang timbul akibat proses komunikasi
dengan jalur seperti itu adalah tugas Public Relation Officer ( Kepala Hubungan
Masyarakat) .
Antara komunikasi vertical dengan komunikasi horizontal terkadang terjadi
komunikasi diagonal.
2.3.4 Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi antar pimpinan antara pimpinan
seksi dengan pegawai seksi lain . Seperti kita ketahui bahwa komunikasi internal
ini bukan saja terjadi dalam tiga kontek seperti yang telah dijelaskan dimuka,
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
melainkan dapat pula terjadi secara personal (personal communication) dan
secara kelompok (group communication) .
Komunikasi persona Komunikasi persona adalah komunikasi antar dua orang
yang dapat berlangsung secara tatap muka (face to face communication) dan
komunikasi bermedia (mediated communication) .
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi persona
tatap muka adalah sebagai berikut :
• Bersikaplah empati dan simpati
• Tunjukanlah sebagai komunikator terpercaya
• Bertindaklah sebagai pembimbing, bukan pendorong
• Kemukakanlah fakta dan kebenaran
• Bercakaplah dengan gaya mengajak, bukan menyuruh
• Jangan bersikap super
• Jangan mengkritik
• Jangan emosional dan bicaralah secara meyakinkan .
Komunikasi kelompok (group communication) Komunikasi kelompok
adalah komunikasi antar seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap
muka . Komunikasi kelompok kecil (small group communication) Komunikasi
ini adalah komunikasi antara manajer atatu seorang administrator dengan
sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah
seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal . Komunikasi kelompok
besar Komunikasi ini adalah kelompok komunikasi yang karena jumlahnya
banyak, dalam situasi komunikasi hamper tidak terdapat kesempatan untuk
memberikan tanggapan secara verbal .
2.4
Media Internal
2.4.1 Definisi Media Internal
Media internal adalah publikasi menggunakan media yang secara
khusus dibuat oleh organisasi untuk kalangan lingkungan dalam (internal).
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Media ini biasanya memiliki format sebagai majalah, tabloid, dan lainnya.
Bentuk yang digunakan untuk media internal tergantung dari besar-kecilnya
organisasi dan anggaran yang tersedia.
¾ Manfaat media internal
1.Sebagai
media
penyebarluasan
informasi
tentang
operasional
perusahaan, mensosialisasikan kebijakan perusahaan dan mengangkat isyu
umum masalah-masalah perusahaan.
2.Saat dimanfaatkan dengan baik, media internal mampu mendekatkan
karyawan dan perusahaan. Pengukuran keberhasilan media internal adalah
saat karyawan merasa menjadi bagian dari organisasi melalui media
internal.
3.Dapat membantu saling pengertian antar karyawan.
4.Menanamkan
budaya
organisasi,
mempertahankan
dan
mensosialisasikan perubahan.
¾ Bentuk-bentuk media internal
Menurut Frank Jenkins ada lima bentuk media internal: 17
1.Buletin - biasanya digunakan sebagai komunikasi reguler antara
karyawan dan atasannya.
2.Nawala - berisi pokok-pokok berita untuk pembaca yang sibuk.
Formatnya biasanya memiliki 2-8 halaman, berukuran A4, dengan tulisantulisan ringkas tanpa gambar.
3.Majalah - berisi karangan khas, tulisan artikel, gambar atau foto, dan
biasanya terbit secara berkala. Formatnya biasanya berukuran A4.
4.Tabloid atau koran tabloid - mirip surat kabar umum dengan pokokpokok penting, artikel pendek, dan ilustrasi.
17
Frank Jefkins, Public Relations (Alih bahasa Haris Munandar), Jakarta: Erlangga,
hal54
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5.Majalah dinding - media komunikasi yang ada di titik-titik tertentu
lokasi suatu organisasi. Formatnya biasanya berisi poster-poster kecil.
¾ Aspek-aspek penyusunan media internal
1.Informasi: menambah pengetahuan (baru) bagi pembacanya, seperti
berita tentang perkawinan, kelahiran, kesejahteraan karyawan, pertemuan,
dan lain sebagainya.
2.Pendidikan: memperkenalkan pada pembacanya tentang cara baru
melakukan kegiatan atau cara-cara mengatasi masalah.
3.Rekreasi: Informasi yang dikandung memiliki ganjaran psikologis,
seperti anekdot, sentilan, cerita bersambung.
¾ Hal-hal terkait dalam memilih media internal
1. Seberapa sering media internal dapat dibuat sesuai dengan jumlah dana.
Termasuk menimbang perlu/ tidaknya menggali sumber pendanaan dari
majalah internal seperti penempatan iklan, kemungkinan harus membeli
hak cipta untuk pemuatan foto-foto.
2. Sejauh mana relevansinya dengan pencapaian tujuan dan target sasaran
yang
dituju.
3. Sumber daya yang diperlukan dalam membuat media internal.
4. Kebijakan redaksi, gaya penulisan terkait dengan target sasaran, dan
proses percetakan.
Macam-macam media massa tradisional
•surat kabar
•majalah
•radio
•televisi
•film (layar lebar).
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. 5 Efektivitas Media
2.5.1 Definisi Efektivitas Media
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif, yang memiliki arti ada
efeknya, manjur atau mujarab, dapat membawa hasil sedangkan untuk
efektivitas berarti keefektifan. 18 Apabila dihubungkan dengan komunikasi
maka komunikasi yang efektif adalah “bagaimana komunikator dengan
komunikan dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama tentang suatu
pesan atau efek perubahan yang terjadi disebut efek positif atau
efektivitas” 19 .
Komunikasi
yang
efektif
“memasyarakatkan
adanya
pertukaran informasi dan adanya kesamaan makna antara komunikator dan
komunikan” 20 .
Efektifitas media internal dalam kegiatan PR perlu diperhatikan, apakah
media yang digunakan PR efektif atau tidak dalam memenuhi kebutuhan
informasi. Oleh karena itu dalam menyajikan informasi, PR harus
memperhatikan nilai-nilai yang menjadi pendoman pembuatan media
komunikasi internal yang terpecaya. Sebuah media komunikasi yang efektif
harus memiliki empat nilai strategis didalamnya, yaitu21 :
1. Nilai Informasi
Media komuniaksi harus manampilkan nilai-nilia informasi yang bermutu
dan berguna bagi khalayaknya. Umumnya nilai informasi yang terkandung
dalam sebuah media komunikasi bersifat langsung menuju sasaran,
mengungkapkan
fakta
dan
digunakan
audience
menghendaki
pengungkapan secara langsung seperti pada peluncuran kebijakan baru.
2. Nilai pendidikan
Nilai pendidikan yang terkandung dalam media dapat tertera dengan jelas
apabila media tersebut menyampaikan hal-hal yang berkaiatan dengan
18
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/pbp
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation.PT.Raja.Grafindo
Persada.2000,hal.17
20
Rachmat Kriyantono. Tekniuk Praktis Riset Komunikasi. Persada Media Group. 2006, hal.3
21
Effendy.op.cit.158
19
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
peningkatan efisiensi kerja, membantu memecahkan masalah dan
menerapkan motivasi baru untuk prokdutivitas kerja.
b.
Nilai Hiburan
Tulisan media tidak hanya dimaksudkan untyuk memberi dan mendidik
masyarakat saja namun juga ada unsur menghibur yaitu memberikan rasa
santai dan kegembiraan terhadap khalayak yang membacanya.
Apabila media internal yanga da tidak efektif maka upaya PR dalam
pencapaian pesan-pesan perusahaan kepada khalayak internal dan ekternal
tentang aktivitas perusahaan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika media
internal tersebut efektif, maka keterbukaan dalam komunikasi antara
perusahaan dan publik dapat tercapai. Disamping itu akan adanya kesadaran
dan pengakuan manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan
para pegawai, dann kpomunikasi antara perusahaan dan publik pun dapat
menunjang teciptanya suasana yang kondusif dalam perusahaan.
Standard yang paling umum digunakan dalam audit komunikasi oleh
Andre Hardjana adalah “ efisiensi dan efektifitas “. 22 Efisiensi pada dasarnya
menunjukan bahwa “kegiatan dijalankan secara benar (doing the thing right)
berkaitan dengan penyimpangan cara kerja”. Sedangkan efektifitas
menunjukkan bahwa “kegiatan yang dilakukan adalah benar (doing the right
thing) berkaitan dengan penyimpangan tujuan”. 23 Komunikasi yang efektif
adalah komunikasi yang terjadi sehingga menimbulkan efek kognitif, afektif
dan konatif.
Efektif berarti mempunyai pengaruh, efek atau akibat, memberi hasil
yang memuaskan, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan berhasil guna.
Komunikasi yang efektif merupakan sarana agar tujuan yang sudah
ditetapkan akan sesuai target yang direncanakan. Kriteria komunikasi yang
efektif terdiri dari adanya penerima pesan, isi pesan, ketepatan, media
komunikasi dan sumber.
22
23
Andre Hardjana.Audit Komunikasi (Teori danPraktek). Grasindo. Jakarta.2003 hal.32
ibid
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Definisi efektifitas secara umum menurut Andre Hardjana adalah
mengerjakan hal-hal yang benar, membawa hasil, menangani tantangan masa
depan, meningkatkan keuntungan atau laba, dan mengoptimalkan penggunaan
sumber daya. Menurut Hardjana efektifitas dan efisiensi komunikasi dapat
diukur berdasarkan hal-hal berikut ini: 24
EFEKTIVITAS
EFISIEN
Pengertian umum
Pengertian umum
• Mengerjakan hal-hal yang
•
benar
benar
• Mencapai tingkat di atas
•
pesaing
meningkatkan output
• Membawa hasil
•
Memecahkan masa sekarang
•
Menanganni tantangan masa
• Menanganni
tantangan
masa depan
Mengerjakan hal-hal secara
Mengurangi
input
atau
kini
Meningkatkan
laba
keuntungan
•
Menekan biaya
•
Megamankan sumber daya
• Mengoptimalkan
penggunaan sumber daya
Pengukuran efektifitas media internal untuk memenuhi kebutuhan
informasi karyawan, peneliti memakai enam kriteria alat ukur efektivitas
khusus tentang komunikasi Andre Hardjana.
Dalam dimensi penerima yang menjadi kriteria pertanyaan adalah
apakah semua orang yang dituju menerima data? Dan apakah orang lain yang
dituju juga menerima data? Dimensi isi pesan, yang menjadi kriteria
24
Ibid, hal.23-24
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pertanyaan adalah apakah semua data ketepatan waktu, yang menjadi kriteria
pertanyaan adalah apakah data tersedia waktu dibutuhkan? Dan berapa lama
data disimpan sebelum dibutuhkan?
Dimensi media yang menjadi kriteria pertanyaan adalah melalui saluran
mana data diterima? Dan apakah tersedia saluran-saluran lain yang lebih
efektif? Dimensi format kemasan, yang menjadi kriteria pertanyaan adalah
dalam bentuk apa diterima? Dan apakah tersedia bentuk lain yang lebih
efektif? Dan yang terakhir dimensi sumber (source), yang menjadi kriteria
pertanyaan adalah siapa sumber langsung data yabg dibutuhkan? Dan apakah
tersedia sumber lain yang lebih dipercaya?
Dengan demikian dapat disimpulkan definisi sederhana dan tegas tentang
audit komunikasi adalah kajian mendalam dan menyeluruhtentang pelaksanaan
sistem komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan
efektifitas organisasi. Selain itu, efektifitas itu sendiri berhubungan dengan
apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan telah berhasil atau tidak, memberikan
dampak perubahan signifikan atau tidak. Efektifitas adalah derajat keberhasilan
suatu organisasi atau kelompok dalm usahanaya untuk mencapai apa yang
menjadi tujuan dari perusahaan
2.6
Humas
2.6.1 Definisi Humas
Pada dasarnya, Humas (Hubungan Masyarakat) merupakan bidang atau
fungsi tertentu yang dibutuhkan oleh setiap organisasi, baik itu yang bersifat
komersial maupun non komersial. Keberadaan humas adalah berupaya untuk
menciptakan citra yang baik dari lembaga kepada publik internal mapun
eksternal. Ada beberapa definisi tentang humas, diantaranya dikemukakan oleh
(British) Institute of Public Relations(IPR) terbitan bulan november 1987 :
Praktek Humas atau Public Relations adalah keseluruhan upaya yang
dilangsungkan secara terencana
dan berkesinambungan dalam rangka
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menciptakan dan memeliharaniat baik dan saling pengertian antara satu
organisasi dengan segenap khalayaknya. 25
Dari pengertian diatas menurut pemahaman penulis salah satu upaya
terencana dan berkesinambungan adalah dengan menerbitkan suatu media, dalah
hal ini majalaah internal yang bertujuan untuk menciptakan dan membina
pengertian antara organisasi (Kemenakertrans) dengan publiknya.
Betrand R. Canfield mengemukakan tiga fungsi humas, seperti yang
dikutip oleh Effendy dalam bukunya Human Relations and Public Relations,
yaitu:
1. Mengabdi kepada kepentingan umum.
2. Memelihara komunikasi yang baik.
3. Menitik-beratkan moral dan tingkah laku yang baik. 26
Humas bekerja dan memiliki kewajiban terhadap perusahaan, tetapi
meskipun demikian humas tetap memiliki tanggung jawab moral untuk melayani
publik dan kepentingan umum. Humas memiliki tugas untuk menjalin hubungan
dengan publik eksternal dan internal perusahaan, oleh sebab itu maka seseorang
humas harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan
mampu menjalin hubungan dengan orang lain. Humas merupakan cermin dari
perusahaan, publik memberikan penilaian terhadap suatu perusahaan dengan
cara mengamati tingkah laku para karyawannya, oleh sebab itu seorang humas
wajib menjaga sikpa dan tutur kata dengan tujuan untuk mmberikan penilaian
yang baik terhadap publik.
Humas sebagai suatu fungsu manajemen memiliki beberapa tugas yang
harus dijalankan. Effendy dalam bukunya Human Relations dan Public
Relations menyebutkan bahwa sebagai fungsi manajemen humas memiliki dua
tugas :
1. Sebagai sumber informasi (Source Of Informations)
25
Frank Jefkins, Public Relations (Alih bahasa Haris Munandar), (Jakarta: Erlangga, 2003 hal : 9
Onong Uchjana Effendy, Human Relations and Public Relations, Bandung, CV Mandar Maju,
1993 hal ; 137
26
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Sabagai saluran informasi (Channel Of informations
Tugas humas sebagai sumber informasiartinya adalah dia harus
mengetahui dan memahami seluk beluk perusahaan seperti: sejarah, fasilitas,
jenis produk, atau pelayanan yang dimiliki oleh perusahaan, nama-nama
pimpinannya , hubungan-hubungan yang dimiliki dengan pihak luar, dan
sebagainya. Humas juga harus mampu menginformasikan hal-hal tersebut
kepada publiknya dan membuat publiknya mengerti dan dapat menerima
informasi yang disampaikan. Sefdangkan tugas humas sebagai saluran informasi
artinya bahwa humas adalah penyambung lidah antara publik suatu perusahaan
baik internal maupun eksternal dengan pimpinan perusahaan.
Kegiatan Humas ditujukan untuk membuat publik berpikir positif tentang
organisasi. Tujuan ini dapat tercapai jika humas dapat menunjukkan hal-hal
positif tentang apa yang telah dilaksanakan dan direncanakan, memberikan
keterangan yang jujur kepada publik sehingga mereka dapat merasa
diikutsertakan dalam setiap usaha dan kegiatan organisasi.
Definisi lain tentang Humas dikemukakan oleh Frank Jefkins yang
menyatakan bahwa:
“Humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang
terencana, baik itu kedalam mapun keluar, antar satu organisasi dengan semua
khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan
pada saling pengertian” 27
Humas selalu melakukan kegiatan komunikasi. Ciri yang hakiki dari komunikasi
efektif dalam humas adalah komunikasi timbal balik, yang mampu menciptakan
saling pengertian dan dukungan bagi teciptanya tujuan organisasi.
Dr. Soleh Soemirat dan Drs Elvinaro dalam bukunya Dasar-Dasar Public
Relations mengungkapkan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai fungsi
manajemen, humas memiliki dua ruang lingkup, yaitu :
1. Ke Luar, humas fharus mengusahakan tumbuhnya sikap dan citra
masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan kebijaksanaan
lembaga atau organisasi.
27
Frank Jefkins, Public Relations, Jakarta: Erlangga, 1992, hal, 9
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Ke Dalam, (1) humas senantiasa bmembina sikap dan mental karyawan
agar dalam diri mereka tumbuh perasaan taat, patu dan dedikasi terhadap
lembaga atau organisasi tempat mereka bekerja. (2) menumbuhkan
semangat korp atau kelompok yang sehat dan dinamis. (3) mendorong
tumbuhnya kesadaran lembaga/perusahaan. 28
Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tugas humas adalah
menjali hubungan baik dengan publik. Dimana dua kelompok besar yang
dijadikan publik dalam kegiatan humas adalah publik internal dan eksternal.
Publik internal (internal public), adalah orang-orang yang secara struktural
termasuk anggota organisasi karyawan, apakah itu jawatan, lembaga,
perusahaan, dan lain-lain tanpa melihat pangkat, jabatan dan golongan. Tujuan
humas menjalin hubungan dengan publik internal adalah untuk menumbuhkan
loyalitas atau kesetiaan dan dedikasi karyawan kepada perusahaan dan juga
menciptakan kerjasama yang baik antara para karyawan dengan cara
menciptakan lingkungan kerja yang baik dan nyaman dan mereka juga menjadi
penyambung lidah antara karyawan dengan pihak manajemen.
Publik eksternal (Eksternal Public), adalah khalayak diluar organisasi
yang menjadi sasaran kegiatan lembaga hubungan masyarakat, tetapi ada
kaitannya dengan organisasi. Tujuan humas menjalin hubungan dengan publik
eksternal adalah untuk menciptakanopini dan citra positif dari publik
eksternalnya terhadap perusahaan baik yang berhubungan dengan produk
maupun pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.
2.6.2 Humas Internal
Humas internal merupakan sub bagian dari kegiatan kehumasan di suatu
organisasi kerja atau Kementerian. Hums internal merupakan suatu bidang tugas
kehumasan yang dilakukan oleh pekerja humas kepada publik internal untuk
menjaga agar tercapai kerjasama dan hubungan yang baik sehingga tujuan,
sasaranm dan kelangsungan kementerian dapat bertahan. Demikina pentingnya
28
Soleh Soemirat & Ardianto Elvinaro, Dasar-Dasar public Relations, Bandung: Bina cipta,
2003 hal 89
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
hubungan dengan publik internal maka penulis berpendapat bahwa publik
internal adalah bagian penting yang harus selalu di ingat dan dipantau kebutuhan
dan kepentingannya.
Internal Public Relations atau humas internal dalam “Kamus Komunikasi”
Onong Uchjana Effendy adalah :
“ Hubungan masyarakat diselenggarakan oleh pimpinan organisasi atau
seseorang yang ditugasi dengan orang-orang yang bergiat di dalam untuk
organisasi yang bersangkutan, suatu kegiatan komunikasi timbal
balikdalam rangka membina kerjasama yang akrab demi kepentingan dan
keuntungan bersama yang dilandasi asas saling pengertian dan saling
percaya. 29
Menurut Loina Peranginangin mengemukakan secara rinci bahwa fungsi /
peranan humas internal :
1. Mengidentifikasi kepentingan individu
2. Menjaga keserasian didalam kerja sama individu
3. Mengetahui setiap motivasi yang mengakibatkan perubahan di dalam
organisasi dengan memperhaitkan perasaan, emosi, dan sikap para
individu. 30
Sedangkan menurut M. Linggar Anggoro dalam bukunya Teori dan profesi
Kehumasan mengatakan dua definisi Humas, yaitu :
Segenap kegiatan humas yang secara khusus diarahkan kepada pihakpihak dalam lingkungan organisasi atau perusahaan pegawai anggota,
pimpinan, pemegang saham, dan sebagainya.
“Humas internal merupakan hubungan antara sesama pegawai pada suatu
perusahaan (Staff Relations) atau sesama anggota di sebuah organisasi
lebih berfokus pada aspek manusiawi.” 31
29
Effendy, Op cit, hal 186
Loina Peranginangin, Hubungan Masyarakat, Bandung : Cv Lalolo, 2001, hal : 91
31
M. Linggar Anggoro, Teori-teori & Profesi Kehumasan, Jakarta: Bumi Aksara, 2001 hal: 121
30
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari definisi diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa humas
adalah fungsi manajemen dari suatu perusahaan yang befungsi melakukan
kegiatan-kegoiatan komunikasi dengan publiknya dengan tujuan untuk membina
hubungan yang harmonis agar timbul saling pengertian dan niat baik dari publik
terhadap perusahaan.
Humas melaksanakan kegiatan internal untuk menjadi perantara,
penghubung antara setiap kedatuan kerja agar terjadi identifikasi kepentingan
pribadi dengan kepentingan organisasi. Kerena itulah tugas humas internal
adalah:
1. Menanamkan sikap PR- Midness pada karyawan dari pimpinan.
2. Memperoleh tugas dan wewenag yang jelas yang membatasi sekaligus
tugasnya yang mudah sekalimencampuri dan memasuki bidang lain
3. Memperoleh kepercayaan dan kerjasama dari teman sejawatnya.
4. Menanamkan prinsip serta program kerja dari organisasi kepada para
karyawan dan teman sejawat demi realisasi tujuan.
5. Memberikan bantuan jasa kepada bagian lain dalam organisasinya,
menunjang jenjeng wewenang yang dikenal sebagai “staff” maupun “Line
function”.
6. Meningkatkan keinginan dan hasrat serta mengadakan kemungkinan
untuk kerjasama serta partisipasi.
7. Mengadakan dan menyebarkan ide kesadaran masyarakat pada
karyawan dan semua dalam lingkungan kerjanya. 32
Dengan berbagai penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
humas internal adalah kegiatan yang menitikberatkan perhatian pada publik
dalam suatu organisasi. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah menciptkan
hubungan yang harmonis dalam organisasi.
Hubungannya dengan penelitian ini adalah bahwa Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi melaksanakan fungsi humas internal, yaitu melakukan
32
Loinan Peranginangin, Op cit, 2001, hal 91
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kegiatan yang sifatnya ke dalam instansi tersebut. Dengan cara menerbitkan
majalah internal “M-Power” yang bertujuan untuk menciptakan hubungan yang
harmonis di dalam organisasi.
2.6.3 Media Humas
Untuk melakukan komunikasi dengan publiknya (internal dan eksternal),
humas dapat menggunakan media komunikasi yang disebut media humas.
Menurut F. Rachmadi, media komunkasi yang dapat digunakan oleh organisasi
Public Relations, meliputi :
1. Media berita (News Media) seperti surat kabar, majalah, dll.
2. Media siaran (Broadcast), seperti radio dan televisi
3. Media komunikasi tatap muka atau komunikasi tradisional 33
Kita juga mengenal beberapa media hums yang dapat digunakan dalam kegiatan
humas, antara lain yaitu :
a. Media pers, baik itu berupa koran, majalah yang diterbitkan secara
umum maupun dalam jumlah terbatas untuk kalangan tertentu.
b. Audio Visual, yang terdiri dari slide, kset, video, atau bisa juga film
dokumenter.
c. Radio, yang memiliki skala lokal, regional atau bahkan internasional.
d. Televisi, yang dapat berskala lokal, regional, dan internasional.
e. Pameran ( Exhibition ), misalnya pameran perdagangan luar negeri,
eksibisi khusus yang diselenggarakan untuk memperkenalkan suatu
produk baru, dan sebagainya.
f. Bahan-bahan cetakan (Printed material) : yakni berbagai macam cetakan
yang bersifat mendidiki, informatif, dan menghibur yang disebarkan dalam
berbagai bentuk guna mencapai tujuan humas tertentu.
g. Penerbitan buku khusus ( Sponsored books ), bisa berisi seluk beluk
organisasi,
petunjuk
lengkap
mengenai
penggunaan
produk
sebagainya.
33
F. Rachmadi, Public Ralations Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya,
1994 hal 87
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan
h. Surat langsung ( direct mail ), surat ini dapat ditunjukkan kepda tokoh ,
atau pribadi-pribadi tertentu dan masyarakat umum.
i. Pesan-pesan lisan ( spoken word ), yaitu melalui komunikasi tatap muka.
j. Pemberian Sponsor ( sponsorship ), yaitu penyediaan dana atau
dukungan tertentu atas penyelenggaraan suatu acara seni, olah raga,
beasiswa universitas, dan sebagainya.
k. Jurnal organisasi ( house jurnal ), istilah jurnal intrnal memiliki
bermacam-macam padanan, mulai dari “jurnal internal” , “buletin
terbatas”, sampai ke “koran perusahaan”.
l. Ciri khas ( house style) dan identitas perusahaan (corporate identity),
bentuknya bisa bermacam-macam tergantung pada bentuk dan karakter
organisasinya.
m. Bentuk-bentuk media humas lainnya : seiring dengan waktu dan
kemajuan teknologi, bisa dipastikan bentuk media tersebut di masa akan
datang semakin bervariasi. 34
2.6.4 Media Internal Humas
Humas sendiri memiliki sarana guna meningkatkan dan menunjang
kegiatan hujas itu sendiri dalam hal ini disebut sebagai media humas. Media
menurut Onong Uchjana adalah saran untuk menyalurkan pesan-pesan fyang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
Menurut M. Linggar Anggoro mengenai media humas internal :
Variasi perangkat suatu komunikasi sangatlah besar namun pada umumnya
setiap organisasi hanya menggunakan sebagain kecil dari sekian banyak metode
yang ada. Tentulah pemilihan metode harus sesuai dengan karakteristik
organisasi, jumlah dan strata personelo, lokasi kerja.
Jurnal internal disini dapat diartikan sangat luas yakni sebagai bahan
cetakan yang diterbitkan secara teratur, yang bentuk kongkretnya dapat dilihat
dari bentuk-bentuk sebagai berikut :
34
Frank Jefkins, Public Relations, Jakarta: Erlangga, 1996, hal:61
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Majalah/Tabloid
Jurnal internal yang memiliki format majalah biasanya berukuran A4 (29
+210Mm ), isinya kebanyakan artikel-artikel, feature dan ilustrasi. Jurnal
itu biasa saja (Letterpress) atau biasa juga melalui teknik yang lebih
g=canggih seperti tekhnik litografip atau photograver
b. Koran
Isinya terdiri dari artikel-artikel berita yang disispi dengan artikel feature
dan ilustrasi. Proses pencetakannya biasanya lebih canggih yakni secara
offset-litho atau web offset-litho .
c. Newsletter
Jumlah halamannya sedikit, hanya dua sampai delapan halaman biasanya
berukuran A4. Sebagian isinya tulisan-tulisan singkat dengan atau tanpa
gambar. Pencetakannya bisa letterpress atau cetak biasa atau litografi atau
bisa juga dengan mesin fotograver.
d. Majalah Dinding
Bentuknya seperti poster kecil yang ditempelkan pada dinding. Ini
merupakan suatu media yang digunakan untuk keperluan internal maupun
eksternal. 35
Berdasarkan definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa media internal
adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan isi sampaian dari
organisasi (top manajemen ) kepada publiknya yang berada didalam organisasi
tersebut. Penyampaian terjadi bertujuan untuk menciptakan hubungan baik dan
meningkatkan citra. 36
Kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa organisasi Kementerian
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
menggunakan
media
internal
dalam
menyampaikan pesan atau informasi, yang secara umum tujuan dari penerbitan
media
atau
jurnal
internal
ini
adalah
untuk
mengemukakan
dan
menginformasikan kepada karyawanya mengenai kebijaksanaan dan kegiatan
35
36
M. Linggar Anggoro, op cit, 2001, hal 213
Frank Jefkins, op cit, 1992, hal 62
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kementerian menurut cara pandang Kementerian, kepada publik internalnya
yaitu karyawan Kemenakertrans. Dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi menggunakan media majalah internal yang diberi nama “MPower”.
2.7
Hubungan Karyawan (Employee Relations)
Merupakan salah satu bentuk dari kegiatan internal public relations yang
menitik beratkan kepada hubungan antara pimpinan perusahaan dengan
karyawan/publik karyawan, yang dalam hal ini mencakup kepada bentuk
kegiatan (H.R Danan Djaja 1985: 26-27) : 37
1. Penempatan dan pemindahan karyawan
2. Penerimaan pegawai baru
3. Kenaikan pangkat dan kondite karyawan
4. Pemutusan kerja
5. Pensiun dan jaminan sosial
Perencanaan dan pelaksanaan suatu program informasi dan komunikasi
karyawan biasanya harus terletak pada seksi hubungan karyawan dari bagian
hubungan masyarakatnya (PR). Nasihat serta kerjasama manajemen dan staf,
pelaksana yang melaksanakan hubungan personalia, karyawan, atau industri,
harus diusahakan dalam menentukan tujuan, media, dan pesan dari program
komunikasi. Koordinasi yang erat antara seksi hubungan karyawan dengan
seluruh staf serta bagian pelaksanaan organisasi adalah penting. Kegagalan
dalam menyajikan informasi kepada karyawan tentang kebijakan dan
perkembangan
perusahaan
yang
mempengaruhi
kepentingannya,
akan
menimbulkan kesalah pahaman, desas-desus palsu, dan kecaman. Apabila tidak
diberikan informasi tentang hal seperti itu, maka karyawan akan membuat
asumsinya sendiri, yang mungkin salah, atau mereka akan mendengarkan
sumber dari luar, yang mungkin memberikan informasi yang tidak tepat (H
Frazier Moore, 2005: 347).
37
H.R Danan Djaja “komunikasi internal” 1985: hal 26-27
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Para karyawan juga ingin menyatakan pendapatnya kepada manajemen
tentang pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan hal-hal lain yang mempengaruhi
kepentingannya.
Pelaksanaan
komunikasi
dua
arah
yang
memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan
usulan kepada manajemen adalah penting (H Frazier Moore, 1988: 5). 38
Fungsi komunikasi internal adalah mengusahakan agar para karyawan
mengetahui apa yang sedang dipikirkan manajemen dan mengusahakan agar
manajemen mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh karyawan. Frank
Jefkins (2005 :172) mengatakan bahwa:
“Komunikasi internal (lebih lanjut disebut sebagai komunikasi pegawai
atau employee relations), memiliki tiga bentuk. Yang pertama adalah
komunikasi ke bawah yaitu komunikasi dari pihak pimpinan kepada
karyawan. Kedua adalah komunikasi ke atas,
2.7.1 Karyawan
Didalam suatu organisasi, baik itu lembaga pemerintahan maupun swasta, peran
karyawan sangat penting untuk menjalankan kegiatan yang ada dalam suatu
instansi atau perusahaan, karyawan merupakan orang yang bekerja didalam
suatu organisasi untuk mendukung kegiatan manajemen organisasi.
Menurut Rhenald Khasali yang dikutip oleh Loina Lalolo menyebutkan
bahwa publik atau karyawan adalah kumpulan dari orang-orang atau pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. 39
Dengan demikian maka sekumpulan orang-orang atau pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan adalah publik internal perusahaan yaitu
karyawan.
Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya
Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek menyatakan bahwa karyawan adalah :
Semua pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor yang
serba bersih pula meupun pekerja kasar seperti supir atau pesuruh. Dengan
38
39
H Frazier Moore, 1988: hal 5
Loina Perangianangin, Op cit, 2001, hal 43
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
senantiasa berkomunikasi ddengan mereka akan dapat diketahui sikap, pendapat,
kesulitan, keinginan, perasaan, dan harapannya 40 .
Jadi penulis menyimpulkan bahwa seorang huma harus mempunyai sikap
perhatian terhadap kepentingan karyawan dengan cara selalu berkomunikasi
dengan karyawan sehingga dapat diketahui sikap, perasaan, pendapat, kesulitan
serta harapan dari para karyawan terhadap perusahaan.
Dengan adanya komunikasi kesalahpahaman komunikasi serta konflik
diantara karyawan dapat dijminimalisasikan dan karyawan dapat melakukan
pekerjaannya dengan maksimal, karena kerjasama antar karyawan terjalin
dengan baik dan pada akhirnya yang akan timbul adalah kepercayaan antar
karyawan shingga keharmonisan antar karyawan akan tercapai.
2.7.2 Hubungan Dengan Karyawan
Menurut Onong Uchjana Effendy, pengertian karyawan adalah “ semua
pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor yang serba
bersih pula, maupoun pekerja kasar seperti sopir atau pesuruh. 41
Seorang ahli Public Relations, Archibald Williams mendefinisikan
hubungan dengan karyawan (Employee relations) merupakan suatu kekuatan
yang hidup dan dinamis yang dibina dan diabadikan dalam hubungan
perorangan sehari-hari dibelakang mesin atau dibelakang meja tulis. Jadi PRO
bukan hanya duduk dikantornya melainkan harus berkomunikasi langsung
dengan karyawan. Dia harus senantiasa mengadakan kontak pribadi (Personal
Contact).
Employee
relations
merupakan
kegiatan
Public
relations
untuk
memelihara hubungan, khususnya antara para manajemen dengan para
karyawannya. Hubungan ini adalah dalam rangka kepegawaian secara formal.
Salah satu internal publik yang menjadi sasaran dari kegiatan kehumasan
di dalam Employee relations. Mereka merupakan suatu potensi yang sangat
berarti dalam organisasi diaman dapat dikembangkan lebih baik dari
40
41
Onong Uchjana Effendy, Op cit, 2002, hal 136
Ibid Hal, 136
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebelumnya.
Karena mereka dianggap salah satu publik yang menentukan
seksesnya organisasi. Maka perlu diadakan hubungan baik dan terarah.
Karyawan dibutuhkan oleh perusahaan agar kinerja perusahaan dapat
berjalan dengan baik. Dibutuhkan hubungan yang baik untuk menjaga kinerja
para karyawan tersebut agar tetap melaksanakan tanggung jawabnya. Adalah
majalah internal sebagai salah satu informasi untuk menjaga arus komunikasi
didalam instansi tersebut. Internal ini menyajikan komunikasi dua arah,
memberikan kesempatan kepada karyawan Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi untuk menyatakan pendapanya dalam majalah tersebut.
2.7.3 Majalah Internal
Majalah internal adalah majalah yang diperuntukan bagi seluruh karyawan
suatu organisasi/lembaga. Kata majalah berasal dari kata Arab, majallah.
Demikian pula kata magazine dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa yang
sama, yaitu mahazin, yang semula berarti gudang tetapi kemudian diartikan
sebagai ”gudang pengetahuan”. Di negeri-negeri Arab sendiri lebih populer
sebutan majallah daripada mahazin, Indonesia pada tahun 1988-1989 memiliki
sekitar 105 majalah yang berbeda-beda, terdiri atas majalah-majalah mingguan
(30), dwimingguan (38), bulanan (35), dwibulanan (1), dan triwulanan (1).
Kebanyakan majalah itu diterbitkan di Jakarta. Jumlah ini tidak mencakup jenisjenis penerbitan yang tidak beredar di pasaran umum seperti majalah
perusahaan, berbagai majalah ilmiah, dan majalah sari tulisan.
“Menurut Ensiclopedia Nasional Indonesia, ”majalah adalah suatu
penerbitan berkala yang menyajikan liputan jurnalistik dan artikel berisi
informasi dan opini yang membahas berbagai aspek kehidupan.
Adakalanya pemuatan tulisan dalam majalah hanya
dimaksudkan
sebagai hiburan”.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa, ”majalah umumnya berjilid,sampul
depannya dapat berilustrasi foto, gambar atau lukisan, tetapi dapat pula
berisi daftar isi atau artikel utama.” 42
42
Ibid., hal. 42
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Majalah biasanya dibedakan menurut kala (jadwal waktu) penerbitan dan
pengkhususan isinya. Menurut kala penerbitannya, terbitan berkala ini disebut
majalah mingguan, dwimingguan, atau tengah bulanan, bulanan, triwulanan, dan
sebagainya. Jika di kaitkan dengan penelitian ini, maka majalah M-Power
dikategorikan sebagai majalah intenal yang diterbitkan oleh Kemenakertrans
setiap dua bulan sekakali atau dalam frekwensi dwibulanan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang majalah internal sebagai
berikut :
ƒ Majalah internal harus menampilkan daya tarik dan isi, ukuran
halaman, jumlah kolom per halaman, hitam-putih atau warna,
bentuk hurur, jumlah ilustrasi, perimbangan anatar berita dan
tulisan feature merupakan hal-hal yang harus diperhitungkan
dalam penentuan format.
ƒ Penataan halaman harus di usahakan serapi mungkin agar setiap
materi yang disajikan nampak menarik, enak dibaca dan mudah
dipahami. Susunan kalimat yang tidak pada tempatnya, jumlah
subjudul yang terlalu sedikit dan penampilan yang terloalu pucat
merupakan hal-hal yang harus dihindari.
ƒ Selain itu pembuatan rancangan tidaklah semata-mata membuat
tulisan atau gambar dan mengirimkannya kepercetakan, lalu
menggarap hasil terbaik. Untuk memperoleh hasilmaksimalo, kita
harus membuart suatu lay out (tata letak) untuk tiap halaman jurnal
penempatan judul harus mendapatperhatian ekstra.
ƒ Isi dan daya tarik majalah haruslah dapat memikat setiap pembaca
yang membaca majalah tersbut. Misalnya, hurf-huruf berwarna
putih pada latar blok warna yang berwarna kuning. Dan juga
susunan dan makna kalimat harus dibuat semenarik mungkin. 43
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai beberapa hal yang harus
diperrimbangkan dalam membuat suatu majalah internal, maka dapat di
43
Frank Jefkins, Op cit, 1996, hal 14
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
paastikan bahwa suatu majalah internal yang naik dan menarik minat
pembcanya apabila majalah internal tersebut memperhatikan beberapa hal
tersebut diatas, seperti daya tarik isi, penataan halamannya, dan lay out.
Sedangkan pengertian isi menurut Pawit M. Yusuf adalah :
“ isi adalah informasi bacaan yang terkumpul dalam sumber-sumber bacaan “ 44
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa isi
Majalah M-Power merupakan informasi bacaan yang digunakan sebagai media
komunikasi oleh Kemenakertrans dalam menyampaikan pesan atau informasi
kepada karyawan seputar Kemenakertrans.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian dan
peran majalah adalah tugas utama dari sesuatu hal yang harus dilakukan melalui
terbitan berkala yang berisikan berbagai artikel berikutnya dijilid dan diberi
cover. Sedangkan sasaran dari terbitan berkala tersebut adalah publik intern,
ekstern dan publik eksternal-internal. Sedangkan majalah internal itu ditujukkan
bagi publik intern dan merupakan sara penting dalam kegiatan humas guna
membina hubungan yang harmonis. Jika dikaitkan dengan judul yang penulis
ambil ini maka M-Power Merupakan terbitan berkala dalam dua bulan sekali
yang ditujukan bagi internal publik yaitu para karyawan Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans).
2.8
Majalah Sebagai Media Komunikasi Karyawan
2.8.1 Definisi Majalah Sebagai Media Komunikasi Karyawan
Majalah internal merupakan suatu media yang digunakan oleh perusahaan
atau organisasi untuk menyampaikan informasi kepada publik internal yang
berbeda dilingkungan perusahaan atau organisasi tersebut. Dalam konteks
penerbitan majalah internal Onong Uchjana Effendy berpendapat : “bahwa
44
Pawit M. Yusuf, Pedoman Praktis Mencari Informasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995
hal: 16
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
majalah internal diterbitkan untuk eperluan publik di dalam organisasi, terutama
para karyawan yang sehair-harinya bekerja dilingkungan organiasinya.” 45
Kaitannya dengan media komunikasi, majalah internal merupakan salah
satu media yang digunakan untukmenyampaikan pesan dalam komunikasi
bermedia.
Komunikasi dengan menggunakan media menurut Onong Uchjana
Effendy mempunyai fungsi atau peran sebagai berikut :
1. Menyampaikan informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Mempengaruhi (to influence)
Kemudian apabila dikaitkan dengan judul yang penulis ambil, penulis
menyimpulkan bahwa media komunikasi adalah perantara yang digunakan
untuk menyampaikan informasi, yang bertujuan untuk mendidk, memnghibur
dan mempengaruhi dari komunikator kepada komunikan. Dalam hal ini media
komunikasi yang digunakan adalah majalah “M-Power”.
Majalah “M-Power” menyajikan berbagai informasi tenaga kerja dengan
tampilan yang kreatif. Majalah M-Power merupakan salah satu media informasi
internal yang berguna dan bermanfaat bagi karyawan/pegawai Kemenakertrans.
Media tersebut merupakan sumber informsi dan pengetahuan bagi para
karyawan, karena berisikan informasi mengenai perkembangan dan juga beritaberita aktual seputar internal Kemenakertrans.
Majalah internal itu sendiri merupakan bentuk dari pada media cetak yang
diterbitklan oleh suatu perusahaan secara internal dalam arti hanya untuk
karyawan Kemenakertrans yang bersangkutan.
45
Onong Uchjana Effendy, Op cit, 1989, hal 55
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.9
Efektivitas
2.9.1 Definisi Efektifitas
Peter Drucker mengemukakan bahwa,
“efektifitas adalah melakukan
pekerjaan yang benar (doing the ridht things). Oleh karenanya agar kegiatan
komunikasi dapat berhasil dan tercapai tujuannya maka komunikator dapat
memberi kesempatan kepada komunikan untuk meyampaikan umpan balik atau
feedback secara seluas-luasnya kepada komunikator. 46
Pengertian efektivitas yang dinyatakan oleh pendapat diatas bahwa setiap
komunikasi yang dilakukan bertujuan mendapatkan perubahan yang terjadi pada
komunikan sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.
Perubahan
semacam ini yang disebut efek positif atau disebut juga dengan efektivitas,
dimana komunikator disini adalah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
dan media yang digunakan adalah Majalah “M-Power” dan yang menjadi
komunikan adalah karyawan yang membuka dan membaca majalah tersebut.
Anwar Arifin mengemukakan efektivitas adalah :
“Bagaimanapun juga setiap komunikasi yang dilakukan mendambakan
efek yang positif atau efektifitas. Komunikasi yang tidak menginginkan
efektifitas sesungguhnya komunikasi yang tidak bertujuan. Efek dalam
komunikasi adalah perubahan yang terjadi dalam komunikasi (menerima
khalayak) sebagai akibat pesan yang diterimanya baik langsung maupun
melalui media massa. Jika perubahan itu sesuai dengan komunikator
maka komunikasi itu disebut efektif”. 47
Komunikasi
yang
tidak
menginginkan
efektivitas
sesungguhnya
komunikasi yang tidak bertujuan, efek dalam komunikasi adalah perubahan
yang terjadi sebagai akibat pesan yang diterimanya, baik langsung maupun
melalui media massa. Jika perubahan itu sesuai dengan komunikator, maka
komunikasi disebut efektif.
46
47
T. Hani Handoko, Manajamen, BPFE Yogyakarta, 1995, hal. 79
Anwar Arifin, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. RadjaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 9
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sedangkan Effendy : "Efektifitas adalah hasil kerja yang tepat, terkata
lain adalah suatu keberhasilan usaha atau tindakan". 48
Dikaitkan dengan penelitian bahwa efektifitas adalah suatu perubahan
yang terjadi dalam diri komunikan dari hasil membaca isi atau infomasi yang
disampaikan oleh Majalah ”M-Power” yang tepat, terarah atau berhasilnya suatu
usaha atau tindakan. Dalam hal ini karyawan yang membacanya memperoleh
banyak informasi mengenai internal kemenakertrans.
Hal ini adalah sebagai akibat dari pesan yang disampaikan oleh Humas
Kemenakertrans melalui Majalah ”M-Power.”
Komunikasi efektif adalah
sukses menyampaikan pesan, yang intinya adalah komunikator harus
mengetahui khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang
diinginkan.
Agar komunikasi efektif, pesan yang disampaikan harus bertautan dengan
proses penerimaan pesan oleh komunikan.
Ukuran efektif dapat dilihat dari
berhasilnya tujuan spesifik dalam waktu tertentu. Pada dasarnya fungsi
komunikasi disini adalah untuk menginformasikan (to inform) informasi seputar
pariwisata, dimana informasi tersebut dapat diterima dan sekaligus sebagai
media informasi oleh komunikan. Tujuan yang akan dicapai dalam sebuah
proses komunikasi adalah efektif (perasaan), kognitif (pengetahuan), dan
behavioral (tingkah laku atau tindakan). Dalam hal ini, Majalah ” M-Power ”
dapat mencapai tujuannya (efektif) jika salah satu efek di atas dapat terwujud
dan terpenuhi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas yaitu :
1.
Clearity (kejelasan). Pesan yang ditulis harus jelas, sehingga tidak terjadi
salah penafsiran oleh komunikan, kalimat maupun kata-kata yang
dipergunakan tidak dapat diartikan lain (double meaning)
2.
Legability (terang untuk dapat dibaca).
Mempunyai kombinasi warna pada website yang dapat menghasilkan kilau
(limisty) secara maksimum sehingga komunikan dapat membaca pesan.
3.
Tata letak. Letak antara gambar dan warna di dalam website harus
disesuaikan posisinya dan tidak menimbulkan kebosanan.
48
Onong Uchjana Effendy, Op.Cit., hal. 18
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.
Gaya bahasa yang disajikan pada website isinya haruslah dapat dimengerti
dan dapat mempengaruhi (persuasi) komunikan. 49
Dikaitkan dengan penelitian, maka faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas, yakni dengan adanya clearity (kejelasan), legability (terang untuk
dapat dibaca), tata letak dan gaya bahasa, maka Majalah ”M-Power” akan
efektif sebagai media informasi mengenai internal Kemenakertrans.
Jika Majalah ”M-Power”
dapat dikemas dalam bentuk yang menarik
dengan isi maupun informasinya yang aktual, lengkap, dan yang berbobot,
maka media informasi tersebut akan menjadi efektif dalam menyampaikan pesan
atau informasi mengenai program dan kegiatan yang dilakukan Kemenakertrans.
Bagaimana mengemas dan menulis isi atau informasi dalam Majalah ”MPower” agar dapat menarik minat karyawan untuk membacanya, maka menurut
Ruslan dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain :
(1) Materi dan bahasanya jelas, informatif, sistematis dan simpel.
(2) Memiliki fakta yang aktual dan faktual.
(3) Data, informasi bacaan atau referensi yang lengkap.
(4) Penampilan (performance) segi fisiknya.
(5) Lay out, desain, kualitas kertas atau cetakannya. 50
Selain faktor-faktor di atas,
I Gusti Ngurah Putra berpendapat bahwa
keefektifan media komunikasi dalam hal ini Majalah ”M-Power” dapat pula
dilihat berdasarkan pengukuran tentang hal-hal berikut :
a. Distribution, yakni mengetahui berapa persen khalayak yang
menerima penerbitan waktu itu.
b. Awareness, yakni mengukur bagaimana pembaca dapat mengingat
artikel-artikel yang ada di penerbitan perusahaan.
49
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, bandung, 1997, hal.
29
50
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, PT. RadjaGrafindo
Persada, Jakarta, 2006, hal. 195
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Reliability, yakni mengetahui respon pembaca terhadap persoalanpersoalan, apakah dapat dengan mudah dipahami, sangat bagus dalam
menyajikan pandangan berbagai pihak dan dapat dipercaya sebagai
sumber informasi.
d. Understanding, melihat presentasi / jumlah yang mengingat dan
memahami informasi tentang rencana perusahaan.
e. Readability, mengetahui tingkat kemudahan untuk dipahami artikelartikel yang ada berdasarkan tingkat pendidikan. 51
Rachmat Riyantono mengemukakan untuk mengukur efektifitas dari suatu hasil
program kegiatan di bidang kehumasan dapat digunakan tolak ukur sebagai
berikut :
1. Audience Coverage, adalah berapa banyak khalayak yang dapat diterpa
atau diijangkau pesan-pesan kampanye Public Relations atau marketing
communications. Disini pentingnya pemilihan media (media planning)
agar dapat menjangkau khalayak sasaran secara efektif.
2. Audience Response, adalah kampanye Public Relations akan efektif bila
khalayak merespon secara positif. Kampanye PR mampu mendorong
partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan.
Diharapkan akan memunculkan opini public yang positif atau favorable.
3. Communications Impact, adalah sejauhmana pesan-pesan komunikasi
yang menggunakan berbagai media mampu mempengaruhi kognitif
(pengetahuan atau pemikiran), afektif (apa yang dirasakan atau sikap),
dan konatif aatau perilaku khalayak.
4. Proccess of Influence, adalah proses persuasi yang dilakukan Public
Relations harus terkesan alamiah dan sewajarnya. Jangan sampai ada
pesan dipaksakan, apalagi kesan bahwa perusahaan adalah yang paling
hebat, paling benar dan sebagainya.
51
Proses pengaruh ini janganlah
I Gusti Ngurah Putra, Manajemen Humas, Penerbit UGM Press, Yogyakarta, 1998, hal. 84
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menggunakan berbagai cara tanpa mempertimbangkan kepentingan
khalayak. 52
Majalah ”M-Power” bisa diukur efektifitasnya dengan menggunakan tolak
ukur
di atas yang terdiri dari audience coverage, audience response,
communication impact, dan process of influence. Sehingga dengan demikian
maka peneliti bisa mengukur efektif atau tidaknya Majalah ”M-Power” dalam
menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan
Kemenakertrans kepada karywan.
Sementara Kumar
dalam Wiryanto, dikemukakan bahwa efektifitas
komunikasi mempunyai lima ciri, sebagai berikut :
(1) Keterbukaan (openess). Kemauan menanggapi dengan senang hati
informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan.
(2)
Empati (emphaty). Merasakan apa yang dirasakan orang lain;
(3) Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung
komunikasi berlangsung efektif;
(4)
Rasa positif (positiveness).
Seseorang harus memiliki perasaan
positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif
berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk
interaksi yang lebih efektif.
(5) Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang
penting untuk dikembangkan. 53
Dapat penulis simpulkan bahwa Majalah ”M-Power” sebagai sarana atau
media komunikasi Kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi dengan
karyawannya bisa diukur efektifitasnya dengan menggunakan tolok ukur di atas
yang terdiri dari keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan.
Dengan demikian penulisi bisa mengukur efektif atau tidaknya Majalah ”M52
Racchmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Kencana, Jakarta, 2009, hal. 273
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, hal. 121122
53
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Power” sebagai media informasi bagi karyawan Kemenakertrans berdasarkan
kelima ciri efektifitas komunikasi di atas.
Konsep efektifitas majalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
distribution, yakni mengetahui berapa persen karyawan Kemenakertrans yang
membaca keseluruhan isi majalah tersebutu.
Awareness, yakni mengukur
bagaimana pembaca dapat mengingat artikel-artikel yang ada di dalam Majalah
”M-Power”.
Reliability, yakni mengetahui respon pembaca terhadap persoalanpersoalan, apakah dapat dengan mudah dipahami, sangat bagus dalam
menyajikan pandangan berbagai pihak dan dapat dipercaya sebagai sumber
informasi.
Understanding, melihat presentasi / jumlah yang mengingat dan
memahami informasi kegiatan-kegiatan dan rencana-rencana Kemenakertrans,
dan reability, yakni mengetahui tingkat kemudahan untuk dipahami artikelartikel yang ada dan yang disajikan di dalam majalah berdasarkan tingkat
pendidikan karyawan yang membacanya.
2.9.2 Efektifitas Majalah Internal “M-Power” Sebagai Media Komunikasi
Karyawan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia”
Pada dasarnya menggunakan media informasi majalah adalah sebagai
pengembangan kebutuhan didorong oleh beragam motif. Motif seseorang dalam
memanfaatkan majalah ialah untuk memenuhi kebutuhan akan informasi terkini
tentang perkembangan informasi dan rencana-rencana kedepan yang dimiliki
oleh
Kemenakertrans
untuk
direalisasikan.
Dengan
demikian
semakin
berkembangnya teknologi komunikasi maka jarak, waktu, tempat yang berbedabeda tidak dapat mempersulit bagi seseorang atau karyawan kemenakertrans
untuk mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan kegiatan dan
informasi yang diberikan oleh Kemenakertrans.
Majalah “M-Power” dapat mempermudah untuk menyampaikan informasi
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh
Kemenakertrans. Untuk mengukur efektifitas Isi Majalah “M-Power” dilakukan
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berdasarkan beberapa indikator yaitu informasi yang ditampilkan, desain
majalah, cover, jumlah halaman, kualitas kertasnya, jumlah eksemplar serta
tampilan.
Dengan demikian penulis dapat menyatakan bahwa komunikasi
melalui media informasi majalah bisa dikatakan efektif jika pesan yang
disampaikan
dapat dipahami oleh komunikan, yang dalam hal ini adalah
karyawan yang membaca informasi yang ada dalam Majalah ”M-Power”
tersebut. Kemudian komunikasi dikatakan efektif apabila komunikan bersikap
atau berperilaku seperti apa yang dikehendaki oleh komunikator, dan adanya
kesesuaian antar komponen komunikasi.
Isi Majalah ”M-Power” tersebut dapat dikatakan dan diharapkan efektif
maka pesan atau informasi-informasi
yang disajikan perlu disiapkan dan
dikemas sedemikian rupa dan menarik sehingga sesuai dengan harapan dan
kebutuhan daripada keunikan kemudian mendorong komunikannya untuk
membaca. Kemudian menarik perhatian, dalam arti informasinya baru tidak
biasa. Simbol yang digunakan mudah dipahami, meliputi bahasa, istilah, katakata atau kalimatnya yang lazim dan biasa digunakan dalam kesehariannya.
Seperti yang telah dikemukakan Effendy di atas yang mengemukakan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas antara lain kejelasan
(clearity), artinya pesan yang ditulis di majalah harus jelas, sehingga tidak
terjadi salah penafsiran oleh komunikan, kalimat maupun kata-kata yang
dipergunakan tidak dapat diartikan lain (double meaning}. Selanjutnya
Legability (terang untuk dapat dibaca). Mempunyai berbagai kombinasi warna
pada majalah yang dapat menghasilkan kilau (limisty) secara maksimum
sehingga komunikan dapat membaca pesan yang disampaikan oleh pengelola
majalah tersebut dengan terang dan jelas serta dengan mudah dapat dimengerti.
Letak antara gambar dan warna harus disesuaikan posisinya dan tidak
menimbulkan kebosanan. Gaya bahasa pada suatu berita atau informasi dalam
media cetak Majalah “M-power”
haruslah dapat dimengerti dan dapat
mempengaruhi karyawan Kemenakertrans.
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download