ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR

advertisement
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR VARIABEL MONETER
TERHADAP TOTAL KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA
Disusun Oleh :
SYAMSUL BAHRI
107084003431
Disusun oleh :
SYAMSUL BAHRI
NIM : 107084003431
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/ 1434 H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap
: Syamsul Bahri
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 26 Agustus 1988
3. Alamat
: Jl. Jati Padang Utara Rt 004/02 no. 16,
kelurahan Jati Padang, kecamatan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan 12540
4. Telpon
: 085780406575
5. E-mail
: [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. MI Al Ikhlas Jakarta
Tahun (1995-2001)
2. SLTPI Assalaam Jakarta
Tahun (2001-2004)
3. MAN 4 Model Jakarta
Tahun (2004-2007)
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: M. Thohir Minan
2. Ibu
: Eeng Haeroni (alm)
3. Alamat
: Jl. Jati Padang Utara Rt 004/02 no. 16,
kelurahan Jati Padang, kecamatan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan 12540
v
ABSTRACT
The purpose of this study to analyze the effect of monetary variables
factors to total bank credit in Indonesia. The data used are time series data, which
was in 2007.1 - 2011.12 by using OLS (Ordinary Least Square).
These results indicate that the exchange rate has a positive and significant
impact on total bank loans amounted to 9.17%, the third party fund has a positive
and significant impact on total bank loans amounted to 44.01% and inflation has
a positive and significant impact on total credit of 0.5%. Contribution rate, thirdparty funds, and inflation to total bank loans amounted to 43.62%, while the other
variables were accounted for 56.38%.
Keywords: Total bank credit, Exchange Rates, third party fund, and Inflation
vi
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor variabel
moneter terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Data yang digunakan adalah
data time series yaitu tahun 2007.1 – 2011.12 dengan menggunakan metode OLS
(Ordinary Least Square).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan sebesar 9,17%, dana pihak
ketiga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan
sebesar 44,01% dan inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap total
kredit sebesar 0,5%. Kontribusi nilai tukar, dana pihak ketiga, dan inflasi terhadap
total kredit perbankan sebesar 43,62%, sedangkan variabel lainnya yang
berkontribusi sebesar 56,38%.
Kata kunci : Total kredit Perbankan, Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan
Inflasi
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik,
rahmat, dan hidayah- NYA sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan
tugas skripsi ini. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa islam sebagai penerang jalan hidup manusia.
Setelah melalui proses dan segala usaha, Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ ANALISIS PENGARUH FAKTORFAKTOR
VARIABEL
MONETER
TERHADAP
TOTAL
KREDIT
PERBANKAN DI INDONESIA”.
Dalam skripsi ini, terkadang penulis menghadapi hambatan yang memang
menjadi bagian dari suatu perjuangan untuk mencapai sebuah tujuan. Namun, penulis
menyadari bahwa ini merupakan proses yang harus dijalani. Oleh karena itu, banyak
pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga membukakan
kebutuhan yang penulis alami.
Atas segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun materil. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada:
1.
Kedua orang tuaku, M. Thohir dan Een Haeroni (Alm), Ibu Nurhayati dan kakak
Zakiyah. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian, terima kasih telah
membesarkan penulis dengan kesabaran, memberikan kasih sayang yang tulus,
dukungan, motivasi serta do’a yang tidak pernah putus. Do’a ku menyertai
kalian, semoga Allah memberikan balasan atas semua kesabaran kalian.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang secara tidak langsung mengajarkan penulis bagaimana menjadi seseorang
ekonom yang baik, serta mendo’akan penulis menjadi seseorang yang lebih baik.
viii
3.
Bapak Dr. Lukman, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan
waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran dalam
membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga
segala kebaikan dan ketulusan yang bapak berikan menjadi amal shaleh.
4.
Bapak M. Hartana I. Putra, SE. MSi., selaku dosen pembimbing II, yang
telah
meluangkan waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala profesionalitas dan
kesabaran. Semoga ilmu yang bapak berikan dapat bermanfaat dan menjadi
berkah Allah.
5.
Ibu Utami Baroroh, M.Si., selaku Sekretaris Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6.
Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis
selama masa perkuliahan.
7.
Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
8.
Keluarga tercinta, terima kasih selama ini telah memberikan penulis dukungan,
semangat, pelajaran, serta materi yang mungkin penulis belum bisa
membalasnya. Semoga Allah selalu melindungi kalian. Amin yaa robbal
‘alamin…
9.
Teman seperjuangan, M. Irfan Fahmi dan Rachmat Kurniadi. Terima kasih telah
memberikan dukungan, dan selalu bersemangat dalam memberi dorongan untuk
selalu berusaha. Semoga Allah memberikan yang terbaik buat kalian.
10. Sahabat-sahabat IESP terbaik, Heri Handoko, Muhammad Ahmad, Feni, Tri
Widarso, Finesya, Tika, Milad, Arini, Arudin, Arya, Slamet, Fikri, Satria, Edo,
Aldi, Danang, Putri, dan lain-lain. Terima kasih telah memberikan semangat
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
11. Sahabat-sahabat terbaik, terima kasih telah menjadi teman terbaik, yang selalu
ada untuk menghibur dan memberikan semangat penulis dalam menghadapi
cobaan hidup. Dan seluruh teman-teman IESP angkatan 2007.
ix
12. Dan semua pihak yang turut membantu, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis sadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh untuk mencapai
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran kritik yang sifatnya membangun senantiasa
penulis harapkan untuk membuat suatu perubahan yang baik.
Akhirnya penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat, baik kepada penulis maupun semua pihak yang berkesempatan membaca
skripsi ini.
Jakarta, 07 Mei 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
v
ABSTRACT
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
viii
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian............................................................................................. 12
D. Manfaat Penelitian........................................................................................... 13
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Moneter........................................................................ 14
1. Pengertian Moneter............................................................................. 14
2. Pengertian Kebijakan Moneter........................................................... 15
B. Ruang Lingkup Perbankan Indonesia................................................... 16
C. Tinjauan Umum Kredit.......................................................................... 17
1. Pengertian Kredit.................................................................................. 17
2. Jenis-jenis Kredit.................................................................................. 18
3. Tujuan Kredit........................................................................................ 22
x
D. Tinjauan Umum Nilai Tukar................................................................
26
1. Pengertian Nilai Tukar.........................................................................
26
2. Sistem Kurs Valuta Asing....................................................................
27
3. Macam-Macam Nilai Tukar.................................................................
29
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing......................
31
5. Perubahan Nilai Kurs..........................................................................
33
6. Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity Theory).............
34
E. Tinjauan Umum Dana Pihak Ketiga ( DPK).................................
35
1. Pengertian Dana Pihak Ketiga....................................................
35
2. Sumber Dana Pihak Ketiga dari Segi Mata Uang......................
38
F. Tinjauan Umum Inflasi.......................................................................
39
1. Pengertian Inflasi…………………………………………...........
39
2. Cara Mengukur Inflasi……………………………………...........
40
3. Jenis-Jenis Inflasi ………………………………….....................
40
4. Sebab-Sebab Terjadinya Inflasi…………………………......…..
41
5. Dampak Inflasi……………………………….............................
42
G. Penelitian Terdahulu..........................................................................
43
H. Kerangka Pemikiran..........................................................................
52
I. Keterkaitan Antar Variabel...............................................................
56
J. Hipotesa................................................................................................
58
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................
60
B. Metode Penentuan Sampel................................................................
60
C. Metode Pengumpulan Data Penelitian.............................................
61
D. Metode Analisis Data........................................................................
61
E. Operasional Variabel.........................................................................
72
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Objek Penelitian……………………………....…
xi
75
B. Hasil dan Pembahasan…………………………………………......
83
C. Interpretasi Ekonomi…………………………………………...…
93
BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan………………………………………………….......…
99
B. Implikasi………………………………………………………....…
100
DAFTAR PUSTAKA
103
xii
DAFTAR TABEL
No.
1,1
Keterangan
Halaman
Perkembangan Kredit, Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi Priode
Tahun 2007-2011
7
2.1
Penelitian Terdahulu
50
3.1
Operasional Variabel
74
4.1
Pergerakan Total Kredit Perbankan Tahun 2007 - 2011
76
4.2.
Rata-rata Nilai Tukar Tahun 2007 – 2011
78
4.3
Rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007 – 2011
80
4.4
Rata-rata Inflasi Tahun 2007 - 2011
81
4.5
Hasil Uji Linearitas
84
4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
86
4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
87
4.8
Hasil Uji Autokorelasi
88
4.9
Hasil Uji data dengan metode OLS
89
xiv
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Grafik Pertumbuhan Total Kredit
4
2.1
Kurva kenaikan permintaan kurs
33
2.2
Kurva kenaikan penawaran kurs
34
2.3
Kerangka Pemikiran
55
4.1
Grafik Total Kredit Perbankan Tahun 2007 - 2011
76
4.2
Grafik Nilai Tukar Tahun 2007 – 2011
78
4.3
Grafik Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007 – 2011
80
4.4
Grafik Inflasi Tahun 2007 – 2011
81
4.5
Histogram – Normalitas test
85
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1.
Data Penelitian (Data mentah)
106
2.
Hasil data setelah ditransformasikan ke logaritma natural
108
3.
Hasil uji regresi dengan menggunakan OLS
110
4.
Hasil uji Linearitas
111
5.
Hasil uji Normalitas
112
6.
Hasil uji Multikolinearitas
113
7.
Hasil uji Autokolerasi
114
8.
Hasil uji Heteroskedastisitas
115
xvi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Moneter
1. Pengertian Moneter
Secara etimologi, kata moneter
berarti sesuatu yang ada sangkut
pautnya dengan mata uang, berhubungan dengan uang atau keuangan. Ada
pula yang mengartikan moneter berarti “segala sesuatu mengenai uang”.
Sedangkan sistem moneter berarti suatu istilah umum yang meliputi
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan yang mempengaruhi
mata uang negara tertentu. Dalam hubungannya dengan kebutuhan manusia,
manusia yang hidup
dalam suatu negara membutuhkan stabilitas
perekonomian. Salah satu cara untuk menstabilkan perekonomian suatu
negara ialah melalui kebijakan moneter yang tepat. (Winardi, 1995:2).
2. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut
dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan. Secara umum, kebijakan moneter
memiliki
beberapa
tujuan,
yaitu
meningkatkan
kesempatan
kerja,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas harga, menjaga
stabilitas suku bunga, menjaga stabilitas pasar keuangan, dan menjaga
14
stabilitas pasar valuta asing. Idealnya, otoritas moneter ingin mencapai
semua tujuan tersebut, tapi pencapaian berbagai tujuan tersebut secara
bersamaan adalah sangat sulit terlebih karena antar tujuan tersebut sering
kali bersifat kontradiktif (Mishkin, 1996:174).
Adanya konflik antar berbagai tujuan kebijakan moneter menimbulkan
pemikiran baru untuk menetapkan tujuan
atau sasaran tunggal berupa
stabilitas harga. Alasan pemilihan stabilitas harga sebagai sasaran tunggal,
antara lain (Mishkin, 1996 dalam Julaihah, 2007:27):
1) tidak adanya
trade off antara pengangguran dan inflasi, alasan ini
didukung dengan banyaknya studi yang menghasilkan adanya korelasi
positif antara pengangguran dan inflasi;
2)
kestabilan harga dalam jangka panjang akan mendorong tingkat
pertumbuhan output yang tinggi dan lebih mempercepat pertumbuhan
ekonomi;
3) inflasi akan menurunkan kesejahteraan, jika inflasi dapat diantisipasi
secara tepat maka biaya inflasi berasal dari pemegangan uang suboptimal
(shoe leather costs), kebutuhan penyesuaian harga (menu costs), dan efek
distorsi dari sistem pajak. Namun, jika inflasi tidak diantisipasi, maka biaya
inflasi jauh lebih tinggi.
Selain terdapatnya konflik antar sasaran, otoritas moneter juga dihadapkan
pada permasalahan lain, yaitu adanya time lag antara aksi penerapan kebijakan
dan hasil penerapan kebijakan. Misalkan otoritas berharap untuk mencapai
kestabilan harga, instrumen kebijakan moneter yang dimiliki oleh otoritas tidak
15
bisa secara langsung mempengaruhi tujuan tersebut. Adanya permasalahan
time lag tersebut, maka diperlukan sasaran operasional dan sasaran antara.
Sasaran operasional dan sasaran antara dapat dijadikan indikator apakah
kebijakan yang diterapkan berada pada jalur yang tepat dan jika terdapat
kesalahan, maka otoritas dapat segera melakukan koreksi terhadap kebijakan
tersebut (Mishkin, 2001:172).
Bahwa dalam praktek, penggunaan sasaran antara tergantung pada
pendekatan operasional apa yang digunakan oleh bank sentral, yaitu apakah
pendekatan berdasarkan kuantitas besaran moneter (quantity-based approach)
atau pendekatan berdasarkan harga besaran moneter/suku bunga (price-based
approach). Umumnya, pendekatan berdasarkan kuantitas menggunakan
sasaran antara secara tegas. Sementara
itu, pendekatan berdasarkan harga
umumnya tidak menggunakan sasaran antara secara tegas; namun, pengaruh
perubahan sasaran operasional ditransmisikan pada perubahan akhir melalui
perkembangan beragam information variables yang berfungsi sebagai leading
indicator dari perkembangan kegiatan ekonomi dan tekanan inflasi, misalnya,
ekspektasi inflasi dan suku bunga jangka panjang (Warjiyo, 2003:58)
B. Ruang Lingkup Perbankan di Indonesia
Perbankan indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti
perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan
adalah terutama dari faktor eksternal yaitu adanya perkembangan sektor riil
dalam pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial masyarakat, politik dan
demokrasi, serta pengaruh dari dunia internasional. Terdapat faktor-faktor
16
internal bank yang merubah secara langsung kondisi perbankan indonesia,
namun perubahan yang disebabkan faktor internal semakin besar karena
adanya tekanan dari perubahan eksternal (Ade, 2006:42).
Bagi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian
suatu negara. Karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan
ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu negara
dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin
maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam
mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin
dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2008:7).
C. Tinjauan Umum Kredit
1. Pengertian Kredit
Kata kredit telah lazim kita gunakan pada praktek perbankan dalam
pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata “kredit”
berasal dari kata romawi “credere” yang berarti percaya atau “credo” atau
“ceditum“ yang berarti saya percaya. Maksudnya adalah sipemberi kredit
percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan pasti
dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan penerima kredit berarti
menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar
kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya
(Kasmir,
2010:101).
17
Dalam kamus besar bahasa indonesia salah satu pengertian kredit
adalah
pinjaman
uang
dengan
pembayaran
pengembalian
secara
mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh
bank atau badan lain (Hermasyah, 2008:162).
Berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas
undang-undang No 7 tahun 1992 tentang perbangkan memberikan
pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12 tentang kredit dan pembiayaan:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga”. “Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengambilkan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil”.
2. Jenis-Jenis Kredit
Pemberian kredit pada Bank umumnya ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan perorangan atau badan yang membutuhkan. Bank indonesia
sebagai pemberi kredit, dapat memberikan bantuannya secara langsung
kepada pihak ketiga bukan bank, seperti Pertamina, yang disebut dengan
kredit langsung. Sedangkan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia ke
bank-bank umum, ditujukan untuk membantu bank umum dalam memenuhi
18
kebutuhan likuiditasnya maupun kebutuhan yang akan disalurkan ke
nasabahnya. Kredit jenis ini disebut dengan kredit likuiditas (Judisenno,
2005:139).
Adapun jenis-jenis kredit menurut Judisenno (2005:139) adalah sebagai
berikut :
a. Kredit dari segi tujuannya, meliputi :
1. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk
memperlancar kegiatan yang sifatnya konsumtif, seperti kredit
Pemilikan Rumah (KPR), kredit pembelian Mobil/Motor, credit card,
dan kredit konsumtif lainnya.
2. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk
memperlancar proses produksi.
3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membantu
pihak-pihak yang akan membeli barang untuk dijual kembali, seperti
bank garansi, pajak piutang, self liquidity credit, pinjaman berjangka
(term loan), pembiayaan bersama, dan jenis-jenis pinjaman lainnya
yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu pembiayaan modal
kerjanya seperti L/C dan sebagainya.
b. Kredit dari segi penggunaannya, meliputi :
1. Kredit eksploitasi, yaitu berjangka waktu pendek yang diberikan oleh
bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal kerja untuk
memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Kredit ini sering
disebut sebagai kredit modal kerja.
19
2. Kredit investasi, kredit ini adalah kredit jangka menengah atau jangka
panjang yang diberikan oleh bank kepada pihak perusahaan yang
membutuhkan dana untuk investasi atau penanaman modal.
c. Kredit dilihat dari segi jangka waktunya, meliputi :
1. Jangka pendek, biasanya berkisar antara 1 (satu) tahun.
2. Menengah, biasanya berkisar antara 1-3 tahun.
3. Jangka panjang, biasanya berkisar lebih dari 3 tahun.
Di samping prinsip penilaian kredit yang telah dibalas sebelumnya,
maka dalam melakukan analisis kredit sangat penting melakukan
penilaian terhadap beberapa aspek yang menyangkut kegiatan usaha
calon debitur, yaitu (Siamat, 2005:356):
a. Aspek pemasaran
Penilaian
yang
perlu
ditekankan
disini
adalah
menyangkut
kemampuan daya beli masyarakat (purchasing power), kompetisi,
pangsa pasar, kualitas produksi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut
akan mempengaruhi perkembangan usaha debitur. Analisi pemasaran
perlu dilakukan untuk melihat kondisi pasar saat ini, meliputi jumlah
penawaran yang sudah ada untuk jenis produk yang direncanakan
peminjam dan kemampuan pasar menyerap produk debitur. Demikian
pula prospek pemasaran perlu diperhatikan perkembangannya dan
permintaannyadi masa yang akan datang.
20
b. Aspek teknis
Penilaian terhadap aspek teknis ini antara lain meliputi kelancaran
produksi, kapasitas produksi, mesin-mesin, peralatan, ketersediaan
dan kontinuitas bahan baku. Di samping itu, kualitas tenaga kerja yang
dimiliki dan fasilitas teknis yang ada cukup untuk mempengaruhi
penilaian aspek teknis.
c. Aspek manajemen
Dalam penilaian aspek manajemen, perlu diperhatikan struktur
organisasi dan anggota-anggota manajemen, termasuk kemampuan
dan pengalamannya, serta pola kemimpinan yang diterapkan oleh top
manajemen.
d. Aspek yuridis
Penilaian aspek yuridis ini antara lain meliputi : status hukum badan
usaha, misalnya akte pendirian yang telah dipisahkan oleh yang
berwenang, legalitas usaha, meliputi kelengkapan izin usaha dan yang
cukup penting adalah bagaimana legalitas barang-barang jaminan
yaitu kepemilikannya harus didukung dengan dokumen yang sah dan
penguasaan calon debitur.
e. Aspek sosial ekonomi
Penilaian aspek ini pada dasarnya untuk mengetahui apakah usaha
yang akan dibiayai dengan kredit bank tersebut diterima atau
memnberikan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan
masyarakat setempat. Sehubungan itu, perlu diperhatikan apakah
21
proyek tersebut mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat
atau mungkin bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan agama
masyarakat setempat.
f. Aspek finansial
Penilaian aspek keuangan ini meliputi keadaan keuangan perusahaan
debitur yang akan dibiyai. Untuk melakukan penilaian keadaan
keuangannya, perlu diperoleh data-data mengenai laporan keuangan,
arus dana, realisasi produksi, pembelian dan penjualan.
3.Tujuan Kredit
Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak pernah lepas dari segi
tujuan mencari keuntungan, dengan demikian juga dalam pemberian kredit.
Namun karena didalam kredit terdapat unsur resiko, maka mencari
keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, karena
dana yang dialirkan dalam bentuk kredit adalah untuk memperoleh
keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat pinjaman dana di
bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bunga tanpa
dikuatirkan oleh kredit macet. Selain probability dan safety bank, khususnya
bank pemerintah, mengemban tugas sebagai agent of devolopment yaitu
dalam hal (Judisenno, 2005:167):
1. Mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan
karena dengan semakin bnayak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan , maka semakin baik, mengingat semakin banyaknya kredit
berarti peningkatan pembangunan diberbagai sektor.
22
2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya
guna menjamin kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini bank dapat
membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk
investasi maupun untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak
debitur akan mampu mengembangkan dan memperluas usahanya.
3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan
dapat memperluas usahanya. Keuntungan ini sangat penting bagi
kelangsungan hidup bank. Jika bank terus menerus mengalami kerugian,
maka kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).
Dalam prakteknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut:
1. Kredit bertujuan untuk mencari keuntungan
Tujuan utama dari pemberian kredit adalah memperoleh keuntungan.
Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
nasabah.
2. Kredit bertujuan untuk membantu nasabah
Tujuan selajutnya atas pemberian kredit adalah membantu usaha nasabah
yang memerlukan, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
3. Kredit bertujuan untuk membantu pemerintah
Tujuan lainnya dari pemberian kredit adalah membantu pemerintah
dalam berbagai bidang, semakin banyak kredit yang disalurkan berarti
adanya kucuran dana dalam rangka meningkatkan pembangunan
diberbagai sektor, terutama sektor riil. Secara garis besar keuntungan
23
yang didapat oleh pemerintah adalah bertambahnya penerimaan pajak,
membuka lapangan kerja, menghemat dan meningkatkan devisa.
Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga
memiliki fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut
antara lain:
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang.
Maksudnya adalah jika uang hanya disimpan saja dirumah maka tidak
akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikan kredit, uang
tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh
penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari
suatu wilayah kewilayah lainnya. Sehingga suatu daerah yang
kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan
memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh sidebitur
untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna.
4. Meningkatkan peredaran uang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus uang disuatu
wilayah kewilayah lainnya, sehingga jumlah uang berbeda dari suatu
24
wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah
uang beredar.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas
ekonomi. Karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah
jumlah barang yang diperlukan masyarakat. Kredit dapat pula membantu
mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri sehingga dapat
membantuh devisa negara.
6. Untuk meningkatkan kegairahan produksi
Bagi sipenerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan
berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya terbatas. Dengan
memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau
memperluas usahanya.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang diberikan dalam suatu perekonomian
maka akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara sipenerima kredit dengan sipemberi kredit.
Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama
dibidang lainnya.
25
D. Tinjauan Umum Nilai Tukar
1. Pengertian Nilai Tukar
Kurs atau nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai
mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata
uang asing (Sukirno, 2002:87).
Kurs valuta asing dapat didefinisikan juga sebagai nilai seunit valuta
(mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam negeri
(Sukirno, 2000:197).
Kurs atau valuta asing merupakan perbandingan nilai atau harga antara
dua mata uang yang berbeda (Nopirin, 1990:163).
Uang merupakan alat tukar yang dapat diterima secara umum, namun
dapat menjadi persoalan yang lebih rumit jika menyangkut urusan di luar
batas negara, karena uang suatu negara belum tentu diakui dinegara lain,
maka harus dikonversikan dahulu kepada mata uang negara tujuan. Pada
umumnya perdagangan antar negara dapat berlangsung jika dimungkinkan
menukar mata uang suatu negara menjadi mata uang negara lain. Nilai tukar
atau kurs satu mata uang terhadap mata uang lainnya merupakan bagian dari
proses valuta asing.
Kenaikan harga valuta asing disebut depresiasi atas mata uang dalam
negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai relatif mata
uang dalam negeri merosot. Turunnya harga valuta asing disebut apresiasi
mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, ini berarti
nilai relatif mata uang dalam negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta
26
asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau penawaran
dalam bursa valuta asing (hukum penawaran dan permintaan). Perubahan
karena adanya permintaan dan penawaran ini dapat disebabkan oleh eksporimpor, aliran modal luar negeri dan lain-lain.
2. Sistem Kurs Valuta Asing
Ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian
internasional, yaitu (Kuncoro, 2001:26):
A.
Sistem Kurs Mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau
tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs
mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu:
1) Mengambang bebas (murni)
Dimana kurs uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme
pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering
disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan
devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya
untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)
Dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan
kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa
biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter tidak perlu membeli
atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
27
B.
Sistem Kurs Tertambat (pegged exchange rate)
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya
dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang
biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama
“Menambatkan” ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut
bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi
sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi
tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata
uang yang menjadi tambatannya.
C.
Sistem Kurs tertambat Merangkak (crawling pegs)
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan
dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk
bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu.
Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur
penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem
kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutankejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang
tiba-tiba tajam.
D.
Sistem Sekeranjang Mata Uang (basket of currencies)
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan
nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan
dari sistem iniadalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara
karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.
28
Seleksi mata uang yang dimasukkan “keranjang” umumnya
ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara
tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda
tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang
mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang
yang berbeda dengan bobot yang berbeda.
E.
Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate)
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs
tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui
untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada
kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi
dalam batas yang sangat sempit.
Kurs valuta asing adalah kurs mata uang asing menunjukkan
harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata
uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefiniskan sebagai
jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang
dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
3. Macam-Macam Nilai Tukar
Menurut Mankiw (2000:125), macam-macam nilai tukar dapat
dibedakan menjadi dua macam:
1. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate)
Nilai tukar nominal adalah nilai atau uang tarif dimana seseorang
dapat memperdagangkan mata uang suatu negara dengan mata uang
29
lainnya. Contohnya jika nilai tukar Rp 8000 untuk setiap satu dolar
amerika serikat, maka jika anda memberikan kepada petugas bank $ 1
adalah anda akan memperoleh Rp 8000.
Nilai tukar ini selalu dapat dinyatakan dengan dua cara, atau secara
timbal balik. Jika nilai tukar dolar terhadap rupiah adalah $1 = Rp 8000.
Itu artinya kurs rupiah terhadap dolar adalah Rp 1 = 1/8000 dolar.
Jika nilai tukar rupiah terhadap dolar meningkat artinya peningkatan
tersebut disebut dengan apresiasi. Sedangkan jika nilai tukar rupiah
terhadap dolar mengalami penurunan itu disebut depresiasi.
2. Nilai tukar riil (real exchange rate)
Nilai
tukar
riil
adalah
tingkatan
dimana
seseorang
dapat
memperdagangkan barang atau jasa dari suatu negara dengan barang dan
jasa di negara lainnya. Sebagai contoh seseorang berbelanja dan
mendapati bahwa harga suatu krat minuman ringan yang dibuat di negara
lain adalah dua kali harga minuman sejenis buatan lokal. Berdasarkan
perbandingan harga tersebut, kita kemudian dapat mengatakan bahwa
nilai tukar riil adalah setengah krat minuman ringan impor tersebut
persatu krat minuman ringan lokal. Nilai tukar riil tersebut dinyatakan
sebagai unit-unit barang asing perunit dari barang domestik.
Menurut Mankiw (2000:329), formula untuk Perhitungan nilai tukar
riil dengan cara sebagai berikut:
Nilai tukar riil :
Nilai tukar nominal x harga domestik
Harga luar negeri
30
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing
Menurut Sukirno (2004:402-403), perubahan dalam permintaan dan
penawaran suatu valuta asing yang selanjutnya menyebabkan perubahan
dalam kurs valuta asing, disebabkan oleh banyak faktor. Yang terpenting
diantaranya adalah seperti yang sebagai berikut:
1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat
Cita masyarakat mempengaruhi corak ekonomi mereka. Maka
perubahan cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka
atas barang-barang yang diproduksi didalam negeri maupun yang di
impor. Jika kualitas barang impor lebih berkualitas daripada barangbarang yang diproduksi dalam negeri akan menyebabkan keinginan
masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang impor bertambah besar
sehingga permintaan barang-barang impor ikut bertambah besar.
Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran
valuta asing.
2. Perubahan harga-harga barang ekspor dan impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor yang menentukan
apakah suatu barang akan di impor atau di ekspor. Barang-barang dalam
negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif lebih murah akan
menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan
berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah
impor. Dan sebaliknya, impor akan menyebabkan perubahan dalam
penawaran dan permintaan uang negara tersebut.
31
3. Kenaikan-kenaikan harga umum (inflasi)
Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta
asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan
nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek
inflasi yang berikut : inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor
menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, inflasi berkecendrungan
mengurangi ekspor. Keadaan ini menyebabkan permintaan valuta asing
bertambah dan akhirnya akan harga valuta asing akan bertambah.
4. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian sangat penting dalam
mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian
investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri
akan mengalir keluar negeri. Begitupun sebaliknya, suku bunga dan
pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri
masuk ke negara tersebut. Apabila lebih banyak modal mengalir kesuatu
negara, permintaan ke atas maka uangnnya bertambah maka nilai mata
uang tersebut akan bertambah.
5. Pertumbuhan ekonomi
Efek yang akan diakibatkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi yang
berlaku. Apabila kemajuan itu teryata diakibatkan oleh perkembangan
ekspor, maka permintaan keatas maka uang negara tersebut bertambah
lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang
negara bersangkutan akan meningkat.
32
5. Perubahan Nilai Kurs
Kurs yang ditentukan oleh pasar bebas dapat mengalami dua bentuk
perubahan, yaitu perubahan kurs atas efek perubahan permintaan dan
perubahan kurs atas efek perubahan penawaran (Gregori menkiew,
2000:400-401).
1. Perubahan kurs atas efek kenaikan permintaan
Harga dolar
D
D 1
S
2000
1500
Q1
Q2
Gambar 2.1.
Kurva kenaikan permintaan kurs
Dalam gambar 2.1 diatas dimisalkan bahwa pada mulanya
kuantitas dolar
permintaan keatas dolar adalah D dan penawaran keatas dolar adalah S.
Maka kurs pertukaran adalah satu dolar sama dengan 1500 rupiah dan
kuantitas dolar yang dijual belikan adalah Q1. Dari akibat suatu kenaikan
dalam permintaan keatas dolar, kurva permintaan dolar bergerak dari D
ke D1. Kurva yang baru ini menaikkan harga dolar dari 1500 rupiah
setiap unit menjadi 2000 rupiah perunit dan menambahkan kuantitas
valuta dolar yang diperjual-belikan dalam pasar valuta asing dari Q1
menjadi Q2.
33
2. Perubahan kurs atas efek perubahan penawaran
Harga dolar
S
S1
2000
1500
D
Q1
Q2
Gambar 2.2
Kurva perubahan penawaran kurs
Dari gambar 2.2 diatas yang ditunjukkan adalah perubahan
penawaran. Kurva S dan D menggambarkan penawaran dan permintaan
uang dolar yang pada mulanya wujud. Sesudahnya
penawaran
bertambah dari S menjadi S1 sebagai akibat kurs pertukaran untuk setiap
dolar turun dari 2000 rupiah menjadi 1500 rupiah, dan kuantitas mata
uang dolar dan diperjual-belikan bertambah dari Q1 menjadi Q2
6. Teori Paritas daya beli (Purchasing Power Parity Theory)
Satu teori terkenal mengenai bagaimana kurs ditentukan adalah teori
paritas daya beli (purchasing power parity-PPP). Teori ini menyatakan
bahwa kurs antara dua mata uang akan melakukan penyesuaian yang
mencerminkan perubahan tingkat harga dari kedua negara (Mishkin,
2008:112-113).
Teori paritas daya beli merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang
adalah identik dengan rasio dari tingkat harga umum dari kedua negara yang
34
bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan
diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar
valas. Menurut teori ini, pasar valas berada pada kondisi keseimbangan
apabila semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan
tingkat imbalan yang sama.
Kondisi dimana tingkat imbalan yang semua simpanan dalam berbagai
valas sama disebut kondisi paritas suku bunga (interesty parity). Dengan
kata lain, segenap simpanan valas menawarkan tingkat imbalan resiko kurs,
dan kemungkinan perubahan kurs secara keseluruhan setara sehingga
prospek keuntungan ataupun daya tarik atas aset-aset tersebut besar.
Kenaikan suku bunga
dari simpanan suatu mata uang domestik
menyebabkan mata uang domestiknya tersebut mengalami depresiasi
terhadap mata uang asing, dengan asumsi kondisi yang lainnya tetap
(perkiraan kurs dimasa datang tidak berubah). Namun demikian, asumsi
yang digunakan tersebut dalam kenyataannya sangat tidak realistis sebab
perubahan suku bunga senantiasa disertai dengan perubahan kurs dimasa
yang akan datang. (Domonic,1997 pada Gandha, 2011:33-34).
E. Dana Pihak Ketiga (DPK)
1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari
masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan
deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa
besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga
35
yang dapat dihimpun oleh perbankan. Sedangkan menurut Peraturan Bank
Indonesia No. 10/19/PBI/2008 menjelaskan, “ dana pihak ketiga bank,
untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk
dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing”. Umumnya dana yang
dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan
aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo dalam Francisca dan
Siregar, 2009). Dana pihak ketiga terdiri dari Giro, Tabungan dan Deposito.
Giro menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah
simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat.
Dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari
masyarakat yang terhimpun melalui produk giro, tabungan dan deposito.
DPK yang dimiliki oleh bank akan disalurkan ke berbagai jenis pembiayaan,
semakin besar keuntungan yang diraih bank dengan bagi hasil, maka akan
menarik nasabah untuk menempatkan dananya di bank. Nasabah akan
membandingkan secara cermat antara expected rate of return yang
ditawarkan bank dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank
konvensional. Hal ini akan menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah
nasabah dan dana pihak ketiga. (Nur Kurnaliyah, 2011:30)
Menurut (Arifin 2006 dalam Saras 2011:24), yang termasuk dalam dana
pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak
ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
36
1. Giro, giro yang pada bank disebut giro umumnya tetap sama dengan giro
bank konvensional, dimana bank tidak membayar apapun kepada
pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya layanan (service charge).
Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam operasi bagi hasil (profit
sharing). Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya
oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman depositor kepada bank. Beberapa
ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank
sebagai simpanan untuk keamanan.
2. Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana ada
beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan
biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga,
tabungan juga mempunyai sifat yang sama, kecuali bahwa penabung
tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung boleh
menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh
bank, dan setuju untuk berbagi risiko dengan bank.
3. Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan
pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito
diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba/rugi bank.
Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya rekening investasi atau
simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal
jatuh tempo yang berbeda-beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan
37
(pooled) menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah
sebagai sumber dana utama bagi kegiatan pembiayaan (financing).
Modal yang dimiliki bank sebagian besar berasal dari dana pihak
ketiga (DPK) sesuaikan dengan salah satu fungsi bank yaitu menghimpun
dana dan menyalurkanya kepada masyarakat (Siamat, 2004:246).
Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat,
dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah
tngga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah
maupun dalam mata uang asing. Pada sebgian besar atau setiap bank,
dana masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimilki.
Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari
masyarakat. (Heitzzal Rivai dkk, 2007:37)
2. Sumber Dana Pihak Ketiga dari Segi Mata Uang
a. Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah
Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada
pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun bukan
penduduk. Komponen dana pihak ketiga ini terdiri dari Giro,
Simpanan Berjangka (Deposito dan Sertifikat Deposito), Tabungan
dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera
yang dapat dibayar, surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman
yang diterima, setoran pinjaman, dan lainnya. Tidak termasuk dana
yang berasal dari Bank Sentral.
38
b. Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing
Yaitu kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak
ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada Bank
Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang). Dana pihak ketiga
valuta asing terdiri atas Giro, Call Money, Deposit on Call (DOC),
Deposito Berjangka, Margin Deposit, Setoran Pinjaman, Pinjaman
yang diterima, dan kewajiban-kewajiban lainnya dalam valuta asing.
F. Tinjauan Umum Inflasi
1. Pengertian Inflasi.
Inflasi adalah kemerosotan nilai mata uang suatu negara. Menurut
Nopirin (1990:25), yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan
harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama suatu priode
tertentu.
Para ekonomi modern memberikan definisi bahwa inflasi adalah
kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai
unit perhitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa.
Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan
moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai
deflasi (deflation) (Karim, 2008:510).
Menurut Sukirno (2000:174), tingkat inflasi adalah persentase
kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun. Selain itu juga dalam
buku yang berbeda memberikan pengertian bahwa inflasi adalah kenaikan
dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah
39
lebih besar dibandingkan dengan penawaran dipasar. Dengan kata lain,
terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit.
2. Cara Mengukur Inflasi
Menurut Nopirin (1990:25-26), inflasi atau kenaikan harga dapat diukur
dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering
digunakan untuk mengukur inflasi adalah:
1. Indeks
biaya
hidup
(consumer
price
indeks)
yaitu
mengukur
biaya/pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli
oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Banyaknya barang tersebut
bermacam-macam, di Indonesia terdapat 9 bahan pokok, 62 macam
barang serta 162 barang.
2. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price indekx) yaitu
menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan berat
seperti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi.
3. GNP deflator yaitu jenis barang yang mencakup dalam perhitunga GNP.
Dimana perhitungannya diperoleh dari membagi GNP nominal (atas
harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan).
3. Jenis Inflasi
Menurut Nopirin (1990:27) berdasarkan sifatnya, inflasi dapat
dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Inflasi merayap (creeping inflation) yaitu inflasi yang mempunyai laju
kurang dari 10% pertahun
40
2. Inflasi menengah (galloping inflation) yaitu inflasi yang mempunyai laju
yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit)
3. Inflasi tinggi (hyper inflation) yaitu inflasi yang lajunya meningkat
sampai 5 atau 6 kali lipat.
4. Sebab-sebab Terjadinya Inflasi
Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah kelebihan
permintaan yang disebabkan oleh penambahan jumlah uang beredar.
1. Inflasi tarikan permintaan (Demand-pull Inflation)
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat
demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaaan kesempatan
kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan penuh.
2. Inflasi desakan biaya (cosh push inflation)
Inflasi ini bersumber dari masalah kenaikan harga-harga dalam
perekonomian yang diakibatkan kenaikan biaya produksi. Pertambahan
biaya produksi mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga,
walaupun mereka harus mengambil resiko yang akan menghadapi
pengurangan dalam permintaan barang-barang yang diproduksinya.
Inflasi ini juga terjadi pada saat perekonomian berkembang dengan pesat
ketika pengangguran sangat rendah.
3. Inflasi di impor (imported inflation)
Inflasi ini muncul akibat meningkatnya harga barang-barang impor.
Apalagi barang tersebut mempunyai peranan penting dalam kegiatan
pengeluaran perusahaan-perusahaan. Contohnya minyak bumi.
41
5. Dampak Inflasi
Inflasi atau kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus menerus telah
menimbulkan
beberapa
dampak
buruk
terhadap
masyarakat
dan
perekonomian secara keseluruhan. Menurut Nopirin (1990:32-33), kenaikan
harga atau inflasi memiliki dampak terhadap masyarakat dan perekonomian,
yaitu sebagai berikut:
1. Dampak terhadap pendapatan (equity effect)
Efek terhadap pendapatan adalah terjadinya pendapatan yang tidak
merata. Ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan.
2. Dampak terhadap efisiensi (efficiency effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Dengan
adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang
lebih besar dari barang lain, yang kemudian produksi barang tersebut
mengalami kenaikan. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan
mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.
3. Dampak terhadap output (output effect)
Disaat laju inflasi sangat tinggi maka akan mengurangi outpun nasional.
Karena dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai mata uang riil turun
dengan drastis, masyarakat cenderung tidak suka memegang uang kas,
transaksi mengarah kearah barter, yang biasanya diikuti dengan
penurunan produksi barang.
42
G. Penelitian Terdahulu
Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan
peneliti lain dan permasalahan yang diangkat juga pernah dilakukan oleh
beberapa penelitian lain, baik itu melalui penelitian biasa maupun skripsi.
Penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai referensi bagi kajian-kajian dimasa
yang akan datang. Seperti beberapa penelitian yang terdahulu yang dijadikan
kajian pustaka yaitu penelitian dari :
1. Billy Arma Pratama (2010)
Penelitian tentang kredit perbankan yang diteliti oleh Billy Arma
Pratama,
penelitian tersebut berjudul “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan”. Penelitian ini
menggunakan metode sensus dimana keseluruhan Bank Umum yang
terdapat dalam periode penelitian dijadikan sebagai obyek penelitian.
Penelitian
menggunakan 60 waktu amatan (N = 60) (bulan Januari -
Desember periode tahun 2005 - 2009). Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder Bank Umum di Indonesia yang meliputi
Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR),
Non
Performing Loan (NPL), kredit dan data sekunder suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dan
Statistik Ekonomi Moneter Indonesia periode tahun 2005 - 2009 (bulanan).
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan
suku bunga SBI selama periode penelitian tidak mempengaruhi penyaluran
43
kredit secara signifikan. Semakin tinggi suku bunga SBI akan mendorong
peningkatan jumlah kredit yang disalurkan.
2. Yoda Ditria, Jenni Vivian, dan Indra Widjaja (2008)
Penelitian ini berjudul tentang “Pengaruh tingkat suku bunga, nilai
tukar rupiah, dan jumlah ekspor terhadap tingkat kredit perbankan”. Analisis
hubungan dan pengaruh antara variabel - variabel tersebut diatas akan
diukur secara statistik dengan menggunakan metode korelasi dan regresi
linier berganda serta uji hipotesis untuk mengambil kesimpulan ada atau
tidak adanya hubungan yang signifikan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dalam rentang waktu
23 (Dua Puluh Tiga) kuartal yaitu dari Maret 2002
sampai dengan
September 2007. Pergerakan indikator makro ekonomi Indonesia bervariasi,
sehingga pergerakan
perubahannya dapat mencerminkan volatilitas
perekonomian. Pos yang dijadikan obyek penelitian adalah jumlah kredit,
jumlah kredit modal kerja,
jumlah kredit investasi, dan jumlah kredit
konsumsi dari seluruh perbankan di Indonesia. Pengaruh indikator makro
seperti ekspor, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap USD
memberikan dampak yang berbeda – beda terhadap kredit dan juga tiga
macam jenis kredit yang terdiri dari kredit modal kerja, kredit investasi, dan
kredit konsumsi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah
ekspor berjalan searah dengan jumlah kredit dan ketiga jenis macamnya
dimana jika ekspor mengalami kenaikan maka seluruh macam kredit juga
mengalami kenaikan. Tingkat suku bunga bergerak berlawanan terhadap
44
jumlah kredit maupun ketiga macam jenis kredit lainnya, dimana jika
tingkat suku bunga bergerak naik maka akan mengurangi jumlah kredit
termasuk didalamnya kredit modal kerja, kredit
investasi, dan kredit
konsumsi. Sama dengan pengaruh tingkat suku bunga, pengaruh nilai tukar
terhadap jumlah kredit dan ketiga jenis kredit lainnya berpengaruh secara
berlawanan, dimana jika kurs naik maka akan Pengaruh Tingkat Suku
Bunga mengurangi jumlah kredit baik itu kredit modal kerja, kredit
investasi, maupun kredit konsumsi.
3. Ni Nyoman Aryaningsih (2006)
Penelitian ini tentang “Pengaruh suku bunga, inflasi, dan jumlah
penghasilan terhadap permintaan kredit di PT BPD cabang pembantu
Kediri. bertujuan mendeskripsikan (1) pengaruh suku bunga, inflasi dan
jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit secara parsial, (2) pengaruh
suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit
secara simultan. Obyek penelitian adalah PT BPD Cabang Pembantu Kediri
dengan fokus mengenai suku bunga, inflasi, jumlah penghasilan dan
permintaan kredit. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi dan
wawancara. Teknik analisis data menggunakan Analisis Regresi Linear
Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga, inflasi tidak
berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit, sedangkan jumlah
penghasilan berpengaruh signifikan. Kontribusi suku bunga, inflasi dan
jumlah penghasilan terhadap perubahan permintaan kredit sebesar 37,8%,
sedangkan variable lainnya berkontribusi 62,2%. Penelitian terkait lebih
45
lanjut hendaknya mempertimbangkan unsur informasi, issuer dan news
dalam meneliti permintaan kredit.
4. Sri Haryati (2009)
Penelitian ini mengkaji tentang “Pertumbuhan kredit perbankan di
Indonesia : intermediasi dan pengaruh terhadap variabel makro ekonomi”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel makro
ekonomi seperti
suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar, dan variabel
pertumbuhan ekses likuiditas (secondary reserve). Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa fungsi allocation fubs approach telah berjalan
dengan baik, dengan demikian disarankan agar bank benar-benar
mengaplikasikan portfolio alokasi dana dengan benar dan tepat, sehingga
selain mempertahankan likuiditas untuk memenuhi ketentuan regulasi dan
mempertahankan kepercayaan masyarakat. Pada variabel makro ekonomi
pada perbankan tersebut yaitu suku bunga BI, inflasi, nilai tukar mempunyai
pengaruh positif signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan
fundamental perbankan di indonesia saat ini sudah cukup kuat, maka dalam
penyalurannya kredit harus tetap mempertimbangkan prediksi kondisi
ekonomi makro di samping tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam
menjalankan
fungsi
intermediasinya,
sehingga
tidak
meningkatkan
timbulnya kredit bermasalah yang dapat berakibat pada penurunan ekuitas
khususnya dan penurunan kemampuan permodalan secara umum.
46
5. Tatik setiyati (2007)
Penelitian ini menguji tentang “Analisis pengaruh suku bunga kredit,
dana pihak ketiga, dan produk domestik bruto terhadap kredit perbankan di
indonesia”. Dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Dana
pada penelitian ini hasil penelitian ini bunga kredit dan dpk berpengaruh
negatif dan signifikan, sedangkan pdb berpengaruh positif terhadap
penyaluran kredit dan hasil uji f variabel independen cr, dpk, pdb secar
bersama-sama mempengaruhi penyaluran kredi pada perbankan pada tingkat
signifikan 5%.
6. Akhmad Kholisudin (2012)
Penelitian ini menguji tentang ” Determinan permintaan kredit pada
bank umum di jawa tengah 2006-2010”. Obyek dalam penelitian ini adalah
tentang
permintaan
kredit
perbankan
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya yaitu tingkat suku bun-ga, inflasi dan nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika dan krisis global pada bank umum di Jawa Tengah
pada periode waktu 2006-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang terdiri dari satu variabel terikat (dependent
variable) yaitu permintaan kredit perbankan pada bank umum di propinsi
Jawa Tengah dan empat variabel bebas (independent variable) yaitu tingkat
suku bunga kredit, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika dan
krisis global. Data sekunder yang digunakan berbentuk runtut waktu (time
series) bulanan selama 5 tahun (2006-2010). Data sekunder ini bersumber
dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI).
47
Metode analisis data yang digunakan da-lam penelitian ini adalah regresi
berganda dengan metode ordinary least square (OLS). Dalam penelitian ini
pengujian dilakukan dengan bantuan software computer E-views 6.0 dan
pembahasan analisis secara deskriptif. Hasil Variabel nilai tukar secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit dan
sesuai hipotesis. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih
kecil dari 0,05 (α = 5%). Artinya adalah kurs berpengaruh terhadap
permintaan kredit perbankan pada bank umum di Jawa Tengah pada tahun
2006-2010. Berdasarkan hasil pengujian, variabel inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap permintaan kredit perbankan. Artinya adalah jika inflasi
mengalami kenaikan maka permintaan kredit perbankan pada Bank Umum
di Jawa Tengah akan turun namun tidak begitu besar. Sebaliknya jika inflasi
turun maka permintaan kredit perbankan pada Bank Umum di Jawa Tengah
akan meningkat.
7. Mohammed Amidu dan Simon K. Harvey (2006)
Penelitian ini tentang ” The Impact of Monetary Policy on Banks Credit
in Ghana”. Studi ini meneliti apakah kredit bank dibatasi oleh kebijakan
moneter di Ghana. Itu analisis dilakukan dengan menggunakan data yang
berasal dari database Keuangan Internasional Statistik. Model kuadrat
terkecil
digunakan
untuk
mengestimasi
persamaan
regresi
setelah
menyelidiki sifat deret waktu variabel. Kredit bank diwakili oleh pinjaman
bank dialokasikan secara bebas yang mungkin lebih sensitif terhadap
perubahan dalam kebijakan moneter. Perubahan jumlah uang beredar dan
48
suku bunga bank sentral adalah proxy dari kebijakan moneter. Penelitian ini
mengungkapkan bahwa kredit bank Ghana dipengaruhi secara signifikan
oleh kegiatan ekonomi negara dan perubahan penawaran uang. Hasil dari
Penelitian juga mendukung penelitian sebelumnya bahwa tingkat inflasi
negatif tetapi secara statistik signifikan mempengaruhi kredit bank.
Anehnya, penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara tingkat
bank sentral utama dan kredit bank Ghana. Namun, koefisien dari suku
bunga secara statistik tidak signifikan. Nilai utama dari penelitian ini adalah
identifikasi faktor-faktor kebijakan moneter yang mempengaruhi kredit
bank di Ghana.
8. A. Tarkan Cavusoglu (2002)
Penelitian ini tentang” Credit Transmission Mechanism in Turkey: An
Empirical Investigation”. Hasil ini menunjukan jelas menunjukkan bahwa
perilaku pinjaman bank deposit uang di Turki secara signifikan dipengaruhi
oleh dinamika yang dikenakan melalui kebijakan keuangan utang dalam
negeri. Dampak dari kebijakan moneter pada perilaku pinjaman bank
terhadap uang dan transmisi ini berdampak bagi perusahaan bank yang
tergantung merupakan dasar untuk menentukan suatu pinjaman bank saluran
mekanisme transmisi kebijakan moneter. Efek dari penurunan pinjaman
mereka memiliki efek yang lebih signifikan terhadap kegiatan ekonomi
daripada bahwa penurunan pinjaman bank-bank besar. Tanggapan pasokan
proporsional pinjaman bank untuk cadangan guncangan karena perbedaan
49
ukuran mereka dapat memberikan bukti nyata terjadinya efek output
ditularkan oleh saluran pinjaman bank.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1.
Nama Peneliti
A. Tarkan
Cavusoglu
(2002)
2.
Mohammed
Amindu dan
Simon K.
Harvey (2006)
3.
Tatik setiyati
(2007)
4.
Yoda Ditria,
Jenni Vivian,
dan Indra
Widjaja (2008)
Judul
Variabel
Metodologi Dan Hasil
Analisis menggunakan data panel,
penyatuan dimensi seri crosssection
Hasil :
Penelitian ini menjelaskan bahwa
hubungan dana pihakn ketiga
berupa tabungan memiliki
pengaruh positif dan signifikan
karena pihak nasabah mempunyai
andil penting demi perekonomian
Turki.
The Impact of
 Kredit
Analisis menggunakan data yang
Monetary Policy  Nilai tukar
berasal dari database
on Banks Credit  Suku bunga
Statistik Keuangan Internasional
in Ghana
Hasil
:
 Inflasi
Penelitian
juga mendukung
 GDP
penelitian sebelumnya bahwa
tingkat inflasi tidak berpengaruh
tetapi secara statistik secara
signifikan mempengaruhi kredit
bank. Anehnya, penelitian
menunjukkan hubungan yang
positif antara tingkat bank sentral
utama dan kredit bank Ghana
Analisis
 Dana Pihak
 Analisis Regresi Linier Berganda
Ketiga (DPK)
 Hasil :
pengaruh suku

PDB
Hasil penelitian ini bunga kredit
bunga kredit,
dan dpk berpengaruh positif dan

Kredit
dana pihak
signifikan, sedangkan pdb
ketiga, dan
berpengaruh positif terhadap
produk domestik
penyaluran kredit dan hasil uji f
bruto trhdp
variabel independen cr, dpk, pdb
kredit perbankan
secar bersama-sama mempengaruhi
di indonesia
penyaluran kredi pada perbankan
pada tingkat signifikan 5%
Pengaruh tingkat  Ekspor
 Analisis Regresi Linier Berganda
suku bunga, nilai Tingkat Suku
 Hasil :
tukar rupiah, dan
Bunga
Dari hasil penelitian dapat
jumlah ekspor
 Nilai Tukar Rupiah disimpulkan bahwa jumlah ekspor
Credit
Transmission
Mechanism in
Turkey: An
Empirical
Investigation
 Kredit
 DPK
 Investasi
50
terhadap tingkat
kredit perbankan
Terhadap USD
 Jumlah Kredit
Modal Kerja
 Jumlah Kredit
Investasi
Jumlah Kredit
Konsumsi
berjalan searah dengan jumlah
kredit dan ketiga jenis macamnya
dimana jika ekspor mengalami
kenaikan maka seluruh macam
kredit juga mengalami kenaikan.
Tingkat suku bunga bergerak
berlawanan terhadap jumlah kredit
maupun ketiga macam jenis kredit
lainnya, dimana jika tingkat suku
bunga bergerak naik maka akan
mengurangi jumlah kredit termasuk
didalamnya kredit modal kerja,
kredit investasi, dan kredit
konsumsi. Sama dengan pengaruh
tingkat suku bunga, pengaruh nilai
tukar terhadap jumlah kredit dan
ketiga jenis kredit lainnya
berpengaruh secara berlawanan,
dimana jika kurs naik maka akan
 Suku bunga
 Analisis Regresi Linier Berganda
 Inflasi
 Hasil :
 Jumlah penghasilan Hasil penelitian menunjukkan
 Permintaan kredit. bahwa suku bunga, inflasi tidak
berpengaruh secara parsial
terhadap permintaan kredit,
sedangkan jumlah penghasilan
berpengaruh signifikan. Kontribusi
suku bunga, inflasi dan jumlah
penghasilan terhadap perubahan
permintaan kredit
 Kredit
 Analisis Regresi Linier Berganda
 Ekses likuiditas
 Hasil :
Pada variabel makro ekonomi pada
 Dpk
 Pinjaman/simpanan perbankan tersebut yaitu suku
bunga BI, inflasi, nilai tukar
diterima
mempunyai pengaruh positif
 Pertumbuhan
signifikan
ekuitas
 Suku bunga bank
indoneseia
 Tingkat inflasi
 Kurs valas/
exchange rate
5
Ni Nyoman
Aryaningsih
(2009)
Pengaruh suku
bunga, inflasi, dan
jumlah
penghasilan
terhadap
permintaan kredit
di PT BPD
cabang Kediri
6.
Sri Haryati
(2009)
Pertumbuhan
kredit perbankan
di indonesia :
intermediasi dan
pengaruh
terhadap variabel
makro ekonomi
7.
Billy Arma
Pratama
(2010)
Analisis faktor-  Dana Pihak Ketiga  Analisis Regresi Linier Berganda
(DPK)
 Hasil :
faktor yang
Hasil penelitian ini
mempengaruhi  Capital Adequacy
Ratio (CAR), Non
mengindikasikan bahwa dana pihak
kebijakan
Performing
Loan
ketiga berpengaruh positif terhadap
penyaluran
51
(NPL), dan
 Suku bunga
Sertifikat Bank
Indonesia (SBI)
Determinan
 Kredit
 Tingkat suku
permintaan
kredit pada bank bunga kredit
 Inflasi
umum di jawa
 Nilai tukar
tengah 2006-
kredit perbankan
8..
Akhmad
Kholisudin
(2012)
2010
penyaluran kredit secara signifikan.
Analisis regresi berganda dengan
metode ordinary least square
(OLS)
Hasil :
Hasil penilitian ini hasil pengujian
mengenai pengaruh inflasi terhadap
permintaan kredit dapat di
simpulkan bahwa secara parsial
variabel inflasi tidak berpengaruh
terhadap permintaan kredit
pada bank umum di Jawa Tengah
tahun 2006-2010. Hal ini
ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (α
= 5%). Variabel nilai tukar secara
parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap permintaan
kredit dan sesuai hipotesis. Hal ini
ditunjukkan dengan tingkat
signifikansi yang lebih kecil dari
0,05 (α = 5%). Artinya adalah kurs
berpengaruh terhadap permintaan
kredit perbankan pada bank umum
di Jawa Tengah pada tahun
2006-2010
H. Kerangka Pemikiran
Perbankan indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti
perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan
adalah terutama dari faktor eksternal yaitu adanya perkembangan sektor riil
dalam pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial masyarakat, politik dan
demokrasi, serta pengaruh dari dunia internasional. Terdapat faktor-faktor
internal bank yang merubah secara langsung kondisi perbankan indonesia,
namun perubahan yang disebabkan faktor internal semakin besar karena
adanya tekanan dari perubahan eksternal (Ade, 2006).
52
Bagi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian
suatu negara. Karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan
ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu negara
dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin
maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam
mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin
dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2008).
Fluktuasi kurs mengindikasikan bahwa bahan baku produksi masih banyak
bergantung pada komponen impor, sehingga produksi yang semakin
bergantung kepada komponen impor akan mengalami dampak pergerakan kurs
kedua hal ini dapat berhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu
produksi sangat bergantung pada bahan baku impor maka bisa saja produksi
berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal
kerja. (Yoda,2008)
Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah
menyalurkan
kembali
dana
tersebut
kepada
masyarakat
yang
membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit
(Kasmir, 2008)
Inflasi merupakan perubahan perubahan harga yang cenderung meningkat,
tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam
kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi
menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu
ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa saja terjadi
53
kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi
bahkan menurunkan tingkat
output tertentu. (Ni Nyoman,2008)
Hubungan nilai tukar, dpk, dan inflasi terhadap kredit perbankan didukung
oleh
penelitian
sebelumnya.
Diantaranya
Ni
Nyoman
(2008)
yang
mengemukakan bahwa perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa
diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam
kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi
menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu
ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa saja terjadi
kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi
bahkan menurunkan tingkat
output tertentu. Yoda (2008) mengemukakan produksi yang semakin
bergantung kepada komponen impor akan mengalami dampak pergerakan kurs
kedua hal ini dapat berhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu
produksi sangat bergantung pada bahan baku impor maka bisa saja produksi
berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal
kerja.
Berdasarkan acuan dan penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan
bahwa minimal yang mempengaruihi total kredit perbankan adalah nilai tukar,
dpk, dan inflasi. Sehingga dapat di fomulasikan fungsi total kredit perbankan
adalah
Cr = f (KURS, DPK, INF)......... (2.3)
Model metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square).
54
Regresi berganda digunakan karena variabel yang diteliti lebih dari satu
variabel. Adapun sistematika kerangka pemikiran ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi terhadap
Total Kredit Perbankan di Indonesia
Nilai Tukar
(X₁)
Dana Pihak Ketiga
(X₂)
Inflasi
(X₃)
Total Kredit Perbankan
(Y)
Uji OLS
(Ordinary Least Square)
Uji Asumsi Klasik
 Linearitas
 Uji Normalitas
 Uji Multikolinieritas
 Uji Heteroskedastisitas
 Uji Autokorelasi
Regresi Linier Berganda
 Uji t
 Uji F
 Uji R2
Interpretasi
Kesimpulan, dan Saran
55
I. Keterkaitan antar variabel
1. Nilai tukar dengan total kredit perbankan
Menurut Krugman dan Obstfeld (2005), kurs adalah harga satu mata
uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam
perekonomian terbuka mengingat pengaruh-pengaruhnya yang demikian
besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel makro ekonomi yang
lainnya. Oleh karena itu pada kurs, yakni harga suatu mata uang terhadap
mata uang lainnya juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset
(asset price), prinsip-prinsip pengaturan harga-harga aset lainnya juga
berlaku.
Kredit modal kerja yang diikuti konsumsi mengalami dampak yang
signifikan saat terjadi volatilitas kurs, ini mengindikasikan bahwa bahan
baku produksi masih banyak bergantung pada komponen impor, sehingga
produksi yang semakin bergantung kepada komponen impor akan
mengalami dampak pergerakan kurs kedua hal ini dapat berhubungan
karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung
pada bahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang
menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja. (Yoda, 2008).
Terjadinya pemberhentian yang berujung pada tidak adanya peminjaman
modal kerja maka, secara langsung akan mempengaruhi volume dari kredit
yang dikeluarkan oleh bank-bank umum.
Sebaliknya jika produksi menggunakan bahan baku dari dalam negeri
maka terapresiasinya rupiah akan mengakibatkan murahnya produksi dan
56
hal ini merangsang para pemilik perusahaan untuk melakukan ekspansi yang
akan mengajukan peminjaman kepada bank-bank umum dan mengakibatkan
kenaikan total kredit
2. Dana pihak ketiga dengan total kredit perbankan
Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat (dana pihak ketiga)
merupaka sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank
(Dendawijaya, 2005). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari
masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih
dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008).
Dan salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran
kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit
surplus dengan unit defisit dan sumber utama dana bank berasal dari
masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit (Siamat, 2005)
Banyaknya simpanan dana pihak ketiga yang berupa deposito,
tabungan, dan giro. Semakin banyak dana yang dihimpun maka pihak bank
cenderung menurunkan tingkat suku bunga pinjamannya sehingga
permintaan akan kredit meningkat. Demikian pula sebaliknya semakin
sedikit dana pihak ketiga yang dapat dihimpun, maka pihak bank akan
cenderung menaikan tingkat suku bunga pinjamannya sehingga permintaan
terhadap kredit menjadi menurun.
57
3. Inflasi dengan total kredit perbankan
Inflasi merupakan perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa
diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam
kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi
menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari
waktu ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa
saja terjadi kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi bahkan menurunkan
tingkat output tertentu. (Ni Nyoman, 2008)
Pergerakan tingkat inflasi yang terjadi di indonesia sedikit banyak
mempengaruhi sektor-sektor sekonomi baik di sektor mikro maupun makro
namun tingkat inflasi secara langsung mempengaruhi penyaluran kredit
perbankan. Dari sudut pandang berbeda inflasi berhubungan erat dengan
suku bunga dan akan membuat para investor mengalihkan uangnya
ketabungan karena memberikan tingkat pengembalian hasil yang tinggi dan
beresiko rendah (Darmawi, 2006). Hal ini menyebabkan permintaan akan
kredit menjadi menurun.
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori moneter, kebijakan moneter adalah kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah melalui bank sentral guna mengatur penawaran
uang. Yang manjadi alat kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral
diantaranya adalah melalui dpk, nilai tukar, dan inflasi. Sehingga diduga
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kredit perbankan. Ditambah
penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa diperekonomian yang terbuka,
58
yang menjadi pengaruh terhadap kredit perbankan yaitu dpk, nilai tukar dan
inflasi sehingga memberikan gambaran bahwa dpk dan nilai tukar diduga
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kredit perbankan. Oleh karena itu,
dan didukung oleh landasan teori dan latar belakang serta penelitian
sebelumnya, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan jawaban
sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar terhadap total kredit
perbankan.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara dpk terhadap total kredit
perbankan.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap total kredit
perbankan.
4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar rupiah, dpk, dan
inflasi terhadap total kredit perbankan.
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini, variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari satu
variabel terikat (dependent) yaitu total kredit perbankan dan tiga variabel bebas
(independent) yaitu nilai tukar, dpk, dan inflasi. Sehingga yang menjadi ruang
lingkup dalam penelitian ini adalah total kredit perbankan, nilai tukar, dpk, dan
inflasi di negara Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah datanilai tukar mata uang,
dana pihak ketiga(DPK) dan inflasi dari tahun 2007 hingga 2011berdasarkan
ketetapan Bank Indonesia (BI).
B.MetodePenentuan Sampel
Penelitian ini dibatasi untuk melihat pengaruh tiga variable terhadap Total
Kredit Perbankan di Indonesia.Variabel-variabel tersebut yaitu Nilai Tukar,
DPK,dan Inflasi. Metode sampel yang digunakan adalah metode penelitian historis
yang bersifat Kausal-Distributif, artinya penelitian yang dilakukan untuk
menganalisis suatu keadaan yang telah lalu dan menunjukkan arah hubungan antar
variabel. Pengumpulan datanya yaitu berupa data sekunder yang diperoleh dari
Laporan Statistik Perbankan Indonesia
dan
Lapo ran
P ereko nomian
In don esia di Bank Indonesi a dengan data perbulan selama periode waktu
2007 sampai 2011. Kemudian setelah data tersebut diperoleh tahap selanjutnya
60
adalah melakukan pengujian-pengujian dengan menggunakan ujistatistik dan
ekonometrik.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat data time series. Data sekunder merupakan data atau informasi yang
diperoleh dari pihak kedua atau data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul
data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data statistik,
laporan tahunan Bank Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) serta
sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan
penelitian ini dari tahun
2007hingga 2011 dengan data bulanan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua
cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Berikut penjelasannya:
1. Metode observasi lapangan (libary research)
Library reserach yaitu dengan mencari dan mengumpulkan literatur yang
terdiri dari buku-buku referensi, artikel, jurnal penelitian dan media masa
sebagai bahan pengutipan serta referensi (Imam Akbar, 2009:57)
D. Metode Analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan
kerangka pikir. Penelitian ini mencari bagaimana pengaruh antara nilai tukar, dana
pihak ketiga (DPK),dan inflasi terhadap total kredit perbankan di indonesia. Dalam
61
penelitian ini alat anilisis yang digunakan adalah model regresi berganda dengan
metode OLS (ordinary Least Square), dengan rumusan sebagai berikut :
CR = β0 + βıKurs + β2DPK + β3 INF + et..............(3.1)
Untuk menstandarkan data, model diatas kemudian ditransformasikan
kedalam bentuk logaritma natural, persamaannya adalah
LnCR = β0 + βıLnKurs + β2LnDPK + β3INF + et.........(3.2)
Dimana :
LnCR
: Kredit
LnKurs
: Nilai Tukar
LnDPK
: Dana Pihak Ketiga
INF
:Inflasi
β0
: Konstanta
βı, β2, β3
:Koefesien
regresi
dari
masing-masing
variabel
yang
mempengaruhi total kredit
et
: Error term
Metode pangkat kuadrat terkecil (OLS) diperkenalkan pertama kali oleh
seorang ahli matematika dari Jerman, yaitu Carl Frederich Gaus. Metode OLS
adalah metode untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan
jumlah kuadrat kesalahan dari setiap observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro,
2003:216).
Menurut Widarjono (2009:18), metode OLS adalah metode mencari nilai
residual sekecil mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual. Metode kuadrat
62
terkecil akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias, linear dan
mempunyai varian yang minimum.
Alasan menggunakan regresi dalam transformasi logaritma natural adalah
(Gujarati, 1999) :
1. Parameter (β) dapat langsung menujukkan koefisien elastisitas, yaitu persentase
perubahan dalam variabel dependen untuk persentase perubahan tertentu dalam
variabel independen.
2. Gejala heteroskesdatisitas dapat dikurangi karena transformasi logaritma akan
dapat memperkecil skala variabel-variabel yang diukur.
Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian
yang digunakan, maka terlebih dahulu kita melakukan pengujian terhadap data
penelitian tersebut.Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah model tersebut
dapat dianggap relevan atau tidak.Pengujian yang dilakukan melalui uji asumsi
klasik yang meliputi uji linearitas, normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan
multikolineritas. Dan juga uji statistik yang meliputi uji signifikansi paremeter
individu (uji statistik t), uji signifikan simultan (uji statistik F), dan uji koefisien
determinasi (Adjusted R Square).
1. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Linearitas
Untuk mengetahui suatu model linier atau tidak, dapat dilakukan dengan
cara Uji JB Ramsey (RESET), yaitu suatu pengujian yang dikembangkan oleh
Ramsey dengan mengembangkan uji secara umum kesalahan spesifikasi
63
ataudikenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi regresi (Regression
Specification Error Test = RESET) (Widarjono, 2009:170).
Dalam pengujian Ramsey (RESET) ini, yang perlu diperhatikan adalah nilai
F hitung, dengan hipotesis :
H0 = Model tidak linier
Ha = Model linier
Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F kritisnya pada α tertentu berarti
signifikan, maka hipotesis H0 diterima, artinya model kurang tepat atau tidak
linier.Sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari nilai F kritisnya pada α
tertentu, berarti tidak signifikan dan menolak hipotesis H0 yang menyatakan
bahwa model tidak linier.
Selain itu, Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan melihat nilai
probabilitas Obs* R2, yaitu sebagai berikut :
1.
Bila probabilitas Obs* R2> 0,05 maka signifikan, dan menolak H0
dengan demikian model dikatakan linier.
2.
Bila probabilitas Obs* R2< 0,05 maka tidak signifikan dan menerima
H0, maka model tidak linier.
2. Uji Normalitas.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
64
normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
(Ghozali, 2001).
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal.Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing
variabel tetapi pada nilai residualnya.Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu
bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel.Hal ini tidak
dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya
bukan pada masing-masing variabel penelitian.
http://khansamhamnida.wordpress.com.
Langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis
H0 : model normal
Ha : model tidak normal
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :
- jika probabilitas OBS*R2 >0,05
- jika probabilitas OBS*R2 <0,05
siginifikan
tidak signifikan
H0 diterima
H0 ditolak
Artinya adalah apabila probabilitas OBS*R2 lebih besar dari 0,05 maka
model tersebut dikatakan normal. Apabila OBS*R2 lebih kecil dari 0,05 maka
model tersebut dikatakan tidak normal (Winarno, 2009:37).
65
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable bebas.Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Jika variable
independen saling berkolerasi maka variable-variabel ini tidak orthogonal atau
nilai korelasi antar sesama variable independen sama dengan nol (Ghozali,
2001:67).
Uji multikolinearitas bermaksud untuk membuktikan atau menguji ada
tidaknya hubungan linear antara variabel bebas (independent) satu dengan
variabel lainnya (Gujarati, 2006:).
Uji miltikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada korelasi antara
variabel independen pada model regresi.Korelasi antara variabel independen
sebaiknya kecil (Nisfiannoor, 2009:91).
Deteksi adanyamultikolinearitas:
1. Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara sendiri-sendiri regresi antara variabelvariabel independen tidat signifikan
2. Korelasi antar variabel-variabel independen sangat tinggi.
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan matriks korelasi
(correlation matrix).
66
Langkah pengujian sebagai berikut :
Hipotesis
H0 : model bersifat multikonearitas
Ha : model tidak bersifat multikonearitas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :

apabila hubungan x1 dan x2 > 0.85
H0 diterima

apabila hubungan x1 dan x2 < 0.85
H0 ditolak
Artinya adalah apabila hubungan antara variabel x1 dan x2 lebih dari 0, 85
maka model yang tersebut memiliki sifat multikolinearitas. Apabila hubungan
antara variabel x1 dan x2 kurang dari 0,85 maka model yang tersebut tidak
memilki sifat multikolinearitas (Widarjono, 2009:106).
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
(Ghozali, 2001).
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain (Gujarati, 2006:82).
Data yang diharapkan adalah memiliki varians yang sama, dan disebut
homoskedastisitas. Sedangkan jika data tersebut memiliki varians yang berbeda
maka disebut heteroskedastisitas.
67
Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui uji white karena
uji tersebut mudah untuk diterapkan (Gujarati, 2006:94).
Langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis
H0 : model terdapat heterokesdastisitas
Ha : model tidak terdapat heterokesdastisitas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :
- jika probabilitas OBS*R2 >0,05
-jika probabilitas OBS*R2 <0,05
siginifikan
tidak signifikan
H0 ditolak
H0 diterima
Artinya adalah apabila probabilitas OBS*R2 lebih besar dari 0,05 maka
model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas. Apabila OBS*R2 lebih kecil
dari 0,05 maka model tersebut terdapat heteroskedastisitas (Winarno, 2009:15).
5. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya) jika terjadi korelasi maka
dinamakan ada problem aotokorelasi (Ghozali, 2001:76).
Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalan sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
kesalahan pada priode t –i (sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik
adalah regresi bebas dari autokerelasi (Gujarati, 2006:112).
68
Sejalan dengan keterangan lainnya yang mengatakan bahwa uji
autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada priode t dengan kesalahan priode t sebelumnya pada model
regresi linear yang dipergunakan.Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi.Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi
korelasi (Nisfiannor, 2009:92).
Apabila data yang kita analisis mengandung autokorelasi, maka estimator
yang kita dapatkan memiliki karakteristik berikut ini: (i) Estimator metode
kuadrat terkecil masih linear, (ii) Estimator metode kuadrat terkecil masih tidak
bias, (iii) Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang
minimum. Dengan demikian autokorelasi akan menyebabkan estimator hanya
bersifat LUE, tidak lagi BLUE (Best Linear Unbias Estimate) (Winarno,
2009:27).
Dalam mendeteksi permasalahan autokorelasi bisa menggunakan Uji
Breusch-Godfrey (BG). Nama lain uji ini adalah Uji lagrange-Multiplier
(Pengganda Lagrange). (Winarno, 2007:29)
Langkah-langkah pengujian.
Hipotesis
H0 : model terdapat autokorelasi
Ha : model tidak terdapat autokorelasi
-Bila prob X2 > 0.05
H0 ditolak
- Bila prob X2 < 0.05
H0 diterima
69
Artinya adalah nilai prob X2 (2) lebih besar dari 0.05 maka model dalam
penelitian terbebas masalah autokorelasi.Sebaliknya, jika nilai prob. X2 lebih
kecil dari 0.05 maka model dalam penelitian terbebas masalah autokorelasi.
(Winarno, 2009:30)
2. Analisis Statistik
1. Uji statistik t (uji parsial)
Uji t digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji t dilakukan dengan cara
membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari
perbedaan rata-rata dua sample (Ghozali, 2001).
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel
terikat.Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (βi)
sama dengan nol atau Ho : βi = 0, artinya apakah suatu variabel independent
bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatifnya (Ha), parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,
atau: Ha : bi≠ 0, artinya variable tersebut merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial.
70
Hipotesis :
H0 : β i = 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara
variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial
Ha : βi ≠ 0
Terdapat
pengaruh
signifikan
antara
variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial
Bila t
hitung
lebih besar daripada t
tabel
atau signifikannya kurang dari α
= 5% maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh
signifikan secara parsial antara variabel independen
terhadap variabel
dependen (Gujarati, 2006:154).
2. Uji statistik F
Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil regresi tersebut. Uji F
digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara bersama-sama.
Hipotesis
H0 : βi = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersamasama
Ha : βi ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersamasama
Bila Fhitung lebih besar daripada Ftabel atau signifikannya kurang dari α = 5%
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh
71
signifikan secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel
dependen (Gujarati, 2006:193).
3. Koefisien determinasi ( Adjusted R Square)
Digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh vaiabel independen
dalam model terhadap variable dependen. Jika nilai adjusted R square adalah
satu
berarti kemampuan fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat
dijelaskan oleh variabel independen dan tak ada variabel lain diluar model yang
menyebabkan fluktuasi variabel dependen (Singgih Santoso, 2004 dalam
Maysari, 2008:).
E. Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka
variabel-variabel dalam penelitian ini bisa didefinisikan sebagai berikut:
1. Variabel tidak bebas (dependent) :
Variabel tak bebas (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent). Variabel tak bebas
berupa:
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kredit (Cr).Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak-pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan undang-undang
No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No 7 tahun 1992
72
tentang perbangkan memberikan pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12.
Data yang digunakan adalah data tiap bulan periode pengamatan antara Januari
2007 - Desember 2011.
2. Variable Bebas (independent) :
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel tidak bebas (independent). Variabel
tidak bebas (independent) berupa:
a.) Nilai Tukar
Niai tukar adalah perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda
antara suatu negara dengan negara lainnya.Dalam penelitian yang
digunakan dalam nilai tukar adalah mata uang Indonesia (rupiah) terhadap
mata uang Amerika Serikat (dolar) di wilayah Indonesia dengan
menggunakan kurs tengah atas ketetapan Bank Indonesia.Data yang
digunakan tersebut adalah data bulanan dari tahun 2007 hingga
2011.Satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp).
b.) Dana Pihak Ketiga
Dana
Pihak Ketiga (DPK) adalah seluruh dana yang berhasil
dihimpun sebuah bank yang bersumber dari masyarakat luas. Dalam UU
Perbankan No.10 tahun 1998, dana yang dihimpun
bank umum dari
masyarakat tersebut biasanya berbentuk simpanan giro (demand deposit),
simpanan tabungan (saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit).
Pertumbuhan DPK diukur dari perbandingan antara selisih total DPK rata73
rata pada satu bulan tertentu dan bulan sebelumnya dengan total DPK ratarata bulan sebelumnya yang dimiliki oleh bank pemerintah selama periode
2007-2011. Satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp).
c.) Inflasi (INF)
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus menerus selama suatu priode tertentu di negara Indonesia.
Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai indikator inflasi adalah total
kredit perbankan ditetapkan dalam laporan otoritas moneter Indonesia yaitu
Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2007
hingga 2011. Satuan yang digunakan adalah persen (%)
Table 3.1
Operasional Variabel
No
Variable
Simbol
Sumber data
1
Kredit
CR
2
Nilai Tukar
ER
4
Dana Pihak
Ketiga
(DPK)
Inflasi
DPK
Statistik
Indonesia,Laporan
Tahunan Bank
Indonesia berapa edisi
Statistik Indonesia,
Laporan Tahunan Bank
Indonesia berapa edisi
Statistik Indonesia,
Laporan Tahun Bank
Indonesia berapa edisi
Statistik
Indonesia,laporan
Tahunan Bank
Indonesia berapa edisi
5.
INF
Data
bulanan
2007-2011
Rasio
2007-2011
Rasio
2007-2011
Rasio
2007-2011
Rasio
skala
74
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Objek Penelitian
1. Sejarah singkat kredit perbankan
Kata kredit telah lazim kita gunakan pada praktek perbankan dalam
pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata
“kredit” berasal dari kata romawi “credere” yang berarti percaya atau
“credo” atau “ceditum“ yang berarti saya percaya. Maksudnya adalah si
pemberi kredit percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang
disalurkan pasti dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan penerima
kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka
waktunya (Kasmir, 2010).
Dalam kamus besar bahasa indonesia salah satu pengertian kredit
adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara
mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan
oleh bank atau badan lain (Hermasyah, 2008)
Berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas undang-undang No 7 tahun 1992 tentang perbangkan memberikan
pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12 tentang kredit dan pembiayaan:
“Kredit
adalah
penyediaan
uang
atau
tagihan
yang
dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
75
pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihakpihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga”.
“Pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengambilkan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil”.
Tabel 4.1
Pergerakan Total Kredit Perbankan Tahun 2007-2011
Tahun
Rata-rata kredit
(Miliyar)
2007
869.841,3
2008
1.156.830
2009
1.343.194
2010
1.578.363
2011
1.963.339
Sumber data : Bank Indonesia
C
R
2 , 0 0 0 , 0 0 0
1 , 8 0 0 , 0 0 0
1 , 6 0 0 , 0 0 0
1 , 4 0 0 , 0 0 0
1 , 2 0 0 , 0 0 0
1 , 0 0 0 , 0 0 0
8 0 0 , 0 0 0
2 0 0 7
2 0 0 8
2 0 0 9
2 0 1 0
2 0 1 1
Gambar 4.1
Pergerakan Total Kredit Perbankan Tahun 2007-2011
76
Berdasarkan tabel dan gambar 4.1 memberikan gambaran bahwa
kredit perbankan selalu mengalami peningkatan dari tahun 2007-2011.
Pada
tahun
2011
kredit
perbankan
mengalami
peningkatan
pertumbuhan kredit mencapai 1.963.339 meningkat dari tahun sebelumnya
1.578.363 diperkirakan 20%-23%. Kredit modal kerja diperkirakan masih
menjadi motor pertumbuhan kredit pada tahun 2011. Kredit konsumsi
diperkirakan masih kuatnya konsumsi rumah tangga ke depan.
Meningkatnya pertumbuhan kredit tersebut didukung oleh kondisi
permodalan bank yang diperkirakan tetap kuat ( laporan tahunan
perekonomian indonesia, 2011).
2. Nilai Tukar
Kurs valuta asing adalah kurs mata uang asing menunjukkan harga
atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara
lain. Kurs valuta asing dapat juga didefiniskan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan,
untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
Kurs
merupakan
salah
satu
harga
yang
terpenting
dalam
perekonomian terbuka mengingat pengaruh-pengaruhnya yang demikian
besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel makro ekonomi yang
lainnya. Oleh karena itu pada kurs, yakni harga suatu mata uang terhadap
mata uang lainnya juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset
(asset price), prinsip-prinsip pengaturan harga-harga aset lainnya juga
berlaku.
77
Variabel yang digunakan adalah nilai tukar mata uang amerika serikat
(USD) dan Indonesia (Rp) yang bersumber dari Bank Indonesia. Dan
satuan yang digunakan adalah Rupiah.
Berikut ini data rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar (USD/Rp)
dan grafik nilai tukar rupiah terhadap dolar (USD/Rp) dari tahun 2007
sampai 2011 adalah sebagai berikut:
Table 4.2
Rata-rata Nilai Tukar Tahun 2007-2011
Tahun
Rata-rata Nilai Tukar
(Rupiah)
2007
9.419
2008
10.950
2009
9.400
2010
8.991
2011
9.086
Sumber : Bank Indonesia
K U R S
1 1 . 2
1 0 . 8
1 0 . 4
1 0 . 0
9 . 6
9 . 2
8 . 8
2 0 0 7
2 0 0 8
2 0 0 9
2 0 1 0
2 0 1 1
Gambar 4.2
Grafik Nilai Tukar (USD/Rp) Tahun 2007-2011
Berdasarkan gambar dan tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa nilai
tukar (USD/Rp) selalu mengalami perubahan dan pergerakan. Dari tahun
2007 sampai 2008 nilai tukar mengalami fluktuasi dengan trend melemah
78
dan mencapai puncaknya pada tahun 2008 yang merupakan depresiasi
nilai tukar terbesar akibat dampak krisis global yang berasal dari Amerika
serikat. Dan kemudian kembali membaik pada tahun 2009 sampai 2011
yang mengakibatkan oleh membaiknya perekonomian indonesia secara
keseluruhan.
3. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari
masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan
deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa
besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga
yang dapat dihimpun oleh perbankan. Sedangkan menurut Peraturan Bank
Indonesia No. 10/19/PBI/2008 menjelaskan, “ dana pihak ketiga bank,
untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk
dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing”. Umumnya dana yang
dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk
pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo dalam
Francisca dan Siregar, 2009). Dana pihak ketiga terdiri dari Giro (Demand
Deposit), Tabungan (Saving Deposit) dan Deposito (time deposit). Giro
menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah simpanan
pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat.
79
Tabel 4.3
Rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007-2011
Tahun
Rata-rata DPK
(Miliyar)
2007
1.363.063
2008
1.563.179
2009
1.828.286
2010
2.083.071
2011
2.466.870
Sumber : Bank Indonesia
D
P K
2 , 6 0 0 , 0 0 0
2 , 4 0 0 , 0 0 0
2 , 2 0 0 , 0 0 0
2 , 0 0 0 , 0 0 0
1 , 8 0 0 , 0 0 0
1 , 6 0 0 , 0 0 0
1 , 4 0 0 , 0 0 0
1 , 2 0 0 , 0 0 0
2 0 0 7
2 0 0 8
2 0 0 9
2 0 1 0
2 0 1 1
Gambar 4.3
Grafik Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007-2011
Berdasarkan gambar dan tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa dpk
selalu mengalami peningkatan. Dari tahun 2007 sampai 2011 dpk
mengalami peningkatan dengan trend mencapai puncaknya pada tahun
2011 yang merupakan peningkatan terbesar. Yang mengakibatkan oleh
membaiknya perekonomian indonesia secara keseluruhan.
4. Inflasi
Inflasi dapat diartikan sebagai proses kenaikan harga barang-barang
umum secara terus menerus selama suatu priode tertentu. inflasi juga dapat
80
diartikan sebagai kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus
dibayarkan
(nilai
unit
perhitungan
moneter)
terhadap
barang-
barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan
nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa
didefinisikan sebagai deflasi (deflation) (Karim, 2008).
Dan dalam penelitian ini nilai satuan yang digunakan persen (%).
Berikut ini data rata-rata inflasi dari tahun 2007-2011 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Rata-rata Inflasi Tahun 2007-2011
Tahun
Inflasi
(%)
2007
6.41
2008
11.19
2009
2.75
2010
6.76
2011
3.79
Sumber : Bank Indonesia
IN
1
2
1
0
F
8
6
4
2
2 0 0 7
2 0 0 8
2 0 0 9
2 0 1 0
2 0 1 1
Gambar 4.4
Grafik Indeks Harga Konsumen Tahun 2007-2011
81
Berdasarkan tabel dan gambar 4.4 memperlihatkan bahwa tingkat
inflasi berfluktuas. Terlihat pada tahun 2007 sampai 2011. Pada tahun
2008 merupakan peningkatan inflasi yang tertinggi selama lima tahun
terakhir yaitu sebesar 11.19%. peningkatan tersebut diakibatkan krisis
global dan tingginya tekanan inflasi sampai dengan triwulan III-2008
terutama dipicu oleh kenaikan harga komoditas internasional terutama
minyak dan pangan. Lonjakan harga tersebut berdampak pada kenaikan
harga-harga barang yang ditentukan oleh pemerintah (administered prices)
seiring dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi di
semester ke dua ditahun 2008 (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2008).
Namun pada tahun 2009 inflasi mengalami penurunan pada titik
terendah yaitu sebesar 2.78%. Hal ini diakibatkan dari kebijakan Bank
Indonesia dengan menetapkan BI rate yang konsisten dan intervensi di
pasar valas untuk memperkuat nilai tukar rupiah (Laporan Tahunan Bank
Indonesia, 2009).
Pada tahun 2011, di tengah potensi tekanan inflasi yang masih tinggi,
inflasi dapat diarahkan pada kisaran sebesar 5%±1%. Bank Indonesia dan
pemerintah akan mengarahkan inflasi pada kisaran sasaran dengan
memperkuat bauran kebijakan serta koordinasi tersebut juga mencakup
upaya untuk mengantisipasi gangguan pasokan dan distribusi bahan pokok
(Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2011).
82
B. Hasil dan Pembahasan
Pengolahan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan
microsoft excel 2007 dan eviews 6.0 untuk memperoleh hasil yang dapat
menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Variabel bebas (independent)
yaitu dpk, nilai tukar, dan inflasi. Variabel terikat (dependent) yaitu kredit
perbankan.
Data dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang
di natural logaritmakan (ln) dari variabel-variabel yang diteliti. Dimana ln
merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alami yang berguna untuk
memecahkan persamaan yang tidak diketahui fungsi matematika yang
bilangan dasarnya 10 yang berguna untuk menyederhanakan bilangan.
1. Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini
biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis atau regresi linear.
Untuk mengetahui model linear atau tidak membandingankan nilai
prob. Chi square(1) dengan derajat kesalahan (α) yaitu 0,05. Berikut uji
Ramsey RESET test untuk menguji menunjukkan linear atau titik pada
model :
83
Tabel 4.5
Hasil Uji Linearitas
Ramsey RESET Test:
F-statistic
1.173256 Prob. F(1,54)
Log likelihood ratio
1.268164 Prob. Chi-Square(1)
Sumber : Data sekunder yang diolah
0.2835
0.2601
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa nilai prob. Chi
square(1) adalah 0,2601. Karena nilai 0,2601 > dari derajat kesalahan
(α) yaitu = 0,05, berarti tidak ada permasalahan linearitas dengan kata
lain bentuk fungsi model estimasi dalam penelitian ini adalah linear,
(Ho ditolak).
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi
sebuah data yang didapatkan mengikuti atau mendekati hukum normal
baku. Variabel dependen dan variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah
berdistribusi normal atau mendekati normal. Identifikasi ada atau
tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat nilai
Jarque-Bera.
Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidaknya yaitu jika
probabilitas OBS*R2 > 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.
Begitupun sebaliknya, jika probabilitas OBS*R2 < 0,05, maka data
tersebut tidak normal.
Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 6.0
maka terlihat hasilnya sebagai berikut:
84
Ganbar 4.5
Histogram-Normalitas test
12
Series: Residuals
Sample 2007M01 2011M12
Observations 60
10
8
6
4
2
Mean
Median
Maxim um
Minim um
Std. D ev.
Skew nes s
Kurtos is
0.051953
-5.48e+12
8.68e+13
-9.44e+13
3.44e+13
-0.034299
3.448516
Jarque-Bera
Probability
0.514682
0.773105
0
-8 .0 e +1 3
-4 .0 e +1 3
0 .0 0 0 0 0
4 .0 e +1 3
8 .0 e +1 3
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya adalah
0,773105. Karena nilai 0,773105 > dari derajat kesalahan (α) 5% yaitu
(0.05) maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal sehingga
bisa dilanjutkan kepengujian yang lainnya.
c. Hasil Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Maka
terdapat multikolinieritas (multikol) dimana model regresi yang baik
sebaiknya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Keadaan
ini hanya terjadi pada regresi linear berganda karena jumlah variabel
independen lebih dari satu sedangkan pada kasus regeri sederhana,
tidak mungkin adanya kasus multikolinieritas karena variabel
independennya hanya terdiri dari satu variabel.
85
Apabila hubungan diantara variabel bebas yang satu dengan yang
lainnya
diatas
0.85
maka
bisa
dipastikan
adannya
gejala
multikolinieritas. Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0
maka terlihat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Korelasi Uji Multikolinieritas
LNKURS
LNKURS
1.000000
LNDPK
-0.218116
INF
-0.391404
Sumber : Data sekunder yang diolah
LNDPK
-0.218116
1.000000
0.319561
INF
-0.391404
0.319561
1.000000
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai korelasi
variabel independen antara LNKURS dan LNDPK sebesar -0.218,
antara LNKURS dan INF sebesar -0.391, antara LNDPK dan INF
sebesar 0.319.
Terlihat dari tabel diatas nilai korelasi variabel independen
(yaitu DPK, nilai tukar, dan inflasi) tertinggi hanya mencapai 0.319
yaitu nilai korelasi antara dpk dan inflasi. Karena nilai 0.319 < 0.85
maka
diputuskan
tidak
terdapat
multikolinieritas.
Hasil
ini
menginformasikan model regresi yang dilakukan dapat dikatakan
terbebas dari gejala multikolinieritas. Sehingga dapat dilanjutkan ke
pengujian selanjutnya.
d. Hasil Uji Heterokedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
varian dari dua observasi atau lebih dalam penelitian sama (homogen)
86
untuk semua variabel terikat dengan variabel independen lainnya
sehingga hasil estimasi tidak bias. Identifikasi ada atau tidaknya
permasalan
heteroskedastisitas
yaitu
melalui
uji
white
heterokedasticity test.
Untuk melihat data memiliki masalah heteroskedastisitas atau
tidaknya yaitu jika probabilitas OBS*R2 > 0,05, maka data tidak
terdapat heteroskedastisitas. Begitupun sebaliknya, jika probabilitas
OBS*R2 < 0,05, maka terdapat heteroskedastisitas. Setelah diolah
menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas Test: White
F-statistic
0.612875 Prob. F(9,49)
Obs*R-squared
1.908542 Prob. Chi-Square(9)
Scaled explained SS 2.463501 Prob. Chi-Square(9)
Sumber : Data sekunder yang diolah
0.6095
0.5916
0.4819
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa Obs*R-square sebesar
1.908542. Dengan nilai Prob. Chi-Square adalah 0.5916. Karena nilai
0.5916 > dari derajat kesalahan (α) 5% (0.05). Maka tidak terdapat
heteroskedastitas. Hal ini menginformasikan model OLS yang
digunakan dapat dikatakan terbebas dari heteroskedastisitas sehingga
bisa dilanjutkan kepengujian selanjutnya.
e. Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah terdapat
hubungan residual antar waktu pada model penelitian yang digunakan.
Sehingga estimasi menjadi bias.
87
Untuk mengidentifikasi terjadi permasalahan autokorelasi atau
tidak dengan menggunakan Uji Breusch-Godfrey. Jika nilai Probability
(X2) lebih besar dari nilai signfikan α=5% (0,05) maka model
penelitian terbebas dari permasahan autokorelasi. sebaliknya, jika nilai
probability (X2) lebih kecil dari nilai signfikan α=5% (0,05) maka
model penelitian terdapat permasalahan autokorelasi.
Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8
Menentukan ada tidaknya Autokorelasi dengan Uji BreuschGodfrey
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
1.882321 Prob. F(2,53)
Obs*R-squared
3.912891 Prob. Chi-Square(1)
Sumber : Data sekunder yang diolah
0.1623
0.1414
Berdasarkan table 4.8 menunjukkan bahwa nilai prob. Chi
Square sebesar 0.1414. Karena nilai Prob. Chi-Square lebih besar
alpha (α) = 0.05 maka dapat diberikan penjelasan bahwa model
penelitian ini terbebas dari permasalah autokorelasi
2. Hasil Olah Data Dengan Ordinary Least Square (OLS)
Estimasi hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi
kredit perbankan di indonesia dilakukan pendekatan OLS yang
ditampilkan pada tabel berikut:
88
Tabel 4.9
Hasil Olah Data dengan Metode OLS
Dependent Variable: D(LNCR)
Method: Least Squares
Date: 12/19/12 Time: 14:17
Sample (adjusted): 2007M02 2011M12
Included observations: 59 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNDPK)
0.440127
0.084458
5.211201
0.0000
D(LNKURS)
0.091737
0.042594
2.153738
0.0357
D(INF)
0.005473
0.002189
2.500504
0.0154
C
0.012120
0.001823
6.647869
0.0000
Adjusted R-squared
0.436268
Prob(F-statistic)
0.000000
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari tabel diatas maka dapat disusun persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
D(LNCR) = 0.012 + 0.440 D(LNDPK) + 0.092 D(LNKURS) +
0.005 D(INF) + et
Dengan nilai konstanta sebesar 0.012. Hal ini diartikan bahwa
apabila semua variabel bebas dianggap konstan atau tidak mengalami
perubahan maka akan meningkatkan total kredit sebesar 0.12%.
Berdasarkan tabel 4.9 bisa memberikan gambaran bahwa melalui
hasil regresi berganda dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square)
menunjukkan hasil sebagai berikut:
89
a. Uji t-statistik (uji parsial)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel
dependen. Untuk melakukan uji t dengan cara Quick lock, yaitu
melihat nilai probabilitas dan derajat kepercayaan yang ditentukan
dalam penelitian. Dengan kriteria pengujian tingkat signifikan
(α)=0.05.
Hipotesis
H0 : βi = 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel
independen
terhadap variabel dependen secara
parsial
Ha : βi ≠ 0
Terdapat
pengaruh
signifikan
antara
variabel
independen terhadap variabel dependen secara
parsial
Dari hasil regresi linear berganda diatas memperlihatkan hasil uji
t-statistik sebagai berikut:
1. Pengaruh t-statistik untuk variabel nilai tukar (KURS)
Variabel nilai tukar mempunyai nilai signifikan 0.0357 dan
koefisiennya 0.0917. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan
adalah 5% (0.05). Variabel nilai tukar mempunyai nilai signifikan
lebih kecil dibandingkan alpha (α) (0.0357 < 0.05). Karena nilai
signifikan lebih kecil dibandingkan alpha, maka memberikan
penjelasan bahwa variabel nilai tukar mempunyai pengaruh
90
signifikan terhadap variabel total kredit perbankan. Koefisien yang
bertanda positif tersebut diartikan bahwa variabel nilai tukar
mempunyai hubungan yang searah terhadap total kredit perbankan.
Dengan demikian menolak H0 dan menerima Ha.
2. Pengaruh t-statistik untuk variabel dana pihak ketiga (DPK)
Variabel DPK mempunyai nilai signifikan 0.0000 dan koefisiennya
0.4401. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0.05).
Variabel dpk mempunyai nilai signifikan lebih kecil dibandingkan
alpha (α) (0.0000 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih kecil
dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel
dpk mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel total kredit
perbankan. Sedangkan koefisien yang bertanda positif tersebut
diartikan bahwa variabel dpk mempunyai hubungan yang searah
terhadap total kredit perbankan. Dengan demikian menolak H0 dan
menerima Ha.
3. Pengaruh t-statistik untuk variabel inflasi (INF)
Variabel inflasi mempunyai nilai signifikan 0.0154 dan nilai
koefisiennya 0.005. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah
5%
(0.05).
Variabel
inflasi
mempunyai
nilai
lebih
besar
dibandingkan alpha (α) (0.0154 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih
kecil dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa
variabel inflasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
total kredit perbankan. Koefisien yang bertanda positif tersebut
91
diartikan bahwa variabel inflasi mempunyai hubungan yang searah
terhadap total kredit perbankan. Dengan demikian menolak H0 dan
menerima Ha.
b. Uji F-statistik (Uji bersama-sama)
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y) secara serentak. Dengan kriteria pengujian tingkat
signifikan (α)=0.05.
Hipotesis
H0 : β i = 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen
secara simultan
Ha : βi ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen secara
simultan
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dengan menggunakan Eviews 6.0
maka terlihat hasil signifikansi adalah 0.00000. Karena nilai sig
0.00000 < alpha, yaitu: 0.00000 < 0.05 yang berarti menolak H0 dan
menerima Ha. Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel D(LNDPK),
D(LNKURS), dan D(INF) secara nyata signifikan mempunyai
pengaruh terhadap variabel D(LNCR).
92
c. Koefisien determinasi (adjusted R square)
Koefesien determinasi ini menunjukkan seberapa besar variabel
independen mempengaruhi variabel dependen dalam sebuah medel
dalam penelitian. Hasil hasil data menunjukkan bahwa adjusted R
square yang diperoleh dari hasil estmasi adalah sebesar 0.43. Hal ini
berarti bahwa 43 % dari variasi total kredit mampu dijelaskan oleh
variabel dpk, nilai tukar, dan inflasi. Sedangkan 0.57 atau 57%
dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hal ini menunjukan bahwa
ada faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap perubahan total
kredit perbankan.
C. Interpretasi Ekonomi
1. Nilai Tukar
Berdasarkan hasil olah data yang menggunakan regresi tersebut
menunjukan bahwa pertumbuhan nilai tukar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan total kredit perbankan. Dimana nilai
koefisiennya adalah 0.0917. Jika nilai tukar naik 1 % maka akan
meningkatkan pertumbuhan total kredit perbankan sebesar 9.17%.
Dalam perkembangannya nilai tukar selalu fluktuatif. Pada tahun
2008 nilai tukar rupiah terhadap dolar naik 8.6% dari 9.419 per dolar
menjadi
10.950
perdolar.
Tetapi
pada
tahun
sebelumnya
perkembangan total kredit perbankan mengalami peningkatan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh
positif dan signifikan pada total kredit perbankan.
93
Peningkatan nilai tukar secara umum mengalami penguatan
terhadap dolar disertai pergerakan yang lebih stabil dibandingkan
tahun sebelumnya, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh kondisi
fundamental makro ekonomi yang membaik, daya tarik investasi
keuangan di dalam negeri yang terjaga, serta perkembangan ekonomi
global yang relatif lebih kondusif. Dengan kebijakan moneter dan
fiskal yang dijalankan secara konsisten dan berhati-hati (Laporan
Tahunan Perekonomian Indonesia, 2007).
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryati
(2009). Nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kredit yang diberikan, hal ini terjadi karena struktur ekonomi
yang mempengaruhi pertumbuhan kredit pada kelompok bank tersebut
berbeda. Dengan demikian meskipun di indonesia mengalami dampak
krisis keuangan global, variabel makro ekonomi yang digunakan
dalam penelitian ini mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap
kredit perbankan
2. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Berdasarkan hasil olah data yang menggunakan regresi tersebut
menunjukan bahwa nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan
terhadap total kredit perbankan. Dimana nilai koefisiennya adalah
0.440127. jika Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 1% maka akan
meningkatkan total kredit perbankan sebesar 44.01%.
94
Dalam perkembangannya Dana Pihak Ketiga (DPK) selalu
mengalami peningakatan. Peningkatan yang terendah dari tahun 2007
hingga 2011 adalah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1.363.063
(Milyar). Karena pada tahun tersebut pelayanan perbankan kepada
masyarakat sedang mengalami penambahan jumlah kantor bank.
Semakin berkembangnya perekonomian di berbagai daerah dan
tingginya persaingan untuk menarik nasabah mendorong bank untuk
lebih
meningkatkan
dan
melengkapi
pelayanannya
kepada
masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan
meningkatkan jumlah jaringan kantor pelayanan sehingga dapat
menjangkau
seluruh
lapisan
masyarakat
(Laporan
Tahunan
Perekonomian Indonesia, 2007).
Hasil regresi tersebut sesuai dengan teori bahwa kredit memiliki
pengaruh yang positif. Hal dijelaskan bahwa semakin tinggi Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang diberikan kepada masyarakat akan
menambah jumlah total kredit perbankan. Sebaliknya, jika Dana Pihak
Ketiga yang diberikan kepada masyarakat berkurang maka akan
mengurangi total kredit perbankan. Semenjak pasca krisis yang
menimpa Indonesia tahun 1997/1998 sampai 2010, industri perbankan
berperan positif dalam mendorong perekonomian. Fungsi intermediasi
perbankan dapat berjalan dengan baik terlihat dengan peningkatan
total kredit tiap tahunnya. Peningkatan kredit yang disalurkan kepada
masyarakat tersebut
membuat jumlah uang yang dipegang oleh
95
masyarakat akan bertambah. Dan artinya bahwa dengan meningkatnya
kredit akan membuat jumlah uang yang beredar dalam suatu negara
pun bertambah.
Hubungan yang positif tersebut mengindikasikan bahwa DPK
berupa deposito dan tabungan yang berhasil dihimpun oleh perbankan,
akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan, demikian
sebaliknya. Pengaruh kredit menjadi prioritas utama bank dalam
pengalokasian dananya. Hal ini dikarena kan sumber dan bank berasal
dari masyarakat sehingga bank harus menyalurkan kembali DPK yang
berhasil dihimpun kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini
sejalan dengan fungsi bank sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) (Billy Arya Pratama, 2010)
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Billy Arya Pratama (2010), Sri Haryati (2009) yang mengemukakan
bahwa DPK mempunyai yang pengaruh positif dan signifikan
terhadap total kredit perbankan. Billy Arya Pratama melakukan
penelitian
dengan
periode
waktu
tahun
2005-2009
dengan
menggunakan metode sensus dimana keseluruhan bank umum yang
terdapat dalam periode penelitian dijadikan sebagai objek penelitian,
yaitu metode populasi dan sampel. Sedangkan Sri Haryati melakukan
penelitian dengan periode desember 2005 sampai desember 2008, dan
data di analisis menggunakan populasi perbankan di indonesia sampai
96
2009. Hasil ini mengungkapkan bahwa variabel DPK berpengaruh
positif terhadap total kredit perbankan.
3. Inflasi
Berdasarkan olah data yang menggunakan regresi tersebut
menunjukan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan total kredit perbankan. Dimana nilai koefisiennya adalah
0.005 jika inflasi meningkat 1% maka akan meningkatkan total kredit
perbankan sebesar 0.5%.
Inflasi miliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kredit.
Artinya, apabila terjadi kenaikan Inflasi, maka jumlah Kredit yang
disalurkan akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryati (2009)
bahwa, inflasi mempunyai pengaruh terhadap posisi kredit.
Pada
perkembangannya
inflasi
mengindikasikan
adanya
permasalahan yang lebih mendasar dalam fenomena inflasi di
indonesia, terutama hal-hal yang terkait dengan produktivitas,
efisiensi, dan struktur perekonomian. Berdasarkan perkiraan IMF
(WEO-Januari 2011), tekanan inflasi di negara-negara maju dan
berkembang pada tahun 2011 masing-masing sebesar 1.6%(yoy) dan
6.0%(yoy), ke depan. Pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi di
negara-negara maju diperkirakan meningkat, walaupun masih lebih
rendah dibandingkan dengan negara-negara emerging market. Dengan
kondisi tersebut kebijakan moneter di negara-negara maju secara
97
umum diperkirakan masih akan tetap longgar dengan beberapa negara
maju mulai melakukan pengetatan. Di sisi lain, negara-negara
emerging markets diperkirakan masih akan melakukan kebijakan yang
lebih ketat (Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia, 2011).
Menurut Bank Indonesia (2007) kenaikan inflasi akan direspon
oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga SBI, hal ini juga
menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK
maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK mengakibatkan naiknya
DPK
sehingga
menyebabkan
likuiditas
perbankan
meningkat.
Peningkatan likuiditas ini berarti inflasi miliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan
Inflasi, maka jumlah Kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga
akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatkan kemampuan
perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatkan
kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada masyarakat. Dalam
prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus
disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan
strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkannya.
Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap
kredit.
98
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab
sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan dari penelitian yang
dilakukannya tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F
menunjukkan bahwa variabel independen nilai tukar, DPK, dan inflasi secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen total
kredit perbankan. Dimana nilai adjusted R Square sebesar 0.43, berarti
variabel nilai tukar, DPK, dan inflasi secara simultan mempengaruhi total
kredit perbankan sebesar 43%.
2. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi total kredit perbankan di indonesia dapat
disimpulkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh signifikan dan positif
terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Dimana nilai koefisiennya
adalah 0.091737. Jika penguatan nilai tukar 1 maka akan menambah total
kredit perbankan sebesar 9.17%.
3. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi total kredit perbankan di indonesia dapat
disimpulkan bahwa variabel DPK berpengaruh signifikan dan positif
99
terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Dimana nilai koefisiennya
adalah 0.440127. Jika peningkatan dpk 1% maka akan menambah total
kredit perbankan sebesar 44.01%.
4. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi total kredit perbankan di indonesia dapat
disimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh signifikan dan positif
terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Dimana nilai koefisiennya
adalah 0.005473. jika peningkatan inflasi 1% maka akan menambah total
kredit perbankan sebesar 0.5%.
B. Implikasi
1. Untuk menjaga total kredit di Indonesia agar tetap stabil pemerintah harus
mengupayakan kebijakan-kebijakan moneter yang ketat untuk menjaga
stabilitas ekonomi makro yang sering kali terjadi gejolak krisis internasional.
Dengan demikian perkembangan kredit perbankan akan diimbangi dengan
kebijakan-kebijakan moneter yang stabil, sehingga mengurangi tekanan dari
gejolak ekonomi internasional.
2. Untuk menjaga besarnya tekanan meningkatnya depresiasi nilai tukar rupiah
yang dapat menggangu kestabilan makro ekonomi. Bank indonesia
diharapkan mengambil kebijakan terkait dengan stabilitas nilai tukar. Hal ini
memberikan implikasi teoritis bahwa secara empiris temuan ini semakin
memperkuat teori menguatnya kurs mata uang suatu negara memberikan
sinyal
positif
bagi
perekonomian
negara
tersebut.
Dan
hasil
ini
100
mengimplikasikan bahwa pemerintah harus selalu mengambil langkah
strategis untuk memperkuat tingkat kurs mata uang di negara Indonesia ini.
Apabila menurunnya rupiah akan menurunkan volume kredit di indonesia.
kredit perbankan di indonesia, pihak perbankan harus memperhatikan tingkat
suku bunga kredit yang akan diberikan, meningkatkan pelayanan dan mampu
bersaing secara kompetitif sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat oleh
Bank Indonesia. Apabila pihak perbankan mampu memberikan suku bunga
kredit yang lebih rendah tanpa merugikan pihak bank itu sendiri, maka kredit
yang disalurkan tiap
tahunnya akan terus meningkat sehingga dapat
membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memacu pertumbuhan
perekonomian di Indonesia yang positif.
3. Untuk DPK perbankan dituntut agar mampu memiliki inovasi-inovasi dan
kreatif
dalam menciptakan produk-produk
masarakat, agar
baru yang akan dijual ke
masyarakat tertarik untuk meyimpan dananya di bank.
Produk tersebut berupa tabungan, giro dan deposito yang di keluarkan oleh
masing-masing bank yang bersaing secara kompetitif. Hal ini harus dilakukan
agar tidak kalah bersaing dengan lembaga keuangan lain seperti Koperasi,
LPD, dan BPR yang memiliki prosedur kredit yang lebih mudah. Agar dapat
menjaga kecercayaan dari masyarakat akan berdampak meningkatnya Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
total kredit pada bank-bank umum.
101
4. Melihat pentingnya inflasi yang dapat menentukan keputusan masyarakat
dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan
membuat perekonomian semakin menurun. Oleh karena itu, pemerintah harus
dapat mengatur tingkat inflasi melalui kebijakan Inflation targeting
Framework (ITF), menstabilkan tingkat suku bunga agar inflasi tidak
melonjak tinggi.
5. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain adanya krisis global
pada waktu periode pengamatan yang mengkhawatirkan akan mempengaruhi
hasil penelitian, dan hasil penelitian membuktikan bahwa dari ketiga variabel
moneter yang di uji, hanya variabel nilai tukar dan dpk yang berpengaruh
terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Untuk meningkatkan volume
kredit perbankan Bank Indonesia harus meningkatkan kualitas dan kuantitas
perbankan agar semakin membaik.
102
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Imam.2009. Analisis Anamoli Pasar Efisien pada Bursa Efek Indonesia.
Skripsi FEIS UIN
Amidu Mohammed, Simon K. Harvey. 2006. The Impact of Monetary Policy on
Banks Credit in Ghana. Journal Banking of Ghana
Apostolou, Nicholas dan grumbley. 2003. Seri Bisnis Barron : Memahami
Laporan dan Berita Keuangan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia)
Arma Billy, Pratama . 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum di
Indonesia Periode Tahun 2005 - 2009).
Arifiany, Rahmawati. 2005. Analisa Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi
Kredit Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Umum Di DATI II Malang).
Universitas Diponogoro Semarang.
Arthesa, Adhe dan Hendiman, Edia. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan bukan
Bank. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia
Bank Indonesia, 2007-2011. Laporan Bank Indonesia 2007-2011
Bank Indonesia, 2007-2011. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 20072011
Case dan Fair. 2004. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, ed-5. Jakarta: PT Indeks
Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finasial dan Lembaga-Lemabaga Finasial.
Jakarta : PT Bumi Aksara
Ditria Yoda, Jenni Vivian, dan Indra Widjaja. Pengaruh Tingkat Suku Bunga,
Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit
Perbankan. Journal of Applied Finance and Accounting Vol. 1 No.1
November 2008:166-192.
Dominic, Salvator. 1997. Ekonomi Internasional. Jakarta : Erlangga
103
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar,. Jakarta : Erlangga
,. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika, ed-3, jilid 1. Jakarta :
Erlangga
,2006. Dasar-Dasar Ekonometrika, ed-3, jilid 2. Jakarta :
Erlangga
Gulo, W. 2002. Metodelogi Penelian. Jakarta: PT Grasindo
Haryati, Sri. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia : Intermediasi dan
pengaruh Variabel Moneter Makro Ekonomi. Jurnal Keuangan dan
Perbankan Vol.13,No. 2, Mei 2009, Hal 299-310.
Judisseno, Rimsky. 2002. Sistem Moneter dan Perbangkan di Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Karim, Adiwarman. 2002. Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro:III
Indonesia
Kasmir. 2008. Pemasaran Bank. Jakarta : Kencana
. 2010. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Rajawali Pers
Kuncoro, mudrajat, 2003. metode riset untuk bisnis dan ekonomi, Jakarta:
Erlangga
Kurnaliyah, Nur. “Pemodelan Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syariah
Dengan Metode System Dynamics”, UIN Jakarta, 2011.
Krugmen, Paul dan obstfeld, dan maurice . 2005. Ekonomi Internasional: teori
dan kebijakan, ed-5, jilid 2. Jakarta. PT Indeks Kelompok Gramedia
Luh Gede Meydianawathi. 2007. Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan
Kepada Sektor UMKM Di Indonesia (2002-2006). Buletin Studi
Ekonomi Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007.
Mankiw, N Gregori. 2000. Pengantar Ekonomi, jilid 2. Jakarta : Erlangga
Maysari, Siti. 2008. Analisis faktor-faktor Ekonomi yang mempengaruhi Nilau
Tukar Rupiah terhadap Mata Uang-Uang Negara-Negara Asean.
Skripsi FEIS UIN
Mishkin. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Jakarta :
Salemba Empat
104
Nisfiannor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistik Modern untuk Ilmu Sosial.
Jakarta : Salemba Humanika
Nopirin. 1990. Ekonomi Moneter, ed-1. Yogyakarta : BPEF
Nyoman Ni, Aryaningsih. Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan
Jumlah
Penghasilan Terhadap Permintaan Kredit di PT BPD Cabang
Pembantu Kediri. Jurnal Lembaga Penelitian Undiksa, April 2008
O. Emmanuel Eyo. Macroeconomic Environment and Agricultural Sector Growth
in Nigeria. Journal of Agricultural Sciences 4 (6): 781-786, 2008
Sukirno, Sadono 2000. Pengantar Teori Makro Ekonomi.-ed.2. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Widarjono, agus.2009.” Ekonometrika: teori dan aplikasi untuk ekonomi dan
bisnis. yogyakarta: ekonosia FE UII
Winarno, W wahyu. 2009, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta
: Sekolah Tinggi Ilmu Managemen YKPN
105
Lampiran 1 : Data Penelitian (Data Mentah)
OBS
2007.1
2007.2
2007.3
2007.4
2007.5
2007.6
2007.7
2007.8
2007.9
2007.10
2007.11
2007.12
2008.1
2008.2
2008.3
2008.4
2008.5
2008.6
2008.7
2008.8
2008.9
2008.10
2008.11
2008.12
2009.1
2009.2
2009.3
2009.4
2009.5
2009.6
2009.7
2009.8
2009.9
2009.10
2009.11
2009.12
CR
774.834.000.000.000,00
783.542.000.000.000,00
800.373.000.000.000,00
812.860.000.000.000,00
823.976.000.000.000,00
861.498.000.000.000,00
871.987.000.000.000,00
893.497.000.000.000,00
913.950.000.000.000,00
937.177.000.000.000,00
962.389.000.000.000,00
1.002.012.000.000.000,00
987.404.000.000.000,00
1.002.724.000.000.000,00
1.036.065.000.000.000,00
1.061.770.000.000.000,00
1.096.214.000.000.000,00
1.148.356.000.000.000,00
1.166.558.000.000.000,00
1.205.846.000.000.000,00
1.246.146.000.000.000,00
1.297.860.000.000.000,00
1.325.323.000.000.000,00
1.307.688.000.000.000,00
1.289.839.000.000.000,00
1.301.844.000.000.000,00
1.305.389.000.000.000,00
1.297.635.000.000.000,00
1.305.377.000.000.000,00
1.335.041.000.000.000,00
1.338.116.000.000.000,00
1.365.942.000.000.000,00
1.366.076.000.000.000,00
1.377.561.000.000.000,00
1.397.578.000.000.000,00
1.437.930.000.000.000,00
DPK
1.279.566.000.000.000,00
1.284.055.000.000.000,00
1.291.379.000.000.000,00
1.299.772.000.000.000,00
1.305.936.000.000.000,00
1.355.185.000.000.000,00
1.379.211.000.000.000,00
1.392.668.000.000.000,00
1.400.800.000.000.000,00
1.419.748.000.000.000,00
1.437.600.000.000.000,00
1.510.834.000.000.000,00
1.472.485.000.000.000,00
1.476.990.000.000.000,00
1.466.224.000.000.000,00
1.481.971.000.000.000,00
1.505.725.000.000.000,00
1.554.162.000.000.000,00
1.534.981.000.000.000,00
1.526.025.000.000.000,00
1.603.425.000.000.000,00
1.674.994.000.000.000,00
1.707.876.000.000.000,00
1.753.292.000.000.000,00
1.748.814.000.000.000,00
1.771.098.000.000.000,00
1.786.157.000.000.000,00
1.780.918.000.000.000,00
1.783.644.000.000.000,00
1.823.811.000.000.000,00
1.806.621.000.000.000,00
1.847.038.000.000.000,00
1.857.251.000.000.000,00
1.864.084.000.000.000,00
1.896.952.000.000.000,00
1.973.042.000.000.000,00
KURS
9.090,00
9.160,00
9.118,00
9.083,00
8.828,00
9.054,00
9.186,00
9.410,00
9.137,00
9.103,00
9.376,00
9.419,00
9.291,00
9.051,00
9.217,00
9.234,00
9.318,00
9.225,00
9.118,00
9.153,00
9.378,00
10.995,00
12.151,00
10.950,00
11.355,00
11.980,00
11.575,00
10.713,00
10.340,00
10.225,00
9.920,00
10.060,00
9.681,00
9.545,00
9.480,00
9.400,00
INF
6.26
6.30
6.52
6.29
6.01
5.77
6.06
6.51
6.95
6.88
6.71
6.59
7.36
7.40
8.17
8.96
10.38
11.03
11.90
11.85
12.14
11.77
11.68
11.06
9.17
8.60
7.92
7.31
6.04
3.65
2.71
2.75
2.83
2.57
2.41
2.78
106
2010.1
2010.2
2010.3
2010.4
2010.5
2010.6
2010.7
2010.8
2010.9
2010.10
2010.11
2010.12
2011.1
2011.2
2011.3
2011.4
2011.5
2011.6
2011.7
2011.8
2011.9
2011.10
2011.11
2011.12
1.405.640.000.000.000,00
1.428.788.000.000.000,00
1.456.114.000.000.000,00
1.486.329.000.000.000,00
1.531.556.000.000.000,00
1.586.492.000.000.000,00
1.597.981.000.000.000,00
1.640.429.000.000.000,00
1.659.145.000.000.000,00
1.675.633.000.000.000,00
1.706.403.000.000.000,00
1.765.845.000.000.000,00
1.746.005.000.000.000,00
1.773.889.000.000.000,00
1.814.846.000.000.000,00
1.843.539.000.000.000,00
1.889.465.000.000.000,00
1.950.727.000.000.000,00
1.973.599.000.000.000,00
2.031.614.000.000.000,00
2.079.261.000.000.000,00
2.106.157.000.000.000,00
2.150.873.000.000.000,00
2.200.091.000.000.000,00
1.948.890.000.000.000,00
1.931.638.000.000.000,00
1.982.262.000.000.000,00
1.980.450.000.000.000,00
2.013.216.000.000.000,00
2.096.036.000.000.000,00
2.082.595.000.000.000,00
2.092.779.000.000.000,00
2.144.064.000.000.000,00
2.173.884.000.000.000,00
2.212.215.000.000.000,00
2.338.824.000.000.000,00
2.302.056.000.000.000,00
2.287.844.000.000.000,00
2.351.357.000.000.000,00
2.340.213.000.000.000,00
2.397.179.000.000.000,00
2.438.011.000.000.000,00
2.464.083.000.000.000,00
2.459.898.000.000.000,00
2.544.862.000.000.000,00
2.587.282.000.000.000,00
2.644.742.000.000.000,00
2.784.912.000.000.000,00
9.502,00
9.382,00
9.318,00
9.127,00
9.021,00
9.330,00
9.033,00
9.052,00
8.982,00
8.964,00
8.925,00
8.960,00
9.057,00
8.823,00
8.709,00
8.574,00
8.537,00
8.597,00
8.508,00
8.578,00
8.823,00
8.835,00
9.170,00
9.068,00
3.72
3.81
3.43
3.91
4.16
5.05
6.22
6.44
5.80
5.67
6.33
6.96
7.02
6.84
6.65
6.16
5.98
5.54
4.61
4.79
4.61
4.42
4.15
3.79
107
Lampiran 2 : Hasil data setelah ditransformasikan ke logaritma natural
obs
2007M01
2007M02
2007M03
2007M04
2007M05
2007M06
2007M07
2007M08
2007M09
2007M10
2007M11
2007M12
2008M01
2008M02
2008M03
2008M04
2008M05
2008M06
2008M07
2008M08
2008M09
2008M10
2008M11
2008M12
2009M01
2009M02
2009M03
2009M04
2009M05
2009M06
2009M07
2009M08
2009M09
2009M10
2009M11
2009M12
2010M01
2010M02
2010M03
2010M04
2010M05
2010M06
LNCR
34.28367
34.29485
34.31610
34.33158
34.34516
34.38969
34.40180
34.42616
34.44880
34.47389
34.50044
34.54079
34.52610
34.54150
34.57421
34.59871
34.63064
34.67711
34.69283
34.72596
34.75883
34.79949
34.82043
34.80704
34.79329
34.80256
34.80528
34.79932
34.80527
34.82774
34.83004
34.85062
34.85072
34.85909
34.87352
34.90198
34.87927
34.89560
34.91455
34.93509
34.96506
35.00030
LNKURS
9.114930
9.122601
9.118006
9.114160
9.085684
9.110962
9.125436
9.149528
9.120087
9.116359
9.145909
9.150484
9.136801
9.110631
9.128805
9.130648
9.139703
9.129672
9.118006
9.121837
9.146122
9.305196
9.405167
9.301095
9.337413
9.390994
9.356603
9.279213
9.243775
9.232591
9.202308
9.216322
9.177920
9.163773
9.156940
9.148465
9.159258
9.146548
9.139703
9.118992
9.107310
9.140990
LNDPK
34.78530
34.78880
34.79449
34.80097
34.80570
34.84271
34.86029
34.87000
34.87582
34.88926
34.90175
34.95144
34.92573
34.92878
34.92147
34.93215
34.94805
34.97971
34.96729
34.96144
35.01092
35.05459
35.07403
35.10027
35.09771
35.11038
35.11884
35.11591
35.11743
35.13970
35.13023
35.15236
35.15787
35.16155
35.17902
35.21835
35.20604
35.19714
35.22302
35.22210
35.23851
35.27882
INF
6.260000
6.300000
6.520000
6.290000
6.010000
5.770000
6.060000
6.510000
6.950000
6.880000
6.710000
6.590000
7.360000
7.400000
8.170000
8.960000
10.38000
11.03000
11.90000
11.85000
12.14000
11.77000
11.68000
11.06000
9.170000
8.600000
7.920000
7.310000
6.040000
3.650000
2.710000
2.750000
2.830000
2.570000
2.410000
2.780000
3.720000
3.810000
3.430000
3.910000
4.160000
5.050000
108
2010M07
35.00752
2010M08
35.03373
2010M09
35.04508
2010M10
35.05497
2010M11
35.07316
2010M12
35.10741
2011M01
35.09611
2011M02
35.11195
2011M03
35.13478
2011M04
35.15046
2011M05
35.17507
2011M06
35.20698
2011M07
35.21864
2011M08
35.24761
2011M09
35.27079
2011M10
35.28364
2011M11
35.30465
2011M12
35.32728
Sumber : Data yang diolah
9.108640
9.110741
9.102978
9.100972
9.096612
9.100526
9.111293
9.085117
9.072112
9.056490
9.052165
9.059169
9.048762
9.056956
9.085117
9.086476
9.123693
9.112507
35.27239
35.27727
35.30148
35.31529
35.33277
35.38842
35.37258
35.36639
35.39377
35.38902
35.41307
35.42996
35.44060
35.43890
35.47285
35.48938
35.51135
35.56299
6.220000
6.440000
5.800000
5.670000
6.330000
6.960000
7.020000
6.840000
6.650000
6.160000
5.980000
5.540000
4.610000
4.790000
4.610000
4.420000
4.150000
3.790000
109
Lampiran 3 : Hasil uji dengan regresi metode OLS (Ordinary Least Square)
Dependent Variable: D(LNCR)
Method: Least Squares
Date: 05/23/13 Time: 21:44
Sample (adjusted): 2007M02 2011M12
Included observations: 59 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNDPK)
D(LNKURS)
D(INF)
C
0.440127
0.091737
0.005473
0.012120
0.084458
0.042594
0.002189
0.001823
5.211201
2.153738
2.500504
6.647869
0.0000
0.0357
0.0154
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.465426
0.436268
0.011104
0.006782
183.8785
15.96190
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.017688
0.014790
-6.097576
-5.956726
-6.042594
1.659115
Sumber :olah data dengan menggunakan eviews 6.0
110
Lampiran 4 : Hasil Uji Liniearitas
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
1.173256
1.268164
Prob. F(1,54)
Prob. Chi-Square(1)
0.2835
0.2601
Std. Error
Prob.
Test Equation:
Dependent Variable: D(LNCR)
Method: Least Squares
Date: 05/23/13 Time: 21:52
Sample: 2007M02 2011M12
Included observations: 59
Variable
Coefficient
D(LNDPK)
D(LNKURS)
D(INF)
C
FITTED^2
0.674048
0.145831
0.007799
0.014479
-12.93767
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.476794
0.438038
0.011087
0.006638
184.5126
12.30245
0.000000
t-Statistic
0.231839 2.907397
0.065595 2.223222
0.003064 2.545569
0.002838 5.101204
11.94427 -1.083170
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.0053
0.0304
0.0138
0.0000
0.2835
0.017688
0.014790
-6.085172
-5.909110
-6.016445
1.689188
Sumber : data diolah dengan eviews 6.0
111
Lampiran 5 : Hasil Uji Normalitas
12
Series: Residuals
Sample 2007M01 2011M12
Observations 60
10
Mean
Median
Maxim um
Minim um
Std. Dev.
Skewnes s
Kurtos is
8
6
4
0.051953
-5.48e+12
8.68e+13
-9.44e+13
3.44e+13
-0.034299
3.448516
Jarque-Bera 0.514682
Probability
0.773105
2
0
-8.0e+13
-4.0e+13
0.00000
4.0e+13
8.0e+13
Sumber : data diolah dengan eviews 6.0
112
Lampiran 6 : Hasil Uji Multikolinearitas
LNDPK
LNKURS
INF
LNDPK
1.000000
-0.218116
-0.391404
LNKURS
-0.218116
1.000000
0.319561
0.319561
1.000000
INF
-0.391404
Sumber : data diolah dengan eviews 6.0
113
Lampiran 7 : Hasil Uji Autokolerasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.882321
3.912891
Prob. F(2,53)
Prob. Chi-Square(2)
0.1623
0.1414
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/23/13 Time: 21:47
Sample: 2007M02 2011M12
Included observations: 59
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
D(LNDPK)
D(LNKURS)
D(INF)
C
RESID(-1)
RESID(-2)
-0.017998
-0.010595
-0.001323
0.000115
0.156340
0.205214
R-squared
0.066320
Adjusted R-squared -0.021763
S.E. of regression
0.010930
Sum squared resid
0.006332
Log likelihood
185.9028
F-statistic
0.752928
Prob(F-statistic)
0.587691
Std. Error
t-Statistic
0.086553 -0.207937
0.043015 -0.246314
0.002260 -0.585383
0.001820 0.063436
0.142255 1.099010
0.143055 1.434512
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Prob.
0.8361
0.8064
0.5608
0.9497
0.2767
0.1573
-2.94E-19
0.010813
-6.098401
-5.887126
-6.015928
2.028883
Sumber : data diolah dengan eviews 6.0
114
Lampiran 8 : Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
0.612875
1.908542
2.463501
Prob. F(9,49)
Prob. Chi-Square(9)
Prob. Chi-Square(9)
0.6095
0.5916
0.4819
Std. Error
Prob.
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/25/13 Time: 19:32
Sample: 2007M02 2011M12
Included observations: 59
Variable
Coefficient
C
(D(LNKURS))^2
(D(LNDPK))^2
(D(INF))^2
0.000110
0.002350
-0.024623
3.23E-05
R-squared
0.032348
Adjusted R-squared -0.020433
S.E. of regression
0.000202
Sum squared resid
2.24E-06
Log likelihood
420.3248
F-statistic
0.612875
Prob(F-statistic)
0.609546
t-Statistic
3.54E-05 3.102927
0.007165 0.328019
0.036771 -0.669635
2.91E-05 1.112013
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.0030
0.7441
0.5059
0.2710
0.000115
0.000200
-14.11271
-13.97186
-14.05772
2.149570
Sumber : data diolah dengan eviews 6.0
115
Download