Suplemen 7 Suplemen 7 PREDIKSI DAMPAK AC-FTA TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA SELATAN Asean-China Free Trade Area (AC-FTA) mulai diberlakukan pada Triwulan I 2010. Berbagai perdebatan timbul terutama terkait dengan kesiapan produk-produk Indonesia dalam berkompetisi dengan negara AC-FTA. Saat ini, perdagangan antara Indonesia, Cina, dan India sangat menjanjikan mengingat keduanya mempunyai populasi penduduk yang besar, pertumbuhan ekonomi tinggi, dan potensi kenaikan pendapatan per kapita yang tinggi. Hal ini mengindikasikan meningkatnya konsumsi dari tiga negara tersebut akan memberikan kesinambungan bagi pertumbuhan ekonomi masing-masing. Sebagai negara yang memiliki biaya tenaga kerja yang relatif rendah, Cina akan dapat menekan biaya marginal produksi barang industrinya. Hal ini akan membuat barang-barang produksi Cina akan semakin kompetitif di mata dunia. Pada kondisi pasca krisis keuangan global seperti saat ini, kompetitifnya produk dari sisi harga akan sangat diperhatikan oleh konsumen. Walaupun dari sisi teknologi Cina relatif tertinggal dibandingkan negara-negara maju, barang industri dari Cina semakin menjadi preferensi konsumen secara global. Ironisnya, banyaknya pencurian hak-hak intelektual seperti copyrights, merek dagang, 1 trademarks, dan rahasia bisnis yang sangat parah di Cina di sisi lain justru dapat membawa percepatan adaptasi teknologi. Hal ini akan berdampak semakin unggulnya Cina di mata konsumen dunia. Grafik 1. Prediksi Pola Integrasi Ekonomi AC-FTA Barang Industri dan Jasa Indonesia dan ASEAN China Komoditas primer Komoditas primer Barang Industri dan jasa Modal Modal Dunia 1 Lihat 2009 Index of Economic Freedom, The Heritage Foundation & Wall Street Journal 1 Suplemen 7 Khusus untuk tahun 2010, salah satu isu utama khususnya di sektor pertanian adalah terjadinya el nino secara global pada 2009 dan pemulihan ekonomi dunia yang akan menyebabkan excess demand komoditas pangan dan energi melebar, dan berujung pada kenaikan harga komoditas pada 2010. Hal ini sangat berpeluang untuk meningkatkan nilai ekspor beberapa komoditas unggulan daerah. Selain itu, tingginya potensi pasar ke Cina dan India merupakan peluang ekspor Indonesia, khususnya komoditas unggulan Propinsi Sumsel masih sangat menjanjikan. Prospek komoditas unggulan Sumatera Selatan pada tahun 2010 di era perdagangan bebas adalah sebagai berikut : a. Karet diperkirakan akan sedikit meningkat seiring dengan adanya tendensi kenaikan harga minyak dan beberapa komoditas lainnya, prospek meningkatnya produksi otomotif sehubungan dengan pemulihan perekonomian dunia. Namun, kesinambungan peningkatan permintaan tersebut masih dipertanyakan, dikarenakan belum adanya penyebab fundamental yang kuat. b. Kelapa Sawit diperkirakan akan meningkat terkait dengan : (i) meningkatnya permintaan Crude Palm Oil (CPO) di Amerika Serikat untuk Biofuel dan sebagai substitusi minyak trans-fatty acid, (ii) el nino tahun 2009 berdampak pada ketatnya suplai di tahun 2010, (iii) permintaan Cina dan India yang masih jauh dari titik jenuh, (iv) adanya dugaan penghapusan pajak impor CPO dan terlambatnya panen kedelai di India. c. Batubara diperkirakan akan meningkat terkait dengan rencana pembangunan pembangkit listrik dengan tenaga batubara di India, serta harga batubara di Cina yang lebih tinggi dibandingkan dunia, sehingga mendorong impor dari negara lain, termasuk dari Indonesia. Walaupun diperkirakan terjadi peningkatan ekspor, namun net ekspor perlu diperhatikan karena terdapat potensi lonjakan impor di tahun 2010 berkaitan dengan China-Asean FTA. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan dapat berkurang oleh adanya Asean-China FTA. Beredarnya consumer goods yang kompetitif dari Cina berpotensi menurunkan harga-harga di pasar domestik, atau dengan kata lain akan dapat memperbaiki mekanisme pasar pada beberapa relevant market yang sebelumnya berperilaku kolusif, dan pada akhirnya akan menurunkan harga-harga.. Bagi Indonesia, di era perdagangan bebas AC-FTA, sekurangnya ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu: (i) pemenuhan standar kualitas ekspor untuk komoditas produksi dalam negeri secara lebih baik, (ii) moral suasion kepada masyarakat untuk lebih memilih produk dalam negeri khususnya untuk barang jadi produksi UMKM yang masih jauh dari kompetitif, (iii) pemanfaatan barang impor yang lebih kompetitif sebagai barang input produksi 2