pengaruh manajemen laba akrual terhadap biaya modal ekuitas

advertisement
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
PENGARUH MANAJEMEN LABA AKRUAL TERHADAP BIAYA MODAL
EKUITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2011-2013
THE EFFECT OF ACCRUAL EARNINGS MANAGEMENT ON COST OF EQUITY
CAPITAL ON MANUFACTURING COMPANY LISTED ON THE INDONESIA STOCK
EXCHANGE (IDX) 2011-2013
Margareta Hastuti Purwaningtias1 & Surifah2
Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
1
Email : [email protected]
2
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba terhadap biaya
modal ekuitas. Manajemen laba diproksi dengan menggunakan model Jones, dan biaya modal
ekuitas diestimasi dengan model Ohlson. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2013. Data tersebut
diperoleh dengan teknik purposive sampling dan menggunakan metode analisis regresi
berganda. Berdasarkan analisis regresi berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa
manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas. Hal ini dimungkinkan
karena investor mempertimbangkan besaran akrual dalam menentukan tingkat imbal hasil
saham yang dipersyaratkan (requeired rate of return). Sedangkan ukuran perusahaan, laverage
dan ROA sebagai variabel kontrol justru berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas.
Kata Kunci : Manajemen Laba, Biaya Modal Ekuitas, Laverage, ROA, Size
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of earnings management on cost of equity capital.
Earnings management proxy using Jones model, and cost of equity capital is estimated by
Ohlson model. This study sampled manufacturing companies listed in Indonesia Stock
Exchange during 2011-2013. This data to obtainable with purposive sampling and uses double
regression analyze method. Based on double regression analyze method, the results of this
research show that earnings management does not affect the cost of equity capital. This is
possible because investors consider the magnitude of accruals in determining the level of yields
on stocks required (requeired rate of return). Firm's size, leverage and ROA as control
variables actually affect the cost of equity capital.
Keywords: Earnings Management, Cost of Equity, Laverage, ROA, Size
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan pencerminan dari kondisi suatu perusahaan yang didalamnya
terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Pemakai laporan keuangan dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu pihak internal dan pihak
eksternal. Pihak internal yaitu manajemen sedangkan pihak eksternal yaitu pemegang saham, kreditor,
pemerintah, karyawan perusahaan, pemasok, konsumen dan masyarakat umum lainnya (Sulistyowati,
2014). Informasi yang paling diminati diantara informasi lain dalam laporan keuangan adalah informasi
laba. Namun, para penyusun laporan keuangan cenderung memanfaatkan bias yang terjadi karena
pengguna hanya cenderung melihat informasi laba bersih dalam laporan laba rugi.
46
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami manajemen
laba. Menurut Jensen dan Meckling (1976), agency relationship (hubungan keagenan) ada bilamana satu
atau lebih individu yang disebut dengan principal bekerja dengan individu atau organisasi lain yang
disebut agent, prinsipal akan menyediakan fasilitas dan mendelegasikan kebijakan pembuatan keputusan
kepada agen. Agen (manajemen perusahaan) diwajibkan memberikan laporan periodik pada prinsipal
(pemegang saham) tentang usaha yang dijalankannya. Prinsipal akan menilai kinerja agennya melalui
laporan keuangan yang disampaikan kepadanya. Selain dengan teori keagenan dalam memahami
manajemen laba dapat juga dijelaskan melalui teori akuntansi positif (TAP). Teori ini berupaya untuk
menjelaskan mengapa kebijakan akuntansi menjadi suatu masalah bagi perusahaan dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan keuangan, dan untuk memprediksi kebijakan akuntansi yang hendak
dipilih oleh perusahaan dalam kondisi tertentu (Watts dan Zimmerman, 1990).
Manajemen laba merupakan intervensi manajemen dalam proses menyusun pelaporan keuangan
eksternal, sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kepentingan
pelaksanaan manajemen laba tersebut (Schipper, 1989). Praktik manajemen laba dapat dipandang dari
dua perspektif yang berbeda, yaitu sebagai tindakan yang salah (negatif) dan sebagai tindakan yang
seharusnya dilakukan manajemen (positif). Healy and Wahlen (1999) menganggap manajemen laba
sebagai tindakan yang menyesatkan dan menipu pemegang saham. Hal ini disebabkan manajemen
memiliki informasi asimetrik mengenai kondisi perusahaan. Sedangkan yang berpendapat bahwa
manajemen laba tidak buruk adalah masyarakat akademis dengan asumsi bahwa laporan keuangan telah
mengungkap seluruh manajemen laba yang dilakukan. Biasanya investor dianggap sebagai kelompok
yang akan menerima dampak dari manajemen laba.
Manajemen laba menyebabkan banyak informasi yang harus diungkap oleh perusahaan,
sehingga berkonsekuensi terhadap meningkatnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital). Manajemen laba meningkat seiring dengan
meningkatnya biaya modal ekuitas (cost of equity capital) yang dikeluarkan perusahaan (Utami, 2005).
Leuz et al. (2003) memberikan bukti empirik bahwa Indonesia adalah negara yang paling besar
tingkat overstate earnings dalam manajemen laba dibandingkan negara ASEAN lainnya. Adanya bukti
empirik bahwa tingkat manajemen laba emiten di Indonesia relatif tinggi dan tingkat proteksi terhadap
investor yang rendah, menimbulkan pertanyaan, apakah investor mempertimbangkan besaran akrual
(proksi manajemen laba) dalam menentukan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan (required rate
of return)? Tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan adalah tingkat pengembalian yang diinginkan
oleh investor untuk mau menanamkan uangnya di perusahaan, dan dikenal dengan sebutan biaya modal
ekuitas.
Dalam penelitian Utami (2005) dijelaskan bahwa biaya modal ekuitas adalah besarnya rate yang
digunakan oleh investor untuk mendiskontokan deviden yang diharapkan diterima di masa yang akan
datang, yang diukur dengan model penilaian perusahaan. Utami (2005) membuktikan bahwa manajemen
laba mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas, artinya bahwa semakin
tinggi tingkat akrual, maka semakin tinggi biaya modal ekuitas. Jika investor menyadari bahwa praktik
manajemen laba banyak dilakukan oleh emiten, maka ia akan melakukan antisipasi risiko dengan cara
menaikkan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan.
Ashidiqi (2013) meneliti pengaruh manajemen laba, risiko beta dan ukuran perusahaan terhadap
biaya modal ekuitas yang memberikan hasil bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya
modal ekuitas. Berbeda dengan risiko beta yang memiliki pengaruh negatif dan signifikan, serta ukuran
perusahaan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas.
Pada penelitan ini manajemen laba dipengaruhkan pada biaya modal ekuitas. Biaya modal
ekuitas dapat diukur dengan berbagai rasio keuangan, namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ukuran perusahaan, laverage dan ROA. Manajemen laba diproksi dengan menggunakan model Jones
(1991) yang digunakan juga oleh Zang (2012). Sedangkan estimasi cost of equity capital dilakukan
dengan menggunakan pendekatan model Ohlson (1995) yang digunakan juga oleh Purwanto (2012).
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas
karena masih terdapat ketidak konsisten hasil penelitian. Peneliti tertarik meneliti tengtang biaya modal
ekuitas, karena biaya modal ekuitas sangat penting bagi perusahaan maupun investor. Biaya modal
ekuitas bagi perusahaan, berkaitan dengan pendanaan perusahaan yang nantinya akan digunakan oleh
perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
47
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Berdasar latar belakang diatas maka hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
manajemen laba berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas.
METODE PENELITIAN
Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2011-2013 berjumlah 417 perusahaan. Metode pemilihan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purpose sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan
pertimbangkan subyektif penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria sampel
yang termasuk dalam kategori penelitian ini adalah:
a. perusahaan tersebut termasuk dalam kelompok perusahaaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia;
b. data perusahaan selama 3 tahun penelitian harus lengkap;
c. emiten mempunyai tahun buku yang berakhir 31 Desember;
d. Perusahaan manufaktur yang menggunakan satuan mata uang rupiah pada laporan keuangan yang
dipublikasikan.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan yang diperoleh
dalam Indonesian Stock Exchange (IDX) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Operasionalisasi variabel
Variabel Dependen (Dependen Variable) – Cost of Equity Capital
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah cost of equity capital perusahaan. Cost of equity capital
perusahaan dihitung berdasarkan tingkat diskonto yang dipakai investor untuk menilaitunaikan future
cash flow (Ohlson 1995, Botosan 1997, Wiwik Utami 2005). Estimasi cost of equity capital dilakukan
dengan menggunakan pendekatan model Ohlson. Estimasi cost of equity capital dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Ohlson (1995) yang digunakan juga oleh Purwanto (2012).
r = (Bt + Xt+1 – Pt)/Pt .............................. (1)
Keterangan :
r
= biaya ekuitas modal.
Bt
= nilai buku per lembar saham periode t.
Xt+1
= laba per lembar saham pada periode t+1 yang diestimasi dengan
model random walk seperti pada persamaan (2).
Pt
= harga saham pada periode t.
Harga saham perusahaan pada periode t (Pt) merupakan harga rata-rata saham perusahaan t selama
tiga hari pengamatan, yaitu satu hari sebelum tanggal publikasi laporan keuangan (t-1), pada hari
publikasi laporan keuangan (t=0), dan satu hari setelah tanggal publikasi laporan keuangn (t+1) .
Pertimbangan untuk menggunakan window tiga hari adalah : (a) adanya perbedaan waktu antara laporan
keuangan dilaporkan atau diserahkan ke Bapepam dan BEI dengan publikasi laporan keuangan di media
massa, biasanya beda satu hari, (b) dengan window yang pendek maka dapat meminimalkan
counfounding affect (Purwanto, 2012).
Untuk mengestimasikan laba per lembar saham pada periode t+1 digunakan model Random Walk
sebagai berikut:
E (xt+1) = xt + σ …………………………(2)
Keterangan :
E (xt+1) = estimasi laba per lembar saham pada periode t+1
Xt
= laba per lembar saham aktual pada periode t
σ
= Drift term yang merupakan rata-rata perubahan laba per lembar
saham selama 5 tahun, atau sejak go public jika emiten belum
genap lima tahun menjadi perusahaan publik
Variabel Independen (Independen Variable) – Manajemen Laba
48
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba
(ML) adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk
menguntungkan dirinya sendiri, yang mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan, atau
meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen tersebut (Chancera
2011). Manajemen laba diproksi dengan menggunakan model Jones (1991) dalam Zang (2012) :
Accruals/At-1 = α0 + α1 (1 / At-1) + α2 ( ΔSt / At-1) + α3 ( PPEt / At-1) + et
Keterangan :
At-1
= aset total pada period t-1
St
= penjualan bersih
PPEt
= aset tetap berwujud kotor
et
= error term dalam tahun t
Dimana accruals didapat dari laba bersih sebelum pos lainnya dikurangi arus kas operasi.
Variabel Kontrol
Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah risiko beta saham dan ukuran perusahaan
(Chancera 2011).
Laverage
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam
membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat
bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai
tingkat leverage lebih rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri (Purnasiwi, 2011).
Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Semakin besar rasio
leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Ukuran ini berhubungan dengan keberadaan dan
ketat tidaknya suatu persetujuan utang. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi diduga
melakukan manajemen laba karena perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana
tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran
utang pada waktunya.
Dalam penelitian ini leverage ratio yang digunakan adalah rasio hutang terhadap aktiva /debt to asset
ratio. Debt to Asset Ratio dihitung menggunakan rumus :
Total Debt
DAR =
Total Aktiva
Keterangan :
DAR
Total Debt
Total Aktiva
: Debt to Asset Ratio
: Total Kewajiban
: Total Harta
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu perusahaan.
Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total assets yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat
dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak
manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan yang
dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah
aset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi
jika dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan
meningkatkan nilai perusahaan (Analisa, 2011).
Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) adalah ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset
yang dimiliki perusahaan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio
profitabilitas yang ada (Ang, 1997). Return On Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Return On
Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan net income after tax (Laba Bersih Setelah
Pajak) terhadap total asset. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
49
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Laba Bersih Setelah Pajak
ROA =
Total Aktiva
Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian
yang semakin besar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan publik sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2011-2013. Populasi perusahaan selama periode 2011-2013 sebanyak
417 perusahaan, sedangkan sampel yang termasuk kriteria dalam penelitian ini sebanyak 375 perusahaan.
Uraian mengenai pemilihan sampel disajikan pada tabel 1.
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
KETERANGAN
JML
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2013
Perusahaan manufaktur yang tidak mempunyai tahun buku yang berakhir 31
Desember
Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan annual report secara
berturut-turut selama tahun 2011-2013
Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan satuan mata uang rupiah pada
laporan keuangan yang dipublikasikan
Perusahaan sampel
Total Pengamatan = 125 x 3
139
(4)
(10)
(0)
125
375
Statistik Deskriptif
Dilihat dari komposisi sampel perusahaan maka dapat diketahui bahwa sampel yang diambil sudah
cukup mewakili populasi. Nilai rata-rata manajemen laba, biaya modal ekuitas, laverage, ROA, SIZE
serta standar deviasi masing-masing variabel disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Descriptive Statistics
N
COEC
AEM
Laverage
ROA
SIZE
375
375
375
375
375
Minimum
-8,073
-0,320
0,002
-0,756
1,002
Maximum
Mean
Std. Deviation
6,164
1,874
5,959
2,629
1,433
0,085
0,004
0,544
0,072
1,216
1,384
1,023
0,456
0,180
0,714
375
Valid N (listwise)
(Sumber Data : Hasil Output SPSS)
Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa besarnya biaya modal ekuitas minimum adalah -8,073
dan maksimum 6,164. Tanda negatif berarti investor mendapatkan return negatif, atau dengan kata lain
menanggung kerugian atas investasi yang dilakukan. Mean biaya modal ekuitas adalah 0,085 dengan
standar deviasi 1,384.
Manajemen laba minimum adalah -0,320 dari penjualan, dan maksimum 1,874. Tanda negatif
menunjukkan adanya income decreasing accruals dan positip mengindikasikan income increasing
50
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
accruals. Mean manajemen laba 0,004 dari penjualan, sedangkan standar deviasi adalah 1,023, hal ini
menggambarkan bahwa emiten cenderung melakukan income increasing accruals.
Uji Normalitas
Sebelum menuju pada uji asumsi klasik terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas untuk
mengetahui data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Data yang baik dan layak digunakan dalam
penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah
dengan melihat histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal. Berdasarkan Gambar 1.
Jika dilihat berdasarkan grafik normal plot terlihat titik-titik merapat di sekitar garis diagonal, tetapi
agak jauh dari garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa grafik kurang menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam uji normalitas residual dengan
grafik dapat menyesatkan apabila tidak hati-hati karena secara visual kelihatan normal. Oleh karena itu,
untuk melengkapi uji grafik dilakukan juga uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik non parametik KolmogorovSmirnov (K-S). Dalam One Sample KolmogorovSmirnov Test, data dinyatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05. Pada uji
normalitas yang telah dilakukan diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003 maka dapat disimpulkan
bahwa data tidak berdistribusi normal, seperti yang ditunjukan pada tabel 3. Meskipun tidak normal tetapi
nilai residu tidak ada yang outlier.
Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
375
Mean
0,000
Std. Deviation
0,713
Absolute
0,092
Positive
0,092
Negative
-0,089
51
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Kolmogorov-Smirnov Z
1,787
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,003
a. Test distribution is Normal.
Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui spesifikasi model yang digunakan. Pengujian ini akan
menghasilkan informasi apakah model empiris berbentuk linear, kuadrat, atau kubik. Pengujian yang
dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji Langrange Multiplier untuk memperoleh c2 hitung atau (n
x R2). Hasil uji Langrange Multiplier adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of the
Model
R
R Square
Square
Estimate
Durbin-Watson
a
1
.293
.086
.076
.71732063
2.152
a. Predictors: (Constant), SIZE, ROA, AEM, Laverage
b. Dependent Variable: Zscore: Unstandardized Residual
(Sumber Data : Hasil Output SPSS)
Berdasarkan uji Langrange Multiplier menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 0,086 dengan jumlah n
observasi 375, maka besarnya c2 hitung = 375 x 0,086 = 32,25. Nilai ini dibandingkan dengan c2 tabel
dengan df = 100 dengan tingkat signifikansi 0,05 maka didapatkan nilai c2 tabel 124,342. Nilai c2 tabel
lebih besar daripada c2 hitung, sehingga dapat disimpukan bahwa model regresi pada penelitian ini adalah
model linear.
Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji regresi linear berganda maka dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu,
hal ini dilakukan sebagai syarat penggunaan analisis regresi linear. Pengujian asumsi klasik terdiri dari uji
multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Berikut hasil perhitungan uji asumsi klasik.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar
variabel independen. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan VIF (Variance Inflation
Factor) dan tolerance value. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan tolerance value tidak kurang dari 0,10
maka dapat dikatakan terbebas dari dari multikolinearitas. Pada uji multikolinearitas yang telah dilakukan
variabel AEM, Laverage, ROA dan SIZE menunjukkan VIF sebesar 1,005; 1,131; 1,101; 1,041 dan
tolerance value sebesar 0,995; 0,884; 0,908; 0,961. Karena VIF < 10 dan Tolerance > 0,1 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Berikut tampilan hasil dari uji multikolinearitas
dengan VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance value.
Tabel 5. Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
-1.736
.654
-2.652
.008
.014
.437
.036
.086
.019 .385
.267 5.053
.701
.000
.995
.884
1.005
1.131
ROA
-.891
.216
-.215 -4.118
SIZE
.124
.053
.119 2.347
a. Dependent Variable: Zscore: Unstandardized Residual
(Sumber Data : Hasil Output SPSS)
.000
.019
.908
.961
1.101
1.041
AEM
Laverage
52
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara variabel-variabel
pengganggu pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Apabila terjadi korelasi maka disebut
masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji DurbinWatson (DW) α = 5% dengan ketentuan sebagai
berikut: 1,8094 < DW < 2,1906 berarti tidak terjadi korelasi, 1,7279 < DW < 1,8094 atau 2,2721 < DW <
2,1906 berarti tidak dapat disimpulkan, DW < 1,7176 atau DW > 2,2824 berarti terjadi korelasi. Pada uji
autokorelasi yang telah dilakukan diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 2,152. Karena 2,152
berada diantara 1,8094 < DW < 2,1906 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Berikut
tampilan hasil dari uji autokorelasi dengan Durbin Watson.
Tabel 6. Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of the
Model
R
R Square
Square
Estimate
Durbin-Watson
a
1
.293
.086
.076
.71732063
2.152
a. Predictors: (Constant), SIZE, ROA, AEM, Laverage
b. Dependent Variable: Zscore: Unstandardized Residual
(Sumber Data : Hasil Output SPSS)
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian pada residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila varian pada
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan output berupa
tampilan grafik scatterplot. Apabila titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. Namun apabila tidak
terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka
tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan, tampak dalam grafik
scatterplot tidak terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada
sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut tampilan hasil dari uji
heteroskedastisitas dengan output berupa tampilan grafik scatterplot. Gambar 2.
Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan apakah variabel independen secara individu mempunyai pengaruh yang secara
signifikan terhadap variabel dependen serta untuk membuktikan variabel manakah yang paling dominan,
maka digunakan uji t, koefisien beta dan nilai sig. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menguji
53
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
tentang pengaruh praktik manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas. Variabel yang digunakan dalam
pengujian ini adalah variabel manajemen laba dan biaya modal ekuitas dimana proksi manajemen laba
menggunakan model Jones (1991) dalam Zang (2012) dan biaya modal ekuitas diproksikan dengan
menggunakan model Ohlson (1995) yang digunakan juga oleh Purwanto (2012). Hasil pengujian
menunjukkan nilai koefisien regresi (b) bernilai positif menunjukkan bahwa Manajemen Laba
berpengaruh positif terhadap Biaya Modal Ekuitas. Selain itu, dari hasil perhitungan yang dilakukan
diperoleh juga nilai t-hitung yang terlihat di tabel 7 yaitu sebesar 0,385, sedangkan nilai t-tabel sebesar
1,960 dengan taraf signifikansi 5% dan degree of freedom (n-1) = 374 sehingga t-hitung < t-tabel. Nilai
Sig. pada tabel 7 yaitu sebesar 0,701 dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, yang artinya 0,701 >
0,05. Secara statistik bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel manajemen laba
dengan biaya modal ekuitas sebesar 0,019 pada tingkat signifikansi 0,701. Koefisien regresi manajemen
laba mempunyai nilai positif, dengan demikian hipotesis (Ha) yang menyatakan manajemen laba
berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas ditolak.
Tabel 7. Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
B
1
-1,736
0,654
AEM
0,014
0,036
Laverage
0,437
ROA
SIZE
Adj R2
F Stat
.076
8,706
Prop (F Stat)
0.000
(Constant)
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
-2,652
0,008
0,019
0,385
0,701
0,086
0,267
5,053
0,000
-0,891
0,216
-0,215
-4,118
0,000
0,124
0,053
0,119
2,347
0,019
a. Dependent Variable: Zscore: Unstandardized Residual
(Sumber Data : Hasil Output SPSS)
Sedangkan dilihat dari variabel laverage menunjukkan nilai koefisien regresi (b) bernilai positif
menunjukkan bahwa laverage berpengaruh positif terhadap Biaya Modal Ekuitas. Selain itu, dari hasil
perhitungan yang dilakukan diperoleh juga nilai t-hitung yang terlihat di tabel 7 yaitu sebesar 5,053,
sedangkan nilai t-tabel sebesar 1,960 dengan taraf signifikansi 5% dan degree of freedom (n-1) = 374
sehingga t-hitung > t-tabel. Nilai Sig. pada tabel 7 yaitu sebesar 0,000 dengan menggunakan taraf
signifikansi 5%, yang artinya 0,000 0,05. Secara statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara variabel laverage dengan biaya modal ekuitas sebesar 0,267 pada tingkat signifikansi 0,000.
Kemudian dilihat dari variabel ROA menunjukkan nilai koefisien regresi (b) bernilai negatif
menunjukkan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap Biaya Modal Ekuitas. Selain itu, dari hasil
perhitungan yang dilakukan diperoleh juga nilai t-hitung yang terlihat di tabel 8 yaitu sebesar -4,118,
sedangkan nilai t-tabel sebesar 1,960 dengan taraf signifikansi 5% dan degree of freedom (n-1) = 374
sehingga t-hitung > t-tabel. Nilai Sig. pada tabel 7 yaitu sebesar 0,000 dengan menggunakan taraf
signifikansi 5%, yang artinya 0,000 < 0,05. Secara statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara variabel ROA dengan biaya modal ekuitas sebesar 0,215 pada tingkat signifikansi 0,000.
Dan dilihat dari variabel Size menunjukkan nilai koefisien regresi (b) bernilai positif menunjukkan
bahwa Size berpengaruh positif terhadap Biaya Modal Ekuitas. Selain itu, dari hasil perhitungan yang
dilakukan diperoleh juga nilai t-hitung yang terlihat di tabel 8 yaitu sebesar 2,347, sedangkan nilai t-tabel
sebesar 1,960 dengan taraf signifikansi 5% dan degree of freedom (n-1) = 374 sehingga t-hitung > t-tabel.
Nilai Sig. pada tabel 7 yaitu sebesar 0,019 dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, yang artinya 0,019
< 0,05. Secara statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel size dengan biaya modal
ekuitas sebesar 0,119 pada tingkat signifikansi 0,019.
54
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Hasil analisis regresi
pada tabel 7 menunjukkan nilai koefisien manajemen laba positif sebesar 0,019 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,701. Hasil ini secara statistik tidak signifikan karena jauh diatas level of
significance yang ditentukan sebesar 0,05, oleh karena itu hipotesis nol diterima (Ha ditolak). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara manajemen laba terhadap
cost of equity capital perusahaan dan menunjukkan bahwa cost of equity capital tidak akan semakin besar
dengan semakin meningkatnya manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil dari penelitian
Purwanto (2012), Ashidiqi (2013) dan Saputro et al. (2014).
Sedangkan ukuran perusahaan (Size) berpengaruh positif dan signifikan terhadap cost of equity
capital dan menunjukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka cost of equity capital perusahaan
semakin besar. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,124
dengan t-hitung 2,347 dan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,019. Hasil ini
mendukung hasil penelitian dari Vidiyanto (2009) dan Ashidiqi (2013).
Laverage berpengaruh positif terhadap cost of equity capital dengan nilai koefisiensi sebesar 0,437
dengan t-hitung 5,053 dan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. ROA berpengaruh
negatif terhadap cost of equity capital dengan nilai koefisiensi sebesar -0,891 dengan t-hitung -4,118 dan
nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000
DAFTAR PUSTAKA
Analisa, Yangs. 2011. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Laverage, Profitabilitas dan Kebijakan
Dividen terhadap Nilai Perusahaan”. Universitas Diponegoro Semarang. (Diakses pada
tanggal 03 Agustus 2015)
Ashidiqi, M. Lutfi. 2013. “Pengaruh Manajemen Laba, Risiko Beta dan Ukuran Perusahaan
terhadap Biaya Modal Ekuitas Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2011”, (Diakses pada tanggal 25 Mei 2015)
Healy, P. M., and J. Wahlen. 1999. A review of the earnings management literature and its
implications for standard setting. Accounting Horizons 13 (4): 365–383.
Jensen, Michael C., and Meckling, William H,. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, October,
1976,
V. 3, No. 4, pp. 305-360.
Jones, J.1991.“Earning Management during Import Relief Investigations”, Journal of Accounting
Research 29 (Autumn): 193-228
Leuz C, Nanda and P.D. Wysocki. 2003. “Earnings Management and Investor Protection: an
International Comparation”, Journal of Financial Economics, Vol 69: 505-527
Leuz, N.C., and Wysocki, P.D. 2003. “Earnings Management and Investor Protection: and
International Comparation”. Journal of Accounting Research Vol.33, No.2:353-367.
Ohlson, J. 1995. “Earning, Book Value, and Devidens in Equity Valuation”, Contemporary
Accounting Reseacrh, Vol 11, hal 661-687.
Purwanto, 2012. “Pengaruh Manajemen Laba, Assymmetry Information dan Pengungkapan
Sukarela Terhadap Biaya Modal”. Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin.
Saputro, Ary. N., Anggraini, R., dan Nindito, M. 2014. “Pengaruh Manajemen Laba dan Pengungkapan
Corporate Governance terhadap Biaya Modal
Ekuitas”. Seminar dan
Konferensi
Nasional 2014 FE UNJ, 22-23 April 2014.
Schipper, K. 1989. Commentary on earnings management. Accounting Horizon 3 (4): 91–102.
Sulisyowati, R., Mahjudin, GS., dan Achmad, D. 2014. “Pengaruh Earnings Management dan
Level
of Disclosure terhadap Cost of Equty Capital pada Perusahaan Publik Sektor
Industr
Real
Estate dan Properti di Bursa Efek Indonesia”. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah
Fakultas
Ekonomi Unpar.
55
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Utami, Wiwik. 2005, “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi Pada
Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo
Vidiyanto, Heri. 2009. “Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. (Diakses pada 02 September 2015)
Watts, Ross L., and Zimmerman, Jerold L. 1990. “Positive Accounting Theory : A Ten Year
Perspective”. The Accounting Review, Vol. 65, No. 1, pp. 131-‘156.
Zang, Amy. Y. 2012. “Evidence on the Trade – Off Between Real Activities Manipulation and ‘
Accrual – Based Earning Management”. The Accounting Review, Vol 87, No. 2:675-703
56
Download