TUGAS ONLINE 2 - MANAJEMEN PEMBIAYAAN KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RUMAH SAKIT NAMA : AFIFAH NUR KARAMAH NIM : 2013.31.210 A. Pengertian Kebijakan Deviden. Salah satu kebijakan deviden yang harus diambil oleh manajemen adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi sebagian untuk deviden dan sebagian lagi di bagi dalam laba ditahan. Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi Kebijakan Deviden adalah kebijakan untuk menentukan berapa laba yang harus dibayarkan ( deviden ) kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali ( laba ditahan ). Deviden adalah pendapatan bagi pemegang saham yang dibayarkan setiap akhir periode sesuai dengan persentasenya. Persentase dari laba yang akan dibagikan sebagai deviden kepada pemegang saham disebut sebagai Deviden Payout Ratio (DPR). B. Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain : 1. Posisi likuiditas Perusahaan. Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan, akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. 2. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan, yaitu perusahaan membiayai hutang itu pada saat jatuh tempo atau menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain. Jika keputusannya membayar hutang tesebut, maka biasanya perlu untuk menahan laba. 3. Tingkat Ekspansi Aktiva. Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya, perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya dalam bentuk deviden. 4. Stabilitas Laba. Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan “DPR” yang tinggi, daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Deviden yang lebih rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa yang akan datang. C. Pendapat Tentang Kebijakan Deviden. 1. Pendapat tentang ketidak relevanan deviden (irrelevant theory) Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller, yang memberikan argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk deviden tidak relevan dengan peningkatan kemakmuran atau kekayaan pemegang saham. Karena deviden payout ratio hanya merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan perusahaan, nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba atau kebijakan investasi. 2. Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory) Deviden adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat dipengaruhi oleh kebijakan deviden. D. Macam-macam Kebijakan Deviden 1. Kebijakan Deviden Yang Stabil Artinya jumlah deviden perlembar dibayarkan setiap tahun tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. 2. Kebijakan Deviden Dengan Penetapan Jumlah Deviden Minimal Ditambah Jumlah Ekstra Tertentu. Artinya kebijakan ini menentukan jumlah rupiah minimal deviden per lembar saham setiap tahunnya apabila keuntungan perusahaan lebih baik, akan membayar deviden ekstra. 3. Kebijakan Deviden Dengan Penetapan Deviden Payout Ratio Yang Konstan. Artinya kebijakan ini memberikan deviden yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar deviden yang dibayarkan dan sebaliknya. Dasar yang digunakan sering disebut denviden payout ratio. 4. Kebijakan Deviden Yang Fleksibel Artinya besarnya setiap tahun disesuaikan dengan kondisi financial dan kebutuhan financial dari perusahaan yang bersangkutan. 5. Kebijakan Stock Deviden Adalah kebijakan yang pembayaran devidennya kepada pemegang saham dalam bentuk saham bukan uang tunai. Pemberian deviden tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi dari modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock deviden ini akan mengurangi pos laba ditahan dan akan ditambah ke pos modal saham. Tujuan perusahaan memberikan stock deviden adalah untuk menghemat kas karena adanya kesempatan investasi yang lebih menguntungkan. Sebagai contoh misalkan PT. X memiliki struktur modal sebagai berikut : Kemudian perusahaan menentukan stock dividen sebesar 5% maka akan ada tambahan saham sebesar 5% x 600.000 lembar atau sebesar 30.000 lembar. Dengan demikian untuk setiap 20 lembar saham akan mendapat tambahan satu lembar saham baru. Apabila harga pasar saham adalah Rp 10.000,- Maka setelah stock dividen neraca perusahaan akan menjadi : Karena ada stock dividen Rp 10.000,- x 30.000 lembar = Rp 300.000.000,- ditransfer dari laba ditahan ke dalam saham biasa dan capital surplus. Karena nilai nominalnya sama, kenaikan jumlah lembar saham tercermin dalam kenaikan saham biasa sebesar Rp 5.000,- x 30.000 lembar = Rp 150.000.000,- Sedangkan sisanya Rp 150.000.000,- dimasukkan dalam capital surplus, dengan demikian modal sendiri tidak mengalami perubahan. Bagi investor, dengan adanya stock dividen ini maka ia tidak memperoleh apa – apa kecuali tambahan saham. Demikian juga proporsi kepemilikan juga tidak mengalami perubahan. Apabila faktor lain tetap, maka penambahan jumlah lembar saham yang beredar akan mengakibatkan harga pasar saham akan turun, sehingga nilai keseluruhan bagi investor tidak mengalami perubahan. Misalkan seorang investor semula memiliki 100 lembar saham, harga pasarnya Rp 10.000,- maka nilai keseluruhan saham yang dimiliki adalah Rp 1.000.000,-. Setelah stock dividen maka nilai pasar akan turun sebesar Rp 10.000,-(1-100/105) = Rp 476,19. Dengan demikian nilai keseluruhan saham yang dimiliki adalah 105 x (Rp 10.000,- - Rp 476,19) = Rp 1.000.000,- Oleh karena itu stock dividen tidak memberikan pengaruh bagi kemakmuran pemegang saham. Bagi investor apabila memerlukan dana dapat menjual tambahan saham yang diperolehnya, dan seolah-olah saham yang dimiliki tidak berkurang. Stock dividen baru akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham apabila perusahaan juga membayar dividen dalam bentuk kas. Sehingga pemegang saham selain mendapat tambahan lembar saham juga tetap mendapatkan cash dividen. Tujuan perusahaan memberikan stock dividen adalah untuk menghemat kas karena ada kesempatan investasi yang lebih menguntungkan, namun hal ini akan mengakibatkan kekecewaan pemegang saham. Maka diperlukan informasi yang benar kepada pemegang saham, akan adanya kesempatan investasi di masa datang. Kebijakan stock dividen yang tidak dapat dibenarkan apabila stock dividen dipergunakan untuk mengatasi kesulitan finansial, karena perusahaan tidak dapt memanipulasi investor yang akibatnya harga saham akan turun. Masalahnya yang penting adalah menyangkut biaya emisi saham yang mahal sehingga stock dividen perlu pertimbangan yang matang. 6. Kebijakan Stock Splits Merupakan kebijakan untuk meningkatkan jumlah lembar saham dengan cara pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan pegurangan nilai nominal saham yang lebih kecil secara proporsional. Oleh karena itu dengan stock splits harga saham menjadi lebih murah. Tujuan stock splits adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu. Misalkan PT. X menentukan stock splits dari 1( satu) lembar saham menjadi 2 (dua) lembar saham. Setelah stock split, maka nilai nominal saham berkurang dari Rp 5.000,- per lembar menjadi Rp 2.500,-. Tetapi saham biasa capital surplus dan laba ditahan tidak mengalami perubahan. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah lembar saham yang dimiliki akan menjadi 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan. Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat melalui penurunan secara proporsional atas nilai nominal saham. Tujuannya adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam kisaran perdagangan tertentu yang lebih diminati) , sehingga (diharapkan) akan menarik lebih banyak pembeli. 7. Pembelian Kembali Saham (Repurchase of Stock). Perusahaan sering harus melakukan pembelian kembali saham perusahaan karena perusahaan memiliki kelebihan kas, dan tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan. Alasan lain mungkin karena perusahaan akan melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain. Dalam kondisi tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan, maka pemberian dividen atau pembelian saham – tidak ada pajak dan biaya transaksi, bagi investor akan sama saja. Dengan pembelian kembali maka jumlah lembar saham yang beredar akan berkurang dan dividen perlembar saham akan lebih besar akhirnya harga pasar saham akan meningkat. Misalkan PT. X memiliki laba dan harga pasar saham sebagai berikut : Misalkan perusahaan akan membagikan keuntungan sebesar Rp 20.000.000,- sebagai pembayaran dividen dan pembelian kembali saham perusahaan. Maka dividen per lembar saham perusahaan menjadi Rp 20.000.000,-/500.000 = Rp 40,-. Dengan demikian investor berharap nilai saham sebelum dividen dibayarkan adalah sebesar Rp 1.000,-. Misalkan perusahaan akan membeli saham, dengan dana Rp 20.000.000,- maka akan dapat dibeli saham sebanyak Rp 20.000.000,/Rp1.000,- = 20.000 saham. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar menjadi 480.000 lembar. Jadi keuntungan perlembar saham menjadi sebesar Rp 40.000.000,- /480.000 = Rp 83,33. Apabila price earning ratio perusahaan tidak berubah sebesar 12 kali, maka harga pasar saham secara keseluruhan tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp 83,33 x 12 = Rp 1.000,- Dengan demikian yang diterima investor baik lewat pembagian dividen maupun pembelian kembali adalah sama sebesar Rp 40,-. Untuk melakukan pembelian kembali ini dapat dilakukan dengan dua cara. Yang pertama perusahaan memberikan penawaran atau membeli langsung dipasar. Dengan tender penawaran perusahaan membuat penawaran formal kepada pemegang saham untuk membeli sejumlah sahamnya pada tingkat harga tertentu. Harga itu biasanya sedikit di atas harga pasar saat ini, kemudian pemegang saham dapat mengumpulkan sahamnya untuk kemudian dibeli perusahaan. Cara lain adalah dengan membeli langsung di pasar modal dalam hal ini peran pialang, broker akan membantu. Sebagai imbalannya perusahaan memberikan fee sebesar presentase tertentu. Sebelum perusahaan melakukan pembelian saham sebaiknya perusahaan memberikan informasi terlebih dahulu kepada pemegang saham mengenai tujuan dan alasan diadakannya pembelian kembali saham perusahaan. E. PENUTUP 1. Kesimpulan Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil