BAB II LANDASAN TEORI A. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan aktiva yang penting bagi diinia bisnis dan biasanya persediaan berupa aktiva lancar terbesar dari perusaliaan manufaktur. Persediaan terdiri dari barang-barang yang di miliki oleh suatu perusahaan yang bertujuan untuk di jual kembali atau di proses lebih lanjut. (Dyckman etai 2000 : 376). Pengaruh persediaan terhadap laba yang dihasilkan suatu perusahaan akan lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis berfhiktuasi. Selena lklim usalia sedang dalam keadaan naik, maka penjualan menjadi tinggi dan persediaan bergerak begitu cepat dari pembelian ke penjualan. Naimm sebaliknya jika iklim usalia sedmig mcnurun, tingkal penjualan menurun, maka persediaan akan inenumpuk dan mungkin perlu dijual walaupun akan mengalami kerugian. Maka dalam hal ini manajemen berperan penting dalam memantau jenis dan tingkat persediaan secara terus menerus jika ingin menjaga kinerja laba perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang mendefinisikannya melalui Perayataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14.1 (2004 : 03) mendefinisikan persediaan adalali aktiva : a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan operasi normal perusahaan. b. Dafam proses produksi atau yang sedang dalam perjalanan ; atau c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pembenahan jasa. Sedangkan menurut Kieso et al (2002 : 444) tnemberifcan pengenian persediaan sebagai berikut: "Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual" Dari pengertian persediaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan barang yang dimiliki untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan usaha nomial, apakah itu merupakan jenis persediaan barang jadi, bahan baku atau barang dalam proses produksi. Dari ketiga jenis persediaan tersebut diatas masing-masing berfungsi sebagai barang yang pada akhimya akan digunakan dalam proses produksi ataupun langsung diperdagangkan tergantung dan jenis perusahaan yang bersangkutan. Suatu barang dapat diklasifikasikan sebagai persediaan adalah tergantung pada tujuan perusahaan untuk memiliki atau memperlakukannya, sebab persediaan pada suatu perusahaan belum tentu sebagai persediaan pada perusahaan lain. Misalkan, tanah dan bangunan pada perusahaan real estate merupakan persediaan, sedangkan bagi perusahaan perkebunan itu merupakan aktiva tetap. istilah persediaan pada umumnya dihubungkan dengan barang yang merupakan objek usaha pokok suatu perusahaan. Oleh karena itu, persediaan untuk masing-masing perusahaan berbeda, tergantung pada jenis penisaliaan yang bersangkutan. Istilah persediaan menurut Mulyadi (2002 : 553) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yailu : i} Bagi Penisaliaan manufaktiir yaitu perusahaan yan« mempunyai persediaan terdiri dan persediaan barang jadi, persediaan produk, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan habis dipakai pabrik, scrta persediaan suku cadang, sedangkan ; 2) Bagi perusahaan dagang yaitu perusahaan yang hanya terdiri dari satu golongan, yaitu persediaan barang dagangan yang merupakan barang yang dibeli yang bertujuan untuk dijual kembali. Dengan demikian, secara umum persediaan dapat diaitikan "Sebagai aktiva berwujud yang dipewleh perusahaan untuk dijuai kembali dalam kegiatan normal perusahaan dan yang diperoleh untuk dipmses lebih dahulu dan dijual" Firdaus A. Dunia (2001 ; 45). Definisi ini memberikan pengertian yang lebih luas karena mencakup perscdiaan untuk perusahaan manufaktur. 2. Jenis Persediaan Menurut pendapat Dyckman et al (2000 : 377). Persediaan mempunyai beberapa jenis atau klasifikasi tertentu, di dalam suatu perusahaan dan itu sangat tergantung pada karakterislik kegiatan yang di jalankan serta jenis dari perusahaannya. Persediaan dapat di klasifikasikaii sebagai berikut: a. Persediaan Barang Dagang {Merchandise Inventory). Yaitu barang yang ada digudang {goods on hands) dibeli oleh pengecer atau perusahaan perdagangan seperti importir atau eksportir yang bertujuan unliik dijual kcmbali. b. Persediaan Manufaktur {Manufacturing Inventory). Yaitu persediaan gabungan dari entitas manufaktur, yang terdiri dari : 1) Persediaan Bahan Baku. Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. Barang-barang yang membutuhkan pemrosesan Iebih lanjut sebelum penyelesaian dan penjualan. Barang dalam proses juga persediaan barang dalam proses, meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang terjadi sampai tanggal tcrsebut. 3) Persediaan Barang Jadi. Barang-barang manufaktur yang telah diselesaikan dan disimpan untuk dijual. Biaya persediaan barang jadi meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang bevkaitan dengan manufaktur. 4) Persediaan Perlengkapan Manufaktur. Barang-barang sepcrti minyak pclumas untuk mcsin-mcsin, bahan pcmbcrsih, dan barang lainnya yang merupakan bagian yang kurang pcnting dari produk jadi. c. Persediaan Rupa-rupa. Barang-barang seperti perlengkapan kantor, kebersihan dan penguiman. Persediaan jenis ini biasanya digunakan segera dan biasanya dicatat sebagai beban penjualan atau umum ketika dibeli. 3. Fungsi Persediaan luuigsi persediaan menurut Firdaus A. Dunia (200! : 471) dapat dibedakan menjadi: a. Hatch Stock Lot Size Inventory Yaitu persediaan yang timbul karena adanya pembelian atau peinbuatan barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jiimlah yang dibutuhkan saat itu. Persediaan ini berfungsi untuk memperoleh keuntungan dari potongan harga pada harga pembelian, penghematan biaya angkutan, dan efisiensi dalam pelaksanaan proses produksi. b. Fluctuation Stock Persediaan yang berfungsi untuk menghadapi fluktuasi pennintaan konsumen yang tidak beraturan dan tidak dapat di ramalkan. 10 c. Anticipation Stock Yaitu merupakan yang mempunyai fungsi untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang dapat diramalkan beraasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat. 4. Sisteni Pencatatan Persediaan Menurut Kieso et al (2002 : 447). Sistem pencatatan persediaan dilakukan agar mempermudah pemsahaan untuk menyajikan laporan kcuangan, sistem pencatatan persediaan digunakan scsuai dengan kebutuhan pemsahaan. Dalam melakukan sistem pencatatan jumlah persediaan dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu sistem periodik dan sistem perpetual. Sistem periodik adalah cara penentuan unit persediaan dengan menghitung secara fisik pada suatu titik waktu yang ditentukan. Sedangkan sistem perpetual adalah cara penentuan unit persediaan dengan memelihara catatan administrasi mengenai berapa unit atau kuantitas yang dibeli dan berapa yang dipakai. a. Sistem Periodik ( Periodic System ) Sistem periodik {Periodic System) adalah semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi ditambahkan ke biaya biaya persediaan ditangan pada awal periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual Selama periode berjalan. Kemudian total biaya barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir untuk menenrukan barga pokok penjualan. Dalam sistem periodik, harga pokok penjualan adalah jumlah residu yang tergantung pada hasil perhitungan persediaan akhir secara fisik. Karena tidak ada catatan terhadap mutasi barang, maka harga pokok penjualan akan dapat dihitung jika nilai persediaan barang akhir dilakukan dengan cara : Persediaan awal Rp XXX Pembelian (mc/o) RpXXX(0 Total barang yang tersedia untuk dijual Rp XXX Persediaan akhir Rp XXX (-) Harga Pokok Penjualan Rp XXX Oleh karena itu agar persediaan akhir dan harga pokok penjualan (HPP) nampak dalam pembukuan. Maka tiap akhir periode diadakan penyesuaian pembukuan. Sistem persediaan periodik: 1) Ay at jumal untuk mencatat pembelian barang : Pembelian XXX Hutang Usaha 2) XXX Ayat jurna.l untuk mencatat penjualan barang : Piutang Usaha Penjualan XXX XXX \2 3) Ayat jumal akhir periode untuk akun persediaan : Persediaan (akhir) XXX Harga Pokok Penjualan XXX Pembelian XXX Persediaan (awal) XXX Masalah yang timbul jika digunakan mctodc fisik, yaiiu jika diinginkan niciiyusuii laporan kciiangan jangka pcndck {Interim), misalnya bulanan, karcna dipcrlukan nilai persediaan barang, yang seperti diketahui bahwa harus melalui perhitungan fisik atas persediaan barang yang bersangkutan. Jika barang yang dimiliki, jumlah dan jenisnya banyak maka perhitungan fisik tersebut akan memakan waktu yang cukup lama dan hal ini tentunya akan mengakibatkan laporan keuangan yang diperlukan juga terlambat. Keunggulan dari pencatatan sistem fisik ini adalali persediaan dinyatakan berdasarkan jumlah barang yang sebenamya ada di perusahaan. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalali: iO Informasi tentang persediaan pada setiap waktu tidaV. dapat diketahui secara tepat. b) Banyak waktu yang tidak efisien untuk mengetahui persediaan akhir yang ada. c) Pengawasan terhadap persediaan tidak dapat dilakukan melalui pembukuan. 13 b. Sistem Perpetual (Perpetual System) Menurut.Kieso et al (2002 : 446) Sistem perpetual adaiah catatan yang berkelanjutan menyangkut perubahan persediaan dicemiinkan datain akun persediaan. Yaitu seinua pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat terjadi. Dalain sistem perpetual terdapat beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut: 1) Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk produksi didebet ke persediaan dan bukan ke akun pembelian. 2) Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon pembelian dicatat dalam persediaan bukan dalam akun terpisah. 3) Harga pokok penjualan diakui setiap penjualan dengan mendebet akun harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan. 4) Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu yng berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu memperlihatkan kuantitas dan biaya dari sctiap jenis persediaan yang ada di tangan. Dalain sistem perpetual menyediakan catatan yang berkdanjuian tentang saldo baik dalam akun persediaan maupun dalam akun harga pokok penjualan. I'l Menurut sistem pencatatan yang terkomputerisasi, penambahan dan pengeluaran persediaan dapat dicatat hampir secara langsung. Naiknya popularitas dan kemampuan perangkat lunak (software) akuntansi yang terkomputerisasi telah membuat sistem perpetual menjadi hemat biaya (efektif biaya) bagi banyak jenis perusahaan. 5. Metode Penilaian Persediaan Menurut Kieso et at (2002 : 449) penilaian persediaan bisa menjadi proses yang kompleks yang memerlukan penentuan atas barang fisik yang harus di masukkan ke dalam persediaan, biaya-biaya yang harus di masukkan ke dalam persediaan dan asumsi biaya yang harus di adopsi. Persediaan akhir perhitungan harga pokolaiya dapat dilakukan dengan i menggunakaii beberapa metode yang ada. Nilai yang dihasilkan tcrhadap penggunaan rnetode-metode tersebut satu sama lain jumlahnya saling berbeda dan apa yang dicantumkan dalam neraca tergantung pada metode penilaian yang digunakan. Penilaian persediaan dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu: metode harga pokok, metode taksiran, dan metode penilaian selain harga pokok. a. Metode Harga Pokok Dalam metode ini harga pokok persediaan akhir akan dicantumkan dalam neraca dan tidak terdapat perbedaan antara harga pokok persediaan dengan nilai persediaan pada neraca. Penggunaan metode harga pokok dalam melakukan penilaian persediaan dan 15 menentukan besamya harga pokok penjualan, yang terdiri dari : Metode FIFO, metode LIFO, metode rata-rata, dan metode identifikasi khusus. 1) Metode FIFO (First In First Out) Menurut Pendapat Kieso et al (2002 : 460). Metode FIFO ini mengasumsikan bahwa barang yang lebih dahulu dibeli akan dijual lebih dahulu. Dengan demikian harga perolehan barang yang lebih dahulu juga pada metode FIFO [First In First Out), persediaan akhir ditentukan dengan mengambil harga perolehan per-unit dart transaksi pembelian barang paling akhir dan bergerak mundur sampai semua unit dalam persediaan mendapat harga perolehan. Penerapan metode FIFO (First In hirst Out) cocok digunakan pada masa inflasi karena jumlah persediaan akan i\aik soiling dengan kemtiknn harga barang yniitf bcrakibal pada meningkatnya laba usaha. Peningkatan laba yang terjadi pada metode FIFO bersifat semu, karena untuk memperoleh persediaan baru harga pokoknya juga mengalami kenaikan. Di sisi lain pajak yang ditimbulkan dari penerapan metode ini cukup besar akibat besarnya jumlah laba yang diperoleh. Adapun keunggulan dari penggunaan metode FIFO adalah : a) Persediaan akhir akan dilaporkan dengan nilai menurut harga pokok yang paling baru. b) Jumlah persediaan akhir akan terdiri dari pembelian yang paling baru. 16 c) Tidak diperbolehkan memanipulasi laba, karena perusahaan tidak bebas untuk mengambil pos harga pokok tertentu. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah : a) Harga pokok periode berjalan tidak scsuai dcngan pcndapatan periode berjalan pada perhitungan laba rugi. b) Harga pokok yang paling lama dibebankan pada pendapatan yang lebih baru, yang dapat menyebabkan penyimpangan dalam harga pokok dan laba bersih perusahaan. 2) Mclodc LIFO (Last In First Out) Metode LIFO untuk kalkulasi biaya persediaan mcnantlingkan persediaan yang dinilai pada biaya per unit akuisisi terbaru dengan pendapatan penjualan periode berjalan. Unit-unit yang tetap ada di persediaan akhir di bebankan pada biaya per unit terlama yang terjadi, dan unit-unit tersebut termasuk harga pokok penjualan yang dibebakan pada biaya perunit terbani yang muncul, yaitu kebalikan dari asuinsi biaya FIFO. Seperti FIFO, aplikasi LIFO memerlukan penggunaan lapisan biaya persediaan untuk biaya per unit yang berbeda. Menurut Oyckman (2000 : 397), konsep persediaan LIFO diterapkan pada beberapa cara yaitu sebagai berikut: a) Pendekatan biaya per unit, unit-unit dikalikan dengan biaya perunit untuk setiap produk terpisah. b) Pendekatan Nilai Dollar LIFO kelompok persediaan yang besar (kelompok dari produk yang sama) dan indeks harga digunakan untuk menghitung persediaan LIFO. 17 Keunggulan dan kelemahan dari metode LIFO menurut Kieso et al (2002 :471 - 473) adalah sebagai berikut: Keunggulannya: (1) (2) Harga pokok yang paling baru dicocokkan dengan pendapatan akan mendapatkan laba masa berjalan yang lebili baik. Menangguhkan pajak penghasilan selama tingkat harga naik dan kuantitas persediaan tidak menurun, karena barang yang paling akhir dibeli pada tingkat harga yang lebih tinggi dicocokkan terhadap pendapatan (dengan demikian akan (3) meningkatkan arus kas). Laba bersih perusahaan masa depan tidak banyak dipengaruhi oleh penumnan harga. Kelemahan dari metode LIFO ini adalah : (1) (2) Persediaan menjadi terlalu rendali dan berakibat posisi modal kerja perusahaan tampak lebih buruk dari kondisi (3) aktualnya. Arus fisikjarang diperkirakan. (4) Laba biaya berjalan tidak diiikur. (5) 3) Laba yang diperoleh perusahaan berkurang. Likuidasi persediaan dapat menyimpangkan laba bersih dan mengakibatkan pajak yang lebih tinggi. Metode Rate-mXa (Average) Menurut Kieso et al (2002 : 459) Metode rata-rata di dasarkan pada asumsi bahwa barang yang tersedia untuk dijual adalah homogen. Pada metode pencatatan persediaan secara fisik pengalokasian harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dilakukan atas dasar harga perolehan rata-rata tertimbang. Perlutungan harga pokok rata-rata tertimbang dilakukan dengan cara membagi harga perolehan barang tersedia untuk dijual dan perhttungannya dilakukan pada setiap akhir periode. Selanjutnya harga perolehan rata-rata per unit dikalikan dengan jumlah unit yang ada dalam persediaan untuk tnenentukan harga perolehan persediaan akhir. Pada metode perpetual harga perolehan rata-rata tidak dilakukan pada akhir periode melainkan pada setiap terjadinya transaksi pembelian. Metode penilaian dinamakan dengan metode rata-rata bergerak, karena harga rata-rata pada metode ini selalu berubah pada setiap transaksi pembelian dengan harga perolehan per unit yang tidak sama dengan harga rata-rata per unit sebelumnya. Pemakaian metode rata-rata biaya dapat dibenarkan dari sisi praktis, bukan karena alasan konseptual. diterapkan, objektif, dan tidak dapat Metode ini mudah dimanfaatkan untuk memanipulasi laba seperti halnya beberapa metode penentuan harga persediaan lainnya. 4) Metode Identifikasi Khusus Menurut Dyckman et al (2000 : 392). Metode identifikasi khusus ini mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan hams ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat di identifikasi setiap waktu. Jika barang yang terlibat besar dan mahal atau hanya dalam jumlah kecil yang ditangani, mungkin bisa dilaksanakan penandaan ataupun penomoran pada setiap barang ketika barang itu dibeli atau diproses. Metode ini memungkinkan dttakukannya identifikasi biaya i per unit khusus untuk setiap barang yang tcrjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada dipersediaan. Dengan demikian metode identifikasi kliusus menghubungkan arus biaya secara langsung dengan arus barang secara fisik. Metode identifikasi khusus memerlukan identifikasi yang bati-hati terhadap setiap barang. Hal ini merupakan keterbatasan praklis karcna dibutuhkan calatan yang icrinci. Suatu ciri yang tidak diinginkan dari metode identifikasi khusus ini adalah adanya peluang untuk memanipulasi laba pada waktu penjualan. Contoh perusahaan yang menggunakan metode ini adalah dealer mobil, terdapat dua alas an mengapa dealer mobil menggunakan metode ini yang pertama, biaya khusus dealer menipakan salah satu penentu harga jual yang penting Alas an yang kedua, metode ini dapat diterapkan dengan mudah karena adanya nomor identifikasi atas setiap kendaraan dan biaya faktur diketahui. Dalam kasus ini, metode identifikasi khusus terdapat keuntungan yaitu menetapkan marjin kotor spesifik atas setiap barang yang terjual. 20 b. Metode Penilaian Pcrsediaan Sclain Harga Pokok Menurut Dyckman et al (2000 : 454) bahwa persediaan dapat dinilai baik dengan harga pokok ataupun harga pasar saat ini, mana yang terendah. Ini merupakan awal dari prinsip biaya histories yang digunakan pada kebanyakan praktek penilaian aktiva. 1). Metode Nilai Terendah Antara Harga Pokok atau Harga Pasar ( Lower ofCost or Market) Metode ini digunakan untuk memlai suatu persediaan. Harga pasar yang digunakan dalam metode LCM adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada kuantitas yang biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. Dalam dunia bisnis yang sering dilanda inflasi, harga pasar jarang turun. Namim dalam dunia bisnis teknologinya berubah cepat, penurunan harga sering terjadi. Keunggulan utama dari metode ini adalah bahwa laba kotor (dan laba bersih) akan berkurang dalam periode terjadinya penurunan nilai pasar. Dalam menerapkan metode ini biaya dan biaya penggantian dapat ditentukan dengan saha satu cara dari tiga cara yang ada yaitu Setiap item dalam persediaan, kelas atau kategori uiama persediaan dan persediaan secara kesehiruhan. 21 2). Metode Nilai Reaiisasi Bersih {Net Realizable Value /NR V) Nilai Reaiisasi Bersih adalah estimasi harga jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan penjualan yang dapat diprediksi secara iayak. (Kieso et al: 2002). Alasan lain dalam penggunaan metode ini adalah bahwa kadang angka biaya sulit untuk dihitung. Dalam sebuah perusahaan manufaktur, berbagai bahan baku dan komponen yang dibeh" dicampur untuk menciptakan barang jadi. c. Metode Taksiran Persediaan Metode ini digunakan apabila terjadi bencana sepeiti kebakaran yang menghancurkan persediaan jumlah kerugian harus diestimasikan. Menurut pendapat Dyckman et al (2000 : 376) metode taksiran teniiri dari metode laba kotor dan metode persediaan eceran. 1) Metode Laba Kotor Menurut Kieso et al (2002 : 520) metode laba kotor atau sering disebut marjin kotor didasarkan pada tiga asumsi yaitu persediaan awal ditambah dengan pembelian sama dengan total barang yang tiperiutungfam, barang yang belum terjual hams berada ditangan, dan jika penjualan, dikurangi biaya, dikurangfcan dari jumlah persediaan awal ditambah dengan pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir. Metode ini umumnya diterima untuk pelaporan keuangan ekstemal. 22 2) Metode Persediaan Eceran Menurut Kieso et al (2002 : 523) Metode persediaan eceran mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli, total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia untuk dijuai, dan penjualan pada periode berjalan. Metode ini sangat berguna bagi setiap jenis iaporan interim, karena pengiikuran nilai persediaan yang handal dan cepat biasanya dibutuhkan, dan biasanya digunakan untuk mengestimasi kemgian akibat kebakaran, banjir, dll. Metode persediaan eceran ini juga berfungsi sebagai perangkat pengendalian karena setiap penyimpangan dari basil fisik pada akhir tahun hams dijelaskan. Selain itu juga mempercepat perhitungan fisik persediaan pada akhir tahun. karena hanya perlu mencatat harga eceran setiap barang, tidak perlu melihat biaya faktur setiap barang schingga bis;) menghemat waktu dan uang. 6. k:n tu Pcrsc<li:i:m (Stock Can!) Dalam metode perpetual, setiap jenis barang dibiiatkan satu catatan tersendiri yang disebut dengan kartu stock atau kartu persediaan yang merupakan " formulir untuk mencatat setiap perubahan yang terjadi setiap kali terjadi transaksi dalam satu jenis barang " (Soemarso, S.R 2004 : 420). Kumpulan dari kartu stock, untuk semua jenis barang yang ada, disebut buku tambahan persediaan (inventory subsidiary ledger). Buku stock, seperti halnya dengan buku piutang maupun buku hutang, mempakan buku tambahan atau buku pembantu, yang dalam hal ini untuk mengetahui peijkiraan persediaan barang dagangan. Setiap transaksi pembelian bahan baku harus dicatat, baik dikartu stock maupun diperkiraan persediaan di buku besar. Apabila dipergunakan buku pembelian, maka setiap transaksi pembelian persediaan dicatat dikartu stock, sementara total dari kolom yang disediakan untuk pembelian tersebut, yang dalam hal ini kolomnya akiin disebut dengan persediaan balian baku, dicatat keperkiraan persediaan bahan baku di buku besar. Demikian halnya apabila teijadi pengurangan, yang sebagian bcsar disebabkan oleh karena adanya penjualan. Harga pokok dari setiap transaksi penjualan harus dicatat baik di kartu slok maupun diperkiraaii persediaan bahan baku di buku besar. B. Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut pendapat Slamet Sugiri (2004 : 264) Edisi Kelima Harga pokok produksi {Cost of goods manufactured) atau sering juga disebut dengan biaya produksi adalah merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengolah bahan baku sampai dengan menjadi bahan jadi. Biaya tersebut terdiri dari: 24 a. Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku adalah harga perolelian (harga pokok) bahan baku yang terdapat pada barang jadi. Bahan baku pada suam pabrik bisa jadi mciupakaii bahau baku bagi pabrik lam. Misalnya pabrik pembuat komponen alat elektronik seperti kondensator, transfonnator, transistor, antenna dll. Komponen alat elektronik tersebut merupakan barang jadi bagi pabrik pembuatnya. Bagi pabrik pembuatan pesawat radio, televisi, dan tape recorder. Komponen tersebut merupakan bahan baku. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang memiliki kineija langsung terhadap proses pengolahan barang, baik dengan menggunakan tenaga fisik maupun dengan bantuan mesin. c Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya yang timbul dalam proses pengolahan, yang tidak dapat digolongkan dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut: 1) Biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti upah untuk pengawas, mandor, mekanik, tukang reparasi dll. 2) Biaya bahan penolong, yaitu bahan yang digunakan dalam proses pengolahan tetapi kuantitasnya amat kecil dan tidak 25 dapat ditelusuri keberadaannya pada barang jadi. Seperti paku, 1cm, dll. 3) Biaya penyusutan gedung pabrik dan mesin pabrik. 1. Harga Pokok Penjualan Menurut Al Haryono Yusuf (2001 : 333) Edisi Keenam Harga pokok penjualan adalah harga pokok barang yang telah laku dijual. Contoh perhitungan harga pokok penjualan adalali sebagai berikut (misalkan persediaan awa! periode Rp. 120.000 harga pokok pembelian selama periode Rp. 800.000, dan persediaan akhir periode Rp. 140.000. Persediaan awal Rp. 120.000 (+) Harga pokok pembeJian selaina periode Rp. 800.000 Harga pokok barang yang tersedia untuk dijua] Rp. 920.000 (-) persediaan akhir Rp. 140.000 Harga Pokok Penjualan Rp. 780.000 C. Metode Penilaian Persediaan dan Pengaruhnya Terhadap Harga Pokok Penjualan Menurut Dyckman et al (2000 : 399). Dalam perusahaan manufaktur harga pokok penjualan diperoleh dengan cara menambalikan harga pokok barang yang diproduksi pada saldo awal barang jadi, kemudian dikurangi dengan saldo akhir persediaan barang jadi. Harga 26 pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya bahan langsung yang dipakai, upah langsung, seita biaya produksi tidak langsung dengan memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam proses pengolahan. Dalam system pencatatan persediaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan penentuan harga mempunyai pokok. Harga pengaruh yang cukup pokok penjualan besar dalam akan tinggi dan persediaan akan rendah apabila menggunakan metode FIFO begitu juga sebaliknya harga pokok penjualan akan rendah dan persediaan akan tinggi apabila menggunakan metode LIFO. Sedangkan untuk metode rata-rata apabila biaya per unit meningkat atau menurun, maka metode biaya ratarata memberikan jumlah persediaan dan harga pokok penjualan antara metode FIFO dan LIFO. Oleh karena itu perlu dilakukan system pencatatan yang sesuai untuk mendapatkan perhitungan harga pokok penjualan yang tepat. Dengan system perpetual harga pokok penjualan dihitung setiap kali terjadi penjualan, sedangkan dalam sistem pencatatan periodik harga pokok penjualar dihitung secara periodik setelah diadakan perhitungan sccara ilsik lerhadap barang dagangan yang ada. Sccara tcknis tidak aila perbedaan antara kedua sistem tersebut perbedaannya hanya terletak pada kapan penetapan itu dilakukan kalau dalam sistem periodik semua pembelian persediaan selama periode akuntansi di catat dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan di tangan pada awal periode untuk 27 menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan. Kemudian total biaya barang yang tersedia untuk dijual dikuiangi dengan persediaan akhir untuk dapat menentukan harga pokok penjualannya. Sedangkan untuk sistem perpetual catatan yang berkelanjutan menyangkut perubahan persediaan dicerminkan dalam akun persediaan yaitu semua pembelian dan penjualan barang dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat terjadi.