Persediaan merupakan aktiva yang penting bagi diinia bisnis dan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persediaan
1.
Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan aktiva yang penting bagi diinia bisnis dan
biasanya
persediaan berupa aktiva
lancar terbesar dari
perusaliaan
manufaktur. Persediaan terdiri dari barang-barang yang di miliki oleh
suatu perusahaan yang bertujuan untuk di jual kembali atau di proses lebih
lanjut. (Dyckman etai 2000 : 376).
Pengaruh
persediaan
terhadap
laba
yang
dihasilkan
suatu
perusahaan akan lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis berfhiktuasi.
Selena lklim usalia sedang dalam keadaan naik, maka penjualan menjadi
tinggi dan persediaan bergerak begitu cepat dari pembelian ke penjualan.
Naimm sebaliknya jika iklim usalia sedmig mcnurun, tingkal penjualan
menurun, maka persediaan akan inenumpuk dan mungkin perlu dijual
walaupun akan mengalami kerugian. Maka dalam hal ini manajemen
berperan penting dalam memantau jenis dan tingkat persediaan secara
terus menerus jika ingin menjaga kinerja laba perusahaan.
Menurut
Ikatan
Akuntan
Indonesia
yang
mendefinisikannya
melalui Perayataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14.1 (2004 : 03)
mendefinisikan persediaan adalali aktiva :
a.
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan operasi normal perusahaan.
b.
Dafam proses produksi atau yang sedang dalam perjalanan ; atau
c.
Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pembenahan jasa.
Sedangkan menurut Kieso et al (2002 : 444) tnemberifcan
pengenian persediaan sebagai berikut:
"Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam
operasi
bisnis normal
atau
barang yang akan
digunakan
atau
dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual"
Dari pengertian persediaan tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa persediaan merupakan barang yang dimiliki untuk dijual kembali
dalam rangka kegiatan usaha nomial,
apakah itu merupakan jenis
persediaan barang jadi, bahan baku atau barang dalam proses produksi.
Dari ketiga jenis persediaan tersebut diatas masing-masing berfungsi
sebagai barang yang pada akhimya akan digunakan dalam proses produksi
ataupun langsung diperdagangkan tergantung dan jenis perusahaan yang
bersangkutan.
Suatu barang dapat diklasifikasikan sebagai persediaan adalah
tergantung
pada
tujuan
perusahaan
untuk
memiliki
atau
memperlakukannya, sebab persediaan pada suatu perusahaan belum tentu
sebagai persediaan pada perusahaan lain. Misalkan, tanah dan bangunan
pada perusahaan real estate merupakan persediaan, sedangkan bagi
perusahaan perkebunan itu merupakan aktiva tetap.
istilah persediaan pada umumnya dihubungkan dengan barang
yang merupakan objek usaha pokok suatu perusahaan. Oleh karena itu,
persediaan untuk masing-masing perusahaan berbeda, tergantung pada
jenis penisaliaan yang bersangkutan. Istilah persediaan menurut Mulyadi
(2002 : 553) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yailu :
i} Bagi Penisaliaan manufaktiir yaitu perusahaan yan« mempunyai
persediaan terdiri dan persediaan barang jadi, persediaan produk,
persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan habis
dipakai pabrik, scrta persediaan suku cadang, sedangkan ;
2) Bagi perusahaan dagang yaitu perusahaan yang hanya terdiri dari satu
golongan, yaitu persediaan barang dagangan yang merupakan barang
yang dibeli yang bertujuan untuk dijual kembali.
Dengan
demikian,
secara
umum
persediaan
dapat
diaitikan
"Sebagai aktiva berwujud yang dipewleh perusahaan untuk dijuai
kembali dalam kegiatan normal perusahaan dan yang diperoleh untuk
dipmses lebih dahulu dan dijual" Firdaus A. Dunia (2001 ; 45). Definisi
ini memberikan pengertian yang lebih luas karena mencakup perscdiaan
untuk perusahaan manufaktur.
2.
Jenis Persediaan
Menurut pendapat Dyckman et al (2000
:
377). Persediaan
mempunyai beberapa jenis atau klasifikasi tertentu, di dalam
suatu
perusahaan dan itu sangat tergantung pada karakterislik kegiatan yang di
jalankan serta jenis dari perusahaannya. Persediaan dapat di klasifikasikaii
sebagai berikut:
a.
Persediaan Barang Dagang {Merchandise Inventory). Yaitu barang
yang ada digudang {goods on hands) dibeli oleh pengecer atau
perusahaan perdagangan seperti importir atau eksportir yang bertujuan
unliik dijual kcmbali.
b.
Persediaan Manufaktur {Manufacturing Inventory). Yaitu persediaan
gabungan dari entitas manufaktur, yang terdiri dari :
1) Persediaan Bahan
Baku.
Barang berwujud yang dibeli
atau
diperoleh dengan cara lain (misalnya dengan menambang) dan
disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang
untuk dijual kembali.
2) Persediaan
Barang
Dalam
Proses.
Barang-barang
yang
membutuhkan pemrosesan Iebih lanjut sebelum penyelesaian dan
penjualan. Barang dalam proses juga persediaan barang dalam
proses, meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan
alokasi
biaya
overhead
pabrik yang
terjadi
sampai
tanggal
tcrsebut.
3) Persediaan Barang Jadi. Barang-barang manufaktur yang telah
diselesaikan dan disimpan untuk dijual. Biaya persediaan barang
jadi meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan
alokasi biaya overhead pabrik yang bevkaitan dengan manufaktur.
4) Persediaan
Perlengkapan
Manufaktur.
Barang-barang
sepcrti
minyak pclumas untuk mcsin-mcsin, bahan pcmbcrsih, dan barang
lainnya yang merupakan bagian yang kurang pcnting dari produk
jadi.
c.
Persediaan Rupa-rupa. Barang-barang seperti perlengkapan kantor,
kebersihan dan penguiman. Persediaan jenis ini biasanya digunakan
segera dan biasanya dicatat sebagai beban penjualan atau umum ketika
dibeli.
3.
Fungsi Persediaan
luuigsi persediaan menurut Firdaus A. Dunia (200! : 471) dapat
dibedakan menjadi:
a.
Hatch Stock Lot Size Inventory
Yaitu
persediaan
yang
timbul
karena
adanya
pembelian
atau
peinbuatan barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jiimlah
yang dibutuhkan saat itu. Persediaan ini berfungsi untuk memperoleh
keuntungan dari potongan harga pada harga pembelian, penghematan
biaya angkutan, dan efisiensi dalam pelaksanaan proses produksi.
b.
Fluctuation Stock
Persediaan yang berfungsi untuk menghadapi fluktuasi pennintaan
konsumen yang tidak beraturan dan tidak dapat di ramalkan.
10
c.
Anticipation Stock
Yaitu merupakan yang mempunyai fungsi untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang dapat
diramalkan beraasarkan
pola
musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi
penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.
4.
Sisteni Pencatatan Persediaan
Menurut Kieso et al (2002 : 447). Sistem pencatatan persediaan
dilakukan agar mempermudah pemsahaan untuk menyajikan laporan
kcuangan,
sistem
pencatatan
persediaan
digunakan
scsuai
dengan
kebutuhan pemsahaan. Dalam melakukan sistem pencatatan jumlah
persediaan dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu sistem periodik dan
sistem perpetual. Sistem periodik adalah cara penentuan unit persediaan
dengan menghitung secara fisik pada suatu titik waktu yang ditentukan.
Sedangkan sistem perpetual adalah cara penentuan unit persediaan dengan
memelihara catatan administrasi mengenai berapa unit atau kuantitas yang
dibeli dan berapa yang dipakai.
a.
Sistem Periodik ( Periodic System )
Sistem periodik {Periodic System) adalah semua pembelian
persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun
pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi
ditambahkan ke biaya biaya persediaan ditangan pada awal periode
untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual
Selama periode berjalan. Kemudian total biaya barang yang tersedia
untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir untuk menenrukan
barga pokok penjualan. Dalam sistem periodik, harga pokok penjualan
adalah jumlah residu yang tergantung pada hasil
perhitungan
persediaan akhir secara fisik. Karena tidak ada catatan terhadap mutasi
barang, maka harga pokok penjualan akan dapat dihitung jika nilai
persediaan barang akhir dilakukan dengan cara :
Persediaan awal
Rp XXX
Pembelian (mc/o)
RpXXX(0
Total barang yang tersedia untuk dijual
Rp XXX
Persediaan akhir
Rp XXX (-)
Harga Pokok Penjualan
Rp XXX
Oleh karena itu agar persediaan akhir dan harga pokok penjualan
(HPP) nampak dalam pembukuan. Maka tiap akhir periode diadakan
penyesuaian pembukuan.
Sistem persediaan periodik:
1)
Ay at jumal untuk mencatat pembelian barang :
Pembelian
XXX
Hutang Usaha
2)
XXX
Ayat jurna.l untuk mencatat penjualan barang :
Piutang Usaha
Penjualan
XXX
XXX
\2
3) Ayat jumal akhir periode untuk akun persediaan :
Persediaan (akhir)
XXX
Harga Pokok Penjualan
XXX
Pembelian
XXX
Persediaan (awal)
XXX
Masalah yang timbul jika digunakan mctodc fisik, yaiiu jika
diinginkan niciiyusuii laporan kciiangan jangka pcndck {Interim),
misalnya bulanan, karcna dipcrlukan nilai persediaan barang, yang
seperti
diketahui
bahwa
harus
melalui
perhitungan
fisik
atas
persediaan barang yang bersangkutan. Jika barang yang dimiliki,
jumlah dan jenisnya banyak maka perhitungan fisik tersebut akan
memakan waktu yang cukup lama dan hal
ini tentunya akan
mengakibatkan laporan keuangan yang diperlukan juga terlambat.
Keunggulan dari pencatatan sistem fisik ini adalali persediaan
dinyatakan berdasarkan jumlah barang yang sebenamya ada di
perusahaan. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalali:
iO Informasi tentang persediaan pada setiap waktu tidaV. dapat
diketahui secara tepat.
b) Banyak waktu yang tidak efisien untuk mengetahui persediaan
akhir yang ada.
c)
Pengawasan terhadap persediaan tidak dapat dilakukan melalui
pembukuan.
13
b. Sistem Perpetual (Perpetual System)
Menurut.Kieso et al (2002 : 446) Sistem perpetual adaiah
catatan
yang
berkelanjutan
menyangkut
perubahan
persediaan
dicemiinkan datain akun persediaan. Yaitu seinua pembelian dan
penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara langsung ke akun
persediaan pada saat terjadi. Dalain sistem perpetual terdapat beberapa
karakteristik yaitu sebagai berikut:
1) Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku
untuk produksi
didebet ke persediaan
dan bukan ke akun
pembelian.
2) Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga,
serta diskon pembelian dicatat dalam persediaan bukan dalam
akun terpisah.
3) Harga pokok penjualan diakui setiap penjualan dengan mendebet
akun harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan.
4) Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku
besar pembantu yng berisi catatan persediaan individual. Buku
besar pembantu memperlihatkan kuantitas dan biaya dari sctiap
jenis persediaan yang ada di tangan.
Dalain sistem perpetual menyediakan catatan yang berkdanjuian
tentang saldo baik dalam akun persediaan maupun dalam akun harga
pokok penjualan.
I'l
Menurut sistem pencatatan yang terkomputerisasi, penambahan
dan pengeluaran persediaan dapat dicatat hampir secara langsung.
Naiknya popularitas dan kemampuan perangkat lunak (software)
akuntansi yang terkomputerisasi telah membuat sistem perpetual
menjadi hemat biaya (efektif biaya) bagi banyak jenis perusahaan.
5.
Metode Penilaian Persediaan
Menurut Kieso et at (2002 : 449) penilaian persediaan bisa menjadi
proses yang kompleks yang memerlukan penentuan atas barang fisik yang
harus di masukkan ke dalam persediaan, biaya-biaya yang harus di
masukkan ke dalam persediaan dan asumsi biaya yang harus di adopsi.
Persediaan akhir perhitungan harga pokolaiya dapat dilakukan dengan
i
menggunakaii beberapa metode yang ada. Nilai yang dihasilkan tcrhadap
penggunaan rnetode-metode tersebut satu sama lain jumlahnya saling
berbeda dan apa yang dicantumkan dalam neraca tergantung pada metode
penilaian yang digunakan. Penilaian persediaan dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga metode yaitu: metode harga pokok, metode taksiran,
dan metode penilaian selain harga pokok.
a.
Metode Harga Pokok
Dalam
metode
ini
harga
pokok
persediaan
akhir
akan
dicantumkan dalam neraca dan tidak terdapat perbedaan antara harga
pokok persediaan dengan nilai persediaan pada neraca. Penggunaan
metode harga pokok dalam melakukan penilaian persediaan dan
15
menentukan besamya harga pokok penjualan, yang terdiri dari :
Metode FIFO, metode LIFO, metode rata-rata, dan metode identifikasi
khusus.
1) Metode FIFO (First In First Out)
Menurut Pendapat Kieso et al (2002 : 460). Metode FIFO
ini mengasumsikan bahwa barang yang lebih dahulu dibeli akan
dijual lebih dahulu. Dengan demikian harga perolehan barang
yang lebih dahulu juga pada metode FIFO [First In First Out),
persediaan akhir ditentukan dengan mengambil harga perolehan
per-unit dart transaksi pembelian barang paling akhir dan bergerak
mundur sampai semua unit dalam persediaan mendapat harga
perolehan.
Penerapan
metode
FIFO
(First
In
hirst
Out)
cocok
digunakan pada masa inflasi karena jumlah persediaan akan i\aik
soiling dengan kemtiknn harga barang yniitf bcrakibal
pada
meningkatnya laba usaha. Peningkatan laba yang terjadi pada
metode FIFO bersifat semu, karena untuk memperoleh persediaan
baru harga pokoknya juga mengalami kenaikan. Di sisi lain pajak
yang ditimbulkan dari penerapan metode ini cukup besar akibat
besarnya jumlah laba yang diperoleh. Adapun keunggulan dari
penggunaan metode FIFO adalah :
a) Persediaan akhir akan dilaporkan dengan nilai menurut harga
pokok yang paling baru.
b) Jumlah persediaan akhir akan terdiri dari pembelian yang
paling baru.
16
c)
Tidak diperbolehkan memanipulasi laba, karena perusahaan
tidak bebas untuk mengambil pos harga pokok tertentu.
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah :
a)
Harga pokok periode berjalan tidak scsuai dcngan pcndapatan
periode berjalan pada perhitungan laba rugi.
b) Harga pokok yang paling lama dibebankan pada pendapatan
yang lebih baru, yang dapat menyebabkan penyimpangan
dalam harga pokok dan laba bersih perusahaan.
2) Mclodc LIFO (Last In First Out)
Metode
LIFO
untuk
kalkulasi
biaya
persediaan
mcnantlingkan persediaan yang dinilai pada biaya per unit akuisisi
terbaru dengan pendapatan penjualan periode berjalan. Unit-unit
yang tetap ada di persediaan akhir di bebankan pada biaya per unit
terlama yang terjadi, dan unit-unit tersebut termasuk harga pokok
penjualan
yang dibebakan
pada
biaya perunit
terbani
yang
muncul, yaitu kebalikan dari asuinsi biaya FIFO. Seperti FIFO,
aplikasi LIFO memerlukan penggunaan lapisan biaya persediaan
untuk biaya per unit yang berbeda. Menurut Oyckman (2000 :
397), konsep persediaan LIFO diterapkan pada beberapa cara yaitu
sebagai berikut:
a)
Pendekatan biaya per unit, unit-unit dikalikan dengan biaya
perunit untuk setiap produk terpisah.
b) Pendekatan Nilai Dollar LIFO kelompok persediaan yang
besar (kelompok dari produk yang sama) dan indeks harga
digunakan untuk menghitung persediaan LIFO.
17
Keunggulan dan kelemahan dari metode LIFO menurut
Kieso et al (2002 :471 - 473) adalah sebagai berikut:
Keunggulannya:
(1)
(2)
Harga pokok yang paling baru dicocokkan dengan
pendapatan akan mendapatkan laba masa berjalan yang lebili
baik.
Menangguhkan pajak penghasilan selama tingkat harga naik
dan kuantitas persediaan tidak menurun, karena barang yang
paling akhir dibeli pada tingkat harga yang lebih tinggi
dicocokkan terhadap pendapatan (dengan demikian akan
(3)
meningkatkan arus kas).
Laba
bersih
perusahaan
masa
depan
tidak
banyak
dipengaruhi oleh penumnan harga.
Kelemahan dari metode LIFO ini adalah :
(1)
(2)
Persediaan menjadi terlalu rendali dan berakibat posisi
modal kerja perusahaan tampak lebih buruk dari kondisi
(3)
aktualnya.
Arus fisikjarang diperkirakan.
(4)
Laba biaya berjalan tidak diiikur.
(5)
3)
Laba yang diperoleh perusahaan berkurang.
Likuidasi persediaan dapat menyimpangkan laba bersih dan
mengakibatkan pajak yang lebih tinggi.
Metode Rate-mXa (Average)
Menurut Kieso et al (2002 : 459) Metode rata-rata di
dasarkan pada asumsi bahwa barang yang tersedia untuk dijual
adalah homogen. Pada metode pencatatan persediaan secara fisik
pengalokasian harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual
dilakukan
atas
dasar
harga
perolehan
rata-rata
tertimbang.
Perlutungan harga pokok rata-rata tertimbang dilakukan dengan
cara membagi harga perolehan barang tersedia untuk dijual dan
perhttungannya dilakukan pada setiap akhir periode. Selanjutnya
harga perolehan rata-rata per unit dikalikan dengan jumlah unit
yang ada dalam persediaan untuk tnenentukan harga perolehan
persediaan akhir.
Pada metode perpetual harga perolehan
rata-rata tidak
dilakukan pada akhir periode melainkan pada setiap terjadinya
transaksi pembelian. Metode penilaian dinamakan dengan metode
rata-rata bergerak, karena harga rata-rata pada metode ini selalu
berubah pada setiap transaksi pembelian dengan harga perolehan
per unit yang tidak sama dengan harga rata-rata per unit
sebelumnya.
Pemakaian metode rata-rata biaya dapat dibenarkan dari sisi
praktis, bukan karena alasan konseptual.
diterapkan,
objektif,
dan
tidak
dapat
Metode ini mudah
dimanfaatkan
untuk
memanipulasi laba seperti halnya beberapa metode penentuan
harga persediaan lainnya.
4) Metode Identifikasi Khusus
Menurut Dyckman et al (2000 : 392). Metode identifikasi
khusus ini mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan hams
ditandai
secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat di
identifikasi setiap waktu. Jika barang yang terlibat besar dan
mahal atau hanya dalam jumlah kecil yang ditangani, mungkin
bisa dilaksanakan penandaan ataupun penomoran pada setiap
barang ketika barang itu dibeli atau diproses.
Metode ini memungkinkan dttakukannya identifikasi biaya
i
per unit khusus untuk setiap barang yang tcrjual pada tanggal
penjualan dan tiap barang yang tetap ada dipersediaan. Dengan
demikian metode identifikasi kliusus menghubungkan arus biaya
secara langsung dengan arus barang secara fisik.
Metode identifikasi khusus memerlukan identifikasi yang
bati-hati terhadap setiap barang. Hal ini merupakan keterbatasan
praklis karcna dibutuhkan calatan yang icrinci. Suatu ciri yang
tidak diinginkan dari metode identifikasi khusus ini adalah adanya
peluang untuk memanipulasi laba pada waktu penjualan. Contoh
perusahaan yang menggunakan metode ini adalah dealer mobil,
terdapat dua alas an mengapa dealer mobil menggunakan metode
ini yang pertama, biaya khusus dealer menipakan salah satu
penentu harga jual yang penting Alas an yang kedua, metode ini
dapat diterapkan dengan mudah karena adanya nomor identifikasi
atas setiap kendaraan dan biaya faktur diketahui. Dalam kasus ini,
metode identifikasi khusus terdapat keuntungan yaitu menetapkan
marjin kotor spesifik atas setiap barang yang terjual.
20
b. Metode Penilaian Pcrsediaan Sclain Harga Pokok
Menurut Dyckman et al (2000 : 454) bahwa persediaan dapat
dinilai baik dengan harga pokok ataupun harga pasar saat ini, mana
yang terendah. Ini merupakan awal dari prinsip biaya histories yang
digunakan pada kebanyakan praktek penilaian aktiva.
1).
Metode Nilai Terendah Antara Harga Pokok atau Harga
Pasar ( Lower ofCost or Market)
Metode ini digunakan untuk memlai suatu persediaan.
Harga pasar yang digunakan dalam metode LCM adalah biaya
untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan. Nilai
pasar ini didasarkan pada kuantitas yang biasanya dibeli dari
sumber pemasok yang biasa. Dalam dunia bisnis yang sering
dilanda inflasi, harga pasar jarang turun. Namim dalam dunia
bisnis teknologinya berubah cepat, penurunan harga sering
terjadi.
Keunggulan utama dari metode ini adalah bahwa laba kotor
(dan laba bersih) akan berkurang dalam periode terjadinya
penurunan nilai pasar. Dalam menerapkan metode ini biaya dan
biaya penggantian dapat ditentukan dengan saha satu cara dari
tiga cara yang ada yaitu Setiap item dalam persediaan, kelas atau
kategori uiama persediaan dan persediaan secara kesehiruhan.
21
2).
Metode Nilai Reaiisasi Bersih {Net Realizable Value /NR V)
Nilai Reaiisasi Bersih adalah estimasi harga jual dalam
keadaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi biaya
penyelesaian dan penjualan yang dapat diprediksi secara iayak.
(Kieso et al: 2002).
Alasan lain dalam penggunaan metode ini adalah bahwa
kadang angka biaya sulit untuk dihitung. Dalam sebuah
perusahaan manufaktur, berbagai bahan baku dan komponen
yang dibeh" dicampur untuk menciptakan barang jadi.
c. Metode Taksiran Persediaan
Metode ini digunakan apabila terjadi bencana sepeiti kebakaran
yang menghancurkan persediaan jumlah kerugian harus diestimasikan.
Menurut pendapat Dyckman et al (2000 : 376) metode taksiran teniiri
dari metode laba kotor dan metode persediaan eceran.
1)
Metode Laba Kotor
Menurut Kieso et al (2002 : 520) metode laba kotor atau
sering disebut marjin kotor didasarkan pada tiga asumsi yaitu
persediaan awal ditambah dengan pembelian sama dengan total
barang yang tiperiutungfam, barang yang belum terjual hams
berada
ditangan,
dan jika penjualan,
dikurangi
biaya,
dikurangfcan dari jumlah persediaan awal ditambah dengan
pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir. Metode ini
umumnya diterima untuk pelaporan keuangan ekstemal.
22
2)
Metode Persediaan Eceran
Menurut Kieso et al (2002 : 523) Metode persediaan
eceran mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas total biaya
dan nilai eceran dari barang yang dibeli, total biaya dan nilai
eceran barang yang tersedia untuk dijuai, dan penjualan pada
periode berjalan. Metode ini sangat berguna bagi setiap jenis
iaporan interim, karena pengiikuran nilai persediaan yang handal
dan cepat biasanya dibutuhkan, dan biasanya digunakan untuk
mengestimasi kemgian akibat kebakaran, banjir, dll.
Metode persediaan eceran ini juga berfungsi sebagai
perangkat pengendalian karena setiap penyimpangan dari basil
fisik
pada akhir tahun hams
dijelaskan.
Selain
itu juga
mempercepat perhitungan fisik persediaan pada akhir tahun.
karena hanya perlu mencatat harga eceran setiap barang, tidak
perlu
melihat
biaya
faktur
setiap
barang
schingga
bis;)
menghemat waktu dan uang.
6.
k:n tu Pcrsc<li:i:m (Stock Can!)
Dalam metode perpetual, setiap jenis barang dibiiatkan satu catatan
tersendiri yang disebut dengan kartu stock atau kartu persediaan yang
merupakan " formulir untuk mencatat setiap perubahan yang terjadi
setiap kali terjadi transaksi dalam satu jenis barang " (Soemarso, S.R
2004 : 420). Kumpulan dari kartu stock, untuk semua jenis barang yang
ada, disebut buku tambahan persediaan (inventory subsidiary ledger).
Buku stock, seperti halnya dengan buku piutang maupun buku hutang,
mempakan buku tambahan atau buku pembantu, yang dalam hal ini untuk
mengetahui peijkiraan persediaan barang dagangan.
Setiap transaksi pembelian bahan baku harus dicatat, baik dikartu
stock maupun diperkiraan persediaan di buku besar. Apabila dipergunakan
buku pembelian, maka setiap transaksi pembelian persediaan dicatat
dikartu
stock,
sementara total
dari
kolom
yang
disediakan
untuk
pembelian tersebut, yang dalam hal ini kolomnya akiin disebut dengan
persediaan balian baku, dicatat keperkiraan persediaan bahan baku di buku
besar. Demikian halnya apabila teijadi pengurangan, yang sebagian bcsar
disebabkan oleh karena adanya penjualan. Harga pokok dari setiap
transaksi penjualan harus dicatat baik di kartu slok maupun diperkiraaii
persediaan bahan baku di buku besar.
B. Harga Pokok Produksi
1.
Pengertian Harga Pokok Produksi
Menurut pendapat Slamet Sugiri (2004 : 264) Edisi Kelima
Harga pokok produksi {Cost of goods manufactured) atau sering juga
disebut dengan biaya produksi adalah merupakan kumpulan dari
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengolah bahan
baku sampai dengan menjadi bahan jadi. Biaya tersebut terdiri dari:
24
a.
Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah harga perolelian (harga pokok)
bahan baku yang terdapat pada barang jadi. Bahan baku pada
suam pabrik bisa jadi mciupakaii bahau baku bagi pabrik lam.
Misalnya pabrik pembuat komponen alat elektronik seperti
kondensator, transfonnator, transistor, antenna dll. Komponen alat
elektronik
tersebut
merupakan
barang
jadi
bagi
pabrik
pembuatnya. Bagi pabrik pembuatan pesawat radio, televisi, dan
tape recorder. Komponen tersebut merupakan bahan baku.
b.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang memiliki kineija
langsung terhadap proses pengolahan barang, baik dengan
menggunakan tenaga fisik maupun dengan bantuan mesin.
c
Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya yang timbul dalam
proses pengolahan, yang tidak dapat digolongkan dalam biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya yang termasuk
dalam biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
1) Biaya tenaga kerja tidak langsung,
seperti upah
untuk
pengawas, mandor, mekanik, tukang reparasi dll.
2) Biaya bahan penolong, yaitu bahan yang digunakan dalam
proses pengolahan tetapi kuantitasnya amat kecil dan tidak
25
dapat ditelusuri keberadaannya pada barang jadi. Seperti paku,
1cm, dll.
3) Biaya penyusutan gedung pabrik dan mesin pabrik.
1.
Harga Pokok Penjualan
Menurut Al Haryono Yusuf (2001 : 333) Edisi Keenam Harga
pokok penjualan adalah harga pokok barang yang telah laku dijual.
Contoh perhitungan harga pokok penjualan adalali sebagai berikut
(misalkan persediaan awa! periode Rp.
120.000 harga pokok
pembelian selama periode Rp. 800.000, dan persediaan akhir
periode Rp. 140.000.
Persediaan awal
Rp. 120.000
(+) Harga pokok pembeJian selaina periode
Rp. 800.000
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijua]
Rp. 920.000
(-) persediaan akhir
Rp. 140.000
Harga Pokok Penjualan
Rp. 780.000
C. Metode Penilaian Persediaan dan Pengaruhnya Terhadap Harga
Pokok Penjualan
Menurut Dyckman et al (2000
:
399).
Dalam perusahaan
manufaktur harga pokok penjualan diperoleh dengan cara menambalikan
harga pokok barang yang diproduksi pada saldo awal barang jadi,
kemudian dikurangi dengan saldo akhir persediaan barang jadi. Harga
26
pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya bahan langsung yang
dipakai, upah langsung, seita biaya produksi tidak langsung dengan
memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam proses
pengolahan. Dalam system pencatatan persediaan yang dilakukan oleh
suatu
perusahaan
penentuan
harga
mempunyai
pokok.
Harga
pengaruh
yang
cukup
pokok penjualan
besar
dalam
akan tinggi
dan
persediaan akan rendah apabila menggunakan metode FIFO begitu juga
sebaliknya harga pokok penjualan akan rendah dan persediaan akan tinggi
apabila menggunakan metode LIFO. Sedangkan untuk metode rata-rata
apabila biaya per unit meningkat atau menurun, maka metode biaya ratarata memberikan jumlah persediaan dan harga pokok penjualan antara
metode FIFO dan LIFO. Oleh karena itu perlu dilakukan system
pencatatan yang sesuai untuk mendapatkan perhitungan harga pokok
penjualan yang tepat.
Dengan system perpetual harga pokok penjualan dihitung setiap
kali terjadi penjualan, sedangkan dalam sistem pencatatan periodik harga
pokok penjualar dihitung secara periodik setelah diadakan perhitungan
sccara ilsik lerhadap barang dagangan yang ada. Sccara tcknis tidak aila
perbedaan antara kedua sistem tersebut perbedaannya hanya terletak pada
kapan penetapan itu dilakukan kalau dalam sistem periodik semua
pembelian persediaan selama periode akuntansi di catat dengan mendebet
akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi
ditambahkan ke biaya persediaan di tangan pada awal periode untuk
27
menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode
berjalan. Kemudian total biaya barang yang tersedia untuk dijual
dikuiangi dengan persediaan akhir untuk dapat menentukan harga pokok
penjualannya.
Sedangkan
untuk
sistem
perpetual
catatan
yang
berkelanjutan menyangkut perubahan persediaan dicerminkan dalam akun
persediaan yaitu semua pembelian dan penjualan barang dicatat secara
langsung ke akun persediaan pada saat terjadi.
Download