BAB 1 PENDAHULUAN

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Flu Burung atau Avian Influenza (AI) di Indonesia tidak hanya menyebabkan
jutaan unggas mati mendadak, hingga Juni tahun 2008 tercacat sebanyak 110 kasus
pada manusia meninggal akibat penyakit influenza tipe A ini. Pada tanggal 19 Juni
2008, WHO mencatat 385 kasus Avian Influenza dengan jumlah kasus meninggal
sebanyak 243 orang. Data WHO menunjukkan bahwa Indonesia menduduki
rangking teratas dari 15 negara yang terjangkit wabah AI.
Munculnya Flu Burung atau Avian Influenza di Indonesia tidak hanya
berdampak pada industri perunggasan namun ditakutkan akan berlanjut menjadi
pandemi yang dapat membunuh jutaan manusia dalam waktu singkat. Dampak Flu
Burung dijelaskan oleh Yuliarti (2006) bahwa penanganan Flu Burung tidak dapat
diabaikan begitu saja karena jika wabah terus berlanjut dan menjadi epidemik di
seluruh Indonesia, bukan tidak mungkin akibatnya akan lebih besar karena
lumpuhnya perekonomian nasional. Lebih lanjut, kejadian Flu Burung akan
menyebabkan investor enggan menanamkan asetnya di Indonesia, pembatalan impor
berbagai komoditas dari Indonesia dan hancurnya industri pariwisata.
Dalam Renstranas (2005), disebutkan bahwa virus Flu Burung sebenarnya
tidak mudah menular kepada manusia. Tetapi hal ini bisa berubah karena terjadinya
mutasi atau reassortment genetis (bercampurnya gen influenza pada hewan dan
1 UI, 2008
Gambaran manajemen program..., Rosaliana Shalat, FKM
2
manusia) sehingga dalam perkembangannya penyakit Flu Burung tidak hanya
menyerang unggas, tetapi juga menyerang manusia atau zoonosis.
Berdasarkan laporan WHO (2006) kejadian Flu Burung terjadi pertama kali
di Hongkong. Di Hongkong, Avian Influenza A (H5N1) menyerang ayam dan
manusia (tahun 1997). Jumlah penderita sebanyak 18 orang dengan kematian 6
kematian (CFR=Case Fatality Rate/ Angka Kematian Kasar = 30%). Kejadian ini
merupakan kejadian pertama kali dilaporkan adanya penularan langsung dari unggas
ke manusia. Kemudian, Avian Influenza terjadi pada anak (H9N2) terjadi pada 2
anak tanpa kematian (tahun 1999) dan Avian Influenza A (H9N2) terjadi 2 kasus
dengan satu kematian (tahun 2003). Kedua kasus ini menjadi riwayat perjalanan dari
China.
Sedangkan penyakit Flu Burung (AI) pertama kali diduga berada di Indonesia
pada pertengahan tahun 2003 yang diawali dengan kematian sejumlah besar unggas
di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah dan Kabupaten Tangerang Propinsi Banten.
Untuk menangani masalah Avian Influenza yang terus meluas, Surveilans
merupakan salah satu dari kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam 10 Strategi
Nasional Penanggulangan AI dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza.
Menurut Dirjen Peternakan Mathur Riady (2006) bahwa penyakit ini sangat terkait
dengan aspek zoonosis sehingga diperlukan kerjasama yang terpadu antara jajaran
unit kesehatan dan peternakan terutama dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi
di lapangan. Surveilans integrasi perlu dilaksanakan karena faktor risiko terjadinya
kasus Avian Influenza pada manusia terutama adalah hewan dan produk mentahnya.
Berdasarkan Depkes (2006), mengatakan bahwa sampai saat ini, Surveilans
dan Kewasapadaan Dini KLB Avian Influenza masih belum berjalan optimal. Hal
Gambaran manajemen program..., Rosaliana Shalat, FKM UI, 2008
3
tersebut dikarenakan riwayat alamiah penyakit AI sampai saat ini masih banyak yang
belum diketahui, koordinasi dengan lintas sektor terkait dalam investigasi di
lapangan belum tertata dengan baik serta pertukaran data AI antara surveilans
manusia dengan hewan belum optimal. Masalah selain surveilans yang dihadapi
dalam menanganai AI adalah masih terbatasnya pengetahuan dan kemampuan
sumber daya terhadap masalah AI, hal ini dikarenakan AI pada manusia baru terjadi
pertama kali.
Belum optimalnya upaya surveilans AI dikuatkan oleh penelitian yang
dilakukan Susanto (2007) di NAD dan Yogyakarta bahwa kelengkapan data
surveilans AI masih jauh dari yang seharusnya yaitu sebesar 59% dan ketepatan
5,5%. Selain itu, kegiatan antara program yang satu dengan yang lainnya masih
belum berjalan strategis, SDM pada Dinas Kesehatan untuk kegiatan surveilans
dinilai masih belum ideal karena kualitas SDM masih kurang dalam kemampuan
menganalisis data serta kegiatan analisis masih berdasarkan kepentingan program.
Salah satu kota yang tiap tahunnya (sejak 2005) selalu terjadi kasus Avian
Influenza (AI) pada unggas dan manusia adalah Kota Bekasi. Menurut Harian
Kompas (2006), kasus flu burung di Bekasi merupakan sebuah kejadian luar biasa
(KLB). Untuk menentukan KLB terhadap suatu penyakit, Pemerintah Kota Bekasi
mengacu kepada kebijakan nasional yaitu Undang-Undang Nomor 4/1984 tentang
Wabah Penyakit Menular, UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, UU 33/2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 40/1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
Selanjutnya, Pemkot Bekasi mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
560/1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata
Gambaran manajemen program..., Rosaliana Shalat, FKM UI, 2008
4
Cara Penyampaian Laporan dan Penanggulangan Seperlunya. Kebijakan lokal yang
dikeluarkan Pemkot Bekasi terkait Avian Influenza yaitu berupa Maklumat Walikota
Nomor: 524.31/127-Prakop/I/2007 dan SK Walikota yang menyatakan bahwa Kota
Bekasi KLB dalam kasus DBD dan Flu Burung.
Kota Bekasi merupakan kota yang pemukimannya cukup padat dan banyak
diantara masyarakat Kota Bekasi yang memelihara unggas di sekitar tempat tinggal.
Berdasarkan data Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Kota Bekasi
(2008), hingga tahun 2008 tercatat upaya pemusnahan unggas karena AI di Kota
Bekasi telah dilakukan 16 kali. Kejadian positif AI pada unggas terjadi di 12
kelurahan dari 56 kelurahan. Upaya yang dilakukan Dinas Perekonomian dan
Koperasi, Bidang Kesmavet Kota Bekasi dalam menanangi AI pada unggas
diantaranya adalah melakukan surveilans, depopulasi, vaksinasi, desinfeksi,
sosialisasi dan koordinasi lintas sektor.
Sedangkan, berdasarkan data surveilans Dinas Kesehatan Kota Bekasi, dari
tahun 2005 hingga maret 2008, Avian Influenza (AI) pada manusia sudah menyebar
di 10 Kecamatan dari 12 Kecamatan yang ada di Kota Bekasi. Diantara kasus AI
yang terjadi, 18 orang dinyatakan suspek, 5 Probable dan 7 Konfirm (86% dari kasus
konfirm meninggal dunia). Apabila dilihat dari kasus per kelurahan, kasus AI telah
menyebar di 16 Kelurahan (28,6%) dari 56 kelurahan yang ada di Kota Bekasi.
Upaya penanganan penyakit AI yang selama ini telah dilakukan oleh Dinas
Kesehatan adalah berupa kegiatan surveilans (investigasi), sosialisasi dan koordinasi
lintas sektor dengan pihak terkait.
Gambaran manajemen program..., Rosaliana Shalat, FKM UI, 2008
5
Kasus Flu Burung (Avian Inluenza) yang selalu terjadi setiap tahunnya di
Kota Bekasi membuat penulis merasa penting untuk mengetahui manajemen
program surveilans AI integrasi yang dilakukan di Kota Bekasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, rumusan masalah yang
didapatkan adalah kasus AI selalu terjadi setiap tahun di Kota Bekasi, hal ini
mengindikasikan bahwa belum optimalnya surveilans dan kewaspadaan dini KLB AI
selama ini. Selain itu, koordinasi lintas sektor terintegrasi dalam penanganan AI
belum tertata dengan baik. Oleh karena itu perlu diketahui gambaran manajemen
program surveilans AI integrasi di Kota Bekasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
dan Dinas Perekonomian dan Koperasi (Bidang Kesmavet) yang merupakan dua unit
kunci dalam pelaksanaan surveilans AI terintegrasi di Kota Bekasi. Selain masalah
diatas, penelitian mengenai AI masih terbatas dan belum ada penelitian tentang
manajemen surveilans AI di Kota Bekasi.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana
gambaran
input
program
surveilans
AI
integrasi
(pedoman/protap, tenaga surveilans, dana, dan sarana) di Kota Bekasi?
2. Bagaimana gambaran proses manajemen (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi) pada program surveilans AI integrasi
di Kota Bekasi?
3. Bagaimana gambaran output (kelengkapan hasil investigasi penyelidikan
epidemiologi dan respon cepat) dari program surveilans AI integrasi di Kota
Bekasi?
Gambaran manajemen program..., Rosaliana Shalat, FKM UI, 2008
6
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran manajemen program surveilans AI integrasi dalam
penanggulangan Avian influenza di Kota Bekasi dengan menggunakan pendekatan
input, proses dan output.
1.4.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran input program surveilans AI integrasi (pedoman/
protap, tenaga surveilans, dana dan sarana) di Kota Bekasi.
2. Mengetahui
gambaran
proses
manajemen
(perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi) program
surveilans AI integrasi di Kota Bekasi?
3. Mengetahui gambaran kelengkapan hasil investigasi penyelidikan
epidemiologi dan respon cepat dari program surveilans AI integrasi di
Kota Bekasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat Aplikasi
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Dinas Kesehatan dan Dinas Perekonomian dan Koperasi (Bidang
Kesehatan
Masyarakat Veteriner) Kota Bekasi
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan program
surveilans AI terintegrasi yang lebih baik.
Gambaran manajemen program..., Rosaliana Shalat, FKM UI, 2008
7
2. Manfaat bagi mahasiswa
Menambah pengetahuan penulis terhadap manajemen program surveilans
penyakit AI dan memberikan pembelajaran dalam pembuatan penelitian
serta dapat mengevaluasi proses pembelajaran selama perkuliahan.
3. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi, acuan dan
perbandingan bagi peneliti selanjutnya dalam melaksanakan penelitian
Avian Influenza. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan tentang proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan di
program studi, sejauh mana mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan kualitiatif dengan metode wawancara
mendalam, observasi partisipatif, telaah dokumen dari institusi dan publikasi dari
media terkait program surveilans integrasi dalam penanggulangan Avian influenza
di Kota Bekasi.
Penelitian dilakukan selama bulan Mei-Juni 2008. Pengambilan data
mengenai program surveilans Avian Influenza terintegrasi dilakukan pada dua
instansi tingkat kota terkait yaitu Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan Dinas
Perekonomian dan Koperasi, Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)
dan dilakukan pula penelitian pada Puskesmas dan Labkesda sebagai tambahan
dalam kegiatan lintas sektor.
Gambaran manajemen program..., Rosaliana Shalat, FKM UI, 2008
8
Penelitian ini membutuhkan informan yang antara lain adalah Kepala Seksi
P2P Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Petugas District Surveillance Officer (DSO)
Avian Influenza Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Kota Bekasi, Kepala Seksi Produksi Pangan dan
Non Pangan Asal Hewan, Petugas Surveilans (PDSR) Kesmavet Kota Bekasi,
Kepala Puskesmas dan Petugas TGC Labkesda.
Gambaran manajemen program..., Rosaliana Shalat, FKM UI, 2008
Download